laporan_akhir_pkmp

19
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumberdaya ikan karang merupakan suatu bagian yang mempunyai arti penting dari keseluruhan sumberdaya perikanan Indonesia. Sebagai salah satu ekosistem laut dangkal perairan tropis, ekosistem ini mempunyai keunikan dan kekhasan diantara asosiasi dan komunitas lautan yang seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis (FDC 1995). Kepulauan Seribu memiliki ekosistem terumbu karang yang potensial bagi masyarakat. Kawasan ini menyimpan kekayaan sumberdaya terumbu karang. Tidak mengherankan pula banyak masyarakat yang bergantung hidupnya pada sumberdaya terumbu karang di Kepulauan Seribu (Napitupulu et al. 2006). Pulau Pramuka merupakan salah satu wilayah di Kepulauan Seribu yang memiliki potensi ekosistem terumbu karang yang berperan aktif dalam pengembangan pariwisata. Kegiatan wisata yang dilakukan berpotensi memberikan dampak terhadap kondisi ekosistem terumbu karang. Selain dari kegiatan wisata, limbah Jakarta yang tidak terkontrol berpengaruh terhadap perairan di Kepulauan Seribu dan berdampak pada ekosistem terumbu karang (Uneputty & Evans 1997). Namun, dampak dari aktifitas tersebut terhadap ekosistem terumbu karang belum dapat diketahui. Mengingat begitu pentingnya suatu potensi kelautan yang memiliki sumberdaya yang cukup tinggi dengan didasari pada besarnya ekosistem terumbu karang yang hampir menyebar di seluruh Kepulauan Indonesia, sehingga potensi seperti ini harus tetap dijaga dengan melalukan inventarisasi terhadap ekosistem terumbu karang. Hal ini perlu dilakukan pengamatan terhadap ekosistem terumbu karang di sekitar perairan Pulau Pramuka sehingga didapatkan informasi mengenai kondisi dan potensi ekosistem terumbu karang dan dampak dari kegiatan manusia terhadap ekosistem tersebut, serta dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil kebijakan dan keputusan untuk menjaga kelestarian sumberdaya secara berkelanjutan. 1.2 Perumusan Masalah Perairan sekitar Pulau Pramuka merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pengembangan sektor perikanan dan kelautan. Seiring dengan meningkatnya aktifitas manusia seperti kegiatan wisata dan bertambahnya populasi akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang ada di 1

Upload: dheadiyuk

Post on 03-Oct-2015

215 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

indeks keragaman

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahSumberdaya ikan karang merupakan suatu bagian yang mempunyai arti penting dari keseluruhan sumberdaya perikanan Indonesia. Sebagai salah satu ekosistem laut dangkal perairan tropis, ekosistem ini mempunyai keunikan dan kekhasan diantara asosiasi dan komunitas lautan yang seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis (FDC 1995).Kepulauan Seribu memiliki ekosistem terumbu karang yang potensial bagi masyarakat. Kawasan ini menyimpan kekayaan sumberdaya terumbu karang. Tidak mengherankan pula banyak masyarakat yang bergantung hidupnya pada sumberdaya terumbu karang di Kepulauan Seribu (Napitupulu et al. 2006). Pulau Pramuka merupakan salah satu wilayah di Kepulauan Seribu yang memiliki potensi ekosistem terumbu karang yang berperan aktif dalam pengembangan pariwisata. Kegiatan wisata yang dilakukan berpotensi memberikan dampak terhadap kondisi ekosistem terumbu karang. Selain dari kegiatan wisata, limbah Jakarta yang tidak terkontrol berpengaruh terhadap perairan di Kepulauan Seribu dan berdampak pada ekosistem terumbu karang (Uneputty & Evans 1997). Namun, dampak dari aktifitas tersebut terhadap ekosistem terumbu karang belum dapat diketahui.Mengingat begitu pentingnya suatu potensi kelautan yang memiliki sumberdaya yang cukup tinggi dengan didasari pada besarnya ekosistem terumbu karang yang hampir menyebar di seluruh Kepulauan Indonesia, sehingga potensi seperti ini harus tetap dijaga dengan melalukan inventarisasi terhadap ekosistem terumbu karang. Hal ini perlu dilakukan pengamatan terhadap ekosistem terumbu karang di sekitar perairan Pulau Pramuka sehingga didapatkan informasi mengenai kondisi dan potensi ekosistem terumbu karang dan dampak dari kegiatan manusia terhadap ekosistem tersebut, serta dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil kebijakan dan keputusan untuk menjaga kelestarian sumberdaya secara berkelanjutan.

1.2 Perumusan MasalahPerairan sekitar Pulau Pramuka merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pengembangan sektor perikanan dan kelautan. Seiring dengan meningkatnya aktifitas manusia seperti kegiatan wisata dan bertambahnya populasi akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang ada di sekitarnya. Sehingga dibutuhkan sistem informasi ilmiah yang dapat mendukung pengelolaan kekayaan pesisir dan sekitarnya secara berkelanjutan.

1.3 Tujuan ProgramPenelitian ini bertujuan untuk:1. Mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang di sekitar Pulau Pramuka.2. Mengetahui persen penutupan terumbu karang, indeks mortalitas karang, dan jumlah genera kategori Hard Coral (HC).3. Mengetahui distribusi, biomassa, kelimpahan dan struktur komunitas ikan karang di sekitar perairan Pulau Pramuka.

1.4 Luaran yang DiharapkanLuaran yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:1. Data dan informasi mengenai kondisi perairan di sekitar Pulau Pramuka.2. Data dan informasi mengenai kondisi komintas karang di sekitar Pulau Pramuka.3. Data dan informasi mengenai kondisi komunitas ikan karang di sekitar Pulau Pramuka.4. Adanya artikel ilmiah ataupun jurnal yang berisi Kondisi dan Potensi Ekosistem Terumbu Karang di Wilayah Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Jakarta Utara1.5 Kegunaan ProgramKegunaan program yang diperoleh dari laporan penelitian ini yaitu:1. Menjadikan informasi bagi pemerintah dan pengambil kebijakan supaya dapat lebih bijak untuk membuat suatu keputusan yang berhubungan dengan konservasi khususnya ekosistem terumbu karang.2. Bagi masyarakat dapat menjadi himbauan dan mengajak untuk melakukan konservasi terhadap ekosistem terumbu karang.3. Bagi para mahasiswa, laporan ini dapat dijadikan acuan dan informasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir berbasis konservasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Komunitas Terumbu KarangKomunitas terumbu karang memiliki sifat unik diantara asosiasi biota laut. Terumbu ini dibangun seluruhnya oleh kegiatan biologik. Terumbu merupakan timbunan masif dari kapur CaCO3 yang terutama dihasilkan oleh hewan karang dengan tambahan penting dari alga berkapur dan organisme-organisme lain penghasil kapur (Romimohtarto & Juwana 2001).Hewan karang memiliki kedekatan dengan anemon laut dan dapat divisualisasikan sebagai koloni anemon yang menghasilkan sekresi berupa limestone atau kalsium karbonat sebagai struktur pengokoh dan pelindung bagi hewan karang itu sendiri. Karang ini bersimbiosis dengan alga bersel satu zooxanthellae untuk kepentingan biologis dan memberi warna pada karang. Klasifikasi karang keras menurut Veron (1995) berdasarkan kerangka karang adalah:Filum : CnidariaKelas : AntozoaSub kelas : HexacoralliaOrdo : ScleractiniaBeberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang, yaitu:1. SuhuTerumbu karang dapat hidup secara optimal dengan perairan yang rata-rata suhu tahunannya 23-25 oC. Terumbu karang dapat mentoleransi suhu sampai kira-kira 40 oC (Nybakken 1993).2. CahayaCahaya yang kurang dapat menyebabkan laju fotosisntesis oleh alga simbion karang berkurang. Hal tersebut berpengaruh pada jumlah kalsium karbonat yang dihasilkan berguna dalam pembentukan kerangka karang dalam proses klasifikasi (Nybakken 1993).3. SalinitasKarang tidak dapat bertahan hidup pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air laut normal yaitu 32-35 (Nybakken 1993).4. Faktor PengendapanEndapan yang berat mengakibatkan tertutup dan tersumbatnya polip karang sehingga menghambat proses pemberian makanan (Romimohtarto & Juwana 2001).5. SubstratSubstrat yang keras mempengaruhi penempelan larva karang (Romimohtarto & Juwana 2001).6. GelombangGelombang bermanfaat untuk memberikan sumber air yang segar, memberi oksigen dalam air laut, menghalangi pengendapan dan memberi plankton baru untuk makanan koloni karang (Nybakken 1993).7. ArusPergerakan arus diperlukan untuk tersedianya aliran suplai makanan dan oksigen yang segar maupun terhindarnya karang dari timbunan kotoran yang dapat menyebabkan endapan (Romimohtarto & Juwana 2001).8. KedalamanTerumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari 50-70 m. Kebanyakan terumbu tumbuh pada kedalaman 25 m (Nybakken 1993; Romimohtarto & Juwana 2001).Terumbu karang merupakan salah satu dari ekosistem pantai yang teramat produktif dan beranekaragam. Ekosistem ini memberikan manfaat langsung kepada manusia dengan menyediakan makanan, obat-obatan, bahan bangunan, bahan ornamental, serta perlindungan fisik bagi pesisir. Lebih penting lagi, terumbu karang menompang kelangsungan hidup ekosistem lain di sekitarnya yang merupakan tumpuan hidup manusia (Nybakken 1993).

Komunitas Ikan KarangKomunitas adalah kumpulan dari populasi-populasi yang hidup pada habitat yang sama (Odum 1971), sehingga komunitas ikan karang dapat diartikan sebagai kumpulan dari populasi ikan yang hidup pada habitat terumbu karang tertentu.Choat dan Bellwood (1991) in Maulina (2009) mendifinisikan ikan karang adalah setiap individu ikan yang hidup di dalam sistem terumbu karang. Ikan karang memiliki keanekaragaman yang tinggi serta berasosiasi dengan terumbu karang. Ikan-ikan ini memiliki adaptasi khusus seperti bentuk dan warna tubuh, serta cara reproduksi. Ikan karang merupakan keseluruhan ikan pada terumbu karang yang masuk ke dalam jaringan makanan melalui beberapa cara sehingga terdapat keseimbangan yang rumit dari hubungan mangsa-dimangsa (Romimohtarto & Juwana 2001).Tipe pemangsaan ikan karang yang paling banyak di ekosistem terumbu karang adalah karnivora yaitu lebih kurang 50-70 % dari seluruh jenis ikan di ekosistem ini. Ikan herbivora dan pemakan karang merupakan kelompok terbesar kedua setelah karnivora yaitu kurang lebih 15 % dari spesies yang ada dan yang paling penting dari kelompok ini adalah famili Scaridae dan Acanthuridae. Sisanya diklasifikasikan sebagai omnivora dan multivora yaitu ikan-ikan dari famili Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomacanthidae, Monacanthidae, Ostacianthide, dan Tetraodontidae. Ikan-ikan pemakan zooplankton memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil yaitu ikan famili Clupidae dan Antherenidae (Nybakken 1993).Distribusi spasial ikan karang berhubungan dengan karakteristik habitat dan interaksi ikan-ikan tersebut. Distribusi spasial beberapa ikan karang secara nyata berkaitan dengan karakteristik habitat tertentu. Karakteristik habitat yang paling berperan dalam distribusi ini adalah arus, kecerahan, suhu air, dan kedalaman (Nybakken 1993).Jenis ikan karang yang diamati dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama (English et al. 1997) yaiyu :1. Ikan-ikan target, ikan ekonomis penting yang biasa ditangkap untuk keperluan konsumsi. Ikan-ikan ini diantaranya diwakili oleh famili Seranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Nemipteridae, Caesionidae, Siganidae, Haemulidae, Scaridae, dan Acanthuridae.2. Ikan-ikan indikator, ikan yang menjadi indikator kesuburan ekosistem terumbu karang. Ikan-ikan ini antara lain diwakili oleh famili Chaetodontidae (ikan kepe-kepe)3. Ikan-ikan mayor, jenis yang umum sering dijumpai di daerah terumbu karang selain ikan target dan indikator. Umumnya berukuran kecil (5-25cm) dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan dalam jumlah yang melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya serta cenderung bersifat territorial. Ikan-ikan ini antara lain diwakili family Pomacentridae, Apogonidae, Labridae dan Blenniidae.

Interaksi Ikan karang dan Terumbu KarangChoat dan Bellwood (1991) in Maulina (2009) menyatakan interaksi ikan dengan habitatnya pada ekosistem terumbu karang secara umum terdapat dalam tiga bentuk :1. Hubungan langsung antara struktur terumbu karang dan tempat perlindungan bagi ikan karang. Hal ini berlaku terutama untuk ikan-ikan kecil. Banyak spesies ikan yang mencapai kedewasaan seksual pada ukuran kecil ( 40 cm. Dari data sebaran ukuran ikan tersebut kemudian dicari nilai biomassa ikan dengan terlebih dahulu mencari nilai indeks a dan b (Fish base 2011). Titik tengah dari setiap sebaran ukuran kemudian dikonversi menjadi berat (kg) yang menggunakan rumus berikut:

Keterangan:W = Berat ikan (kg)a,b = Indeks spesifik jenisL = Nilai tengah

Kelimpahan ikan

Keterangan:N = Kelimpahan individuni = jumlah individu ikan spesies ke-iA = Luas daerah pengamatan

Indeks keanekaragaman (H) (Clarke & Warwick 1994 in Soleh 2003)

Keterangan:H = Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wienerni = Jumlah individu ikan karang ke-iN = Jumlah total individu ikan karang S = Jumlah spesies yang ditemukanNilai indeks Keanekaragaman (H) berkisar 0- dengan kriteria sebagai berikut :H 2: Keanekaragaman kecil2 < H 3: Keanekaragaman sedangH > 3: Keanekaragaman besar Indeks keseragaman (E) (Odum 1971)

Keterangan:E= indeks keseragamanH= indeks keanekaragamanHmax= indeks keanekaragaman maksimum = ln S (ln jumlah spesies)Dengan kisaran sebagaimana disebutkan dalam Daget (1976):0 < E 0,5: Komunitas tertekan0,5 < E 0,75 : Komunitas labil0,7 < E 1: Komunitas stabil

Indeks dominansi (C) (Odum 1971)

Keterangan:C = Indeks dominansiPi = Perbandingan antara jumlah individu ikan karang spesies ke-i (ni), dengan jumlah individu ikan karang (n)Dengan kisaran:0 < C 0,5: Dominansi rendah0,5 < C 0,75 : Dominansi sedang0,7 < C 1: Dominansi tinggi

IV. PELAKSANAAN PROGRAM

1. Waktu dan Tempat PelaksanaanKegiatan PKM ini dilaksanakan pada bulan November dan Maret 2012 di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu-Jakarta Utara.

2. Tahapan PelaksanaanKegiatan PKM ini berlangsung selama 4 bulan, jadwal pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1 Jadwal kegiatanNo.KegiatanBulan Ke-

1234

1.Tahap Persiapan - pembagian tugas - perencanaan realisasi program

2.Pengalokasian dana, survei tempat, dan peralatan yang dibutuhkan

3.Tahap pengumpulan data : Pengambilan data kualitas perairan laut Pengambilan data komunitas terumbu karang dan ikan karang

4.Tahap analisis data :Verifikasi dan pengolahan data

5.Tahap pembuatan laporan

Instrumen PelaksanaaAlat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan ekosistem terumbu karang di lapangan adalah sebagai berikut :1. Peralatan SCUBA Diving2. Alat tulis bawah air3. Kamera bawah air4. Roll meter5. Buku identifikasi karang dan ikan karang6. Kapal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekosistem terumbu karang memiliki fungsi yang sangat penting bagi biota yang hidup didalamnya dan bagi kehidupan manusia. Ekosistem ini juga rentan terhadap kerusakan, sehingga apabila ekosistem terumbu karang ini rusak akan berdampak pada kehidupan biota tersebut. Keindahan ekosistem terumbu karang yang sangat potensial untuk pariwisata bahari juga berperan bagi kemajuan pendidikan dan penelitian, terutama di perairan sekitar Pulau Pramuka yang merupakan salah satu daerah potensial untuk pengembangan sektor perikanan dan kelautan di Kepulauan Seribu.Hasil yang didapatkan selama penelitian menunjukan bahwa bentuk pertumbuhan karang keras di wilayah Pulau Pramuka, didominasi oleh bentuk pertumbuhan karang massive, foliose, dan karang bercabang (Acropora dan non-Acropora ). Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Bentuk pertumbuhan karang massive sebesar 39,1 %. Sebaran bentuk pertumbuhan karang massive banyak ditemukan di Utara Pulau Panggang dan Utara Gosong Pramuka 02. Bentuk pertumbuhan massive lebih banyak tumbuh di terumbu terluar dengan perairan berarus (Berhanuddin 2004). Namun, data yang kami dapatkan bahwa arus di Utara Pulau Panggang dan Utara Gosong Pramuka 02 tidak termasuk wilayah dengan arus yang besar. Kecepatan arusnya hanya sebesar 2,33 dan 0,26 m/s. Hal ini diduga karena karang massive merupakan karang yang paling toleran terhadap kenaikan suhu, dan tahan terhadap kekeruhan pada suatu perairan (Supriharyono 2000 dalam Nababan 2009). Menurut Suharsono (1996), karang massive mempunyai daya kompetisi yang tinggi, dan harapan hidup yang panjang.Dominasi bentuk pertumbuhan karang kedua, yaitu Foliose sebesar 32,71 terbanyak ditemukan Gosong Barat Pramuka. Bentuk Foliose ini bersifat memberikan perlindungan bagi ikan dan hewan lain. Sehingga mengindikasikan bahwa ekosistem terumbu karang di stasiun Gosong Barat Pramuka cukup seimbang. Hal ini diperkuat dengan nilai indeks keanekaragaman (H) ikan terumbu sedang, yaitu sebesar 2,06 (Clarke & Warwick 1994 dalam Soleh 2003). Nilai indeks dominansi (C) rendah yaitu sebesar 0,18 (Odum 1971). Semakin kecil nilai indeks dominansi (C) maka semakin tinggi nilai indeks keseragaman (E). Menurut Yusri (2011), semakin merata penyebaran individu antar jenis maka keseimbangan ekosistem semakin meningkat. Nilai indeks keanekaragaman (H), indeks dominansi (C), dan keseragaman (E) secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.Selanjutnya, karang bercabang (Acropora dan non-Acropora ) yang cukup banyak mendominasi yaitu Acropora branching sebesar 29,78%. Bentuk pertumbuhan Acropora branching terbanyak ditemukan di stasiun Selatan Gosong Pramuka. Hal ini diduga disebabkan karena pada stasiun tersebut intensitas cahaya tinggi dan hampir tidak dijumpai aktivitas manusia. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Johan (2003) bahwa genus acropora biasanya tumbuh pada perairan jernih dan dilokasi terjadinya pecahan ombak. Bentuk koloni umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas manusia. Sehingga, pada stasiun ini juga ditemukan lebih banyak komposisi dead sclerectinian dibandingkan dengan komposisi hard coral-nya (lampiran 3). Menurut Suharsono, karang bercabang (branching) memiliki tingkat pertumbuhan yang paling cepat, yaitu bisa mencapai 20cm/tahun. Sehingga dapat direkomendasikan untuk dilakukan rehabilitasi karang pada daerah ini dengan jenis karang bercabang (branching) agar kondisi di stasiun Selatan Gosong Pramuka lebih cepat pulih. Alasan lain untuk dilakukan transplantasi karena nilai indeks keanekaragaman (H) ikan terumbu sedang, yaitu sebesar 2,66 (Clarke & Warwick 1994 dalam Soleh 2003). Nilai indeks dominansi (C) rendah yaitu sebesar 0,11 (Odum 1971) dan nilai indeks keseragaman (E) sebesar 0,76. Bntuk pertumbuhan karang merupakan bentuk adaptasi karang dengan kondisi lingkungan perairannya.Kondisi ekosistem terumbu karang juga dapat dilihat dari tutupan substrat dasarnya pada setiap stasiun. Menurut Tomascik etal. (1997) dalam Nababan (2010), hewan karang membutuhkan substrat yang keras dan kompak untuk menempel. Terutama larva planula dalam pembentukan koloni baru dari karang, yang mencari substrat keras. Substrat keras dapat berupa benda padat yang ada di dasar laut, seperti batu, cangkang moluska, potongan-potongan kayu, bahkan besi yang terbenam, namun setiap jenis karang tertentu juga memiliki daya tahan yang berbeda pada benda tersebut. Kategori abiotik yang ternasuk disini yaitu, patahan karang, pasir, dan air. Sebaran tutupan karang keras dan substrat dasar dapat dilihat pada lampiran 3. Alga dapat menjadi kompetitor bagi karang, meskipun tidak semuanya. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 3 bahwa pada setiap stasiun yang ditumbuhi oleh banyak alga maka komposisi karang keras (hard coral) sedikit, begitu pula sebaliknya. Bagi para instansi atau perseorangan yang ingin melaukan rehabilitasi karang pada kondisi tutupan karang yang buruk, sebaiknya juga memerhatikan sebaran tutupan substrat dasarnya. Meskipun di stasiun tersebut tutupan karangnya buruk tapi substrat yang mendominasinya adalah patahan karang maka sangat tidak dianjurkan untuk di rehabilitasi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa subtrat yang dipenuhi oleh abiotik seperti patahan karang tidak cocok bagi pertumbuhan karang karena bersifat tidak stabil dan kompak dan mudah terbalik atau terbawa arus.

VI. KESIMPULAN DAN SARANVI.1 KesimpulanEkosistem terumbu karang memiliki fungsi yang sangat penting bagi biota yang hidup didalamnya dan bagi kehidupan manusia. Bentuk pertumbuhan karang keras di wilayah Pulau Pramuka, didominasi oleh bentuk pertumbuhan karang massive, foliose, dan karang bercabang (Acropora dan non-Acropora ). Di stasiun Selatan Gosong Pramuka di dominasi oleh bentuk pertumbuhan Acropora branching, namun ditemukan lebih banyak komposisi dead sclerectinian dibandingkan dengan komposisi hard coral-nya, sehingga dapat direkomendasikan untuk dilakukan rehabilitasi karang pada daerah ini dengan jenis karang bercabang (branching) agar kondisi di stasiun Selatan Gosong Pramuka lebih cepat pulih. Secara keseluruhan, kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Pramuka masih potensial untuk dijadikan salah satu wisata bahari.VI.2 SaranPerlu dilakukan monitoring secara berkelanjutan untuk mengetahui perkembangan kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Pramuka. Selain itu, perlunya dilakukan rehabilitasi karang pada kondisi tutupan karang yang tergolong buruk pada berbagai macam kondisi substrat.Daftar PustakaBerhanuddin, Sefilia A N. 2004. Potensi parameter fisik terhadap bentuk pertumbuhan terumbu karang di wilayah paparan pulau pramuka.[Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.English SC., Wilkinson, & V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Rescues. Australian Institute of Marine Science. Townsville. 34-80 p. . 1997. Survey Manual for Tropical Marine Rescue 2nd Edition. Australian Institute of Marine Science. Townsville. 34-80 h.FDC-IPB. 1995. Kondisi Ekosisitem Terumbu Karang ditinjau dari Penutupan Karang dan Kelimpahan Ikan Karang di Kepulauan Tukang Besi, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.Fishbase. 2011. http:www.fishbase.org/summary/.Hill J & Wilkinson. 2004. Methods for Ecology Monitoring of Coral Reefs: A resource for managers. Australian Institute of Marine Science. Australia. Vi +117 h.Johan O. 2003. Beberapa Genus Karag yang Umum di Indonesia. Jakarta: Terangi.Maulina T. 2009. Pengaruh Proses Biorock terhadap Struktur Komunitas Ikan Karang pada Terumbu Buatan di Tanjung Lesung, Banten [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.Napitupulu, Lydia, Hodijah SN. Nugroho NC. 2005. Socio-Economic Assesment: In the Use of Reef Resources by Local Community and Others Direct Stakeholder. Terangi: Jakarta.Nybakken JW. 1993. Marine Biology: An Ecological approach. 3rd.ed. Hal. 336-371. Harper Collins Collage Publisher. New York. xi + 579 h.Odum EP. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Hal. 174-200. Diterjemahkan oleh: T. Samingan dan B. Srigandono. Fundamental of Ecology. Gajah Mada University Press. 629 h.Romimohtarto K & S. Juwana. 2001. Bioogi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta. xii + 540 h.Soleh NAR.2004. Perubahan Temporal Persentasi Penutupan Substrat Dasar, Kondisi Komunitas Ikan Karang, dan Preferensi Ikan Karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Tahun 2001-2003 [Skripsi]. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.TERANGI. 2004. Panduan dasar untuk pengenalan ikan karang secara visual Indonesia. Indonesia Coral Reef Foundation (TERANGI). Jakarta. 23 h.Uneputty PA. & SM. Evans. 1997. Accumulation of Beach Litter on Islands of The Pulau Seribu Archipelago, Indonesia. Marine Pollution Bulletin (34) 8: 652-655.Veron JEN. 1995. Coral in Space and Time. The Biogeography Evolution of the Sceleractinia. UNSW Press. Quessland. xii + 321 h.Yusri S, Setyawan E, Timotius S. 2011. Terumbu Karang Jakarta: Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang Kepulauan Seribu (2005-2009). Jakarta: Yayasan TERANGI.

LAMPIRANLampiran 1 Sebaran Bentuk Pertumbuhan Karang Keras

Lampiran 2 Hasil pengamatan indeks keanekaragaman (H), keseragaman (E), dan dominansi (C)NoStasiun PengamatanHEC

1Pramuka Selatan2,000,590,20

2Pramuka Utara2,570,820,10

3Panggang Utara2,990,840,07

4Panggang Timur2,460,730,14

5Gosong Pramuka Barat2,060,620,18

6Gosong Pramuka Selatan2,660,760,11

7Gosong Pramuka Utara 012,360,630,16

8Gosong Pramuka Utara 022,770,720,11

Lampiran 3 Sebaran Tutupan Karang Keras dan Substrat Dasar

Lampiran 4 Sebaran Lifeform per lokasi

Lampiran 5 Kelimpahan famili dari semua stasiun pengamatan

Lampiran 6 Kualitas perairan pulau pramuka NoNama LokasiBujurLintangSalinitasSuhu (C)pHKecerahan (%)Arus (m/s)

1Gosong Pramuka Utara 010543'58,5"10636'50,6"33307,331000,26

2Gosong Pramuka Utara 020544'09,4"10636'53,3"333071000,76

3Gosong Pramuka Selatan05o74'01,5"106o60'96,6"35,7430,025,841006,83

4Gosong Pramuka Barat05o73'44,6"106o61'19,5"35,8829,835,6710018

5Panggang Utara05o74'04,1"106o58'93,2"35,9630,415,571002,33

6Panggang Timur05o74'70,7"106o60'32,5"3630,378,721009,33

Lampiran 7 Dokumentasi kegiatan

Pengambilan data terumbu karangPengambilan data ikan terumbuPersiapan turun untuk pengambilan data

Keindahan ekosistem terumbu karang

10