laporan+analisis+bahan+baku+asetosal+fix rev

47
NILAI: ANALISIS BAHAN BAKU ASETOSAL DAN UJI LOGAM BERAT Disusun Oleh: Ami Amalia Pratiwi 260110090084 Widya Norma Insani 260110090085 Nurul Fitria Adhyanti 260110090086

Upload: sanugrah17

Post on 30-Nov-2015

976 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan analisis

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

NILAI:

ANALISIS BAHAN BAKU ASETOSAL

DAN UJI LOGAM BERAT

Disusun Oleh:

Ami Amalia Pratiwi 260110090084

Widya Norma Insani 260110090085

Nurul Fitria Adhyanti 260110090086

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Page 2: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

JATINANGOR

2012

BAB I

I. LATAR BELAKANG

Asam asetilsalisilat merupakan obat yang umum digunakan sebagai analgesik,

antipiretik, dan antiinflamasi. Asetosal merupakan obat pilihan pertama yang

banyak digunakan oleh masyarakat sehingga pengawasan terhadap kualitas bahan

baku asetosal sangat perlu dilakukan untuk menjamin keamanan dan kemurnian

bahan baku sesuai dengan COA (Certificate Of Analysis).Indikator kualitas bahan

baku dapat ditentukan berdasarkan penetapan titik lebur,penetapan titik susut

pengeringan,sisa pemijaran,uji batas logam berat,uji batas chlorida dan uji batas

sulfat. Pengujian terhadap bahan baku ini sangat penting dilakukan untuk

menjamin kualitas,kemanan dan kemurnian bahan baku obat.

II. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu

Bagaimanakah metode analisis asetosal dan uji batas logam berat pada bahan

baku asetosal yang dapat memenuhi validitas suatu metode analisis .

III. TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui metode analisis asetosal dan uji batas logam berat serta melakukan

analisis pada bahan baku tersebut.

Page 3: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Asam asetilsalisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisilat asetat

dan yang paling terkenal adalah aspirin. Serbuk asam asetilsalisilat dari tidak

berwarna atau kristal putih atau serbuk granul kristal yang berwarna putih. Asam

asetilsalisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi perlahan jika terkena uap

air menjadi asam asetat dan asam salisilat. Nilai titik lebur dari asam asetilsalisilat

adalah 135 C. Asam asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform

(1:17) dan eter (1:10-15) (Lenngana, 2010).Tablet asam asetilsalisilat

mengandung asam asetilsalisilat tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari

110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket (Farmakope Indonesia,1995).

Asetosal dapat membentuk kompleks berwarna ungu pekat dengan besi (III)

klorida. Asetosal merupakan ester fenolik dari asam salisilat sehingga tidak dapat

bereaksi dengan Fe3+. Gugus ester tersebut harus dipecah melalui hidrolisis

terlebih dahulu dengan NaOH sehingga terbentuk Na salisilat dan Na asetat.

Setelah diasamkan dengan HCl, asam salisilat hasil hidrolisis asetosal dapat

membentuk kompleks dengan pereaksi Fe3+ yang berwarna ungu yang dapat

diukur serapannya pada panjang gelombang sinar tampak (525 nm)

(Braddy,1999). Berikut adalah mekanisme reaksinya :

Page 4: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis yang menggunakan

sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan instrumen

spektrofotometer. Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih banyak

untuk mempromosikan elektron akan menyerap pada panjang gelombang

yang lebih pendek dan sebaliknya. Senyawa yang menyerap cahaya pada

daerah visibel (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah

dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV

(Skoog, 1985).

Spektrofotometer terdiri dari komponen-komponennya meliputi

sumber-sumber sinar,monokromator dan sistem optik.Sumber sinar yang

biasa digunakan adalah lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada

panjang gelombang 190-350 nm,sementara lampu halogen kuarsa atau lampu

tungsten digunakan untuk daerah visible (pada panjang gelomabg antara 350-

900 nm).Monokromator digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam

komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya dipilih oleh

celah (slit).Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang

gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrument melewati

spektrum.Sistem optik dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga

sumber sinar melewati 2 kompartemen dan sebagaimana dalam

spektrofotometer berkas ganda (double beam),suatu larutan blanko dapat

digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau

spektrum sampel.Yang paling serng digunakan sebagai blanko dalam

Page 5: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

spektrofotometri adalahs semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan

sampel atau pereaksi (Gholib dan Rohman,2007).

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan

oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tabal dan konsentrasi

larutan.Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu:

Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai

penampang luas yang sama

Senyawa menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung

terhadap yang lain dalam larutan tersebut

Tidak terjadi peristiwa flouresensi atau fosforisensi

Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

(Gholib dan Rohman,2007).

Analisis volumetri atau titrimetri harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

Reaksinya harus berlangsung cepat.Kebanyakan reaksi ion

memenuhi syarat ini.

Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan

persamaan reaksi,bahan yag diselidiki bereaksi sempurna

dengan senyawa baku dengan perbandingan kesetaraan

stiokiometris.

Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen

tercapai,baik secara kimia atau fisika.

(Gholib dan Rohman,2007).

Page 6: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Titrasi asidi-alkalimetri adalah titrasi untuk penetapan kadar yang

berdasarkan pada perpindahan proton dari zat yang bersifat asam atau

basa,baik dalam lingkungan air ataupun dalam lingkungan bebas air.Titrasi

alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam

dengan menggunakan baku basa sebaliknya titrasi asidimetri adalah penetapan

kadar senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam

(Gholib dan Rohman,2007).

Fenoftalein adalah indikator yang bersifat basa lemah,mempunyai Pka

9,4 (perubahan warna terjadi antara 8,4-10,4).Struktur fenoftakein akan

mengalami penataan ulang pda kisaran Ph ini karena proton dipindahkan dari

strukur fenol dari pp sehingga Ph meningkat akibatnya akan terjadi perubahan

warna menjadi pink muda (Vogel,1978).

Spektorofotmetri infra merah atau infra red merupakan suatu metode yang

meliputi teknik absorption,emisi dan flouresensi dan juga merupakan metode

yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang

berada pada daerah panjang gelombang (2500-50000 nm atau 4000 – 200 cm-

1) . Penyerapan gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan terjadinya

eksitasi tingkat-tingkat energi dalam molekul dapat berupa eksitasi

elektronik,vibrasi atau rotasi.Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan :

E = Energi yang diserap

h = Tetapan Planck (6,26 x 10-34 )

V = Frekuensi

C = Kecepatan cahaya (2,998 x 108 m/det)

Page 7: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

= Panjang gelombang

(Basset,1994).

Setiap senyawa pada keadaan tertentu telah mempunyai tiga macam gerak,yaitu:

1. Gerak translasi,yaitu perpindahan dari satu titik ke titik lain

2. Gerak rotasi,yaitu gerak berputar pada porosnya

3. Gerak vibrasi,yaitu gerak bergetar pada tempatnya

Dalam spektrofotometri IR panjang gelombang dan bilangan gelombang

adalah nilai yang digunakan untuk menunjukan posisi dalam spektrum serapan,

posisi pita serapan dapat diprediksi berdasarkan teori mekanikal osilator harmoni

(Giwangkara,2001).Vibrasi molekul dapat digolongkan menjadi :

1. Vibrasi regangan (stretching)

Dalam vibrasi ini atom bergerak terus sepanjang ikatan yang

menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara keduanya

walaupun sudut ikatan berubah.Ada simetri dan asimetri.

2. Vibrasi bengkokan (bending)

Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih

besar,maka dapat menimbulkan vbrasi bengkokan/vibrasi deformasi yang

mempengaruhi osilasi atom atau molekul secara keseluruhan.Terbagi menjadi

Vibrasi goyangan,guntingan,kibasan dan twisting (Junaidi,2009).

Titik lebur adalah suhu dimana seluruh padatan dari senyawa mulai

meleleh.Titik lebur merupakan sifat fisik yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi senyawa.Pada praktiknya,Padatan biasanya melebur dalam

Page 8: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

rentang suhu daripada pada suhu spesifik sehingga yang biasa digunakan untuk

identifikasi adalah rentang suhu titik leburnya.Senyawa yang dapat meleleh dalam

rentang suhu yang sempit biasanya diasumsikan bahwa senyawa tersebut

murni.Sebaliknya,jika senyawa dapat melebur dalam rentang yang lebar dapat

diasumsikan bahwa senyawa tersbut tidak murni.Selain meleleh pada rentang

yang lebar,senyawa yang tidak murni juga akan melebur pada suhu yang lebih

rendah daripada senyawa yang murni (Gholib dan Rohman,2007).

BAB III

ALAT,BAHAN DAN METODE PENELITIAN

ALAT

o Beaker glass

o Buret

o Gelas ukur

o Labu erlenmeyer

o Labu ukur 20 ml

o Melting point apparatus

o Ph meter

o Pipa kapiler

o Pipet gelas

o Spektrofotometer IR

Page 9: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

o Spektrofotometer UV/Vis

BAHAN

o Asam oksalat

o Asetosal BPFI

o Asetosal

o Aquadest

o Etanol

o Fenoftalein

o Ferri klorida

o Kloroform

o Kalium Bromida

o Natrium Hidroksida

I. UJI PENDAHULUAN

A. Pemeriksaan Organoleptis

Timbang sejumlah asetosal kemudian lakukan pemeriksaan terhadap

bentuk,warna,rasa dan bau dari serbuk asetosal.

B. Uji Kelarutan

Page 10: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Timbang sejumlah asetosal kemudian dilarutkan masing-masing ke dalam air

(1:30),etanol (1:5) ,eter dan kloroform (1:17).

C. Uji susut pengeringan

Timbang 3 gram serbuk asetosal kemudian masukan ke dalam oven selama 1 jam

dan timbang massa akhir setelah di keringkan kemudian di hitung nilai susut

pengeringan.

D. Uji Reaksi Warna

Sejumlah serbuk asetosal ditempatkan pada pelat tetes kemudian di tambahkan

reagen besi (III) klorida maka akan terbentuk larutan kompleks berwarna merah

ungu.

E. Uji pH

Sejumlah asetosal dilarutkan dalam aquadest kemudian diukur nilai Ph dengan

menggunakan ph meter.

F. Uji batas logam berat

Ditimbang sebanyak 2 gram asetosal dalam 25 ml aseton P kemudian

ditambahkan 1 ml air dan 10 ml hidrogen sulfida LP ;warna yang terbentuk tidak

lebih gelap dari pembanding yang dibuat dari 25 ml aseton P,2 ml larutan baku

timbal dan 10 ml hidrogen sulfida.

II. UJI KUALITATIF

A. Melting Point Test

Serbuk asetosal yang digunakan harus dalam keadaan kering,kemudian sejumlah

asetosal dimasukan ke dalam tube kapiler pastikan tidak ada rongga udara pada

Page 11: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

saat memasukan sampel,selanjutnya tube kapiler dimasukan ke dalam melting

point apparatus,panaskan alat hingga 130° C serta atur kenaikan suhu 2° C setiap

menit hingga sampel meleleh.

B. Spektrofotometri IR

Ditimbang 200 mg serbuk KBr kering bebas air dan 20 mg asetosal kemudian

digerus sampai halus dan homogen selanjutnya di kempa dengan pompa hydrolik

hingga membentuk cakram kemudian dimasukan ke dalam spektrofotometer IR

dan spektrum yang terbentuk diamati.Dari spektrum diperoleh bilangan

gelombang yang menunjukan gugus fungsi yang terdapat dalam sampel serta

kemurniannya (purity index) .

III. UJI KUANTITATIF

A. Spektrofotometri UV/Vis

Asetosal BPFI ditimbang sebanyak 30 mg kemudian dilarutkan ke dalam etanol

95% sebanyak 100 ml di dalam labu ukur.Selanjutnya di buat 5 variasi

konsentrasi secara kuantitatif dengan konsentrasi 100 ppm,90 ppm,80 ppm,70

ppm dan 60 ppm serta sampel asetosal.Masing-masing konsentrasi diukur

absrobansinya pada panjang gelombang 277 nm kemudian data absrobansi yang

diperoleh di plotkan dalam kurva baku dengan (x) adalah konsentrasi baku dan

(y) adalah absorbansi dan dihitung konsentrasi sampelnya.

B. Titrasi Alkalimetri

Dilakukan pembakuan NaOH dengan menggunakan Asam Oksalat.ditimbang

0,63 gram asam oksalat kemudian di masukan ke dalam labu ukur 20 ml lalu

kocok hingga larut.Dari larutan tersebut diambil 10 ml kemudian masukan ke

dalam erlenmeyer lalu tambahkan 2 tetes indikator fenoftalein selanjutnya dititrasi

dengan NaOH 0,5 N yang dilakukan duplo kemudian dihitung normalitas

NaOH.Penetapan kadar asetosal dilakukan dengan menimbang 0,18 gram asetosal

Page 12: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

yang dilarutkan ke dalam etanol netral 95 % kemudian ditambahkan 2 tetes

fenoftalein lalu dititrasi dengan NaOH 0,5 N yang dilakukan duplo kemudian dari

data tersebut dihitung kadar asetosal dengan rumus:

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL PENELITIAN

NO PENGUJIAN HASIL

1. Pemeriksaan organoleptis Bentuk : hablur putih seperti

jarum atau lempengan.

Warna : putih

Bau : tidak berbau atau berbau

lemah

2. Uji kelarutan Kelarutan dalam air : sukar larut

(100 mg :30 ml),perlu dibantu

dengan pemanasan

Kelarutan dalam etanol : mudah

larut (1 gr : 5 ml)

Kelarutan dalam kloroform:

mudah larut (1 gram : 17 ml)

3. Uji susut pengeringan Massa awal : 3,0933 gram

Massa akhir : 3,0515 gram

Page 13: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Susut pengeringan : 0,0418 gram

4. Uji reaksi warna Kondisi awal : larutan asetosal

berwarna kuning

Kondisi akhir : larutan kompleks

berwarna ungu pekat

5. Uji pH Ph larutan asetosal : 2,33

6. Uji melting point 122-129° C

7. Pembakuan NaOH dengan asam

oksalat

Penetapan kadar asetosal

V oksalat = 10 ml

N oksalat = 0,5 N

V NaOH I = 9,95 ml

V NaOH II = 9,54 ml

N NaOH I = 0,502

N NaOH II =0,52

N NaOH = 0,513

Vol.titer = 1,925 ml

Berat asetosal = 180,2 mg

Kadar asetosal = 98,73 %

8. Spektrofotometri UV/Vis 100 ppm ; A = 0,65

90 ppm ; A = 0,5755

80 ppm ; A = 0,5215

70 ppm ; A = 0,4582

60 ppm ; A = 0,3894

Hasil pembakuan NaOH dengan Asam oksalat

o Erlenmeyer 1

V1N1(NaOH) = V2N2 (as.oksalat)

Page 14: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

9,95 x N1 = 10 x 0,5

N1 = 0,502

o Erlenmeyer 2

V1N1(NaOH) = V2N2 (as.oksalat)

9,54 x N1 = 10 x 0,5

N1 = 0,52

Hasil perhitungan kadar asetosal

Page 15: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Spektrum Infra Merah

500100015002000300040001/cm

-50

0

50

100

%T

30

23

,93

25

87

,53

17

57

,65

17

03

,16

16

06

,23

14

55

,79

13

06

,78

11

92

,02 10

95

,09

10

13

,12

91

6,6

8 80

4,3

2

70

4,9

9

28

31

,50

26

96

,48

25

84

,61

25

44

,11

23

58

,94

23

30

,01

17

70

,65

13

05

,81

13

05

,81

11

86

,22

11

86

,22

91

6,1

99

16

,19

asetosal_19-03-2012asetosal_baku 16-03-2011

Purity index for asetosal_19-03-2012 vs. asetosal_baku 16-03-2011

Date: 19/03/2012

Time: 15:21:01

Username: Owner

Page 16: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Normalization: Datapoints

Peak purity: Correlation

Threshold: 0,000000

Smooth: None

Purity index 0,806757

Slope 0,206410

Intercept 0,762934

Foto hasil penelitian

Kelarutan dalam kloroform (1 : 17 ) Kelarutan dalam etanol (1:5)

Page 17: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Uji Ph Reaksi warna

Spekttofotometri UV/Vis Pembakuan NaOH

Page 18: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Titrasi asetosal Melting point test

KURVA KALIBRASI ABSORBANSI LARUTAN BAKU ASETOSAL

Absorbansi

0,80

0,70

0,60

0,50

0,40

Page 19: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

0,30

0,20

0,10

0,00Konsentrasi

60 ppm 70 ppm 80 ppm 90 ppm 100 ppm

II. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode analisis asetosal dan

uji batas logam berat serta melakukan analisis pada bahan baku

tersebut.Metode analisis yang digunakan dalam penelitian meliputi uji

pendahuluan,uji kualitatif dan uji kuantitatif.Dalam uji pendahuluan dilakukan

pemeriksaan organoleptis,pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang

paling pertama dan mudah dilakukan yaitu dengan mengambil sejumlah

sampel asetosal kemudian diamati bentuk,rasa dan bau dari asetosal.Dari hasil

pengamatan diketahui bahwa asetosal memiliki bentuk hablur putih seperti

jarum atau lempengan berwarna putih dan tidak berbau.Hasil ini sesuai

dengan monografi asetosal yang tertera pada Farmakope

Indonesia.selanjutnya dilakukan pengujian kelarutan.Asetosal dilarutkan

Page 20: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

dalam air,etanol dan kloroform.Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa

asetosal sukar larut dalam air dengan perbandingan 1 gram : 300 ml perlu

dibantu dengan pemanasan , sedangkan dalam etanol asetosal memiliki

kelarutan yang baik yaitu dinyatakan mudah larut dengan perbandingan 1

gram: 5 ml begitu juga pada kelarutan dalam kloroform dinyatakan mudah

larut dengan perbandingan 1 gram : 17 ml.Selanjutnya dilakukan susut

pengeringan. Susut pengeringan adalah nilai yang menunjukan jumlah

senyawa volatile dalam sampel dengan pemanasan pada suhu yg spesifik

dengan/tanpa vaccum,pengujian susut pengeringan berdasarkan Farmakope

Indonesia dilakukan dengan menimbang sebanyak 3 gram asetosal kemudian

dikeringkan dengan menggunakan silica gel P selama 5 jam,namun dalam

penelitian pengeringan tidak dilakukan dengan silica melainkan dengan

menggunakan oven karena dinilai lebih cepat dalam pengerjaan.Setelah

dikeringkan kemudian ditimbang kembali bobot asetosalnya diperoleh bobot

asetosal setelah pengeringan sebesar 3,0515 dari data tersebut dapat ditentuka

bahwa nilai susut pengeringannya sebesar 0,0418 dari hasil tersebut dapat

dikatakan bahwa sampel asetosal tidak memenuhi syarat susut pengeringan

berdasarkan Farmakope Indonesia karena susut pengeringan nya lebih dari 0,5

%.Selanjutnya dilakukan Uji reaksi warna,pengujian ini dilakukan dengan

mereaksikan asetosal yang dilarutkan dalam etanol kemudian direaksikan

dengan besi (III) klorida,berikut adalah mekanisme reaksinya :

Page 21: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Asetosal merupakan ester fenolik dari asam salisilat sehingga tidak dapat

bereaksi dengan Fe3+. Gugus ester tersebut harus dipecah melalui hidrolisis

terlebih dahulu dengan ion hidroksida yang diperoleh dari etanol sehingga

terbentuk salisilat dianion selanjutnya dengan penambahan besi (III) klorida maka

akan terbentuk kompleks besi-salisilat yang berwarna ungu pekat.warna ungu

pekat yang terbentuk merupakan identifikasi yang spesifik terhadap asetosal.

Selanjutnya dilakukan pengujian Ph terhadap asetosal.asetosal dilarutkan ke

dalam aqudest walaupun asetosal sukar larut dalam air namun untuk pengujian ini

harus dilakukan dalam pelarut air karena air bersifat netral sehingga tidak akan

mempengaruhi pengukuran ph.Dari hasil pengamatan diperoleh ph asetosal yaitu

2,33 termasuk bersifat asam.Sifat asam ini karena dalam asetosal terdapat gugus

fungsi asam karboksilat.

Untuk uji kualitatif dilakukan pengujian Melting point dan dengan metode

Spektrofotometri IR.Titik leleh suatu senyawa ialah suhu dimana senyawa

tersebut mulai meleleh. Senyawa – senyawa murni suhunya hampir tetap selama

meleleh atau disebut juga mempunyai titik leleh yang tajam, misalnya 125,5° -

126° atau 180° - 181°, sedangkan untuk senyawa yang sama tetapi tidak murni

akan meleleh pada interval suhu yang lebar, misal 123° – 126° atau 176° – 180°.

Pengotoran yang menyebabkan penurunan titik leleh ini dapatmerupakan bahan

Page 22: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

berbentuk resin yang tidak diidentifikasi atau senyawa lain yang mempunyai titik

leleh lebih rendah atau lebih tinggi dari senyawa utamanya.

Menentukan titik leleh suatu kristal merupakan cara yang digunakan untuk

menguji kemurnian suatu kristal tersebut. Jika zat padat dipanasakan, zat padat

akan meleleh. Suatu zat padat mempunyai struktur kisi  yang teratur dan diikat

oleh gaya gravitasi dan elektrostatik. Bila zat padat dipanaskan, energi kinetik

dari molekul kristal akan naik dan molekul akan bergetar yang akhirnya pada

titik lelehnya, kristal akan meleleh. Alat penentu titik leleh ada beberapa macam

mulai yang manual hingga digital seperti thiele, Fisher John Melting point

apparatus, blok logam atau dengan system digital.

Dalam percobaan ini, kami menguji titik leleh asetosal dengan melting point

apparatus. Range titikleleh yang diperoleh dari percobaan yaitu 120-129° C Titik

leleh ini berbeda dengan titik leleh literatur 130°C. Hal ini karena didalam kristal

terdapat zat pengotor yang mengganggu struktur kisi kristal sehingga membuat

trayek titik leleh menjadi besar dan titik leleh menjadi tidak sama dengan

literatur, dalam hal ini zat pengotor nya adalah kristal asam salisilat. Hal lain

yang menyebabkan perbedaan titik leleh ini adalah pada saat pengisian pipa

kapiler pada melting block. Menurut literatur, kristal yang diperlukan untuk

mengisi pipa kapiler adalah sekitar 0,5 cm tinggi pipa kapiler tersebut. Jadi

kristal yang terlalu banyak dan terlalu sedikit membuat hasil titik leleh berbeda.

Selanjutnya, adalah pengujian dengan metode spektrofotometri infra

merah.Terdapat dua tipe Spektrofotometri Infra Merah, yaitu Spektrofotometri Infra merah

Konvensional dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Dalam percobaan ini digunakan

Spektrofotometri FTIR karena sampel yang digunakan lebih sedikit dari 5 mg. Selain itu juga

FTIR lebih sensitif daripada Spektrofotometri Infra merah Konvemsional.

Page 23: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Mekanisme analisis secara umum yaitu energi infra merah dipancarkan dari

pijaran sumber sinar. Sinar ini melewati celah yang mengontrol jumlah energi

yang disampaikan kepada sampel. Sinar memasuki interferometer dimana

“encoding spektral” terjadi.Sinyal Interferogram yang dihasilkan kemudian

keluar interferometer. Sinar memasuki ruang sampel dimana ditransmisikan

melalui permukaan sampel, tergantung pada jenis analisis yangdicapai. Di sinilah

frekuensi energi tertentu, yangmerupakan karakter unik darisampel, diserap.Sinar

akhirnya lolos ke detektor untuk pengukuran akhir. Detektor yangdigunakan

secara khusus dirancang untuk mengukur sinyalinterferogram. Sinyal yang

diukur didigitalkan dan dikirim ke komputer dimana transformasi Fourier terjadi.

Spektrum inframerah terakhir ini kemudian dipresentasikan kepada pengguna

untuk interpretasi.

Ada beberapa cara pengolahan sampel untuk analisis menggunakan

Spektrofotometri Infra Merah tetapi pada percobaan ini digunakan cakram

Kalium Bromida (KBr). Campur 200 mg kalium bromide dan 20 mg zat sampel

(asetosal), aduk hingga homogen di mortir khusus dan dilakukan di tempat yang

kelembabannya rendah. Kelembaban dari ruangan akan mempengaruhi cakram

KBr sehingga mempengaruhi pembacaan spectrum. Jika kelembaban tinggi maka

banyak uap air yang akan diserap oleh KBr. Buat cakram KBr dari campuran

KBr dan zat sampel. Cakram dibuat dengan cara mengisi cetakan dengan rata dan

kompresikan oleh alat penekan hidrolik dengan tekanan lebih kurang 60 Kn

selama 5 menit. Hubungkan pula dengan pompa vakum untuk membuang sisa

CO2 atau keberadaan udara pada KBr yang dapat mempengaruhi hasil. Setelah

itu cakram diletakkan pada spektrofotometer menggunakan pinset agar tidak

terkontaminasi. Lihat spektrum yang dihasilkan. Menurut Farmakope Indonesia

edisi IV, Spektrum serapan Inframerah zat yang didispersikan dalam kalium

bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti

pada Asam Asetilsalisilat BPFI.

Page 24: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Dari hasil Spektrum Infra Merah yang diperoleh, gugus fungsi yang didapat adalah sebagai

berikut:

BilanganGelombang Intensitas GugusFungsi

3023,93 Kuat C=H

2587,53 Sedang O=H Karboksilat

1757,65 Kuat Ester C=O

1703,16 Kuat C=O karboksilat

1606,23 Rendah-sedang C=C aromatik

1455,79 Rendah-sedang C=C

Dari data diatas diperoleh gugus-gugusfungsi yang sesuai dengan struktur

asetosal. Adapun purity index yang diperoleh yaitu 0,806757. Dapat disimpulkan

bahwa sampel asetosal ini tidak murni karena jauh dari range kemurnian asetosal

yang tercantum pada Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tidak kurang dari

99,5% dan tidak lebih dari 100,5%. Hal ini dapat disebabkan karena asetosal yang

digunakan mengandung pengotor, didalam cakram masih terdapat air atau CO2,

asetosal yang digunakan terurai karena adanya pengaruh kelembaban udara di

ruangan analisis, ataupun saat pembuatan cakram tidak homogen dalam

pencampurannya

Yopi, 04/03/12,
Jenis vibrasinya mana?
Yopi, 04/03/12,
C-H alifatik kali..
Yopi, 04/03/12,
O-H kali.. bentuk spektrum nya kan lebarr.
Page 25: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Uji batas logam berat adalah uji yang dimaksudkan untuk mengetahui bahwa

cemaran logam yang direaksikan dgn ion sulfida menghasilkan warna pada

kondisi penetapan dan tidak melebihi batas logam berat yg tertera pd

monografi,dinyatakan dalam % (bobot) timbal dalam zat uji.untuk pengujian

batas logam berat menurut Farmakope Indonesia dilakukan dengan melarutkan 2

gram asetosal ke dalam 25 ml aseton dan ditambahkan 1 ml air dan 10 ml

hidrogen sulfida kompleks warna yang terbentuk tidak lebih gelap dari

pembanding yang dibuat dari dari 25 ml aseton P,2 ml larutan baku timbal dan 10

ml hidrogen sulfida.Nilai batas logam yang dipersyaratkan adalah tidak lebih dari

10 bpj.Namun,dalam penelitian kali ini tidak dilakukan pengujian batas logam

berat karena tidak adanya alat yang menunjang untuk uji tersebut.

Uji kuantitatif bertujuan untuk mengetahui kadar dari bahan baku asetosal

untuk menjamin kualitas bahan baku sediaaan obat. Penjaminan kualitas bahan

baku obat dengan melakukan penetapan kadar asetosal dari bahan baku sangat

penting untuk mendukung efek farmakologi yang optimal dari obat. Pada

percobaan ini penetapan kadar bahan baku asetosal menggunakan

spektrofotometri. Spektrofotometer adalah suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur transmitan/absorbansi suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang,

pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal.

Spektrofotometri dapat digunakan untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang

diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya

molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan

untuk analisis kuantitatif.

Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode ini

sederhana dan memiliki tingkat ketelitian yang baik. Adapun prinsip utama pada

praktikum kali ini yaitu radiasi elektromagnetik dapat menyebabkan senyawa

yang meiliki gugus kromofor akan tereksitasi dari keadaan dasar (ground state)

ke keadaan tereksitasi dengan energi yang lebih tinggi karena menyerap radiasi

Page 26: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

elektromagnetik. Asetosal mempunyai gugus kromofor dan auksokrom sehingga

menyebabkan senyawanya berwarna. Gugus kromofor merupakan gugus atau

atom dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar

tampak. Contoh gugus kromofor adalah alken, alkil, karbonil, karboksil, amido

azo, nitro nitroso, nitrat. Sedangkan auksokrom adalah  gugus fungsional yang

memiliki elektron bebas (seperti OH ; -O ; -NH2 ; dan – OCH3) dan dapat

meningkatkan daya kerja kromofor sehingga mengakibatkan pergeseran pita

absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar atau dikenal dengan

pergeseran batokromik disertai dengan peningkatan intensitas (efek hiperkromik).

Gugus kromofor yang terdapat pada struktur Asetosal yaitu gugus karboksil.

Langkah awal dalam percobaan ini yaitu melakukan preparasi larutan

baku asetosal. Larutan baku Asetosal 150 ppm diencerkan dengan berbagai

variasi konsentrasi, yaitu 100 ppm, 90 ppm, 80 ppm, 70 ppm dan 60 ppm .

Pengenceran ini dilakukan untuk melihat variasi absorbansi dari variasi

konsentrasi larutan baku sehingga dapat dibuat kurva baku larutan Asetosal.

Sebelumnya dilakukan penetuan variasi konsentrasi dengan mengukur absorbansi

dari konsentrasi larutan baku sehingga berada pada range 0,2 – 0,8 untuk

memberikan nilai akurasi dan presisi yang baik. Selain itu, pembuatan kurva baku

minimal dibuat 5 variasi konsentrasi untuk mendapatkan kurva yang linier,

sehingga menghasilkan nilai akurasi dan presisi yang lebih baik.

Sebelum pengukuran absorbansi larutan baku dilakukan, terlebih dahulu

dilakukan pengukuran absorbansi pelarut yang digunakan, yaitu etanol. Hal ini

dilakukan untuk mengkalibrasi alat spektrofotometer dengan tujuan untuk

menolkan pelarut sehingga pada saat pengukuran sampel pelarut tidak

memberikan serapan yang dapat mempengaruhi nilai absorbansi sampel yang

diukur.

Page 27: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Setelah itu dilakukan pengukuran terhadap larutan baku. Sebelumnya

kuvet yang akan digunakan dibilas terlebih dahulu dengan menggunkan larutan

baku agar tidak ada pengotor yang menempel pada dinding kuvet. Kemudian

larutan baku dimasukkan ke dalam kuvet hingga ¾ bagian kuvet. Kuvet

diletakkan ditempatnya dan absorbansi larutan sampel diukur pada rentang

panjang gelombang 400-800 nm

Data yang diperoleh dari pengukuran absorbansi larutan baku dengan 5

variasi konsentrasi yaitu 0,3894 A, 0,4582 A, 0,5215 A, 0,5755 A, dan 0,65

A,masing-masing untuk konsentrasi 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, 90 ppm, dan 100

ppm. Berdasarkan hasil tersebut, semakin besar konsentrasi larutan maka semakin

besar pula absorbansi larutan. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer yang

dikenal dengan persamaan A=abc dimana absorbansi dinyatakan dengan A dan

konsentrasi dinyatakan dengan c. Berdasarkan persamaan tersebut diketahui

bahwa absorbansi berbanding lururs dengan konsentrasi, dengan kata lain

semakin besar nilai konsentrasi maka semakin besar absorbansinya.

Setelah mengetahui absorbansi pada variasi konsentrasi tersebut,

kemudian dibuat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan liniernya yaitu :

Y = 6,38 x 10-3 + 8,42 x 10-3

Dengan mengetahui persamaan linier tersebut maka dapat diketahui

konsentrasi dari sampel. Namun, pengukuran larutan sampel dengan

spektofometer tidak dilakukan karena keterbatasan waktu praktikum sedangkan

penggunaan spektrofotometer dilakukan secara bergiliran untuk semua kelompok.

Sehingga penetapan kadar asetosal dilakukan dengan metode titrasi asam basa

jenis alkalimetri untuk mendapatkan kadar bahan baku asetosal dalam rangka

pengujian kualitas bahan baku.

Yopi, 04/03/12,
Variabel X nya mana nih??
Yopi, 04/03/12,
Knp pada panjang gelombang ini?
Page 28: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Dalam analisis titrimetri dilakukan dengan mengukur volume,sejumlah zat

yang dianalisis yang direaksikan dengan larutan baku (standar) yang

konsentrasinya telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung secara

kuantitatif.Metode titrimetri dipilih Metode titrasi dipilih karena memiliki

ketelitian yang baik,alat dan pengerjaannya yang sederhana. Titrasi ini adalah

jenis titrasi asidi-alkalimetri, titrasi asidi-alkalimetri termasuk reaksi

netralisasi.Reaksi netralisasi adalah reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari

asam (dalam hal ini berasal dari asetosal) dengan ion hidroksida yang berasal dari

basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.

Titrasi yang dipilih adalah titrasi alkalimetri.Titrasi alkalimetri adalah

penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa yang bersifat asam dengan

menggunakan baku basa.Hal ini sesuai dengan asetosal yang bersifat asam lemah

yang akan dititrasi menggunakan NaOH sebagai larutan baku yang bersifat basa

kuat.Berdasarkan Farmakope indonesia, titrasi yang dilakukan adalah teknik

titrasi balik tetapi dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik titrasi langsung

karena cara ini dinilai lebih akurat dibandingkan dengan cara titrasi balik yang

menggunakan dua titran sehingga kemungkinan kesalahanya lebih besar serta

pengerjaan titrasi langsung lebih mudah,cepat dan sederhana.

Larutan baku dibuat dengan melarutkan 1gram NaOH ke dalam 50 ml

aquadest.NaOH merupakan larutan baku sekunder karena sifat nya higroskopis

sehingga perlu dilakukan standardisasi dengan menggunakan larutan baku

primer.Larutan baku primer yang digunakan adalah Asam oksalat karena untuk

senyawa yang digunakan sebagai baku primer harus memiliki kemurnian yang

sangat tinggi,tidak berubah selama penimbangan,tidak teroksidasi oleh O2 dari

udara dan tidak berubah dengan CO2 dari udara serta mempunyai berat ekivalen

yang tinggi sehingga kesalahan penimbangan akan menjadi lebih

kecil.Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan berat asam oksalat

yang ditimbang berdasarkan rumus:

Page 29: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Sehingga dari perhitungan tersebut untuk membuat Asam oksalat 0.5 N

diperlukan 0,63 gram asam oksalat yang dilarutkan ke dalam 20 ml

aquadest,selanjutnya dari larutan tersebut diambil 10 ml dan ditempatkan pada

erlenmeyer untuk selanjutnya dititrasi dengan NaOH secara duplo kemudian volume

titran yang digunakan dicatat dan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan

normalitas dari NaOH.Konsentrasi Asam okslaat 0,5 N berdasarkan pada penetapan

kadar yang tertera pada Farmakope Indonesia. Dari hasil pengamatan diperoleh

normalitas NaOH adalah 0,513. Setelah NaOH selesai dibakukan maka dapat

digunakan sebagai larutan baku untuk mentitrasi sampel asetosal.

Untuk melarutkan sampel digunakan etanol netral karena asetosal sukar larut

dalam air selain itu karena jika digunakan etanol biasa maka dikhawatirkan akan

menambah keasaman dari asetosal sehingga akan mempengaruhi hasil penetapan

kadarnya.Etanol netral dibuat dengan cara mentitrasi etanol dengan NaOH yang telah

dibakukan dan ditambahkan indikator fenoftalien.Titrasi dlakukan hingga terjadi

perubahan warna menjadi pink muda,selanjutny etanol netral dapat digunakan

sebagai pelarut.Ditimbang sebanyak 180,2 mg asetosal dilarutkan ke dalam etanol

netral dan ditambahan 2 tetes indikator fenoftalien kemudian dititrasi dengan NaOH

hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi pink muda.

Pada awal titrasi perubahan nilai Ph berlangsung lambat sampai menjelang titik

ekivalen.Pada saat nilai ekivalen inilah,nilai ph akan meningkat secara drastis

sehingga untuk mengamati titik akhir titrasi digunakan indikator. Titik ekivalen

adalah titik dimana bahan yang dianalisis telah bereaksi dengan senyawa baku secara

kuantitatf sedangkan titik akhr titrasi adalah titik dimana titrasi berakhir ditandai

dengan perubahan warna larutan.Perubahan warna ini dapat lebih mudah diamati

dengan bantuan indikator.Indikator adalah suatu asam atau basa lemah yang berubah

Page 30: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

warna diantara bentuk terionisasi dan tidak terionisasi.Indikator yang digunakan

adalah fenoftalien.Fenoftalien dipilih karena titik akhir titrasi akan berada pada ph

basa sehingga dinilai fenoftalien merupaka indikator yang tepat karena Fenoftalien

mempunyainilai Pka 9,4 (perubahan warna terjadi antara Ph 8,4-10,4) struktur

fenoftalien akan mengalami penataan ulang (terionisasi) pada kisaran Ph tersebut

yang akan mengakibatkan perubahan warna menjadi pink.Kurva titrasi dengan

fenoftalein adalah sebagai berikut:

Dari hasil pengamatan volume titran yang digunakan adalah 1,925 ml kemudian

dihitung kadarnya dengan rumus :

Sehingga,diperoleh nilai kadar asetosal sebesar 98,73 %. Dari hasil ini dapat

dinyatakan bahwa sampel asetosal tidak memenuhi persyaratan Farmakope

Page 31: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Indonesia,dimana syarat kadar asetosal berada pada 99,5 % – 100,5 %.Hal ini dapat

terjadi karena bahan asetosal yang digunakan mungkin telah terkontaminasi zat lain

selama penyimpanan dan mungkin sampel yang digunakan merupakan sampel yang

telah disimpan dalam waktu yang lama sehingga kualitas sampel telah berkurang.

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Metode analisis asetosal dapat diketahui yaitu dengan menggunakan Uji

pendahuluan yang meliputi pemeriksaaan organoleptis,uji kelarutan,susut

pengeringan,uji Ph;Uji kualitatif yaitu dengan pengujian melting point dengan

rentang suhu 122-129° C dan spektrofotometri IR dengan hasil kemurnian sebesar

80,67 %;Uji kuantitatif meliputi : Titrasi alkalimetri dengan kadar 98,73 % dan

Spektrofotometri UV/Vis.

DAFTAR PUSTAKA

Basset,J.,1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.Jakarta: ECG

Braddy, James E., 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur, Binarupa

Aksara .Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.Farmakope Indonesia Edisi

IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Page 32: Laporan+Analisis+Bahan+Baku+Asetosal+Fix Rev

Giwangkara S.2007.Spektrofotometri Infra Merah.http://chem-is-try. org/

artikel_kimia_analisis/spektrofotometri_infra_merah/ (Diakses pada 31 maret

2012)

Gholib,Ibnu dan Rohman,Abdul.2007.Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:

Pustaka pelajar.

Junaidi.2009.Spektrofotometri Infra Merah. http: //Wawan _Junaidi. Blogspot

.com /2009/07/spektrofotometri_infra_red_atau_infra.html (Diakses pada 31

maret 2012).

Skoog,D.A.,1985.Principle of Instrumental Analysis 3rd Ed.,Newyork: Saunders

College Publishing.

Vogel ,A.I.,1978. A Textbook of Quantitative Inorganic Analysis,4th Ed., London,

New York,Toronto: Longmans,Green and Co.