neurohormonal rev
TRANSCRIPT
NEUROHORMONAL
Laporan Kelompok
disusun sebagai tugas kelompok Semester Genap Tahun Akademik 2013/2014
Mata Kuliah Biopsikologi
Disusun Oleh:
Apriliantri 1301140
Febi Yusyiana 1304688
Mohammad Rifky D 1306573
Vina Sita Ramayanti 1304668
Vionnika Gesty 1304550
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWTKarena berkat rahmat dan ridha-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, tidak lupa shalawat dan salam dicurahkan kepada
nabi besar Muhammad SAW.
Terimakasih kepada teman-teman kelompok yang sudah membantu dalam pebuatan
makalah ini baik atas saran, koreksi, dan pengalamannya. Sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya menjadi dorongan dan perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Amin yaa Robb Al’aalamin
Bandung, April 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang Masalah 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan Makalah 3
1.4 Manfaat Penulisan Makalah 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka 5
2.2 Pembahasan 6
2.2.1 Hubungan sistem saraf dengan sistem endoktrin 7
2.2.2 Aktivitas Biologis Sistem Saraf dan Hormon 8
2.2.3 Efek psikosomatis yang disalurkan melalui saraf otonom 8
2.2.4 Efek psikosomatis yang disalurkan melalui hiofisis anterior 9
2.2.5 Aksis atau Poros HPA (hipotalamus-pituitari-adrenal) 10
2.2.6 Hubungan antara Psikologi dan Neurohormonal 11
2.2.7 Homeostasis 12
2.2.8 Siklus Hubungan Psikologi Dan Gangguan Sistem Endokrin 13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan dan saran 14
Daftar Pustaka 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa.Berbagai bidang ilmu dapat
dikaitkan dengan psikologi, seperti Statistika, Ilmu-ilmu Sosial, bahkan Ilmu-ilmu Alam,
terutama Biologi.Kaitan Biologi dengan Psikologi salah satunya dalam hal mempelajari
lebih dalam mengenai anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
Setelah mempelajari mengenai sistem saraf dan berbagai sistem endokrin,
pembahasan mengenai neurohormonal juga diperlukan.Neurohormonal ini bila
dianalogikan seperti jembatan yang menghubungkan antara sistem saraf dengan berbagai
hormon yang terdapat dalam sistem endokrin.
Makalah ini berisikan mengenai perbedaan saraf dengan endokrin, berbagai kajian
perilaku, psikis, kognitif, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan neurohormonal.
Hubungan antara sistem saraf dan sistem hormon pun dapat dilihat dalam makaalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana hubungan system syaraf dengan hormone?
2. Hal apa saja yang terkait dengan neurohormonal terutama kajian prilaku?
3. Apa yang dimaksud dengan akses HPA?
1.3 Tujuan Penulisan makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
mengetahui dan memahami :
1. Hubungan system syaraf dengan hormone.
2. Hal yang terkait dengan neurohormonal terutama kajian prilaku.
3. Pengertian dan kajian akses HPA?
iii
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik bagi pembaca maupun
penulis. Makalah ini diharapkan sebagai wahana penambah pengetahuan,wawasan dan media
informasi mengenai neurohormonal.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Sistem neurohormonal merupakan sistem pengatur kerja tubuh antara sistem saraf dan
hormon atau system endokrin. Neurohormon: disintesis dalam sel-sel saraf neurosekresi. Zat ini
berfungsi dan disekresi seperti hormon, tetapi biasanya bekerja dalam jarak yang lebih pendek
dan jelas.
a. Salah satu contoh neurohormon adalah neuropeptida yang diproduksi neuron dalam sistem
saraf pusat.
b. Neurotransmitter yang beroperasi melalui sinaps atau neuromodulator yang meningkatkan
atau menghambat respons neuron ke neurotransmitter juga disebut sebagai hormon.
(Sloane,2004)
Sistem saraf merupakan sistem yang mengatur seluruh aktivitas tubuh.System ini terbagi dua,
yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi, serta sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis.
Sistem saraf merupakan sistem yang mengatur seluruh aktivitas tubuh.System ini terbagi dua,
yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi, serta sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis.
.
Gambar Saraf
v
Aktivitas yang diatur atau dipengaruhi sistem endokrin, meliputi:
reproduksi dan laktasi, proses sistem kekebalan, keseimbangan asam basa, asupan
cairan (keseimbangan volume cairan intraselular dan ekstraselular ), metabolism
(karbohidrat, protein, lemak, dam asam nukleat), digesti, absorpsi, dakanan darah,
distribusi nutrient, tahanan tekanan, serta adaptasi terhadap perubahan
lingkungan.
Jenis Hormon
1. Hormon endokrin: hormon yang disekresi oleh organ atau jaringan utama yang
termasuk bagian sistem endokrin.
2. Neurohormon: disintesis dalam sel-sel saraf neurosekresi. Zat ini berfungsi dan
disekresi seperti hormon, tetapi biasanya bekerja dalam jarak yang lebih pendek
dan jelas.
c. Salah satu contoh neurohormon adalah neuropeptida yang diproduksi neuron
dalam sistem saraf pusat.
6
d. Neurotransmitter yang beroperasi melalui sinaps atau neuromodulator yang
meningkatkan atau menghambat respons neuron ke neurotransmitter juga
disebut sebagai hormon.
3. Prostaglandin: zat seperti hormon yang merupakan derivate asam lemak asam
arakidonat.(Sloane,2004)
2.2 Pembahasan
2.2.1 Hubungan sistem saraf dengan sistem endoktrin
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan
mengkoordinasi aktivitas tubuh.
Perbandingan antara Sistem Endokrin dan Sistem Saraf
Nervous System Endocrine System
Dihubungkan dengan impuls elektrik
dan neurotransmitter
Dihubungkan dengan hormone
Melepaskan Neurotransmitter di
sinapsis pada target spesifik
Melepaskan hormon kedalam aliran
darah untuk dialirkan ke seluruh tubuh
Setiap sel saraf berujung langsung di sel
sasaran spesifiknya
Menyebar
Bereaksi cepat terhadap stimuli,
biasanya
1-10 msec.
Bereaksi lambat terhadap stimuli,
biasanya membutuhkan beberapa detik
atau hari
Berhenti ketika stimulus juga berhentiDapat terus merespon lama setelah
stimulus berhenti
Beradaptasi relatif cepat terhadap
rangsangan terus-menerus
Beradaptasi relatif lambat, dapat terus
merespon selama berhari-hari sampai
berminggu-minggu setelah stimulasi
7
(a)
(b)
Hubungan antara system Saraf dan Endokrin(a) Suatu neuron memiliki serat
panjang yang dapat mengirimkan neurotransmitternya disekitar sel target. (b) Sel
endokrin mensekresikan hormon ke dalam darah. Hormon terikat dengan sel
target di tempat yang sering dikontrol oleh sel kelenjar.
2.2.2 Aktivitas Biologis Sistem Saraf dan Hormon
Untuk memahami aktivitas biologis yang ditimbulkan oleh sistem saraf
dan sistem hormon dalam menimbulkan efek neurohormonal, kami mengambil
contoh berupa gejala atau gangguan psikosomatis.Psikosomatis merupakan
gangguan yang bersifat fisik tapi tidak dapat ditemukan sebab-sebab organis atau
medisnya, namun faktor-faktor psikologis yang diduga kuat sebagai pola
penyebabnya.
2.2.3 Efek psikosomatis yang disalurkan melalui saraf otonom :
Pada umumnya kelainan psikosomatis disebabkan oleh aktivitas yang
berlebih pada sistem simpatis atau sistem parasimpatis. Efek sistem simpatis yang
biasa timbul : peningkatan frekuensi denyut jantung , peningkatan tekanan arteri,
konstipasi, peningkatan kecepatn metabolisme. Sedangkan efek sistem
parasimpatis yang lebih bersifat setempat, contohnya : peningkatan atau
penurunan denyut jantung, spasmeesophageal, peningkatan peristaltik dari traktus
8
gastrointestinal bagian atas, peningkatan kadar asam lambung sehingga dapat
timbul ulkus peptikm, sekresi kelenjar kolon yang ekstrem dan peristaltic
sehingga menyebabkan diare. Keadan emosi (misal marah) →perangsangan
hipotalamus →sinyal diteruskan ke bawah melalui formasio retikularis dan
medulla spinalis →lepasnya muatanmuatan simpatis →efek-efek simpatis
terjadi.Peristiwa simpatetik ini merupakan alarm reaction atau reaksi tanda
bahaya pada respon ‘flight or fight’ (respon menyerang atau menghindar).
Perangsangan saraf simpatis yang menuju ke medulla adrenal →lepasnya
epinefrin dan norepinefrin →masuk sirkulasi darah →sampai di semua jaringan
tubuh → timbul efek-efek dari kedua hormon tersebut (peningkatan aktivitas
jantung, melebarnya pupil, konstriksi seluruh pembuluh darah, dll).
3 Efek psikosomatis yang disalurkan melalui hiofisis anterior :
Stres →→Hipotalamus
Hipofisis anterior
Korteks adrenal
Pengeluran hormon adrenokortikal
(kortisol)
Efek sekresi lambung
Asam lambung meningkat
Ulkus peptikum (sakit maag)
2.2.5 Aksis atau Poros HPA (hipotalamus-pituitari-adrenal)
9
Poros ini merupakan jalur antara hipotalamus, kelenjar pituitari atau
hipofisis, dankelenjar adrenal (korteks adrenal).Aksis HPA memegang peranan
penting dalam beradaptasi terhadap stres baik stres eksternal maupun
internal.Ketika berespon terhadap ketakutan, marah, cemas, dan hal-hal yang tidak
menyenangkan, atau bahkan juga terhadap harapan dapat terjadi peningkatan
aktivitas aksis HPA.
Stresor
Korteks dan sistem limbik
Hipotalamus
CRF
Hipofisis (pituitary) feedback
ACTH mechanism (-)
Korteks adrenal
Glukokortikoid (kortisol)
Kortisol mempunyai efek umpan balik negatif yang sifatnya langsung
terhadaphipotalamus untuk menurunkan CRF, dan kelenjar hipofisis anterior
untuk menurunkan ACTH. Namun jika stressor terus-menerus ada, maka
mekanisme umpan balik ini tidak akan mampu lagi menekan sekresi CRF maupun
ACTH sehingga aktivitas pada aksis HPA ini akan meningkat terus. Bila
peningkatan aktivitas ini terus terjadi sehingga produksi kortisal terus meningkat,
dapat merusak sel-sel neuron di hipotalamus sehingga terjadi atrofi hipotalamus,
dan akibatnya bisa muncul gangguan kognitif, seperti pada penderita depresi.Dan
bahkan kortisol yang meningkat terus diduga kuat dapat mempengaruhi kekebalan
tubuh dengan menekan T-cell.Berikut ini menggambarkan rangkaian proses
psikofisiologis pada keadaan stress, baik melalui sistem saraf maupun sistem
hormonal :
2.2.6 Hubungan antara Psikologi dan Neurohormonal
10
Ahli psikologi fisiologi biasanya menggunakan pendekatan neurobiologi
(disebut juga ahlineuropsikologi) yang mencoba menjelaskan fenomena dengan
menghubungkan antaraproses biologis dengan perilaku seperti mempelajari
bagaimana hormon seks mempengaruhiperilaku. Banyak aspek perilaku manusia
dan fungsi mental yang tidak dapat dipahami sepenuhnyatanpa adanya dasar
pengetahuan mengenai proses biologis, karena sistem syaraf pada indraorgan,
otot, dan kelenjar yang mempengaruhinya memungkinkan manusia
menyadarikeadaan lingkungan untuk menyesuaikan diri (Atkinson dkk, 1996) .
Sapolsky (1992) mengatakan dalam penelitiannya pada primata mengenai
hubungan antara stress dan penyakit fisik, menunjukkan bahwa stres dan hormon
stres yang terkait dengan keadaan stress dapat membahayakan otak sama seperti
yang terjadi pada manusia. Untuk itu perlu dilakukanstrategi untuk mengurangi
stres dan metode untuk melindungi neuron dari kerusakan lebih lanjutkarena
glukokortikoid, hormon steroid adrenalin (hidrokortison atau kortisol pada
manusia) dilepaskanselama terjadi stres. Paparan berlebihan hormon ini dapat
merusak otak dan membuat neuron lebihmudah luka.Menurut Guyton dan Hall
(2007), glukokortikoid merupakan salah satu dari jenis hormoneadrenokortikal
yang utama dan disekresikan oleh korteks adrenal. Hormon ini mempunyai efek
yangpenting yaitu meningkatkan konsentrasi glukosa darah dan efek tambahan
pada metabolisme proteindan lemak yang sama pentingnya untuk fungsi tubuh
seperti efek glukokortikosteroid padametabolisme karbohidrat. Dari korteks
adrenal juga dapat dikenali lebih dari 30 jenis steroid , namunhanya dua jenis
yang berguna untuk fungsi endokrin manusia yaitu aldosteron yang
merupakanmineralokortikoid yang utama dan kortisol yang merupakan
glukokortikoid utama.
Guyton dan Hall(2007) juga mengatakan bahwa hormon-hormon steroid
adrenal pada orang dewasa yaitu steroidsintetik, aktivitas glukokortikoid dan
mineralokortikoid yang berhubungan (lampiran 1). Sedikitnya 95persen aktivitas
glukokortikoid dari sekresi adrenokortikal merupakan hasil dari sekresi kortisol
yangdikenal juga sebagai hidrokortison.Korteks adrenal merupakan salah satu
bagian kelenjar adrenal.Pentingnya peran kelenjar adrenal ini terlihat dari keadaan
11
dimana jika seekor hewan dibuangkelenjar adrenalnya maka hewan tersebut
menjadi tidak tahan terhadap berbagai stres fisik ataubahkan berbagai stres
mental, bahkan jika mengalami penyakit ringan seperti infeksi saluranpernafasan
sudah dapat menyebabkan kematian (Guyton dan Hall, 2007).
2.2.7 Hemeostasis
Homeostasis berhubungan dengan tingkatan umum dari ciri berfungsinya
organisme sehat,seperti suhu badan yang normal, detak jantung, dan tekanan
darah. Dalam keadaan stress,keseimbangan normal terganggu, dan proses mulai
dikerjakan untuk memperbaiki keseimbangandan mengembalikan tubuh ke derajat
fungsi yang normal. Misalnya, kalau merasaterlalu panas, tubuh berkeringat, dan
jika terlalu dingin, tubuh menggigil. Kedua proses ini dikendalikanoleh
hipotalamus. Hipotalamus berisi mekanisme pengontrol yang mendeteksisetiap
perubahan dalam sistem tubuh dan memperbaiki
ketidakseimbangan.Hipotalamusmengatur kegiatan endokrin dan
mempertahankan homeostasis (Atkinson dkk, 1996).
Menurut Guyton dan Hall (2007), homeostasis merupakan istilah yang
digunakan oleh ahlifisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang
hampir selalu konstan dilingkungan dalam (cairan ekstrasel atau millieu
interieur).Semua organ dan jaringan tubuhmelaksanakan aneka fungsi untuk
membantu mempertahankan kondisi yang konstan ini.Sistem hormon endokrin
dan neuroendokrin merupakan bagian dari sistem messenger kimiawitubuh yang
berinteraksi satu sama lain untuk mempertahankan homeostasis.
Contohnyamedula adrenal dan hipofisis yang menyekresikan hormonnya sebagai
respons terhadapstimulus saraf. Sel neuroendokrin, yang berada di hipotalamus,
memiliki ujung akson di kelenjarhipofisis posterior dan eminensia mediana dan
menyekresikan beberapa hormon yang meliputi hormoneantidiuretik (ADH),
oksitosin, dan hormon hipofisotropik, yang mengatur sekresi hormon
hipofisisanterio.
2.2.8 Siklus Hubungan Psikologi Dan Gangguan Sistem Endokrin
12
Psikologi Fisiologi
Homeostasis
Gangguan fisiologi pd sistem endokrin
Contohnya Hormon Pertumbuhan & Kortisol
Kate, Giant, dan Semua Jenis Penyakit
BAB III
13
Stressor Reseptor Korteks Cerebri
Sistem Limbik
Formasio Retikularis dan Medulla Spinalis
Hipotalamus Sistem Saraf Otonom
CRF
Kelenjar Hipofisis Vasopresin Saraf Simpatis
TRF ACTH
Kelenjar Tiroid Kelenjar Adrenal
Hormon Tiroksin Kortisol Adrenalin Noradrenalin -peningkatan denyut jantung-kontriksi pembuluh arteri-peningkatan tekanan darah-keringat banyak-dll
Sistem Kekebalan Tubuh Menekan T-cell
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Secara umum kerja tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama yaitu
sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin. Sistem saraf merupakan
pengatur dari segala aktivitas tubuh, sedangkan sistem hormon ini membantu
tubuh dalam melakukan berbagai aktivitas, contohnya ketika manusia sedang
stress, hormon adrenalinnya akan keluar.
Neurohormonal merupakan sistem yang menghubungkan kerja sistem
saraf dengan sistem hormon.Ketika manusia melakukan aktivitas, baik yang
disadarinya maupun tidak, sistem-sistem dalam tubuh tetap bekerja.
Contohnyaadalah ketika manusia sedang bermain di wahana roller coaster, ia
menginginkan dan melihat permainan ini tentunya menggunakan sistem saraf.
Ketika ia mulai nauk wahana tersebut dan tiba-tiba jantungnya berdetak lebih
cepat, itu merupakan salah satu contoh bekerjanya sistem hormon. Dalam
peristiwa ini, sistem saraf dan sistem hormon bekerja bersamaan dan itulah salah
satu contoh bekerjanya sistem neurohormonal pada tubuh manusia.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Biopsikologi. Penulis
mengharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai bahan dalam membantu
individu lain untuk bidang-bidang yang berkaitan dengan biologi maupun
psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
14
Sloane, E. (2004) Anatomy and Physiology: An Easy Learner. Jakarta:
EGC.
Campbell, N. (2008) Biology Eight Edition. San Francisco: Pearson.
Atkinson, R. L, Atkinson, R. C, dan Hilgard, E. R. 1996. Pengantar
Psikologi. Edisi Kedelapan. JilidI. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Sapolsky, Robert M. 1992. Stress, The Aging Brain, and The Mechanisms
of Neuron Death. Cambridge, MA, US: The MIT Press.
http://psycnet.apa.org/index.cfm?fa=search.displayRecord&uid=1992-
98654-000
Guyton, A. C, dan Hall, J. E. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi
11. Jakarta. EGC.
Siegfried, Donna Rae (2007) Anatomy and Physiology for Dummies.
Indiana: Wiley.
15