laporan penelitianweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan...

93
LAPORAN PENELITIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA DENGAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNIKAL Oleh Nia Ulfa Martha, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PEKALONGAN 2010

Upload: hoangquynh

Post on 25-Jun-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

LAPORAN PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA

DENGAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA FKIP UNIKAL

Oleh

Nia Ulfa Martha, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2010

Page 2: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN

1. Judul: “Peningkatan Kemampuan Apresiasi Sastra dengan Metode Pembelajaran

Kontekstual Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP

UNIKAL”

2. Bidang Ilmu Penelitian : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

3. Peneliti

a. Nama : Nia Ulfa Martha, M.Pd.

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NPP : 111010215

d. Jabatan/Gol : -/IIIa

e. Prodi/Fakultas : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/FKIP

4. Jumlah Peneliti : Satu

5. Lokasi Penelitian : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia FKIP Unikal

6. Waktu Penelitian : Oktober s/d Desember 2010

7. Biaya : Rp. 1.000.000

8. Sumber Biaya : LPPM

Pekalongan, 18 Desember 2010

Mengetahui

Dekan FKIP

Universitas Pekalongan, Peneliti,

Dr. H. Imam Suraji, M.Ag. Nia Ulfa Martha, M.Pd.

NIP 19550704198131006 NPP 111010215

Ketua LPPM

Universitas Pekalongan.

Muhammad Agus, S.Pi., M.Si.

NPP 110042137

Page 3: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

RINGKASAN PENELITIAN

Melalui penerapan pendekatan PPK, mahasiswa kelas pagi A semester 3 Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL dapat mempelajari hal-hal yang bersifat

umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik

(unsur-unsur intrinsik maupun ekstrinsik) seperti yang dimaksudkan oleh pengarang. Dengan

demikian, mahasiswa telah mampu meningkatkan pemahamannya terhadap unsur-unsur yang

ada dalam karya sastra. Mahasiswa juga merasakan perbedaan selama penelitian tindakan

berlangsung, mahasiswa merasakan proses pembelajaran berlangsung menarik dengan bantuan

penggunaan media yang telah dipilih.

Pembelajaran apresiasi novel dengan pendekatan PPK pada mahasiswa kelas pagi A

semester 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL, berhasil

mengajak mahasiswa untuk mengenal novel secara langsung setelah mengenal novel ini

mahasiswa mampu membuat sinopsis dan menceritakan kembali isi novel kepada teman-teman.

Hal ini merupakan sebuah indikator atas penghayatan mahasiswa terhadap karya sastra. Dari

pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan PPK mahasiswa

dapat meningkatkan penghayatannya terhadap karya sastra, khususnya novel.

Pembelajaran sastra dengan pendekatan PPK pada mahasiswa kelas pagi A semester 3

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL mampu membuat

mahasiswa menikmati novel melalui tahap-tahap yang sistematis, sehingga pada akhirnya

mahasiswa tidak hanya mengapresiasi novel yang sebatas penguasaan pokok bahasan saja

melainkan dapat meningkatkan kemampuan pengembangan keterampilan berpikir secara kritis,

yang berorientasi kepada pendekatan proses. Mahasiswa mampu memberikan kesan-kesan

terhadap karya sastra dan mampu menilai apakah sebuah karya sastra dapat dijadikan bahan

pendidikan bagi kehidupan manusia. Hal ini dapat dijadikan simpulan bahwa pendekatan PPK

dalam proses pembelajaran apresiasi sastra mampu meningkatkan penghargaan mahasiswa

terhadap karya sastra.

Page 4: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penelitian

yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Apresiasi Sastra dengan Metode Pembelajaran

Kontekstual Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL”

ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan laporan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

laporan ini diberikan kepada:

1. Rektor Universitas Pekalongan

2. Ketua LPPM Universitas Pekalongan

3. Dekan FKIP Universitas Pekalongan

4. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pekalongan

Laporan penelitian ini masih belum sempurna, karenanya saran dan kritik yang

membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakannya. Semoga penelitian ini dapat

memberi kontribusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan. Terima

kasih.

Peneliti

Nia Ulfa Martha, M.Pd.

NPP 111010215

Page 5: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

BIODATA PENELITI

Nama Lengkap : Nia Ulfa Martha, M.Pd.

Jenis Kelamin : Perempuan

NPP : 111010215

Disiplin Ilmu : Pendidikan Bahasa Indonesia

Jabatan/Golongan : -/IIIa

Prodi/Fakultas : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/FKIP

Perguruan Tinggi : Universitas Pekalongan

Alamat Kantor/Telp/Faks/E-mail : Jalan Sriwijaya 3 Pekalongan/(0285) 421096/

411429/[email protected]

Alamat Rumah/Telp/E-mail : Perum Pisma Griya Permai 2 Blok J1 8

Wiradesa Pekalongan/HP. 081228256843/

[email protected]

Pekalongan, 16 Desember 2010

Peneliti,

Nia Ulfa Martha, M.Pd.

Page 6: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii

RINGKASAN PENELITIAN ..................................................................... iii

PRAKATA ................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS..................... 5

2.1 Kajian Pustaka ........................................................................... 5

2.1.1 Konsep Sastra.................................................................... 5

2.1.2 Pembelajaran Membaca .................................................... 8

2.1.3Pendekatan dan Metode Membaca ..................................... 11

2.1.4 Strategi Pembelajaran ....................................................... 15

2.1.5 Pembelajaran Membaca dengan Pendekatan PPK ............. 16

2.2 Tindakan yang Akan Dilakukan ................................................ 18

2.3 Hipotesis Tindakan .................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 23

3.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 23

3.2 Subjek dan Objek Penelitian ...................................................... 23

3.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................. 23

3.4 Prosedur Penelitian .................................................................... 24

3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 29

3.6 Instrumen Penelitian .................................................................. 30

3.7 Teknik Analisis Data .................................................................. 30

3.8 Teknik Penentuan Keabsahan Data ............................................ 31

Page 7: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 33

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 33

4.1.1 Observasi ....................................................................... 33

4.1.2 Pelaksanaan Tindakan .................................................... 34

4.1.2.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I ........................... 34

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II ........................... 45

4.2 Upaya Peningkatan Kemampuan Apresiasi Sastra dengan Metode

Pembelajaran Kontekstual ........................................................ 56

4.3 Peningkatan Kemampuan Apresiasi Sastra dengan Metode

Pembelajaran Kontekstual ........................................................ 57

4.3.1 Peningkatan Kemampuan Menemukan Gagasan

Pokok Novel (Konstuktivisme) ........................................ 58

4.3.2 Peningkatan Kemampuan Menceritakan Kembali Novel yang

Dibaca Kepada Teman Sekelas, Dosen Pengampu, dan

Audien yang Lain(Inquiry) .............................................. 60

4.3.3 Peningkatan Kemampuan Aktif Bertanya untuk Menggali

Informasi yang Terkandung dalam Novel (Questioning) . … 62

4.3.4 Peningkatan Kemampuan Aktif Mendiskusikan Makna dan

Pesan Novel (Learning Community) ............................... 64

4.3.5 Peningkatan Kemampuan Menerapkan Cara Menganalisis

dan Penyampaikan Apresiasi Novel (Modeling) ............. 66

4.3.6 Peningkatan Kemampuan Merefleksi Apresiasi Novel

(Reflection) ..................................................................... 67

BAB V PENUTUP....................................................................................... 70

5.1 Simpulan .................................................................................. 70

5.2 Saran ....................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 72

Page 8: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Deskripsi nilai pretes dan postes kemampuan apresiasi sastra

mahasiswa kelas pagi A semester 3 Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL ............... 56

Page 9: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan

Mc Taggart (Madya, 1994) ..................................... 25

Gambar 2 : Diagram Peningkatan Kemampuan Menceritakan Kembali

Novel yang Dibaca Kepada Teman, Dosen Pengampu, dan

Audien yang Lain (Inquiry) ..................................... 62

Gambar 3 : Diagram Peningkatan Kemampuan Aktif Bertanya untuk

Menggali Informasi yang Terkandung dalam Novel

(Questioning) ........................................................... 64

Gambar 4 : Diagram Peningkatan Kemampuan Aktif Mendiskusikan

Makna dan Pesan Novel (Learning Community) ..... 65

Gambar 5 : Diagram Peningkatan Kemampuan Merefleksi Apresiasi

Novel (Reflection) ................................................... 69

Page 10: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era reformasi yang terbuka dewasa ini, manusia dituntut untuk berpikir kritis dan

kreatif. Seiring dengan semakin mudahnya arus informasi dan teknologi modern terdapat

efek negatif bagi generasi penerus bangsa ini. Terjadi kemerosotan nilai-nilai yang ada

dalam budaya, sehingga diperlukan pembinaan mental generasi muda bangsa ini agar

permasalahan dapat teratasi. Pendidikan agama, baik formal maupun informal menjadi

tumpuan kuat untuk mengembalikan mentalitas generasi muda yang mulai keropos, namun

terdapat usaha lain yang dapat dilakukan. Usaha tersebut adalah mengenalkan kembali

budaya sendiri, khususnya melalui bidang kesenian.

Kesenian adalah unsur kebudayaan yang mempunyai nilai luhur dan mempunyai nilai

kepribadian yang tinggi. Hal tersebut terdapat dalam seni budaya yang ada di negeri ini, yaitu

wayang, kethoprak, seni tari, seni suara, seni sastra, dan sebagainya yang kesemuanya itu

mengandung nilai-nilai luhur bangsa, sekaligus dapat dimanfaatkan untuk mengingatkan

generasi muda akan nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa ini.

Sehubungan dengan hal tersebut, pembaca yang benar-benar memahami, menghayati,

dan menikmati karya sastra akan merasakan manfaat sastra yaitu selain memperoleh hiburan

dan informasi, juga memperoleh pandangan kehidupan yang lebih baik dan memperoleh

pengetahuan nilai sosiokultural dari zaman atau masa karya sastra itu dilahirkan. Dengan

demikian, pembaca dapat melestarikan nilai-nilai sosiokultural yang terkandung dalam novel

Page 11: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

sebagai wujud pemesraan terhadap nilai kebaikan. Mengingat besarnya manfaat yang

diperoleh dalam menggauli sastra, pembaca harus mempunyai bekal untuk dapat

mengapresiasi sastra dengan baik.

Kampus merupakan wadah yang memegang peranan penting dalam pembinaan

mahasiswa untuk mewujudkan generasi muda yang mampu melestarikan sekaligus

menginternalisasikan nilai-nilai sosiokultural dari karya sastra ke dalam kehidupan sehari-

hari. Oleh karena itu, dalam pembelajaran membaca memasukkan poin pemahaman karya

sastra.

Membaca karya sastra pada hakikatnya adalah belajar tentang hidup dan kehidupan.

Melalui karya sastra, manusia akan memperoleh gizi batin sehingga sisi-sisi gelap dalam

hidup dan kehidupannya bisa tercerahkan lewat kristalisasi nilai yang terkandung dalam

karya sastra. Teks sastra tidak ubahnya sebagai layar tempat diproyeksikan pengalaman

psikis manusia. Dengan demikian, karya sastra mampu memunculkan sikap dan dapat

menggugah nurani dalam diri mahasiswa, selanjutnya mereka mampu menghadapi kehidupan

nyata ke arah yang positif.

Berdasarkan kenyataan di lapangan selama ini, tidak semua mahasiswa mampu

menyajikan membaca karya sastra dengan baik. Mahasiswa yang mampu memahami novel

atau karya sastra dengan baik. Paradigma untuk peningkatan budaya baca, mengarang, dan

apresiasi sastra perlu diperhatikan untuk memerangi kemerosotan pemahaman karya sastra

tersebut.

Berdasarkan pernyataan di atas, pembelajaran membaca karya sastra sangat penting

diajarkan kepada mahasiswa. Dengan metode pembelajaran seperti itu, budaya baca bangsa

Page 12: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

kita mulai dibenahi dari awal, yaitu dengan menguasai teknik membaca dan menanamkan

kegemaran membaca karya sastra yang akan dilanjutkan dengan membaca bacaan yang lebih

umum. Pendekatan pembelajaran mempunyai peranan penting dalam proses belajar

mengajar. Pemilihan metode dan strategi yang tepat akan menciptakan situasi pembelajaran

yang berkualitas, dan diharapkan sikap mahasiswa yang positif untuk menggauli karya sastra

dapat tumbuh dan berkembang. Untuk itu, peneliti menerapkan pendekatan Pembelajaran dan

Pengajaran Kontekstual (PPK). Pendekatan PPK (Sayuti dkk, 2002:50) dapat diterapkan oleh

dosen dalam upaya peningkatan kemampuan mahasiswa membaca dan memahami karya

sastra. Strategi tersebut dirancang untuk membantu mahasiswa agar mudah membaca dan

memahami makna yang terkandung dalam salah satu bentuk karya sastra yaitu novel. Dengan

demikian, mahasiswa akan terarah pada pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas dapat disusun beberapa rumusan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual (PPK) dapat

meningkatkan kemampuan apresiasi sastra mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL?

2. Bagaimanakah penerapan Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual (PPK) dapat

meningkatkan kecintaan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia FKIP UNIKAL terhadap karya sastra?

Page 13: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan kemampuan apresiasi sastra mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL dengan metode Pembelajaran dan Pengajaran

Kontekstual (PPK).

2. Meningkatkan kecintaan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia FKIP UNIKAL terhadap karya sastra dengan metode Pembelajaran dan

Pengajaran Kontekstual (PPK).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam penambahan wawasan strategi

pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran apresiasi sastra khususnya novel.

2. Secara Praktis

(1) Bagi dosen pengampu, dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

pengelolaan pembelajaran apresiasi sastra khususnya novel.

(2) Bagi institusi, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan untuk meningkatkan

kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas dan dapat dijadikan bahan masukan dalam

rangka perbaikan pembelajaran pada masa yang akan datang.

(3) Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

apresiasi sastra khususnya novel.

Page 14: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konsep Sastra

Kata ”sastra” dapat ditemukan dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu

dengan lainnya. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu tidak hanya sekadar istilah

untuk menyebut fenomena yang sederhana dan gamblang. Sastra merupakan istilah yang

mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Orang dapat

berbicara sastra secara umum, misalnya berdasarkan aktivitas manusia yang tanpa

mempertimbangkan budaya, suku, ataupun bangsa. Sastra dipandang sebagai suatu yang

dihasilkan dan dinikmati (Rahmanto, 1988:9-10). Orang-orang tertentu di masyarakat

dapat menghasilkan sastra, sedangkan orang lain dalam jumlah yang besar menikmati

sastra itu dengan cara mendengarkan atau membacanya. Sastra dapat disajikan dalam

berbagai cara yaitu langsung diucapkan, lewat radio, majalah, buku, dan sebagainya

(Rahmanto, 1988:9-10).

Menurut Sumarjo dan Saini (1986:3) sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang

berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk

gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Selanjutnya, Hartoko

(1984:9) mengatakan bahwa sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah

sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam

suatu lingkungan kebudayaan. Dari beberapa pendapat di atas peneliti menambahkan

Page 15: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

bahwa sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia yang dibangun dengan imajinasi

dan perasaan yang menyenangkan yang tidak terlepas dari kebudayaan yang ada pada

lingkungannya.

Bahan untuk mewujudkan sastra adalah bahasa. Moody (1971:2) menyatakan

Literature springs from our inborn love of telling a story, of arranging words in pleasing

paterns, of expressing in words some special aspect of our human experience. (Sastra

muncul dari kecintaan diri sendiri dalam bercerita, menyusun kata-kata dengan indah, dan

mengungkapkan kata-kata dalam aspek khusus dari kehidupan manusia).

Bahasa dalam sastra dapat berwujud lisan yang akan melahirkan sastra lisan. Akan

tetapi, hal itu dapat juga berbentuk tulisan yang selanjutnya melahirkan sastra tulis, baik

sastra tulis maupun sastra lisan mewujudkan dirinya dalam suatu bentuk. Bentuk sastra itu

bermacam-macam, namun apa pun bentuknya setiap bentuk itu terdiri atas satuan unsur-

unsur yang membentuk suatu susunan atau struktur sehingga menjadi sesuatu wujud yang

bulat dan utuh.

Dalam garis besarnya, terdapat tiga hal yang membedakan karya sastra dan bukan

sastra, yaitu: 1. sifat khayal sastra, 2. adanya nilai-nilai seni, dan 3. adanya cara

penggunaan bahasa secara khas (Sumardjo dan Saini, 1986:16). Dalam praktiknya ketiga

hal tersebut memiliki bobot dan nuansa yang berbeda-beda antara jenis karya yang satu

dengan jenis yang lainnya. Ciri-ciri karya sastra yang menuntut adanya nilai-nilai seni

boleh dikatakan tidak ada permasalahan karena semua karya sastra apa pun jenisnya

mempunyai nilai-nilai estetik.

Page 16: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Selanjutnya, Sumardjo dan Saini (1986:25) bahwa sastra dapat digolongkan menjadi

dua jenis, yaitu sastra imajinatif dan nonimajinatif. Golongan sastra yang pertama, ciri

khayal sastra agak kuat dibandingkan dengan sastra nonimajinatif. Begitu pula dalam

penggunaan bahasanya, sastra imajinatif lebih menekankan penggunaan bahasa yang

konotatif, sedangkan sastra nonimajinatif lebih menekankan pada penggunaan bahasa yang

bersifat denotatif.

Novel yang akan dibahas dalam pembelajaran apresiasi sastra merupakan karya

sastra yang bersifat imajinatif. Dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam

ukuran yang luas. Luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks,

karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting

cerita yang beragam pula. Namun, ukuran luas di sini juga tidak mutlak demikian,

mungkin yang luas hanya salah satu unsur fiksinya saja, misalnya temanya, sedangkan

karakter, setting, dan lain-lainnya hanya satu saja.

Sumardjo (1986) juga berpendapat istilah novel sama dengan istilah roman. Kata

novel berasal dari bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika

Serikat. Istilah roman berasal dari genre romance dari abad pertengahan yang merupakan

cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman,

Belanda, Prancis, dan bagian-bagian Eropa daratan yang lain. Berdasarkan asal-usul istilah

tadi memang ada sedikit perbedaan antara roman dengan novel, yaitu bahwa bentuk novel

lebih pendek dibandingkan dengan roman, tetapi ukuran luasnya unsur cerita hampir sama.

Menurut Hoed (1992:6) dalam bukunya yang berjudul Kala dalam Novel Fungsi dan

Penerjemahannya, novel adalah hasil karya kreatif, yakni yang menyajikan bukan

Page 17: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

kenyataan yang ada dalam dunia ini, melainkan perkembangan dari kenyataan itu. Oleh

karena itu, hal yang disajikan dalam sebuah novel itu bukan kenyataan maka biasanya

novel disebut juga karya fiksi atau karya rekaan yang isinya berupa ciptaan. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa novel adalah hasil karya atau hasil cipta seseorang

yang berupa cerita berbentuk prosa yang menyajikan cerita kehidupan yang bukan

sebenarnya yang ada dalam dunia ini, akan tetapi sebagai perkembangan ilustrasi dari

kenyataan tersebut oleh pengarang. Lazar (2002) menyatakan novel sebagai sebuah sekuen

kronologi peristiwa yang dihubungkan berdasarkan hubungan sebab-akibat. Deskripsi

peristiwa dalam novel dipertajam oleh pengarang dan bahasa yang digunakan adalah

bahasa pilihan pengarang yang dimunculkan untuk memberikan efek tertentu.

2.1.2 Pembelajaran Membaca

Istilah pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, perbuatan,

cara mengajar atau mengajarkan (Poerwadarminto, 1990:13). Menurut Brown

(Pringgowidagda, 1987:20), pembelajaran didefinisikan dengan

”Proses menunjukkan atau membantu seseorang untuk belajar bagaimana, mengerjakan

sesuatu, memberikan instruksi, membimbing dalam mempelajari sesuatu, memberikan

pengetahuan, menyebabkan (seseorang) menjadi tahu atau mengetahui.”

Menurut Oemarjati (1978:59), pembelajaran adalah proses belajar mengajar di dalam

lingkungan formal yang bertujuan mengembangkan potensi individual mahasiswa sesuai

dengan kemampuan mahasiswa menyangkut kecerdasan, kejujuran, keterampilan,

pengenalan kemampuan dan batas kemampuannya, dan karsa mengenali dan

mempertahankan kehormatan dirinya. Istilah lain, tiap pembelajaran menyiratkan upaya

pendidikan, yang bertujuan akhir membina watak mahasiswa. Dengan demikian,

Page 18: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

pembelajaran sastra adalah suatu cara dosen pengampu memberikan pelajaran untuk

membimbing dan mengarahkan mahasiswa sehingga memiliki keterampilan, pengetahuan,

dan pengalaman belajar untuk menghargai nilai-nilai hidup dan kehidupan sehingga dapat

membentuk watak kepribadian yang utuh.

Adapun hubungannya dengan membaca karya sastra, jelas bahwa seorang pembaca

tidak akan dapat menikmati karya tersebut sebelum ia memahami dan merasakan apa yang

terkandung dalam karya sastra itu. Demikian juga halnya dengan penghargaan dan

penilaian seorang pembaca tidak akan dapat menghargai atau memberikan penilaian

terhadap mutu suatu karya sastra tanpa terlebih dahulu memahami, menikmati, atau tidak

menikmatinya.

Kaitannya dengan pembelajaran, menurut Wardani (1981:1-2) ada empat tingkatan

proses apresiasi yaitu tingkat menggemari, menikmati, mereaksi, dan menghasilkan.

Tingkat menggemari di sini ditandai dengan ketertarikan terlebih dahulu terhadap karya

sastra sehingga orang mempunyai keinginan untuk membaca suatu karya sastra. Pada

tingkat menikmati mahasiswa mulai mampu menikmati karya sastra yang dibacanya. Di

sini pula rasa kagumnya terhadap pengarang mulai muncul. Tingkat selanjutnya mereaksi

yaitu ditandai oleh adanya keinginan untuk menyatakan pendapatnya tentang karya sastra

yang dibaca. Adapun tingkat yang terakhir adalah produktivitas yakni mahasiswa mampu

menghasilkan karya sastra yang tentunya sangat bermanfaat.

Membaca merupakan suatu kegiatan belajar, dengan membaca kita dapat menyerap

sejumlah informasi atau ilmu pengetahuan. Banyak orang yang menghadapi buku atau

bahan materi dengan jalan membacanya dari awal hingga akhir dan mereka selalu

Page 19: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

beranggapan benar bahwa dengan cara itu mereka telah menguasai buku atau bahan

bacaan. “Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar

yang terpisah-pisah, meliputi menggunakan pengertian, khayalan mengamati sampai

mengingat-ingat” ( Soedarso, 2006:4).

Kemampuan setiap individu berbeda-beda dalam memahami bahan bacaan. Hal ini

tergantung pada perbendaharaan kata yang dimilikinya, minat baca, kecepatan membaca,

jangkauan mata, pengalaman, latar balakang dan lain sebagainya. Karena kemampuan

setiap individu berbeda-beda dalam menyerap sejumlah informasi dari bahan bacaan, maka

harus ada niat-niat atau usaha-usaha yang lebih efektif dalam membaca.

“Usaha yang lebih efektif untuk memahami dan mengingat-ingat lebih lama dapat

dilakukan dengan 1. mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah

dipahami dan 2. mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain atau dengan

menghubungkan pengalaman atau konteks yang anda hadapi” (Soedarso, 2006).

Kebanyakan dari kita masih mengikuti pola membaca pada saat anak-anak. Hal

inilah yang menyebabkan kita menjadi lebih sulit dalam menangkap sejumlah informasi

dan bahan bacaan, lebih cepat lupa dari apa yang kita baca dan lain sebagainya. Pada saat

membaca hendaklah menghindari membaca dengan cara:

1. Vokalisasi, atau mambaca dengan bersuara sangat memperlambat. Hal tersebut

dikarenakan kita harus mengucapkan kata demi kata secara lengkap, meski dengan

menggumam sekalipun. Sehingga membaca dengan vokalisasi tidak efektif dan efisien.

2. Menggerakkan bibir, yaitu mengucapkan kata demi kata dari apa yang kita baca dengan

menggerakkan bibir. Menggerakkan bibir merupakan tindak lanjut dari proses membaca

Page 20: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

vokalisasi, meskipun menggerakkan bibir belum tentu bersuara. Membaca dengan

menggerakkan bibir sama lambatnya dengan membaca dengan cara vokalisasi.

3. Menggerakkan kepala, membaca cepat dan efektif tidaklah harus menggerakkan kepala,

tetapi cukup hanya dengan fokus dan menggerakkan bola mata saja. Proses membaca

dengan menggerakkan kepala akan sangat menghambat efektivitas dari proses

membacanya itu sendiri.

4. Dan lain sebagainya, dengan kata lain belajar dengan jalan membaca materi atau bahan

ajar harus mengetahui kiat-kiat membacanya, sehingga waktu yang diperlukan

sebanding dengan materi yang diserapnya. Sehingga efektivitas belajar dapat

dimaksimalkan. Tidaklah heran belajar dengan membaca lebih menjenuhkan,

dibandingkan dengan cara berdiskusi. Maka dibutuhkan kiat-kiat khusus dalam

membaca seperti: 1. menemukan ide pokok, 2. mengetahui ide pokok paragraf, 3.

mengenali detail penting, dan 4. membuat catatan.

2.1.3 Pendekatan dan Metode Membaca

Pendekatan (approach) adalah tingkat asumsi atau pendirian mengenai bahasa dan

pembelajaran bahasa atau boleh dikatakan ‟falsafah tentang pembelajaran bahasa‟.

Pendekatan mengacu tesis, asumsi, parameter yang diturunkan dari teori-teori tertentu yang

kebenarannya tidak dipersoalkan (Pringgowidagdo, 2002:57).

Banyak pendekatan yang bisa dipergunakan untuk memahami sistem sastra, tetapi

hanya ada empat pendekatan yang sudah lazim dipergunakan dalam kritik sastra ataupun

dalam apresiasi sastra. Ada empat pendekatan terhadap karya sastra menurut (Abrams,

1971:8–21) yaitu pendekatan mimetik, ekspresif, pragmatik, dan objektif. Pendekatan

Page 21: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

mimetik menganggap bahwa karya sastra sebagai tiruan alam, kehidupan, atau dunia ide;

pendekatan ekspresif menganggap bahwa hanya sastra sebagai ekspresi perasaan, pikiran,

dan pengalaman pengarangnya; pendekatan pragmatik menganggap bahwa hanya sastra

sebagai alat untuk mencapai tujuan pembaca; dan pendekatan objektif lebih menganggap

karya sastra sebagai suatu yang dapat berdiri sendiri.

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual merupakan pendekatan yang diterapkan

dalam pembelajaran pada umumnya termasuk pembelajaran sastra. Pendekatan ini

merupakan konsep belajar yang membantu dosen pengampu mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep tersebut,

hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi mahasiswa. Proses pembelajaran

berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan mahasiswa bekerja dan mengalami, bukan

transfer pengetahuan dari dosen pengampu ke mahasiswa. Strategi pembelajaran lebih

dipentingkan daripada hasil (Nurhadi, 2002:1).

Johnson (2002:25) menyatakan sebagai berikut.

”The CTL system is an educational process that aims to help students see meaning

in the academic material they are studying by connecting academic subjects with the

context of their daily lives, that is, with the context of their personal, social, and cultural

circumstances. To achive this aim, the system encompasses the following eight

components: making meaningful connections, doing significant work, self-regulated

learning, collaborating, critical and creative thinking, nurturing the individual, reaching

high standards, using authentic assessment.”

Page 22: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

PPK sebagai proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu mahasiswa

mengetahui makna materi akademis yang mereka pelajari sehingga mereka mampu

menghubungkan materi pembelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dalam

perwujudan tujuan tersebut haruslah diperhatikan delapan komponen, yakni: 1. membuat

hubungan kebermaknaan antara subjek pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, 2.

melakukan latihan yang signifikan, 3. pembelajaran mandiri, 4. kolaborasi, 5. pemikiran

yang kreatif dan kritis, 6. memperhatikan individual, 7. pencapaian standar yang tinggi,

dan 8. menggunakan ujian yang otentik.

Lebih lanjut, Blanchard (2001) memberikan konsep mengenai PPK sebagai berikut.

”Learning-in-context is so obvious a notion that the average person might tend to

dismiss its importance. Contextual learning is learning that occurs in close relationship

with actual experience. People have used such terms as experiential learning, real-world

education, active learning, and learner-centered instruction to mean similar ideas.”

(“Pembelajaran dalam konteks begitu nyata memperhatikan apakah yang dianggap

penting oleh semua orang. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi

berhubungan dengan pengalaman nyata kehidupan. Beberapa orang menyatakan

pembelajaran ini sebagai pembelajaran pengalaman, pendidikan dunia nyata,

pembelajaran aktif, dan instruksi terpusat pada pembelajar merupakan sebuah ide yang

sama.”)

Berdasarkan uraian-uraian di atas, selanjutnya dalam penelitian ini dipilih

pendekatan PPK karena dalam pembelajaran diperlukan suatu pendekatan belajar yang

lebih memberdayakan mahasiswa. Selain itu, pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan

konsep yang diterima, tetapi ”sesuatu” yang harus dikonstruksikan sendiri oleh mahasiswa.

Page 23: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Dengan demikian, pendekatan PPK tepat dipergunakan untuk mewujudkan tercapainya

peningkatan pembelajaran, termasuk pembelajaran apresiasi sastra.

Metode (method) adalah tingkat yang menerapkan teori-teori pada tingkat

pendekatan (Pringgowidagdo, 2002:57). Metode pembelajaran mempunyai peranan

penting dalam proses belajar-mengajar. Penggunaan metode yang tepat akan berpengaruh

terhadap hasil pembelajaran. Akan tetapi, harus disadari pula bahwa faktor dosen

pengampulah yang pada akhirnya banyak menentukan berhasil tidaknya pembelajaran

(Rahmanto, 1992:16).

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pembelajaran sastra, Semi (1993: 150

-164) secara garis besar memberikan beberapa metode yang dapat diterapkan oleh dosen

pengampu dalam pembelajaran sastra. Adapun metode-metode tersebut antara lain:

1. Metode diskusi, melalui diskusi pemahaman karya sastra mungkin dilakukan, bahkan

dapat dikatakan bahwa diskusi merupakan kegiatan yang cukup menarik untuk dipakai

dalam pembelajaran sastra. Howes (1971:83) berpendapat bahwa diskusi dalam

kelompok kecil di kelas akan membantu mahasiswa dalam memahami dan menghayati

karya sastra selain itu dapat dijadikan satu cara bagi dosen pengampu dalam mensiasati

terbatasnya waktu dalam pembelajaran. Masalah yang dibahas dalam diskusi

menyangkut kegiatan menjawab pertanyaan ‟mengapa‟ dan ‟bagaimana‟. Bila tidak

demikian, hal itu akan dapat menjuruskan diskusi pada sesuatu yang kurang bermanfaat

atau mengarah segi-segi pengetahuan teoretis. Diskusi tentang sastra sebaiknya tidak

berkecenderungan untuk memperoleh kesimpulan atau keputusan yang mengikat

tentang suatu karya sastra, yang paling penting dalam diskusi adalah para mahasiswa

Page 24: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

memberikan pandangan dan sikapnya. Dosen pengampu memberikan simpulan umum

tentang suatu kegiatan diskusi setelah diskusi berakhir.

2. Metode atau teknik penalaran, teknik penyampaian penalaran mahasiswa mengenai

suatu kegiatan membaca karya sastra merupakan kegiatan yang bermanfaat pula untuk

pembinaan apresiasi sastra, yang penting dalam kegiatan ini adalah upaya

mengembangkan sikap berpikir objektif dengan argumentasi yang logis tentang sesuatu.

Dengan demikian, diharapkan lahir sikap kritis yang akan menjurus kepada kemampuan

apresiasi kreatif.

3. Metode atau teknik pembinaan kreativitas, metode atau teknik ini mengarahkan

mahasiswa lebih menghayati sastra dan penciptaan karya sastra. Teknik ini dapat

dilakukan antara lain dengan cara:

(1) Memecahkan persoalan misalnya mahasiswa disuruh menyelesaikan sebuah cerita

menurut tanggapan masing-masing;

(2) Melatih imajinasi mahasiswa dengan jalan seolah-olah mengirimkan surat kepada

seorang pengarang yang isinya menanggapi atau menghargai karya sastra yang

ditulis oleh pengarang tersebut;

(3) Membaca ekstensif, yaitu mahasiswa digalakkan membaca karya sastra sebanyak-

banyaknya di luar kelas atau di perpustakaan, kemudian melaporkan secara tertulis

hasil bacaan mereka dalam bentuk sinopsis singkat dan kesan umum tentang karya

sastra yang dibaca;

(4) Menyelenggarakan diskusi panel;

Page 25: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

(5) Melaksanakan kegiatan sosiodrama dan pementasan drama. Dengan teknik ini akan

memberikan peluang kepada mahasiswa untuk terlibat secara aktif dan produktif

dalam menikmati dan mengkaji sastra.

4. Metode impresif, metode ini dilakukan dengan jalan memperdengarkan suatu

pembacaan puisi atau menyaksikan pertunjukan drama. Mahasiswa diberi kesempatan

untuk meresapi atau mengimpresi puisi atau pementasan tersebut, kemudian mereka

menyampaikan interpretasi masing-masing di dalam kelas.

Demikianlah gambaran singkat mengenai pendekatan dan metode pembelajaran

sastra. Yang jelas, setiap metode itu mempunyai kekuatan dan kelemahan sehingga upaya

penggabungan dua atau beberapa metode dalam pelaksanaan pembelajaran merupakan

sikap dan tindakan yang terpuji.

2.1.4 Strategi Pembelajaran

Pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran memang mempunyai peranan yang

sangat penting. Penggunaan strategi yang tepat besar pengaruhnya terhadap hasilnya dalam

pembelajaran. Namun demikian, harus disadari pula bahwa faktor dosen pengampulah

yang pada akhirnya banyak menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Untuk

itu, dalam penelitian ini pendekatan PPK sangat diperlukan karena pembelajaran sastra itu

tidak hanya terfokus pada teori-teori saja. Strategi ini menghendaki: 1.terhayatinya fakta

yang dipelajari, karya sastra benar-benar ”dimiliki” dari aspek kejiwaan (nyarira), bukan

verbalistik; 2. permasalahan yang akan dipelajari harus jelas, terarah, rinci 3. pragmatika

materi harus mengacu kebermanfaatan secara konkret; 4. memerlukan belajar kooperatif

dan mandiri.

Page 26: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Blanchard (2001) menyatakan strategi pembelajaran secara kontekstual sebagai

berikut: 1. menegaskan pada pemecahan masalah, 2. mengenali kebutuhan pembelajaran

dan pengajaran yang terdapat dalam bermacam-macam konteks seperti rumah, kelompok,

dan kerja, 3. mengajar mahasiswa untuk memonitor dan mengawasi diri sendiri secara

langsung sehingga mereka mampu menjadi mahasiswa yang mandiri, 4. membatasi

pembelajaran pada segala perbedaan yang ada, 5. mengajak mahasiswa untuk belajar

bersama dan saling membantu, dan 6. menggunakan latihan yang otentik.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran PPK adalah 1. konteks

pembelajaran sastra selalu memberdayakan lingkungan. Yakni, mahasiswa mampu

memanfaatkan lingkungannya seoptimal mungkin. Pembelajaran sastra yang terlalu

berlebihan dan mengambang hanya akan menjauhkan mahasiswa dari sastra. Itulah

sebabnya, apa yang ada di sekeliling mereka harus dibangun dan dipergunakan sebagai

rujukan pembelajaran sastra. 2. pembelajaran sastra mestinya berlangsung dalam suasana

menyenangkan. 3. suatu bentuk pembelajaran sastra yang boleh melawan arus (teaching as

subversive activity), antara lain tidak harus semata-mata mengikuti buku teks. Dengan

demikian, pendekatan PPK lebih memungkinkan belajar sastra yang bersifat kontekstual.

Sastra sebagai cetusan imajinasi tetap dipahami sebagai percikan batin yang membumi.

2.1.5 Pembelajaran Membaca dengan Pendekatan PPK

Usaha untuk meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa terhadap karya sastra

tidak terlepas dari kenyataan bahwa karya sastra, khususnya novel sangat bermanfaat bagi

hidup dan kehidupan. Strategi Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual (PPK) dapat

Page 27: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

membantu mahasiswa dan dosen pengampu dalam proses belajar mengajar (Nurhadi,

2002:1).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa hakikat pembelajaran kontekstual adalah

konsep belajar yang membantu dosen pengampu mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari.

Adapun langkah-langkah penerapan PPK dalam kelas secara garis besar sebagai

berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa mahasiswa akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan permintaan untuk semua topik.

3. Kembangkan sifat ingin tahu mahasiswa dengan bertanya.

4. Ciptakan ”masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok).

5. Hadirkan ‟model‟ sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Selain langkah-langkah penerapan PPK dalam kelas, (Nurhadi, 2002:10-19) juga

menguraikan tujuh pokok komponen dalam pendekatan PPK, yaitu:

1. Konstruktivisme, yaitu langkah pengajar menyesuaikan bahan dengan kemampuan

mahasiswa. Dosen pengampu perlu pula menanyakan kesiapan mahasiswa.

Page 28: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

2. Pembentukan pemahaman, yaitu melaksanakan pertanyaan dan permintaan. Pertanyaan

dilakukan dengan menanyakan berbagai yang ada dalam karya sastra, mungkin tentang

pelaku peristiwa, sisi kehidupan yang digambarkan dan sebagainya.

3. Belajar kooperatif, mahasiswa diajak berkelompok untuk bertukar pengalaman.

4. Komunitas belajar, kelas adalah dunia kecil yang perlu berhubungan satu sama lain,

sehingga hasil pembelajaran dapat diperoleh dari ”sharing” antara teman, kelompok dan

antara yang tahu kepada yang belum tahu.

5. Pemodelan, dosen pengampu memberikan contoh membaca dan menceritakan kembali

novel yang dibaca dalam kegiatan apresiasi sastra baik secara langsung maupun melalui

rekaman VCD.

6. Penilaian secara otentik, penilaian yang diambil dari kegiatan mahasiswa saat mereka

melakukan kegiatan apresiasi sastra baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

7. Refleksi, yaitu langkah penggambaran kembali pengalaman hasil belajar.

Selanjutnya, pembelajaran kontekstual akan mewujudkan suatu pembelajaran yang

aktif, kreatif, dan menyenangkan. Mahasiswa benar-benar diajak bergelut dalam sastra

secara langsung. Mereka dapat membaca atau menonton sendiri, dan tidak sekadar

mendengarkan cerita dari dosen pengampu yang hanya terbatas pada sinopsis yang telah

tersedia dalam buku. Dengan demikian, pembelajaran apresiasi sastra dengan pendekatan

PPK akan mewujudkan suasana pembelajaran yang kondusif dan tidak membosankan.

2.2 Tindakan yang akan Dilakukan

Cara pembelajaran sastra, terutama prosa cerita yang berbentuk novel sangatlah

bervariasi. Hal ini terbukti adanya dosen pengampu sastra yang mengajarkan novel

Page 29: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

berdasarkan teori-teori saja. Ada pula yang mengajarkannya secara kontekstual, bahkan ada

yang tidak disampaikan sama sekali kepada mahasiswa walaupun sebenarnya silabus telah

menyediakan porsi untuk pembelajaran sastra.

Dari sudut pandang pendidikan secara umum ada beberapa novel yang dianggap kurang

berharga atau bahkan dikatakan sebagai dapat ”merusak moral” anak-anak, namun pada

kenyataannya novel banyak menampung ide-ide para sastrawan terkenal selama dua abad

terakhir ini. Novel-novel tersebut mengandung banyak pengalaman yang bernilai pendidikan

positif. Howes (1972:81) menyatakan karya sastra dapat menampilkan dunia baru yang

dapat memberikan pengalaman bagi mahasiswa dan memberikan cara pandang baru

mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata. Apalagi jika dipilih dengan pertimbangan yang

mendalam jenis karya sastra yang berbentuk novel dapat membina minat membaca

mahasiswa secara pribadi dan lebih lanjut dapat meningkatkan semangat mereka untuk

menekuni bacaan secara lebih mendalam.

Cara membaca dan mempelajari karya sastra dengan ilmu pengetahuan yang lain

sangatlah berbeda. Bacaan fiksi dan nonfiksi dapat dibedakan dari segi bahasa yang

digunakan. Dalam karya sastra, bahasa yang digunakan oleh penyair dalam

mengaktualisasikan ide-ide kreatif dan imajinatifnya adalah kata-kata yang mengandung

makna konotatif yang tidak mengacu pada makna yang sebenarnya. Akan tetapi, dalam

bacaan nonfiksi, bahasa yang digunakan cenderung kepada kata-kata yang mengandung

maksud denotatif.

Penggunaan pendekatan PPK dalam pembelajaran apresiasi sastra, khususnya novel

diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran apresiasi sastra di universitas. Terkait

Page 30: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

dengan kegiatan-kegiatan yang akan diupayakan dosen pengampu melalui penerapan

pendekatan PPK ini, mahasiswa diajak mengenal karya sastra (novel) secara langsung, dan

menganalisisnya melalui tahap-tahap yang sistematis. Hal ini relevan dengan penelitian

Sayuti dan Wiyatmi (2000) dengan judul ”Peningkatan Keterampilan Mahasiswa dalam

Berapresiasi Sastra”. Dalam penelitian tersebut, dikatakan bahwa pembelajaran yang

apresiatif dalam kegiatan pembelajaran sastra adalah melalui pengenalan sastra secara

langsung dengan contoh konkret, baik teks maupun melalui rekaman kaset dan video serta

tanggapan lisan dan tulisan terhadap sastra dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa

dalam berapresiasi sastra. Hal yang sama dapat terjadi pula pada mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL. Melalui penerapan pendekatan

PPK, mahasiswa diajak secara langsung untuk menggauli karya sastra (novel). Dengan

demikian, diharapkan sikap mahasiswa terhadap pembelajaran sastra menjadi lebih positif

dan tumbuh motivasi untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi karya sastra.

Menurut Endraswara (2003:63-64) yang perlu diperhatikan di dalam pembelajaran

sastra adalah hal-hal berikut ini.

1. Pembelajaran senantiasa mencari keasyikan, nikmat, dan menyenangkan. Kenikmatan

batiniah lebih dikedepankan dalam belajar sastra sehingga mahasiswa merasa perlu, tidak

dipaksa perlu belajar sastra. Belajar sastra tidak lagi menjadi keharusan, tetapi mahasiswa

merasa wajib.

2. Kesenangan bersastra, hanya dapat diraih melalui membaca, menggauli, dan menikmati

secara langsung sebuah cipta sastra. Melalui cara semacam ini berarti akan ada kontak

dan komunikasi antara mahasiswa dengan karya sastra. Karya tak lagi benda mati

melainkan memiliki ruh yang dapat merasuk ke jiwa mahasiswa.

Page 31: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

3. Pembelajaran mengedepankan aspek kegunaan atau fungsi sastra bagi mahasiswa.

Kegunaan utama karya sastra adalah membangun kepribadian sehingga membentuk

mahasiswa yang humanis dan beradab.

Untuk menyikapi adanya strategi pembelajaran sastra seperti di atas, tindakan yang

perlu dilakukan untuk mempermudah memahami novel menurut Rahmanto (1988:75-80) 1.

pemilihan edisi buku, 2. mengawali pembicaraan dengan menyenangkan, 3. memberikan

penahapan belajar, 4. membuat cerita lebih hidup, 5. metode yang bervariasi, 6. membuat

catatan ringkas, dan 7. pengkajian ulang.

1. Pemilihan edisi buku

Apabila untuk satu judul buku tersedia lebih dari satu terbitan, hendaknya dipilih yang

lebih baik cetakannya ataupun bahannya meski harganya sedikit lebih tinggi. Buku-buku

yang dicetak dengan kertas yang baik dan cetakan yang bermutu biasanya lebih enak

dibaca.

2. Mengawali pembicaraan dengan menyenangkan

Agar mahasiswa sejak awal dapat tertarik pada buku yang sedang dibahas, dosen

pengampu hendaknya menunjukkan atau membacakan bagian-bagian yang menarik pada

buku itu sebelum mahasiswa membaca dan memilikinya. Mahasiswa dapat langsung

membaca pada bagian yang dramatis dan lucu. Jika memerlukan alat peraga, hendaknya

alat-alat tersebut dipersiapkan sebelumnya sehingga dapat dipakai tepat pada waktunya.

3. Memberikan penahapan belajar

Dosen pengampu hendaknya membantu mahasiswa memberikan penahapan bab-bab

yang akan dipelajari.

Page 32: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

4. Membuat cerita lebih hidup

Tugas utama dosen pengampu dalam memberikan pembelajaran novel adalah membantu

mahasiswa menemukan konsep atau pemikiran fundamental yang benar tentang novel itu.

Agar mahasiswa betah menikmati sampai akhir, hendaknya dosen pengampu dapat

membuat cerita itu menjadi lebih hidup. Dalam hal ini dosen pengampu tidak perlu

membahas istilah-istilah teknis tentang latar belakang, tetapi yang penting mahasiswa

dapat asyik menikmati cerita itu sehingga hidup dan mengesankan diri mahasiswa.

5. Metode yang bervariasi

Membaca dan mempelajari novel memakan waktu yang lama, untuk mengurangi

kejemuan mahasiswa, dosen pengampu dapat menerapkan berbagai variasi dalam

pembelajarannya.

6. Membuat catatan ringkas

Karena sebuah novel biasanya panjang dan kompleks, hendaknya mahasiswa dianjurkan

membuat catatan ringkas untuk membantu mengingat kesan-kesan yang telah

didapatkannya dari apa yang telah dibacanya, catatan dapat berwujud daftar nama tokoh

yang penting dalam novel tersebut dengan memberikan komentar seperlunya.

7. Pengkajian ulang

Setelah seluruh novel dibaca, perlu diadakan pengkajian ulang tentang apa yang telah

dibacanya. Hal ini penting, terutama untuk memperjelas kesan pada mahasiswa tentang

novel yang mereka pelajari dan bila perlu untuk memperbaiki kesan-kesan yang keliru.

Pengkajian ulang ini dilaksanakan dengan cara berdiskusi.

Page 33: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan deskripsi teoretis dan tindakan yang akan dilakukan, dapat diajukan

hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Apabila pendekatan PPK ini diterapkan dalam pembelajaran sastra, pemahaman

mahasiswa terhadap karya sastra dapat meningkat.

2. Pendekatan PPK yang diterapkan dalam pembelajaran sastra, dapat meningkatkan

penghayatan mahasiswa terhadap karya sastra.

3. Dengan pendekatan PPK dalam pembelajaran sastra, mahasiswa dapat meningkatkan

penghargaan terhadap karya sastra.

Page 34: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas, yaitu suatu strategi pemecahan masalah

yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam

mendeteksi dan memecahkan masalah dengan memanfaatkan interaksi partisipasi, dan

kolaborasi antara peneliti, dosen pengampu, mahasiswa, dan kepala program studi yang

saling mendukung satu dengan lainnya.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Kemampuan apresiasi sastra dalam pembelajaran apresiasi sastra melalui pendekatan

PPK pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP

UNIKAL dipilih sebagai objek penelitian. Hal ini berdasarkan pada hasil prasurvei di

lapangan. M. Haryanto, S.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah apresiasi sastra selama ini

belum memberikan pembelajaran sastranya secara maksimal. Untuk itu, kelas pagi A

semester 3 ditetapkan sebagai subjek penelitian guna meningkatkan pembelajaran apresiasi

sastra melalui pendekatan PPK.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan ditentukan sebelum pelaksanaan tes akhir semester, yaitu 6 sampai

dengan 7 Oktober 2010 dan 1 sampai dengan 3 November 2010, dengan pertimbangan

Page 35: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

mahasiswa belum disibukkan tugas-tugas, ulangan-ulangan, maupun kegiatan-kegiatan

lainnya. Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia FKIP UNIKAL kelas pagi A semester 3 dengan jumlah mahasiswa 40.

3.4 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan ini, kolaborasi dan partisipasi merupakan prinsip pokok.

Kolaborator dalam penelitian ini adalah dosen pengampu mata kuliah apresiasi sastra di

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL yaitu M. Haryanto,

S.Pd. Ragam desain penelitian yang diajukan untuk penelitian ini adalah desain AR model

Kemmis dan McTaggart (1988:11-14). Konsep pokok penelitian tindakan kelas (PTK)

model Kemmis dan McTaggart ini terdiri atas empat komponen, yaitu:

1. perencanaan (Planning)

2. tindakan (Acting)

3. pengamatan (Observing)

4. refleksi (Reflecting)

Hubungan keempat komponen tersebut di atas dipandang sebagai siklus (Sukamto dkk.,

1999:20-21). Penelitian tindakan menurut Kemmis dan McTaggart (Madya, 1994:2) adalah:

”Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksif diri kolektif yang

dilakukan oleh pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan

keadilan praktik pendidikan, praktik sosial, serta pemahaman mereka terhadap praktik-

praktik itu dan situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.”

Desain penelitian tindakan yang sesuai dengan model Kemmis dan McTaggart dapat

digambarkan sebagai berikut.

Page 36: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Gambar 1: Model Penelitian Tindakan

Menurut Kemmis & McTaggart (Madya, 1994)

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bersifat siklus dan spiral. Dengan menggunakan

model ini, apabila dalam awal pelaksanaan tindakan didapati kekurangan, perencanaan dan

pelaksanaan tindakan untuk perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya

sampai target yang diinginkan dapat tercapai.

Proses penelitian tindakan mempunyai empat tahap dalam setiap siklus, yaitu:

1. Perencanaan, rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun, dan dari

segi definisi harus prospektif pada tindakan serta harus memandang ke depan.

2. Tindakan, yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan

terkendali, dan merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.

Page 37: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

3. Observasi, berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan.

4. Refleksi, adalah dengan memberikan makna terhadap proses dan hasil yang terjadi

sebagai akibat adanya tindakan yang dilakukan (Madya, 1994:19–24).

Penelitian dilakukan melalui dua siklus, sedangkan setiap siklus dilaksanakan secara

bertahap. Adapun pelaksanaan tindakan dan implementasi di lapangan sebagai berikut.

1. Siklus Pertama

Pada siklus pertama, dilaksanakan kegiatan secara bertahap. Adapun tahapan itu

sebagai berikut:

(1) Perencanaan

a. Diskusi dengan dosen pengampu untuk mengidentifikasi permasalahan yang

muncul terkait dengan kemampuan berapresiasi mahasiswa terhadap novel,

seberapa jauh kemampuan mahasiswa terhadap apresiasi sastra.

b. Mengamati mahasiswa untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan mahasiswa

terhadap apresiasi sastra khususnya novel.

c. Melaksanakan tes untuk mengetahui kemampuan awal apresiasi mahasiswa

terhadap karya sastra khususnya novel.

d. Penyediaan sarana yang diperlukan.

e. Memberikan angket pada akhir siklus untuk mengetahui peningkatan apresiasi

mahasiswa terhadap karya sastra khususnya novel.

(2) Implementasi Tindakan

Dosen pengampu menyampaikan materi ajar dengan menggunakan pendekatan

PPK dalam pembelajaran apresiasi sastra (novel). Adapun realisasi tindakan yang

dapat dilakukan dosen pengampu dan mahasiswa di kelas sebagai berikut:

Page 38: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

a. Dosen pengampu menyiapkan bahan yang sesuai dengan kemampuan mahasiswa.

b. Dosen pengampu menanyakan berbagai hal yang ada dalam karya sastra,

mungkin tentang pelaku, peristiwa, sisi kehidupan yang digambarkan dan

sebagainya.

c. Mahasiswa diajak bertukar pengalaman dalam kelompok.

d. Hasil pembacaan dikomunikasikan antar mahasiswa.

e. Dosen pengampu memberi contoh membaca karya sastra atau menyampaikan

kembali kepada mahasiswa dari hasil karya sastra yang dibaca (novel) bisa juga

dengan rekaman VCD.

f. Dosen pengampu mengadakan penilaian yang otentik.

g. Dosen pengampu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

menyampaikan kembali hasil apresiasi kepada temannya.

(3) Observasi

Saat tindakan dalam pembelajaran berlangsung, peneliti mengadakan penilaian

dengan menggunakan lembar pengamatan peningkatan kemampuan apresiasi sastra

(novel) melalui penerapan pendekatan PPK dalam pembelajaran apresiasi sastra

mahasiswa kelas pagi A semester 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia FKIP UNIKAL yang terdiri dari 2 aspek, antara lain: mendeskripsikan

tampilan perilaku mahasiswa, reaksi, penerapan metode dan suasana kegiatan belajar

mengajar berlangsung, dan peran dosen pengampu dalam menerapkan pendekatan

PPK untuk meningkatkan kemampuan apresiasi mahasiswa terhadap karya sastra

novel. Hasil pengamatan ini untuk menentukan strategi yang efektif dan efisien dan

didokumentasikan dalam catatan lapangan.

Page 39: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

(4) Refleksi

Dalam tahap ini peneliti bersama kolaborator berusaha memahami masalah dan

kendala nyata dalam tindakan. Hasil observasi, kemudian dideskripsikan bersama

dosen pengampu. Aspek yang dinilai belum berhasil, bisa ditindaklanjuti pada siklus

berikutnya.

2. Siklus Kedua

(1) Perencanaan

Membuat rencana kembali tindakan yang akan dilakukan. Tujuannya untuk

memperbaiki aspek-aspek yang dirasa masih menyulitkan mahasiswa dalam

mengapresiasi karya sastra (novel). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Diskusi dengan dosen pengampu tentang permasalahan yang dianggap masih

menyulitkan mahasiswa.

b. Penambahan materi dengan memberikan teks/novel lain yang berbeda dengan

yang pertama diberikan kepada mahasiswa.

(2) Implementasi Tindakan

Pendekatan PPK diterapkan kembali pada penyediaan bahan yang berbeda dari

yang dahulu. Realisasi tindakan yang dilakukan oleh dosen pengampu dan mahasiswa

di kelas sebagai berikut:

a. Dosen pengampu menyampaikan/membacakan novel (pada garis besarnya saja)

dengan judul yang berbeda, mahasiswa menyimak dengan cermat.

b. Dosen pengampu memberikan keterangan singkat tentang struktur novel.

Page 40: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

c. Mahasiswa diberi motivasi untuk dapat menyampaikan karya sastra yang sudah

dibaca, dengan caranya sendiri, dosen pengampu memberikan intruksi, bahwa

akan diadakan penilaian.

d. Mahasiswa menjelaskan dengan singkat tentang struktur novel.

e. Mahasiswa diarahkan untuk dapat merangkum apa yang telah diketahui dari novel

yang dibaca.

f. Dosen pengampu memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengemukakan

kesan dan tanggapan terhadap novel yang telah dibaca.

(3) Observasi

Dilakukan pengamatan seperti pada siklus yang pertama.

(4) Refleksi

Jika proses pembelajaran sudah berakhir, peneliti bersama dosen pengampu

mendiskusikan hasil pengamatan serta mengevaluasi kegiatan praktik apresiasi sastra

yang telah dilaksanakan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan suatu penelitian bergantung pada teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti. Pengumpulan data yang dimaksud untuk memperoleh data dan

informasi mengenai peningkatan apresiasi sastra dalam pembelajaran apresiasi sastra

menggunakan pendekatan PPK.

Page 41: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Data penelitian diperoleh melalui tes, observasi, catatan lapangan, wawancara,

dokumentasi, dan angket. Tes hasil belajar dipergunakan untuk mengetahui prestasi

mahasiswa sebelum dan sesudah tindakan, observasi merupakan pencatatan secara sistematis

mengenai tingkah laku secara langsung pada individu/kelompok, catatan lapangan untuk

mengungkapkan secara deskriptif penampilan mahasiswa dan diisi pada saat proses kegiatan

belajar mengajar, wawancara berupa wawancara atau tanya jawab antara peneliti dengan

dosen pengampu dan mahasiswa, dokumentasi, berupa catatan penting yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data yang lengkap terkait dengan

penelitian, dan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan pelaksanaan

langkah tindakan.

3.6 Instrumen Penelitian

Keberhasilan kemampuan apresiasi sastra dapat diketahui melalui instrumen

penelitian. Adapun instrumen penelitian yang digunakan antara lain:

1. Catatan lapangan, digunakan untuk mencatat kegiatan penelitian, berupa persiapan,

perencanaan, tindakan, dan refleksi.

2. Pedoman wawancara, digunakan untuk memperoleh data mengenai pesan dan kesan

kolaborator, mahasiswa, dan partisipan yang lain.

3. Pretes dan postes, digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan apresiasi sastra

mahasiswa.

4. Angket, digunakan untuk memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran.

5. Peneliti sendiri adalah instrumen.

Page 42: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif

kualitatif, yaitu digunakan dalam rangka mendeskripsikan tingkat apresiasi siswa terhadap

karya sastra (novel) sebelum dan sesudah implementasi tindakan. Hal ini didasarkan pada

pendapat Madya (1994) yang menyatakan untuk menganalisis hasil dari penelitian tindakan

digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Data perubahan perilaku, sikap, dan motivasi

dianalisis, ditentukan indikator deskriptifnya sehingga bisa dilihat perubahan-perubahan

yang terjadi. Adapun indikator keberhasilannya dikelompokkan dalam dua aspek yaitu:

1. Indikator keberhasilan proses dilihat dari perkembangan proses pembelajaran di kelas.

Indikator keberhasilan ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran dilaksanakan menarik, dan menyenangkan.

b. Mahasiswa berperan serta aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Indikator keberhasilan produk dideskripsikan dari keberhasilan mahasiswa dalam praktik

berapresiasi melalui strategi yang ditentukan. Indikator keberhasilan ini dijabarkan

sebagai berikut:

a. Pembelajaran apresiasi sastra disukai oleh mahasiswa.

b. Mahasiswa mampu mengapresiasikan karya sastra dan menerapkan dalam kehidupan

mereka.

3.8 Teknik Penentuan Keabsahan Data

Data dan informasi yang diperoleh harus valid artinya dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya maka validitas data sangat diperlukan. Teknik penentuan keabsahan data yang

dipergunakan adalah teknik triangulasi. Suatu cara untuk mendapatkan keakuratan data

Page 43: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

dengan menggunakan berbagai cara, prosedur, dan metode agar data yang diperoleh dapat

dipercaya kebenarannya. Menurut Burns (1999:163)

”triangulation of a way of arguing that if different methods of investigation produce the

same result then the data are likely to be valid.”

Adapun jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data situasional

dan metode pengumpulan data. Triangulasi data dilakukan dengan cara mengambil data dari

berbagai situasi, waktu, dan tempat. Triangulasi situasional yang dimaksud adalah

triangulasi yang mengamati objek yang sama dalam berbagai situasi, dan triangulasi metode

pengumpulan data menggunakan beberapa alat instrumen agar data yang terkumpul lebih

akurat. Dalam hal ini ditempuh dengan menggunakan pedoman pengamatan, pedoman

wawancara, dan angket.

Burns (1999:161-162) dalam teorinya menawarkan lima kriteria validitas yaitu: 1.

democratic validity, 2. outcome validity, 3. process validity, 4. catalytic validity, dan 5.

dialogic validity. Dari kelima kriteria di atas dalam penelitian ini hanya digunakan dua

kriteria, yaitu:

1. Validitas demokratik (democratic validity), dicapai dengan cara memberi kesempatan dan

kebebasan kepada semua komponen yang terlibat dalam penelitian ini yaitu Kepala

Program Studi, kolaborator, mahasiswa untuk berpartisipasi dan berkolaborasi antara

satu dengan lainnya.

2. Validitas dialogis (dialogic validity), yaitu validitas yang diperoleh dari tinjauan sejawat

antara peneliti dengan dosen pengampu (kolaborator) atau peneliti dengan teman sesama

praktisi saling berdialog menanggapi apa saja yang dihadapi dan dikatakan masing-

Page 44: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

masing pihak. Tinjauan juga dapat dengan dialog reflektif dengan teman yang kritis atau

peneliti praktisi lainnya yang dapat berpihak sebagai jaksa nir kompromi.

Page 45: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Observasi

Di dalam penelitian ini, terdapat dua hal penting yang harus dikaji yaitu: upaya

mengembangkan sikap positif mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran apresiasi sastra

dan peningkatan kemampuan apresiasi sastra (novel) mahasiswa melalui penerapan

pendekatan PPK. Untuk itu, dalam penelitian tindakan kelas ini akan disajikan kemampuan

apresiasi sastra (novel) mahasiswa mulai dari pratindakan sampai pada akhir siklus II.

Sebelum diadakan upaya pengembangan terlebih dahulu peneliti melakukan prasurvei di

kelas pagi A semester 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP

UNIKAL dan mengadakan dialog dengan dosen pengampu sebagai kolaborator. Hasil dari

prasurvei peneliti mengobservasi pembelajaran sastra di kelas dengan pokok bahasan

apresiasi puisi “Kepada Peminta-minta” karya Chairil Anwar. Hampir sebagian besar

mahasiswa tidak begitu antusias dalam proses pembelajaran. Mahasiswa hanya

mendengarkan penjelasan dosen pengampu dan bersifat pasif. Hanya ada sedikit

mahasiswa yang mampu mengapresiasikan puisi tersebut, selain itu mahasiswa hanya

mampu mengapresiasi berdasarkan pertanyaan yang ada dalam buku.

Setelah pelajaran selesai peneliti berdiskusi dengan kolaborator tentang bagaimana

pembelajaran sastra dalam kelas. Dari diskusi ini disimpulkan bahwa keterbatasan waktu

dan banyaknya pokok bahasan yang harus diberikan dalam kurikulum maka pembelajaran

sastra hanya diberikan sebatas yang ada dalam buku. Selain itu peneliti juga menanyakan

33

Page 46: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

apakah pokok bahasan apresiasi novel pernah dilakukan di kelas, dan kolaborator

menjawab bahwa apresiasi novel hanya diberikan dengan memberikan sinopsis yang telah

ada di buku tanpa mengetahui bentuk buku asli maupun membaca novel yang diajarkan.

Permasalahan yang dihadapi untuk pokok bahasan apresiasi novel adalah kurangnya media

yang dapat membantu mahasiswa mengapresiasi novel salah satunya adalah pengadaan

novel itu sendiri.

Berdasarkan observasi tersebut dapat ditemukan beberapa masalah yang dihadapi

dalam pembelajaran membaca karya sastra.

1. Pokok bahasan tentang novel (prosa fiksi) pada pembelajaran apresiasi sastra jarang

dilaksanakan.

2. Kendala pengadaan novel dalam pembelajaran apresiasi sastra.

3. Kurangnya variasi media dalam proses pembelajaran apresiasi sastra.

4.1.2 Pelaksanaan Tindakan

4.1.2.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

1. Perencanaan Penelitian Tindakan

(1) Tujuan

Merencanakan pelaksanaan tindakan untuk mengembangkan sikap positif

mahasiswa terhadap apresiasi sastra (novel) dan meningkatkan kemampuan

apresiasi mahasiswa terhadap karya sastra (novel).

Page 47: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

(2) Penyusun

Nia Ulfa Martha, M.Pd. sebagai peneliti dan M. Haryanto, S.Pd. sebagai

kolaborator.

(3) Rancangan langkah-langkah penelitian tindakan

a. Mengadakan tes penjajagan (pretes) untuk mengetahui kemampuan awal

apresiasi mahasiswa terhadap sastra (novel).

b. Penentuan bahan/materi dengan mempersiapkan teks (novel).

c. Penentuan pendekatan PPK sebagai salah satu langkah yang dinilai efektif

untuk mengembangkan sikap positif dan meningkatkan kemampuan apresiasi

mahasiswa terhadap karya sastra.

d. Penentuan langkah-langkah praktik apresiasi sastra (novel) dengan pendekatan

PPK.

(4) Waktu pelaksanaan tindakan

Lima kali pertemuan selama dua minggu.

2. Implementasi Tindakan

Berdasarkan rancangan penelitian tersebut, implementasi tindakan dilakukan

dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Tujuan

Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam rangka mengembangkan sikap positif

mahasiswa dan meningkatkan kemampuan apresiasi sastra mahasiswa melalui

pendekatan PPK.

(2) Peneliti : Nia Ulfa Martha, M.Pd.

Page 48: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Kolaborator : M. Haryanto, S.Pd.

Pemantau : Peneliti dan kolaborator.

Subjek : Mahasiswa kelas pagi A semester 3 Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL.

(3) Langkah-langkah tindakan

a. Penyajian materi dengan novel yang telah disiapkan.

b. Penugasan praktik apresiasi sastra dengan pendekatan PPK.

a) Membaca dan menyimak novel yang telah disajikan.

b) Membuat catatan penting mengenai para tokoh, setting, perwatakandari

novel yang disimak/dibaca.

c) Menentukan gagasan utama pengarang dalam menulis novel.

d) Menganalisis mahasiswa unsur yang terkandung dalam novel yang disajikan

oleh dosen pengampu.

e) Menentukan alur ceritanya.

f) Memberikan kesan atau tanggapan terhadap novel yang telah dibacanya

baik secara lisan maupun tertulis.

Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam lima kali pertemuan pembelajaran. Setiap kali

pertemuan berlangsung selama 45 menit. Dalam siklus pertama pokok bahasan adalah

apresiasi novel Gita Cinta dari SMA karya Edy D. Iskandar. Pembelajaran

berlangsung dengan membagi seluruh mahasiswa di kelas menjadi lima kelompok.

Selanjutnya, pelaksanaan tindakan digambarkan dalam vignet berikut ini. Berdasarkan

catatan harian pada pertemuan pertama.

Page 49: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Berdasarkan catatan harian pertemuan kedua siklus pertama dapat digambarkan dalam

vignet berikut.

Pada pertemuan kedua pada hari Kamis tanggal 7 Oktober 2010 mahasiswa

mendapat penjelasan bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan

metode CTL dan melanjutkan diskusi yang telah mereka lakukan minggu

kemarin. Diskusi berlangsung dengan seru banyak mahasiswa yang

mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana mengapresiasi novel. Namun

mereka masih belum berani menyampaikan hasil diskusi mereka di depan kelas.

Pada waktu ini hanya ada dua perwakilan kelompok yang mampu

menyampaikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Mahasiswa membaca hasil

diskusi mereka di depan kelas sehingga kegiatan ini sedikit terlihat monoton.

Selanjutnya dosen pengampu memberikan tugas untuk menyiapkan hasil

diskusi mereka untuk disampaikan di depan kelas pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan pertama hari Rabu tanggal 6 Oktober 2010. pertemuan diawali

dengan presensi mahasiswa selanjutnya dosen pengampu mengemukakan

bahwa hari ini kegiatan belajar mereka berbeda, yakni membaca novel secara

utuh dan membahas novel tersebut. Dosen pengampu membagi kelas dalam

kelompok yang beranggotakan sepuluh orang tiap kelompoknya hal ini

dilaksanakan oleh karena keterbatasan novel yang dijadikan pokok bahasan.

Mahasiswa banyak yang mengeluh karena mereka tidak leluasa mengetahui

novel karena anggota kelompok terlalu besar. Selanjutnya dosen pengampu

memerintahkan mahasiswa membaca dua bab pertama dan menemukan unsur

intrinsik yang ada pada novel Gita Cinta dari SMA. Selanjutnya memberikan

motivator kepada mahasiswa untuk melaksanakan diskusi dengan baik. Banyak

mahasiswa yang berusaha menanyakan apa saja yang digolongkan unsur

intrinsik pada novel dan dosen pengampu memberikan penjelasan. Dosen

pengampu pada sepuluh menit terakhir pertemuan memberikan kesempatan

kepada perwakilan kelompok menyampaikan pendapatnya di depan kelas.

Akhirnya setelah lima menit belum ada yang berani maju perwakilan dari

kelompok II berani menyampaikan pendapat kelompok mereka di depan kelas,

mahasiswa masih membaca hasil diskusi mereka. Setelah perwakilan kelompok

ini maju maka dosen pengampu mengakhiri pertemuan dengan memberikan

tugas agar berdiskusi mengenai novel dengan membaca novel itu secara utuh.

Page 50: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Siklus pertama tindakan pada pertemuan ketiga dapat dikemukakan bahwa

pembelajaran berlangsung agak menarik. Mahasiswa berusaha mengkonstruksi jalan

pemikirannya untuk membuat tugas yang diberikan dosen pengampu pada waktu

tindakan berlangsung. Gambaran ini dapat terlihat pada vignet berikut.

3. Observasi

Setelah dilakukan praktik membaca karya sastra dengan pendekatan PPK, peneliti

dan kolaborator melakukan monitoring (pemantauan) dan evaluasi terhadap jalannya

perlakuan tindakan. Hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi

ini meliputi dampak tindakan terhadap proses pembelajaran (keberhasilan proses) dan

dampak tindakan terhadap hasil pembelajaran (keberhasilan produk).

Pertemuan ketiga Senin 1 November 2010 perwakilan kelompok berhasil

mengemukakan hasil diskusi mereka. Mereka membuat sinopsis dari novel dan

mengemukakan penokohan yang ada pada novel, meskipun sebagian besar dari

mereka masih membacakan catatan yang telah mereka buat pada diskusi

sebelumnya. Selanjutnya aktivitas berlanjut dan ditujukan kepada masing-

masing individu yakni dengan penugasan dari dosen pengampu untuk

menceritakan kembali novel yang telah mereka baca. Pada akhir pertemuan ini

ada dua mahasiswa yang berhasil menceritakan kembali novel tersebut yakni

Nardo yang bercerita “Novel ini diawali dengan datangnya siswi baru di sekolah

yang bernama Ratna. Ratna seorang gadis cantik namun ada seorang cowok

yang tidak memperhatikan dirinya sama sekali yakni Galih. Selanjutnya cerita

berlanjut dengan kisah percintaan antara Galih dan Ratna. Oleh karena

perbedaan strata sosial antara keduanya maka cinta tersebut mengalami

banyak halangan...” Namun oleh karena keterbatasan mahasiswa maka cerita

tersebut diselesaikan sampai di situ. Namun oleh mahasiswa yang lain

disambut dengan meriah oleh karena temannya telah berhasil menceritakan

kembali novel yang telah mereka baca.

Page 51: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

(1) Keberhasilan Proses

Dari pemantauan yang telah dilakukan oleh peneliti dan kolaborator,

menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana dan telah

menunjukkan terjadinya perubahan (peningkatan) keadaan dari perilaku subjek

yang diinginkan pada rata-rata kelas.

Perubahan tersebut ditandai dengan tumbuhnya sikap positif mahasiswa

untuk menggemari karya sastra khususnya novel. Penumbuhan sikap positif

tersebut dapat dilihat dari reaksi mahasiswa ketika membaca novel yang telah

disajikan oleh dosen pengampu. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa

mahasiswa mereka mengatakan tertarik dan senang dengan kegiatan apresiasi

sastra (novel) seperti ini. Dengan alasan: baru sekarang ini/dalam kegiatan

apresiasi sastra ini mahasiswa membaca novel (12 mahasiswa), novel yang telah

disajikan oleh dosen pengampu sangat menarik dan menyentuh perasaan (5

mahasiswa), menganalisis unsur karya sastra ternyata kegiatan yang sangat

mengasyikkan (3 mahasiswa), dan merasa tertantang untuk dapat mengapresiasi

karya sastra melalui pendekatan PPK (3 mahasiswa).

Pada saat diadakan diskusi kelas dalam kegiatan apresiasi sastra khususnya

novel dengan pendekatan PPK ini, mahasiswa terlihat enjoy, aktif, dan

bersemangat dalam mengajukan pertanyaan maupun tanggapannya serta

membahas materi yang telah diajukan oleh dosen pengampu. Situasi kelas nampak

semakin hidup ketika pendapat dan tanggapan yang diajukan antara mahasiswa itu

berbeda. Didukung oleh kompetensi yang dimiliki dosen pengampu (sebagai

kolaborator) dalam mengajarkan apresiasi sastra, reaksi yang berbeda dari

Page 52: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

beberapa mahasiswa ini dapat diselesaikan dengan baik. Strategi komunikasi yang

diterapkan adalah dosen pengampu memberikan kebebasan kepada mahasiswa

untuk berekspresi sesuai dengan keinginannya.

Masalah yang dihadapi ketika pada awal dimulainya kegiatan apresiasi sastra

ini, sebagian mahasiswa ribut dan sibuk dengan aktifitas sendiri karena

keterbatasan media ajar, namun setelah dibagi dengan kelompok-kelompok dan

setiap kelompok mendapatkan satu novel mahasiswa mulai tenang. Mahasiswa

pun terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan nampak memperhatikan dosen

pengampu yang telah mulai menerangkan langkah-langkah yang akan ditempuh

dalam praktik apresiasi sastra dengan pendekatan PPK.

(2) Keberhasilan Produk

Penerapan strategi dalam pembelajaran sastra mempermudah ketrampilan

dalam mengapresiasi sastra (39 mahasiswa) dan 1 mahasiswa menyatakan

kadang-kadang serta tidak satu pun mahasiswa yang memberikan pernyataan

tidak.

Dari hasil pengamatan dan evaluasi yang telah dilakukan, dapat diketahui

bahwa hampir semua mahasiswa dapat mengikuti dan menikmati kegiatan praktik

apresiasi sastra yang telah dilakukan di kelas. Perubahan hasil belajar yang

dicapai oleh mahasiswa dalam kegiatan apresiasi sastra khususnya novel tampak

dari kemampuan mahasiswa dalam mengenali, memahami, dan menilai novel

yang telah di sajikan. Setelah perlakuan tindakan sebanyak 3 kali kegiatan

Page 53: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

kemampuan membaca karya sastra melalui pendekatan PPK, menunjukkan

terjadinya pengembangan sikap yang positif.

Tugas untuk membuat catatan kecil mengenai para tokoh, penokohan,

latar/setting untuk mempermudah memahami isi yang terkandung dalam novel

yang disajikan rupanya mendapat tanggapan yang baik dari mahasiswa. Dari 40

mahasiswa (29 mahasiswa) menyatakan “ya” dalam artian membuat catatan untuk

mempermudah pemahaman novel yang dibaca, dan (9 mahasiswa) menyatakan

kadang-kadang membuat catatan, serta (2 mahasiswa) tidak melakukan hal

tersebut.

Membaca novel yang dilakukan dengan hati-hati dan teliti serta menggunakan

intonasi yang tepat untuk memahami dengan jelas isi atau makna yang terkandung

dalam novel yang dibaca. Dari (24 mahasiswa) menyatakan “ya”, (15 mahasiswa)

menyatakan kadang-kadang melakukan membaca dengan hati-hati dan teliti untuk

mengetahui makna yang terkandung dalam novel dan (1 mahasiswa) menyatakan

tidak melakukan membaca dengan hati-hati dan teliti.

Tugas-tugas lain yang diberikan oleh dosen pengampu seperti halnya

menemukan tema, mencari tokoh-tokoh dalam novel dan menceritakan kembali

novel yang telah dibaca telah mendapatkan tanggapan yang baik dari mahasiswa.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap tugas-tugas yang diberikan, sebagian besar

mahasiswa sudah dapat mengerjakan dengan baik.

Melalui penerapan pendekatan PPK dalam kegiatan praktik apresiasi sastra,

mahasiswa juga diajak untuk dapat memberikan reaksi terhadap novel yang telah

Page 54: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

disajikan dengan memberikan penilaian atau tanggapan terhadap novel yang

dibacanya. Reaksi dari kegiatan tersebut adalah mahasiswa diberikan kebebasan

untuk memberikan tanggapan atau kesan terhadap novel yang disajikan. Dari (29

mahasiswa) selalu memberikan kesan dan tanggapannya terhadap novel yang

dibacanya dan (11 mahasiswa) menyatakan kadang-kadang saja. Tanggapan

secara lisan dalam diskusi kelas maupun tanggapan yang diberikan secara tertulis

ini telah menunjukkan perkembangan sikap yang lebih baik untuk menghargai dan

menilai karya sastra khususnya novel.

Penerapan pendekatan PPK dalam pembelajaran sastra khususnya dalam

kegiatan apresiasi sastra ini telah mendapatkan respon yang positif dari

mahasiswa. Dari (32 mahasiswa) menyatakan setelah mendapatkan tugas

mengapresiasi karya sastra khususnya novel dengan pendekatan PPK ini lebih

memahami dan mengenal novel, (8 mahasiswa) menyatakan agak memahami

dan mengenal novel, serta tidak satu pun mahasiswa yang memberikan pernyataan

tetap tidak memahami dan mengenal novel.

Manfaat yang diperoleh melalui kegiatan praktik apresiasi sastra khususnya

novel, (25 mahasiswa) menyatakan meningkatkan pemahaman dan keterampilan

atau kemampuan apresiasi sastra, khususnya novel, dan (15 mahasiswa)

menyatakan agak meningkatkan pemahaman dan kemampuan apresiasi sastra.

Dalam melaksanakan praktik apresiasi sastra dengan pendekatan PPK ini, 4

mahasiswa menyatakan masih kesulitan, 13 mahasiswa menyatakan agak

kesulitan, dan 23 mahasiswa menyatakan tidak mengalami kesulitan saat

melaksanakan tugas mengapresiasi karya sastra dari dosen pengampu.

Page 55: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

4. Refleksi

Di dalam refleksi, peneliti dan kolaborator melakukan analisis dan memahami

hasil perlakuan tindakan siklus I. Setelah dilakukan perlakuan tindakan dengan

penerapan pendekatan PPK sebanyak 5 kali, peneliti dan kolaborator menentukan

terjadinya penumbuhan sikap yang lebih positif terhadap kegiatan praktik apresiasi

sastra dan terjadi peningkatan kemampuan berapresiasi sastra relatif sedikit.

Mahasiswa yang masih kesulitan dalam mengikuti kegiatan apresiasi sastra

berjumlah 4, 13 mahasiswa menyatakan agak kesulitan, dan 23 mahasiswa lainnya

menyatakan tidak kesulitan. Hal yang menyebabkan mereka kesulitan dalam

mengikuti kegiatan apresiasi sastra khususnya novel ini karena tahap-tahap yang

disajikan dalam penerapan pendekatan PPK secara berkesinambungan. Dengan

demikian, mahasiswa harus aktif mengikuti pembelajaran dan harus memperhatikan

penjelasan dari dosen pengampu.

Berdasarkan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan peneliti dan kolaborator,

kendala yang muncul tidak berarti mahasiswa malas melakukan kegiatan apresiasi

sastra. Dari 32 mahasiswa menyatakan lebih memahami dan mengenal novel dan 8

mahasiswa yang lainnya menyatakan agak memahami dan mengenal novel setelah

mendapatkan tugas mengapresiasi novel. Beberapa hal yang dianggap sulit dalam

kegiatan apresiasi karya sastra khususnya novel dengan menggunakan pendekatan

PPK ini antara lain: (mahasiswa boleh menjawab lebih dari satu).

(1) Analisis plot (15 mahasiswa) alasannya, karena ada bermacam-macam alur. Ada

alur maju, alur mundur dan alur campuran, sehingga sulit untuk menentukan

Page 56: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

termasuk alur mana novel yang dibacanya; sulit dipahami; selalu berubah-ubah

atau acak; sulit menentukan ceritanya itu dimulai dari mana; kadang-kadang

alurnya membingungkan; harus membaca novel secara keseluruhan sampai

paham.

(2) Analisis latar (2 mahasiswa) alasannya, sulit membayangkan jika ceritanya

mengenai kejadian di masa lampau (zaman dahulu kala); kesulitan menentukan

latar sosialnya.

(3) Analisis tokoh (1 mahasiswa) alasannya, kadang-kadang ada tokoh yang

mempunyai peran ganda mula-mula tokoh itu baik kemudian berubah menjadi

tokoh jahat dan berubah lagi menjadi tokoh yang baik lagi.

(4) Memberitahukan tanggapan terhadap isi novel (15 mahasiswa) alasannya, karena

bahasannya sulit dipahami; sulit memahami gaya bahasa yang digunakan oleh

pengarang; perlu membaca novel secara keseluruhan; tidak semua novel

menggunakan bahasa yang mudah dipahami; adanya penggunaan kata yang sulit

dimengerti maknanya; kadang-kadang tanggapan pembaca yang satu berbeda

dengan pembaca yang lainnya.

(5) Menentukan tema (29 mahasiswa) alasannya, karena harus paham betul isi dari

novel yang dibaca; kadang-kadang ceritanya membingungkan, karena pembaca

harus mengetahui apa yang sesungguhnya diungkapkan oleh pengarang serta apa

maksud pengarang; terlalu banyak kesamaan dari cerita yang muncul sehingga

sulit menentukan temanya; kurang mampu menentukan gagasan utamanya serta

kurang cermat memilih kalimat yang berfungsi sebagai pengukur untuk

menentukan tema; kadang-kadang di dalam novel ada beberapa hal yang

Page 57: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

diceritakan secara bersamaan sehingga sulit menentukan yang mana yang

termasuk tema.

Cara yang ditempuh oleh mahasiswa untuk mengatasi kesulitan atau hambatan

yang dialami dalam kegiatan apresiasi sastra adalah dengan cara mengulangi membaca

novel dengan hati-hati dan teliti sehingga paham maksudnya (25 mahasiswa),

berdiskusi dengan teman (14 mahasiswa), berdiskusi dengan dosen pengampu (4

mahasiswa), bertanya kepada teman (13 mahasiswa), bertanya kepada dosen

pengampu (12 mahasiswa), meminta pendapat orang lain (1 mahasiswa), mencari

makna dari kata-kata yang sulit atau tidak tahu artinya (2 mahasiswa), dan membuat

catatan kecil ( 8 mahasiswa).

Berdasarkan data tersebut di atas, masih terlihat kurangnya kemampuan

mahasiswa menerapkan tahapan pendekatan PPK dalam kegiatan praktik apresiasi

sastra khususnya novel. Oleh karena itu, pada siklus II peneliti dan kolaborator

berusaha meningkatkan kemampuan apresiasi sastra pada mahasiswa. Salah satu cara

yang akan ditempuh adalah menambah variasi media yaitu memutarkan film yang

diangkat dari sebuah novel mengingat pada siklus I media yang digunakan sangat

terbatas sehingga mahasiswa harus menunggu temannya selesai membaca baru dia

mendapatkan gilirannya, sehingga kebanyakan mahasiswa mengemukakan alasan

dalam kesulitannya yaitu mengulangi membaca novel dengan hati-hati dan teliti. Perlu

diketahui bahwa novel yang disajikan pada siklus I adalah 1 kelompok yang terdiri

dari 8 mahasiswa hanya mendapatkan 1 buah novel.

Untuk mengatasi kesulitan lain yang dihadapi oleh mahasiswa, dosen pengampu

selaku kolaborator dengan peneliti akan menyediakan waktu dan kesempatan kepada

Page 58: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

mahasiswa baik dalam jam pembelajaran maupun di luar jam pembelajaran mengingat

sebagian mahasiswa juga menyatakan untuk mengatasi kesulitannya mereka

menyatakan akan bertanya dan berdiskusi dengan dosen pengampu. Dengan demikian

semua kesulitan mahasiswa akan dapat teratasi dengan mudah.

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

1. Perencanaan Tindakan Siklus II

(1) Tujuan

Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus pertama dapat diketahui bahwa

mahasiswa belum begitu paham langkah-langkah dalam mengapresiasi novel dan

belum mampu mengungkapkan hasil diskusi mereka, maka siklus ini bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berapresiasi sastra.

(2) Penyusun

Nia Ulfa Martha, M.Pd. sebagai peneliti dan M. Haryanto sebagai kolaborator.

(3) Waktu pelaksanaan tindakan

Lima kali pertemuan selama dua minggu.

(4) Rancangan langkah-langkah tindakan

a. Penentuan materi ajar dengan mempersiapkan novel.

b. Pelaksanaan praktik apresiasi sastra dengan pendekatan PPK.

2. Implementasi Tindakan

(1) Tujuan

Pelaksanaan tindakan untuk meningkatkan kemampuan apresiasi sastra bagi

mahasiswa.

Page 59: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

(2) Peneliti : Nia Ulfa Martha, M.Pd.

Kolaborator : M. Haryanto, S.Pd.

Pemantau : Peneliti dan kolaborator.

Subjek : Mahasiswa kelas pagi A semester 3 Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL.

(3) Langkah-langkah tindakan

a. Penyajian materi kegiatan apresiasi sastra berupa film yang diangkat dari

sebuah novel yang telah disiapkan.

b. Penugasan praktik apresiasi sastra dengan pendekatan PPK.

a) Menyaksikan film yang diangkat dari novel Salah Asuhan yang disajikan

oleh dosen pengampu.

b) Membuat catatan kecil atau catatan penting.

c) Menemukan gagasan pokok atau tema dari novel.

d) Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel.

e) Memparafrasekan atau menceritakan kembali secara lisan dengan singkat

dan jelas.

f) Memberikan tanggapan secara tertulis atas novel yang disajikan oleh

dosen pengampu.

c. Diskusi kelas.

d. Evaluasi.

(4) Waktu

Lima kali pertemuan selama dua minggu.

Page 60: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Pembelajaran pada tindakan siklus kedua ini dilakukan dengan variasi media berupa

penggunaan film yang skenarionya didasarkan pada novel Salah Asuhan. Pelaksanaan

proses pembelajaran ini merupakan variasi metode pembelajaran apresiasi sastra agar

pelajaran ini lebih menarik dan tidak membosankan bagi mahasiswa. Pembelajaran

berlangsung dalam 5 kali pertemuan dalam dua minggu dengan pembagian 2 kali

pertemuan untuk menyaksikan film dan tiga kali pertemuan untuk melakukan apresiasi

terhadap novel yang diangkat menjadi skenario film ini. Pelaksanaan tindakan pada siklus

ini digambarkan dalam vignet berikut, yang berdasarkan pada catatan harian.

Selanjutnya, pada pertemuan kedua mahasiswa diberi kesempatan untuk melanjutkan

kegiatan menonton film agar dapat menyaksikan secara utuh jalan cerita dari film Salah

Asuhan ini. Pertemuan ini selanjutnya digambarkan dalam vignet berdasarkan catatan

observasi.

Pertemuan pertama tanggal 2 November 2010 mahasiswa diajak oleh dosen

pengampu untuk berpindah dari kelas menuju laboratorium bahasa. Mahasiswa

menyambut gembira perlakuan ini sebagian besar dari mereka senang karena

proses pembelajaran tidak berlangsung di kelas. Kegiatan berlangsung dibantu

dengan petugas laboratorium untuk memutar film yang diangkat dari novel Salah

Asuhan. Pada pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menyimak,

mencermati, dan memperhatikan sehingga mereka mampu memberikan catatan

mengenai film baik itu dari alur, penokohan, dan latar yang ada. Pada pelaksanaan

ini mahasiswa sangat antusias dalam proses pembelajaran. Mahasiswa sangat

memperhatikan film yang diputar dan mereka mampu membuat catatan atas cerita

film. Selain itu juga mereka memberikan komentar atas perbuatan yang dilakukan

oleh tokoh protagonis yang ada. Mereka begitu menikmati pemutaran film hingga

ketika pertemuan pertama berakhir dan harus memotong jalannya film mereka

kecewa. Untuk menutup kekecewaan tersebut dosen pengampu menugaskan

mahasiswa untuk berdiskusi sesuai kelompok pada pertemuan sebelumnya. Setelah

berdiskusi satu perwakilan dari kelompok mengemukakan penokohan yang ada

pada film Salah Asuhan.

Page 61: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Untuk memberikan variasi setelah belajar di laboratorium bahasa pada pertemuan

ketiga siklus kedua tindakan ini dosen pengampu memindahkan kegiatan belajar

mengajar di perpustakaan, selanjutnya dosen pengampu memerintahkan mahasiswa untuk

mempersiapkan tanggapan mereka mengenai novel yang dijadikan skenario film tersebut.

Tugas ini dilaksanakan secara individu. Gambaran pertemuan ini dapat dibaca pada

vignet berikut.

Pertemuan ketiga berlangsung dengan kegiatan diskusi mengenai hasil catatan mereka

setelah melihat film Salah Asuhan. Pertemuan berlangsung sangat marak. Mahasiswa

telah lebih mampu melakukan apresiasi terhadap novel dengan bantuan film sebagai

media. Mahasiswa telah berhasil menghayati novel dengan menceritakan kembali

mengenai penokohan, latar, dan alur dari novel tersebut. Sebagian besar mahasiswa

mengungkapkan hasilnya dengan antusias keberhasilan proses ini dapat dilihat melalui

beraninya dua mahasiswa yang pada pertemuan sebelumnya belum mengungkapkan

pendapatnya di depan teman-teman. Pertemuan terkadang diiringi dengan canda karena

teman mereka yang mengungkapkan pendapatnya dengan menarik dan dengan

menirukan tingkah laku dari tokoh yang ada di film.

Pertemuan kedua berlangsung pada hari Rabu tanggal 3 November 2010 dan bertempat

di laboratorium bahasa dengan melanjutkan pemutaran film Salah Asuhan. Dosen

pengampu memerintahkan kepada mahasiswa untuk menyimak. Pada pertemuan ini

mahasiswa diharapkan mampu menyimak, mencermati, dan memperhatikan sehingga

mereka mampu memberikan catatan mengenai film baik itu dari alur, penokohan, dan

latar yang ada. Pada pelaksanaan ini mahasiswa sangat antusias dalam proses

pembelajaran. Mahasiswa sangat memperhatikan film yang diputar dan mereka mampu

membuat catatan atas cerita film. Selain itu juga mereka memberikan komentar atas

perbuatan yang dilakukan oleh tokoh protagonis yang ada. Selanjutnya mahasiswa

ditugaskan untuk berdiskusi membahas unsur intrinsik yang ada pada film Salah Asuhan.

Pada kesempatan ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan

pendapatnya mengenai penokohan, alur, latar, dan tema yang ada pada film tersebut.

Page 62: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Pertemuan keempat pada pelaksanaan tindakan siklus kedua diawali dengan memberikan

kesempatan pada mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya di depan kelas,

selanjutnya pembelajaran dilakukan dengan melakukan refleksi kegiatan siklus dua.

3. Observasi

Hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan observasi (monitoring dan pemantauan)

pada siklus II ini meliputi dampak perlakuan tindakan terhadap proses belajar dan

dampak perlakuan tindakan terhadap hasil belajar.

(1) Keberhasilan Proses

Dari hasil pemantauan, kegiatan apresiasi sastra pada siklus II ini telah

menunjukkan adanya perubahan sikap yang positif. Kemampuan mahasiswa

mengerjakan tugas baik tertulis maupun lisan dalam kegiatan apresiasi sastra ini

juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Pada perlakuan tindakan

siklus II ini, peneliti dan kolaborator menyediakan media pembelajaran dengan

cara memutarkan film yang diangkat dari sebuah novel dan menggunakan media

laboratorium bahasa.

Sebagian besar mahasiswa merespon penyediaan media dengan baik.

Mahasiswa tidak harus belajar di dalam kelas tetapi di laboratorium bahasa. Jadi

mahasiswa tidak merasa jenuh bahkan mahasiswa merasa enjoy sekali. Proses

belajar mengajar semakin hidup karena tanggapan-tanggapan yang diberikan

mahasiswa mulai kritis dan bervariasi. Sebagian besar mahasiswa mulai berani

menunjukkan kemampuan yang dimiliki dalam memberikan tanggapan dari

materi yang telah disajikan.

Page 63: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Proses pembelajaran menjadi lebih komunikatif. Di sini dosen pengampu

berperan sebagai fasilitator dan moderator dalam kegiatan apresiasi sastra. Sikap

dosen pengampu yang demikian dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan

dan kebebasan kepada mahasiswa agar berani dan mampu mengungkapkan

seluruh pikiran, perasaan, gagasan, dan pesan dalam membahas materi yang

disajikan pada diskusi kelas. Selanjutnya dipaparkan bagaimana diskusi

berlangsung dalam vignet berikut.

Adapun kendala yang dihadapi pada pelaksanaan tindakan siklus II ini

adalah terbatasnya persediaan jam pembelajaran. Untuk itu langkah yang

ditempuh adalah dosen pengampu memberikan instruksi agar pemanfaatan

waktu yang seefisien mungkin sehingga semua tugas mahasiswa dapat

diselesaikan dengan baik.

(2) Keberhasilan Produk

Penggunaan media pembelajaran yang berupa kaset VCD dan

laboratorium bahasa dinilai sangat efektif. Dengan media ini mempermudah

Mahasiswa yang bernama Nardo menyampaikan hasil diskusi kelompok di

depan kelas Arina memaparkan tentang penokohan yang ada pada novel “Salah

Asuhan”. Hasil pemaparannya “Tokoh yang ada dalam novel ini adalah Hanafi,

Corrie, Rafiah dan Ibu Hanafi dalam novel ini Hanafi seorang pemuda

Minangkabau yang disekolahkan di HBS, namun hasil pendidikan ini menjadikan

Hanafi tidak menyukai lagi budaya Minang ini terbukti dengan meninggalkan

istri yang telah dipilih oleh ibunya. Corrie adalah seorang keturunan campuran

Indonesia-Belanda yang memiliki masa depan yang baik namun karena

pendidikannya dipengaruhi oleh kebudayaan barat maka Ibu Hanafi

menolaknya. Oleh karena kenekatan keduanya akhirnya keduanya menderita

hingga akhir cerita.” Teman dari kelompok lain menambahkan bahwa Hanafi

pada akhirnya sadar bahwa kebudayaan sendiri merupakan sesuatu yang

sangat luhur dan tidak boleh diingkari begitu saja.

Page 64: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

mahasiswa dalam menikmati karya sastra dengan leluasa. Kemampuan

mahasiswa dalam mengapresiasi karya sastra menunjukkan peningkatan yang

cukup berarti. Di sini mahasiswa dituntut untuk mampu memahami maksud

pengarang dalam hal ini “sutradara” sehingga mahasiswa mampu memberikan

pesan atau tanggapan dari film yang telah diperhatikannya dalam pembelajaran

tersebut. Mahasiswa juga dituntut untuk mengenali semua unsur yang

terkandung dalam penceritaan tersebut. Hal ini terjadi karena kadang-kadang

alur ceritanya sering membingungkan mahasiswa, selain itu tanggapan dari

mahasiswa yang satu biasanya tidak sama dengan mahasiswa yang lain. Oleh

karena itu, ketelitian dan kecermatan mahasiswa dalam menyimak tayangan film

dari sebuah novel sangat berpengaruh terhadap hasil analisis.

Upaya dosen pengampu dalam memberikan motivasi mahasiswa agar

dapat berapresiasi sastra dengan baik adalah dengan cara mencarikan media ajar

yang cocok dan disenangi oleh mahasiswa. Dalam hal ini media film yang

diangkat dari novel Salah Asuhan karya Abdul Muis telah mendapat tanggapan

positif dari sebagian besar mahasiswa. Hal ini terbukti dari hasil refleksi,

menurut mereka setelah melihat film Salah Asuhan di layar kaca perasaannya

menjadi peka (6 mahasiswa), menambah semangat dan percaya diri untuk dapat

mengapresiasikan karya sastra khususnya novel dengan baik (20 mahasiswa),

mendorong untuk lebih menyenangi kegiatan apresiasi sastra (14 mahasiswa).

Metode yang ditempuh berdampak positif, sebagian besar (32

mahasiswa) menunjukkan perubahan yang baik ketika mendapatkan giliran

untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam novel Salah Asuhan melalui

Page 65: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

film. Akan tetapi, masih ada juga beberapa mahasiswa yang tidak menghiraukan

instruksi dari dosen pengampunya. Penyampaian pesan dari film yang dinikmati

tidak menunjukkan hasil yang memuaskan, menurut mereka hal ini terjadi

karena tidak dapat mengawali cerita atau memulai dari mana (4 mahasiswa),

kurang percaya diri menyampaikan tanggapannya di depan kelas (2 mahasiswa),

grogi karena ditertawakan teman-temannya (2 mahasiswa). Untuk mengatasi

kendala tersebut, dosen pengampu menyuruh mahasiswa agar mendengarkan

dan menyimak dengan baik saat temannya maju ke depan kelas menyampaikan

tanggapan dari film yang telah dinikmatinya. Mahasiswa yang belum mampu

menyampaikan tanggapannya tadi akan mendapatkan giliran pada pertemuan

berikutnya.

a. Sikap mahasiswa yang memberikan respon positif terhadap kegiatan

apresiasi sastra ini, tampak pada data berikut (mahasiswa menjawab lebih

dari satu).

b. Mahasiswa senang terhadap pendekatan PPK yang telah diberikan oleh

dosen pengampu dalam kegiatan apresiasi sastra.

c. Senang sekali, karena pendekatan PPK sangat cocok diterapkan dalam

pembelajaran sastra khususnya kegiatan apresiasi sastra tentang novel (3

mahasiswa).

d. Senang, karena belajar sastra dengan pendekatan PPK ini mudah diikuti dan

sangat menyenangkan (17 mahasiswa).

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan media yang

bervariasi dalam hal ini pemutaran film yang diangkat dari novel berjudul Salah

Page 66: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Asuhan karya Abdul Muis sebagian besar mahasiswa masih banyak mengalami

kesulitan dalam mengapresiasikan unsur-unsur sastra (novel). Hal ini tampak

sebagian mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan tema (26

mahasiswa) dan (8 mahasiswa) menyatakan masih mengalami kesulitan dalam

menentukan latar cerita.

Untuk mengatasi kesulitan tersebut, dosen pengampu memberi instruksi

mahasiswa untuk mendiskusikan permasalahan yang ada dan menanyakan

kepada dosen pengampu maupun temannya. Instruksi ini mendapat respon

positif dari mahasiswa sebagaimana tampak pada data (wawancara) bahwa 15

mahasiswa selalu bertanya kepada dosen pengampu jika menemukan kalimat-

kalimat yang sulit dipahami dan selalu menjawab pertanyaan dosen pengampu,

11 mahasiswa bertanya kepada teman, dan mahasiswa memilih diam. Selain itu

mahasiswa tetap memanfaatkan kegiatan belajar kelompok untuk mendiskusikan

permasalahan yang dihadapi dalam mengapresiasi sastra (novel). Hal ini

sebagaimana diungkapkan oleh mahasiswa bahwa (15 mahasiswa) menyatakan

selalu memanfaatkan kegiatan belajar kelompok untuk berdiskusi karena

dianggap sangat efektif dan (25 mahasiswa) menyatakan bahwa kurang

memanfaatkan kegiatan belajar kelompok untuk berdiskusi karena dianggap

kurang efektif. Mengingat anggota kelompok jumlahnya masih cukup besar,

meskipun bahan media ajarnya sudah bervariasi.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pemantauan pada perlakuan tindakan siklus II ini, peneliti dan

kolaborator melakukan analisis dan memaknai hasil perlakuan tindakan pada siklus

Page 67: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

II. Setelah diadakan perlakuan tindakan dengan penerapan pendekatan PPK sebanyak

9 kali, peneliti dan kolaborator menentukan terjadinya penumbuhan sikap yang lebih

positif terhadap kegiatan praktik apresiasi sastra (novel) dan terjadi peningkatan

kemampuan berapresiasi sastra.

Masih ada mahasiswa (26 mahasiswa) yang masih menyatakan kesulitan dalam

menentukan tema pada kegiatan apresiasi sastra. Hal yang menyebabkan mereka

mengalami kesulitan dalam menentukan tema pada kegiatan apresiasi sastra ini

karena banyaknya kalimat yang mengecoh pada gagasan pokok sehingga

membingungkan. Artinya mahasiswa harus membaca dengan cermat atas novel yang

dibahas.

Selain itu mahasiswa (8 mahasiswa) masih mengalami kesulitan dalam

menentukan latar/setting khususnya latar sosial yang terdapat dalam novel yang

dibaca (pada siklus II ini) dari film yang dilihatnya. Penyebab kesulitan dalam

menentukan latar sosial adalah banyaknya budaya masyarakat yang melatarbelakangi

cerita.

Berdasarkan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan peneliti dan kolaborator,

dari kendala yang muncul itu tidak berarti mahasiswa enggan atau malas atau tidak

menyenangi dalam melakukan kegiatan apresiasi sastra dengan penerapan

pendekatan PPK ini. Mahasiswa menyatakan sangat setuju dengan pernyataan (20

mahasiswa), setuju dengan pernyataan (19 mahasiswa), dan kurang setuju dengan

pernyataan (1 mahasiswa). Hal itu berarti bahwa mahasiswa tidak enggan

melaksanakan kegiatan apresiasi sastra.

Page 68: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Mahasiswa mulai paham tentang pendekatan PPK dalam kegiatan apresiasi

sastra setelah mendapatkan pelajaran dari dosen pengampu, yang menyatakan sangat

setuju dengan pernyataan (3 mahasiswa), setuju dengan pernyataan (36 mahasiswa),

dan kurang setuju dengan pernyataan (1 mahasiswa).

Media yang bervariasi yang dipergunakan oleh dosen pengampu dalam

pembelajaran sastra melalui pendekatan PPK ternyata sangat menarik bagi

mahasiswa. (24 mahasiswa) menanggapi sangat setuju dengan pernyataan tersebut,

(16 mahasiswa) setuju dengan pernyataan tersebut, dan tidak satu pun mahasiswa

yang menyampaikan tanggapannya kurang atau tidak setuju.

Media yang bervariasi yang dipergunakan oleh dosen pengampu dalam

pembelajaran sastra khususnya kegiatan apresiasi sastra melalui pendekatan PPK

membuat suasana kelas menjadi enjoy dan membuat mahasiswa tidak merasa jenuh.

Diungkapkan oleh mahasiswa sangat setuju dengan pernyataan (33 mahasiswa) dan

setuju dengan pernyataan (7 mahasiswa).

Penggunaan media yang bervariasi membuat mahasiswa menyukai pelajaran

sastra khususnya dalam kegiatan apresiasi sastra tentang novel. Mahasiswa sangat

setuju dengan pernyataan (16 mahasiswa), setuju dengan pernyataan (22 mahasiswa),

dan kurang setuju dengan pernyataan (2 mahasiswa).

Mahasiswa menyatakan sangat setuju dengan pernyataan (8 mahasiswa), setuju

dengan pernyataan (26 mahasiswa), dan (6 mahasiswa) lainnya kurang setuju dengan

pernyataan.

Page 69: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Penerapan pendekatan PPK dalam kegiatan apresiasi sastra ini menambah

pengalaman mahasiswa dalam berapresiasi sastra. Dari 40 mahasiswa menyatakan

sangat setuju dengan pernyataan (18 mahasiswa), dan setuju dengan pernyataan (22

mahasiswa) serta tidak satu pun mahasiswa yang menyatakan kurang atau tidak

setuju dengan pernyataan.

Pada penggunaan media ajar berupa kaset VCD (mengenai film yang diangkat

dari sebuah novel) dalam kegiatan apresiasi sastra baru pertama kali ini dikenal oleh

mahasiswa di kampus. Mahasiswa menanggapi sangat setuju dengan pernyataan (24

mahasiswa), setuju dengan pernyataan (12 mahasiswa), dan (4 mahasiswa)

menyatakan kurang setuju dengan pernyataan.

Kegiatan apresiasi sastra dengan pendekatan PPK ini perlu dilaksanakan di

universitas. Hal tersebut ditanggapi oleh mahasiswa bahwa (27 mahasiswa)

menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut, dan (13 mahasiswa)

menyatakan setuju dengan pernyataan, serta tidak satu pun mahasiswa yang

memberikan tanggapannya kurang atau tidak setuju dengan pernyataan.

Dari data tersebut di atas, ternyata masih terlihat kurangnya kemampuan

mahasiswa dalam menentukan tema dan latar sosial dari novel yang dibaca atau film

yang ditonton dalam kegiatan apresiasi sastra melalui penerapan pendekatan PPK.

Oleh karena itu, peneliti dan kolaborator berusaha meningkatkan kemampuan

apresiasi sastra (novel) mahasiswa. Salah satu langkah yang ditempuh adalah

menyediakan referen yang sesuai dengan situasi dan kondisi mahasiswa pada masa

sekarang. Kemudian memperkecil jumlah kelompok dengan cara menambah referen

Page 70: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

dalam hal ini novel, sehingga dengan kelompok kecil itu diharapkan mahasiswa

dapat membaca dengan leluasa dan cermat serta lebih teliti. Dengan demikian,

mahasiswa lebih mudah menyimak dan menyerap isi novel yang dibacanya sehingga

tidak ada kesulitan lagi dalam menentukan tema dan latar sosial yang selama ini

masih menjadi kendala mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan apresiasi sastra. Di

samping itu dosen pengampu akan selalu menyediakan waktu untuk berdiskusi

kepada mahasiswa yang membutuhkannya.

4.2 Upaya Peningkatan Kemampuan Apresiasi Sastra dengan Metode Pembelajaran

Kontekstual

Alat ukur yang dipergunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan apresiasi

sastra (novel) mahasiswa kelas pagi A semester 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia FKIP UNIKAL baik sebelum dan sesudah implementasi tindakan adalah

tes. Dalam penelitian tindakan kelas ini akan disajikan hasil tes apresiasi sastra (novel) dari

pretes hingga postes. Hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.

Deskripsi nilai pre tes dan pos tes kemampuan apresiasi sastra mahasiswa kelas pagi

A semester 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FKIP UNIKAL

No.

NPM

Nama Mahasiswa

P/L

Nilai Tes Apresiasi

Sastra (Novel)

Pretes Postes

1.

2.

3.

09.0166.H

09.0167.H

09.0169.H

Nardo

Arina Suwandi

Tri Wahyuningsih

L

P

P

60,0

63,3

66,7

83,3

80,0

76,7

Page 71: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

09.0170.H

09.0172.H

09.0176.H

09.0178.H

09.0179.H

09.0180.H

09.0185.H

09.0186.H

09.0187.H

09.0188.H

09.0189.H

09.0190.H

09.0191.H

09.0192.H

09.0193.H

09.0194.H

09.0195.H

09.0196.H

09.0197.H

09.0199.H

09.0200.H

09.0201.H

09.0202.H

09.0203.H

09.0204.H

Eti Etmawati

Ircham Musyadad

Suci Hendika April

Khilya Walida

Larasati

Endang Krisdiyana

Riyanto

Septina Rulyani

Ika Febri Astuti

Fauziyah

Chamdi Aziz

Yuli Setiawan

Anik Wijayanti

Nisa‟a Afdila

Dwi Purnamasari

Ujang Jaelani

Moh Sidik Purwanto

Vigur Romi Hutama

Luluk Maulida

Dewi Prawita Sari

Rudi Yuniarto

Isti Dwi Yunita

Ika Meilina

Dwi Werdiningsih

Rini Sulistiani

P

L

P

P

P

P

L

P

P

P

L

L

P

P

P

L

L

L

P

P

L

P

P

P

P

66,7

66,7

70,0

66,7

76,7

70,0

70,0

66,7

63,3

63,3

73,3

70,0

63,3

60,0

66,7

66,7

63,3

63,3

70,0

70,0

63,3

63,3

60,0

70,0

73,3

83,3

76,7

83,3

80,0

83,3

80,0

76,7

83,3

83,3

80,0

83,3

73,3

76,7

76,7

83,3

83,3

80,0

76,7

76,7

83,3

73,3

83,3

80,0

83,3

76,7

Page 72: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

09.0205.H

09.0207.H

09.0208.H

09.0209.H

09.0210.H

09.0212.H

09.0213.H

09.0214.H

09.0215.H

09.0216.H

09.0217.H

09.0218.H

Tri Mei Pujiastuti

Isaurra Agustina

Mandon Wibowo

Tri Susanti

Siti Nurfiana

Umi Masithoh

Zaenul Huda

Masfiyulhaq

Abdurrakhman Hadiy

Wijayanti Rahayu

Wahyuningsih

Indra Bayu Febriyanto

P

P

L

P

P

P

L

P

L

P

P

L

66,7

66,7

60,0

66,7

66,7

66,7

73,3

60,0

63,3

60,0

60,0

60,0

83,3

83,3

80,0

83,3

83,3

80,0

83,3

76,7

83,3

83,3

80,0

76,7

Jumlah rata-rata kelas 66,00 80,41

Dari tabel 1 di atas, dapat diketahui peningkatan nilai tes kemampuan apresiasi sastra

(novel) mahasiswa dari pra tindakan sampai dengan akhir tindakan (akhir siklus II) pada tes

penjajagan (pre tes) rata-rata nilai tes apresiasi sastra yang diperoleh mahasiswa adalah 66 di

mana skor ini dapat dikategorikan dalam nilai rata-rata cukup. Setelah dikenai tindakan 13

kali tindakan dalam II siklus dengan penerapan Pendekatan PPK, rata-rata nilai tes apresiasi

mahasiswa adalah 80,41, berarti mengalami kenaikan sebesar 21,83 %. Dapat dijelaskan

bahwa ada peningkatan dengan kategorisasi baik.

Page 73: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

4.3 Peningkatan Kemampuan Apreasiasi Sastra dengan Metode Pembelajaran

Kontekstual

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan apresiasi sastra

mahasiswa tentang novel baik sebelum maupun sesudah implementasi tindakan adalah

menggunakan tes. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata nilai tes apresiasi sastra

mahasiswa sebelum implementasi tindakan (pre-tes) sebesar 66 sedangkan setelah

implementasi tindakan (pos-tes) rata-rata tes apresiasi sastra mahasiswa sebesar 80,41. Dari

data ini menunjukkan rata-rata nilai tes apresiasi sastra (novel) mahasiswa mengalami

kenaikan sebesar 21,83%.

Aspek-aspek yang diamati pada praktik apresiasi sastra dengan penerapan pendekatan

PPK ini adalah 1. kontruktivisme, realisasi dari tahap ini adalah kegiatan membaca

keseluruhan novel untuk menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terkandung

dalam novel; 2. inquiry, realisasi dari tahap ini adalah mengkomunikasikan atau menyajikan

hasil karya pada teman sekelas, dosen pengampu, atau audien yang lain; 3. questioning,

realisasinya adalah kegiatan membangkitkan mahasiswa untuk bertanya dalam rangka

menggali informasi mengenai novel yang telah dibacanya; 4. learning community, realisasi

dari tahap ini adalah kegiatan belajar kelompok mahasiswa untuk mendiskusikan makna dan

pesan/amanat yang disampaikan oleh pengarang novel, 5. modeling, realisasi dari tahap ini

berupa kegiatan memberi contoh dalam menganalisis serta menyampaikan hasil apresiasi

sastra (novel); 6. refleksi, kegiatan memberi tanggapan/kesan mahasiswa terhadap novel

yang telah dibacanya baik mengenai isi maupun amanat yang disampaikan oleh pengarang;

7. authentic assessment, kegiatan penilaian yang sebenarnya dengan cara tes tertulis (tes

objektif dan esai) dan tes lisan (wawancara).

Page 74: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Keberhasilan kemampuan mahasiswa dalam praktik apresiasi sastra (novel) dengan

pendekatan PPK diperoleh melalui intensitas hasil pekerjaan mahasiswa terhadap tugas-

tugas yang diberikan oleh dosen pengampu. Analisis dokumen yang berupa lembar tugas

mahasiswa digunakan untuk mengenali daya tangkap mahasiswa terhadap materi (bahan)

yang telah diajarkan. Dengan demikian, peningkatan kemampuan apresiasi sastra mahasiswa

dapat diketahui.

4.3.1 Peningkatan Kemampuan Menemukan Gagasan Pokok Novel (Konstruktivisme)

Kegiatan praktik apresiasi sastra (novel) yang dilakukan pada tahap ini adalah

mahasiswa harus membaca teks novel yang disajikan secara keseluruhan untuk

menemukan tema atau gagasan pokok dari sebuah novel. Hal penting yang harus

diperhatikan mahasiswa dalam kegiatan ini adalah kecermatan dalam membaca teks novel

yang disajikan oleh dosen pengampu. Membaca yang tidak cermat akan mengakibatkan

salah tafsir terhadap makna atau pesan yang terkandung dalam novel, sebaliknya apabila

mahasiswa membaca novel dengan cermat maka mahasiswa akan mudah menangkap dan

memahami maksud pengarang yang terkandung di dalam novel.

Berdasarkan pemantauan peneliti dan kolaborator, pada tahap-tahap awal perlakuan

tindakan kegiatan ini kurang direspon dengan baik oleh sebagian mahasiswa. Sebagian

mahasiswa ada yang tidak memperhatikan dengan seksama intruksi dosen pengampu.

Akan tetapi beberapa kali perlakuan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II, sikap

mahasiswa mulai ada kecenderungan perubahan yang lebih baik. Setiap kali disajikan teks

yang berupa novel, mahasiswa mulai membaca dan mencermatinya dengan baik.(data

keberhasilan proses, siklus I)

Page 75: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Bahan (materi) teks novel yang disediakan dosen pengampu selalu diupayakan yang

menarik bagi mahasiswa. Setiap siklus dalam tindakan, bahan (materi) teks novel yang

disiapkan selalu berbeda. Agar setiap mahasiswa dapat membaca, mencermati, dan

menikmati karya sastra secara langsung, setiap 4 mahasiswa mendapatkan 1 teks novel.

Dengan cara ini diharapkan perhatian mahasiswa terfokus pada teks novel yang disediakan.

Berdasarkan hasil penelitian (keberhasilan produk pada siklus I) dapat diketahui

bahwa intensitas mahasiswa dalam membaca dan mencermati dengan seksama bab demi

bab dari novel yang disajikan telah tersebut diketahui bahwa (21 mahasiswa) menyatakan

selalu membaca dan mencermati dengan seksama novel yang disajikan oleh dosen

pengampu, (18 mahasiswa) menyatakan kadang-kadang, dan (1 mahasiswa) lainnya

menyatakan tidak pernah membaca dengan cermat atau memperhatikan dengan seksama

atas novel yang disajikan oleh dosen pengampu.

4.3.2 Peningkatan Kemampuan Menceritakan Kembali Novel yang Dibaca Kepada

Teman Sekelas, Dosen Pengampu, dan Audien yang Lain (Inquiry)

Realisasi dari tahap ini adalah mahasiswa mengkomunikasikan kembali novel yang

telah dibaca. Setiap bab novel terdapat unsur-unsur penting yang menentukan atau

mewakili amanat yang disampaikan oleh pengarang novel. Oleh sebab itu, dalam

menemukan unsur-unsur penting sangat berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa

memahami amanat yang terkandung dalam novel yang nantinya untuk dapat

dikomunikasikan kembali kepada mahasiswa lainnya.

Page 76: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Sumardjo (1986:12) menyatakan bahwa “novel adalah cerita berbentuk prosa dalam

ukuran yang luas. Luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks,

karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting

cerita yang beragam pula. Namun ukuran luas di sini juga tidak mutlak demikian, mungkin

yang luas hanya salah satu unsur fiksinya saja, misalnya temanya, sedangkan karakter,

setting, dan lain-lainnya hanya satu saja.” Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk

mengetahui peningkatan kemampuan mahasiswa menemukan unsur-unsur penting yang

terdapat dalam novel guna dikomunikasikan kepada mahasiswa atau audien lainnya

dibatasi pada aspek: 1. sesuai atau tidak dengan gagasan/ide yang ingin disampaikan

pengarang; 2. lengkap atau tidak dalam menyebutkan karakteristik tokoh cerita dalam

novel; 3. tepat atau tidak menentukan latar ceritanya; 4. tepat atau tidak dalam menentukan

sudut pandang.

Pada tahap awal perlakuan tindakan, unsur-unsur penting yang biasanya dicermati

dan disebutkan mahasiswa adalah alur cerita dan penokohan. Sedangkan unsur-unsur

lainnya seperti: tempat, sudut pandang, gagasan/ide pokok yang disampaikan pengarang

novel, dan peristiwa-peristiwa tertentu yang ditulis pengarang tidak dicermati dengan baik.

Menurut sebagian mahasiswa, unsur-unsur lain yang telah dipahami tidak memerlukan

perhatian khusus lagi. Setelah mendapatkan penjelasan dosen pengampu bahwa untuk

dapat mengkomunikasikan hasil apresiasi sastra (novel), mahasiswa harus senantiasa aktif

membuat catatan kecil terhadap hal-hal penting dalam setiap bab novel yang nantinya akan

membangun sebuah inti cerita novel akhirnya direspon mahasiswa dengan baik.

Beberapa kali perlakuan tindakan dalam setiap siklus, kemampuan mahasiswa

menemukan unsur-unsur penting dalam novel menunjukkan peningkatan yang cukup

Page 77: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

berarti. Tugas-tugas yang diberikan berupa mencari dan menyebutkan unsur-unsur penting

dalam novel untuk dikomunikasikan kembali direspon mahasiswa dengan baik. Tugas

tersebut sangat menentukan kemampuan mahasiswa dalam memahami maksud yang

terkandung dalam novel. Hal ini sangat disadari oleh mahasiswa. Berdasarkan hasil

penelitian, dapat diketahui intensitas mahasiswa dalam menemukan dan menyebutkan

unsur-unsur penting yang terdapat dalam novel. Dari data (keberhasilan produk siklus I),

dapat diketahui bahwa 29 mahasiswa menyatakan selalu membuat catatan untuk

mempermudah pemahaman yang dibaca, 9 mahasiswa menyatakan kadang-kadang, dan 2

mahasiswa lainnya menyatakan tidak melakukan kegiatan ini.

Peningkatan kemampuan mahasiswa dalam mengkomunikasikan kembali isi novel

yang telah dibaca dalam hal ini membuat deskripsi singkat atau sinopsis novel, dapat

diketahui dari data-data skor praktik apresiasi novel selama implementasi akhir dari

tindakan dalam 2 siklus. Berdasarkan hasil analisis dokumen tugas-tugas mahasiswa yang

dikerjakan tertulis, rata-rata skor mahasiswa akhir tindakan siklus I sebesar 67,57, dan

akhir tindakan siklus II sebesar 71,80, Peningkatan kemampuan mahasiswa dalam

mengkomunikasikan kembali novel yang telah dibaca dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 78: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

0

20

40

60

80

100

1 2 3

Siklus

Mean

Gambar 2: Diagram Peningkatan Kemampuan Menceritakan Kembali Novel

yang Dibaca Kepada Teman, Dosen pengampu, dan Audien yang

Lain (Inquiry)

4.3.3 Peningkatan Kemampuan Aktif Bertanya untuk Menggali Informasi yang

Terkandung dalam Novel (Questioning)

Pelaksanaan pembelajaran sastra (novel) tidak hanya mementingkan hasil belajar

yang hendak dicapai tetapi juga mengutamakan pada hasil proses yakni adanya

peningkatan kemampuan mahasiswa untuk menyajikan pokok bahasan yang menggunakan

proses berpikir kreatif. Realisasi tahap ini adalah dosen pengampu selalu mengarahkan

mahasiswa untuk bertanya dalam rangka menggali informasi yang terkandung dalam novel

sehingga berhasil menarik kesimpulan secara bernalar. Menurut Hilda Taba yang dikenal

dengan model Taba dalam kutipan Semi (1993:150-164) bahwa dalam kegiatan

pembelajaran apresiasi sastra dosen pengampu berperan sebagai motor penggerak yang

memungkinkan terjangkunya fase demi fase tersebut. Melalui rangkaian pertanyaan yang

2

Page 79: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

diajukan kepada mahasiswa secara sambung menyambung dengan sasaran utamanya

berupa pengembangan keterampilan berpikir mahasiswa di samping penguasaan pokok

bahasan. Dengan kata lain, metode ini bermaksud mengajak atau mengajar mahasiswa

berpikir kritis, yang berorientasi kepada pendekatan proses. Selain itu dosen pengampu

juga sebagai fasilitator kegiatan belajar mengajar hendaknya secara terstruktur selalu

mengarahkan mahasiswa menjalani fase demi fase, sehingga berhasil menarik kesimpulan.

Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan

mahasiswa dalam hal tersebut adalah: 1. aktif atau tidaknya mahasiswa untuk bertanya

kepada dosen pengampunya; 2. keingintahuan mahasiswa dengan cara bertanya kepada

temannya; dan 3. kritis atau tidak terhadap pertanyaan dosen pengampu.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data (keberhasilan proses) sebanyak 12

mahasiswa selalu bertanya kepada dosen pengampu jika menemukan kalimat-kalimat yang

sulit dipahami serta berusaha menjawab pertanyaan dosen pengampu meskipun kurang

tepat, 13 mahasiswa bertanya kepada teman, dan 15 mahasiswa lainnya memilih diam

tanpa mencari jalan keluar pada akhir tindakan siklus I. Akhir siklus II diperoleh data 15

mahasiswa selalu bertanya kepada dosen pengampu jika menemukan kalimat-kalimat yang

sulit dipahami dan selalu menjawab pertanyaan dosen pengampu meskipun kurang tepat,

11 mahasiswa bertanya kepada teman, dan 14 mahasiswa memilih diam. Sedangkan akhir

tindakan siklus II terdapat 23 mahasiswa selalu bertanya kepada dosen pengampu dan aktif

menjawab pertanyaan dosen pengampu, 12 mahasiswa bertanya teman, dan 5 mahasiswa

menyatakan tidak pernah bertanya kepada siapapun apabila menemui kesulitan mengenai

informasi yang terkandung dalam novel.

Page 80: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Dari data tersebut menunjukkan adanya peningkatan kreativitas berpikir mahasiswa

dalam rangka menggali informasi dengan cara bertanya sehingga berhasil menarik

kesimpulan secara bernalar yaitu pada akhir tindakan siklus I sebesar 62,5%, dan akhir

tindakan siklus II sebesar 65%, Peningkatan kemampuan dalam hal ini dapat dilihat pada

diagram sebagai berikut.

0

20

40

60

80

100

1 2 3

Siklus

Per

sen

tase

Pes

erta

Dik

lat

Gambar 3: Diagram Peningkatan Kemampuan Aktif Bertanya untuk Menggali

Informasi yang Terkandung dalam Novel (Questioning)

4.3.4 Peningkatan Kemampuan Aktif Mendiskusikan Makna dan Pesan Novel

(Learning Community)

Pada dasarnya novel merupakan bentuk sastra tertulis. Untuk mengetahui makna

yang terkandung di dalamnya mahasiswa tidak hanya dengan membaca saja, melainkan

perlu adanya diskusi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Realisasi tahap

ini berupa kegiatan belajar kelompok untuk mendiskusikan pemahaman karya sastra

(novel). Melalui diskusi pemahaman karya sastra (novel) yang dilakukan, bahkan dapat

2

MEA

N

Page 81: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

dikatakan bahwa diskusi merupakan kegiatan yang cukup menarik untuk dipakai dalam

pembelajaran sastra. Belajar kelompok dimaksudkan agar mahasiswa dapat memberikan

pandangan dan sikapnya terhadap makna atau isi novel yang telah dibacanya.

Pada perlakuan awal, kegiatan praktik yang dilakukan dosen pengampu membagi

kelas menjadi 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 8 mahasiswa dengan

1 novel untuk dibaca. Kegiatan ini kurang mendapat respon yang baik dari mahasiswa. Hal

ini tampak dalam perolehan data sebanyak 18 mahasiswa menyatakan efektif dan 22

mahasiswa lainnya menyatakan kurang efektif. Tahap selanjutnya (siklus II) pembagian

kelompok diperbesar menjadi 10 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri 4

mahasiswa. Dengan perluasan jumlah kelompok tersebut akan mempermudah mahasiswa

dalam belajar diskusi kelompok dan mendapat tanggapan positif mahasiswa. Berdasarkan

penelitian diperoleh data 21 mahasiswa menyatakan efektif dan 19 mahasiswa lainnya

menyatakan kurang efektif. Kemampuan mahasiswa belajar kelompok untuk

mendiskusikan karya sastra (novel) menunjukkan peningkatan yang sangat berarti yaitu

akhir tindakan siklus I sebesar 45%, dan akhir tindakan siklus II sebesar 52,5%,

Peningkatan kemampuan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut.

Page 82: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

0

20

40

60

80

100

1 2 3

Siklus

Per

sen

tase

Pes

erta

Dik

lat

Gambar 4: Diagram Peningkatan Kemampuan Aktif Mendiskusikan Makna

dan Pesan Novel (Learning Community)

4.3.5 Peningkatan Kemampuan Menerapkan Cara Menganalisis dan Menyampaikan

Apresiasi Novel (Modeling)

Sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu sangat diperlukan

„pemodelan‟, demikian juga pembelajaran apresiasi sastra (novel). Realisasi tahap ini

berupa kegiatan pemberian contoh bagaimana mahasiswa meniru atau menerapkan cara

menganalisa dan menyampaikan apresiasi sastra (novel).

Pada dasarnya pembelajaran apresiasi sastra adalah mengarahkan mahasiswa lebih

menghayati sastra dan penciptaan karya sastra. Sasaran pembelajaran tersebut dapat

tercapai apabila sebelum mahasiswa melaksanakan tugas, dosen pengampu memberi

contoh cara mengerjakan apresiasi sastra (novel) terlebih dahulu misalnya cara

menemukan gagasan pokok dalam sebuah novel. Dalam pembelajaran tersebut dosen

2

MEA

N

Page 83: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

pengampu mendemonstrasikan cara menemukan gagasan pokok dalam novel dengan

menelusuri bacaan secara cermat, cepat, dan tepat kemudian membuat catatan kecil yang

dianggap penting.

Hal penting yang harus diketahui mahasiswa dalam kegiatan ini adalah

memperhatikan dosen pengampu atau mahasiswa yang sedang mendemonstrasikan

apresiasi sastra (novel). Kecermatan dalam memperhatikan kalimat dalam novel sangat

diperlukan. Untuk itu dosen pengampu atau mahasiswa dalam memberikan contoh

mengapresiasi novel selain menyampaikan isi novel secara lengkap, penyampaiannya juga

harus runtut, intonasi harus jelas dan lancar penyampaian. Dengan cara ini, keseluruhan

pandangan dan pesan pengarang dapat dipahami teman lainnya.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mahasiswa

dalam menerapkan cara mengapresiasi sastra (novel) yang didemonstrasikan dosen

pengampu atau mahasiswa yaitu: 1. kronologis atau tidak penyampaian apresiasi novel; 2.

kejelasan intonasi siswa; dan 3. kelancaran dalam menyampaikan apresiasi novel.

Berdasarkan pemantauan peneliti dan kolaborator, pada tahap-tahap awal perlakuan

tindakan kegiatan tindakan ini tidak direspon baik oleh sebagian mahasiswa. Sebagian

mahasiswa yang duduk di belakang kurang memperhatikan dengan saksama saat dosen

pengampu atau mahasiswa memberi contoh cara pemahaman dan penciptaan karya sastra.

Setelah beberapa kali perlakuan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II, sikap

mahasiswa mulai ada kecenderungan perubahan yang lebih baik. Setiap kali mahasiswa

menyajikan apresiasi novel setelah diberi contoh beberapa kali oleh dosen pengampu,

mahasiswa dalam memahami makna novel mulai berjalan baik meliputi keruntutan

Page 84: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

peristiwa, kejelasan dan kelancaran penyampaian apresiasi novel. berdasarkan hasil

penelitian (keberhasilan produk I) dapat diketahui bahwa intensitas dosen pengampu atau

mahasiswa dalam memberi contoh mengenai bagaimana cara memahami dan menyajikan

apresiasi sastra (novel) dengan baik menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Dari

data tersebut diketahui bahwa 29 mahasiswa menyatakan selalu menyimak dan

memperhatikan dosen pengampu atau mahasiswa saat memberi contoh mengapresiasi

sastra (novel) dengan baik karena pemberian contoh tersebut dapat membantu mahasiswa

mempermudah memahami isi novel dan 11 mahasiswa lainnya menyatakan kadang-kadang

saja.

4.3.6 Peningkatan Kemampuan Merefleksi Apresiasi Novel (Reflection)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah memberi respon terhadap kejadian,

aktivitas, atau pengetahuan yang telah diterima setelah membaca dan memahami karya

sastra (novel). Dari kegiatan ini, mahasiswa dapat memberikan kesan dan saran mengenai

pembelajaran apresiasi novel.

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan mahasiswa

dalam merefleksi atau pemberian pesan dan kesan terhadap sebuah karya novel, dibatasi

pada aspek: 1. unsur pendidikan dalam novel; 2. baik atau tidak bahasa yang digunakan

dalam penyampaian isi novel; dan 3. unsur budaya yang disampaikan oleh pengarang.

Pada awal perlakuan tindakan, dosen pengampu memberikan keterangan singkat

kepada mahasiswa sebagai pengayaan atau revisi pengetahuan yang telah dipelajarinya

yaitu tentang bahasa yang baik yang digunakan oleh pengarang novel, unsur pendidikan

Page 85: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

yang ada di dalam novel, kemudian dosen pengampu menyatakan langsung kepada

mahasiswa. Upaya pengayaan tersebut dimaksudkan agar mahasiswa dapat menyampaikan

kesannya terhadap isi novel yang dibaca serta dapat memberikan alasan yang logis

terhadap kesan tersebut.

Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan peneliti dan kolaborator, tanggapan

yang diberikan mahasiswa dalam menyampaikan kesan ini sangat heterogen. Dari hasil ini,

dapat dikatakan bahwa mahasiswa sudah dapat mengembangkan perasaan, penalaran, dan

daya khayalnya dalam menikmati novel. Dosen pengampu sebagai pembimbing perannya

menjadi sangat penting. Kesan yang berbeda-beda dari mahasiswa harus dihargai. Dosen

pengampu harus terbuka terhadap pendapat mahasiswa yang berbeda selama pendapat

yang dikemukakan itu disertai dengan argumen yang logis.

Peningkatan kemampuan mahasiswa dalam merefleksi novel ini dapat diketahui dari

data-data skor praktik apresiasi sastra (novel) selama implementasi tindakan dalam 2

siklus. Berdasarkan analisis dokumen tugas-tugas mahasiswa yang dikerjakan tertulis, rata-

rata skor mahasiswa pada siklus I sebesar 6,75, akhir tindakan siklus II sebesar 7,05.

Peningkatan kemampuan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut.

Page 86: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

0

2

4

6

8

10

1 2 3

Siklus

Me

an

Gambar 5: Diagram Peningkatan Kemampuan Merefleksi Apresiasi Novel

(Reflection)

2

Page 87: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Sesuai dengan perumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian

tindakan kelas, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Melalui penerapan pendekatan PPK, mahasiswa kelas pagi A semester 3 Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL dapat mempelajari hal-hal yang

bersifat umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat

spesifik (unsur-unsur intrinsik maupun ekstrinsik) seperti yang dimaksudkan oleh

pengarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah mampu

meningkatkan pemahamannya terhadap unsur-unsur yang ada dalam karya sastra.

Mahasiswa juga merasakan perbedaan selama penelitian tindakan berlangsung,

mahasiswa merasakan proses pembelajaran berlangsung menarik dengan bantuan

penggunaan media yang telah dipilih.

2. Pembelajaran apresiasi novel dengan pendekatan PPK pada mahasiswa kelas pagi A

semester 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL,

berhasil mengajak mahasiswa untuk mengenal novel secara langsung setelah mengenal

novel ini mahasiswa mampu membuat sinopsis dan menceritakan kembali isi novel

kepada teman-teman. Hal ini merupakan sebuah indikator atas penghayatan mahasiswa

terhadap karya sastra. Dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan

Page 88: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

menggunakan pendekatan PPK mahasiswa dapat meningkatkan penghayatannya terhadap

karya sastra, khususnya novel.

3. Pembelajaran sastra dengan pendekatan PPK pada mahasiswa kelas pagi A semester 3

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIKAL mampu membuat

mahasiswa menikmati novel melalui tahap-tahap yang sistematis, sehingga pada akhirnya

mahasiswa tidak hanya mengapresiasi novel yang sebatas penguasaan pokok bahasan saja

melainkan dapat meningkatkan kemampuan pengembangan keterampilan berpikir secara

kritis, yang berorientasi kepada pendekatan proses. Mahasiswa mampu memberikan

kesan-kesan terhadap karya sastra dan mampu menilai apakah sebuah karya sastra dapat

dijadikan bahan pendidikan bagi kehidupan manusia. Hal ini dapat dijadikan simpulan

bahwa pendekatan PPK dalam proses pembelajaran apresiasi sastra mampu

meningkatkan penghargaan mahasiswa terhadap karya sastra.

5.2 Saran

1. Dosen pengampu diharapkan dapat mencoba menerapkan pendekatan PPK dalam

pembelajaran apresiasi sastra (novel) dengan menggunakan media yang bervariasi serta

teks-teks novel yang inkonvensional, sehingga mahasiswa memiliki pengalaman yang

lebih banyak dan sikap positif terhadap kegiatan apresiasi novel.

2. Dosen pengampu diharapkan dapat menerapkan pendekatan PPK pada pembelajaran

apresiasi sastra (novel) sehingga dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam

mengapresiasi sastra novel, dapat mengembangkan keterampilan berpikir secara kritis

mahasiswa, menumbuhkan minat baca, dan membentuk kematangan jiwa mahasiswa.

70

Page 89: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

3. Dosen pengampu diharapkan dapat menerapkan pendekatan pembelajaran dan pengajaran

kontekstual dalam pembelajaran apresiasi sastra (novel) sehingga dapat meningkatkan

penghargaan mahasiswa terhadap karya sastra.

Page 90: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. 1971. The Mirroir and The Lamp: Theory and Critical Tradition. London:Oxford

University Press.

Aminudin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Blanchard, A. 2001. Contextual Teaching and Learning. www.CTL.com/contextual.html.

Burns, A. 1999. Collaborative Action Research for English Language Teachers. Cambridge:

Cambridge University Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kumpulan Makalah Materi Konggres Bahasa

Indonesia V. Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Elemen A.

Endraswara, S. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Kota Kembang.

Esten, M. 1990. Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa.

Howes, A.B. 1972. Teaching Literature to Adolescents. London: Scott Foresman and Company.

Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning What Is and Why It’s Here to Stay.

California: Corwin Press, Inc.

Kemmis S. dan McTaggart, R. The Action Research Planner. Victoria, Australia: Deakin

University.

Page 91: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Lazar, G. 2002. Literature and Language Teaching a Guide for Teachers and Trainers. Port

Melbourne: Cambridge University Press.

Madya, S. 1994. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Negeri Yogyakarta.

Mahmud, K. K. 1991. Sastra Indonesia dan Daerah: Sejumlah Masalah. Bandung: Angkasa.

Moleong, L. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moody, H.L.B. 1971. Literary Appreciation a Practical Guide to the Understanding and

Enjoyment of Literature English. London: Longman.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta:

Depdiknas. Dirjen Dikdasmen.

Nurgiantoro, B. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

------------------ 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada University.

Oemarjati, B. 1983. Pengajaran Sastra Indonesia dan Pembinaan Apresiasi Sastra Konggres

Bahasa Indonesia III. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Pringgawidagda, S. 2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta: Adicita.

Purwo, B. K. 1991. Bulir-Bulir Sastra dan Bahasa: Pembaharuan Pengajaran. Yogyakarta:

Kanisius.

Rahardi, R. K. 2001. Serpih-Serpih Masalah Kebahasaindonesiaan. Yogyakarta: Adicita.

72

Page 92: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Rooijakkers. 1993. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: PT Grasindo.

Santosa, P. 1993. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa.

Sayuti, S. A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.

Segers, R.T. 2000. Evaluasi Teks Sastra Alih Bahasa Suminto A. Sayuti. Yogyakarta: Adicita.

Semi, M.A. 1984. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa.

-------------- 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Staf Pengajar UGM, IKIP Negeri. 1994. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Masyarakat

Poetika Indonesia IKIP Muhammadiyah.

Suhidin. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Insan Cendekia.

Sukamto dkk. 1995. Pedoman Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP.

Sumardi, Mulyanto. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Sumardjo, Jakob dan Saini, K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Grasindo.

Page 93: LAPORAN PENELITIANweb.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/nia_ulfa...umum yaitu mengenai pesan yang terkandung dalam novel, maupun yang bersifat spesifik (unsur-unsur intrinsik

Tarigan HG. 1993a. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

--------------- 1993b. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.