tugas biogas

22
PE NDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan sumber energi yang di butuhkan akan semakin besar pula, akan tetapi sumber energi dari sumber daya alam atau fosil semakin menipis. Untuk itu perlu dicarikan sumber energi alternative untuk mengimbangi meningkatnya jumlah penduduk dan menipisnya sumber daya alam tersebut . salah satu alternative sumber energi adalah biogas dengan mempergunakan kotoran sapi. Indonesia adalah Negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian petani, ini di dukung dengan banyak lahan pertanian yang cukup luas. Di propinsi Bali sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani atau petani penggarap, selain sebagai petani para penduduk di Bali juga mengisi hari – hari mereka dengan berternak, baik itu berternak sapi, kambing, ayam, bebek dan lain sebagainya. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana

Upload: susandhika

Post on 27-Oct-2015

97 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Biogas

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan sumber energi yang di

butuhkan akan semakin besar pula, akan tetapi sumber energi dari sumber daya

alam atau fosil semakin menipis. Untuk itu perlu dicarikan sumber energi

alternative untuk mengimbangi meningkatnya jumlah penduduk dan menipisnya

sumber daya alam tersebut . salah satu alternative sumber energi adalah biogas

dengan mempergunakan kotoran sapi.

Indonesia adalah Negara yang sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian petani, ini di dukung dengan banyak lahan pertanian yang cukup luas.

Di propinsi Bali sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani atau petani

penggarap, selain sebagai petani para penduduk di Bali juga mengisi hari – hari

mereka dengan berternak, baik itu berternak sapi, kambing, ayam, bebek dan lain

sebagainya.

Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi

dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan,

limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah

organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam

biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas dapat digunakan sebagai bahan

bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik.

Biogas dibentuk dari hasil fermentasi anaerobik yang merupakan proses

perombakan suatu bahan menjadi bahn lain yang lebih sederhana dengan bantuan

mikroorganisme tertentu dalam keadaan tidak berhubungan langsung dengan

udara bebas.

Menurut Buren (1979) biogas dapat dibuat dari bahan-bahan antara lain

kotoran hewan dan manusia, limbah pertanian, sampah kota, limbah industri

pertanian dan bahan-bahan lain yang memiliki kandungan bahan organik.

Biogas merupakan campuran dari metana, karbondioksida, sedikit gas

hidrogen, hidrogen sulfida dan atau nitrogen. Menurut Price dan Paul (1981) gas

Page 2: Tugas Biogas

metana atau CH4 yang terkandung dalam biogas besarnya 60 sampai dengan 70

%, sedang sisanya berupa gas CO2, H2S, gas nitrogen dan hidrogen.

Biogas mempunyai sifat mudah terbakar dengan warna nyala biru, tidak

beracun dan memiliki nilai kalori 2,24 x 104 J/m3. Gas metana yang merupakan

komponen gas yang paling dominan pada biogas memiliki sifat tidak berbau, tidak

berwarna dan tidak berasa, adanya gas lain meyebabkan timbulnya bau. Berat

jenis gas metana 0,554, kelarutannya dalam air rendah, pada suhu 20 oC dan

tekanan 1 atm hanya 3 bagian gas metana yang larut dalam 100 bagian air. Gas

metana termasuk gas yang stabil (Buren, 1979). Nilai energi gas metana cukup

tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti penerangan,

pengeringan, memasak dan keperluan lainnya(Fauziyah, 1996)

Pembakaran sempurna gas metana akan menghasilkan sejumlah besar

panas. Pembakaran sempurna 1 meter kubik (0,716 kg) gas metana dapat

membebaskan panas 8562 sampai 9500 kcal dan menaikkan suhu sampai 1400 oC

(Buren, 1979). Reaksi kimia yang berlangsung adalah :

CH4 + 2 O2 CO2 + 2 H2O, Hc = -212

Kcal

Tabel 21. Perbandingan nilai energi dari beberapa sumber energi dalam

berat kering

Sumber Energi Nilai Energi (J/kg)

Bahan bakar

Batubara

Gasoline

Gas metana

3,14 x 107

4,71 x 107

5,00 x 107

Bahan organik

Kayu

Kotoran sapi

Sampah organik

1,44 x 107

2,09 x 107

1,63 x 107

Sumber : Fauziyah (1996)

Page 3: Tugas Biogas

Di beberapa negara, biogas telah banyak dimanfaatkan sebagai sumber

energi untuk penerangan dan memasak. Menurut Buren (1979) 1 m3 biogas dapat

disetarakan dengan 60 – 100 watt daya listrik yang dioperasikan selama 6 – 7 jam.

Biogas juga dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin dan

generator. Nilai kesetaraan 1 m3 biogas untuk tenaga gerak adalah 1 hp selama 2

jam atau sebanding dengan 0,6 – 0,7 kg minyak tanah.

Gas metana sendiri memiliki manfaat yang tidak kalah penting di dalam

industri kimia. Penggunaannya antara lain untuk produksi monoklorometana,

diklorometana, kloroform, metanol dan sebagainya.

Pemakaian biogas memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi

dengan murah dan tidak mencemari lingkungan. Biogas dapat memberikan

perlawanan terhadap efek rumah kaca melalui 3 cara, yaitu :

Biogas dapat mengganti atau mensubstitusi bahan bakar fosil untuk beberapa

aplikasi.

Jika limbah seperti kotoran hewan dan sampah dibiarkan menumpuk maka

akan menghasilkan gas methana. Gas ini merupakan gas penyumbang

terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan CO2.

Dengan dihasilkannya biogas, akan mengurangi penggunaan kayu bakar

sebagai bahan bakar sehingga akan mengurangi usaha penebangan pohon di

hutan. Hutan yang tetap lestari dapat mengurangi efek rumah kaca dengan

menyerap CO2 dan mengubahnya menjadi O2.

Selain manfaat tersebut, pemakaian biogas untuk memasak menghasilkan

api biru yang bersih, tidak menghasilkan asap sehingga dapat menjaga kesehatan.

Page 4: Tugas Biogas

PEMBAHASAN

1. Proses Pembentukan Biogas

Biogas dihasilkan dari proses pembusukan bahan baku isian di dalam

tangki pencerna. Biogas merupakan salah satu hsil sampingan daripada

pembusukan bahan organik. Proses pembusukan dapat bersifat aerobik atau

anaerobik. Pada proses pembusukan aerobik, bakteri aerobik memanfaatkan

oksigen dan menghasilkan amoniak, bakteri anaerobik merombak bahan organik

menjadi biogas, kotoran, dan pupuk organik cair. Proses pembusukan bahan

organik ini dilakukan oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi. Proses kerja

daripada bakteri ini dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu tahap pemecahan

polimer (Tahap 1), tahap pembentukan asam organik (Tahap 2) dan tahap

produksi metan (Tahap 3).

Tahap 1 (Pemecahan polimer)

Pada tahap ini sekelompok mikroorganisme akan menguraikan substrat

organik. Penguraian ini dilakukan oleh berbagai jenis bakteri. Bakteri yang

berperan antara lain memiliki enzim selulolitik, lipolitik dan proteolitik. Enzim

yang dihasilkan ini mempercepat hidrolisa polimer menjadi monomer larut yang

merupakan substrat bagi mikroorganisme tahap kedua.

Bakteri selulolitik memegang peranan dalam tahap ini. Temperatur kerja

optimum adalah 50 – 60 oC (bakteri thermophilik) dan temperatur 30 – 40 oC

(bakteri mesophilik). Kedua kelompok selulolitik ini bekerja pada kisaran pH

enam sampai dengan tujuh.

Pada proses ini kemungkinan penurunan pH bisa terjadi dikarenakan

terbentuknya asam organik. Hal ini perlu distabilkan dengan penambahan larutan

kapur. Apabila bakteri tahap 2 dan tahap 3 telah bekerja dan reaksi dalam

kesetimbangan maka pH sistem berkisar tujuh.

Kerja sinergis selalu terjadi diantara berbagai macam bakteri dalam

pemecahan polimer menjadi monomer yang larut. Suatu studi menunjukkan

bahwa laju pemecahan polimer lebih tinggi pada medium yang berisi campuran

Page 5: Tugas Biogas

bakteri selulolitik dan nonselulolitik dibanding dalam medium berisi biakan murni

bakteri selulolitik.

Tahap pembentukan monomer ini merupakan tahap pengendali waktu

dalam peruraian limbah ini. Hal ini disebabkan oleh kerja bakteri fermentor yang

sangat lambat dibanding dengan kerja bakteri tahap 2 dan tahap 3. laju peruraian

ini tergantung pada temperatur, jenis substrat dan pH sistem.

Tahap 2 (Pembentukan Asam Organik)

Bakteri pada tahap ini menghasilkan asam-asam organik yang dibentuk

dari senyawa monomer larut. Hasil terbesar dari bakteri asetogenik ini ialah asam

asetat, propionat dan asam laktat. Bakteri metanogenik sebagian besar hanya

manfaatkan asam asetat. Beberapa spesies bakteri metanogenik dapat

memproduksi metan dari gas hidrogen dan karbondioksida, yang mana bahan ini

terproduksi selama dekomposisi karbohidrat. Selain itu metan juga dapat

diproduksi dengan reduksi metanol atau hasil sampingan lain selama pemecahan

karbohidrat.

Mikrobiologi dalam proses ditahap ini belum jelas. Beberapa spesies

bakteri bekerja dalam tahap ini, dan proporsi dari asam, gas hidrogen,

karbondioksida dan alkohol yang dihasilkan tergantung dari pada framen yang ada

dan kondisi lingkungan.

Tahap 3 (Produksi Metan)

Bakteri metanogenik sangat peka terhadap lingkungan. Dikarenakan

bakteri ini harus dalam keadaan anaerob, maka sejumlah kecil oksigen dapat

menghalangi pertumbuhannya. Bukan hanya itu, bakteri ini juga kekal terhadap

senyawa yang memiliki tingkat oksidasi tinggi seperti nitrit dan nitrat.

Bakteri ini juga peka terhadap perubahan pH. Kisaran pH optimal untuk

memproduksi metan adalah 7,0 – 7,2, namun gas masih terproduksi dalam kisaran

6,6 – 7,6. jika pH dibawah 6,6 akan menjadi faktor pembatas bagi bakteri dan pH

dibawah 6,2 akan menghilangkan kemampuan bakteri metanogenik. Dalam

keadaan demikian bakteri asetogenik tetap aktif hingga pH 4,5 – 5,0, sehingga

diperlukan buffer untuk menetralkan pH.

Page 6: Tugas Biogas

Beberapa senyawa merupakan racun bagi bakteri ini. Senyawa itu antara

lain ammonia (lebih dari 1500 -3000 mg/l), dari total ammonia nitrogen pada pH

diatas 7,4, ion ammonium (lebih dari 3000 mg/l dari total ammonia nitrogen pada

sembarang pH, sulfida terlarut (lebih dari 50 – 100 mg/l) serta larutan garam dari

beberapa logam seperti tembaga, seng dan nikel.

2. Faktor- faktor yang Berpengaruh terhadap Pembentukan Biogas

Pembentukan biogas merupakan hasil kerja dari mikroorganisme, oleh

karena itu kondisi bahan organik dan kondisi lingkungan besar sekali

pengaruhnya terhadap pembentukan biogas. Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap pembentukan biogas adalah kadar karbon dan nitrogen dalam bahan,

kandungan air, derajat keasaman, temperatur pencerna, pengadukan dan racun.

Kadar Karbon dan Nitrogen dalam Bahan

Digester atau ruang pencerna adalah tempat kehidupan bakteri dimana

mereka makan, bekembang biak dan mengubah bahan organik menjadi bentuk

lain (gas, pup dan lain-lain). Unsur karbon dalam bentuk karbohidrat dan nitrogen

dalam bentuk protein, asam nitrat, amonia dan lain-lain merupakan bahan

makanan pokok bagi bakteri anaerobik. Unsur karbon (C) digunakan untuk energi

Page 7: Tugas Biogas

dan unsur nitrogen (N) digunakan untuk membangun struktural sel dari pada

bakteri. Bakteri memakan habis unsur C tiga puluh kali lebih cepat dari pada

unsur N. Oleh karena itu perbandingan C/N yang paling baik adalah 30/1. ini

menunjukkan bahwa perbandingan C/N perlu diperhatikan dalam pembentukan

biogas.

Apabila di dalam bahan terdapat unsur C terlalu banyak (C/N tinggi),

maka unsur N akan habis terlebih dahulu, sehingga unsur C banyak tersisa. Hal ini

akan menyebabkan bakteri berhenti bekerja. Untuk lumpur serat yang memiliki

C/N yang sangat tinggi maka perlu ditambahkan kotoran ternak untuk

memperbaiki C/N agar menjadi ideal. Sebaliknya bila C/N terlalu rendah maka

unsur C akan cepat habis dan proses fermentasi akan berhenti dan unsur N yang

banyak tersisa akan menguap dalam bentuk NH3 (gas amonia). Hal ini akan

menyebabkan rendahnya kesuburan dari sisa-sisa proses, karena menurunnya

unsur N.

Kandungan Air

Mikroorganisme dalam kegiatannya akan membutuhkan air. Jumlah air

yang dibutuhkan dalam pembentukan biogas tidak sama tergantung dari bahan-

bahan yang digunakan, kira-kira total solidnya 7 – 9% dari campuran. Bila air

terlalu sedikit, asam asetat terakumulasi sehingga menghambat proses fermentasi,

dan juga akan terbentuk lapisan kerak (scum) yang tebal dipermukaan, terutama

jika bahan isian berserat. Scum ini akan menghambat gas yang terbentuk ke

permukaan.

Derajat Keasaman

Keasaman dari campuran ditunjukkan dari nilai pH-nya. pH berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan aktifitas bakteri. Dalam hal ini kisaran pH yang

diijinkan adalah 6,8 – 8,0. pada awal pencernaan ada kemungkinan pH akan turun,

sehingga dibutuhkan buffer untuk menaikkan pH. Setelah pemberian buffer

(larutan kapur), dan selama 2 – 3 minggu pH akan optimal, maka bakteri

metanogenik akan berkembang biak dan mulailah produksi biogas.

Page 8: Tugas Biogas

Temperatur Pencernaan

Temperatur mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan kecepatan

reaksi dalam pembentukan biogas. Pencernaan anerobik dapat berlangsung pada

kisaran suhu 5 – 55 oC. Temperatur kerja yang lebih tinggi akan memberikan hasil

biogas yang lebih tinggi, namun pada temperatur yang terlalu tinggi bakteri akan

mudah mati. Temperatur kerja yang optimum adalah 35 oC.

Pengadukan

Bahan baku yang sukar dicerna dalam digester akan membentuk lapisan

kerak pada permukaan cairan. Apabila hal ini dibiarkan, lapisan kerak akan

mengeras dan menghambat laju produksi biogas. Pengadukan berfungsi untuk

mencegah lapisan kerak agar tidak terbentuk, namun pemasangan alat pengaduk

harus tetap mempertimbangkan kondisi anaerob agar tidak mempengaruhi

jalannya proses fermentasi.

Racun

Adanya racun bagi mikroorganisme pembentuk biogas akan menghambat

pembentukan biogas. Contohnya jika konsentrasi ammonia dalam campuran lebih

dari 1500 ppm merupakan racun bagi mikroorganisme pembentuk metan. Contoh

racun lain yang dapat menghambat proses pembentukan biogas dapat dilihat pada

Tabel 22.

Tabel 22. Racun yang dapat menghambat pembentukan biogas

Jenis Zat Penghambat Konsentrasi yang menghambat

NaCl (garam) 40.000 ppm

ABS (komponen detergen) 20 – 40 ppm

Ammonia (NH4) 1500 – 3000 mg/l

Sodium (Na) 3500 – 5500 mg/l

Potassium (K) 2500 – 4500 mg/l

Kalsium (Ca) 2500 – 4500 mg/l

Sumber : Fauziyah (1996)

Page 9: Tugas Biogas

Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi

Gas yang dapat dimanfaatkan sebagai energi dari pembuatan biogas adalah

berupa gas metan. Gas metan ini diperoleh melalui proses dekomposisi bahan-

bahan organik oleh mikroorganisme. Bahan-bahan organik yang dibutuhkan dapat

diperoleh dengan sangat mudah, bahkan dapat diperoleh dalam limbah. Proses

produksi peternakan menghasilkan kotoran ternak (manure) dalam jumlah banyak.

Di dalam kotoran ternak tersebut terdapat kandungan bahan organik dalam

konsentrasi yang tinggi.

Gas metan dapat diperoleh dari kotoran ternak tersebut setelah melalui

serangkaian proses biokimia yang kompleks. Kotoran ternak terlebih dahulu harus

mengalami dekomposisi yang berjalan tanpa kehadiran udara (anaerob). Tingkat

keberhasilan pembuatan biogas sangat tergantung pada proses yang terjadi dalam

dekomposisi tersebut.

Salah satu kunci dalam proses dekomposisi secara anaerob pada

pembuatan biogas adalah kehadiran mikroorganisme. Biogas dapat diperoleh dari

bahan organik melalui proses "kerja sama" dari tiga kelompok mikroorganisme

anaerob. Pertama, kelompok mikroorganisme yang dapat menghidrolisis polimer-

polimer organik dan sejumlah lipid menjadi monosakarida, asam-asam lemak,

asam-asam amino, dan senyawa kimia sejenisnya.

Kedua, kelompok mikroorganisme yang mampu memfermentasi produk

yang dihasilkan kelompok mikroorganisme pertama menjadi asam-asam organik

sederhana seperti asam asetat. Oleh karena itu, mikroorganisme ini dikenal pula

sebagai mikroorganisme penghasil asam (acidogen).

Ketiga, kelompok mikroorganisme yang mengubah hidrogen dan asam

asetat hasil pembentukan acidogen menjadi gas metan dan karbondioksida.

Mikroorganisme penghasil gas metan ini hanya bekerja dalam kondisi anaerob

dan dikenal dengan nama metanogen. Salah satu mikroorganisme penting dalam

kelompok metanogen ini adalah mikroorganisme yang mampu memanfaatkan

(utilized) hidrogen dan asam asetat.

Metanogen terdapat dalam kotoran sapi yang akan digunakan sebagai

bahan pembuatan biogas. Lambung (rumen) sapi merupakan tempat yang cocok

bagi perkembangan metanogen. Gas metan dalam konsentrasi tertentu dapat

Page 10: Tugas Biogas

dihasilkan di dalam lambung sapi tersebut. Proses pembuatan biogas tidak jauh

berbeda dengan proses pembentukan gas metan dalam lambung sapi. Pada

prinsipnya, pembuatan biogas adalah menciptakan gas metan melalui manipulasi

lingkungan yang mendukung bagi proses perkembangan metanogen seperti yang

terjadi dalam lambung sapi.

Metanogen membutuhkan kondisi lingkungan yang optimal untuk dapat

memproduksi gas metan. Metanogen sangat sensitif terhadap kondisi di

sekitarnya. Bahan organik dalam kotoran sapi dapat menghasilkan gas metan

apabila metanogen bekerja dalam ruangan hampa udara. Oleh karena itu, proses

pembuatan biogas dari kotoran sapi harus dilakukan dalam sebuah reaktor atau

digester yang tertutup rapat untuk menghindari masuknya oksigen. Reaktor harus

bebas dari kandungan logam berat dan sulfida (sulfides) yang dapat mengganggu

keseimbangan mikroorganisme.

Jumlah metanogen dalam kotoran sapi belum tentu dapat menghasilkan

gas metan yang diinginkan. Gas metan diperoleh melalui komposisi metanogen

yang seimbang. Jika jumlah metanogen dalam kotoran sapi masih dinilai kurang,

maka perlu dilakukan penambahan metanogen tambahan berbentuk strater atau

substrat ke dalam reaktor.

Metanogen dapat berkembang dengan baik dalam tingkat keasaman (pH)

tertentu. Lingkungan cair (aqueous) dengan pH 6,5 sampai 7,5 di dalam reaktor

merupakan kondisi yang cocok bagi pembentukan gas metan oleh metanogen.

Tingkat keasaman di dalam reaktor harus dijaga agar tidak kurang dari 6,2.

Untuk memperoleh biogas yang sempurna, ketiga kelompok

mikroorganisme tadi harus bekerja secara sinergis. Keadaan lingkungan yang

kurang baik akan menyebabkan ketiganya menjadi tidak optimal dalam

menjalankan perannya masing-masing. Contohnya, jumlah kandungan bahan

organik yang terlalu banyak dalam kotoran sapi akan membuat kelompok

mikroorganisme pertama dan kedua untuk membentuk asam organik dalam

jumlah banyak sehingga pH akan turun drastis. Hal itu akan menciptakan

lingkungan yang tidak cocok bagi kelompok mikroorganisme yang ketiga.

Akhirnya, gas metan yang dihasilkan akan sedikit, bahkan tidak menghasilkan gas

sama sekali.

Page 11: Tugas Biogas

Untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembuatan biogas diperlukan

ketelitian untuk memberikan lingkungan yang optimal bagi pembentukan gas

metan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pengontrolan terhadap berbagai

aspek, seperti tingkat keasaman, kandungan dalam kotoran sapi (C/N), temperatur,

hingga kadar air. Selain itu, reaktor yang digunakan harus memenuhi syarat dan

kapasitasnya sesuai dengan jumlah kotoran sapi sebagai input.

Manfaat lainnya

Sisa kotoran sapi yang telah digunakan dalam proses pembuatan biogas

dapat dimanfaatkan menjadi pupuk. Jika kandungan gas metan dalam kotoran sapi

telah diperoleh, maka kotoran tersebut dapat diambil dari reaktor dan digunakan

sebagai kompos. Pupuk kompos dapat menyuburkan tanah dan tidak mengandung

bahan kimia, sehingga penggunaannya dapat mendukung gerakan pertanian

organik (organic farming).

Teknologi pembuatan biogas ini sangat ramah terhadap lingkungan karena

tidak meninggalkan residu dan emisi gas berbahaya. Pengembangan teknologi

biogas sangat mendesak untuk dilakukan, mengingat kebutuhan energi yang

semakin mendesak pula. Berbagai penelitian pun sangat dibutuhkan untuk

kemajuan teknologi biogas di masa depan. Teknologi ini harus semakin

disosialisasikan sebagai alternatif bahan bakar bagi masyarakat Indonesia,

tentunya melalui dukungan kuat dari pemerintah.

Page 12: Tugas Biogas

KESIMPULAN

Biogas merupakan proses produksi energi berupa gas yang berjalan melalui

proses biologis. Gas yang dapat dimanfaatkan sebagai energi dari pembuatan

biogas adalah berupa gas metan. Gas metan ini diperoleh melalui proses

dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroorganisme.

Prose pembuatan biogas terdiri dari 3 tahap yaitu tahap 1 (pemecahan

polimer), tahap 2 (pembentukan asam organik), tahap 3 (pembentukan

metan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan biogas adalah kadar

karbon dan nitrogen dalam bahan, kandungan air, derajat keasaman,

temperatur pencernaan, pengadukan dan racun yang terdapat dalambahan

baku biogas.

Page 13: Tugas Biogas

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, J. 1993. Ekstraksi Sodium Alginat dengan Metode CaCl2 dari Sargassum sp dan Turbinaria sp. Laporan Penelitian.

A/S Kobenhavvsn Pektifabrik, 1978. Carrageenan. Lilleskensved. Denmark

http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas

http://docs.google.com/viewer?

a=v&q=cache:qbvAT1LDXCsJ:agribisnis.deptan.go.id/images/

book_review/file/Pedoman%2520Teknis%2520Biogas%2520Kompos

%25202010.pdf+diagram+alir+proses+pembuatan+biogas+dari+kotoran+sa

pi/

www.the-az.com/berita-cara-membuat-biogas-pengganti-minyak-tanah--pdfqueen--pdf-search/

Page 14: Tugas Biogas

TUGAS BIOENERGI

“TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIOGAS DARI

KOTORAN SAPI”

I MADE ADI PARIMARTHA (0711205001)KT.GEDE RAJAN DARMAWAN (0711205004)I AGUS GEDE AMANDA PARATAMA (0711205017)

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

Page 15: Tugas Biogas

2010