laporan tutorial 6 (repaired).doc

70
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan di bidang kedokteran gigi dewasa ini tidak hanya membahas tentang gigi geligi saja, tetapi telah meluas ke rongga mulut yang terdiri dari jaringan keras maupun jaringan lunak. Penyakit jaringan lunak rongga mulut telah menjadi perhatian serius oleh para ahli terutama dengan meningkatnya kasus kematian yang diakibatkan oleh kanker yang ada di rongga mulut terutama pada negara sedang berkembang. Tumor ganas rongga mulut adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain (metastasis). Metastasis tumor ganas ke organ lainnya dapat melalui pembuluh darah (hematogen)atau melalui kelenjar getah bening (lmfogen). Berdasarkan asalnya tumor-tumor ganas di rongga mulut dapat berasal dari sel-sel epitel mukosa, sel jaringan ikat mesenkim, sel-sel pembentuk gigi, dan sel kelenjar ludah. Tumor ganas (maligna) secara kolektif disebut kanker, yang berasal dari kata latin untuk kepiting yang artinya ke semua pernukaan yang dipijaknya. Ganas, apabila diterapkan pada neoplasma menunjukkan bahwa lesi dapat menyerbu dan merusak struktur di 1

Upload: dewi-martinda-hartono

Post on 09-Aug-2015

241 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan di bidang kedokteran gigi dewasa ini tidak hanya membahas

tentang gigi geligi saja, tetapi telah meluas ke rongga mulut yang terdiri dari

jaringan keras maupun jaringan lunak. Penyakit jaringan lunak rongga mulut

telah menjadi perhatian serius oleh para ahli terutama dengan meningkatnya

kasus kematian yang diakibatkan oleh kanker yang ada di rongga mulut

terutama pada negara sedang berkembang.

Tumor ganas rongga mulut adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi

ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain (metastasis).

Metastasis tumor ganas ke organ lainnya dapat melalui pembuluh darah

(hematogen)atau melalui kelenjar getah bening (lmfogen). Berdasarkan

asalnya tumor-tumor ganas di rongga mulut dapat berasal dari sel-sel epitel

mukosa, sel jaringan ikat mesenkim, sel-sel pembentuk gigi, dan sel kelenjar

ludah.

Tumor ganas (maligna) secara kolektif disebut kanker, yang berasal dari

kata latin untuk kepiting yang artinya ke semua pernukaan yang dipijaknya.

Ganas, apabila diterapkan pada neoplasma menunjukkan bahwa lesi dapat

menyerbu dan merusak struktur di dekatnya dan menyebar ke tempat jauh

(metastasis) serta menyebabkan kematian.

Kebanyakan kanker mulut diperkirakan berupa karsinoma sel squamosa

yang timbul pada permukaan epitel mukosa mulut. Sisanya berupa

adenokarsinoma dari kelenjar liur minor.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimanakah histologi dari kulit dan mukosa rongga mulut?

1.2.2 Bagaimanakah perbedaan tumor ganas dan tumor jinak?

1.2.3 Apa saja etiologi yang memicu terjadinya suatu tumor?

1.2.4 Bagaimana proses pathogenesis suatu tumor?

1.2.5 Bagaimanakah proses metastase suatu tumor?

1.2.6 Apa saja macam-macam tumor ganas rongga mulut yang sering terjadi?

1

Page 2: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Mengetahui histologi kulit dan mukosa rongga mulut.

1.3.2 Mengetahui perbedaan antara tumor ganas dan tumor jinak.

1.3.3 Mengetahui etiologi yang memicu terjadinya tumor.

1.3.4 Mengetahui proses pathogenesis tumor.

1.3.5 Mengetahui proses metastase tumor.

1.3.6 Mengetahui macam-macam tumor ganas yang sering terjadi.

2

Page 3: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

MAPPING PERMASALAHAN

3

SIKLUS SEL

Pertumbuhan sel abnormal

Karsinogenik

Tumor Jinak Tumor Ganas Lesi

Praganas

Pemeriksaan

Klinis Penunjang

Ekstra oral Intra oralLaboratorium

HPA Radiografi

Gejala Klinis

Klasifikasi

Berasal dari

epithelial

Berasal dari

mesensim

Diagnosa

Terapi

Page 4: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Histologi Kulit dan Mukosa Rongga Mulut

2.1.1 Histologi Kulit

Kulit yang menutupi tubuh adalah salah satu organ terbesar. Merupakan

sekitar 16% dari berat badan ia memiliki beberapa fungsi penting: ia

merupakan sawar yang melindungi organisme terhadapa trauma dan

pengikisan; organ sensoris taktilnya menerima rangsangan dari lingkungan:

dan ia berperan penting dalam pengaturan suhu dan keseimbangan air.

Kulit terdiri dari dua lapisan utama, epitel permukaan disebut epidermis

dan lapisan ikat dibawahnya, dermis atau korium. Di bawah dermis terdapat

selapis jaringan ikat longgar, hypodermic, yang pada beberapa tempat,

terutama terdiri atas jaringan lemak. hypodermis, melekat secara longgar pada

fasia dalam atau pariesteum tulang dibawahnya.

Fungsi spesifik kulit terutama tergantung sifat epidermis. Epitel ini

merupakan pembungkus utuh seluruh permukaan tubuh dan ada kekhususan

setempat bagi terbentuknnya turunan kulit. Ia juga membentuk dua jenis

kelenjar, satu yang menghasilkan dua sekret berair, keringat dan lainnya sekret

berminyak sebum. Meskipun ciri dasar struktur kulit sama dimana-mana,

terdapat perbedaan mencolok dalam tekstur, struktur halus, fungsi sehubungan

dengan jenis kelamin dan daerah tubuh.

Batas dermis dan epidermis sangat tidak teratur. Pola rabung dan alur yang

berkelok-kelok pada sisi bawah epidermis menyesuaikan diri dengan rabung

dan alur dermis dibawahnya. Tonjolan dermis disebut papilla dermis dan

juluran epidermis kebawah secara tradisi disebut interpapillary peg. Meskipun

bayangan tiga dimensi pada mikroskopi electron menunjukan bahwa peg tidak

menunjukan gambaran sebenarnya, tapi tetap dipakai.

A. Epidermis

Epidermis adalah epitel berlapis gepeng tersususn atas banyak lapisan sel

yang disebut keratinosit. mereka secara tetap diperbaharui melalui mitosis sel-

sel dalam lapis basal. Sel-sel yang baru dibentuk melalui proliferasi sel-sel

4

Page 5: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

lapis basal, secara beransur digeser ke permukaan epitel pipih selama

perjalanan, mereka berdiferensiasi, membesar dan mengumpulkan filament

keratin makin banyak dalam sitoplasmanya. mendekati permukaan, mereka

mati dan badan sel mirip sisik mati itu secara tetap dilepaskan. Bentuknya

yang berubah pada tingkat berbeda dalam epitel memungkinkan pembagian

dalam empat zona dalam potongan histologik tegak lurus terhadap permukaan

kulit. mereka adalah stratum basal, stratum spinosum, stratum lucidum,

stratum granulosum, dan stratum korneum.

a. Stratum basal, terdiri atas satu lapis sel diatas lamina basal dan melekat

pada dermis dibawahnya. Sel-selnya kuboid atau kulomnar rendah. intinya

besar jika dibanding ukuran selnya

dan sitoplasmanya basofilik.

Gambar mitotic biasa terlihat pada

lapis ini, dulu disebut stratum

germinativum, karena ploriferasi

selnya berfungsi untuk perbaruan

epitel. Selama sel yang dibentuk

disini bergerakk naik ke stratum

spinosum, mereka berubah bentuk

menjadi polyhedral gepeng dengan

sumbu panjangnya sejajar

permukaan epitel dan initi agak

memanjang dalam arah yang sama. Gambaran potongan kulit tebal.

b. Sel-sel stratum spinosum memiliki perangkat organel namun kurang

basofilik dibanding yang dari stratum basal. Ciri mencolok dari sel-sel ini

adalah banyaknya berkas filamen intermediate sitokeratin yang memancar

dari daerah perinuklear, untuk berakhir pada plak padat dari desmosom

sepanjang batas sel yang sangat bergerigi. Didalam sitoplasma terdapat

juga granule sekresi berdiameter 0,1-0,4 mikrometer yang disebut granule

bermembran atau granule berlamel. Mereka memiliki membrane

pembungkus dan struktur intern khusus terdiri atas lamel-lamel parallel.

5

Page 6: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Dengan perbesaran kuat, pita-pita tipis padat-elektron dan hampa-elektron

di granule ini mirip gambaran myelin dan sistem bermembran banyak lapis

lain. Pasangan pita padat tampak saling menyatu di ujungnya. Hal ini

member kesan bahwa tumpukan ini terdiri dari vesikel-vesikel gepeng

mirip cakram yang poermukaan luarnya saling merapat erat.

c. Stratum granulosum terdiri atas tiga-lima lapis sel yang agak lebih gepeng

daripada yang di stratum spinosum. Ciri utama pembedanya adalah adanya

bahan-bahan besar dengan bentuk tidak teratur yang terulas gelap dengan

pulsan basa. Berbeda dengan granul sekresi, yang disebut granul

keratohyali ini tidak bermembran pembungkus. Berkas-berkas filament

keratin yang banyak didalam sitoplasma terhambat pada tepianya atau

menembusnya. Sifat kimiawi sebenarnya belum jelas, namun mereka

diduga merupakan prekusor dari matriks interfibril yang tersebar di

sitoplama sel-sel berkeratin penuh pada stratum korneum diatasnya.

Granul berlamel yang mulai terdapat di stratum spinosum dan lebih

banyak lagi si stratum granulosum dan mengumpul didekat membrane sel.

Mereka mengalami eksositosis dan isinya melebur membentuk selubung

berlapis banyak dari membrane sel. dengan pelepasan granul ini terdapat

peningakatan ukuran celah ekstrasel dan ruang ini diisi oleh produk sekresi

sel yang kaya lipid, yang dipandang sebagai penutup kedap air yang

merupakan unsure utama sawar permeabilitas epidermis.

d. Stratum lucidum adalah lapis tipis sel-sel refraktil yang terpulas terang

diantara stratum granulosum dan stratum korneum pada kulit pada kulit

tebal telapak tangan dan kaki. Lapis ini biasanya tidak dapat ditetapkan

pada kulit tipis lainnya terdiri dari empat sampai enam baris sel sangat

gepeng. Inti mulai berdegenerasi dari lapis luar stratum granulosum dan

jarang terlihat dalam sel-sel stratum lusidum.

e. Stratum korneumterdiri atas banyak lapis sel sangat gepeng penuh keratin

tanpa inti atauu organel sitoplasma. Plasmalema tampak menebal dan

seluruh sel dipenuhi filament keratin terbenam dalam matriks amorf. Sel-

sel lapis bawah stratum korneum masih saling melekat erat namun

6

Page 7: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

desmosomnya telah sangat dimodifikasi. Pada lapis luar, yang telah

mengalami keratinisasi sempurna, sel-sel mati melonggar dan akhirnya

dilepaskan. Bagian stratum korneum ini kadang-kadang disebut sebagai

stratum disjungtivum, namun sel-selnya identik dengan yang lebih dalam

di stratum dan penyebutannya sebagai lapis terpisah tak ada manfaatnya.

Selama keratinosit naik melalui strata epidermis, mereka membesar dan

menggepeng sedemikian rupa sehingga sebuah sel stratum korneum

menutupi daerah sepadan dengan yang ditempati 15 atau lebih sel kuboid

stratum basal.

B. Dermis

Di bawah epidermis terdapat dermis atau korium, lapis kulit kuat dari

jaringan ikat yang merupakan bagian terbesar dari tebal kulit. Ia lebih tipis

pada permukaan ventral permukaan tubuh dan ekskremitas daripada didorsum,

dan umumnya lebih tpis pada wanita daripada pria. Dermis merupakan

struktur pendukung jaringan penyambung yang terdiri atas kolagen dan berkas

elastic didalamnya terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe yang

mengandung sel imuno kompeten seperti makrofag, sel mast dan limfosit.

komponen kulit lain seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar keringat

ekrin dan apokrin, rambut dan muskulus erector fili terdapat didalam dermis.

dibawah dermis adalah lapisan lemak subkutan yang berperan sebagai

bantalan antara epidermis/dermis dan struktur badan internal.

2.1.2 Histologi Mukosa Rongga Mulut

Rongga mulut dilapisi epitel gepeng

berlapis (stratified squamous epithelium).

Epitel ini ada yang berkeratin dan ada yang

tidak berkeratin. Lapisan keratin

melindungi rongga mulut terhadap

kerusakan selama proses makan. Lamina

propia pada daerah ini memiliki sejumlah

papilla yang langsung melekaat pada

7

Page 8: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

jaringan tulang. Sedangkan epitel gepeng berlapis terdapat pada palatum mole,

bibir, pipi, dan dasar mulut. Lamina propia pada daerah ini memiliki papilla

mirip dermis kulit dan menyatu dengan submukosa. Fungsi mukosa mulut,

antara lain:

1) Fungsi proteksi, yang dilakukan oleh :

- Epitel mukosa mulut proteksi trauma pengunyahan, tekanan,

abrasi mikroorganisme dan produk toksik

- Kelenjar liur saliva :

Melembabkan

Memfasilitasi proses pengunyahan

Memfasilitasi rasa, penelanan

Antibody

2) Fungsi sensasi, dilakukan oleh :

- Saraf sensoris, yang menerima rangsang dari luar melalui bibir dan

lidah.

- Sel epitel mukosa mulut, mengandung reseptor yang merespon

rangsang suhu, sentuhan, sakit, rasa (di lidah).

- Reseptor piala pengecap pada papil lidah (reseptor rasa manis, asam,

pahit, asin.

- Refleka menelan, muntah, mual, salvias diawali oleh reseptor pada

mukosa mulut.

3) Fungsi sekresi, dilakukan oleh kelenjar liur :

- Kelenjar liur mayor terletak jauh dari permukaan mukosa dengan

duktus yang panjang

- Kelenjar liur minor berhubungan dengan mukosa mulut

4) Fungsi regulasi termal :

- Pada hewan, mukosa mulut berperan dalam regulasi tubuh

- Pada manusia tidak berperan

8

Page 9: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Epitel rongga mulut terdiri dari lapisan-lapisan, antara lain :

1) Epitel mukosa mulut

Epitel mukosa mulut terdiri dari stratum basal, stratum spinosum, stratum

granulosum, stratum korneum.

a. Stratum basal

Sel dari stratum basal berbentuk

kuboid dan silindris pendek dan

membentuk lapisan tunggal yang

berdiam di lamina basalis di

permukaan antar epitel dan lamina

propria. Sel basal menunjukkan

aktifitas paling aktif dalam siklus

epitel mukosa mulut.

b. Stratum spinosum

Terletak di atas lapisan basal. Terdiri dari sel berbentuk polyhedral.

Lapisan basal dan lapisan pertama dari lapisan spinosum sering disebut

stratum germinativum. Dinamakan germinativum karena banyak terjadi

mitosis, dan lapisan ini bertanggung jawab terhadap sel-sel di atasnya.

c. Stratum granulosum

Terletak di atas lapisan spinosum terdiri dari sel-sel agak gepeng berisi

granula keratohialin serta banyak bundle tonofibril pada epitel berkeratin.

Pada lapisan tak berkeratin, lapisan germinativum tidak mencolok.

Granula yang terdapa pada sitoplasma sel sangat padat, basofilik, dan

berkaitan dengan pembentukan ortokeratin. Inti sel tampak degenerasi dan

pyknotik. Sel lapisan granulosum pada lapisan ortokeratin atau korneum

menjadi gepeng, kehilangan inti. Sehingga sel berisi penuh keratin dan

menjadi eosinofil.

d. Stratum korneum

Sel-sel dari lapisan ini gepeng tanpa inti dan penuh dengan filamen

keratin yang dikelilingi oleh matriks. Sel epitel paling permukaan mati

(keratin), lalu terkelupas dan diganti oleh sel baru dari lapisan sel

9

Page 10: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

dibawahnya. Keratin merupakan protein keras dan tak larut yang mengisi

sebagian atau seluruh bagian dalam sel yang telah berkerut dan

mengandung ikatan sulfide yang berasal dari cincin dan bersatu dengan

rantai polipeptida. Proses keratinisasi tampak pre natal pada bagian lingual

dan bukal pada alveolar ridge pun terdapat proses keratinisasi dan bersifat

genetik.

Pada epithelium rongga mulut terdapat sel berkeratin dan sel tidak

berkeratin. Sel-sel tidak berkeratin terdiri dari 4 tipe sel, antara lain sel

Langerhans, sel Merkel, Melanosit, dan Limfosit.

2) Lamina basalis

Sel basal melekat pada lamina basalis dengan perlekatan mekanis yang

dinamakan hemi-desmosom. Hemi-deesmosom terdiri dari tonofilamen yang

menembus sitoplasma sel dan berakhir di lamina basalis. Kelainan genentik

dan penyakit auto imun menyebabkan kerusakan pada lamina basal.

3) Lamina propria

Lamina propria merupakan jaringan ikat yang terletak di bawah epitel

(pendukung epitel) dibedakan dalam dua lapisan yaitu lapisan papilar dan

reticular. Pada lap[isan papilar terdapat jaringan ikat yang menjorok ke arah

epitel, fiber kolagen sedikit dan susunan renggang, banyak kapiler. Pada

lapisan reticular, fiber kolagen tersusun padat paralel dengan permukaan. Pada

lamina propria ditemukan pembuluh darah yang berasal dari lapisan

submukosa. Suplai nutrisi epitel diperoleh dari pembuluh darah lamina propria

(epitel bersifat avaskular).

lamina propria terdiri dari papillary

layer dan reticular layer, yang di

bawahnya terdapat sub mukosa

(sumber: Oral development and

histology 3rd edition, 2002)

10

Page 11: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

2.2 Perbedaan Tumor Jinak dan Tumor Ganas

Secara etimologis “Neoplasia” berasal dari kata neo dan plasma. Neo berarti baru

sedangkan plasma berarti “thing formed”:atau pembentukan baru. Secara istilah

neoplasma merupakan pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat

dikontrol maupun dikoordinasi oleh tubuh. Para ahli onkologis masih sering

menggunakan istilah tumor untuk menyatakan suatu neolpasia/neolasma karena gejala

klinisnya yang menunjukan adanya pembengkakan pada jaringan.

Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal

dan tidak dapat di control oleh tubuh. Para ahli onkologis masih sering

menggunakan istilah tumor untuk menyatakan suatu neoplasia atau neoplasma.

Neoplasia di rongga mulut dapat bersifat jinak, praganas, ataupun ganas yang

dapat berasal dari sel odontogen atau non-odontogen. Dalam pembagiannya,

terdapat dua tipe neoplasia. Yakni neoplasia jinak (benign neoplasm) dan

neoplasia ganas (malignant neoplasm). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan

jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak termetasia

(tersebar). Neoplasia ganas adalah tumor yang tumbuhnya cepat, lalu infiltrasi ke

jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lainnya (metastase).

Tabel Perbedaan Tumor Jinak dengan Tumor ganas

No Karakteristik Tumor Jinak Tumor Ganas1 Kecepatan

tumbuhLambat (bertahun-tahun) Cepat (bulan)

2 Batas jaringan Biasanya Berkapsul Tidak berkapsul3 Pergerakan saat

dipalpasiDapat di gerakkan Cekat (sulit)

4 Pertumbuhan dalam tulang

Mendesak tulang(expansif) Menembus tulang(infiltrasi)

5 Permukaan lesi Menegang Ulserasi6 Keterlibatan saraf Tidak ada Sakit, paralise7 Daerah yang

terlibatLokat (terlokalisir) Luas (metastasis)

8 Warna jaringan Normal Berubah9 Efek terhadap

jaringan tubuhTidak ada atau hiperfungsi Hipofungsi atau kaheksi

11

Page 12: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

10 Gejala Asymptomatis Symptomatis11 Differensiasi sel Masih kelihatan baik, masih

bisa di kenali selnya.Sudah mengalami perubahan selnya. Ex: displasi, metaplasi.

12 Perubahan inti Terjadi perubahan inti Inti tidak normal, sudah mengalami perubahan.

12

Page 13: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Definisi dan Etiologi Tumor Ganas Rongga Mulut

Kanker disebabkan adanya genom abnormal, yang terjadi karena kerusakan

gen yang mengatur pertumbuhan dan differensiasi sel. Adanya genom abnormal

ini menimbulkan kesalahan dalam siklus sel. gen yang mengatur pertumbuhan dan

differensiasi sel itu desebut protoonkogen dan suppressor gen yang terdapat pada

semua chromosome dan banyak jumlahnya. Protoonkogen yang telah mengalami

perubahan sehingga menimbulkan kanker disebut onkogen.Kerusakan itu dapat

terjadi pada saat fertilisasi, tetapi umumnya setelah embryogenesis, setelah sel itu

mengadakan diferensiasi atau setelah dewasa.

Kerusakan itu berupa mutasi gen, seperti :

1. Perubahan urutan nukleotida

2. Tambahan (addition) nukleotida

3. Sisipan (insertion) nukleotida

4. Pengurangan (delation) nukleotida

5. Perpindahan (translokasi) gen

6. Persilangan (transposisi) sebagian kromosom

Banyak faktor yang dapat menimbulkan kerusakan gen itu yang saling

berkaitan satu sama lainnya. Kanker dapat disebabkan oleh:

1) Kelainan congenital, kelainan kongenital dapat berupa kerusakan :

a. Kerusakan Structural yaitu karena konstitusi gen itu rusak.

b. Kerusakan fungsi yaitu kerusakan pada fungsi atau system kerjanya dan

ini yang menentukan kemampuan tubuh untuk menetralisasi karsinogen

yang masuk kedalam tubuh, mereparasi kerusakan gen dalam kromosom,

menjaga imunitas tubuh dan mematikan sel kanker yang baru terbentuk.

2) Bahan karsinogen

Karsinogen yaitu zat atau bahan yang dapat menimbulkan kanker. Ada 3 agen

karsinogenik yang berasal dari eksogen yaitu:

a. Karsinogen kimiawi

b. Karsinogenik fisik (Energy radiasi)

13

Page 14: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

c. Mikroba / virus

a. Karsinogenik Kimia

Karsinogen kimia meliputi jelaga, tir, zat warna, bahan alkali, plastik, asap

rokok, dan aflatoxin. Tir mengandung zat aktif hidrokarbon polisiklik.

Hidrokarbon yang mempunyai daya karsinogenik, minimal harus mempunyai

3 ikatan karbon aktif yang disebut phenantrene.

Tubuh manusia mempunyai enzim benzpyrene hidroksilase atau enzim

lain yang terdapat dalam retikulum endoplasmik yang berkhasiat

menghilangkan daya karsinogenik dari karsinogen hidrokarbon. Rendahnya

insidensi tumor usus halus mungkin karena kadar hidrokarbon hidroksilase

aromatik pada usus yang relatif tinggi. Benzene juga dianggap berhubungan

dengan terjadinya leukemia akut.

b. Karsinogenik Fisik

Karsinogen fisis yang sangat penting adalah sinar radioaktif yang

clihasilkan oleh sinar-X, radium, dan born atom.Karsinogen ini dapat

menimbulkan kanker kulit, leukemia, sarkoma tulang, adenokarsinoma

mammae dan timid.Sinar menyebabkan perubahan nukleoprotein kromosom

sel sehingga terjadi kanker.Penyinaran mengenai atom molekul asam nukleat,

menyebabkan terlepasnya elektron sehingga terjadi perubahan fisik atom

tersebut dan perubahan kimia dalam molekul.

Sinar matahari dan ultraviolet juga dapat menyebabkan kanker bibir dan

bagian lain dari kulit tubuh.Populasi berkulit putih yang bekerja di lapangan

terbuka sering mendapat kanker kulit muka (basalioma).Kanker ini jarang

dijumpai pada ras kulit hitam karena kulitnya dilinclungi pigmenmelanin.

Insidensi kanker bibir akhir-akhir ini menurun, mungkin karena adanya

kesadaran akan bahaya terpajan sinar matahari dalam waktu lama dan

penggunaan krim pelindung sinar matahari.

Pada pekerja yang melakukan pengecatan radium pada lempeng arloji

dijumpai adanya perkembangan ke arah kanker tulang.Kanker tiroid banyak

14

Page 15: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

dihubungkan dengan adanya radiasi leher pada masa anak-anak.Selain itu,

bagi korban yang berhasil hidup akibat meledaknya bom atom memberi gejala

ke arah leukemia.Sinar ultraviolet dianggap sebagai penyebab meningginya

insidensi kanker kulit pada pelaut atau petani, yang biasanya berhubungan

dengan sinar matahari secara berlebihan.

Faktor fisis lain adalah sinar-X. Pemeriksaan radiografi rutin dan sinar-X

di praktik dokter gigi adalah aman, namun pajanan radiasi akan berkumulasi

selama hidup. Sinar-X ini berperan dalam beberapa kanker leher dan

kepala.Pekerja di bagian radiologi yang sering terkena X-ray mempunyai

kecenderungan untuk mendapat kanker kulit.

c. Karsinogen Virus

Berbagai virus telah terbukti bersifat onkogenik.Dikenal dua jenis virus

yang dapat menyebabkan keganasan yaitu: RNA virus dan DNA virus.

- RNA virus menyebabkan leukemia,sarkoma dan urinari papiloma serta

kanker payudara.

- DNA virus dianggap sebagai penyebabkanker: Eipstein Barr virus,

papilloma virus, Hepatitis B virus. Eipstein Barr virus (EBV) dianggap

sebagai penyebab dari kanker nasofaring.Hepatitis B virus berhubungan

dengan hepatocellular carcinoma primer.Imunodefisiensi kongenital dan

terapi imunosupresif pada keganasan dianggap sebagai induksi keganasan,

khususnya limfoma dan leukemia.

Teori bagaimana terjadi perubahan dan differensiasi karena pengaruh virus

onkogenik, diterangkan sebagai berikut : Sel-sel onkogen adalah gen normal

yang mengatur pertumbuhan dan diferensial, perubahan pada sel onkogenik

itu sendiri atau perubahan terhadap pengaturan, menghasilkan pertumbuhan

yang normal. Diduga transformasi virus disekitar sel onkogen menyebabkan

perubahan molekul hingga terjadi perubahan pertumbuhan.Misalnya, P21

protein, protein ini terlibat pada pengaturan proliferasi sel. Beberapa

karsinogen dapat merubah P21 protein ini hingga terjadi perubahan proliferasi

sel tersebut.

15

Page 16: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Karsinogen yang berasal dari endogen yaitu :

a. Hormone

Karsinogen hormon bekerja dengan mernengaruhi fisiologi jaringan

sedemikian rupa sehingga mudah dipengaruhi oleh karsinogen yang

sebenarnya.Contoh¬nya, estrogen dapat menimbulkan adenokarsinoma

mammae dan serviks uteri.Androgen yang berasal dari testis atau kelenjar

adrenal dapat menimbulkan karsinoma prostat. Hormon menyebabkan

terjadinya kanker pada alai tubuh yang dipengaruhinya setelah adanya

karsinogen lain yang bekerja sebagai promotor.

Ko-Karsinogen

Termasuk ko-karsinogen adalah diet, umur, keturunan, rangsang

menahun,dan trauma.

Diet

Butter yellow, dengan defisiensi vitamin B 2 dapat menyebabkan kanker

hati.Defisiensicholineyang lama dapat menimbulkan karsinoma hati dan paru.

Efek perinclued-an yang signifikan dari diet terhadap terjadinya kanker inulut

terlihat pada populasi yang mengkonsumsi sayuran yang kaya akan

betakarotin dan buah-buahan yang mengandung asam sitrat. Populasi ini

mempunyai insidensi kanker mulut yang rendah.

Umur

Kebanyakan kanker terjadi pada usia lanjut, karena pada usia lanjut sering

timbul ketidakseimbangan hormon dan waktu yang lama memberikesempatan

bagi karsinogen untuk bekerja menimbulkan kanker.

Keturunan

Tumor yang menunjukkan adanya pengaruh faktor genetik/keturunan

antaralain adalah neuroblastoma, polip multipel pada usus besar, dan

xerodermapigmentosum.

Rangsang Menahun

16

Page 17: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Penderita batu piala ginjal sering mengalami karsinoma piala

ginjal.Penderita schistosomiasis sering menderita karsinoma kandung kemih.

Rangsang menimbulkan radang yang menyebabkan kerusakan jaringan yang

kemudian akan dipulihkan. Kerusakan dan pemulihan jaringan yang berulang

akan mengganggu keseimbangan set sehingga set berkembang menjadi

kanker. Keadaan ini sering terdapat pada mulut, lidah, dan lambung.Iritasi

kronis seperti gigi yang tajam, gigi tiruan atau tambalan yang mengiritasi

dapat menyebabkan terjadi ulkus dan leukoplakia. Banyak kanker mulut

berasal dari ulkus dan leukoplakia ini.

Trauma

Trauma tidak mungkin menimbulkan kanker dalam waktu singkat. Trauma

merupakan promotor pada tempat yang telah lama dipengaruhi oleh initiator

yang telah menimbulkan kanker laten.

Faktor lain

1. Lingkungan dan Karsinogen Industri

Beberapa jenis hasil industri serta sisa pembakaran dapat bersifat

karsinogenik. Selain itu kebiasaan tertentu dapat mengakibatkan suatu

keganasan, misalnya, pemakai tembakau cenderung mendapat kanker paru

sedangkan pemakai alkohol cenderung mendapat kanker traktus digestivus.

Pekerja industri perminyakan yang banyak berhubungan dengan polisiklik

hidrokarbon dijumpai banyak menderita kanker kulit. Dengan meningkatnya

perhatian terhadap faktor lingkungan seperti polusi udara, kontaminasi air,

proses makanan termasuk pemakaian nitrat, nitrosamine untuk pengawetan

daging serta sacharine, diduga mempunyai sifat karsinogen yang potensial.

Selain hal tersebut diatas, faktor migrasi penduduk sering menyebabkan

pergeseran atau perubahan pola kanker di suatu daerah.

2. Faktor Sosio Ekonomi

Walaupun belum diketahui dengan pasti, faktor sosial ekonomi ternyata

tampak mempengaruhi insidensi kanker. Kanker gaster dan cervix dijumpai

lebih tinggi pada golongan sosio ekonomi rendah, sekitar tiga sampai empat

17

Page 18: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

kali lebih banyak daripada golongan sosio ekonomi menengah dan tinggi.

Pada literatur ada juga yang disebut dengan keadaan Pre kanker. Beberapa

keadaan klinis seperti leukoplakia, keratosisactin, polyp colon, polyprectum,

neurofibroma, dysplasia cervix, dysplasia mucosa bronchus dan

colitisulcerativa kronis dianggap sebagai keadaan prekanker, karena pada

keadaan tersebut biasanya diikuti dengan timbulnya kanker sehingga menjadi

perhatian bagi para dokter untuk mengawasi keadaan ini dengan melakukan

pemantauan terhadap penderita tersebut.

3.2 Patogenesis Tumor Ganas Rongga Mulut

(sumber: Robins, 2004 : 290-291)

18

Page 19: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Sel normal memiliki siklus sel yang merupakan siklus dari proliferasi sel.

Siklus sel dipengaruhi supresor gen dan protoonkogen. Supresor gen merupakan

gen yang menghambat proliferasi sel sedangkan protoonkogen adalah gen yang

memicu proliferasi gen. Apabila gen-gen tersebut termutasi oleh bahan-bahan

karsinogenik maka ada dua kemungkinan yang terjadi. Kemungkinan yang

pertama adalah kerusakan DNA tersebut dapat diperbaiki melalui proses

perbaikan DNA dan kemungkinan kedua adalah proses perbaikan DNA tidak

sukses. Apabila perbaikan DNA gagal maka mutasi tersebut dapat mempengaruhi,

1. aktivasi dari onkogen, dimana onkogen sendiri merupakan gen yang memicu

pertumbuhan sel-sel tumor.

2. perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan sel (supresor gen),

sehingga tidak ada yang menghambat pertumbuhan sel

3. perubahan pada gen yang mengatur apoptosis (kematian sel)

Dari ketiga hal yang disebabkan adanya mutasi tersebut, menyebabkan

peningkatan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol. Apabila pertumbuhan yang

tidak terkontrol tersebut disertai dengan mutasi pada produk gen regulator maka

akan menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak dapat dibedakan dengan sel

normal (atipical). Sel-sel atipical ini memiliki karakteristik yaitu adanya

perubahan struktur dan fungsi dari sel, sehingga bentuk sel satu dengan yang lain

heterogen. Sel-sel atipical inilah yang merupakan ciri khas dari tumor ganas.

3.3 Metastasis Tumor

Tumor jinak tidak menyebar, ia hanya tumbuh local yang expansif. Tumor

yang mengadakan penyebaran ialah tumor ganas, walaupun tumor itu secara

patologis kelihatannya sebagai tumor jinak. Tumor ganas yang hampir tidak

pernah menyebar ialah basalioma, suatu tumor kulit yang umumnya hanya

mengadakn destruksi local. Tempat penyebaran kanker dapat:

1. Local yaitu sel-sel kanker menyebar ke jaringan atau organ disekitar tempat

kanker itu semula tumbuh, berupa satelitosis, satelit nodule, atau perlekatan

dengan jaringan atau organ disekitarnya. Penyebaran local ini yang sering

19

Page 20: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

menimbulkan kanker itu yang semula operable menjadi inoperable.

Penyebaran local ini umumnya secara langsung percontinuatum.

2. Non- local yaitu sel-sel kanker menyebar secara limfogen dan tumbuh di

kelenjar limfe yang berdekatan dengan letak tumor primer. Tiap-tiap organ

mempunyai regionalnya sendiri-sendiri

Lokasi kelenjar limfe regional

No Regio Kelenjar limfe regionalnya

1 Kepala dan leher Submandibula dan leher bilateral

2 Tubuh diatas pusat Axilla bilateral

3 Tubuh dibawah pusat Inguinal bilateral

4 Tangan-lengan Cubiti dan axilla, unilateral

5 Kaki-tungkai Poplitea, inguinal, unilateral

6 Gastrointestinal Mesenterial dan paraortal

7 Organ di pelvis Pelvinal dan hipogastrika

8 Paru Peribronchial dan mediastinum

3. Penyebaran kanker dapat timbul dimana-mana dalam organ tubuh, termasuk

kelenjar limfe diluar kelenjar limfe regional. Penyebaran jauh itu umumnya

secara hematogen.

Lokasi penyebaran jauh itu dapat dibedakan antara:

a. Organ vital: seperti paru, hati, ginjal, otak, dsb

b. Organ non-vital: seperti kulit, tulang, sumsum, kelenjar limfe diluar

regional, dsb

c. Campuran antara organ vital dan non-vital

Penyebaran itu dapat soliter (hanya satu saja), tetapi umumnya multiple pada

satu atau beberapa organ. Penyebaran kepada organ-organ umumnya berbentuk

nodus atau tumor dan menimbulkan destruksi jaringan atau gangguan fungsi

20

Page 21: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

organ yang bersangkutan. Penyebaran ke organ vital umumnya lebih cepat

penderita meninggal daripada ke organ non-vital.

Proses penyebaran

Proses penyebaran (metastase) terjadi karena ada interaksi antara sel

kanker dengan sel tubuh normal penderita. Sel-sel tubuh mempunyai daya tahan,

baik mekanis, maupun imunologis, sedang sel kanker mempunyai daya tahan

untuk mengadakan invasi, mobilisasi dan metastasis. Proses penyebaran berjalan

secara bertahap, yaitu dari inisiasi, promosi lalu progresi sama seperti halnya

pertumbuhan tumor primer juga.

Pada proses metastasis sel kanker menginvasi dan masuk ke dalam pembuluh

darah dan akan:

a. Terhenti pada suatu tempat dan menempel pada endothel pembuluh darah

Sel kanker yang masuk sirkulasi dapat sendirian (80%) atau bergerombol lalu

dengan bekuan darah membentuk

emboli. Tidak semua sel kanker

yang masuk sirkulasi dapat tumbuh

menjadi metastasis, diperkirakan

kurang dari 0,01%. Sebagian besar

akan mati dan yang tahan hidup

pada suatu tempat pada endothel

kapiler dalam organ akan melekat

dengan bantuan glikoprotein, seperti

fibronektin, laminin dan reseptor

membrane sel penderita. Berhasil

atau tidaknya sel kanker melekat

dan tumbuh disitu tergantung pada

keadaan organ ditempat itu, apakah

sesuai atau tidak.

(sumber: Buku Ajar Patologi)

b. Sel kanker merusak membrane basal dan matriks pembuluh darah

21

Page 22: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Setelah melekat pada endothel membrane sel basal, sel kanker itu

mengeluarkan enzim, seperti protease, kolagenase, cathepsin yang dapat merusak

membrane basal sehingga sel kanker dapat keluar dari pembuluh darah.

c. Sel kanker migrasi ke jaringan ekstravaskuler

Sel kanker dengan gerakan amoeboid masuk ke jaringan ekstravaskuler dan

tumbuh disitu membentuk koloni sel-sel. Arah gerakan dipengaruhi oleh faktor

chemotaxis yang dapat berasal dari serum, parenchyma organ atau membrane

basal yang mungkin mempengaruhi lokasi metastase. Untuk dapat tumbuh perlu

ada pasokan darah yang hanya dicukupi dengan angiogenesis, yaitu pembentukan

pembuluh darah baru.

d. Sel kanker merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru

Untuk dapat tumbuh sel kanker merangsang angiogenesis dan neovascularisasi

untuk memberikan pasokan darah ke tumor.

No Tahapan kejadian Mekanisme

1 Inisiasi tumorMutasi gen karena karsinogen, aktivasi proto-onkogen atau supresi anti-onkogen

2 Promosi dan progresi

Instabilitas karotype, kerusakan genetic atau epigenetic; amplifikasi, promosi gen dan hormone yang terkait

3 Pertumbuhan tidak terkendaliAutokrin, faktor pertumbuhan, hormone dan reseptornya

4 Angiogenesis Faktor angiogenesis multiple termasuk faktor pertumbuhan

5Invasi jaringan local, pembuluh darah dan limfe

Serom chemoatractants, faktor mobilitas, autokrin, reseptor perlekatan (attachment receptor), enzim litik (degradation enzim)

6Sirkulasi sel tumor, tertahan disuatu tempat dan ekstravasasi

Agregasi sel tumor homotype atau heterotype

a. Menempel pada endothelium

Interaksi tumor dengan fibrin, thrombosit, faktor pembekuan,

22

Page 23: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

integrin (pembentukan RGD)b. Reaksi endothelium Faktor thrombosit, faktor tumorc. Perlekatan ke basal

membraneReseptor laminin, reseptor thrombospondin

d. Hancurnya basal membrane

Protease, kolagenase, heparanase, cathepsin

e. LocomotionFaktor mobilitas autokrin, faktor chemotaxis

7 Pembentukan koloniReseptor faktor pertumbuhan local, faktor angiogenesis

8Perlawanan resistensi tubuh dan resisten terhadap sel kanker

Ketahanan terhadap serangan makrofag, nk cell, kegagalan bloking tumor spesifik

(Cancer, principles & Practice of Onkology, de Vita cs 4th ed. P. 136,1993)

Untuk dapat tumbuh tumor memerlukan pasokan darah yang cukup. Sel-

sel kanker dapat memproduksi sendiri faktor pertumbuhan, angiotropin, suatu

angiogenic peptide, yang dapat merangsang pertumbuhan pembuluh

(angiogenesis) sehingga dapat timbul pembuluh darah baru (neurovaskularisasi).

Proses angiogenesis

Sel-sel untuk tumbuh dan berkembangbiak memerlukan pasokan darah.

Bila pasokan darah tidak cukup, pertumbuhan sel itu akan terganggu, karena

perfusi tidak mencukupi. Diprkirakan perfusi hanya mencukupi samapi sejauh

100-150 mµ atau setebal 10-15 lapisan sel dari kapiler yang terdekat. Diluar itu

perfusi sel tidak cukup untuk hidup dan sel menjadi nekrosis. Untuk dapat tetap

hidup sel kanker dapat memproduksi angiotropin yang merangsang angiogenesis

yaitu pembentukan pembuluh darah baru kearah tumor.

Proses angiogenesis mirip dengan proses invasi kanker. Pada fase pre

angiogenesis, kanker itu hanya merupakan gerombolan kecil sel-sel, karena

pertumbuhannya dibatasi oleh pasokan nutrisi dan oksigen. Setelah terbentuknya

neurovaskularisasi, sel kanker itu baru dapat tumbuh dalam 3 dimensi. Invasi sel

kanker kedalam pembuluh darah dapat terjadi saat pembentukan pembuluh darah

baru itu.

23

Page 24: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Proses angiogenesis berjalan secara bertahap

1. Sel endothel pembuluh darah dirangsang untuk mengadakan proliferasi dan

mengadakan lisis membrane basal dan matriks pembuluh darah. Ada beberapa

protein yang dapat merangsang angiogenesis seperti, FGF (fibroblast growth

factor), UPA (urokinase type plasmin activator), TGFβ-1 (transforming

growth factor β-1), TIMP-2 (tissue inhibitor of metallo-proteinase tipe-2) dsb.

Ada pula protein yang dapat menghambat angiogenesis seperti, TIMP (tissue

inhibitor of metalo-proteinase), PAI (plasmin activator inhibitor), collagenase

inhibitor type IV, inhibitor serine proteinase. Transfeksi antisense mRNA

dapat memblokade TIMP sehingga meningkatkan metastase.

Pada binatang percobaan memberikan recombinant TIMP-1 dapat

menghambat metastasis. Produksi TIMP-1, TIMP-2 diatur oleh TPA (tissue

plasmin activator), TGFb dan sitokine lain. Sel-sel kanker dapat memproduksi

sendiri TMP (tissue metalo-proteinase) dan TIMP.

2. Untuk dapat menghancurkan matriks pembuluh darah, sel endothel

mengeluarkan enzim kolagenase tipe IV, TIMP-2 dan serine proteinase.

Adanya inhibitor enxim colagenase tipe IV, TIMP dan inhibitor serine-

proteinase, akan menghambat pertumbuhan endothel ke stroma ekstravaskuler.

3. Setelah terjadi lisis matriks pembuluh darah sel-sel endothel mengadakan

migrasi ke jaringan stroma perivaskuler, membentuk tunas pembuluh darah

baru.

4. Tunas itu kemudian tumbuh membentuk mikrovaskuler tubulus dan loop

pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir kedalam tumor.

3.4 Macam-macam Tumor Ganas Rongga Mulut

Tumor ganas rongga mulut adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi

ke jaringan sekitar, dan dapat menyebar ke organ-organ lain (metastase).

Metastase tumor ganas ke organ lainnya dapat melalui darah (hematogen) atau

melalui kelenjar getah being (limfogen). Tumor-tumor ganas berasal dari sel-sel

epitel mukosa, sel jaringan ikat mesenkim, sel-sel pembentuk gigi, dan sel

kelenjar ludah.

24

Page 25: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

1) Tumor Ganas Rongga Mulut Berasal dari Epitel Mukosa

a. Karsinoma sel skuamous

Merupakan tumor ganas epitel skuamosa. Tumor ini sering terjadi

disbanding tumor epitel lainnya. Merupakan 5% dari seluruh keganasan tubuh

dan merupakan 90% dari seluruh keganasan dalam rongga mulut. Lebih sering

dijumpai pada pria.

Tempat predileksi dalam rongga

mulut: bibir, dasar mulut, gingival, lidah,

dan palatum.

Gambaran klinis :

Plak keratosis

Ulserasi

Tepi lesi indurasi dan kemerahan.

Pemeriksaan DNA menunjukkan mutasi oncogenes p53.

Etiologi

Etiologi belum diketahui dengan pasti. Beberapa kondisi yang diduga

berperan adalah infeksi kronis yang mengikuti karies gigi, permukaan gigi

yang tajam, tambalan yang kasar, dan gigi palsu yang tidak baik. Faktor-faktor

lainnya yang diduga berhubungan dengan terjadinya tumor adalah tembakau,

alkohol, sifilis, sinar matahari jangka waktu lama, radiasi sinar matahari yang

lama, misal pada radioterapi, lesi intra-oral lainnya seperti leukoplakia, herpes

simpleks, liken planus, kandidiasis, serta melanosis oral. Metastasis biasanya

kelenjar getah bening regional.

Gambaran HPA:

- Adanya proliferasi

sel-sel epitel skuamous

25

Page 26: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

infiltrasi sel-sel karsinoma ke jaringan di bawahnya membentuk anak

tumor ( tumor nest).

- Disertai infiltrasi sel-sel limfosit di tumor stromal

- Terlihat sel-sel yang atipia yang disertai perubahan bentuk rete peg

processus.

- Pembentukan keratin yang abnomal.

- Pertambahan proliferasi basaloid sel.

- Susunan sel menjadi tidak teratur dan mebentuk tumor nest ( anak

tumor) yang berinfiltrasi.

WHO mengkasifikasikan SSC secara histologis menjadi :

1. Well differentiated ( Grade I) : yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana

sel-sel basaloid tersebut masih berdiferensiasi dengan baik membentuk

keratin ( keratin pearl).

2. Moderate differentiated ( Grade II) : yaitu proliferasi sel-sel tumor

dimana sebagian sel-sel basaloid tersebut masih menunjukkan

differensiasi, membentuk keratin.

3. Poorly differentiated ( Grade III) : Yaitu proliferasi sel-sel tumor

dimana seluruh sel-sel basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin,

sehingga sel sulit dikenali lagi.

b. Karsinoma sel basal ( Basal Cell Carsinoma / BCC)

Nama lain: Basalioma, ulkus roden. Dinamakan ulkus roden Karen

bentuknya seperti luka bekas gigitan binatang pengerat. Tumor ini diduga

beraasal dari lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut.

Karsinoma sel basal adalah suatu tumor kulit yang bersifat ganas, berasal

dari sel – sel epidermis dan apendiknya. Tumor ini berkembang lambat dan

tidak jarang/bermetastase. Keganasan pada karsinoma ini ialah keganasan

lokal (localized malignant) yaitu invasi ke tumor ke jaringan di bawah kulit

(sub kulit), fasia, otot, dan tulang yang umumnya tidak menyebabkan

kematian.

26

Page 27: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Predileksi kanker ini adalah daerah muka yang terpajan sinar matahari

(sinar UV). Daerah muka yang paling sering terkena ialah daerah antara dahi

dan sudut bibir, dari daerah ini 2/3 atas yang paling sering terkena.

Etiologi

Sampai saat ini masih belum diketahui pasti penyebabnya. Dari beberapa

penelitian menyatakan bahwa faktor predisposisi yang memegang peranan

penting karsinoma sel basal yaitu : faktor internal (umur, ras, genetik, dan

jenis kelamin) dan faktor eksternal (radiasi ultraviolet terutama UV B, radiasi

ionisasi, bahan – bahan karsinogenik misal arsen, zat – zat kimia hidrokarbon

polisiklik, trauma mekanis kulit seperti bekas vaksin, luka bakar, dan iritasi

kronis).

Patogenesis

Karsinoma sel basal dari epidermis dan adneksa (folikel rambut dan

kelenjar keringat) terjadi dengan didahului regenerasi dari kolagen yang sering

dijumpai pada orang yang sedikit pigmentnya dan sering mendapat paparan

sinar matahari sehingga nutrisi pada epidermis terganggu. Melanin berfungsi

sebagai penyerap energi yang dimana energi yang diserap akan menghilang

dalam bentuk panas. Jika energi masih terlalu besar daapat merusak sel dan

mematikan sel atau mengalami mutasi untuk selanjutnya menjadi sel kanker.

Gambaran klinis :

Umumnya terjadi pada kulit akibat terpapar sinar matahari yang

berlebihan.

Terutama pada orang yang berkulit terang atau putih.

Lokasinya pada bibir dan berkembang dari sel-sel basal

epidermis,terutama dari benih folikel rambut atau mukosa.

Lesi terlihat menonjol dengan bagian tengah lesi mengalami ulserasi.

Gambaran HPA :

- Tumor berkembang dari proliferasi sel-sel basal epitel atau dermis

membentuk basophilic atypical basaloid sel yangmelekat ke epidermis

atau protrusi ke permukaan.

27

Page 28: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

- Tumor nest membentuk lobulus-lobulus dimana basaloid layer

tersusun dari sel-sel berbentuk palisade dan di tengah lobulus terlihat

kistik space yang berisi material seperti material mukus.

- Di bagian tengah membentuk rongga kistik yang berisi material

seperti mukus, inti sel terlihat jelas, dan berwarna bashopilic

- Tanpa adanya diferensiasi menuju keratinisasi.

Terlihat proliferasi

basaloid sel

karsinoma protusi

ke permukaan,

tumor nest

membentuk lobul-

lobul yang

mempunyai basaloid

layer tersusun

rehuler oleh sel-sel yang berbentuk palisade (1) dan dibagian tengah membentuk

rongga kistik (2) yang berisi material seperti mucus, inti sel terlihat jelas dan

berwarna bashopilic (3) tanpa adanya diferensiasi menuju keratinisasi.

Berdasarkan gambaran histopatologis Lever (1993) membagi karsinoma

sel basal dalam dua golongan :

a) Berdiferensiasi

- Jenis Keratotik, disebut juga tipe pilar karena berdiferensiasi ke arah

rambut menunjukkan sel – sel parakeratotik dengan gambaran inti

yang memanjang dan sitoplasma agak eosinofilik dan dijumpai horn

cyst (kista keratin). Sel parakeratotik dapat membentuk susunan

konsentris atau mengeliling kista keratin.

- Jenis diferensiasi sebasea, dulu disebut bentuk kistik, merupakan

bentuk solid yang mengalami nekrobiosis. Tetapi, tidak terbukti secara

histokimia bahwa bentuk tersebut adalah diferensiasi kelenjar sebasea.

- Jenis adenoid, adanya gambaran struktur mirip kelenjar yang dibatasi

jaringan ikat. Kadang – kadang ditemukan lumen yang dikelilingi sel –

28

Page 29: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

sel bersekresi. Sel tersusun berhadapan, melingkari pulau – pulau

jaringan ikat sehingga tumor berbentuk seperti renda.

Dalam lumen dapat ditemukan semacam substansi koloid atau materi

granuler yang amorf. Akan tetapi, belum ada bukti aktivitas sel yang

bersifat sekretoris pada tepi lumen.

b) Tidak Berdiferensiasi

- Jenis solid, merupakan gambaran histopatologik yang banyak

ditemukan. Berupa pulau – pulau sel denga bentuk dan ukuran

bermacam – macam, terdiri dari sel – sle basaloid, dengan inti

basofilik yang bulat atau lonjong, sitoplasma sedikit, sel – sel pada tepi

massa tumor tersusun palisade. Bentuk solid ini juga dibagi menjadi

dua sub kelompok :

Sirkumskrip

•Tampak parenkim tumor dengan berbagai bentuk dan ukuran

pada dermis lebih dari 90% parenkim tumor berhubungan dengan

epidermis.

•Batas tepi tumor terdiri dari sel yang tersusun atas palisade

(sepert pagar), sedangakan sel di dalam tumor tidak beraturan.

•Kadang – kadang terjadi disintegrasi sel pada pusat tumor

sehingga terbentuk kista.

Infiltratif

•Disebut sebagai karsinoma sel basal yang agresif.

•Terdiri dari sel basaloid yang tersusun memanjang dengan

ketebalan hanya beberapa lapis dengan atau tanpa susunan

palisade pada tepinya.

•Tumor ini dapat mengadaka invasi dalam batas tumor tidak jelas,

sel dan inti sel bentuk dan ukurannya bervariasi.

Berdasarkan sifat pertumbuhan antara lain bentuk :

a) Noduler, kelompok sel tumor secara keselurhan memberi kesan berbatas

tegas dengan jaringan sekitar.

29

Page 30: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

b) Noduler infiltratif, pada bagian tengah tampak tonjolan tumor dengan tepi

menunjukkan pertumbuhan infiltratif kecil.

c) Infiltratif, jaringan tumor menunjukkan pertumbuhan infiltratif tidak

teratur.

- Sclerosing, stroma menunjukkan jaringan ikat padat terdiri dari serabut

kolagen dan elastin.

- Non sclerosing, kelompok sel tumor besar dengan jaringan ikat stroma

tidak begitu padat.

d) Multifokal, jaringan tumor berasal dari beberapa tempat pada epidermis.

2) Tumor Ganas Rongga Mulut Berasal dari Epitel Kelenjar Ludah

a. Karsinoma mukoepidermoid (Mucoepidermoid carsinoma)

Merupakan tumor kelenjar liur yang jarang ditemukan. Berdasarkan

namanya, tumor ini terdiri dari sel yang mensekresi mukud dan sel yang

menyerupai epithelial (epidermoid) dengan proporsi yang bervariasi.

Termasuk golongan tumor pleomorfik yang terdiri dari komponen sel yang

mensekresi mucus dan sel epidermoid. Banyaknya sel mucus

mempengaruhi tingkat keganasan tumor. Tumor ini diklasifikasi dalam

derajat keganasan rendah dan derajat keganasan tinggi.

Tipe tumor dengan derajat keganasan tinggi, biasanya tumbuh

cepat dan juga tidak ada rasa sakit. Bila mengenai kelenjar parotis, sering

menyebabkan paralisis saraf muka. Tidak berkapsul, cenderung

menginfiltrasi jaringan sekitar, kebanyakan bermetastasis ke kelenjar limfe

regional, dapat juga ke tempat jauh seperti paru, tulang, otak, dan jaringan

dibawah kulit. Secara mikroskopis, lebih banyak ditemukan sel

epithelial/epidermoid.

Mikroskopis

Sering terlihat sel mucus meliputi rongga kista yang sering terbentuk

dalam tumor. Sebagian dinding sel kista mengalami metaplasia skuamosa.

Dalam rongga kista sering ditemukan musin. Sel epidermoid adalah sel

kelenjar liur yang biasanya berbentuk gepeng seperti sel epitel mukosa.

30

Page 31: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Sel-sel ini membentuk struktur seperti duktus kelenjar atau membentuk

pulau-pulau sel dengan inti hiperkromatik dan pleomorfik. Mitosis jarang

terlihat. Sering dijumpai pembentukan keratin dalam tumor.

Karsinoma

mukoepidermoid.

(dikutip dari Penuntun

Praktikum Patologi

Anatomi, 2001)

b. Karsinoma adenoid kistik (Adenod cystic carsinoma)

Nama lain: silindroma. Merupakan suatu bentuk adeno-karsinoma kelenjar

liur. Predileksi tempat pada kelenjar liur mayor sublingualis, submaksilaris

(submandibularis), parotis, kelenjar liur minor pada palatum dan lidah.

Predileksi umur 40-60 tahun.

Makroskopis

Tumor ini biasanya kecil, hamper tidak bersimpai, infiltrative.

Mikroskopis

Gambaran mikrosopis tumor ini bervariasi. Yang penting adalah

membedakan tumor ini dengan tumor kelenjar liur jinak. Tumor terdiri

atas sel-sel kecil seragam, hiperkromatik menyerupai sel basal, tersusun

dalam bentuk benang-benang yang saling berangkai membentuk gambaran

seperti sarang tawon (honey comb).

31

Page 32: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Adenoid kistik karsinoma dengan sel-sel

tumor yang hiperkromatik

(dikutip dari Penuntun Praktikum

Patologi Anatomi, 2001)

c. Karsinoma Sel Asinar (Acinic cell carsinoma)

Gambaran klinis

Karsinoma sel asinar merupakan

suatu tumor ganas kelenjar ludah

yang jarang terjadi. Kadang-kadang ditemukan pada kelenjar ludah lainnya

selain kelenjar ludah parotis dan umumnya laki-laki muda antara umur 20-

30 tahun. Tumor ini berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang

membentuk massa bulat, dengan diameter kurang dari 3 cm.

Gambaran mikroskopis

Tumor berisi sel-sel asinar yang seragam dengan nucleus kecil berada di

sentral denagn sitoplasma yang basofilik dan padat mirip sel-sel

sekretorius (asinar) dari kelenjar ludah normal. Tumor ini dapat

bermetastasis ke limfonodi regional.

Gambaran histopatologis sel karsinoma sel asinar. (A) menunjukkan proliferasi

sel-sel asinar berinfiltrasi hingga ke bawah mukosa karena tumor ini tidak

berkapsul. Sel-sel tumor berkelompok atau soliter dalam suatu stroma jaringan

hyaline. (B) struktur seperti lobus kelenjar ludah. (1) dengan inti sel asinar yang

32

Page 33: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

bulat, uniform, tersususn tidak teratur (2) dengan sitoplasma yang basofilik dan

bergranul (3).

(dikutip dari Patologi Mulut Tumor Neoplastik & Noneoplastik Rongga Mulut,

2008 Oleh Mei Syafriadi)

3) Tumor Ganas Rongga Mulut dari Sel-sel Pembentuk Gigi

a. Malignant Ameloblastoma

Ameloblastoma mungkin berasal dari:

1. Sisa epitel enamel organ, sisa dental lamina, sisa selubung hertwig,

ataupun dari sisa epitel malassez.

2. Epitel dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous.

3. Epitel heterotopik dari bagian tubuh lain, terutama kelenjar hipofisis.

4. Sel basal dari permukaan epitel yang membentuk rahang.

Ada beberapa tipe ameloblastoma, tapi yang paling sering dijumpai yaitu

tipe filkuler dan pleksiform. Seringkali gambaran histologisnya merupakan

campuran kedua tipe ini.

Etiologi

Hanya sedikit sekali diketahui tentang penyebab ameloblastoma. Dikenal

beberapa factor penunjang, yaitu infeksi rongga mulut, pencabutan gigi,

trauma pada gigi atau rahang.

Gambaran klinis

Timbul sebagai kelainan yang menyerupai kerusakan bagian sentral

tulang, tumbuh lambat, cenderung meluas ke jaringan sekitarnya, sering

rekuren, karena itu dinamakan tumor ganas local.

Mikroskopis

Terlihat gambaran histology campuran tipe folikulrr dan tipe pleksiform.

Pada tipe folikular, terlihat sel-sel tumor berbentuk pulau-pulau epitel

odontogenik, berbentuk folikel dalam stroma jaringan ikat. Di bagian

sentral dari pulau epitel ini ditemukan degenerasi miksomatosa dengan sel

sentral dari pulau epithel ini ditemukan degenerasi miksomatosa dengan

sel berbentuk bintang (stellate), sehingga gambarannya seperti stelat

reticulum gigi. Dapat pula ditemukan degenerasi kistik, sehingga terdapat

33

Page 34: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

rongga-rongga kosong antar massa sel tumor. Pada tipe pleksiform, epitel

odontogenik membentuk struktur seperti benang yang saling berantai,

dengan bagian sentralnya mengandung sel bintang, sehingga gambarannya

seperti stellate reticulum gigi. Bila terjadi metaplasia skuamosa dari sel

bintang ini, maka tipe ini dinamakan ameloblastoma tipe akantolitik. Pada

stroma juga dijumpai pembuluh darah dan sebukan sel radang kronis.

Ameloblastoma tipe campuran folikular

dan pleksiform.

(dikutip dari Penuntun Praktikum

Patologi Anatomi, 2001)

(

4) Tumor Ganas Rongga Mulut dari Jaringan Ikat Mesenkim

a. Fibrosarcoma

Fibrosarkoma merupakan tumor ganas jaringan ikat fibrosa. Sarkoma

adalah tumor ganas jaringan mesenkim, missal limfosarkoma,

osteosarkoma, kondrosarkoma.Gejala klinisnya ialah pembengkakan yang

sakit dan gigi goyang.

Predileksi tempat : dapat terjadi dimana saja dalam rongga mulut.

Lebih sering pada jaringan ikat fibrosa rahang bawah disbanding di

maksila. Tumor pada rahang biasanya berasal dari jaringan periosteum

34

Page 35: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

atau endosteum. Laki-laki lebih sering dibanding wanita dan terjadi pada

semua umur .

Gambaran fibrosarkoma biasanya sangat seluler sehingga kadang-

kadang stroma tumor tidak dapat dibedakan lagi. Sel tumor menyebar

secara merata. Sel tumor terdiri dari fibroblast yang sudah berubaj menjadi

sel pleomorik, hiperkromatik. Mitosis sering ditemukan.

Sel tumor berbentuk mesoblastik,menyebar atau tidak membentuk

sarang-sarang sel,dengan inti hiperkromatik dan pleomorfik.Stroma

terdiri dari jaringan ikat

Sel-sel atipik umumnya membesar (sel bizarre).

Susunan sel menjadi tidak teratur,beberapa tempat masih dapat di

piahkan oleh bentukan berkas-berkas.

Fibrosarkoma mempunyai bermacam-macam gradasi sesuai

histopatologi yang ditemukan. Dibedakan jinak, ganas gradasi rendah dan

gradasi tinggi. Grade histologinya didasari maturitas sel, figure mitosis,

jumlah kolagen yang diproduksi sel tumor dan nekrosis.

Fibrosarkoma differensiasi baik ditandai sel-sel spindle seragam dan

tersusun rapi, tidak banyak intinya hiperkromatik dan penuh kolagen yang

bervariasi. Pada beberapa kasus sel-sel membentuk pola herringbone.

Kasus lain, sel-sel terpisahkan oleh serat kolagen yang tebal menyerupai

kawat.

Proliferasi sel-sel spindle

yang membentuk

gambaran Herringbone

(dikutip dari buku Atlas of

Pathology 2004)

Fibrosarkoma differensiasi jelek ditandai sel-sel tumor yang kecil dan

bulat, berdekatan, tidak beraturan, kurang serat kolagen. Banyak terlihat

35

Page 36: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

sel-selnya yang mitosis, pola herringbone tidak terlihat dan ada daerah

nekrosis dan perdarahan.

Peningkatan mitosis sel pada high grade

(dikutip dari buku Atlas of Pathology 2004

oleh Danciu M)

Sistem staging yang

sering digunakan, adalah

Musculoskeletal Tumor

Society dan American Joint

Committee on Cancer. Kedua sistem itu melibatkan histology, gradasi,

lokasi tumor, ada / tidaknya metastasis, ukuran dan kedalaman lokasi

tumor.

b. Liposarcoma

Liposarkoma adalah tumor ganas atau kanker pada jaringan lemak, yang

biasanya dicirikan oleh adanya diferensiasi abortif sel – sel menjadi liposit

(Behrman, 1992 : 30). Etiologinya belim diketahui secara jelas.

Gejala klinis

Biasanya muncul sebagai massa yang tumbuh secara perlahan-lahan tanpa

rasa sakit, namun pada beberapa kasus tumbuh pesat dan menjadi ulserasi.

Terjadi di daerah leher, pipi, bibir dan palatum lunak.

Dapat berkembang pada setiap usia, tetapi kebanyakan kasus terjadi pada

kelompok umur setengah baya, dengan usia rata-rata 45 tahun.

Memperbesar perlahan, tanpa rasa sakit, permukaan massa lembut tanpa

ulserasi atau      perdarahan.

Bermetastasis

Kadang kasus tumbuh dengan kecepatan yang mengkhawatirkan

Gambaran HPA

Lesi luas terdiri dari seprai dan berkas adipocytes admixed

Tampak sedikit lipoblasts

36

Page 37: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Dipisahkan oleh septa fibrosa yang

mengandung sel-sel gelendong

dengan init hyperchromatic dan agak

pleomorphic

Kadang tampak Signet-sel ring

Serat kolagen tampak longgar kadang

cukup padat.

c. Osteosarcoma

Merupakan tumor primer jaringan mesensim embentuk tulang yang paling

ganas. Sering bermetastasis secara hematogen ke paru-paru. Predileksi

umur biasanya pada usia decade ke2-3, jarang diatas 50 tahun, kecuali

pada penderita penyakit paget.

Ada dua bentuk osteosarcoma:

1. Tipe osteoblastik/sklerosing: pada gambaran radiografis member

gambaran “sun ray”.

2. Tipe osteolitik: lebih banyak penghancuran tulang dibanding

pembentukan.

Gejala klinis

Terlihat sebagai pembengkakan yang tumbuh cepat, sakit, kesemutan pada

bibir dan dagu karena tertekannya saraf alveolaris inferior, terbatasnya

pergerakan, gigi goyang dan malposisi. Pada rahang atas dapat terjadi

obstruksi nasal dan tertekannya mata. Ulserasi pada kulit dan mukosa

mulut terjadi pada fase lanjut.

Mikroskopis

Gambaran histology osteosarcoma sangat bervariasi.Sediaan menunjukkan

sel ganas yang sarkomatous, dengan pembentukan tulang atau jaringan

osteoid. Terlihat sel osteoblas dengan bentuk bervariasi, berbentuk spindle

atau polyhedral, inti hiperkromatik dan pleomorfik. Kadang-kadang

mengandung tulang rawan. Pada tipe osteolitik, biasanya osteosarkoma

mengandung sel datia tumor dan banyak gambaran mitosis.

37

Page 38: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Osteosarcoma

(dikutip dari Penuntun

Praktikum Patologi Anatomi,

2001)

d. Chondrosarcoma

Chondrosarkoma ialah tumor ganas dengan ciri khas pembentukan

jaringan tulang rawan oleh sel-sel tumor dan merupakan tumor ganas tulang

primer terbanyak kedua setelah osteosarkoma. Chondrosarkoma merupakan

tumor tulang yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) anaplastik yang

berkembang menjadi ganas. Chondrosarkoma biasanya ditemukan pada

daerah tulang femur, humerus, kosta dan bagian permukaan pelvis. Tumor ini

memiliki banyak ciri dan bentuk perkembangan. Dari pertumbuhan yang

lambat hingga pertumbuhan metastasis yang agresif.

Chondrosarkoma dapat dibagi menjadi Chondrosarkoma primer dan

sekunder. Untuk keganasan yang berasal dari kartilago itu sendiri disebut

Chondrosarkoma primer. Sedangkan apabila merupakan bentuk degenerasi

keganasan dari penyakit lain seperti enkondroma, osteokondroma dan

kondroblastoma disebut Chondrosarkoma sekunder. Chondrosarkoma

sekunder kurang ganas dibandingkan Chondrosarkoma primer.

Chondrosarkoma dapat diklasifikasi menjadi tumor sentral atau perifer

berdasarkan lokasinya di tulang.

Etiologi

Etiologi Chondrosarkoma masih belum diketahui secara pasti. Informasi

etiologi Chondrosarkoma masih sangat minimal. Namun berdasarkan

penelitian yang terus berkembang didapatkan bahwa Chondrosarkoma

berhubungan dengan tumor-tumor tulang jinak seperti enkondroma atau

38

Page 39: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

osteokondroma sangat besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi

Chondrosarkoma. Tumor ini dapat juga terjadi akibat efek samping dari terapi

radiasi untuk terapi kanker selain bentuk kanker primer. Selain itu, pasien

dengan sindrom enkondromatosis seperti Ollier disease dan Maffucci

syndrome, beresiko tinggi untuk terkena Chondrosarkoma.

Patofisiologi

Patofisiologi Chondrosarkoma primer maupun sekunder adalah

terbentuknya kartilago oleh sel-sel tumor tanpa disertai osteogenesis. Sel

tumor hanya memproduksi kartilago hialin yang mengakibatkan abnormalitas

pertumbuhan tulang dan kartilago. Secara fisiologis, kondrosit yang mati

dibersihkan oleh osteoklas kemudian daerah yang kosong itu, diinvasi oleh

osteoblas-osteoblas yang melakukan proses osifikasi. Proses osifikasi ini

menyebabkan diafisis bertambah panjang dan lempeng epifisis kembali ke

ketebalan semula. Seharusnya kartilago yang diganti oleh tulang di ujung

diafisis lempeng memiliki ketebalan yang setara dengan pertumbuhan

kartilago baru di ujung epifisis lempeng. Namun pada Chondrosarkoma proses

osteogenesis tidak terjadi, sel-sel kartilago menjadi ganas dan menyebabkan

abnormalitas penonjolan tulang, dengan berbagai variasi ukuran dan lokasi.

Proses keganasan kondrosit dapat berasal dari perifer atau sentral. Apabila

lesi awal dari kanalis intramedular, di dalam tulang itu sendiri dinamakan

Chondrosarkoma sentral sedangkan Chondrosarkoma perifer apabila lesi dari

permukaan tulang seperti kortikal dan periosteal.Tumor kemudian tumbuh

membesar dan mengikis korteks sehingga menimbulkan reaksi periosteal pada

formasi tulang baru dan soft tissue.

Gejala Klinis

Berikut adalah gejala yang bisa ditemukan pada Chondrosarkoma:

1. Nyeri, merupakan gejala yang paling banyak ditemukan. Sekitar 75%

pasien Chondrosarkoma merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan

tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa

nyeri yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan.

39

Page 40: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Nyeri berlangsung lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat

nyeri tidak menghilang. Nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis.

2. Pembengkakan, biasanya ditemukan pembengkakan lokal.

3. Massa yang teraba, diakibatkan penonjolan tulang.

4. Frekuensi miksi meningkat

Penentuan Grade dan Stage dari Chondrosarkoma

Grade(G) dilihat dari agresif tidaknya tumor tersebut. Disebut grade

rendah (G1) apabila jinak dan grade tinggi (G2) bila agresif.Penilaian grade

Chondrosarkoma dapat juga melalui pemeriksaan mikroskopis Pada grade

rendah biasanya sel tumor masih mirip dengan sel normal dan

pertumbuhannya lambat serta kemungkinan metastase sangat kecil.Pada grade

tinggi, sel tumor tampak abnormal dengan pertumbuhan dan kemampuan

metastase yang sangat cepat.Kebanyakan Chondrosarkoma itu berada pada

grade rendah. Grade tinggi Chondrosarkoma lebih sering akibat rekurensi dan

metastase ke bagian tubuh yang lain. Yang termasuk grade rendah adalah

Chondrosarkoma sekunder sedangkan yang termasuk grade tinggi adalah

Chondrosarkoma primer.Tujuan penentuan stage ialah mendeskripsikan

ukuran dan mengetahui apakah sel tumor ini telah bermetastase di luar lokasi

aslinya.

Gambaran HPA

Adanya sel tulang rawan primitive yang menimbulkan kerusakan jaringan

tulang sekitarnya. Tumor mengandung jaringan mesenkim yang malignan

yang memproduksi sel tulang rawan abnormal.

Chondrosarcoma, Terlihat sel tumor dengan

inti besar, pleomorfik, dan hiperkromatik

f. Angiosarcoma

40

Page 41: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

Angiosarkoma adalah kanker yang jarang, yang berasal dari pembuluh

darah di hati. Angiosarkoma bisa disebabkan oleh pemaparan vinil

klorida .Angiosarkoma (hemangioedothelioma) tulang sangat jarang

ditemukan. Lesi pada kelainan ini merupakan lesi multiple pada satu tulang,

kemudian dengan sangat cepat akanmetastasis ke tulang sekitarnya atau

menuju ke paru. Terutama pada tulang panjang pada diafisis tulang.

Gejala klinis:

Jarang terjadi di mulut, tumor telihat sebagai massa daging yang

terulserasi, warna merah atau keunguan.

Bentuk lesi tidak khas

Mudah terbentuk anak sebar yang luas dengan prognosa yang sangat

buruk.

Nyeri yang berat pada bagian diafisis tulang terutama tulang ekstremitas

bawah.

Gambaran HPA :

Tumor anaplastik dengan tipe sel yang tidak teratur tetapi dengan

pembentukan beberapa pembuluh darah.

Radiologi:

Terdapat gambaran lesi pada mid-diafisis ataupun ipsilateral tulang dan

pada bagian kontralateral dari lesi yang pertama. CT Scan thorak

menunjukkan nodule pada paru, jika dilakukan biopsy akan ditegakkan

diagnosis angiosarkoma derajat tinggi.

g. Malignant melanoma

Malignant melanoma adalah tumor ganas yang biasanya dimulai dari kulit,

baik pada tahi lalat (nevus pimentosis) maupun kulit normal. Melanoma

memiliki tingkat keganasan yang sama dengan kanker payudara dan kanker

usus besar, tetapi melanoma lebih mudah dideteksi dan mudah didiagnosa

pada tahap awal ketika masih mudah untuk disembuhkan. Melanoma

merupakan kanker yang berasal dari sel pigmen atau sel warna, disebut sel

melanosit, yang terletak dilapisan paling atas permukaan kulit yang disebut

41

Page 42: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

epidermis. Melanosit tersebut menghasilkan pigmen kulit yang disebut

melanin. Sel-sel melanosit juga berperan dalam pembentukan tahi lalat (nevus

pigmentosis) dan binti-bintik pada kulit.

Melanoma yang terdeteksi dan diperlakukan lebih awal akan mudah

disembuhkan dengan operasi kecil. Suatu melanoma yang tumbuh kebawah

kedalam lapisan yang lebih dalam dari kulit yaitu dermis dapat

memungkinkan sel-sel tersebut masuk ke organ lain. Proses ini dapat

mengakibatkan penyembuhan sulit dilakukan. Sebagian besar melanoma dapat

disembuhkan, walaupun sebagian lainnya dapat menyebar ke organ lain.

Melanoma juga bisa terjadi pada mata, usus, genital atau mulut. Namun sangat

jarang terjadi.

Melanoma disebabkan karena terpaparnya radiasi UV dari sinar matahari.

Dan seseorang yang memiliki akumulasi paparan sinar matahari secara terus

menerus dapat meningkatkan terjadinya resiko melanoma yang lebih tinggi.

Tipe-tipe melanoma:

1. Superficial Spreading Melanoma adalah tipe melanoma yang biasanya

sering terjadi. Tipe ini lebih cenderung tersebar di seluruh permukaan kulit

sebelum mereka menyebar lebih dalam kedalam kulit.

2. Nodular, melanoma memiliki variasi warna dan cenderung tumbuh

kedalam lapisan kulit lebih dalam dengan cepat. Dan membentuk sebuah

benjolan pada kulit.

3. Acral Lentiginous, melanoma pada umumnya ditemukan pada telapak

tangan, telapak kaki dan dibawah kuku.

4. LentigoMaligna, melanoma muncul di bagian kuiat yang sering terpapar

oleh sinar matahari seperti muka atau tubuh bagian atas. Tipe ini biasanya

tumbuh dengan lambat dan dapat bertahun-tahun untuk berkembang.

5. Amelanotic Melanoma, dapat berwarna merah muda, merah, coklat muda,

dan abu-abu pada tepinya. Ini adalah bentukan melanoma dimana sel-sel

ganas tidak membentuk pigmen gelap melanin.

42

Page 43: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Kulit terdiri dari epidermis dan dermis. Epidermis adalah epitel

berlapis gepeng tersusun atas banyak lapisan sel yang disebut

keratinosit. Dermis merupakan struktur pendukung jaringan

penyambung yang terdiri atas kolagen dan berkas elastic didalamnya

terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe yang mengandung sel

imuno kompeten seperti makrofag, sel mast dan limfosit.

Rongga mulut dilapisi epitel gepeng berlapis (stratified squamous

epithelium). Epitel mukosa mulut terdiri dari stratum basal, stratum

spinosum, stratum granulosum, stratum korneum. Dibawah epitel

terdapat sel basal dan lamina propria.

2. Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang

abnormal dan tidak dapat di control oleh tubuh. Neoplasia jinak adalah

pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir,

berkapsul, dan tidak termetasia (tersebar). Sedangkan, neoplasia ganas

adalah tumor yang tumbuhnya cepat, lalu infiltrasi ke jaringan

sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lainnya (metastase).

3. Kanker dapat disebabkan oleh kelainan congenital, Bahan karsinogen,

Ko-Karsinogen, dan factor lain seperti lingkungan dan Karsinogen

Industri, dan faktor Sosio Ekonomi.

43

Page 44: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

4. Sel normal memiliki siklus sel yang dipengaruhi supresor gen dan

protoonkogen. Supresor gen merupakan gen yang menghambat

proliferasi sel sedangkan protoonkogen adalah gen yang memicu

proliferasi gen. Apabila gen-gen tersebut termutasi oleh bahan-bahan

karsinogenik maka ada dua kemungkinan yang terjadi. Kemungkinan

yang pertama adalah kerusakan DNA tersebut dapat diperbaiki melalui

proses perbaikan DNA dan kemungkinan kedua adalah proses

perbaikan DNA tidak sukses. Apabila proses perbaikan DNA tidak

sukses menyebabkan peningkatan pertumbuhan sel yang tidak

terkontrol. Pertumbuhan sel yang tidak terkontrol inilah yang

menyebabkan terjadinya neoplasia ganas.

5. Penyebaran tumor ganas dapat terjadi secara local, non- local dan

hematogen. Penyebaran secara local yaitu sel-sel kanker menyebar ke

jaringan atau organ disekitar tempat kanker itu semula tumbuh. Non-

local yaitu sel-sel kanker menyebar secara limfogen dan tumbuh di

kelenjar limfe yang berdekatan dengan letak tumor primer. Sedangkan

penyebaran secara hematogen yaitu penyebaran sel-sel kanker ke

organ yang terletak jauh dari lokasi tumor ganas awal.

6. Macam-macam tumor ganas rongga mulut: berasal dari epitel mukosa

(karsinoma sel squamous dan karsinoma sel basl), berasal dari epitel

kelenjar ludah (karsinoma mukoepidermoid, karsinoma adenoid kistik,

dan karsinoma sel asinar), berasal dari sel pembentuk gigi (malignant

ameloblastoma), dan berasal dari jaringan ikat mesenkim

(fibrosarkoma, liposarkoma, osteosarkoma, chondrosarkoma,

angiosarkoma dan malignant melanoma).

44

Page 45: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

DAFTAR PUSTAKA

Avery, James K, Pauline F. Steele dan Nancy Avery. 2002. Oral Development

and Histology. Thieme

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.5th

ed.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

Fawcett, Don W. 2002. Buku Ajar Histology. Jakarta: EGC

Gayford,J.J. & Haskell. 1993. Penyakit Mulut ( Clinical Oral Medicine). Alih

Bahasa : drg. Lilian Yuwono. Jakarta : EGC.

J.Jeyaratnam dan David Koh. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja.

Jakarta:EGC.

Partogi, D. 2008. Karsinoma Sel Skuamosa. USU Repository.

Robbins, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi edisi 7. Jakarta: EGC

Sloane Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Sudiono, Janti. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mulut.

Jakarta: EGC.

Sukardja, I Dewa Gede. 2000. Onkologi Klinik. Surabaya: Airlangga University

Press

Syafriadi, Mei drg. 2008. Patologi Mulut, Tumor Neoplastik & Non Neoplastik

Rongga Mulut. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest SA, Paller AS, Leffel DJ.Fitzpatrick’s. 2008.

Dermatology in General Medicine.7th ed. New York : Mc Graw Hill.

45

Page 46: Laporan tutorial 6 (Repaired).doc

46