laporan week 3

56

Click here to load reader

Upload: elza-puspita

Post on 13-Aug-2015

81 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Week 3

LAPORAN HASIL DISKUSI

BLOK KOMUNITAS

SKENARIO “Adakah yang Salah di antara Kita?”

Minggu ke-3

Tanggal 26 Februari 2013 s.d 28 Februari 2013

KELOMPOK G

Elza Puspita 105070300111033

Melisa Purnamasari A. 105070300111028

Alifvia Bimantari 105070303111001

Mifa Indra Rosyita 105070300111061

Yeny Kusuma Wardhani 105070300111030

Ariba Elmilla 105070300111064

Cynthia Herdiana S. 105070300111062

Nur Pratiwi Hartono 105070307111011

Fatimatul Luvita 105070300111017

Ika Fitriana Putri 105070304111001

Ika Fitriana Putri W. 105070304111001

Via Talita Larasati 105070301111015

Intrida Anggi Pratiwi 105070301111024

Faizah Hasan Alboneh 0910733023

Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya

Malang

20131

Page 2: Laporan Week 3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................. 2

ISI............................................................................................................................................................................ 3

A. Competencies......................................................................................................................................... 3

B. Scenario ................................................................................................................................................. 3

C. Daftar Unclear Terms ............................................................................................................................ 3

D. Cues ....................................................................................................................................................... 4

E. Problem Identification ........................................................................................................................... 4

F. Hipotesis ................................................................................................................................................ 6

G. Learning Issues ...................................................................................................................................... 7

H. Pembahasan Learning Issues.................................................................................................................. 7

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan............................................................................................................................................ 37

B. Saran...................................................................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................. 38

TIM PENYUSUN ..................................................................................................................................................... 40

2

Page 3: Laporan Week 3

ISI

A. Competencies

CD. 44.

Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi program pangan dan gizi berbasis komunitas (Participate in

development and evaluation of a community-based food and nutrition program).

B. Scenario

“Adakah yang Salah di antara Kita?”

Persentase (%) ASI eksklusif di suatu wilyah puskesmas M tahun 2011 sebesar 8,12%. Pada tahun 2012

dilakukan program penyuluhan tentang ASI eksklusif. Akhir tahun 2012 persentase naik menjadi 8,28%,

namun persentase ini masih jauh di bawah target SPM. Perubahan cakupan praktek ASI eksklusif yang sangat

kecil disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kegiatan yang dilakukan tidak cukup efektif untuk

merubah perilaku. Sebagai bagian dari kegiatan evaluasi pencapaian program, ahli gizi diminta untuk

mendesain kegiatan yang lebih efektif pada tahun 2013 untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif dengan

terlebih dahulu membuat tools pengukuran perubahan perilaku pada tahun sebelumnya.

C. Daftar Unclear Terms

Istilah Pengertian

SPM Merupakan singkatan dari Standar Pelayanan Minimal, yaitu merupakan

tolok ukur kinerja yang digunakan sebagai patokan keberhasilan

penyelenggaraan program di suatu kabupaten/kota (kamus gizi)

ASI Eksklusif Pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir samapai berumur 6 bulan dan

dilanjutkan sampai 2 tahun dengan penambahan makanan yang sesuai

(Depkes RI)

Perubahan Perilaku Perubahan keadaan jiwa untuk memberikan responsi terhadap situasi di luar

subjek tersebut (Anna, 2008)

Penyuluhan Gizi Upaya menjelaskan, menggunakan, memilih dan mengolah makanan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilakuperorangan atau masyarakat

dalam mengkonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan

gizinya (kamus gizi)

Tools Pengukuran Suatu alat yang digunakan untuk mengukur dan nantinya akan dibandingkan

dengan cutt off yang ada.

3

Page 4: Laporan Week 3

Cakupan Jangkauan (kamus cerdas bahasa Indonesia)

Desain Kegiatan Rencana kegiatan yang akan dilakukan

Efektif berhasil; membuahkan hasil (kamus bahasa Indonesia)

Target SPM Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan

wajib daerah dan berhak dimiliki oleh warganya (Kepmenkes RI)

Cakupan Program rangkuman beberapa pencapaian program kesehatan terhadap keberhasilan

suatu program (Dinkes RI)

D. Cues

Ahli gizi mampu berpatisipasi dalam pengembangan program yang lebih efektif pada tahun 2013 untuk

meningkatkan cakupan ASI eksklusif sesuai target SPM degan terlebih dahulu membuat tools pengukuran

perubahan perilaku pada tahun sebelumnya serta evaluasi pencapaian program di puskesmas M.

E. Problem Identification

1. Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan karena kurangnya praktek pemberian ASI eksklusif ?

2. Apa saja manfaat pemberian ASI eksklusif pada ibu dan bayi ?

3. Apa tujuan, manfaat dan isi dari peraturan mengenai Standar Pelayanan Minimal (SPM) ?

4. Bagaimana interpretasi persentase ASI eksklusif menurut Standar Pelayanan Minimal ?

5. Apa saja faktor penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif menurut Standar Pelayanan Minimal ?

6. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat ?

7. Apa saja jenis perubahan perilaku yang ada di msayarakat ?

8. Bagaimana proses terjadinya perubahan perilaku di masyarakat ?

9. Bagaimana bentuk operasional dari perilaku?

10. Kegiatan apa saja yang pernah dilakukan oleh pemerintah dan berapa target cakupanya ?

11. Kegiatan apa saja yang pernah dilakukan oleh pemerintah terkait ASI eksklusif, target cakupan, faktor

pendukung dan penghambatnya ?

4

Page 5: Laporan Week 3

12. Apa saja indikator keberhasilan program ASI eksklusif ?

13. Bagaimana langkah-langkah dalam mengevaluasi program ?

14. Apa saja metode dalam mengevaluasi program ?

15. Apa saja tools yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan perilaku ?

16. Apa saja faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu program ?

17. Siapa saja pihak-pihak yang mungkin terkait dalam penyusunan program ?

18. Bagaimana cara membuat design kegiatan ?

19. Sebutkan contoh kegiatan yang mungkin dilakukan untuk merubah perilaku masyarakat ?

5

Page 6: Laporan Week 3

F. Hipotesis

6

Faktor yang mempengaruhi cakupan

parkatek ASI rendah

Perubahan Perilaku Masy.

Evaluasi terkait Program yang telah diberikan

Kebijakan pemerintah yang telah diberikan

Faktor Pendorong

Faktor yang perlu diperhatikan

Pemberian mkanan/ minuman sblm ASI

Promosi susu formula

Ibu bekerja stelah cuti

Perilaku ibu kurg mendukug

Faktor Pedukung

Indikator Keberhasilan

Tools Perubahan Perilaku

Program kegiatan yang efektif

Cara membuat desain kegiatan yang efektif

Kebijakan sebelumnya kurang berhasil

Pihak yang terlibat

Metode RatingSkala sikap - Skor Sikap

Orang tua, kader kes., ibu hamil, bidan, suami, tokoh masyarakat, pemerintah

Dana

Fasilitas

Transportasi

Kebijakan pemerintah

Sikap dan perilaku tokoh agama, tokoh masy., petugas kesehatan

Perubahan perilaku tenkes

Perubahan kebijakan

Tingginya kesadaran masy.

Tingginya jmlh ibu yg minta IMD

Terbentuknya peer konselor

Analisis situasi Sintesa Data

Problem TreeParticipational

AnalysisObjective Tree

Alternatif analysis

PPM

Persentase ASI Eksklusif akhir th.2012 8,28%

Target SPM tidak terpenuhi

Target SPM Nasional menurut KEPMENKES

RI 2008 sbesar 80%

Program Penyuluhan ASI Eksklusif th.2002

ASI Eksklusif Manfaat ASI Eksklusif

Untuk Bayi Untuk IbuPraktik ASI Eksklusif rendah

Dampak

Untuk Bayi

Untuk Ibu Target SPM

Tujuan target SPM

Manfaat adanya target SPM

Kurang giziInfeksi sal. pencernaanDiareKonstipasiAlergiGrowth faltering

Risiko kanker payudaraPerdarahan lama sembuh Cakupan Praktek ASI

Eksklusif di Puskesmas rendah

Untuk Keluarga

Imunitas baik

Gizi tercukupi

Tumbuh kmbg baik

Uterus cepat pulih

Ekonomis

Hub.batin

Mambantu KB

Hemat waktu

Ekonomis

Hemat tenaga

Faktor Prediposisi

METODE EVALUASIGoal Oriented Evaluation ModelGoal Free Evaluation ModelFormatif dan Summatif Evaluation

ModelCountenance Evaluation ModelCIPP Evaluation Model (Context,

Input, Process, Product)Discrepancy Evaluation Model

Menetapkn tujuan, melibatkan stakeholder, identifikasi masalah, penilaian formatif,

pngelompokan sasaran, tetapkan tujuan, strategi, pre test-post test, implementasi program,

evalusai &monitoring program, analisis feed back, rancang kmbali bila ada perbaikan

Contoh kegiatan :KP Ibu (Kelompok Pendukung Ibu), Perr

counseling, penyuluhan partisipatif

Page 7: Laporan Week 3

G. Learning Issues

1. Mengetahui dampak pemberian ASI Eksklusif yang kurang

2. Mengetahui manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi ibu, anak dan keluarga

3. Mengetahui tujuan, manfaat dan isi dari Standar Pelayanan Minimal

4. Mengetahui Interpretasi persentase ASI Eksklusif sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal

5. Mengetahui penyebab rendahnya cakupan ASI Eksklusif (di bawah target SPM)

6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat

7. Mengetahui jenis-jenis perubahan perilaku yang ada di masyarakat

8. Mengetahui dan memahami proses perubahan perilaku suatu masyarakat

9. Mengetahui bentuk operasional perilaku

10. Mengetahui macam-macam program pemerintah yang pernah dijalankan beserta target cakupan

11. Mengetahui program pemerintah terkait ASI Eksklusif beserta target cakupan, faktor penghambat dan

faktor pendukung program

12. Mengetahui indikator keberhasilan program ASI Eksklusif sesuai dengan target SPM

13. Mengetahui langkah-langkah dalam mengevaluasi program

14. Mengetahui macam-macam metode evaluasi program

15. Mengetahui dan membuat tools untuk mengukur perubahan perilaku masyarakat

16. Mengetahui faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu program

17. Mengetahui dan mengerti pihak-pihak yang mungkin terkait dengan penyusunan program

18. Mengetahu cara membuat desain kegiatan yang efektif

19. Menjelaskan contoh kegiatan efektif yang mungkin dilakukan untuk merubah perilaku msyarakat

H. Pembahasan Learning Issues

1. Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan karena kurangnya praktek pemberian ASI eksklusif ?

- Mengakibatkan bayi ebih cepat terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan

diabetes pada masa dewasa.

- Kemungkinan menderita kekurangan gizi dan obesitas atau kegemukan juga lebih besar dari bayi yang

diberikan ASI Eksklusif.

- Berdampak pada pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan dan juga kematangan emosional anak

yang kurang optimal.

- Meningkatkan resiko diare dan infeksi saluran gastrointestinal

7

Page 8: Laporan Week 3

- Mengakibatkan konstipasi pada bayi

- Meningkatkan alergi pada bayi

Beberapa studi menemukan bahwa menyusui selama sekurangnya 6 bulan dapat mencegah alergi

pada bayi, misalnya alergi terhadap makanan atau terhadap pernafasan. Proteksi ini berlangsung terus

hingga anak mencapai usia remaja. ( Surininah, 2004).

2. Apa saja manfaat pemberian ASI eksklusif pada ibu dan bayi ?

- Manfaat ASI Eksklusif bagi Bayi

1. Bayi mendapatkan kolostrum yang mengandung zat kekebalan terutama Immunoglubulin A (IgA)

yang membantu bayi dari berbagai infeksi terutama diare, membatu pengeluaran meconium.

2. Menyelamatkan kehidupan bayi.

3. Makanan yang terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas

semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

4. Selalu bersih dan selalu siap tersedia dalam suhu yang sesuai

5. Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap

6. Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi

7. Pemberian asi eksklusif akan melindungi bayi baru lahir dari berbagai penyakit terutama alergi dan

gangguan pencernaan.

8. Pemberian ASI Eksklusif dapat mencegah hypothermia pada bayi baru lahir.

9. Pemberian ASI Eksklusif berarti mempertahankan pemberian ASI sekurangnya 4-6 bulan.

10. Pemberian ASI akan membantu pencegahan penyakit

- Manfaat ASI Eksklusif bagi Ibu

1. Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama

sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (Eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.

2. Menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengeluaran plasenta karena isapan bayi

merangsang kontraksi rahim, oleh karena itu menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan.

3. Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit) membantu meningkatkan produksi ASI dan

proses laktasi

4. Isapan putting segera dan sering membatu mencegahpayudara bengkak

5. Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana

saja. ASI sealu bersih, sehat, dan tersedia dalam suhu yang cocok.

6. Pemberian ASI sangat ekonomis

7. Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi

8

Page 9: Laporan Week 3

- Manfaat ASI Eksklusif bagi Keluarga

1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu

atau peralatan

2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan

dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit

3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI Eksklusif

4. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat

5. Pemberian ASI pada bayi berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia. (Lidya,

tanpa tahun)

3. Apa tujuan, manfaat dan isi dari peraturan mengenai Standar Pelayanan Minimal (SPM) ?

Adapun tujuan dari penyusunan standar pelayanan minimal yaitu:

1. Meningkatkan pemahaman yang holistik/menyeluruh dan terpadu dalam penerapan dan

pencapaian SPM.

2. Menyamakan pemahaman tentang definisi operasional indikator kinerja, ukuran atau satuan,

rujukan, dan target nasional.

3. Membangun komitmen dan tindak lanjut untuk penerapan dan pencapaian SPM.

4. Menyediakan panduan bagi pemerintah dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan Standar Pelayanan

Minimal.

5. Membangun dasar dalam penentuan anggaran kinerja berbasis manajemen kinerja.

6. Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan

Pemerintahan.

7. Untuk mengurangi kesenjangan pelayanan kesehatan antar daerah.

8. Sebagai alat pemerintah dan pemda untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada

masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.

(http://www.ittc.co.id/penyusunan-spm.php) (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65

Tahun 2005)

Manfaat standar pelayanan minimal (SPM)

1. Memberikan jaminan bahwa masyarakat memperoleh pelayanan yang baik

2. Dapat ditentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan

3. Sebagai landasan dalam menentukan perimbangan keuangan

4. Menjadi dasar dalam menentukan anggaran berbasis kinerja

9

Page 10: Laporan Week 3

5. Sebagai alat ukur penilaian kinerja

6. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pemerintah

7. Menjadi dasar bagi pelaksanaan pengawasan

8. Dapat memperjelas tugas pokok Pemerintah

9. Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat (Yuniarto, 2010)

Isi dari Standar Pelayanan Minimal

Isi dari standar pelayanan minimal disesuaikan dengan bidang masing-masing. Misalnya bidang

kesehatan terdiri berbagai jenis pelayanan dasar kemudian di dalamnya terdapat indicator-indikator dan

nilai cakupan yang dinyatakan dalam persentase. Selain itu, pencapaian cakupan program tersebut

memiliki batas waktu yang dinyatakan dalam tahun dan terdapat Satuan kerja/lembaga penanggung

jawab.

10

Page 11: Laporan Week 3

Contoh isi SPM dalam bidang kesehatan

(http://eperformance.surabaya.go.id/2012/lampiran/lampiranStandarPelayananMinimal_SPM.pdf)

(Peraturan Menteri Kesehatan Ri Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008)

11

Page 12: Laporan Week 3

4. Bagaimana interpretasi persentase ASI eksklusif menurut Standar Pelayanan Minimal ?

- Tahun 2011 sebesar 8,12% sangat rendah

- Tahun 2012 sebesar 8, 28% sangat rendah

Persentase ASI eksklusif di wilayah puskesmas M pada tahun 2011 dan 2012 dapat dikatakan sangat

rendah karena target nasional SPM untuk pemberian ASI eksklusif pada tahun 2010 adalah 80%.

(Direktorat Gizi Masyarakat, 2004)

5. Apa saja faktor penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif menurut Standar Pelayanan Minimal ?

- Perilaku menyusui kurang mendukung, misalnya membuang kolostrum karena dianggap tidak bersih

dan kotor.

- Pemberian makanan atau minuman sebelum ASI keluar

- Kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya

- Ibu kembali sibuk bekerja setelah cuti bersalin, yang menyebabkan penggunaan susu botol atau

formula secara dini sehingga menggeser atau menggantikan kedudukan ASI. Hal ini diperberat lagi

dengan adanya kecenderungan meningkatnya peran ganda wanita dari tahun ke tahun.

- Gencarnya promosi susu formula, baik melalui petugas kesehatan maupun melalui mass media,

bahkan dewasa ini langsung kepada ibu-ibu. (Lucy. Tanpa tahun)

6. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat ?

Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :

1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, kayakinan, niali-nilai dan juga variasi demografi, seperti :

status ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu

tersebut.

2. Faktor-faktor Pendukung (Reinforcing Factors)

Adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah berbagai

macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan lain

sebagainya.

3. Faktor-faktor Pendorong (Enabling Factors)

Adalah faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan

perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, undang- undang peraturan-peraturan baik dari pusat

maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

12

Page 13: Laporan Week 3

Hubungan status kesehatan, perilaku dan promosi kesehatan menurut Green dan Kreuter(2000).

Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk mengubah perilaku

adalah dengan melakukan intervensi terhadap faktor predisposisi, atau mengubah nilai, pengetahuan,

sikap dan persepsi terhadap masalah kesehatan melalui pendidikan kesehatan. Namun demikian untuk

memperoleh hasil yang lebih memuaskan, faktor pemungkin dan faktor penguat juga harus dapat turut

berkontribusi sesuai dengan fungsinya. Artinya, dengan pengetahuan, sikap, nilai dan persepsi yang baik

atau positif tetapi tidak ditunjang fasilitas yang memadai tentu tidak akan muncul perilaku yang

diharapkan. Oleh karena itu intervensi yang dilakukan harus diikuti oleh ketersediaan fasilitas serta akan

lebih baik lagi bila didukung oleh faktor penguat. Selain itu, sikap dan tingkah laku individu maupun

masyarakat dapat diubah melalui pemberian informasi yang diikuti dengan latihan-latihan. (Green, 2000

dalam Aprilia, 2009)

7. Apa saja jenis perubahan perilaku yang ada di msayarakat ?

Perubahan perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

- Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan

fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.

- Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan

sendiri oleh subjek.

13

Page 14: Laporan Week 3

- Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi

apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang

cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang

mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda. (WHO dalam Notoatmodjo, 1993)

8. Bagaimana proses terjadinya perubahan perilaku di masyarakat ?

1. Teori S-O-R:

Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus – Organisme — Respons.

- Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan (stimulus).

- Perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process).

- Materi pembelajaran adalah stimulus.

Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:

Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak

Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.

Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:

Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)

Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)

2. Teori “Dissonance” : Festinger

Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan

akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka

dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut

direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan),

dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).

Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: Terjadinya perubahan perilaku karena adanya

perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil

memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidakseimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus

(anjuran periksa hamil).

3. Teori fungsi: Katz

Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku

harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).

Prinsip teori fungsi:

a. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)

b. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam menghadapi lingkungan (bila hujan, panas)

14

Page 15: Laporan Week 3

c. Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala sosial)

d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi (marah, senang)

4. Teori “Driving forces”: Kurt Lewin

Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan

kekuatan penahan (restraining forces). Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan

antara kedua kekuatan tersebut.

Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:

a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.

b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.

c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun

5. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;

- Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau

memperkecil risiko kesehatan.

- Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.

- Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan

lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan. Health

Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :

- Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan

- Menganggap serius masalah

- Yakin terhadap efektivitas pengobatan

- Tidak mahal

- Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan

6. Model Komunikasi – Persuasi

Dasarnya dalah pesan yang komunikatif melalui beberapa pendekatan-pendekatan, yakni :

1. Pendekatan tradisional : sumber, pesan, penerima.

2. Pendekatan teori kognitif

stimulus menghasilkan respon kognitif yang terdiri dari hal yang penting dan relevan. Stimulus juga

di pengaruhi oleh argumentasi (pendapat). Sehingga menghasilkan perubahan perilaku.

3. Pendekatan belajar pesan : perhatian, pemahaman, penerimaan, dan retensi. (Citerawati, 2012)

15

Page 16: Laporan Week 3

9. Bagaimana bentuk operasional dari perilaku ?

Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan

Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (Ever Behavior).

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain.

Pengetahaun dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu maupun kelompok, untuk

meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku

individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.

2. Perilaku dalam bentuk sikap

Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari

luar diri si subyek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya,

sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya

yang bersifat non fisik, tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia.

Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan

mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan

Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan suatu

rangsangan dari luar. Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk

terwujudnya sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang

memungkinkan (Notoatmojo, 1993).

Tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah

merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah

merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mechanism) 16

Page 17: Laporan Week 3

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu

sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoptioan)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sesudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu

sudah di modifikasikan tanpa mengurangi kebenaran tingkat tersebut (Notoatmojo, 1993).

10. Kegiatan apa saja yang pernah dilakukan oleh pemerintah dan berapa target cakupanya ?

- Cakupan Kunjungan ibu hamil K-4

Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Kunjungan ibu hamil sesuai standar dengan pelayanan yang mencakup minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan (2) Ukur tekanan darah (3) skrinning status imunisasi tetanus (dan pemberian tetanus Toksod), (4) Ukur tinggi fundus uteri. (5) pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan) (6) temu wicara (pemberian komunikasi ianterpersonal dan konseling), (7) test laboratorium sederhana (HB, Protein, Urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, sifilis, HIV, Malaria, TBC)

Target 2015 : 95%

- Cakupan komplikasi Kebidanan yang ditangani

Kegiatan : (1) Deteksi bumil, bulin, bufas komplikasi, (2) Rujukan kasus komplikasi kebidanan (3) pelayanan penanganan komplikasi kebidanan (4) Penyediaan pusat pelatiahan klinis (5) Pelatihan PONED bagi bidan desa dan tim puskesmas (6) Pelatihan tim PONEK di RS kabupaten/ kota (7) Penyediaan peralatan PONED di puskesmas dan PONEK di RS kabuoaten/kota (8) Penyediaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) (9) Pelaksanaan PONED dan PONEK

Target 2015 : 80%

- Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kata I sampai dengan IV persalinan. Langkah Kegiatanya adalah sebagai berikut :

(1) Kemitraan Bidan- dukun(2) Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)(3) Pelayanan persalinan(4) Penyediaan/ Penggantian Peralatan Persalinan (Bidan KIT)(5) Pelatihan + magang (APN)(6) Supervisi monitoring dan evaluasi (PWS – KIA dan Analisi Manajemen Program)

Target 2015 : 90 %

17

Page 18: Laporan Week 3

- Cakupan Pelayanan Nifas

Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 jam pasca persalinan. Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d 3 hari; pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan dan/ atau pemasangan KB pasca persalinan.

Target 2015 : 90%

- Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditanganiNeonatus dengan komplikasi dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesehatan,

kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatrum, infeksi/ sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat badab lahir rendah < 2500 gr), sindroma gangguan pernafasan, kelainan congenital.

Target 2010 : 80%

- Cakupan Kunjungan BayiCakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 29 hari – 11 bulan di sarana

pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin, dan di rumah sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat pentipan anak, panti asuhan, dan sebagainya melalui kunjungan petugas.

Target 2010: 90%

- Cakupan Desa/ Keluarahan Universal Child Immunization (UCI)UCI adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, WUS,

dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak, dan 2 dosis TT

Target 2010 : 100%

- Cakupan Pelayanan Anak Balita Setiap anak umur 12 – 59 bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan,

minimal 8 X daalam setahun yang tercatat di kohort Anak Balita dan Pra sekolah, Buku KIA/KMS atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya. Suplementasi vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak umur 12- 59 bulan 2 kali pertahun (bulan februari dan agustus )

Target 2010 : 90%

- Cakupan Pemberian Makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga Miskin

Pemberian MP ASI pabrikan berupa bubuk instan untuk bayi usia 6- 11 bulan dan biscuit untuk anak usia 12- 24 bulan.

Target 2010 : 100%

- Cakupan Balita Gizi mandapat perawatan

18

Page 19: Laporan Week 3

Perawatan adalah perawatan sesuai tatalaksana gizi buruk

Target 2010 : 100 %

- Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat

Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi, dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru.

Target 2010 : 100 %

- Cakupan Peserta KB aktif

Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah satu pasangannya masih menggunakan alat kontrepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut.

Target 2010 : 70 %

- Cakupan Penemuan dan Penganganan Penderita Penyakit

a. Penemuan Penderita Pneumonia Balita

Target 2010 : 100%

b. Penemuan pasien baru TB BTA psotif

Target 2010 : 100%

c. Penderita DBD yang ditangani

Target 2010 : 100%

d. Penemuan penderita diare

Target 2010 : 100%

- Cakupan Pekayanan Kesahatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin

Target 2015 : 100%

- Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan pasien Masyarakat Miskin

Target 2015 : 100%

- Cakupan desa/ keluarahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemologi kurang dari 24 jam

Target 2015 : 100%

- Cakupan Desa Siaga Aktif

19

Page 20: Laporan Week 3

Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai pos kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana, dan kegawatdaruratan, surveilence berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Target 2015 : 80 % (KEPMENKES RI, 2008)

11. Kegiatan apa saja yang pernah dilakukan oleh pemerintah terkait ASI eksklusif, target cakupan, faktor

pendukung dan penghambatnya ?

- Kebijakan-kebijakan pemerintah RI sehubungan penggunaan ASI

1. Inpres No.14/1975 Menko Kesra selaku koordinator pelaksana menetapkan behwa salah satu

rogram dalam usaha perbaikan gizi adalah peningkatan penggunaan ASI

2. Permenkes No.240/1985 Melarang produsen susu formula untuk mencantumkan kalimat-kalimat

promosi produknya yang memberikan kesan bahwa produk tersebut setara atau lebih baik mutunya

daripada ASI

3. Permenkes NO.76/1975 Mengharuskan produsen susu kental manis (SKM) untuk mencantumkan

pada label produknya bahwa SKM tidak cocok untuk bayi dengan warna tulisan merah dan cukup

mencolok

4. Melarang promosi susu formula yang dimaksudkna sebagi ASI di semua sarana pelayanan

kesehatan

5. Menganjurkan menyususi secara eksklusif sampai bayi berumur 4-6 bulan dan menganjurkan

permberian ASI sampai anak berusia 2 tahun

6. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah dan swasta

7. Meningkatkan kemmapuan petugas kesehatan dalam hal PP-ASI sehingga petugas tersebut

terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas

8. Upaya penerapan 10 langkah untuk berhasilnya menyusiu di semua rumah sakit, rumah bersalin

dan puskesmas dengan tempat tidur

Kegiatan intervensi gizi spesifik pada kelompok 0-6 bulan salah satunya adalah promosi menyusui

(konseling individu dan kelompok) target 95% yang kegiatannya meliputi:

1. Training konselor dan fasilitator Menyusui ASI Eksklusif

2. KIE IMD dan ASI Eksklusif

3. Melakukan IMD disemua sarana pelayanan kesehatan

4. Sosialisasi dan advokasi PP ASI 20

Page 21: Laporan Week 3

5. Permen Kesehatan menindaklanjuti PP ASI

6. Pembentukan dan pembinaan kader motivator Kadarzi

7. Pelarangan iklan susu formula di media masa

8. Peningkatan pengawasan implementasi PP ASI

9. Penyiapan ruang ASI ditempat kerja dan fasilitas umum

10. Pelarangan iklan susu formula di media masa

11. Penegakan Hukum PP ASI

Kegiatan intervensi gizi spesifik pada kelompok 7-24 bulan, salah satunya adalah promosi

menyusui (konseling individu dan kelompok) dengan target 95% yang kegiatannya meliputi:

1. KIE melanjutkan menyusui sampai dengan 2 tahun

2. Trainning konselor dan fasilitator ASI eksklusif

3. Sosialisasi dan advokasi PP-ASI

4. Permen Kes menindaklanjuti PP-ASI

5. Pembentukan dan pembinaan kader motivator Kadarzi

Secara umum berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003

Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota, target cakupan bayi yang

mendapat ASI- eksklusif adalah 80 %

- Faktor pendukung dan Penghambat

1. Kebijakan Instansi pelayanan kesehatan tentang IMD dan ASI Eksklusif.

2. Pengetahuan, Motivasi dan Sikap tenaga penolong persalinan

3. Pengetahuan, Motivasi dan Sikap ibu.

4. Gencarnya promosi susu formula

5. Dukungan anggota keluarga

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui adalah sosial budaya, psikologis dan

biologis ibu sendiri. Selain itufaktor-faktor yang mempengaruhi ibu untuk menyusuiadalah:

1.Faktor Psikologi

Status psikologi mendasari ibu dan pendukungnya untuk keberhasilan menyusui, termasuk pecaya

diri ibu dan komitmen menyusui, bayi merasa kenyang merupakan kepuasan bagi ibu menyusui. Psikologis

ibu termasuk disekitarnya yang dekat dalam struktur dukungan.

2. Faktor dukungan Tenaga Kesehatan

21

Page 22: Laporan Week 3

Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk

membuat keputusan menyusui bayinya.Informasi tentang perawatan payudara selama masa kehamilan,

lama menyusui, keuntungan menusui, inisiasi menyusui dini, merupakan dukungan tenaga kesehatan

yntuk menyukseskan kelangsungan pemberian ASI eksklusif

3. Faktor Demografi

Faktor demografi terbagi menjadi dua, yaitu faktor sosio demografi dan faktor biomedik. Faktor

sosio demografi terdiri dari umur, pendidikan,status perkawinan, suku, tingkat sosial dan penghasilan.

Faktor biomedik terdiri dari jumlah kelahiran, kesehatan bayi dan kesehatanibu (selama hamil,

melahirkan, dan setelah melahirkan).

Adapun faktor –faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI eksklusif tersebut adalah (Falah N

2007) :

a. Faktor pendorong (predisposing factors) adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif dan adanya ideologi makanan yang non-Eksklusif, sehingga tidak muncul motivasi yang kuat

dari subjek untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

b. Faktor pemungkin (enabling factors ) adalah kurangya penyuluhan atau pengarahan

tentang ASI Eksklusif dari Posyandu, Puskesmas, maupun pertemuan PKK dan fasilitas rawat gabung di

BPS/RB/RS yang tidak berjalan semestinya karena masih ada pemberian susu formula sebagai prelaktal.

c. Faktor penguat (reinforcing factors) gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya

pengasuhan atau pengarahan dari tenaga kesehatan terampil seputar men yusui saat memeriksakan

kehamilan, anjuran untuk memberikan madu dan susu formula sebagai prelaktal, dan kuatnya

pengaruh keluarga dalam pengasuhan bayi secara non-ASI eksklusif

d. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif adalah keyakinan dan praktik yang keliru

tentang makanan bayi, promosi susu formula yang sangat gencar dan masalah kesehatan ibu dan bayi.

(Rusmalawaty. 2009; Habibie,2009; Aprilia, 2009)

12. Apa saja indikator keberhasilan program ASI eksklusif ?

- Perubahan perilaku tenaga kesehatan

- Perubahan kebijakan dengan adanya pojok laktasi, ruang rawat yabng digabung (room in)

- Tingginya kesadaran masyarakat terkait ASI ekslusif

- Tingginya jumlah ibu yang meminta IMD dan

22

Page 23: Laporan Week 3

- Terbentuknya peer konselor

13. Bagaimana langkah-langkah dalam mengevaluasi program ?

- Tujuan Evaluasi

Evaluasi Program gizi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai

dalam upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan oleh masing-masing wilayah/ daerah

(Depkes RI, 2008). Tujuan evaluasi secara umum untuk mengetahui dengan pasti apakah pencapaian

hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program/ kegiatan dapat dinilai dan

dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang. Dalam buku

panduan pengelolaan program perbaikan gizi kabupaten/ kota, tujuan dari evaluasi yaitu:

1. Memperbaiki rancangan kebijakan, program dan proyek.

2. Menentukan suatu bentuk kegiatan yang tepat.

3. Memperoleh masukan untuk digunakan didalam proses perencanaan yang akan datang.

4. Mengukur keberhasilan suatu program (Depkes RI, 2000).

- Fungsi Evaluasi

Evaluasi mempunyai beberapa fungsi antara lain:

a) Memberikan informasi yang valid mengenai program dan kegiatan yaitu seberapa jauh

kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dicapai. Dengan evaluasi dapat diungkapkan mengenai

pencapaian statu tujuan, sasaran dan target tertentu.

b) Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari tujuan dan

target.

c) Memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan termasuk perumusan masalah

yang direkomendasikan.

d) Evaluasi memiliki tujuan pokok melihat seberapa besar kesenjangan antara pencapaian hasil

kegiatan dan program dengan harapan atau renacana yang sudah ditetapkan.

- Jenis Evaluasi

Untuk mendapatkan evaluasi yang tepat, adekuat dan sesuai dengan tujuan evaluasi, dapat

digunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan sistem. Pendekatan

sistem dapat dilakukan untuk suatu program kesehatan dimana penilaian secara komprehensif dapat

dilakukan dengan menilai input, proses dan output.

23

Page 24: Laporan Week 3

Menurut Donabedian (Khotimah, 2002 dalam Zumroti, 2010) evaluasi dikelompokkan menjadi tiga

kategori yaitu :

1. Evaluasi input adalah evaluasi yang dilakukan pada atribut atau ciri – ciri tempat pemberian

pelayanan, yang meliputi: sumber daya manusia, dana, sarana dan prasarana. Evaluasi input

ini memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program.

2. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan

untuk mencapai tujuan, yang berkaitan dengan penyediaan dan penerimaan pelayanan.

Evaluasi proses ini menilai pelaksanaan kegiatan apakah telah mencapai target yang ditetapkan,

mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi serta pemecahannya. Evaluasi ini

memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien

dengan staf „terdepan‟ (line staff) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan (objektif)

program.

3. Evaluasi output adalah evaluasi yang dilakukan terhadap hasil pelayanan, berkaitan dengan

hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pelayanan tersebut. Evaluasi ini menilai pencapaian

setiap kegiatan penanggulangan gizi.

Sedangkan menurut Notoatmodjo, Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap

3 hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan terhadap

dampak program

a. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut penggunaan

sumber daya, seperti tenaga, dana dan fasilitas yang lain.

b. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni

sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

c. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu mempunyai

dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program-program kesehatan

ini tercermin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan masyarakat.

(Notoatmodjo, 2003).

- Langkah-langkah Evaluasi Program Secara Umum

Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu

sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri.

Berikut ini tahapan evaluasi :

24

Page 25: Laporan Week 3

1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Yaitu apa saja yang dapat dievaluasi, dapat mengacu pada

program, banyak terdapat aspek-aspek yang kiranya dapat dan perlu dievaluasi. Tetapi, biasanya

yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi key success faktornya.

2. Merancang (desain) kegiatan evaluasi. Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan terlebih dahulu

desain evaluasinya agar data apa saja yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa saja yang

dilalui, siapa saja yang akan dilibatkan, serta apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.

3. Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat dilakukan

secara efektif dan efesian, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan.

4. Pengolahan dan analisis data. Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan

agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat

menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara fakta dan harapan /

rencana untuk menghasilkan gap. Besar gap akan disesuaikan dengan tolok ukur tertentu sebagai

hasil evaluasinya.

5. Pelaporan hasil evaluasi. Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan diinformasikan

baik secara lisan maupun tulisan.

6. Tindak lanjut hasil evaluasi. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen, oleh

karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan

dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik ditingkat strategi maupun di tingkat

implementasi strategi. (Husein, 2005)

- Alur Evaluasi Program

14. Apa saja metode dalam mengevaluasi program ?

1. Goal Oriented Evaluation Model

25

Page 26: Laporan Week 3

Model evaluasi yang yang dikembangkan mulai tahun 1961, dimana penilaian keberhasilan

didasarkan pada ketercapaian tujuan.

2. Goal Free Evaluation Model

Model evaluasi yang berfokus pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai dampak dari program

yang diimplementasikan dan dampak sampingan baik yang diharapkan maupun tidak diharapkan,

serta membandingkan dengan sebelum dilaksanakannya program.

3. Formatif dan Summatif Evaluation Model

a. Evaluasi formatif

Evaluasi bersifat internal yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja lembaga,

pengembangan program dan mengetahui perkembangan program yang sedang berjalan,

seperti monitoring dan supervisi.

b. Evaluasi summatif

Evaluasi yang dilaksanakan pada akhir program, dimana bertujuan untuk mengetahui

keberhasilan program yang telah dilaksanakan, pertanggungjawaban atas tugasnya, serta

rekomendasi program selanjutnya.

4. Countenance Evaluation Model

Evaluasi program pendidikan yang bertujuan untuk mengidentifikasi tahapan proses dan faktor-

faktor yang mempengaruhinya.

5. CIPP Evaluation Model (Context, Input, Process, Product)

Model evaluasi yang berorientasi pada pengambilan keputusan.

6. Discrepancy Evaluation Model

Evaluasi dengan cara membandingkan hasil evaluasi dengan standart yang telah ditentukan,

dimana hasil evaluasi tersebut digunakan untuk pengambilan kebijakan terkait program yang telah

dilaksanakan.

15. Apa saja tools yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan perilaku ?

Metode Rating (Skala Likert)

a. Skala Sikap

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self report dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

harus dijawab oleh individu yang dikenal dengan skala sikap. Dari hasil respon subyek terhadap

pertanyaan dapat di[eroleh arah dan intensitas sikap subyek.

b. Skor Sikap

26

Page 27: Laporan Week 3

Skala sikap yang berisi pernyataan terpilih dan telah memiliki nilai skala bagi setiap kategorinya,

kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor responden pada skala sikap, diantaranya skala Likert

skor T

T = 50 + 10 (X-X/s)

Keterangan

X : skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor standart

X : mean skor kelompok

S : standart deviasi kelompok

16. Apa saja faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu program ?

Penyusunan suatu program harus ditinjau dari beberapa aspek, antara lain aspek tujuan

pelaksanaan program, karakteristik tim penyelenggara, kondisi lingkungan sekitar, karakteristik sasaran,

sarana dan prasarana serta ketersediaan sumber daya masyarakat baik dari segi kuantitas dan kualitasnya.

Semua hal di atas merupakan bagian dari analisis situasi (situational analysis) dan analisis partisipan

(participant analysis). Selain data-data di atas, penyusunan suatu program harus mengacu pada

keberhasilan program-program yang telah ada, sehingga nantinya program yang akan dilaksanakan dapat

berjalan dengan lancar. (Demartoto, Tanpa tahun)

17. Siapa saja pihak-pihak yang mungkin terkait dalam penyusunan program ?

27

Page 28: Laporan Week 3

No. Person/

Group

Categorize Characteristic Interest,

motives,

attitude

Pottential Implications for the project

Strength Weakness

1 Ibu menyu-

sui

Beneficiaries - tingkat

pendidikan

ibu rendah

- menjadi

wanita karier

- Ingin cepat

kembali

bekerja,

sehingga

dengan banyak

beraktivitas

berat badan

bisa normal

kembali pasca

melahirkan

- Ibu sehat dan

produksi ASI-nya

bagus

- mudah terpengaruh

dengan banyaknya iklan

dan promosi susu

formula

- kesulitan dalam

menyusui ketika harus

bekerja

- rendahnya tingkat

pemahaman tentang

pentingnya ASI eksklusif

Melaksanakan ASI eksklusif

sejak bayi lahir sampai

berusia 6 bulan

2 Ibu hamil Beneficiaries Tingkat

pendidikan

rendah

Anaknya lahir

dengan sehat

dan berstatus

gizi baik, tidak

BBLR

Memperhatikan

asupan nutrisi

selama kehamilan

Pengetahuan tentang

pemberian ASI eksklusif

dan

manajemen laktasi

rendah.

Ketika masa

persalinan dan masa

menyusui Ibu dapat

menerapkan IMD dan

pemberian ASI Eksklusif.

3 Suami Affected - Bossy - Merasa tidak

nyaman

apabila istrinya

menyusui

- Pengambil

keputusan

- Penyokong dana

- Menjadi alasan utama

para ibu memilih

pemberian susu formula

karena ayah merasa

- Menyediakan dana

- Mendukung program ASI

eksklusif

28

Page 29: Laporan Week 3

tidak nyaman

- Kurang memberi

kepedulian dan

kesempatan kepada ibu

untuk menyusui secara

eksklusif

4 Orang

tua/mertua

Affected - Sangat

menjunjung

tinggi

kepercayaan/

kebudaya-an

setempat

- Perhatian

kepada

anak/menant

u dan

cucunya

- Menyayangi

anak/menant

u dan cucu

Ikut membantu

merawat ibu

dan bayinya

- Peduli kesehatan

ibu dan anak

-Memberikan

makanan/minuman

pada usia yang sangat

dini

-Kurang memberi

kepedulian dan

kesempatan kepada ibu

untuk menyusui secara

eksklusif

- Mendukung program ASI

eksklusif

5 Kader

kesehatan

Actor - Bekerja secara

sukarela

- Menyelami

langsung

Mendapatkan

insentif

(reward)

-memberikan

pelayanan

kesehatan di

tempat-tempat

-Minimnya dana

operasional

-Banyak yang

meninggalkan tugasnya

Memberi dukungan dan

berperan aktif dalam

penyuluhan dan

29

Page 30: Laporan Week 3

kehidupan

masyarakat

sekitar

karena

persentuhan

sehari-hari

dalam aspek

sosial,

ekonomi dan

budaya

dimana

penduduk

bertempat

tinggal dan

bekerja

-membantu

masyarakat

dalam

mengidentifikasi

kebutuhan-

kebutuhannya di

bidang

kesehatan,

terutama

program ASI

eksklusif

- membantu

masyarakat

dalam

memecahkan

permasalahan

mereka sendiri di

bidang

kesehatan,

untuk mencari nafkah pemantauan kegiatan PP-ASI

30

Page 31: Laporan Week 3

terutama

program ASI

eksklusif

6 Bidan Actor Berpendidikan

Berkompeten

di bidangnya

Motivasi bidan

dalam

menjalankan

tugas-tugasnya

antara lain :

Masalah

pekerjaan itu

sendiri,

tanggung jawab,

supervisi, dan

insentif.

Insentif

dianggap yang

paling

mendukung

untuk

meningkatkan

motivasi bidan.

Lebih banyak

berkomunikasi

langsung dengan

ibu selama masa

kehamilan dan

dilanjutkan saat

proses

melahirkan

- Kurangnya pelayanan

konseling laktasi dan

dukungan

- Upah/gaji yang diterima

rendah

Memanfaatkan

pengetahuan bidan untuk

memberikan penyuluhan

dan pemahaman terhadap

ibu tentang pentingnya ASI

Eksklusif

7 Petugas

Puskesmas

Actor tenaga

pelaksana

Mendapatkan

insentif

- Berperan aktif

- Terlatih dengan

-Upah/gaji yang diterima

rendah

Melakukan penyuluhan yang

tepat dan efektif sesuai hasil

31

Page 32: Laporan Week 3

gizi/TPG

terlatih dan

berkompeten

(reward) baik pemantauan

8 Tokoh

masyarakat

Affected - Sebagai

panutan

masyarakat

- Sebagai

narasumber

(opinion

leader)

Mempraktikkan

perilaku yang

sedang

diperkenalkan

Menyebarluaskan

informasi

guna

menciptakan

suasana yang

kondusif bagi

perubahan

perilaku

individu

- Masih mempercayai tabu

- Masih menganut

kepercayaan atau

keyakinan yang salah

Berperan aktif/ikutserta

dalam kegiatan peningkatan

pemberian ASI eksklusif

dengan menggerakkan

masyarakat sasaran melalui

komunikasi, informasi dan

edukasi (KIE) sehingga

pencapaian ASI Eksklusif

meningkat

9 Pemerintah

daerah

Actor/donors - Pembuat

kebijakan

- Penyusun

anggaran

dana untuk

program

intervensi

Meningkatkan

cakupan praktek

pemberian ASI

eksklusif secara

signifikan

terhadap target

SPM

- Kooperatif

- Memberi

dukungan dana,

SDM

Kurangnya pengalaman

dalam sistem manajemen

Mengadvokasi masyarakat

untuk mematuhi peraturan

yang dibuat tentang

pemberian ASI eksklusif dan

mau menerapkan

32

Page 33: Laporan Week 3

18. Bagaimana cara membuat design kegiatan ?

Dalam kegiatan apapun agar tujuan kegiatan tersebut tercapai secara efektif diperlukan adanya

pengaturan manajemen pelayanan kesehatan masyarakat yang pada hakikatnya merupakan suatu sistem.

Untuk berfungsinya sistem itu diperlukan sub sistem yang disebut dengan input. Input tidak hanya berupa

penetapan money (dana), tetapi juga penetapan metode yang meliputi kebijakan daerah setempat,

prosedur kerja, keterampilan, peraturan dan pemberdayaan masyarakat sekitar.

Sub sistem yang kedua adalah proses pelaksanaan program yang di dalamnya terdapat

perencanaan dan pengorganisasian semua sumber daya yang ada (Planning of Action), penggerakan dan

pelaksanaan kegiatan serta pengawasan atau pemantauan. Tujuan diadakanya pengawasan dan

pemantauan adalah mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja

yang telah disusun dan mengadakan koreksi bila terjadi penyimpangan.

Sub sistem yang terakhir adalah output atau hasil dari terlaksananya suatu kegiatan. Output ini

nantinya akan dibandingkan dengan standar/indikator keberhasilan program yang telah ditetapkan

sebelumnya dan juga target cakupan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Jika output yang dihasilkan

kurang dari target cakupan SPM, maka tingkat keberhasilan kegiatan tersebut kurang, begitu juga

sebaliknya jika output telah mencapai target atau bahkan lebih, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan

tersebut berhasil (tingkat keberhasilanya tinggi). (Hiddayaturrahmi et al, 2010)

Berikut merupakan langkah-langkah dalam menyusun strategi behavior change communication

yang efektif untuk menyusun suatu kegiatan.

1. Menetapkan tujuan akhir (goal) program

2. Melibatkan para Stakeholder dan tokoh kunci (key people) dalam masyarakat

3. Mengidentifikasi sasaran

4. Melakukan penilaian formatif BCC

5. Melakukan pengelompokkan sasaran

6. Menetapkan tujuan (objective) dari BCC

7. Merancang strategi BCC dan rencana monitoring-evaluasi

8. Mengembangkan metode komunikasi dan kegiatan pelaksanaannya

9. Melakukan pre-test pada metode komunikasi dan kegiatan pelaksanaannya

10. Mengimplementasikan dan memonitor program

11. Mengevaluasi program

12. Menganalisis feed back dan merancang kembali apabila ada perbaikan (Family Health

International, 2004)

33

Page 34: Laporan Week 3

19. Sebutkan contoh kegiatan yang mungkin dilakukan untuk merubah perilaku masyarakat ?

1. KP Ibu (Kelompok Pendukung Ibu)

o Pengertian

Kelompok pendukung adalah kumpulan beberapa orang yang mengalami situasi yang sama atau memiliki

tujuan yang sama, yang bertemu secara rutin untuk saling menceritakan kesulitan, keberhasilan, informasi

dan ide berkaitan dengan situasi yang dihadapi atau upaya mencapai tujuan yang diinginkan. Pertemuan

kelompok pendukung dilaksanakan dalam suasana bersahabat, nyaman, saling mempercayai dan

menghargai.

o Manfaat

Melalui pertemuan-pertemuan tersebut, peserta sebuah Kelompok Pendukung dapat saling memberi dan

menerima dukungan, baik berupa dukungan teknis, moral maupun emosional untuk sukses mengatasi

situasi yang dihadapi atau mencapai tujuan yang diinginkan.

o Tujuan

Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) secara khusus diselenggarakan untuk para ibu yang ingin berhasil

melaksanakan pemberian air susu ibu (ASI) secara optimal, yang meliputi inisiasi menyusui dini (IMD), Asi

Eksklusif 6 bulan, dan meneruskan pemberian ASI hingga 2 tahun atau lebih dengan makanan pendamping

yang bergizi.

34

Page 35: Laporan Week 3

o Peserta

Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) merupakan kelompok sebaya yang terdiri dari 6 – 12 ibu hamil dan Ibu

bayi baduta yang bertemu secara rutin 2 minggu sekali atau setidaknya sebulan sekali termasuk kunjungan

rumah untuk saling bertukar pengalaman, berdiskusi dan saling memberi dukungan terkait kesehatan ibu

dan anak khususnya seputar kehamilan, menyusui dan gizi, dipandu/difasilitasi oleh motivator.

Walaupun demikian, kelompok ini terbuka untuk orang lain yang memiliki minat yang sama. Suami atau

anggota keluarga lain dari seorang ibu hamil / menyusui, seorang perempuan yang belum hamil tapi sudah

berkeinginan untuk menyusui bayinya suatu saat, atau tenaga kesehatan yang ingin belajar dari dan

berbagi informasi dengan para ibu hamil/ menyusui dapat dilibatkan dalam pertemuan KP Ibu.

o Topik diskusi

Secara umum terdapat 10 topik umum diskusi kelompok ibu, yaitu:

a. Masa kehamilan yang menyenangkan

b. Inisiasi menyusui dini

c. ASI eksklusif 6 bulan

d. Payudara dan produksi ASI

e. Menyusui yang nyaman untuk ibu dan bayi

f. Menyusui dan gizi ibu

g. ASIku cukup tidak, ya?

h. “Menangis”.....tak selalu berarti lapar

i. “Kasih Asi”.......... dimana saja. Kapan Saja?

j. Setelah bayi berusia 6 bulan (Karuniawati, 2012)

2. Peer conseling

Peer counseling (mengembangkan berdirinya kelompok pendukung ASI dan memberi tahu ibu tentang

kelompok ini setelah keluar dari rumah sakit/klinik) merupakan cara yang paling efektif dalam

menigkatkan rata-rata pemberian ASI eksklusif. Melalui peer counselor (konselor teman sebaya), dengan

dukungan sosial oleh peer melalui home visit atau dukungan telpon. Peer counselor adalah seorang ibu

yang berhasil menyusui bayinya secara eksklusif selama tidak kurang dari enam bulan, memiliki motivasi

untuk membantu ibu lain agar mau menyusui dan bersedia mengikuti pelatihan laktasi. Peer counseling

terbukti memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan rata-rata dan lama pemberian ASI.

Intervensi ini memiliki potensi aplikasi yang besar karena sebagian besar kota di timur laut Brasil

mengandalkan petugas kesehatan yang bisa melakukan konseling (Leite, et al. 2005).

35

Page 36: Laporan Week 3

3. Penyuluhan dengan diskusi partisipatif

Untuk mendorong perubahan perilaku yang lebih efektif diperlukan interaksi pada saat kegiatan

penyuluhan dengan melakukan diskusi partisipatif, memadukan apa yang diketahui oleh masyarakat

dengan nilai – nilai kesehatan. Untuk melakukan hal ini tentunya diperlukan ketrampilan memfasilitasi

secara partisipatip, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian bagi semua stake holder baik di tingkat dinas

dan puskesmas maupun di tingkat masyarakat. selain itu, materi pada saat penyuluhan / diskusi bisa lebih

dikembangkan untuk lebih memotivasi terjadinya perubahan perilaku dengan mengkombinasikan

pendekatan kesehatan dengan aspek – aspek yang lain, misalnya aspek religius, estetika, kenyamanan,

penghargaan diri , budaya dan lain sebagainya.

Diskusi partisipatif merupakan pengembangan dari penyampaian informasi kesehatan bukan hanya

searah, tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang

pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini

memakan waktu yang lebih lama, akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih

mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap (Nugroho dan Arsad Rahim Ali.

Tanpa tahun).

36

Page 37: Laporan Week 3

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Praktek pemberian ASI Eksklusif pada bayi dapat memberikan manfaat yang begitu besar bagi ibu dan

bayi, akan tetapi persentase praktek pemberian ASI Eksklusif di suatu daerah masih sangat rendah dibandingkan

dengan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah diatur dalam KEPMENKES Nomor 1457 tahun 2003.

Hal ini dapat menimbulkan dapak negatif bagi ibu dan bayi. Pemerintah telah melaksanakan program penyuluhan

untuk menanggulangi kasus tersebut, akan tetapi tingkat keberhasilan program tersebut tidak signifikan. Oleh

karena itu perlu adanya penambahan kegiatan atau program yang lebih efektif dengan memperhatikan segala

aspek yang mungkin terlibat dalam pelaksanan program tersebut demi menanggulangi rendahnya praktek

pemberian ASI Eksklusif.

SARAN

Skenario pada minggu ketiga blok komunitas ini cukup menarik dibandingkan dengan skenario minggu

yang pertama, akan tetapi dalam pengerjaan logbook dan proses diskusi mungkin kurang maksimal. Hal ini

dikarenakan aktu pengerjaan logbook dan proses diskusi dipersingkat menjadi satu hari, sehingga banyak

informasi-informasi penting lainya yang belum sempat terdokumentasi di dalam logbook dan dibahas saat proses

diskusi. Oleh karena itu alangkah baiknya jika proses diskusi tidak dipersingkat menjadi satu hari. Pembuatan

skenario pada minggu-minggu berikutnya juga harus lebih menarik lagi.

37

Page 38: Laporan Week 3

DAFTAR PUSTAKA

.2012. Target Dan Panduan Operasional Spm Di Kabupaten/Kota.

http://eperformance.surabaya.go.id/2012/lampiran/lampiranStandarPelayananMinimal_SPM.pdf. Diakses

26 Februari 2013.

Aprilia,Yesie. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Kepada Bidan di Kabupaten

Klaten. Semarang:Universitas Diponegoro

Citerawati SY, Yetti Wira. 2012. Perubahan Perilaku. http://adingpintar.files.wordpress.com/2012/03/perubahan-

perilaku.pdf. Diakses pada tanggal 26 Februari 2013 pukul 20.00 WIB.

Demartoto, Argyo. Tanpa tahun. Siklus Perencanaan Program.

Direktorat Gizi Masyarakat. 2004. Petunjuk Teknis SPM : Penyelenggaraan Perbaikan GIzi Masyarakat

International Thinking Training and Consultancy. 2011. Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

http://www.ittc.co.id/penyusunan-spm.php. Diakses 26 Februari 2013.

Family Health International. 2004. Monitoring and Evaluating Behavior Change Communication Programs. USA:

USAID’s Implementing AIDS Prevention and Care (IMPACT) Project

Habibie, Awab Zakie. 2009. Prevalensi Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Ciputat Pada Bulan Oktober 2009 .

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hiddayaturrahmi, Masrul dan Zulkarnain Agus. 2010. Studi Kebijakan Manajemen Program Pemberian Mkanan

Tambahan Pemulihan Balita Kurang Gizi di Puskesmas Kota Solok Tahun 2010. Solok: Dinas Kesehatan dan

Masyarakat Kota Solok

Husein. 2005. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Penerbit PT Gramedika Pustaka Utama

Karuniawati, Natalia Sri. 2012. KP Ibu, Sarana Efektif Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif. Dinas Kesehatan

Kabupaten Kulon Progo

Leite AJ, Puccini RF, Atalah AN, Alves Da Cunha AL, Machado MT. 2005. Effectiveness of home-based peer

counselling to promote breastfeeding in the northeast of Brazil: a randomized clinical trial . Acta Paediatr.

2005 Jun;94(6):741-6.

Lucy. Tanpa Tahun. Strategi Nasional PP-ASI

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Ri Nomor 1457/Menkes/Sk/X/2003

Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota

38

Page 39: Laporan Week 3

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008

tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Muliya, Ovi. 2011. Gambaran Evaluasi Program Perbaikan Gizi Kegiatan Pembentukan Kader Motivator Laktasi

Dinas Kesehatan Kota Depok . Jakarta

Nugroho dan Arsad Rahim Ali. 2008. Perilaku Kesehatan dan Proses Perubahannya.

http://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/perubahan-perilaku-dan-proses-perubahannya.pdf. Diakses

pada tanggal 26 Februari 2013 pukul 20.00 WIB.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/Vii/2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

Di Kabupaten/Kota.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan

Standar Pelayanan Minimal.

Rusmalawaty. 2009. Peranan Rumah Sakit dalam Pelaksanaan Program ASI Eksklusif. Universitas Sumatera Utara

S,Ni Made Lidya dan Rodiah. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Tumbuh Kembang pada anak Usia 3

sampai 6 Bulan di Puskesmas Karanganyar.

Yuniarto, Saiful Rahman. 2010. Sistem Penganggaran Pemerintah.

39

Page 40: Laporan Week 3

TIM PENYUSUN

KETUA : Mifa Indra Rosyita 105070300111061

SEKERTARIS 1 : Ariba Elmilla 105070300111064

SEKERTARIS 2 : Cynthia Herdiana S. 105070300111062

ANGGOTA : Elza Puspita 105070300111033

Melisa Purnamasari A. 105070300111028

Alifvia Bimantari 105070303111001

Yeny Kusuma Wardhani 105070300111030

Nur Pratiwi Hartono 105070307111011

Fatimatul Luvita 105070300111017

Ika Fitriana Putri W. 105070304111001

Via Talita Larasati 105070301111015

Intrida Anggi Pratiwi 105070301111024

Faizah Hasan Alboneh 0910733023

FASILITATOR : Catur Saptaning Wilujeng, S.Gz, MPH

PROSES DISKUSI :

1. Kemampuan Fasilitator dalam Memfasilitasi

Fasilitator sudah baik dalam memfasilitasi diskusi

Fasilitator juga memancing peserta diskusi jika ada kompetensi atau learning issues yang belum tercapai

Fasilitator mampu membuat peserta diskusi untuk berpikir kritis dalam proses diskusi

Fasilitator membantu mengarahkan topik diskusi saat mulai melebar dari pembahasan

2. Kompetensi/ Hasil Belajar Yang Dicapai Oleh Anggota Diskusi

Memahami dampak kurangnya praktek ASI Eksklusif

Memahami manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu dan bayi

Memahami target Standar Pelayanan Minimal beserta tujuan dan manfaatnya

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku

Mengetahui faktor-faktor yang perlu diperhatikan saat menyusun suatu program

Mampu membuat tools untuk mengukur perubahan perilaku masyarakat

Mengetahui cara mengevaluasi program sesuai dengan target Standar Pelayanan Minimal

40