laporan_laju_reaksi

26
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I Judul : Tetapan Laju Reaksi dan Energi Aktivasi. Disusun oleh: Nama : Alpius Suriadi NIM : H13112020 Nama asisten : Kartika Aprianti dan Lasma Debora Hari/Tanggal :Jumat, 15 november 2013 Kelompok : 6 (Enam) Anggota : 1. Ayu fitri 2. Elisabet Paskalia 3. Erika juniar sianipar 4. Hesti asparingga 5. Indri puspa ningrum 6. Muhardi 7. Nurhayatun nafsiah 8. Rudi gunawan

Upload: siti-aliyasih

Post on 17-Sep-2015

14 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan praktikum

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA I

Judul : Tetapan Laju Reaksi dan Energi Aktivasi.Disusun oleh:Nama : Alpius SuriadiNIM: H13112020Nama asisten: Kartika Aprianti dan Lasma DeboraHari/Tanggal:Jumat, 15 november 2013Kelompok: 6 (Enam)Anggota: 1. Ayu fitri 2. Elisabet Paskalia 3. Erika juniar sianipar 4. Hesti asparingga 5. Indri puspa ningrum 6. Muhardi 7. Nurhayatun nafsiah 8. Rudi gunawan

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2013/2014ABSTRACTTHE REACTION RATE CONSTANT ACTIVATION AND ENERGYThe rate of reaction is the change in concentration of reactants or products in unit time . The reaction rate is expressed as the rate of decrease in concentration of a reactant or the rate of increase of a product. Reaction rate constant is defined as the rate of reaction when the concentration of each - each type is one . The process of determining the reaction rate constants and activation energies between KI and K2S2O8 based on changes in concentration that occur from two reactants are characterized by the color of the solution changes to blue by the addition of starch indicator , Na2S2O3 and yellow by the addition of distilled water and Na2S2O3 . In this process used variations of temperature ( 300 , 350 , and 40o ) and K2S2O8 volume ( 1 mL , 3 mL , 5 mL ) to determine the relationship between the rate of reaction and activation energy ( Ea ) and reaction rate constants ( K ) . The use of Na2S2O3 to capture the excess iodine . The rate of reaction will increase rapidly with increasing temperature and distilled water has a value of reaction rate coefficients are higher than starch . K2S2O8 activation energy for the starch indicator for volume variation respectively - 25399.27 and an indicator for the activation energy for distilled water is - 390.75 .

Keywords : reaction rate , reaction constants , activation energy , temperature , volume .

ABSTRAKTETAPAN LAJU REAKSI DAN ENERGI AKTIVASILaju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam satu satuan waktu. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsetrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya suatu produk. Konstanta laju reaksi didefinisikan sebagai laju reaksi bila konsetrasi dari masing masing jenis adalah satu. Proses penentuan konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8 berdasarkan perubahan konsetrasi yang terjadi dari dua pereaksi yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru oleh penambahan indikator amilum, Na2S2O3 dan warna kuning oleh penambahan akuades dan Na2S2O3. Pada proses ini digunakan variasi suhu (300, 350, dan 40o) dan volume K2S2O8 (1 mL, 3 mL, 5 mL) untuk mengetahui hubungan antara laju reaksi dan energi aktivasi (Ea) serta konstanta kecepatan reaksi (K). Penggunaan Na2S2O3 untuk menangkap iod berlebih. Kecepatan reaksi akan bertambah cepat dengan bertambahnya suhu dan akuades memiliki nilai koefisien laju reaksi yang tinggi dibandingkan amilum. Energi aktivasi untuk K2S2O8 pada indikator amilum untuk variasi volume berturut-turut adalah 25399,27 dan untuk Energi aktivasi untuk indikator akuades adalah 390,75.

Kata kunci : laju reaksi, konstanta reaksi, energi aktivasi, suhu, volume.

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangDewasa ini banyak reaksi kimia yang lakukan baik sadar maupun tidak sadar. Tubuh mahluk hidup salah satunya, banyak sekali reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Contoh sederhana, korbohidrat yang makan sehari-hari pasti diubah ke bentuk senyawa yang diperlukan sesuai dengan keperluan tubuh mahluk hidup. Hal ini tentunya tidak berjalan sendiri tentunya dibantu oleh suatu enzim. Dalam hal ini enzin sebagai katalisator untuk mempercepat terjadinya reaksi. Dalam dunia nyata contoh reaksi yang berlangsung lambat adalah perkaratan pada besi (korosi) sedangkan untuk reaksi yang berlangsung cepat adalah peristiwa ledakan bom. Bom disini meledak dalam hitungan detik. Namun berbagai reaksi, hal yang harus perhatikan adalah bagaimana cara untuk mempercepat suatu reaksi dalam waktu yang sesingkat mungkin. Diketahui bahwa praktikum yang dilakukan menggunakan waktu yang lama. Untuk mereaksikan suatu zat atau bahan membutuhkan waktu yang cukup lama. Maka dari itu digunakan suatu metode untuk mempercepat suatu reaksi. Metode yang digunakan bervariasi sesuai dengan keperluan. Metode ini adalah menaikkan suhu, sifat pereaksi, konsentrasi suatu zat, luas permukaan, pengadukan/mekanik, dan lain sebagainya. Jika metode-metode suatu reaksi tersebut tidak juga berjalan dengan cepat maka harus menambahkan suatu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi dimana zat tersebut tidak bereaksi dengan zat pada reaktan, atau dapat dikatakan mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi. Zat ini dikenal dengan nama katalis katalis.Pada percobaan ini yang diperlakukan adalah pemberian variasi suhu dan variasi volume. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa apakah hubungan suhu terhadap kecepatan suatu reaksi serta serta bagaimana hubungan penambahan volume terhadap lajunya reaksi. Di sini tidak diketahui apakah reaksi berlangsung cepat atau lambat dengan pemberian variasi suhu dan variasi volume. Selain itu juga apakah hubungannya terhadap energi aktivasi. Maka inilah alasan dilakukan percobaan penentuan tetapan laju reaksi dan energi aktivas1.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI (kalium iodida) dan K2S2O8 (kalium peroksidisulfat).1.3 Prinsip PercobaanProses penentuan konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8 berdasarkan perubahan konsetrasi yang terjadi dari dua pereaksi yang ditandai dengan perubahan warna menjadi biru oleh penambahan indikator amilum, dan Na2S2O3, kemudian terbentuk warna kuning oleh penambahan akuades dan Na2S2O3 Pada proses ini digunakan variasi suhu (300, 350, dan 40o) dan volume K2S2O8 (1 mL, 3 mL, 5 mL) untuk mengetahui hubungan antara laju reaksi dan energi aktivasi (Ea) serta konstanta kecepatan reaksi (K). Penggunaan Na2S2O3 untuk menangkap iod berlebih. Kecepatan reaksi akan bertambah cepat dengan bertambahnya suhu. Reaksi yang terjadi adalah : S2O82- + 2I- 2SO + I2Berlangsung dalam dua tahap reaksi : S2O82- + I-(S2O8)3- reaksi lambat(S2O)3- + I- 2SO42- reaksi cepatNa2S2O3 + KI Na2I + KS2O3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Laju reaksi dan hukum laju reaksiLaju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupunbproduk dalam satu satuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsetrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya suatu produk. (Keenan, dkk, 1990).Konstanta laju reaksi didefinisikan sebagai laju reaksi bila konsetrasi dari masing masing jenis adalah satu. Satuan tergantung pada orde reaksi. Suatu reaksi yang merupakan proses satu tahap di sebut reaksi dasar, contohnya (Bird, 2003). H+ + Cl2 HCl + Cl- .

V = K. [A]M. [B]N . . . . (1) K = V / [A]N. [B]M . . . . . (2)Hukum laju reaksi adalah persamaan yang menyatakan laju reaksi V sebagai fungsi dari dari konsentrasi semua spesies yang ada, termasuk produknya. Hukum laju mempunyai dua penerapan utama. Penerapan teoritis hukum ini adalah pemandu dua mekanisme reaksi, untuk penerapan praktisnya setelah mengetahui hukum laju dan konstanta laju (Atkins, 1996). Hukum laju reaksi kanstanta laju reaksi dirumuskan dengan persamaan berikut (Chang, 2004).

Keterangan ; V : laju reaksi K : konstantanta laju reaksi [A] : konsetrasi A [B] : konsentrasi B M : orde raksi A N : orde reaksi B

2.2 Orde reaksi Kecepatan reaksi dianalisi secara kuantitatif dari segi tingkat reaksi. Suatu reaksi disebut tingkat satu bila kecepatannya berbanding lurus dengan konsentrasi dua atau satu pengikut berpangkat dua. Reaksi disebut tingkat tiga bila kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi tiga pengikut, satu pangkat pengikut dua dan satu pengikut berpangkat dua dan satu pengikut pangkat satu. Reaksi disebut pangkat nol bila kecepatan reaksi tidak bergantung pada konsentrasi pengikut reaksi (Sukardjo, 2002).4.3 Enegi aktivasi

k =AeEa/RT Energi aktivasi sangat dipengaruhi oleh konstanta laju reaksi, semakin besar konstanta laju reaksi semakin kecil energi aktivasinya. Dengan energi aktivasi yang kecil diharapkan reaksi semakin cepat berlangsung Pengaruh konstanta laju reaksi terhadap energi aktivasi dapat dilihat dari persamaan Arrhenius yang semakin besar nilai konstanta laju reaksi, energi aktivasinya akan semakin kecil (Desnelli, dkk, 2009). Menurut teori tumbukan, sebelum terjadi reaksi, molekul pereaksi harus saling bertumbukan. Sebagian molekul pada tumbukan ini, membentuk molekul molekul yang aktif. Molekul ini kemudian berubah menjadi hasil reaksi agar pereaksi dapat membentuk komplek yang aktif. Molekul molekul ini hanya mempunyai energi minimum yang disebut energi aktivasi (Sukardjo, 2002).

Ea = - R . T Ln (K/A)Energi aktivasi dirumuskan dengan persamaan berikut: (Allundaru, dkk, 2013)

4.4 Faktor faktor yang mempengaruhi laju reaksiFaktor faktor yang menpengaruhi laju reaksi, yang petama yaitu konsentrasi reaksi, ketika semangkin besar konsetrasi pereaksi, ion ion atau molekul dalam larutan semakin banyak sehingga molekul saling bertumbukan dan semakin banyak tumbukan akan menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Kedua yaitu suhu, ketika suhu pada suatu reaksi yang berlangsung dinaikan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin banyak dan menyebabkan laju reaksi reaksi semakin cepat atau besar. Ketiga yaitu tekanan, banyak reaksi melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi seperti itu jika dipengaruhi tekanan, penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat mempercepat laju reaksi. Keempat adalah katalis, katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan dari reaksi yang terjadi (Chang, 2004).3.3 Analisa bahan3.3.1 Akuades (H2O)Akuades merupakan larutan tidak berwarna, titik didih 1000c, titik leleh 00. Akuades merupakan pelarut yang sangat baik, konstanta dielektriknya paling tinggi, netral, komposisi kalornya lebih tinggi dibandingkan cairan lain. Temperatur stabil pada titik beku, serta melarutakan banyak elektrolit dan daerah kestabilan redoksnya sangat luas (kusuma, 1983).3.3.2 Amilum (C6H10O5)Amilum merupakan karbohidrat tanpa bau dan tanpa rasa, sangat penting bagi tumbuhan. Amilum terdiri atas rantai bercabang. Molekul molekul glukosa yang dihasilkan pada proses fotosintesis. Adanya amilum dapat dinyatakan oleh warna biru hitam pada penentuan iodin (Daintith , 1994).3.3.3 Kalium Iodida (KI)Kalium iodida merupakan padatan kristalin putih yang larut dalam air dan etanol serta aseton. Pada larutan, KI dapat melarutkan iodin. Memiliki massa molar 166 gr/mol, densitas 9,123 gr/cm3, titik didih 13300C, dan titik leleh 6810C. dapat larut sempurna dalam ammonia dan bersifat higroskopis (Daintith,1994).3.3.4 kalium peroksisisulfat ( K2S2O8)Kalium peroksodisulfat merupakan padatan kristalin merah jinngga bening yang bersifat higroskopis. Kristalnya berbentuk prisma dengan berat molekul 294,18 gr/mol. Memiliki densitas 2,676 gr/ml, dengan titik leleh 34,80C, mudah larut dalam air dengan kelarutan sebanding dengan kenaikan suhu (Basri,2002). (Mulyono, 2006).3.3.5 Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)Natrium tiosulfat merupakan endapan atau padatan yang larut dalam air. Namun tidak larut dalam etanol. Na2S2O3 lazim dijumpai sebagai pentahidrat serta kehilangan air pada 100oC. Larutan berair larutan natrium tiosulfat mudah terdistribusi dan menjadi natrium tetra tiosulfat dan natrium sulfat (Kusuma,1983). BAB IIIMETODOLOGI3.1 AlatAlat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ember 1 buah, gelas beaker 3 buah, labu ukur 3 buah, pipet ukur 2 buah, batang pengaduk 2 buah, thermometer 2 buah, botol semprot 1 buah, penangas air 1 set, spatula, dan pipet tetes.3.2 BahanBahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah akuades, amilum, larutan kalium iododa (KI), larutan kalium peroksodisulfat (K2S2O8), dan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).3.3 Prosedur kerja

1 mL, 3 mL, 5 mL K2S2O3 + 6 tetes amilum + Na2S2O33.3.1 Penggunaan amilum sebagai indikator5 mL KI

Dipipet dalam beker didih adipipet dalam beker didih bDisamakan suhu larutannyaDicampur larutan kedua tabung

HasilDiaduk dan dicatat waktu

Hasil akhirDilakukan variasi konsentrasi persulfat

3.3.2 Penggunaan air suling sebagai indikator

2,5 ml Na2S2O3 + 1 mL, 3 mL dan 5 mL K2S2O3 air suling5 mL KI

Dipipet dalam beaker didih b dipipet dalam beaker didih b Dicampur pada suhu konstan (300C, 350C, 400C)

campuranDiaduk dan dicatat waktu

Hasil Dilakukan variasi konsentrasi

3.4 Rangkaian Alat

Gambar 3.1 rangkaian al

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil pengamatan4.1.1 Penggunaan Amilum sebagai IndikatorNoVolume KIVolume K2S2O8Volume Na2S204AmilumSuhu (T)Waktu (t)Keterangan

15 ml1 ml2,5 ml6 tetes30oC460 sBiru

5 ml3 ml2,5 ml6 tetes30oC208 sungu

5 ml5 ml2,5 ml6 tetes30oC101 sungu

25 ml1 ml2,5 ml6 tetes35oC205 sungu

5 ml3 ml2,5 ml6 tetes35oC122 sungu

5 ml5 ml2,5 ml6 tetes35oC 98 sungu

35 ml1 ml2,5 ml6 tetes40oC189 sungu

5 ml3 ml2,5 ml6 tetes40oC93 sungu

5 ml5 ml2,5 ml6 tetes40oC45 sungu

4.1.2 Penggunaan Akuades sebagai IndikatorNoVolume KIVolume K2S2O8Volume Na2S204H2OSuhu (T)Waktu (t)Keterangan

15 ml1 ml2,5 ml6 tetes30oC342 sKuning

5 ml3 ml2,5 ml6 tetes30oC123 sKuning

5 ml5 ml2,5 ml6 tetes30oC103 sKuning

25 ml1 ml2,5 ml6 tetes35oC314 sKuning

5 ml3 ml2,5 ml6 tetes35oC110Kuning

5 ml5 ml2,5 ml6 tetes35oC65 sKuning

35 ml1 ml2,5 ml6 tetes40oC266 sKuning

5 ml3 ml2,5 ml6 tetes40oC73 sKuning

5 ml5 ml2,5 ml6 tetes40oC40 sKuning

4.2 Pembahasan4.2.1 Analisa prosedurLaju reaksi dapat didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk persatuan waktu. Artinya terjadi pengurangan konsentrasi pereaksi atau pertambahan konsentrasi produk tiap satuan waktu (Keenan, dkk,1990). Konstanta laju reaksi merupakan laju reaksi bila konsentrasi dari masing masing jenis adalah satu. Satuanya tergantung pada orde reaksi, suatu reaksi yang merupakan proses satu tahap disebut reaksi dasar. Laju reaksi berhubungan pula dengan faktor faktor yaitu tumbukan-tumbukan antar molekul akibat adanya penambahan zat tertentu, pengaruh suhu, luas permukaan maupun konsentrasi suatu zat, sehingga ini erat kaitannya dengan energi aktivasi yang merupakan energi minimum yang dimiliki oleh suatu molekul untuk bertumbukan. Pada percobaan tetapan laju reaksi dan energi aktivasi yang bertujuan menenetukan konstanta kecepatan laju reaksi dan energi aktivasi antara KI dan K2S2O8. Langkah awal yang dilakukan yaitu disediakan gelas beaker 2 buah. kemudian dimasukkan pada gelas beaker pertama 5 ml kalium iodida (KI) dan pada gelas kedua dimasukan 1 ml K2S2O8ditambah 2,5 ml larutan Na2S2O3serta 6 tetes larutan amilum pada beaker kedua ini. KI disini digunakan sebagai reaktan (pereaksi) yang direaksikan dengan K2S2O8dan Na2S2O3serta 6 tetes larutan amilum. Kegunaan K2S2O8disini adalah sebagai oksidator untuk membentuk iod dari mylase. Iod yang berlebih akan diikat oleh Na2S2O3. Pada percobaan amilum harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan K2S2O8dan Na2S2O3.Hal ini disebabkan untuk mengaktifkan enzim beta mylase. Apabila hal ini tidak dilakukan maka warna yang dihasilkan akan kecoklatan saat reaksi kesetimbangan tercapai karena enzimnya tidak bekerja dengan maksimal. Selain itu juga akan menghasilkan galat pada hasil, sehingga hasilnya tidak sama dengan teorinya. Na2S2O3juga harus dipanaskan ketika pembuatan larutannya. Hal ini dilakukan agar ion sulfatnya larut sempurna. Jika tidak maka akan terjadi endapan hitam yang disebut endapan sulfur. Selanjutnya yaitu larutan didinginkan hingga mencapai suhu tepat 30oC. Setelah hal ini telah dilakukan kemudian kedua zat dalam gelas beaker dicampur dan diaduk hingga terjadi perubahan warna, kemudian dicatat waktu yang diperlukan. Kemudian dilakukan prosedur dan perlakuan yang sama untuk suhu 35oC dan 40oC serta dilakukan juga prosedur yang sama untuk variasi volume untuk larutan K2S2O8tiap 3 kali perubahan suhu masing-masing 3 ml dan 5 ml.Perbedaan warna pada saat penambahan amilum dan akuades dikarenakan oleh kedua larutan tersebut berikatan kompleks dengan iod, sehingga menyebabkan perubahan warna ungu untuk pemberian indikator amilum dan warna kuning untuk indikator akuades. kegunaan akuades disini juga digunakan untuk melarutkan larutan. KI disini berfungsi sebagai reaktan yang kemudian akan terurai menjadi ion-ionnya di dalam larutan dan berikatan dengan K2S2O8. Sehingga reaksi yang dihasilkan adalah; S2O82-+ 2I- 2SO42-+ I2Didalam percobaan ini larutan campuran diaduk secara terus-menerus. Hal ini dilakukan agar mempercepat reaksi sebab kecepatan reaksi berlangsung lambat pada suhu rendah. Selain itu pengadukan juga befungsi membantu tumbukan antar partikel-partikel atau molekul dalam larutan campuran sehingga reaksi kesetimbangan cepat berlangsung. Hal ini juga menyebabkan terjadinya perubahan warna dikarenakan iod dan enzim beta amylase berikatan. Untuk percobaan akuades sebagai indikator KI terurai membentuk ion K dan I sehingga warna dasar dari bening timbul menjadi warna kuning. Untuk percobaan konsentrasi KI lebih pekat dari K2S2O8karena yang akan dideteksi adalah iod berlebih dan indikator. Pada saat membentuk ikatan, tidak semua ion iod ikut berikatan. Iod yang tidak berikatan ini akan ditangkap oleh Na2S2O3. Jika iod telah berikatan maka akan ditandai dengan berubahnya warna suatu larutan. Pada percobaan ini, indikator amilum berubah menjadi unggu dan indikator akuades berubah warna menjadi kuning. Proses percobaan ini dilakukan dengan pemberian variasi suhu dalam campuran yang diujikan. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah laju reaksi dapat berlangsung secara cepat dengan kenaikan suhu atau sebaliknya. Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu karena molekul-molekul sering bertabrakan dan bertumbukan dengan benturan yang lebih besar karena gerakannya cepat dan untuk variasi volume, semakin besar volumenya maka jumlah mol dan molekulnya akan semakin banyak sehingga laju reaksi semakin cepat contohnya di sini pada variasi volume k2S2O8diberikan untuk membuktikannya.Senyawa amilum adalah indikator dengan perubahan warna menjadi warna ungu kompleks pati karena berikatan dengan iod. Molekul iod diikat pada permukaan beta mylase, yang merupakan suatu konstituen dari amilum. Beta mylase inilah yang membentuk adanya warna ungu. Sifat-sifat air adalah sebagai pelarut universal dan bisa juga sebagai indikator yang mengidentifikasikan adanya iod yang berlebih di dalam larutan. Warna yang dihasilkan adalah kuning, yang berarti iod telah habis bereaksi dengan larutan. Pada percobaan ini tidak menggunakan katalis. Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada reaktan yang berguna untuk mempercepat laju reaksi tanpa ikut bereaksi. Apabila pada percobaan ini reaksi berlangsung lama seperti pada proses esterifikasi, maka perlu digunakan katalis. Hubungan laju reaksi dengan energi aktivasi pada percobaan ini adalah berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi konstanta laju reaksi maka energi aktivasinya semakin rendah sehingga suatu reaksi dapat berlangsung cepat. Energi aktivasi adalah energi dimana panas minimal yang harus dimiliki molekul-molekul sebelum bereaksi. Ketika suatu senyawa bereaksi, maka senyawaan itu mengeluarkan energi panas minimum untuk bereaksi, sehingga laju semakin cepat dan energi aktivasi akan berkurang. Oleh sebab itu energi aktivasi memiliki nilai yang lebih rendah dibanding konstanta laju reaksi. 4.2.2 Analisis hasilLaju reaksi dan konstanta laju reaksi berbanding lurus karena semakin cepat laju reaksi, maka konstanta laju reaksi semakin besar dan apabila konstanta laju reaksi semakin kecil maka suatu reaksi akan berlangsung lambat. Laju reaksi dan suhu saling berhubungan, pada percobaan ini semakin tinggi suhu yang diberikan maka semakin cepat reaksi tersebut berlangsung. Pembuktiannya bahwa pada percobaan ini diberikan volume KI dan Na2S204 yang tetap 5 mL dan 2,5 mL namun yang di buat beda yaitu volume K2S2O8 (1mL, 3 mL dan 5 mL) dengan suhu yang divariasikan (30oC, 35oC, 40oC) laju reaksi semakin cepat yang dibuktikan dengan data yang di peroleh (suhu 30oC; 460 s, 208 s, 101. suhu 35oC; 205 s, 122 s, 98s.suhu 40oC; 189 s, 93 s, 45 s). Namun ada terjadi kesalahan hasil yaitu warna hasil reaksi seharusnya berubah warna biru tetapi pada percobaan ini warna yang di hasilkan yaitu warna ungu ketika digunakan indikator amilum. kejadian ini terjadi karena pada pemberian indikator amilum yang kurang atau berlebih atau tidak tepat dan bisa disebabkan oleh kurangnya kemampuan iod dalam beraksi untuk menagkap ion ion dalam larutan. Akuades sebagai indikator pada volume 1 ml, 3 ml, 5 ml, K2S2O8dan suhu yang berbeda 30oC, 35oC, dan 40oC tidak terdapat kesalahan hasil, laju reaksinya meningkat seiring meningkatnya suhu dan volume yang ditunjukan oleh data yang diperoleh (suhu 30oC; 342 s, 123 s, 103. suhu 35oC; 314 s, 110 s, 65s.suhu 40oC; 226 s, 73 s, 40 s) laju reaksinya semakin cepat, karena semakin tinggi suhu dan volume maka akan terjadi tumbukan yang lebih keras sehingga memecah tiap-tiap molekul yang menyebabkan suatu larutan semakin mudah untuk larut. Jika dilihat dalam data percobaan peningkatan agak tidak stabil hal ini dikarenakan pengadukan yang tidak efisien atau tidak teratur. Berdasarkan data ini bahwa semakin tinggi suhu maka konstanta laju reaksi akan semakin besar.Dilihat dari hasil, jika dibandingkan konstanta laju reaksi pada amilum dan akuades lebih besar konstanta laju reaksi akuades. Ini dikarenakan akuades merupakan pelarut polar dan pelarut universal sehingga dapat dengan mudah melarutkan suatu larutan yang bersifat polar. Jika dilihat dari energi aktivasinya, lebih besar energi aktivasi pada senyawa amilum. Hal ini terjadi karena energi aktivasi amilum diperlukan pada saat awal reaksi, sehingga energi yang diperlukan besar dibanding dengan akuades. Hubungan konstanta laju reaksi dengan suhu adalah berbanding lurus, sedangkan hubungan energi aktivasi dengan kecepatan laju reaksi berbanding terbalik yaitu semakin besar energi aktivasi yang dimiliki tiap zat maka reaksi berlangsung lambat dan semakin kecil energi aktivasi yang dimiliki setiap zat maka reaksi semakin cepat berlangsung. Dari grafik dapat dilihat bahwa selang waktu terjadinya reaksi pada saat suhu meningkat semakin kecil waktu yang dibutuhkan. Hal ini membuktikan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhunya makan laju reaksi semakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan penurunan selang waktu terjadinya reaksi. Pada suhu yang sama volume yang berbeda dapat dilihat bahwa selang waktu terjadinya reaksi semakin cepat seiring dengan naiknya volume. Dari grafik diperoleh hasil perhitungan menunjukkan energi aktivasi pada percobaan menggunakan indikator amilum lebih besar dari pada menggunakan indikator akuades dan semua grafik yang terbentuk dari data yang di peroleh semuanya linear.

BAB V PENUTUP

5.1KesimpulanBerdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu yang diberikan maka suatu reaksi dapat berlangsung cepat dan akuades memiliki nilai koefisien laju reaksi yang tinggi dibandingkan amilum. Konstanta laju untuk indikator amilum pada suhu 300C, 350C, 400C adalah- 0,003, - 0,010, - 0,007 dan untuk indikator akuades adalah - 0,004, -0,004, - 0,006. Energi aktivasi untuk K2S2O8 pada indikator amilum untuk variasi volume berturut-turut adalah 25399,27 dan untuk Energi aktivasi untuk indikator akuades adalah 390,75.5.2 SaranSetelah melakukan percobaan maka disarankan untuk praktikum selanjutnya disarankan untuk ditambahkan atau gunakan perbedaan konsentrasi pereaksi, agar lebih mengetahui apa yang terjadi jika konsentrasinya berbeda dan Larutan seperti KI bisa diganti dengan liI, BaI2, serta digunakan pemberian katalis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap laju reaksi.

DAFTAR PUSTAKAAtkins, p.w, 1996, Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta.Bird, T, 1994, Kimia Fisik Untuk Universitas, Gramedia Pustaka Utama, jakarta.Chang, R, 2004, Konsep Konsep Inti Kimia Dasar Jilid 2, Erlangga, Jakarta.Daintith, 1990, oxford; Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.Desnelli, dan Zainal Fanani, 2009, Kinetika Reaksi Oksiadsi Asam Miristat, Stereat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak kelapa sawit serta Tanpa Medium, Jurnal Penelitian Sains, vol. 12, no. 1 (C) 12107.Keenan, K, dan Wood, 1984, Kimia Untuk Universitas, Jilid I, Edisi VI, Penerjemah, Aloysius, H. Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.Kusuma, S, 1983, Pengetahuan Bahan-Bahan, Erlangga, jakarta.Mulyono, 2006, Kamus Kimia, Bumi Aksara, Jakarta.Allundaru, Revina dan Tanty Wisley Sitio, 2013, Studi Kinetika Reaksi Eksploitasi Minyak Sawit, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2, Tahun 2013 halaman 216 219.Sukardjo,1990, Kimia Anorganik, Rineka Cipta. Jakarta.

Jawaban Pertanyaan1. Karena larutan kalium iodida pada larutan akan terurai menjadi ion-ionnya. Iod yang terurai diikat oleh natrium tiosulfat, sedangkan iod yang berlebih akan bereaksi dengan indikator yang dipakai. Perubahan warna menandakan iod telah habis bereaksi, semakin pekat kalium iodida, maka semakin cepat perubahan warna terjadi, karena konsentrasi larutan merupakan salah satu faktor yang mempercepat laju reaksi, di mana banyak molekul di dalam larutan sehingga ada tumbukan yang terjadi membuat laju reaksi semakin cepat. Maka dari itu larutan kalium iodida harus jauh lebih pekat dari larutan persulfat dan tiosulfat.2. Jika pada keadaan suhu yang sama, konsentrasi iodida dalam keadaan berlebih, tfpada fraksi tertentu dari persulfat dapat dilihat dengan menambahkan sejumlah Na2S2O8dan amilum, yang tidak mempengaruhi kecepatan reaksi dan memberikan warna biru yang timbul pada larutan.