laporan studi kelayakan atas rencana penambahan kegiatan

67
PT PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE Tbk. Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi SEPTEMBER 2018 KJPP SATRIA ISKANDAR SETIAWAN DAN REKAN Penilaian Properti, Penilaian Bisnis & Jasa Konsultan Nomor Izin Usaha : 2.14.00124 – KMK No. 790/KMK.1/2014 Wilayah Kerja : Negara Republik Indonesia Kantor Pusat : Jalan Anggrek Neli Murni B/10, Slipi, Jakarta Barat 11480, T: (021) 5308378 F : (021) 5301650 Kantor Cabang : Surabaya (P), Banjarmasin (PS), Makassar (PS), Manado (P), Semarang (PS) Denpasar (PS), Karanganyar (PS), Balikpapan (PS), Samarinda (P), Kendari (PS), Malang (PS)

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

PT PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE Tbk.

Laporan Studi Kelayakan

Atas Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Industri

Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan

Pribadi

SEPTEMBER 2018

KJPP SATRIA ISKANDAR SETIAWAN DAN REKAN Penilaian Properti, Penilaian Bisnis & Jasa Konsultan

Nomor Izin Usaha : 2.14.00124 – KMK No. 790/KMK.1/2014 Wilayah Kerja : Negara Republik Indonesia

Kantor Pusat : Jalan Anggrek Neli Murni B/10, Slipi, Jakarta Barat 11480, T: (021) 5308378 F : (021) 5301650

Kantor Cabang : Surabaya (P), Banjarmasin (PS), Makassar (PS), Manado (P), Semarang (PS) Denpasar (PS), Karanganyar (PS), Balikpapan (PS), Samarinda (P), Kendari (PS), Malang (PS)

Page 2: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Kantor Pusat : Jalan Anggrek Nelimurni B/10, Slipi, Jakarta Barat 11480 T : (021) 5308378 F : (021) 5301650 Kantor Cabang : Surabaya (P), Banjarmasin (PS), Makassar (PS), Manado (P), Semarang (PS), Denpasar (PS) Karanganyar (PS), Samarinda (P), Balikpapan (PS), Kendari (PS), Malang (PS)

www.kjpp-sisco.com

Jakarta, 20 September 2018 No. : R-BJL/SISCO-JKT/KP/SET/200918.01

Kepada Yth, Direksi, Komisaris & Pemegang Saham PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Gedung Tatapuri Lt. 3A Jl. Tanjung Karang No. 3-4A Jakarta 10230

Perihal: Laporan Studi Kelayakan atas Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi

Dengan Hormat,

PENDAHULUAN

Sesuai dengan Proposal Penawaran yang sekaligus berlaku sebagai Kontrak Penugasan dengan No. P-BJL/SISCO-JKT/KP/SET/300718.01 tanggal 30 Juli 2018, PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (“Perseroan” atau “PAI”) yang bergerak di bidang industri alas kaki meliputi produksi dan pemasaran sepatu jenis sports/casual ke pasar lokal dan internasional, berkedudukan di Gedung Tatapuri Lt. 3A, Jl. Tanjung Karang No. 3-4A, Jakarta 10230, No. Telepon 021-3148331, 021-3913640, No. Faksimili 021-3148317, Website www.primarindo.co.id, telah menunjuk KJPP Satria Iskandar Setiawan dan Rekan (“SISCO”) yang memiliki izin usaha dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia No. 2.14.00124 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 79/KM.1/2014 tanggal 28 Oktober 2014 dan terdaftar sebagai profesi penunjang pasar modal di Otoritas Jasa Keuangan (“OJK”) - d/h Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), dengan Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal STTD.PPB-15/PM.2/2018, sebagai Penilai Independen untuk menyusun Laporan Studi Kelayakan atas Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi, yaitu berupa Produk Tas (Travelling Goods); untuk selanjutnya disebut (“Studi Kelayakan”), per tanggal penilaian 30 Juni 2018.

STATUS PENILAI

Penyusunan Studi Kelayakan ini dilakukan oleh SISCO, dimana SISCO merupakan penilai eksternal dan bukan karyawan/manajemen dari Pemberi Tugas ataupun Objek Penilaian.

SISCO tidak memiliki keterlibatan material atau benturan kepentingan baik aktual maupun potensial dengan Objek Penilaian dan/atau Pemilik.

Penilai memiliki kompetensi dalam melakukan penyusunan Studi Kelayakan ini dan dapat memberikan penilaian obyektif serta tidak memihak.

TANGGAL PENILAIAN (CUT OFF DATE)

Tanggal Penilaian dalam Laporan Studi Kelayakan ini adalah per 30 Juni 2018.

IDENTITAS PEMBERI TUGAS

Nama : PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Bidang Usaha : Industri alas kaki meliputi produksi dan pemasaran sepatu jenis

sports/casual ke pasar lokal dan internasional Alamat : Gedung Tatapuri Lt. 3A Jl. Tanjung Karang No. 3-4A Jakarta 10230 No.Telepon/Fax : 021-3148331, 021-3913640 / 021-3148317 E-mail : [email protected]

Page 3: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk ii

MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN

Studi Kelayakan ini dibuat untuk mengetahui kelayakan usaha sehubungan dengan rencana penambahan kegiatan usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi, sehingga kegiatan usaha Perseroan bertambah menjadi Industri Alas Kaki (Perdagangan Besar Alas Kaki) dan Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi, serta sebagai syarat pemenuhan atas Peraturan Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan) No. KEP-614/BL/2011 tanggal 28 November 2011 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama (“Peraturan No. IX.E.2”), dan bukan untuk kepentingan perbankan ataupun kepentingan lainnya.

DATA DAN INFORMASI YANG DIGUNAKAN

Dalam rangka melakukan Studi Kelayakan ini, SISCO telah mempelajari, menganalisa dan mempertimbangkan informasi sebagai berikut:

1. Proyeksi Keuangan untuk Divisi Tas tahun 2018-2027, yang disediakan oleh manajemen PAI,

2. Copy Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 7 tanggal 1 Juli 1988, dihadapan Notaris Nanny Sukarja, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2-9967-HT.01.01.TH.88 tanggal 31 Oktober 1988;

3. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perseroan No. 17 tanggal 17 Juni 1997, dihadapan notaris Nanny Sukarja, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2-8.954 HT.01.04.TH.97 tanggal 3 September 1997;

4. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perseroan No. 31 tanggal 14 Agustus 2008, dihadapan notaris Tien Norman Lubis, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. AHU-68181.AH.01.02.Tahun.2008 TH.97 tanggal 23 September 2008;

5. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk No. 39 tanggal 10-06-2015, dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU.09387788.AH.01.02. TAHUN.2015 tanggal 06 Juli 2015;

6. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk, No. 173 tanggal 29 Juni 2016 dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU.AH.01.03.0067003 tanggal 27 Juli 2016;

7. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk, No. 174 tanggal 29 Juni 2016 dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU.AH.01.03.0067131 tanggal 27 Juli 2016;

8. Copy Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk, No. 133 Tanggal 15-11-2017 dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH dan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan No. AHU-AH.01.03-0199468 tanggal 11 Desember 2017;

9. Copy Laporan Keuangan Audit Periode 30 Juni 2018 No. 026/SK/KA/L/IX/2018 dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih;

10. Copy Laporan Keuangan Audit Tahun 2017 No. 006/SK/KA/L/III/2018 dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih;

11. Copy Laporan Keuangan Audit Tahun 2016 No. 005/SK/KA/L/III/2017 dari KAP Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih;

12. Copy Laporan Keuangan Audit Tahun 2015 No. 002/SK/KA/L/III/2016 dari KAP Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih;

13. Copy Laporan Keuangan Audit Tahun 2014 No. 12/AFR-A/III/2015 dari KAP AF.Rachman & Soetjipto WS;

14. Copy Laporan Keuangan Audit Tahun 2013 No. 16/AFR-A/III/2014 dari KAP AF.Rachman & Soetjipto WS;

Page 4: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk iii

15. Copy Surat Angka Pengenal Importir – Produsen (API-P) No. 090202709-P tanggal 1 Februari 2016;

16. Copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar No. 401/24.1PB.7/31.71/ -1.824.27/e/2016 tanggal 03 Oktober 2016 dengan masa berlaku sampai tanggal 03 Oktober 2021;

17. Copy Keputusan Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 123/T/INDUSTRI/1999 tanggal 16 MAR 1999 tentang Pemberian Izin Perluasan;

18. Copy Surat Izin Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung No. 0569/IG/III/2016/BPPT tanggal 16 Maret 2016 tentang Izin Gangguan;

19. Economic Viability Report, Pinghu TCH Travel Product Co., Ltd., tanggal 15 Maret 2018;

20. Representation Letter No. 386/PAI-Dir/IX/2018 tanggal 17 September 2018 yang telah disiapkan manajemen Perseroan kepada SISCO, sehubungan dengan Penugasan Penilaian Studi Kelayakan atas Penambahan Usaha PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk.,

21. Wawancara dan diskusi dengan manajemen yakni dengan Ibu Yati Nurhayati (Direktur) sehubungan dengan penyusunan Studi Kelayakan ini,

22. Data dan informasi ekonomi dan industri yang dikeluarkan oleh pihak ketiga, serta berbagai sumber informasi baik berdasarkan media cetak dan elektronik dan hasil analisis lain yang SISCO anggap relevan.

PROSEDUR ANALISIS STUDI KELAYAKAN

Dalam menyusun Studi Kelayakan ini, analisis dilakukan berdasarkan Peraturan Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan) No. KEP-196/BL/2012 tanggal 19 April 2012 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal (“Peraturan No. VIII.C.3”), Standar Penilaian Indonesia (SPI) Edisi VI 2015 yang disusun oleh Masyarakat Penilai Indonesia (MAPPI) dengan memperhatikan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI), dan peraturan yang terkait. Yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Kajian Kelayakan Pasar, 2. Kajian Kelayakan Teknis, 3. Kajian Kelayakan Pola Bisnis, 4. Kajian Kelayakan Model Manajemen, dan 5. Kajian Kelayakan Keuangan.

INDEPENDENSI PENILAI

Dalam mempersiapkan Laporan Studi Kelayakan, SISCO telah bertindak secara independen tanpa adanya konflik dan tidak terafiliasi dengan Perseroan, ataupun pihak yang terafiliasi dengan perusahaan tersebut. SISCO juga tidak mempunyai kepentingan atau keuntungan pribadi berkaitan dengan penugasan ini. Selanjutnya, Laporan Studi Kelayakan ini tidak dilakukan untuk memberikan keuntungan atau merugikan pada pihak manapun. Imbalan yang SISCO terima adalah sama sekali tidak dipengaruhi oleh indikasi nilai yang dihasilkan dari proses analisa penilaian ini dan SISCO hanya menerima imbalan sesuai yang tercantum pada Proposal Penawaran yang sekaligus berlaku sebagai Kontrak Penugasan No. P-BJL/SISCO-JKT/KP/SET/300718.01 tanggal 30 Juli 2018.

Page 5: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk iv

RUANG LINGKUP PENUGASAN

Ruang Lingkup penugasan kepada SISCO adalah sesuai dengan tujuan dari Studi Kelayakan ini, yaitu untuk melakukan kajian atau analisis kelayakan sehubungan rencana penambahan kegiatan usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi. Maka Lingkup Penyusunan Studi Kelayakan ini meliputi antara lain:

1. Identifikasi masalah, 2. Analisis pendahuluan dan pengumpulan data, 3. Investigasi dan Interview dengan manajemen, 4. Penyusunan laporan, 5. Draft laporan dan diskusi manajemen, dan 6. Pelaporan Studi Kelayakan.

ASUMSI DAN KONDISI PEMBATAS

Asumsi dan Kondisi Pembatas yang digunakan pada Laporan Studi Kelayakan ini adalah:

a. Laporan Studi Kelayakan ini bersifat non-disclaimer opinion. b. SISCO telah melakukan penelaahan atas dokumen-dokumen yang digunakan dalam proses

penyusunan Laporan Studi Kelayakan. c. Data dan informasi yang diperoleh berasal dari sumber yang dapat dipercaya keakuratannya, d. SISCO menggunakan proyeksi keuangan yang telah disesuaikan yang mencerminkan kewajaran

proyeksi keuangan yang dibuat oleh manajemen dengan kemampuan pencapaiannya (fiduciary duty).

e. SISCO bertanggung jawab atas pelaksanaan penyusunan laporan ini dan kewajaran proyeksi keuangan.

f. Laporan Studi Kelayakan ini terbuka untuk publik kecuali terdapat informasi yang bersifat rahasia, yang dapat mempengaruhi operasional Perseroan.

g. SISCO bertanggung jawab atas Laporan Studi Kelayakan dan Kesimpulan Nilai Akhir. h. SISCO telah memperoleh informasi atas status hukum objek Studi Kelayakan dari Pemberi

Tugas.

KEJADIAN SETELAH TANGGAL PENILAIAN (SUBSEQUENT EVENT)

Dari tanggal Penilaian Studi Kelayakan, yaitu tanggal 30 Juni 2018, sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan ini, tidak terdapat kejadian penting dalam Perseroan yang dapat berpengaruh signifikan terhadap hasil penilaian.

RINGKASAN STUDI KELAYAKAN

1. Umum

PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. ("Perseroan" atau “PAI”) didirikan di Bandung berdasarkan Akta No. 7 tanggal 1 Juli 1988 yang dibuat dihadapan Notaris Nanny Sukarja, S. H. Akta Pendirian Perseroan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-9967-HT.01.01.TH.88 tanggal 31 Oktober 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 53 tanggal 2 Juli 1991, tambahan No. 1851. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk, No. 133 Tanggal 15-11-2017 dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH tentang Perubahan susunan Komisaris dan Direksi.

Perseroan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Kantor pusat Perseroan beralamat di Gedung Dana Pensiun - Bank Mandiri, Lt. 3A JI. Tanjung Karang No. 3-4A, Jakarta. Jumlah karyawan Perseroan adalah sebanyak 1.743 orang tahun 2017.

Page 6: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk v

Kegiatan Usaha

Sesuai dengan Pernyataan Keputusan Rapat PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk No. 39 tanggal 10-06-2015, maksud dan tujuan Perseroan adalah bergerak dalam bidang Jasa, Perindustrian, Pembangunan dan Perdagangan. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:

a. Menjalankan usaha-usaha di bidang Jasa, antara lain:

Jasa Telekomunikasi Umum.

b. Jasa Teknologi Informasi.Menjalankan usaha-usaha di bidang Perindustrian antara lain:

Industri perakitan peralatan telekomunikasi.

Industri alas kaki dan industri yang berhubungan dengan pembuatan dan/atau pengolahan alas kaki.

c. Menjalankan usaha-usaha di bidang Pembangunan antara lain:

Bertindak sebagai pengembang.

Pemborong pada umumnya (general contractor) antara lain pembangunan kawasan perumahan (real estate), kawasan industri (industrial estate), gedung-gedung apartement, kondominium, perkantoran.

Pembangunan konstruksi gedung, jembatan, jalan, bandara dan dermaga.

Pemasangan instalasi-instalasi listrik, gas, air minum, telekomunikasi, air conditioner dan dalam bidang teknik sipil, electro dan mesin.

d. Menjalankan usaha-usaha di bidang Perdagangan antara lain:

Menjalankan usaha perdagangan impor dan ekspor, antar pulau/daerah serta local, untuk barang-barang hasil produksi sendiri dan hasil produksi perusahaan lain.

Bertindak sebagai agen, grosir, distributor, supplier, leveransir, waralaba dan commission house.

Bertindak sebagai distributor dan sebagai perwakilan dari badan-badan perusahaan- perusahaan lain, baik dari dalam maupun luar negeri.

2. Kajian Kelayakan Pasar

Makro Ekonomi Dunia dan Indonesia

Pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan semakin baik, meskipun di saat bersamaan sedang berlangsung proses penyesuaian likuiditas global. Pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan mencapai 3,9%, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya sebesar 3,8%, terutama didorong oleh akselerasi ekonomi Amerika Serikat (AS) yang bersumber dari penguatan investasi dan konsumsi, di tengah berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter AS. Dari Eropa, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan tumbuh lebih tinggi didukung perbaikan ekspor dan konsumsi serta kebijakan moneter yang akomodatif. Dari negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan tetap cukup tinggi ditopang kenaikan konsumsi dan investasi swasta serta proses penyesuaian ekonomi yang berjalan dengan baik. Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik tersebut akan meningkatkan volume perdagangan dunia yang berdampak pada tetap kuatnya harga komoditas, termasuk komoditas minyak, pada 2018. Di tengah tren penguatan ekonomi dunia, likuiditas dolar AS cenderung mengetat, yang kemudian mendorong kenaikan imbal hasil surat utang AS dan penguatan dolar AS sehingga menekan banyak mata uang lainnya. Ke depan, sejumlah risiko perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) dan imbal hasil surat utang AS, kenaikan harga minyak, ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok, serta isu geopolitik terkait pembatalan kesepakatan nuklir antara AS dan Iran.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh permintaan domestik. Pertumbuhan PDB triwulan I 2018 tercatat 5,06% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,01% (yoy), ditopang investasi yang naik dan konsumsi swasta yang tetap kuat. Investasi tumbuh tinggi sebesar 7,95% (yoy), meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,27% (yoy), sehingga merupakan capaian tertinggi

Page 7: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk vi

dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan investasi terutama didorong investasi nonbangunan yang membaik untuk mendukung kebutuhan proses produksi yang meningkat. Investasi bangunan juga masih tumbuh tinggi seiring dengan proyek infrastruktur Pemerintah. Konsumsi swasta yang tetap kuat terutama didorong oleh meningkatnya belanja terkait penyelenggaraan Pilkada. Kuatnya permintaan domestik kemudian mendorong pertumbuhan impor yang cukup tinggi, khususnya impor barang modal dan bahan baku. Sementara itu, ekspor tetap tumbuh, meskipun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Secara spasial, perbaikan kinerja ekonomi terjadi di wilayah Jawa, Bali, Maluku, dan Papua. Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2018 tetap berada pada kisaran 5,1-5,5%. Defisit transaksi berjalan triwulan I 2018 menurun sehingga menopang ketahanan sektor eksternal perekonomian Indonesia.

Defisit transaksi berjalan tercatat 5,5 miliar dolar AS (2,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB)) pada triwulan I 2018, lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 6,0 miliar dolar AS (2,3% dari PDB). Penurunan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa dan peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder. Sementara itu, transaksi modal dan finansial tetap mencatat surplus di tengah tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2018 tercatat USD 1,9 miliar, terutama ditopang oleh aliran masuk investasi langsung yang masih cukup tinggi sehingga mencerminkan tetap positifnya persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Pada April 2018, neraca perdagangan mengalami defisit USD 1,63 miliar terutama karena peningkatan impor nonmigas sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi. Posisi cadangan devisa pada April 2018 tercatat USD 124,9 miliar, setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, defisit transaksi berjalan pada 2018 diperkirakan berada dalam kisaran 2,0-2,5% dari PDB, tetap terkendali dalam batas yang aman yaitu tidak melebihi 3,0% dari PDB.

Tinjauan Industri Tas Perjalanan (Travelling Bags)

Menurut Barometer World Tourism Organization (UNWTO), pada tahun 2017, kedatangan turis internasional tumbuh sebesar 7% pada tahun 2017 atau mencapai total 1.322 juta. Momentum kuat pada tahun 2017 ini diperkirakan akan berlanjut di tahun 2018. Berdasarkan tren saat ini, UNWTO memproyeksikan kedatangan turis internasional di seluruh dunia untuk tumbuh pada tingkat 4% - 5% pada tahun 2018. Eropa dan Amerika diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,5% - 4,5%, Asia dan Pasifik sebesar 5% - 6%, Afrika sebesar 5% - 7% dan Timur Tengah sebesar 4% - 6%.

Menurut Statista, pada tahun 2017 Amerika memperoleh total penjualan tas dan koper tertinggi di dunia, yaitu sebesar USD 24,35 miliar, yang diikuti oleh Inggris sebesar USD 4,76 miliar dan Jerman sebesar USD 4,55 miliar.

Perkembangan tren dunia telah menyebabkan sebagian besar negara berkembang untuk mengalami percepatan dalam penjualan produk konsumen, dan penjualan tas dan aksesoris perjalanan juga telah mengalami kenaikan.

Menurut Allied Market Research, pasar tas perjalanan dunia bernilai USD 15.045 juta pada tahun 2016, dan diproyeksikan mencapai USD 24.027 juta pada 2023, dengan rata-rata pertumbuhan CAGR sebesar 7,1% dari tahun 2017-2023.

Pesaing Usaha

Perseroan tidak memiliki pesaing lokal yang setara dari sisi transparansi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pesaing utama dalam produksi Travelling Goods ini antara lain pabrik konveksi, pabrik sepatu ataupun pabrik tas lainnya. Walaupun produk tersebut mudah ditiru, Perseroan masih mempunyai competitive advantage karena adanya komitmen pembelian oleh pihak buyer. Travelling goods dengan merk tertentu juga tidak bisa diproduksi bebas tanpa pesanan.

Page 8: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk vii

Strategi Pemasaran

Untuk tahap awal, dalam melakukan pemasaran produknya Perseroan melakukan kerjasama dengan Pingchu TCH Travel Product Co.,Ltd. yang merupakan perusahaan dari China. Produk yang akan dihasilkan oleh Perseroan adalah berdasarkan pesanan dan direncanakan akan diekspor ke Amerika Serikat karena pihak buyer perlu memenuhi pesanan produk dari Amerika Serikat yang selama ini dipenuhi dari China, namun untuk selanjutnya Perseroan tidak membatasi negara tujuan ekspor produk tersebut. Dikarenakan produksi tas berdasarkan pesanan yang didapat dari pembeli tertentu maka tidak diperlukan adanya upaya pemasaran khusus.

3. Kajian Kelayakan Teknis

Kapasitas

Pada tahap awal, Perseroan berencana memasang mesin dengan jumlah 4 lini (tahun 2018), selanjutnya meningkat menjadi 5 lini (tahun 2020) dan 6 lini (tahun 2022) yang akan diimpor dalam kondisi baru dari China. Pada saat ini belum ada realisasi atas pemasangan mesin produksi, dikarenakan beberapa perizinan baru dapat diproses setelah adanya persetujuan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengenai rencana penambahan kegiatan usaha ini.

Berdasarkan spesifikasi mesin dan pengalaman dari pihak buyer yang telah menggunakan mesin yang sama untuk memproduksi produk yang sama, maka ditentukan tiap lini memiliki kapasitas produksi sebesar 300 Unit/Lini/Hari. Dalam 1 tahun beroperasi penuh, tiap lini memiliki kapasitas produksi sebanyak 75.600 Unit/Lini/Tahun (dengan dasar 248 Hari Kerja).

Ketersediaan dan Kualitas Sumber Daya

Saat ini, Perseroan memiliki Pabrik yang memproduksi Sepatu berlokasi di Jl. Raya Ranca Bolang No. 98, Kelurahan Cisaraten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat dengan total luas area 85.683 m2. Sehubungan dengan penambahan Kegiatan Usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi, yaitu berupa Produk Tas (Travelling Goods), total luas yang dibutuhkan adalah ± 3.500 m2. Dengan demikian luas bangunan yang diperlukan cukup tersedia.

Untuk keperluan Produksi Tas, Perseroan memerlukan Bahan Baku yang terdiri dari 90% Bahan Baku Impor seperti polyester dan 10% Bahan Baku Lokal seperti lem, benang dan resleting. Perseroan akan menggunakan bahan baku lokal jika bahan baku lokal seperti polyster tidak mengalami keterbatasan dari segi kualitas dan harga yang bersaing. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar bahan baku yang diperlukan masih harus diimpor.

Perseroan memiliki Tenaga Kerja Lokal yang telah berpengalaman dalam memproduksi sepatu dengan total tenaga kerja dari Divisi Sepatu berjumlah sekitar 700 orang. Sedangkan, pada tahap awal, Perseroan memerlukan 100 tenaga kerja, 2 Pengawas dan 1 Manajer Pabrik untuk produksi Tas. Maka dari itu tenaga kerja dari Divisi Sepatu dapat dialihkan secara bertahap untuk sementara waktu dalam memproduksi Tas dengan memperhitungkan kebutuhan kerja optimal baik pada Divisi Sepatu maupun Tas (Travelling Goods) dengan pertimbangan untuk penambahan tenaga kerja apabila diperlukan. Dan untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan, Perseroan akan dibantu oleh Pengawas dan Tenaga Ahli dari pihak pemberi order. Secara teknis, produksi sepatu dan tas tidak jauh berbeda (memerlukan keahlian memotong dan menjahit), sehingga Perseroan dapat langsung menggunakan sebagian Pekerja dari Divisi Sepatu untuk memproduksi Tas.

Perseroan berkomitmen untuk mengalokasikan semaksimal mungkin kebutuhan tenaga kerjanya bagi penduduk lokal, sepanjang mereka memenuhi syarat yang ditentukan.

4. Kajian Kelayakan Pola Bisnis

Keunggulan Kompetitif

Dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif, Perseroan harus menghadapi tantangan bahkan tekanan, baik dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi Internal adalah tekanan yang didapat dikarenakan produk yang dihasilkan merupakan produk jenis baru walaupun memiliki banyak

Page 9: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk viii

kesamaan dengan proses pembuatan produk sebelumnya yang berupa sepatu. Perseroan merasa ditantang untuk lebih efisien dalam melakukan produksinya. Dalam menanggapi tantangan tersebut, upaya yang dilakukan Perseroan adalah dengan memberikan pelatihan untuk pembuatan produk Tas (Travelling Goods) kepada para tenaga kerjanya, serta dengan adanya perencanaan atas pengawasan yang intensif pada saat proses produksi dilaksanakan. Sedangkan tekanan yang dihadapi Perseroan dari sisi eksternal didapat dari Perizinan atas produk baru, serta adanya tantangan untuk menjalin kerjasama dengan supplier baru. Dengan adanya tantangan dan tekanan tersebut Perseroan berupaya memenuhi segala persyaratan yang diperlukan untuk pembuatan perizinan tersebut, serta mulai melakukan proses komunikasi dan pendekatan yang baik kepada supplier-supplier baru agar seluruh proses berjalan lancar.

Penambahan kegiatan usaha ini dapat memberikan nilai tambah bagi Perseroan, karena (1) produk yang dihasilkan telah memiliki pembeli yang pasti, sehingga tidak ada risiko pemasaran, (2) penyediaan bahan baku dibantu oleh buyer agar diperoleh yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, sehingga tidak ada risiko penyediaan bahan baku, (3) pembayaran atas bahan baku yang diimpor dibantu oleh pihak buyer dengan cara dipotong dari penjualan produk, sehingga tidak ada risiko likuiditas, (4) Perseroan dapat memanfaatkan kapasitas pabrik yang saat ini tidak terpakai.

Selain itu pengiriman barang dari Indonesia ke Amerika Serikat memperoleh fasilitas bebas bea masuk yang berarti penghematan 17,6% untuk produk softside dan 20,3% untuk produk hardside jika produk yang sama dikirimkan dari China.1 Fasilitas bea masuk ini didasari keputusan Presiden Amerika Serikat tanggal 29 Juni 2017 yang memberikan pembebasan bea masuk untuk produk travelling goods dari negara-negara yang termasuk Generalised System of Preferences beneficiary countries, antara lain Indonesia.

Perseroan merupakan perusahaan yang sebelumnya telah berpengalaman dalam bidang yang sejenis yaitu industri alas kaki (sepatu), secara teknis produksi sepatu dan tas tidak jauh berbeda (memerlukan keahlian memotong dan menjahit), sehingga hal tersebut memberikan nilai lebih bagi Perseroan.

Kemampuan Pesaing Untuk Meniru Produk

Kemungkinan pesaing dalam bidang usaha ini cukup besar, dimana produk yang dihasilkan adalah produk tas (Travelling Goods), sehingga sangat mudah bagi pesaing usaha dalam meniru produk yang dihasilkan tersebut. Akan tetapi, produksi atas Produk Tas (Travelling Goods) sesuai berdasarkan dengan pesanan dari buyer. Buyer telah menentukan desain, material, dan jumlah produk yang diproduksi, sehingga risiko adanya barang yang ditiru bukan lagi merupakan risiko Perseroan, melainkan risiko dari pemegang merk.

5. Kajian Kelayakan Model Manajemen

Ketersediaan Tenaga Kerja

Pada tahun 2018, jumlah karyawan Perseroan adalah sebanyak 1.743 orang. Untuk menjalankan usaha barunya Perseroan membutuhkan 100 tenaga pekerja, 2 Pengawas dan 1 Manager Pabrik. Perseroan berkomitmen untuk mengalokasikan semaksimal mungkin kebutuhan tenaga kerjanya bagi penduduk lokal, sepanjang mereka memenuhi syarat yang ditentukan.

Manajemen Risiko

Risiko utama yang dihadapi oleh Perseroan adalah banyaknya pesaing yang memproduksi Travelling Goods. Selain itu risiko tingginya biaya material dan biaya tenaga kerja juga menjadi salah satu faktor risiko utama yang harus dihadapi oleh Perseroan. Di samping itu, Perseroan mungkin menghadapi risiko yang timbul baik dari internal maupun eksternal, seperti risiko pasar dimana meningkatnya permintaan pasar tas perjalanan yang merupakan potensi yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh Perseroan dan risiko rantai pasokan.

1 Sumber : Economic Viability Report

Page 10: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk ix

Mitigasi risiko yang dilakukan oleh Perseroan dapat berupa antisipasi atas risiko-risiko yang mungkin terjadi, meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko dimaksud, serta merencanakan penanganan yang harus dilakukan apabila risiko yang tidak dikehendaki tersebut terjadi.

Kapasitas dan Kemampuan Manajemen

Dalam melaksanakan kegiatan usaha barunya, Perseroan memiliki kapasitas dan kemampuan dengan didukung oleh beberapa keunggulan kompetitif yang dimiliki, seperti dari sisi finansial dimana Perseroan menambah bidang usaha produksi Tas (Travelling Goods) dengan biaya investasi untuk 4 lini mesin sebesar USD 119.000 yang merupakan pinjaman dari pihak buyer tanpa meminta kompensasi bunga. Sedangkan, untuk bahan baku yang digunakan Perseroan memerlukan Bahan Baku yang terdiri dari 90% Bahan Baku Impor seperti polyester dan 10% Bahan Baku Lokal seperti lem, benang dan resleting. Perseroan pada tahap awal juga akan didukung dengan Sumber Daya Manusia berupa 100 tenaga kerja, 2 Pengawas dan 1 Manajer Pabrik untuk produksi Tas. Dan untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan, Perseroan akan dibantu oleh Pengawas dan Tenaga Ahli dari pihak pemberi order. Dalam melakukan pemasaran produk barunya, Perseroan dalam tahap awal melakukan pemasaran produknya Perseroan melakukan kerjasama dengan Pingchu TCH Travel Product Co.,Ltd. yang merupakan perusahaan dari China. produk yang akan dihasilkan oleh Perseroan adalah berdasarkan pesanan dan direncanakan akan diekspor ke Amerika Serikat karena pihak buyer perlu memenuhi pesanan produk dari Amerika Serikat yang selama ini dipenuhi dari China, namun untuk selanjutnya Perseroan tidak membatasi negara tujuan ekspor produk tersebut. Dikarenakan produksi tas berdasarkan pesanan yang didapat dari pembeli tertentu maka tidak diperlukan adanya upaya pemasaran khusus. Perseroan merupakan perusahaan yang sebelumnya telah berpengalaman dalam bidang yang sejenis yaitu sepatu. Oleh karena itu, Perseroan memiliki pengalaman dan kemampuan yang baik untuk menjalankan bisnis tersebut di masa mendatang.

6. Kajian Kelayakan Keuangan

Analisa kelayakan keuangan merupakan analisa dari berbagai aspek yang saling berkaitan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar prospek kegiatan usaha Perseroan, serta untuk mengukur tingkat pengembalian (return) yang diperoleh dari jumlah investasi yang ditanamkan. Terdapat beberapa indikator untuk dapat mengetahui kelayakan usaha suatu proyek yang digunakan dalam Laporan Studi Kelayakan Usaha ini, diantaranya adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Payback Period.

Berikut adalah hasil analisa Kelayakan Keuangan:

1. NPV ≥ 0 -----------> layak Dengan memperhitungkan nilai proceed selama proyeksi, dengan WACC sebesar 7,16% diperoleh nilai NPV sebesar USD 106.733,-. Oleh karena nilai NPV PAI ≥ 0, maka investasi ini layak.

2. IRR > WACC -----------> layak Internal Rate of Return (IRR) diperoleh PAI sebesar 17,47%, dimana IRR tersebut lebih tinggi dibandingkan WACC sebesar 7,16%, maka investasi ini layak.

3. BCR > 1 -----------> layak Benefit Cost Ratio (BCR) PAI sebesar 1,027; dimana BCR tersebut lebih tinggi dari 1, maka investasi ini layak.

4. Payback Period diperoleh selama 6 tahun.

Dalam menyusun Studi Kelayakan ini, SISCO juga melakukan Analisa Sensitivitas, yang digunakan untuk mengetahui pada tingkat mana, proyek tersebut masih layak untuk dilaksanakan. Dari beberapa simulasi yang dilakukan, dapat terlihat sampai sejauh mana pengaruh atas penurunan Pendapatan dan kenaikan Biaya akan mempengaruhi investasi menjadi layak (dengan kondisi NPV = 0, dan IRR = WACC). Dapat disimpulkan bahwa penurunan Pendapatan dan kenaikan Biaya relatif sama, dimana Pendapatan turun maksimum 1,00% dengan kondisi biaya tetap atau Biaya naik maksimum 1,13% dengan kondisi pendapatan tetap, maka rencana penambahan kegiatan usaha baru ini masih layak untuk dilaksanakan.

Page 11: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk x

KESIMPULAN

Analisis kelayakan terhadap rencana penambahan usaha Perseroan telah dilakukan melalui analisa Kelayakan Pasar, Kelayakan Teknis, Kelayakan Pola Bisnis, Kelayakan Model Manajemen, dan Kelayakan Keuangan.

Dari Kajian Kelayakan Pasar, menunjukkan bahwa perekonomian global membaik seiring dengan peningkatan volume perdagangan dunia dan harga komoditas. Pertumbuhan ekonomi global yang membaik didukung oleh pemulihan ekonomi negara maju dan berkembang. Perkembangan tren dunia telah menyebabkan sebagian besar negara berkembang untuk mengalami percepatan dalam penjualan produk konsumen, dan penjualan tas dan aksesoris perjalanan juga telah mengalami kenaikan. Menurut Allied Market Research, pasar tas perjalanan dunia bernilai USD 15.045 juta pada tahun 2016, dan diproyeksikan mencapai USD 24.027 juta pada 2023, dengan rata-rata pertumbuhan CAGR sebesar 7,1% dari tahun 2017-2023.

Dari Kajian Kelayakan Teknis, menunjukkan bahwa Perseroan memiliki Pabrik yang berlokasi di Jl. Raya Ranca Bolang No. 98, Kelurahan Cisaraten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. dengan total luas area 85.683 m2. Sehubungan dengan penambahan kegiatan usaha berupa Produk Tas (Travelling Goods), total luas yang dibutuhkan adalah ± 3.500 m2. Dengan demikian luas bangunan yang diperlukan cukup tersedia. Dikarenakan adanya penurunan produksi sepatu, saat ini ada beberapa bangunan pabrik sepatu yang dapat dimanfaatkan untuk produksi Tas (Travelling Goods), dengan demikian bangunan yang diperlukan untuk produksi Tas (Travelling Goods) saat ini dalam kondisi siap digunakan. Pada tahap awal, Perseroan berencana memasang mesin dengan jumlah 4 lini (tahun 2018), selanjutnya meningkat menjadi 5 lini (tahun 2020) dan 6 lini (tahun 2022) yang akan diimpor dalam kondisi baru dari China. Berdasarkan spesifikasi mesin dan pengalaman dari pihak buyer yang telah menggunakan mesin yang sama untuk memproduksi produk yang sama, maka ditentukan tiap lini memiliki kapasitas produksi sebanyak 75.600 Unit/Lini/Tahun. Perseroan memiliki Tenaga Kerja Lokal yang telah berpengalaman dalam memproduksi sepatu

dengan total tenaga kerja dari Divisi Sepatu berjumlah sekitar 700 orang. Sedangkan, pada tahap awal, Perseroan memerlukan 100 tenaga kerja, 2 Pengawas dan 1 Manajer Pabrik untuk produksi Tas.

Dari Kajian Kelayakan Pola Bisnis, menunjukkan bahwa Penambahan kegiatan usaha ini dapat memberikan nilai tambah bagi Perseroan, karena (1) produk yang dihasilkan telah memiliki pembeli yang pasti, sehingga tidak ada risiko pemasaran, (2) penyediaan bahan baku dibantu oleh buyer agar diperoleh yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, sehingga tidak ada risiko penyediaan bahan baku, (3) pembayaran atas bahan baku yang diimpor dibantu oleh pihak buyer dengan cara dipotong dari penjualan produk, sehingga tidak ada risiko likuiditas, (4) Perseroan dapat memanfaatkan kapasitas pabrik yang saat ini tidak terpakai. Selain itu pengiriman barang dari Indonesia ke Amerika Serikat memperoleh fasilitas bebas bea masuk yang berarti penghematan 17,6% untuk produk softside dan 20,3% untuk produk hardside jika produk yang sama dikirimkan dari China.2 Fasilitas bea masuk ini didasari keputusan Presiden Amerika Serikat tanggal 29 Juni 2017 yang memberikan pembebasan bea masuk untuk produk travelling goods dari negara-negara yang termasuk Generalised System of Preferences beneficiary countries, antara lain Indonesia. Perseroan merupakan perusahaan yang sebelumnya telah berpengalaman dalam bidang yang sejenis yaitu industri alas kaki (sepatu), secara teknis produksi sepatu dan tas tidak jauh berbeda (memerlukan keahlian memotong dan menjahit), sehingga hal tersebut memberikan nilai lebih bagi Perseroan.

Dari Kajian Kelayakan Model Manajemen, menunjukkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan usaha barunya, Perseroan memiliki kapasitas dan kemampuan dengan didukung oleh beberapa keunggulan kompetitif yang dimiliki. Perseroan merupakan perusahaan yang sebelumnya telah berpengalaman dalam bidang yang sejenis yaitu sepatu. Oleh karena itu, Perseroan memiliki pengalaman dan kemampuan yang baik untuk menjalankan bisnis tersebut di masa mendatang.

Dari Kajian Kelayakan Keuangan, menunjukkan bahwa rencana Perseroan untuk menambah kegiatan usaha barunya memenuhi kriteria kelayakan dengan variabel-variabel sebagai berikut:

2 Sumber : Economic Viability Report

Page 12: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan
Page 13: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk xii

PERNYATAAN PENILAI

Dalam batas kemampuan dan keyakinan SISCO sebagai Penilai, yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa :

1. Dalam mempersiapkan Laporan Studi Kelayakan ini, SISCO telah bertindak secara independen tanpa adanya konflik dan tidak terafiliasi dengan PAI, ataupun pihak-pihak yang terafiliasi dengan perusahaan-perusahaan tersebut. SISCO juga tidak mempunyai kepentingan atau keuntungan pribadi berkaitan dengan penugasan ini. Selanjutnya, Laporan Studi Kelayakan ini tidak dilakukan untuk memberikan keuntungan atau merugikan pada pihak manapun. Imbalan yang SISCO terima adalah sama sekali tidak dipengaruhi oleh kesimpulan yang dihasilkan dari proses analisis kelayakan ini dan SISCO hanya menerima imbalan sesuai yang tercantum pada proposal penawaran No. P-BJL/SISCO-JKT/KP/SET/300718.01 tanggal 30 Juli 2018;

2. Penilai bertanggung jawab atas kesimpulan/pendapat yang diberikan dalam rangka penugasan Studi Kelayakan ini, sebagaimana diungkapkan dalam Laporan ini;

3. Penugasan penilaian telah dilakukan terhadap Objek Penilaian pada Tanggal Penilaian dan analisis telah dilakukan sesuai dengan Tujuan Penilaian sebagaimana diungkapkan dalam Laporan ini;

4. Pernyataan yang menjadi dasar analisis, pendapat dan kesimpulan yang diuraikan di dalam laporan ini adalah betul dan benar, berdasarkan atas informasi dan data-data pendukung yang SISCO gunakan dalam proses penilaian;

5. Laporan penilaian ini tidak lepas dari ketentuan-ketentuan dalam Peraturan No. VIII.C.3, Standar Penilaian Indonesia (SPI) Edisi VI 2015, Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan telah dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

6. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penugasan Studi Kelayakan ini telah disajikan sebagai kesimpulan;

7. Laporan ini menjelaskan semua syarat-syarat pembatasan yang mempengaruhi analisis, pendapat dan kesimpulan yang tertera dalam laporan ini;

8. Kesimpulan telah sesuai dengan asumsi-asumsi dan kondisi pembatas; dan

(BAGIAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

Page 14: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan
Page 15: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk xiv

DAFTAR ISI

Surat Pengantar ...................................................................................................................................................i Pernyataan Penilai ............................................................................................................................................ xii Daftar Isi .......................................................................................................................................................... xiv

1. PENDAHULUAN .....................................................................................................................................I-1 1.1. Status Penilai .................................................................................................................................... I-1 1.2. Identitas Pemberi Tugas ................................................................................................................... I-1 1.3. Latar Belakang ................................................................................................................................. I-1 1.4. Maksud Dan Tujuan Penyusunan Studi Kelayakan ............................................................................ I-1 1.5. Tanggal Penilaian (Cut Off Date) ....................................................................................................... I-1 1.6. Data Dan Informasi Yang Digunakan ................................................................................................. I-1 1.7. Prosedur Analisis Studi Kelayakan .................................................................................................... I-3 1.8. Ruang Lingkup Penugasan ................................................................................................................ I-3 1.9. Asumsi Dan Kondisi Pembatas .......................................................................................................... I-3 1.10. Pihak-Pihak yang Diwawancarai ....................................................................................................... I-4 1.11. Tim Penilai ........................................................................................................................................ I-4 1.12. Kualifikasi Penilai .............................................................................................................................. I-4 1.13. Tenaga Ahli dan atau Hasil Pekerjaan Tenaga Ahli yang Digunakan .................................................. I-4 1.14. Peraturan Perundang-undangan yang terkait ................................................................................... I-4 1.15. Kejadian Setelah Tanggal Studi Kelayakan ........................................................................................ I-4

2. INFORMASI UMUM ..............................................................................................................................II-1 2.1. Profil Perseroan ............................................................................................................................... II-1 2.2. Laporan Keuangan ........................................................................................................................... II-3 2.3. Produk yang Dihasilkan ................................................................................................................... II-9 2.4. Teknologi yang digunakan ............................................................................................................... II-9 2.5. Pasar yang Dituju (Intended Market Environment) .......................................................................... II-9 2.6. Pesaing dan Persaingan ................................................................................................................... II-9 2.7. Aspek Lingkungan .......................................................................................................................... II-10 2.8. Faktor Risiko .................................................................................................................................. II-10 2.9. Persyaratan Modal dan Strategi Finansial ...................................................................................... II-11

3. KELAYAKAN PASAR ............................................................................................................................ III-1 3.1. Kondisi Pasar .................................................................................................................................. III-1 3.2. Kesinambungan dan Potensi Nilai Pasar Produk Tas (Travelling Bags) ............................................ III-2 3.3. Tinjauan Industri Tas Perjalanan (Travelling Bags) .......................................................................... III-2 3.4. Produsen Tas Travelling Goods ....................................................................................................... III-6 3.5. Analisa SWOT ................................................................................................................................. III-6 3.6. Pesaing Usaha ................................................................................................................................ III-7 3.7. Strategi Pemasaran ........................................................................................................................ III-7 3.8. Kesimpulan Kelayakan Pasar .......................................................................................................... III-7

4. KELAYAKAN TEKNIS ........................................................................................................................... IV-1 4.1. Area .............................................................................................................................................. IV-1 4.2. Kapasitas Mesin ............................................................................................................................ IV-1 4.3. Penggunaan Mesin ........................................................................................................................ IV-1 4.4. Ketersediaan dan Kualitas Sumber Daya ........................................................................................ IV-1 4.5. Denah Pabrik ................................................................................................................................. IV-2 4.6. Proses Produksi ............................................................................................................................. IV-3 4.7. Kesimpulan Kelayakan Teknis ........................................................................................................ IV-4

5. KELAYAKAN POLA BISNIS .................................................................................................................... V-1 5.1 Keunggulan Kompetitif ................................................................................................................... V-1 5.2 Kemampuan Pesaing Untuk Meniru Produk ................................................................................... V-2 5.3 Kemampuan untuk Menciptakan Nilai ............................................................................................ V-2 5.4 Kesimpulan Kelayakan Pola Bisnis .................................................................................................. V-2

6. KELAYAKAN MODEL MANAJEMEN .................................................................................................... VI-1 6.1. Ketersediaan Tenaga Kerja ............................................................................................................ VI-1 6.2. Manajemen Kekayaan Intelektual ................................................................................................. VI-1 6.3. Manajemen Risiko ......................................................................................................................... VI-1 6.4. Kapasitas dan Kemampuan Manajemen ........................................................................................ VI-1

Page 16: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk xv

6.5. Kesesuaian Struktur Organisasi dan Manajemen ........................................................................... VI-2 6.6. Kesimpulan Kelayakan Model Manajemen .................................................................................... VI-3

7. KELAYAKAN KEUANGAN ................................................................................................................... VII-1 7.1. Biaya Pendirian (Start Up Costs) ................................................................................................... VII-1 7.2. Modal Kerja.................................................................................................................................. VII-1 7.3. Sumber Pembiayaan..................................................................................................................... VII-1 7.4. Asumsi Keuangan ......................................................................................................................... VII-2 7.4.1. Kapasitas Produksi........................................................................................................................ VII-2 7.4.2. Penjualan ..................................................................................................................................... VII-2 7.4.2.1. Kuantitas Penjualan ...................................................................................................................... VII-2 7.4.2.2. Harga Jual ..................................................................................................................................... VII-3 7.4.2.3. Total Penjualan ............................................................................................................................ VII-4 7.4.3. Biaya Pokok Penjualan.................................................................................................................. VII-4 7.4.3.1. Biaya Bahan Baku (Raw Material) ................................................................................................. VII-4 7.4.3.2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) .......................................................................... VII-6 7.4.3.3. Biaya Overhead ............................................................................................................................ VII-6 7.4.4. Biaya Operasional ......................................................................................................................... VII-7 7.4.4.1. Biaya Logistik ................................................................................................................................ VII-7 7.4.4.2. Biaya Umum dan Administrasi ...................................................................................................... VII-8 7.4.5. Proyeksi Keuangan ....................................................................................................................... VII-8 7.4.6. Penentuan Discount Rate ............................................................................................................. VII-9 7.4.7. Kriteria kelayakan Investasi ........................................................................................................ VII-10 7.5. Analisa Sensitivitas ..................................................................................................................... VII-12 7.6. Kesimpulan Kelayakan Keuangan ............................................................................................... VII-12

8. KESIMPULAN .................................................................................................................................... VIII-1 8.1. Kajian Kelayakan Pasar ................................................................................................................ VIII-1 8.2. Kajian Kelayakan Teknis............................................................................................................... VIII-1 8.3. Kajian Kelayakan Pola Bisnis ........................................................................................................ VIII-2 8.4. Kajian Kelayakan Model Manajemen ........................................................................................... VIII-2 8.5. Kajian Kelayakan Keuangan ......................................................................................................... VIII-2 8.6. Kesimpulan Studi Kelayakan ........................................................................................................ VIII-3

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Proyeksi Laba Rugi .....................................................................................................................-1 Lampiran 2 : Kelayakan Investasi ....................................................................................................................-2

DAFTAR TABEL

Tabel 2-1. : Struktur Permodalan Perseroan Dan Susunan Pemegang Saham ............................................. II-2 Tabel 2-2. : Laporan Laba (Rugi) Komprehensif ........................................................................................... II-3 Tabel 2-3. : Laporan Posisi Keuangan (Aset)................................................................................................ II-5 Tabel 2-4. : Laporan Posisi Keuangan (Liabilitas dan Ekuitas) ...................................................................... II-5 Tabel 2-5. : Laporan Arus Kas (Aktivitas Operasi) ........................................................................................ II-6 Tabel 2-6. : Laporan Arus Kas (Aktivitas Investasi) ...................................................................................... II-6 Tabel 2-7. : Laporan Arus Kas (Aktivitas Pendanaan)................................................................................... II-7 Tabel 2-8. : Analisis Rasio ........................................................................................................................... II-8 Tabel 3-1. : Kedatangan Wisatawan Internasional Tahun 2017 .................................................................. III-3 Tabel 7-1. : Modal Kerja .......................................................................................................................... VII-1 Tabel 7-2. : Kapasitas Produksi ................................................................................................................ VII-2 Tabel 7-3. : Kuantitas Penjualan .............................................................................................................. VII-2 Tabel 7-4. : Harga Jual ............................................................................................................................. VII-3 Tabel 7-5. : Total Penjualan ..................................................................................................................... VII-4 Tabel 7-6. : Biaya Bahan Baku Impor ....................................................................................................... VII-4 Tabel 7-7. : Biaya Bahan Baku Lokal ......................................................................................................... VII-5 Tabel 7-8. : Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)................................................................... VII-6 Tabel 7-9. : Biaya Overhead ..................................................................................................................... VII-6 Tabel 7-10. : Biaya Logistik ......................................................................................................................... VII-7 Tabel 7-11. : Biaya Umum dan Administrasi ............................................................................................... VII-8 Tabel 7-12. : Proyeksi Laba (Rugi) .............................................................................................................. VII-8 Tabel 7-13. : Perhitungan WACC .............................................................................................................. VII-10

Page 17: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk xvi

Tabel 7-14. : Analisa Kelayakan Investasi.................................................................................................. VII-11 Tabel 7-15. : Analisa Sensitivitas .............................................................................................................. VII-12

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3-1 : Perkembangan Penjualan Ritel Barang Perjalanan di Amerika ................................................. III-4 Grafik 3-2 : Penjualan Tas dan Koper di Dunia Tahun 2017 ........................................................................ III-4 Grafik 3-3 : Pertumbuhan Barang Konsumsi (2004-2017) .......................................................................... III-5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. : Denah Pabrik.......................................................................................................................... IV-2 Gambar 4.2. : Alur Proses Produksi .............................................................................................................. IV-3 Gambar 6.1. : Struktur Organisasi Perseroan ................................................................................................ VI-2

Page 18: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk I-1

1. PENDAHULUAN

Kantor Jasa Penilai Publik Satria Iskandar Setiawan dan Rekan (“SISCO”) telah ditunjuk oleh PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. (“Perseroan” atau “PAI”) berdasarkan persetujuan atas Proposal Penawaran yang sekaligus berlaku sebagai Kontrak Penugasan No. P-BJL/SISCO-JKT/KP/SET/300718.01 tanggal 30 Juli 2018, sebagai Penilai Independen untuk menyusun Laporan Studi Kelayakan atas Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi, yaitu berupa Produk Tas (Travelling Goods), per tanggal penilaian 30 Juni 2018.

1.1. Status Penilai

Penyusunan Studi Kelayakan ini dilakukan oleh SISCO, dimana SISCO merupakan penilai eksternal dan bukan karyawan/manajemen dari Pemberi Tugas ataupun Objek Penilaian.

SISCO tidak memiliki keterlibatan material atau benturan kepentingan baik aktual maupun potensial dengan Objek Penilaian dan/atau Pemilik.

Penilai memiliki kompetensi dalam melakukan penyusunan Studi Kelayakan ini dan dapat memberikan penilaian obyektif serta tidak memihak.

1.2. Identitas Pemberi Tugas

Nama : PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Bidang Usaha : Industri alas kaki meliputi produksi dan pemasaran sepatu jenis

sports/casual ke pasar lokal dan internasional Alamat : Gedung Tatapuri Lt. 3A Jl. Tanjung Karang No. 3-4A Jakarta 10230 Telepon/Fax : 021-3148331, 021-3913640 / 021-3148317 E-mail : [email protected]

1.3. Latar Belakang

Seiring dengan menurunnya Pendapatan dari hasil produksi sepatu sejak tahun 2016 yang disebabkan oleh banyaknya persaingan dan semakin tingginya biaya-biaya, Perseroan bermaksud untuk menambah kegiatan usaha baru, berupa Produk Tas (Travelling Goods).

Secara teknis produksi sepatu dan tas tidak jauh berbeda (memerlukan keahlian memotong dan menjahit). Dengan kemampuan dan pengalaman dalam produksi sepatu, Perseroan bermaksud untuk membentuk Divisi Produksi Tas, untuk memaksimalkan penggunaan kapasitas pabrik saat ini.

1.4. Maksud Dan Tujuan Penyusunan Studi Kelayakan

Studi Kelayakan ini dibuat untuk mengetahui kelayakan usaha sehubungan dengan rencana penambahan kegiatan usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi, sehingga kegiatan usaha Perseroan bertambah menjadi Industri Alas Kaki (Perdagangan Besar Alas Kaki) dan Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi, serta sebagai syarat pemenuhan atas Peraturan Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan) No. KEP-614/BL/2011 tanggal 28 November 2011 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama (“Peraturan No. IX.E.2”), dan bukan untuk kepentingan perbankan ataupun kepentingan lainnya.

1.5. Tanggal Penilaian (Cut Off Date)

Tanggal penilaian dalam Laporan Studi Kelayakan ini adalah per 30 Juni 2018.

1.6. Data Dan Informasi Yang Digunakan

Dalam rangka melakukan Studi Kelayakan ini, SISCO telah mempelajari, menganalisa dan mempertimbangkan informasi sebagai berikut:

Page 19: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk I-2

1. Proyeksi Keuangan untuk Divisi Tas tahun 2018-2027, yang disediakan oleh manajemen PAI,

2. Copy Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 7 tanggal 1 Juli 1988, dihadapan Notaris Nanny Sukarja, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2-9967-HT.01.01.TH.88 tanggal 31 Oktober 1988;

3. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perseroan No. 17 tanggal 17 Juni 1997, dihadapan notaris Nanny Sukarja, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2-8.954 HT.01.04.TH.97 tanggal 3 September 1997;

4. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perseroan No. 31 tanggal 14 Agustus 2008, dihadapan Notaris Tien Norman Lubis, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. AHU-68181.AH.01.02.Tahun.2008.TH.97 tanggal 23 September 2008;

5. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk No. 39 tanggal 10-06-2015, dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU.09387788.AH.01.02.TAHUN.2015 tanggal 06 Juli 2015;

6. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk, No. 173 tanggal 29 Juni 2016 dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU.AH.01.03.0067003 tanggal 27 Juli 2016;

7. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk, No. 174 tanggal 29 Juni 2016 dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU.AH.01.03.0067131 tanggal 27 Juli 2016;

8. Copy Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk, No. 133 tanggal 15-11-2017 dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH dan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan No. AHU-AH.01.03-0199468 tanggal 11 Desember 2017;

9. Copy Laporan Keuangan Audit Periode 30 Juni 2018 No. 026/SK/KA/L/IX/2018 dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih;

10. Copy Laporan Keuangan Audit Tahun 2017 No. 006/SK/KA/L/III/2018 dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih;

11. Copy Laporan Keuangan Audit Tahun 2016 No. 005/SK/KA/L/III/2017 dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih;

12. Copy Laporan Keuangan Audit Tahun 2015 No. 002/SK/KA/L/III/2016 dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih;

13. Copy Laporan Keuangan Audit Tahun 2014 No. 12/AFR-A/III/2015 dari Kantor Akuntan Publik (KAP) AF.Rachman & Soetjipto WS;

14. Copy Laporan Keuangan Audit Tahun 2013 No. 16/AFR-A/III/2014 dari KAP AF.Rachman & Soetjipto WS;

15. Copy Surat Angka Pengenal Importir – Produsen (API-P) No. 090202709-P tanggal 1 Februari 2016;

16. Copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar No. 401/24.1PB.7/31.71/ -1.824.27/e/2016 tanggal 03 Oktober 2016 dengan masa berlaku sampai tanggal 03 Oktober 2021;

17. Copy Keputusan Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 123/T/INDUSTRI/1999 tanggal 16 MAR 1999 tentang Pemberian Izin Perluasan;

18. Copy Surat Izin Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung No. 0569/IG/III/2016/BPPT tanggal 16 Maret 2016 tentang Izin Gangguan;

19. Economic Viability Report, Pinghu TCH Travel Product Co., Ltd., tanggal 15 Maret 2018;

Page 20: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk I-3

20. Representation Letter No. 386/PAI-Dir/IX/2018 tanggal 17 September 2018 yang telah disiapkan manajemen Perseroan kepada SISCO, sehubungan dengan Penugasan Penilaian Studi Kelayakan atas Penambahan Usaha PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk,

21. Wawancara dan diskusi dengan manajemen yakni dengan Ibu Yati Nurhayati (Direktur) sehubungan dengan penyusunan Studi Kelayakan ini,

22. Data dan informasi ekonomi dan industri yang dikeluarkan oleh pihak ketiga, serta berbagai sumber informasi baik berdasarkan media cetak dan elektronik dan hasil analisis lain yang SISCO anggap relevan.

1.7. Prosedur Analisis Studi Kelayakan

Dalam menyusun Studi Kelayakan ini, analisis dilakukan berdasarkan Peraturan Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan) No. KEP-196/BL/2012 tanggal 19 April 2012 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal (“Peraturan No. VIII.C.3”), Standar Penilaian Indonesia (SPI) Edisi VI 2015 yang disusun oleh Masyarakat Penilai Indonesia (MAPPI) dengan memperhatikan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI), dan peraturan yang terkait. Yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Kajian Kelayakan Pasar, 2. Kajian Kelayakan Teknis, 3. Kajian Kelayakan Pola Bisnis, 4. Kajian Kelayakan Model Manajemen, dan 5. Kajian Kelayakan Keuangan.

1.8. Ruang Lingkup Penugasan

Ruang Lingkup penugasan kepada SISCO adalah sesuai dengan tujuan dari Studi Kelayakan ini, yaitu untuk melakukan kajian atau analisis kelayakan sehubungan rencana penambahan Kegiatan Usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi, yaitu berupa Produk Tas (Travelling Goods). Maka Lingkup Penyusunan Studi Kelayakan ini meliputi antara lain:

1. Identifikasi masalah, 2. Analisis pendahuluan dan pengumpulan data, 3. Investigasi dan Interview dengan manajemen, 4. Penyusunan laporan, 5. Draft laporan dan diskusi manajemen, dan 6. Pelaporan Studi Kelayakan.

1.9. Asumsi Dan Kondisi Pembatas

Asumsi dan Kondisi Pembatas yang digunakan pada Laporan Studi Kelayakan ini adalah:

a. Laporan Studi Kelayakan ini bersifat non-disclaimer opinion. b. SISCO telah melakukan penelaahan atas dokumen-dokumen yang digunakan dalam

proses penyusunan Laporan Studi Kelayakan. c. Data dan informasi yang diperoleh berasal dari sumber yang dapat dipercaya

keakuratannya, d. SISCO menggunakan proyeksi keuangan yang telah disesuaikan yang mencerminkan

kewajaran proyeksi keuangan yang dibuat oleh manajemen dengan kemampuan pencapaiannya (fiduciary duty).

e. SISCO bertanggung jawab atas pelaksanaan penyusunan laporan ini dan kewajaran proyeksi keuangan.

f. Laporan Studi Kelayakan ini terbuka untuk publik kecuali terdapat informasi yang bersifat rahasia, yang dapat mempengaruhi operasional Perseroan.

g. SISCO bertanggung jawab atas Laporan Studi Kelayakan dan Kesimpulan Nilai Akhir. h. SISCO telah memperoleh informasi atas status hukum objek Studi Kelayakan dari

Pemberi Tugas.

Page 21: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk I-4

1.10. Pihak-Pihak yang Diwawancarai

Pihak yang Diwawancarai Jabatan

Ibu Yati Nurhayati Direktur

Bpk. Tony R Armandaris Kepala Divisi Keuangan dan Akuntansi

1.11. Tim Penilai

Tim Penilai dalam mempersiapkan Laporan Penilaian ini terdiri dari :

No. Nama No.MAPPI No. Register Penilai Posisi Tim

1 Ir. Setiawan, MAPPI (Cert.) 95-S-00652 RMK-2017.00230 Penilai Publik

2 Alda Adriez, SE, Ak, CA, MAPPI (Cert.) 12-S-03418 RMK-2017.00680 Reviewer

3 Lindawati Sutanto, SE, MM. 16-T-06733 RMK-2017.00683 Penilai

4 Mahendra Dita 14-P-05262 RMK-2017.00688 Penilai

5 Zakky Dzukfahmi Akbari, SE 17-P-07883 RMK-2018.02413 Analyst

1.12. Kualifikasi Penilai

Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 1211/KM.1/2009 tertanggal 19 Oktober 2009 tentang Izin Penilai, dimana Ir. Setiawan, MAPPI (Cert.) ditetapkan dengan kualifikasi sebagai penilai Bidang Jasa Penilaian Properti dan Bisnis (PB) dan terdaftar sebagai penilai di OJK dengan kualifikasi AB (Nomor STTD : STTD.PPB-15/PM.2/2018), dan telah mengikuti Pendidikan Profesi Lanjutan Studi Kelayakan.

1.13. Tenaga Ahli dan atau Hasil Pekerjaan Tenaga Ahli yang Digunakan

Dalam melakukan Penyusunan Studi Kelayakan ini, SISCO tidak menggunakan tenaga ahli ataupun Hasil Pekerjaan Tenaga Ahli.

1.14. Peraturan Perundang-undangan yang terkait

Peraturan Perundang-undangan yang terkait sesuai dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia nomor 4 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

1.15. Kejadian Setelah Tanggal Studi Kelayakan

Dari tanggal Penilaian Studi Kelayakan, yaitu tanggal 30 Juni 2018, sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan ini, tidak terdapat kejadian penting dalam Perseroan yang dapat berpengaruh signifikan terhadap hasil penilaian.

Page 22: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk II-1

2. INFORMASI UMUM

2.1. Profil Perseroan

PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. ("Perseroan" atau “PAI”) didirikan di Bandung berdasarkan Akta No. 7 tanggal 1 Juli 1988 yang dibuat dihadapan Notaris Nanny Sukarja, S. H. Akta Pendirian Perseroan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-9967-HT.01.01.TH.88 tanggal 31 Oktober 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 53 tanggal 2 Juli 1991, tambahan No. 1851. Angggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk, No. 133 Tanggal 15-11-2017 dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH tentang Perubahan susunan Komisaris dan Direksi.

Perseroan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Kantor pusat Perseroan beralamat di Gedung Dana Pensiun - Bank Mandiri, Lt. 3A JI. Tanjung Karang No. 3-4A, Jakarta. Jumlah karyawan Perseroan adalah sebanyak 1.743 orang tahun 2017.

Seiring dengan menurunnya Pendapatan dari hasil produksi sepatu sejak tahun 2016 yang disebabkan oleh banyaknya persaingan dan semakin tingginya biaya-biaya, Perseroan bermaksud untuk menambah kegiatan usaha baru, berupa Produk Tas (Travelling Goods).

Secara teknis produksi sepatu dan tas tidak jauh berbeda (memerlukan keahlian memotong dan menjahit). Dengan kemampuan dan pengalaman dalam produksi sepatu, Perseroan bermaksud untuk membentuk Divisi Produksi Tas, untuk memaksimalkan penggunaan kapasitas pabrik saat ini.

Uraian detail mengenai Aspek yang dikaji akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.

Kegiatan Usaha

Sesuai dengan Pernyataan Keputusan Rapat PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk No. 39 tanggal 10-06-2015, maksud dan tujuan Perseroan adalah bergerak dalam bidang Jasa, Perindustrian, Pembangunan dan Perdagangan. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:

a. Menjalankan usaha-usaha di bidang Jasa, antara lain:

Jasa Telekomunikasi Umum.

Jasa Teknologi Informasi.

b. Menjalankan usaha-usaha di bidang Perindustrian antara lain:

Industri perakitan peralatan telekomunikasi.

Industri alas kaki dan industri yang berhubungan dengan pembuatan dan/atau pengolahan alas kaki.

c. Menjalankan usaha-usaha di bidang Pembangunan antara lain:

Bertindak sebagai pengembang.

Pemborong pada umumnya (general contractor) antara lain pembangunan kawasan perumahan (real estate), kawasan industri (industrial estate), gedung-gedung apartement, kondominium, perkantoran.

Pembangunan konstruksi gedung, jembatan, jalan, bandara dan dermaga.

Pemasangan instalasi-instalasi listrik, gas, air minum, telekomunikasi, air conditioner dan dalam bidang teknik sipil, electro dan mesin.

d. Menjalankan usaha-usaha di bidang Perdagangan antara lain:

Menjalankan usaha perdagangan impor dan ekspor, antar pulau/daerah serta local, untuk barang-barang hasil produksi sendiri dan hasil produksi perusahaan lain.

Bertindak sebagai agen, grosir, distributor, supplier, leveransir, waralaba dan commission house.

Page 23: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk II-2

Bertindak sebagai distributor dan sebagai perwakilan dari badan-badan perusahaan- perusahaan lain, baik dari dalam maupun luar negeri.

2.1.1. Struktur Permodalan Perseroan Dan Susunan Pemegang Saham

Berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa No. 133 tanggal 15 November 2017 dari Notaris R. Tendy Suwarman, SH, susunan Pemegang Saham Perseroan per tanggal 30 Juni 2018 adalah sebagai berikut:

Tabel 2-1. : Struktur Permodalan Perseroan Dan Susunan Pemegang Saham

2.1.2. Susunan Anggota Dewan Komisaris Dan Direksi

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan per tanggal 30 Juni 2018 sesuai dengan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan No. 133 tanggal 15 November 2017 dari Notaris R. Tendy Suwarman, SH, adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris Komisaris Utama : Judiono Tosin Komisaris Independen : Hariadi Darmawan Komisaris Independen : Endang Kosasih

Dewan Direksi Direktur Utama : Bambang Setiyono Direktur : David Jahya Direktur : Yati Nurhayati

2.1.3. Perizinan Dan Legalitas Perseroan

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perseroan telah memperoleh izin dan dokumen operasional sebagai berikut:

1. Copy Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 7 tanggal 1 Juli 1988, dihadapan Notaris Nanny Sukarja, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik IndonesiaNo. C2-9967-HT.01.01.TH.88 tanggal 31 Oktober 1988;

2. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perseroan No. 17 tanggal 17 Juni 1997, dihadapan Notaris Nanny Sukarja, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2-8.954 HT.01.04.TH.97 tanggal 3 September 1997;

3. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perseroan No. 31 tanggal 14 Agustus 2008, dihadapan Notaris Tien Norman Lubis, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. AHU-68181.AH.01.02.Tahun.2008 TH.97 tanggal 23 September 2008;

4. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk No. 39 tanggal 10-06-2015, dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU.09387788.AH.01.02.TAHUN.2015 tanggal 06 Juli 2015;

5. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk, No. 173 tanggal 29 Juni 2016 dihadapan Notaris R. Tendy Sumarwan, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU.AH.01.03.0067003 tanggal 27 Juli 2016;

Page 24: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk II-3

6. Copy Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk, No. 174 tanggal 29 Juni 2016 dihadapan Notaris R. Tendy Sumarwan, SH dan disahkan melalui Surat Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU.AH.01.03.0067131 tanggal 27 Juli 2016;

7. Copy Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk, No. 133 tanggal 15-11-2017 dihadapan Notaris R. Tendy Sumarwan, SH dan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan No. AHU-AH.01.03-0199468 tanggal 11 Desember 2017;

8. Copy Surat Angka Pengenal Importir – Produsen (API-P) No. 090202709-P tanggal 1 Februari 2016;

9. Copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar No. 401/24.1PB.7/31.71/ -1.824.27/e/2016 tanggal 03 Oktober 2016 dengan masa berlaku sampai tanggal 03 Oktober 2021;

10. Copy Keputusan Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 123/T/INDUSTRI/1999 tanggal 16 MAR 1999 tentang Pemberian Izin Perluasan;

11. Copy Surat Izin Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bandung No. 0569/IG/III/2016/BPPT tanggal 16 Maret 2016 tentang Izin Gangguan;

2.2. Laporan Keuangan

Berikut adalah ikhtisar data Laporan Keuangan Audit Perseroan untuk Periode 30 Juni 2018, Laporan Keuangan Audit Perseroan untuk tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2017, 2016, dan 2015 yang telah diaudit oleh KAP Koesbandijah, Beddy Samsi dan Setiasih, serta Laporan Keuangan Audit Perseroan untuk tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2014 dan 2013 yang telah diaudit oleh KAP AF. Rachman dan Soetjipto WS., semua laporan dengan Opini Wajar Dalam Semua Hal Yang Material, sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini.

2.2.1. Laporan Laba (Rugi) Komprehensif

Laporan Laba (Rugi) Komprehensif Perseroan selama tahun 2013–30 Juni 2018 adalah sebagai berikut:

Tabel 2-2. : Laporan Laba (Rugi) Komprehensif

(Dalam Rupiah) 31 Desember 2013 31 Desember 2014 31 Desember 2015 31 Desember 2016 31 Desember 2017 30 Juni 2018

PENDAPATAN

Penjualan Bersih

Penjualan Bersih 279.150.207.182 286.688.094.220 222.363.830.677 172.109.865.924 153.713.878.373 71.952.371.568

Beban Pokok Penjualan (216.066.147.801) (220.004.468.931) (153.501.966.971) (103.774.178.864) (88.499.522.950) (39.910.507.393)

LABA KOTOR 63.084.059.381 66.683.625.289 68.861.863.706 68.335.687.060 65.214.355.423 32.041.864.175

Beban Penjualan (30.323.033.793) (33.221.301.360) (33.303.655.823) (36.624.108.556) (33.481.332.790) (17.646.033.777)

Beban Administrasi dan Umum (13.138.137.335) (11.511.319.142) (13.057.161.524) (14.027.958.661) (15.781.228.560) (7.150.275.784)

Pendapatan atas Penjualan Aset Tetap 428.000.000 - - 6.524.681.000 - -

Pendapatan Lain-lain 449.006.782 325.013.411 242.632.004 938.462.834 1.740.278.416 236.246.927

Beban Lain-lain (2.065.044.225) (678.403.060) (914.763.626) (29.145.057) (437.408.493) (136.103.729)

LABA USAHA 18.434.850.810 21.597.615.138 21.828.914.737 25.117.618.620 17.254.663.996 7.345.697.812

Pendapatan Keuangan 836.886.482 2.385.037.147 4.503.045.853 11.190.765.789 475.086.896 256.787.712

Beban Keuangan (40.782.092.082) (10.402.161.217) (25.936.740.658) (6.439.187.229) (6.827.940.640) (10.513.658.086)

LABA/(RUGI) SEBELUM PAJAK (21.510.354.790) 13.580.491.068 395.219.932 29.869.197.180 10.901.810.252 (2.911.172.562)

BEBAN PAJAK PENGHASILAN

Pajak Tangguhan 5.363.594.646 (3.285.280.902) (1.166.593.918) (6.736.403.160) 8.309.024.090 771.494.090

Pajak kini - - (5.722.673.288) (3.415.182.310) -

LABA (RUGI) SEBELUM KOMPREHENSIF (16.146.760.144) 10.295.210.166 (771.373.986) 17.410.120.732 15.795.652.032 (2.139.678.472)

KETERANGANAUDIT

Sumber : Laporan Keuangan Auditan PAI

Penjualan Bersih Perseroan selama tahun 2013 – 30 Juni 2018 mengalami rata-rata penurunan sebesar 12,41%. Hal ini terutama disebabkan karena Penjualan Lokal tahun 2016 sampai dengan tahun 2017 mulai menurun seiring dengan penurunan daya beli masyarakat, yang

Page 25: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk II-4

tercermin dari pertumbuhan konsumsi masyarakat yang semakin menurun, seperti terlihat pada Grafik 2.5. pada Sub Bab 3.4.

Penjualan Ekspor yang terus menurun sejak tahun 2013 juga merupakan penyebab menurunnya Penjualan Bersih Perseroan. Penurunan Penjualan Ekspor terutama disebabkan karena Perseroan memutuskan untuk sementara menghentikan penerimaan order eskpor dan hanya fokus pada penjualan sepatu lokal. Hal ini disebabkan oleh tingginya peningkatan biaya tenaga kerja (UMP) dan peningkatan biaya komponen produksi lainnya, yang terus meningkat setiap tahun, yang menyebabkan Perseroan tidak mampu lagi bersaing, dikarenakan margin keuntungan yang semakin menipis.

Beban Pokok Penjualan Perseroan selama tahun 2013 – 30 Juni 2018 terus menurun, hal ini terjadi seiring dengan penurunan pada Penjualan Bersih. Penurunan Beban Pokok Penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar 32,40% atau turun sebesar Rp 49,72 miliar yang diakibatkan oleh rendahnya pembelian Bahan Baku pada tahun 2016.

Selama tahun 2013 – 30 Juni 2018, Beban Penjualan Perseroan mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 3,08%, yang disebabkan oleh peningkatan biaya tenaga kerja pemasaran. Peningkatan Beban Penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebesar 9,97% atau meningkat sebesar Rp 3,32 miliar dari tahun 2015. Peningkatan ini disebabkan oleh biaya pemasaran yang meningkat cukup besar karena tidak tercapainya target penjualan di department store, sehingga Perseroan harus membayar kekurangan atas minimum margin penjualan sesuai perjanjian.

Beban Administrasi dan Umum Perseroan selama tahun 2013 – 30 Juni 2018 mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 1,71%, hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan pada biaya tenaga kerja, dimana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 13,43% atau meningkat sebesar Rp 1,54 miliar dibandingkan tahun 2014. Meningkatnya Beban Administrasi dan Umum PAI terutama disebabkan oleh meningkatnya Beban Gaji dan Tunjangan sebesar 10,89% atau meningkat sebesar Rp 899 juta dari tahun 2014, serta Biaya Kantor sebesar 71,72% atau meningkat Rp 771 juta dari tahun 2014.

Pada tahun 2016 Perseroan menjual Aset tetap berupa sebagian dari sertifikat HGB No. 306 seluas 5.112 M2, dengan harga Rp 6,98 milyar, dengan nilai keuntungan sebesar Rp 6,52 miliar yang dicatatkan sebagai Pendapatan atas Penjualan Aset Tetap.

Laba (Rugi) Sebelum Komprehensif Perseroan mengalami fluktuasi selama tahun 2013 – 30 Juni 2018. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebesar 2.357,03% atau meningkat sebesar Rp 18,18 miliar dibandingkan tahun 2015. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan pada Beban Pokok Penjualan, adanya Pendapatan atas Penjualan Aset Tetap yang berasal dari hasil ganti rugi atas tanah yang terkena proyek pembuatan akses jalan tol, peningkatan Pendapatan Keuangan, dan Penurunan Beban Keuangan.

Pada 30 Juni 2018 Perseroan mencatatkan Rugi Sebelum Komprehensif sebesar Rp 2,14 miliar.

Page 26: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk II-5

2.2.2. Laporan Posisi Keuangan

Laporan Posisi Keuangan Perseroan selama tahun 2013 – 30 Juni 2018 adalah sebagai berikut:

Tabel 2-3. : Laporan Posisi Keuangan (Aset)

(Dalam Rupiah) 31 Desember 2013 31 Desember 2014 31 Desember 2015 31 Desember 2016 31 Desember 2017 30 Juni 2018

ASET LANCAR

Kas dan Setara Kas 12.474.697.372 9.428.650.648 27.641.567.527 17.601.506.142 17.757.501.843 3.419.818.952

Piutang Usaha

- Piutang Usaha 17.533.513.326 13.956.009.069 15.825.508.503 15.142.829.214 13.744.954.448 22.754.939.272

- Piutang Lain-lain 237.089.346 222.323.080 274.890.113 4.561.197.187 959.232.042 1.007.037.659

Persediaan 59.234.716.981 56.268.118.693 34.651.722.560 38.275.037.492 34.873.724.745 51.915.643.524

Biaya Dibayar di Muka 2.535.914.259 2.098.704.393 2.134.188.165 2.592.309.427 2.726.028.860 4.103.644.433

Pajak Dibayar di Muka 5.670.099.111 4.905.694.612 2.873.974.016 1.127.276.704 2.323.715.459 1.162.194.459

Jumlah Aset Lancar 97.686.030.395 86.879.500.495 83.401.850.884 79.300.156.166 72.385.157.397 84.363.278.299

ASET TIDAK LANCAR

Aset Pajak Tangguhan 5.067.479.391 2.343.280.551 1.799.553.708 - 4.394.099.566 5.229.615.636

Aset Tetap - Net 14.250.928.919 14.028.659.400 12.942.798.526 11.365.108.955 10.990.004.495 11.168.142.999

Aset Lain-lain 1.002.620.393 1.286.148.837 1.414.191.643 1.376.009.440 1.558.067.395 1.528.793.819

Jumlah Aset Tidak Lancar 20.321.028.703 17.658.088.788 16.156.543.877 12.741.118.395 16.942.171.456 17.926.552.454

JUMLAH ASET 118.007.059.098 104.537.589.283 99.558.394.761 92.041.274.561 89.327.328.853 102.289.830.753

AUDITKETERANGAN

Sumber : Laporan Keuangan Auditan PAI

Jumlah Aset Perseroan selama tahun 2013 – 30 Juni 2018 mengalami rata-rata penurunan sebesar 2,82%, dimana pada tahun 2014 Jumlah Aset mengalami penurunan tertinggi yaitu sebesar 11,41% atau turun sebesar Rp 13,46 miliar dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena menurunnya Jumlah Aset lancar sebesar 11,06% atau turun Rp 10,80 miliar, yang terutama diakibatkan oleh menurunnya Kas dan Setara Kas, Piutang Usaha dan Persediaan di tahun 2014.

Tabel 2-4. : Laporan Posisi Keuangan (Liabilitas dan Ekuitas)

(Dalam Rupiah) 31 Desember 2013 31 Desember 2014 31 Desember 2015 31 Desember 2016 31 Desember 2017 30 Juni 2018

LIABILITAS JANGKA PENDEK

Hutang Usaha 37.543.339.368 26.232.558.328 23.079.518.013 19.324.511.990 17.729.836.051 24.738.778.080

Hutang Pajak 4.210.936.589 3.256.909.403 3.537.330.940 8.310.567.531 5.800.565.180 2.627.760.993

Hutang Bank Jangka Pendek

- Bank Mandiri KMK Revolving 36.567.000.000 37.320.000.000 41.385.000.000 33.581.760.642 32.845.874.707 34.921.167.647

- Bank Mandiri yang jatuh tempo setahun 3.656.700.000 3.110.000.000 - - - -

Hutang Sewa Pembiayaan yang JT. Setahun 195.132.000 195.132.000 195.132.000 83.772.000 108.744.000 92.562.000

Beban Akrual 14.553.491.408 14.937.160.118 19.997.781.055 27.840.297.570 27.655.492.748 31.039.664.061

Hutang Kelompok Usaha Pemegang Saham 15.570.719.209 7.513.291.470 964.872.321 150.000.000 - -

Liabilitas Imbalan Pasca Kerja - - - - - -

Hutang Pihak Ketiga 424.631.931 1.459.996.863 496.193.996 148.041.435 40.069.127 60.549.756

Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 112.721.950.505 94.025.048.182 89.655.828.325 89.438.951.168 84.180.581.813 93.480.482.537

LIABILITAS JANGKA PANJANG

Hutang Bank Mandiri

- Hutang Pokok 34.166.187.763 28.649.749.429 22.113.861.203 - - -

- Hutang Bunga 10.907.509.607 9.186.315.885 6.459.896.803 - - -

Hutang Sewa Pembiayaan 492.596.000 297.464.000 102.332.000 - 117.806.000 436.056.000

Liabilitas Imbalan Pasca Kerja 6.433.669.066 13.056.605.665 16.760.441.619 17.595.836.843 23.696.264.499 25.204.190.391

Hubungan Pihak Berelasi 87.235.143.266 87.235.143.266 87.235.143.266 - - -

Hutang Lain-lain 70.017.968.936 71.459.802.573 79.243.406.472 77.181.182.265 65.970.050.262 70.138.219.958

Liabilitas Pajak Tangguhan - - - 5.000.775.907 - -

Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 209.253.074.638 209.885.080.818 211.915.081.363 99.777.795.015 89.784.120.761 95.778.466.349

JUMLAH LIABILITAS 321.975.025.143 303.910.129.000 301.570.909.688 189.216.746.183 173.964.702.574 189.258.948.886

EKUITAS

Modal Saham ditempatkan dan disetor penuh

Seri A : 172.000.000 lembar saham dgn

nominal Rp. 250/Saham

Seri B : 436.175.716 lembar saham dgn

nominal Rp. 200/Saham - - - 130.235.143.200 130.235.143.200 130.235.143.200

Modal Saham Tahun 2012 - 2015:

Modal dasar 344.000.000 saham dgn nilai

nominal Rp. 500/Saham. Modal di 43.000.000.000 43.000.000.000 43.000.000.000 - -

Defisit (246.967.966.045) (241.077.810.441) (241.849.184.426) (224.439.063.684) (208.643.411.652) (210.783.090.124)

Defisit Komprehensif Lain - (1.294.729.276) (3.163.330.501) (2.971.551.138) (6.229.105.269) (6.421.171.209)

Defisit Ekuitas (203.967.966.045) (199.372.539.717) (202.012.514.927) (97.175.471.622) (84.637.373.721) (86.969.118.133)

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 118.007.059.098 104.537.589.283 99.558.394.761 92.041.274.561 89.327.328.853 102.289.830.753

AUDITKETERANGAN

Sumber : Laporan Keuangan Auditan PAI

Page 27: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk II-6

Jumlah Liabilitas Perseroan selama tahun 2013 – 30 Juni 2018 mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 10,08%. Penurunan Jumlah Liabilitas tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar 37,26% atau turun Rp 112,35 miliar dibandingkan tahun 2015. Hal ini disebabkan karena adanya corporate action berupa Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, berupa konversi dari Hutang Pemegang Saham sebesar Rp 87,23 miliar menjadi Modal.

Jumlah Ekuitas Perseroan selama tahun 2013 – 30 Juni 2018 mengalami defisit dengan rata-rata penurunan Jumlah Defisit Ekuitas sebesar 15,67%. Penurunan Jumlah Defisit Ekuitas tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebesar 51,90% atau mengurangi jumlah defisit sebesar Rp 104,83 miliar dari tahun 2015. Penurunan Defisit Ekuitas tersebut disebabkan oleh adanya perubahan Modal Saham pada tahun 2016 yang merubah Saham Ditempatkan dan Disetor Penuh pada tahun sebelumnya sebesar Rp 43,00 miliar menjadi Saham Seri A, dan penerbitan Saham Portepel menjadi Saham Seri B sejumlah Rp 87,23 miliar.

2.2.3. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas Perseroan selama tahun 2013 – adalah sebagai berikut:

Tabel 2-5. : Laporan Arus Kas (Aktivitas Operasi)

(Dalam Rupiah) 31 Desember 2013 31 Desember 2014 31 Desember 2015 31 Desember 2016 31 Desember 2017 30 Juni 2018

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Penerimaan Kas Dari Pelanggan 288.317.714.072 305.740.132.773 236.853.939.574 189.801.384.479 170.483.140.975 70.156.889.190

Penerimaan Pajak Penghasilan - - 2.638.800.134 2.271.082.000 - -

Pembayaran Kas Kepada Pemasok (161.590.188.807) (178.650.129.422) (98.926.419.340) (71.209.416.435) (49.696.772.464) (27.810.393.583)

Pembayaran Untuk Beban Usaha (18.999.480.584) (16.810.032.630) (16.846.716.666) (16.295.172.636) (19.747.214.768) (9.905.790.163)

Pembayaran Kepada Karyawan (77.379.535.547) (85.005.988.668) (69.211.571.611) (71.347.031.945) (68.834.000.996) (39.073.964.205)

Pembayaran Bunga dan Adm. Bank (3.515.177.276) (3.790.764.706) (3.656.496.745) (2.610.621.292) (1.790.202.330) (1.070.256.634)

Pembayaran Pajak Penghasilan (4.259.509.000) (2.740.135.993) (661.358.631) (970.220.190) (8.710.330.725) (2.939.471.833)

Pembayaran PPN Impor dan Lokal (11.902.127.405) (6.814.174.396) (11.702.175.864) (12.536.747.384) (12.034.838.288) (3.773.310.106)

Arus Kas Netto Dari Aktivitas Operasi 10.671.695.453 11.928.906.958 38.488.000.851 17.103.256.597 9.669.781.404 (14.416.297.334)

KETERANGANAUDIT

Sumber : Laporan Keuangan Auditan PAI

Aktivitas Operasi

Arus Kas Netto Dari Aktivitas Operasi Perseroan mengalami Penurunan sebesar Rp 7,43 miliar pada tahun 2017 menjadi sebesar Rp 9,67 miliar. Penurunan tersebut disebabkan karena adanya penurunan atas Penerimaan Kas dari Pelanggan, yang juga diikuti dengan peningkatan Pembayaran Pajak Penghasilan, penurunan Pembayaran Kas Kepada Pemasok serta penurunan atas Pembayaran Kepada Karyawan.

Tabel 2-6. : Laporan Arus Kas (Aktivitas Investasi)

(Dalam Rupiah) 31 Desember 2013 31 Desember 2014 31 Desember 2015 31 Desember 2016 31 Desember 2017 30 Juni 2018

ARUS KAS UNTUK AKTIVITAS INVESTASI

Penerimaan Bunga Bank 219.003.942 553.621.559 693.084.540 807.276.780 475.086.896 256.787.712

Penerimaan Peralihan Aset Tanah - - - 6.983.248.000 - -

Penerimaan Lain-lain 476.203.801 232.020.416 190.064.971 360.305.200 214.813.350 236.246.931

Pembayaran Aset Tetap (1.644.186.380) (2.014.754.406) (1.139.400.698) (968.789.771) (724.895.830) (387.095.212)

Pembayaran Aset Lain-lain (169.930.060) (283.628.444) (128.028.806) - (182.057.955) -

Arus Kas Netto Dari Aktivitas Investasi (1.118.908.697) (1.512.740.875) (384.279.993) 7.182.040.209 (217.053.539) 105.939.431

KETERANGANAUDIT

Sumber : Laporan Keuangan Auditan PAI

Aktivitas Investasi

Arus Kas Netto Dari Aktivitas Investasi Perseroan selama tahun 2013 – 30 Juni 2018 mengalami fluktuasi. Tahun 2016 Arus Kas Netto Dari Aktivitas Investasi tercatat positif sebesar Rp 7,18 miliar, hal tersebut disebabkan oleh adanya Penerimaan atas Peralihan Aset Tanah sebesar Rp 6,98 miliar. Sedangkan pada tahun 2017, Arus Kas Netto Dari Aktivitas Investasi tercatat sebesar negatif Rp 217,05 juta. Hal ini disebabkan Arus Kas atas Pembayaran Aset Tetap dan Pembayaran Aset lain-lain lebih besar daripada Arus Kas atas Penerimaan Bunga Bank dan Penerimaan lain-lain. Pada 30 Juni 2018 Arus Kas Netto Dari Aktivitas Investasi kembali tercatat positif sebesar Rp 105,94 juta.

Page 28: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk II-7

Tabel 2-7. : Laporan Arus Kas (Aktivitas Pendanaan)

(Dalam Rupiah) 31 Desember 2013 31 Desember 2014 31 Desember 2015 31 Desember 2016 31 Desember 2017 30 Juni 2018

ARUS KAS UNTUK AKTIVITAS PENDANAAN

Pembayaran Pinjaman Bank Mandiri - Pokok dan Bunga (2.595.150.000) (6.440.150.000)

- KMK Aflopend - - (13.396.900.000) (21.578.546.249) - -

- KMK Revolving - - - (6.733.248.000) (999.225.000) -

- Pengeluaran Uang Muka untuk Pelunasan KMK Revolving - - - (566.230.609) - -

Penerimaan Pinjaman Kelompok Usaha Relasi (878.805.344) (8.057.427.739) (6.545.309.056) (814.872.321) - -

Penerimaan / (Pengeluaran) Pinjaman Pihak Ketiga Lainnya (137.313.804) 1.035.364.932 51.405.077 (348.152.561) (107.972.309) 20.480.629

Pembayaran Hutang lain-lain - - - - (11.791.500.000) -

Pengeluaran Untuk Pinjaman Non Usaha - - - (4.284.308.451) 3.601.965.145 (47.805.617)

Arus Kas Netto Dari Aktivitas Pendanaan (3.611.269.148) (13.462.212.807) (19.890.803.979) (34.325.358.191) (9.296.732.164) (27.324.988)

KENAIKAN / (PENURUNAN) KAS DAN SETARA KAS 5.941.517.608 (3.046.046.724) 18.212.916.879 (10.040.061.385) 155.995.701 (14.337.682.891)

KAS DAN SETARA KAS AWAL PERIODE 6.533.179.764 12.474.697.372 9.428.650.648 27.641.567.527 17.601.506.142 17.757.501.843

KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE 12.474.697.372 9.428.650.648 27.641.567.527 17.601.506.142 17.757.501.843 3.419.818.952

KETERANGANAUDIT

Sumber : Laporan Keuangan Auditan PAI

Aktivitas Pendanaan

Arus Kas Netto Dari Aktivitas Pendanaan Perseroan selama tahun 2013- 30 Juni 2018 tercatat negatif masing-masing sebesar Rp 3,61 miliar (2013), Rp 13,46 miliar (2014), Rp 19,89 miliar (2015), Rp 34,32 miliar (2016), Rp 9,29 miliar (2017) dan Rp 27,32 juta (30 Juni 2018). Arus Kas Netto Dari Aktivitas Pendanaan Perseroan pada tahun 2016 merupakan yang tertinggi selama tahun 2013 – 30 Juni 2018 yang disebabkan oleh adanya Pembayaran atas Pokok dan Bunga dari Pinjaman Bank Mandiri sebesar negatif Rp 28,87 miliar, serta adanya Pengeluaran Untuk Pinjaman Non Usaha sebesar negatif Rp 4,28 miliar. Sedangkan di tahun 2017 Arus Kas Netto Dari Aktivitas Pendanaan tercatat sebesar negatif Rp 9,29 miliar, yang disebabkan oleh adanya Pengeluaran Untuk Pinjaman Non Usaha sebesar Rp 3,60 miliar dan Pembayaran Hutang lain-lain sebesar Rp 11,79 miliar.

Saldo Kas Dan Setara Kas Akhir Periode 30 Juni 2018 tercatat sebesar Rp 3,42 miliar.

Page 29: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk II-8

2.2.4. Analisis Rasio

Berikut ini disajikan analisis rasio Perseroan selama tahun 2013 – 30 Juni 2018 sebagai berikut:

Tabel 2-8. : Analisis Rasio

31 Desember

2013

31 Desember

2014

31 Desember

2015

31 Desember

2016

31 Desember

2017

30 Juni

2018

Rasio Pertumbuhan*

Penjualan n/a 2,70% -22,44% -22,60% -10,69% -6,38% -12,41%

Beban Pokok Penjualan n/a 1,82% -30,23% -32,40% -14,72% -9,81% -18,06%

Beban Penjualan n/a 9,56% 0,25% 9,97% -8,58% 5,41% 3,08%

Beban Administrasi dan Umum n/a -12,38% 13,43% 7,43% 12,50% -9,38% 1,71%

Laba (Rugi) Kotor n/a 5,71% 3,27% -0,76% -4,57% -1,73% 0,31%

Laba (Rugi) Usaha n/a 17,16% 1,07% 15,07% -31,30% -14,86% -4,44%

Laba (Rugi) Sebelum Pajak n/a 163,13% -97,09% 7457,61% -63,50% -153,41% 11,58%

Laba (Rugi) Sebelum Komprehensif n/a 163,76% -107,49% 2357,03% -9,27% -127,09% 11,65%

Aset n/a -11,41% -4,76% -7,55% -2,95% 14,51% -2,82%

Liabilitas n/a -5,61% -0,77% -37,26% -8,06% 8,79% -10,08%

Ekuitas n/a -2,25% 1,32% -51,90% -12,90% 2,75% -15,67%

Rasio Vertikal

Jumlah Liabilitas/Jumlah Aset 272,84% 290,72% 302,91% 205,58% 194,75% 185,02% 241,97%

Jumlah Ekuitas/Jumlah Aset -172,84% -190,72% -202,91% -105,58% -94,75% -85,02% -141,97%

Beban Pokok Penjualan/Penjualan 77,40% 76,74% 69,03% 60,30% 57,57% 55,47% 66,09%

Beban Penjualan/Penjualan 10,86% 11,59% 14,98% 21,28% 21,78% 24,52% 17,50%

Beban Adm & Umum/Penjualan 4,71% 4,02% 5,87% 8,15% 10,27% 9,94% 7,16%

Laba (Rugi) Kotor /Penjualan 22,60% 23,26% 30,97% 39,70% 42,43% 44,53% 33,91%

Laba (Rugi) Usaha/Penjualan 6,60% 7,53% 9,82% 14,59% 11,23% 10,21% 10,00%

Laba (Rugi) Sebelum Pajak /Penjualan -7,71% 4,74% 0,18% 17,35% 7,09% -4,05% 2,94%

Laba (Rugi) Sebelum Komprehensif /Penjualan -5,78% 3,59% -0,35% 10,12% 10,28% -2,97% 2,48%

Rasio Profitabilitas

Return on Equity (ROE) 7,92% -5,16% 0,38% -17,92% -18,66% 2,46% -5,16%

Return on Assets (ROA) -13,68% 9,85% -0,77% 18,92% 17,68% -2,09% 4,98%

Rasio Likuiditas

Current Ratio 0,87 0,92 0,93 0,89 0,86 0,90 0,89

Quick Ratio 0,27 0,25 0,48 0,37 0,37 0,28 0,34

Rasio Solvabilitas

Debt to Equity (DER) -1,58 -1,52 -1,49 -1,95 -2,06 -2,18 -1,80

Debt to Assets (DAR) 2,73 2,91 3,03 2,06 1,95 1,85 2,42

Rasio Aktivitas

Perputaran Piutang Usaha (hari) 23 18 26 32 33 57 31

Perputaran Persediaan (hari) 100 93 82 135 144 235 132

Perputaran Utang Usaha (hari) 63 44 55 68 73 112 69

KETERANGAN Rata - Rata

Sumber : diolah SISCO dengan data Laporan Keuangan Auditan PAI

*) Rata-rata Pertumbuhan tahun 2013 – 30 Juni 2018 dihitung dengan CAGR

Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola aset-asetnya dengan tujuan akhir mengoptimalkan pengembalian yang dapat diperoleh para penyedia modal (capital providers). Profitabilitas diukur dengan rasio Imbal Hasil Aset /Return On Asset (ROA) dan Imbal Hasil Ekuitas /Return On Equity (ROE).

Selama periode 2013 – 30 Juni 2018, rata-rata ROE Perseroan sebesar -5,16%. Sedangkan, rata-rata ROA PAI sebesar 4,98%.

Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas PAI diukur dengan menggunakan current ratio dan quick ratio.

Rata – rata Current ratio PAI selama periode 2013 – 30 Juni 2018 tercatat sebesar 0,89x Dan rata – rata Quick ratio PAI pada periode 2013 – 30 Juni 2018 tercatat sebesar 0,34x.

Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban (jangka pendek maupun jangka panjang). Solvabilitas perusahaan diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Assets Ratio (DAR).

Page 30: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk II-9

PAI mencatatkan rata-rata DER selama periode 2013 – 30 Juni 2018 sebesar negatif 1,80x dan DAR sebesar 2,42x.

Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset-aset yang dimilikinya.

Perputaran Piutang Usaha PAI pada tahun 2013 – 30 Juni 2018 secara rata-rata adalah selama 31 hari, perputaran Persediaan secara rata-rata selama 132 hari dan untuk Perputaran Utang Usaha PAI secara rata-rata adalah selama 69 hari.

2.3. Produk yang Dihasilkan

Sesuai dengan Akta Anggaran Dasarnya, ruang lingkup kegiatan Perseroan meliputi bidang usaha jasa, perindustrian, pembangunan, dan perdagangan umum. Kegiatan Perseroan dari sejak pendirian sampai saat ini meliputi industri alas kaki khususnya produksi dan penjualan sepatu olah raga dan yang berhubungan dengan pengolahan bahan-bahan dasar pembuatan sepatu olah raga. Perseroan berencana untuk menambah Kegiatan Usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi, yaitu berupa Produk Tas (Travelling Goods).

2.4. Teknologi yang digunakan

Dalam menciptakan produk Tas (Travelling Goods), Perseroan menggunakan teknologi terbaru seperti:

Bahan baku atau material yang dapat memblokir Identifikasi Frekuensi Radio atau Radio Frequency Identification (RFID), sehingga dapat menambah tingkat keamanan ekstra untuk pengguna kartu kredit,

Bahan anti tembus sehingga tidak mudah untuk memotong dan mengambil tas seseorang,

Risleting ganda, sehingga menambah tingkat keamanan untuk melindungi perlengkapan pengguna,

Bahan reflektif untuk membantu melindungi pengguna saat gelap,

Tahan air, mudah dibersihkan, dan bahan ringan,

Metode baru yang digunakan untuk pegangan koper

Teknologi baru dalam pembuatan roda untuk koper agar lebih tahan lama, dan perputaran roda sangat halus.

Pada umumnya dalam produksi koper, duffels, dan tas hanya memotong dan menjahit sehingga teknologi dalam membuat produk sangat minimal. Namun, Perseroan dapat menggunakan mesin jahit terbaru yang hemat energi, mesin jahit dan mesin potong bahan yang diprogram komputer, lampu hemat energi dan bahan insulasi untuk menjaga biaya energi serendah mungkin.

2.5. Pasar yang Dituju (Intended Market Environment)

Untuk tahap awal, produk yang akan dihasilkan oleh Perseroan adalah berdasarkan pesanan dan direncanakan akan diekspor ke Amerika Serikat, namun untuk selanjutnya Perseroan tidak membatasi negara tujuan ekspor produk tersebut.

2.6. Pesaing dan Persaingan

Dalam setiap usaha, faktor pesaing dan persaingan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Demikian pula halnya dengan rencana Penambahan usaha Perseroan. Persaingan yang dihadapi dapat berupa persaingan harga, persaingan dalam mendapatkan tenaga kerja, maupun persaingan dari produk-produk yang dihasilkan. Kemungkinan pesaing dalam bidang usaha ini cukup besar, dimana produk yang dihasilkan adalah produk tas, sehingga sangat mudah bagi pesaing usaha dalam meniru produk yang dihasilkan tersebut.

Terhadap persaingan yang muncul, Perseroan sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk menyikapinya. Salah satu nya adalah, di dalam rencana produksi dan penjualan, produk tas Perseroan sudah disesuaikan dengan order yang diberikan oleh pembeli (buyer), dimana

Page 31: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk II-10

pihak buyer sendiri memperoleh order tersebut dari pemegang merk. Dengan demikian, tidak ada risiko persaingan usaha dengan produk tas lain. Persaingan yang mungkin terjadi adalah dalam hal efisiensi pabrik, guna mencegah pihak buyer berpaling kepada pabrikan lainnya.

2.7. Aspek Lingkungan

Perseroan menerapkan kebijakan untuk melakukan kegiatan operasional dengan memperhatikan tanggung jawab terhadap lingkungan. Sebagai wujud tanggung jawab tersebut, Perseroan menerapkan program:

- Melakukan daur ulang atas limbah produksi, - Melakukan penghijauan di sekitar lingkungan pabrik, - Melakukan penghematan energi (listrik, air dan bahan bakar), seperti pengurangan

penggunaan lampu, penghematan penggunaan air dan optimalisasi penggunaan bahan bakar minyak dalam operasional usaha,

- Menggunakan kertas daur ulang untuk beberapa dokumen.

2.8. Faktor Risiko

Risiko utama yang dihadapi oleh Perseroan adalah banyaknya pesaing yang memproduksi Travelling Goods. Selain itu risiko tingginya biaya material dan biaya tenaga kerja juga menjadi salah satu faktor risiko utama yang harus dihadapi oleh Perseroan. Dalam hal ini upaya mitigasi risiko yang dilakukan Perseroan di dalam risiko persaingan usaha adalah dengan berusaha untuk bekerja dibawah pengawasan yang ketat dan terarah , sehingga tercapai tingkat efisiensi yang maksimal. Keunggulan Perseroan dibandingkan dengan perusahaan lain adalah Perseroan mempunyai pengalaman dalam pembuatan sepatu yang memerlukan skill lebih tinggi, serta mempunyai track record yang baik sehingga diberikan kemudahan fasilitas ekspor impor oleh Pemerintah.

Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang produksi dan perdagangan produk Tas (Travelling Goods) untuk melayani permintaan pasar luar negeri, Perseroan mungkin menghadapi risiko yang timbul baik dari internal maupun eksternal.Ada beberapa risiko yang mungkin akan dihadapi oleh Perseroan, diantaranya adalah:

Risiko Pasar

Risiko pasar mencakup antara lain fluktuasi nilai tukar valuta asing yang didapat dari kegiatan ekspor Perseroan. Namun, karena komponen biaya produksi yang menggunakan mata uang Rupiah hanya sekitar 10%, maka risiko tersebut dapat ditolerir. Risiko penjualan tidak ada, karena Perseroan bekerja berdasarkan order yang diterima dari buyer di luar negeri, dengan merk luar negeri untuk diekspor ke negara tujuan yang mereka tentukan sebelumnya. Situasi politik yang tidak pasti, biaya adaptasi dan komunikasi yang mahal, dan hambatan perdagangan lainnya juga merupakan Risiko pasar yang harus dihadapi Perseroan. Perseroan memprioritaskan penjualan ekspor dibandingkan dengan di dalam negeri, karena pasar dan permintaan yang sudah jelas. Penjualan Dalam Negeri belum akan terjadi dalam waktu dekat, dikarenakan memerlukan proses yang lebih rumit, termasuk antara lain upaya pengenalan merk baru, pengenalan potensi pasar per wilayah, pembentukan jaringan distribusi dan strategi pemasaran lainnya.

Risiko Rantai Pasokan (Supply Chain Risk)

Rantai pasokan adalah serangkaian aktivitas sejak dari bahan baku dan komponen produksi lainnya sampai menjadi produk akhir yang diserahkan ke konsumen. Ketika satu tahapan dari rantai pasokan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik, maka seluruh rantai pasokan akan terganggu, yang pada akhirnya akan berakibat pada menurunnya pendapatan, meningkatnya biaya, dan merusak reputasi bisnis dan kepercayaan konsumen.

Page 32: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk II-11

Secara umum, risiko rantai pasokan terbagi dua jenis, yaitu:

a. Risiko Rantai Pasokan Eksternal, antara lain:

- Risiko Permintaan, yang disebabkan oleh kesalahan permintaan pasar, - Risiko Pasokan, yang disebabkan oleh adanya gangguan terhadap aliran produk di

dalam rantai pasokan, - Risiko Lingkungan, yang terkait dengan kondisi sosial, ekonomi, pemerintahan

dan iklim, - Risiko Distribusi Bahan Baku, yang disebabkan karena bahan baku yang digunakan

oleh Perseroan sebagian didapat dari hasil impor.

b. Risiko Rantai Pasokan Internal, antara lain:

- Risiko Produksi, yang disebabkan oleh gangguan pada proses produksi, - Risiko Bisnis, yang disebabkan oleh perubahan personal inti, manajemen, struktur

laporan, dan proses bisnis. - Risiko Perencanaan dan Pengawasan, yang disebabkan oleh perencanaan dan

pengawasan yang tidak memadai karena tidak efektifnya fungsi manajemen.

Pengelolaan risiko-risiko tersebut di atas bisa dilakukan dengan melakukan antisipasi atas risiko-risiko yang mungkin terjadi, meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko dimaksud, serta merencanakan penanganan yang harus dilakukan apabila risiko yang tidak dikehendaki tersebut terjadi. Dengan pengelolaan risiko yang baik, kerugian yang ditimbulkan dapat diminimalisir.

2.9. Persyaratan Modal dan Strategi Finansial

Modal yang dibutuhkan oleh Perseroan dalam menjalankan penambahan usaha barunya didapat melalui pinjaman tanpa bunga dan ekuitas yang digunakan sebagai Capital Expenditure (Capex), Adapun modal usaha tersebut, digunakan untuk Biaya Pembelian 4 lini Mesin produksi tas sebesar USD 119.000.

Page 33: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk III-1

3. KELAYAKAN PASAR

3.1. Kondisi Pasar

3.1.1. Kondisi Perekonomian Dunia

Pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan semakin baik, meskipun di saat bersamaan sedang berlangsung proses penyesuaian likuiditas global. Pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan mencapai 3,9%, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya sebesar 3,8%, terutama didorong oleh akselerasi ekonomi AS yang bersumber dari penguatan investasi dan konsumsi, di tengah berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter AS. Dari Eropa, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan tumbuh lebih tinggi didukung perbaikan ekspor dan konsumsi serta kebijakan moneter yang akomodatif. Dari negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan tetap cukup tinggi ditopang kenaikan konsumsi dan investasi swasta serta proses penyesuaian ekonomi yang berjalan dengan baik. Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik tersebut akan meningkatkan volume perdagangan dunia yang berdampak pada tetap kuatnya harga komoditas, termasuk komoditas minyak, pada 2018. Di tengah tren penguatan ekonomi dunia, likuiditas dolar AS cenderung mengetat, yang kemudian mendorong kenaikan imbal hasil surat utang AS dan penguatan dolar AS sehingga menekan banyak mata uang lainnya. Ke depan, sejumlah risiko perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain, kenaikan FFR dan imbal hasilsurat utang AS, kenaikan harga minyak, ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok, serta isu geopolitik terkait pembatalan kesepakatan nuklir antara AS dan Iran.

3.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 tetap kuat didukung oleh permintaan domestik. Pertumbuhan PDB triwulan I 2018 tercatat 5,06% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,01% (yoy), ditopang investasi yang naik dan konsumsi swasta yang tetap kuat. Investasi tumbuh tinggi sebesar 7,95% (yoy), meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,27% (yoy), sehingga merupakan capaian tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan investasi terutama didorong investasi nonbangunan yang membaik untuk mendukung kebutuhan proses produksi yang meningkat. Investasi bangunan juga masih tumbuh tinggi seiring dengan proyek infrastruktur Pemerintah. Konsumsi swasta yang tetap kuat terutama didorong oleh meningkatnya belanja terkait penyelenggaraan Pilkada. Kuatnya permintaan domestik kemudian mendorong pertumbuhan impor yang cukup tinggi, khususnya impor barang modal dan bahan baku. Sementara itu, ekspor tetap tumbuh, meskipun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Secara spasial, perbaikan kinerja ekonomi terjadi di wilayah Jawa, Bali, Maluku, dan Papua. Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2018 tetap berada pada kisaran 5,1-5,5%. Defisit transaksi berjalan triwulan I 2018 menurun sehingga menopang ketahanan sektor eksternal perekonomian Indonesia.

Defisit transaksi berjalan tercatat 5,5 miliar dolar AS (2,1% dari PDB) pada triwulan I 2018, lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai USD 6,0 miliar (2,3% dari PDB). Penurunan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa dan peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder. Sementara itu, transaksi modal dan finansial tetap mencatat surplus di tengah tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2018 tercatat USD 1,9 miliar, terutama ditopang oleh aliran masuk investasi langsung yang masih cukup tinggi sehingga mencerminkan tetap positifnya persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Pada April 2018, neraca perdagangan mengalami defisit USD 1,63 miliar terutama karena peningkatan impor nonmigas sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi. Posisi cadangan devisa pada April 2018 tercatat USD 124,9 miliar, setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, defisit transaksi berjalan pada 2018 diperkirakan berada dalam kisaran 2,0-2,5% dari PDB, tetap terkendali dalam batas yang aman yaitu tidak melebihi 3,0% dari PDB.

Page 34: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk III-2

3.1.3. Inflasi Indonesia

Inflasi pada April 2018 tetap terkendali dalam kisaran sasaran ditopang oleh koreksi harga pangan dan ekspektasi yang terjaga. Inflasi IHK pada April 2018 mencapai 0,10% (month-to-month/mtm), melambat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,20% (mtm). Secara tahunan, inflasi IHK tercatat 3,41% (yoy) sehingga berada dalam kisaran sasaran inflasi 3,5±1% (yoy). Terkendalinya inflasi didukung oleh deflasi volatile food dan perlambatan inflasi inti, sedangkan inflasi administered prices tercatat naik. Inflasi inti yang terkendali tidak terlepas dari konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia dalam menjaga inflasi. Inflasi volatile food yang mencatat deflasi dipengaruhi koreksi harga beberapa komoditas pangan. Sementara itu, inflasi kelompok administered prices yang meningkat bersumber dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi. Ke depan, inflasi diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5±1% (yoy).

3.1.4. Perkembangan Ekonomi Jawa Barat

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2018 tumbuh melambat dibanding triwulan I 2018. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat melambat dari 5,96% (yoy) pada triwulan I 2018 menjadi 5,65% (yoy) pada triwulan II 2018. Namun realisasi ini masih lebih tinggi dibanding rata-rata LPE triwulan II 2018 pada kurun waktu 2015-2017 yang tercatat sebesar 5,44% (yoy). LPE triwulan II 2018 juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2017 yang tercatat sebesar 5,35% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2018 diperkirakan melambat dibandingkan triwulan II 2018, dengan proyeksi pertumbuhan pada rentang 5,2% - 5,6% (yoy). Sementara itu secara keseluruhan tahun ekonomi Jawa Barat diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,4% - 5,8% (yoy).

3.1.5. Perkembangan Inflasi Jawa Barat

Inflasi Jawa Barat pada triwulan II 2018 sebesar 3,09%, mengalami penurunan dibandingkan dengan realisasi inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 3,91% (yoy). Nilai inflasi tahunan ini juga lebih rendah dibandingkan dengan capaian inflasi nasional sebesar 3,12% (yoy). Secara kumulatif April-Juni, inflasi pada triwulan II 2018 sebesar 2,20% (year-to-date/ytd), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 2,74% (ytd).

Laju inflasi kumulatif hingga juni 2018 dari 7 (tujuh) kota perhitungan inflasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa kota yang berada diatas realisasi inflasi kumulatif Jawa Barat (2,21% ytd). Kota Bekasi sebesar 2,57% (ytd), Kota Bandung dan Tasikmalaya 2,24% (ytd), serta Bogor 2,12% (ytd). Sementara secara tahunan, hanya2 (dua) kota yang memiliki pencapaian inflasi dibawah Jawa Barat 3,09% (yoy) yaitu Depok 2,50% (yoy) dan Sukabumi 2,57% (yoy). Bogor menjadi kota dengan inflasi tertinggi yaitu sebesar 3,62% (yoy) diikuti dengan Cirebon 3,45% (yoy), Tasikmalaya 3,33% (yoy), Bandung 3,25% (yoy) dan Sukabumi 2,57% (yoy).

3.2. Kesinambungan dan Potensi Nilai Pasar Produk Tas (Travelling Bags)

Produk tas ini merupakan tambahan kegiatan usaha untuk mengisi kekosongan kapasitas, dan pada tahap awal, kontribusi laba dari kegiatan usaha ini tidak akan sebesar dari penjualan sepatu yang telah memiliki jaringan distribusi yang luas di seluruh Indonesia. Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya industri pariwisata baik secara nasional maupun internasional, yang antara lain disebabkan perubahan gaya hidup, dari “buying things” menjadi “buying experiences”, maka kebutuhan tas ataupun koper untuk travelling akan semakin meningkat, dan potensi industri terkait akan semaking berkembang.

3.3. Tinjauan Industri Tas Perjalanan (Travelling Bags)

Perjalanan (Travelling) telah meningkat maknanya, seiring dengan meningkatnya urbanisasi dan aktivitas rekreasi. Masyarakat menjadi lebih condong ke arah aksesori perjalanan bermerek dan modis termasuk tas perjalanan, koper. Tas koper saat ini telah berevolusi dari sarana pengemasan pakaian tradisional menjadi pendamping perjalanan yang lebih nyaman dan serbaguna.

Page 35: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk III-3

Menurut Future Market Insights (FMI), segmen pasar tas perjalanan dapat dibagi berdasarkan bahan baku yang digunakan, jenis tas, saluran distribusi, dan harga, dengan rincian sebagai berikut:

Dari bahan baku yang digunakan dalam produksi tas perjalanan, pasar tersegmentasi menjadi: Soft Side, Hard Side, dan Hybrid.

Dari jenis tas, pasar tersegmentasi menjadi: Ransel (Backpacks), Koper atau Tas Troli (Suitcases or Trolley Bags), dan Tas Olahraga (Duffle bags).

Dari saluran distribusi, pasar tersegmentasi menjadi: Factory outlet, Toko tradisional, Supermarket, Hypermarket, Toko modern, Toko khusus, Toko diskon, Toko online, dan lainnya.

Dari sisi harga, pasar tersegmentasi menjadi: Premium, Medium, dan Rendah (merek lokal umumnya sangat terfragmentasi).

Menurut Barometer World Tourism Organization (UNWTO), pada tahun 2017, kedatangan turis internasional tumbuh sebesar 7% pada tahun 2017 atau mencapai total 1.322 juta. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh tujuan di seluruh dunia, diperkirakan bahwa kedatangan wisatawan internasional (pengunjung semalam) di seluruh dunia meningkat 7% pada tahun 2017. Ini jauh di atas tren yang berkelanjutan dan konsisten dari pertumbuhan 4% atau lebih tinggi sejak 2010 dan merupakan hasil yang paling kuat dalam tujuh tahun.

Momentum kuat pada tahun 2017 ini diperkirakan akan berlanjut di tahun 2018, meskipun pada kecepatan yang lebih berkelanjutan setelah 8 tahun ekspansi stabil setelah krisis ekonomi dan keuangan tahun 2009. Berdasarkan tren saat ini, UNWTO memproyeksikan kedatangan turis internasional di seluruh dunia untuk tumbuh pada tingkat 4% - 5% pada tahun 2018. Eropa dan Amerika diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,5% - 4,5%, Asia dan Pasifik sebesar 5% - 6%, Afrika sebesar 5% - 7% dan Timur Tengah sebesar 4% - 6%.

Tabel 3-1. : Kedatangan Wisatawan Internasional Tahun 2017

No Negara Kedatangan Wisatawan Internasional

1 Amerika Serikat 207 juta 16%

2 Eropa 671 juta 51%

3 Asia Pasifik 324 juta 24%

4 Afrika 62 juta 5%

5 Timur Tengah 58 juta 4%

Total Dunia 1.322 juta 100% Sumber: World Tourism Organization (UNWTO)

Menurut publikasi Travel Goods Association (TGA), tahun 2017 merupakan tahun yang cukup baik bagi pasar barang perjalanan (travel goods) di Amerika Serikat. Barang perjalanan tersebut antara lain luggage, business cases/computer bags, travel/sports bags, handbags, personal leather goods, backpacks and luggage locks. TGA memperkirakan penjualan barang perjalanan di Amerika Serikat mencapai USD 31,3 miliar pada tahun 2017, tidak berubah jika dibandingkan dengan tahun 2016.

Pada produk koper (luggage) di Amerika, volume penjualan melonjak pada tahun 2017, yaitu sebesar 8,3%, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan prospek bisnis yang membaik, lebih banyak keluarga yang mengambil liburan dan lebih banyak pengusaha melakukan perjalanan. Untuk mendorong penjualan tersebut, harga jual mengalami sedikit penurunan, yaitu sekitar 0,3% pada tahun 2017.

Produk ransel (backpacks) di Amerika pada tahun 2017 menjadi barang yang diminati, dengan volume penjualan meningkat sebesar 10,5% dan total penjualan sebesar 9,6%. Harga jual tetap relatif stabil meskipun adanya peningkatan penjualan, hanya menurun sebesar 0,9%.

Pada produk tas perjalanan/olah raga (travel/sports bags) di Amerika, terlihat bahwa volume penjualan turun 0,1% dan dengan penurunan harga per unit sebesar 3,8% pada tahun

Page 36: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk III-4

2017. Sementara pasar tas promosi tetap kuat pada tahun 2017, preferensi konsumen melanjutkan kembali ke arah koper tradisional.

Pada produk tas komputer (Business Cases/Computer Bags) di Amerika, volume penjualan tahun 2017 mengalami penurunan paling besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dimana volume penjualan turun sebesar 11,4%. Adanya preferensi konsumen untuk menggunakan tas ransel dan tas serbaguna (handbags with built-in laptop sleeves) dan peningkatan penggantian laptop dengan smartphone dan tablet, mempengaruhi penurunan penjualan pada tahun 2017.

Grafik 3-1 : Perkembangan Penjualan Ritel Barang Perjalanan di Amerika

Tahun 2000-2017 (dalam USD)

Sumber: Travel Goods Association

Menurut Statista, pada tahun 2017 Amerika memperoleh total penjualan tas dan koper tertinggi di dunia, yaitu sebesar USD 24,35 miliar, yang diikuti oleh Inggris sebesar USD 4,76 miliar dan Jerman sebesar USD 4,55 miliar.

Grafik 3-2 : Penjualan Tas dan Koper di Dunia Tahun 2017

(dalam USD Juta)

Sumber: Statista

Menurut Euromonitor, Eropa Barat merupakan wilayah terbesar ketiga dalam hal penjualan tas dan koper, yaitu sekitar 15% dari penjualan dunia, sebesar USD 20,2 miliar pada tahun 2017. Inggris, Perancis, dan Italia mewakili lebih dari setengah nilai penjualan regional. Dengan perhitungan rata-rata pertumbuhan (Compound Annual Growth Rate/CAGR) selama tahun 2012-2017, menunjukkan bahwa pertumbuhan sebanyak 1% dari penjualan mencerminkan kinerja tas, koper, dan ransel, masing-masing sebesar 48%, 18%, dan 6% dari total penjualan wilayah.

Page 37: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk III-5

Perkembangan tren dunia telah menyebabkan sebagian besar negara berkembang untuk mengalami percepatan dalam penjualan produk konsumen, dan penjualan tas dan aksesoris perjalanan juga telah mengalami kenaikan. Peningkatan jumlah perjalanan umum dan kereta api, seiring dengan meningkatnya frekuensi selebaran juga berdampak positif terhadap pasar tas perjalanan dunia. Percepatan perjalanan internasional dan imigrasi, kemajuan dalam desain produk, kualitas, dan fungsi, serta meningkatnya kemakmuran populasi kelas menengah di negara-negara berkembang adalah faktor-faktor kunci lain yang mendorong pertumbuhan pasar.

Sebagian besar maskapai penerbangan memiliki peraturan berat koper, yang mendorong permintaan yang meningkat untuk tas perjalanan yang ringan. Oleh karena meningkatnya jumlah konsumen yang memilih penerbangan di atas jalan atau perjalanan kereta api, produsen lebih berkonsentrasi pada produksi koper perjalanan ringan dan ultra ringan dengan bahan hard side.

Merek industri terkemuka terus mempertahankan kestabilan di pasar yang mapan. Namun, pasar regional yang berkembang termasuk berbagai merek domestik, juga memberikan kontribusi pangsa yang cukup besar terhadap total pendapatan pasar. Selain itu, penipuan juga telah menjadi tantangan utama bagi pasar koper perjalanan dunia. Meskipun produk palsu ini berkualitas rendah, terdapat konsumen tertentu cenderung membeli produk dengan harga yang murah dibandingkan dengan produk bermerek yang terotentikasi.

Pemain utama dalam pasar global untuk tas perjalanan antara lain Samsonite International S.A. (Amerika), United States Luggage Company (LLC) (Amerika), LVMH Group (Perancis), Ace Co. Ltd. (Jepang), Targus Group International Inc. (Amerika), Rimowa GmbH (Jerman), Delsey S.A. (Perancis), VIP Industries Ltd. (India), Shanghai Fochier International Trade Co. Ltd. (China), Travelpro International Inc (Amerika), Antler (Inggris), New Travel Sports Co. Ltd (China), Eagle Creek (Amerika), dan Everest (Amerika).

Grafik 3-3 : Pertumbuhan Barang Konsumsi (2004-2017)

Sumber : PT Nielsen Indonesia, sampai dengan 30 September 2017

Tren Pasar

Konsumen sering bepergian untuk perjalanan bisnis, perdagangan, dan rekreasi. Tren mode yang terus berkembang akan terus mendominasi pasar selama periode di masa yang akan datang. Sementara ransel akan tetap populer di kalangan wisatawan biasa, produk lain seperti duffle bags, spinners, dan carry-ons akan terus memiliki daya tarik bagi kalangan pebisnis dan wisatawan. Dengan tren yang berkembang untuk membawa koper yang padat dan ringan, para produsen lebih banyak berinvestasi dalam produksi tas berkualitas tinggi dan ringan yang terbuat dari bahan kulit dan mikrofiber. 3600 spinner bags juga dipercaya dapat memperoleh penjualan besar.

Sementara tas desainer kelas atas menjadi tren di pasar AS, tas perjalanan yang dapat dikonversikan dan dilipat diperkirakan akan menguasai lebih banyak pasar pada tingkat global,

Page 38: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk III-6

termasuk negara berkembang. Desain koper yang inovatif, menjadi tren yang berpengaruh di pasar, telah dilaporkan memicu pembuatan smart bags yang dilengkapi dengan fleksibilitas penyesuaian ukuran dan built-in GPS. Tren ini diperkirakan akan menjadi terkenal selama periode perkiraan 2016-2026. Selain itu, permintaan untuk tas perjalanan canggih yang secara efektif dirancang untuk mengurangi nyeri leher, punggung, atau bahu juga diantisipasi untuk memperoleh peningkatan selama periode proyeksi.

3.4. Produsen Tas Travelling Goods

Menurut Allied Market Research, pasar tas perjalanan dunia bernilai USD 15.045 juta pada tahun 2016, dan diproyeksikan mencapai USD 24.027 juta pada 2023, dengan rata-rata pertumbuhan CAGR sebesar 7,1% dari tahun 2017-2023.

Peningkatan dalam sektor perjalanan dan pariwisata mendorong permintaan akan berbagai jenis tas perjalanan. Selain itu, peningkatan urbanisasi, perubahan gaya hidup, dan permintaan untuk produk inovatif seperti koper polikarbonat lebih lanjut diharapkan untuk mendorong pasar tas perjalanan global antara tahun 2017-2023. Peningkatan daya beli rumah tangga kelas menengah terutama di daerah berkembang diantisipasi dapat menciptakan lebih banyak permintaan untuk tas perjalanan premium dan modis. Kemajuan teknologi seperti pengembangan koper pintar dengan pelacak sistem GPS juga diproyeksikan untuk memperluas pertumbuhan pasar secara keseluruhan selama periode perkiraan (2017-2023).

Pasar tas perjalanan Asia-Pasifik juga mengalami pertumbuhan pesat, di mana tas perjalanan semakin menjadi aksesori fesyen dengan desain ergonomis, kombinasi warna yang trendi, tekstur, dan garis berkontur. Selain itu, modifikasi desain dan bahan inovatif yang menawarkan tas ringan semakin memicu pertumbuhan pasar. Karena semakin banyak orang melakukan perjalanan dan mudah memperoleh aksesori internasional, permintaan untuk aksesoris perjalanan semakin meningkat. Wilayah Asia Pasifik diproyeksikan mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 8,7% selama tahun 2017-2023.

3.5. Analisa SWOT

Berikut adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat):

a. Strength

Perseroan telah mempunyai Sarana dan Prasarana yang memadai, berupa lahan dan bangunan pabrik yang telah tersedia dan siap beroperasi untuk penambahan divisi Tas.

Memiliki tenaga kerja dengan keterampilan memotong dan menjahit dengan pengalaman yang telah ada saat ini dalam memproduksi sepatu sehingga dapat diperluas untuk digunakan dalam proses produksi tas.

Perseroan memiliki fasilitas KITE (Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor), yaitu fasilitas pembebasan bea masuk dan PPN impor tidak dipungut atas impor bahan baku untuk diolah, dirakit, dipasang dan hasil produksinya diekspor; dan telah terbiasa dengan kegiatan ekspor dan impor sepatu.

Pengiriman barang dari Indonesia ke Amerika Serikat memperoleh fasilitas bebas bea masuk yang berarti penghematan 17,6% untuk produk softside dan 20,3% untuk produk hardside jika produk yang sama dikirimkan dari China. (Sumber : Economic Viability Report)

b. Weakness

Penggunaan kapasitas pabrik yang belum optimal, dikarenakan adanya penurunan produksi sepatu, saat ini ada beberapa bangunan pabrik sepatu yang dapat dimanfaatkan untuk produksi Tas (Travelling Goods).

Kenaikan Upah Buruh/Pekerja tiap tahunnya. Berdasarkan Upah Minimum Kota (UMK) Bandung pada tahun 2017 kenaikan UMK adalah sebesar 8,25% dan pada tahun 2018 kenaikan UMK mencapai 8,71%.

Memerlukan tambahan fasilitas produksi tas, dimana fasilitas yang ada saat ini digunakan untuk produksi sepatu.

Page 39: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk III-7

c. Opportunity

Seiring dengan meningkatnya urbanisasi dan aktivitas rekreasi, maka pasar Travelling Goods menjadi berkembang.

Upah Buruh/Tenaga Kerja di Indonesia relatif lebih murah.

d. Threat

Produk mudah ditiru.

3.6. Pesaing Usaha

Perseroan tidak memiliki pesaing lokal yang setara dari sisi transparansi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pesaing utama dalam produksi Travelling Goods ini antara lain pabrik konveksi, pabrik sepatu ataupun pabrik tas lainnya. Walaupun produk tersebut mudah ditiru, Perseroan masih mempunyai competitive advantage karena adanya komitmen pembelian oleh pihak buyer. Travelling goods dengan merk tertentu juga tidak bisa diproduksi bebas tanpa pesanan.

3.7. Strategi Pemasaran

Untuk tahap awal, dalam melakukan pemasaran produknya Perseroan melakukan kerjasama dengan Pingchu TCH Travel Product Co.,Ltd. yang merupakan perusahaan dari China. produk yang akan dihasilkan oleh Perseroan adalah berdasarkan pesanan dan direncanakan akan diekspor ke Amerika Serikat karena pihak buyer perlu memenuhi pesanan produk dari Amerika Serikat yang selama ini dipenuhi dari China, namun untuk selanjutnya Perseroan tidak membatasi negara tujuan ekspor produk tersebut. Dikarenakan produksi tas berdasarkan pesanan yang didapat dari pembeli tertentu maka tidak diperlukan adanya upaya pemasaran khusus. Sedangkan untuk biaya-biaya pemasaran yang diperlukan Perseroan hanya sebatas biaya ekspedisi barang yang diperhitungkan dengan sistem Free on Board (FOB), dimana tanggung jawab perseroan hanya sampai dengan pelabuhan.

Untuk kisaran harga produk per item pada tahun 2018 yang akan dipasarkan adalah sebagai berikut :

Backpack : USD 3,29 – USD 5,2

Brief case : USD 4,5

Duffel Bag : USD 10 – USD 12,5

Packing Cube : USD 3,15

Fashion : USD 10

3.8. Kesimpulan Kelayakan Pasar

Dari analisa Kelayakan Pasar menunjukkan bahwa:

Perkembangan tren dunia telah menyebabkan sebagian besar negara berkembang untuk mengalami percepatan dalam penjualan produk konsumen, dan penjualan tas dan aksesoris perjalanan juga telah mengalami kenaikan. Menurut Allied Market Research, pasar tas perjalanan dunia bernilai USD 15.045 juta pada tahun 2016, dan diproyeksikan mencapai USD 24.027 juta pada 2023, dengan rata-rata pertumbuhan CAGR sebesar 7,1% dari tahun 2017-2023.

Untuk tahap awal, produk yang akan dihasilkan oleh Perseroan adalah berdasarkan pesanan dan direncanakan akan diekspor ke Amerika Serikat, namun untuk selanjutnya Perseroan tidak membatasi negara tujuan ekspor produk tersebut.

Dari kajian pasar, dapat disimpulkan bahwa rencana Perseroan untuk menambah kegiatan usaha baru, yaitu dengan memproduksi Tas (Travelling Goods) adalah Layak untuk dilaksanakan jika ditinjau dari Kelayakan Pasar.

Page 40: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk IV-1

4. KELAYAKAN TEKNIS

4.1. Area

Saat ini, Perseroan memiliki Pabrik yang memproduksi Sepatu berlokasi di Jl. Raya Ranca Bolang No. 98, Kelurahan Cisaraten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat dengan total luas area 85.683 m2.

Sehubungan dengan penambahan Kegiatan Usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi, yaitu berupa Produk Tas (Travelling Goods), total luas yang dibutuhkan adalah ± 3.500 m2. Dengan demikian luas bangunan yang diperlukan cukup tersedia.

Dikarenakan adanya penurunan produksi sepatu, saat ini ada beberapa bangunan pabrik sepatu yang dapat dimanfaatkan untuk produksi Tas (Travelling Goods), dengan demikian bangunan yang diperlukan untuk produksi Tas (Travelling Goods) saat ini dalam kondisi siap digunakan.

4.2. Kapasitas Mesin

Pada tahap awal, Perseroan berencana memasang mesin dengan jumlah 4 lini (tahun 2018), selanjutnya meningkat menjadi 5 lini (tahun 2020) dan 6 lini (tahun 2022) yang akan diimpor dalam kondisi baru dari China. Pada saat ini belum ada realisasi atas pemasangan mesin produksi, dikarenakan beberapa perizinan baru dapat diproses setelah adanya persetujuan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengenai rencana penambahan kegiatan usaha ini.

Berdasarkan spesifikasi mesin dan pengalaman dari pihak buyer yang telah menggunakan mesin yang sama untuk memproduksi produk yang sama, maka ditentukan tiap lini memiliki kapasitas produksi sebesar 300 Unit/Lini/Hari. Dalam 1 tahun beroperasi penuh, tiap lini memiliki kapasitas produksi sebanyak 75.600 Unit/Lini/Tahun (dengan dasar 248 Hari Kerja).

4.3. Penggunaan Mesin

Mesin-mesin yang digunakan untuk memproduksi Travelling Goods adalah antara lain sebagai berikut:

No Tipe Ukuran (Cm) Jumlah (Sets)

1 High Car Sewing Machine 58*29*61 20

2 Sewing Machines 74*25*49 130

3 Computerized Pattern Sewing Machine 110*120*120 7

4 Table Racks Sewing Machines 125*58*10 150

5 Sewing Machine Motors 25*30*38 44

6 Stamping Press 250*150*140 2

7 Cutting Machine - 2

8 Bar Tacker Machine - 1

9 Double Needle Sewing Machine - 4

10 Double-Needle Lockstitch Sewing Machine - 8

4.4. Ketersediaan dan Kualitas Sumber Daya

Bahan baku utama yang digunakan untuk produksi Tas antara lain:

1. 840D PVC backed Polyester, 2. 600D 2 times PU backed polyester, 3. 600x300 D PVC backed polyester, 4. 210D Ripstop Polyester, 5. 210D Lining 2XPU backed polyester.

Page 41: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk IV-2

Untuk keperluan Produksi Tas, Perseroan memerlukan Bahan Baku yang terdiri dari 90% Bahan Baku Impor seperti polyester dan 10% Bahan Baku Lokal seperti lem, benang dan resleting. Perseroan akan menggunakan bahan baku lokal jika bahan baku lokal seperti polyster tidak mengalami keterbatasan dari segi kualitas dan harga yang bersaing. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar bahan baku yang diperlukan masih harus diimpor.

Perseroan memiliki Tenaga Kerja Lokal yang telah berpengalaman dalam memproduksi sepatu dengan total tenaga kerja dari Divisi Sepatu berjumlah sekitar 700 orang. Sedangkan, pada tahap awal, Perseroan memerlukan 100 tenaga kerja, 2 Pengawas dan 1 Manajer Pabrik untuk produksi Tas. Maka dari itu tenaga kerja dari Divisi Sepatu dapat dialihkan secara bertahap untuk sementara waktu dalam memproduksi Tas dengan memperhitungkan kebutuhan kerja optimal baik pada Divisi Sepatu maupun Tas (Travelling Goods) dengan pertimbangan untuk penambahan tenaga kerja apabila diperlukan. Dan untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan, Perseroan akan dibantu oleh Pengawas dan Tenaga Ahli dari pihak pemberi order. Secara teknis, produksi sepatu dan tas tidak jauh berbeda (memerlukan keahlian memotong dan menjahit), sehingga Perseroan dapat langsung menggunakan sebagian Pekerja dari Divisi Sepatu untuk memproduksi Tas.

Perseroan berkomitmen untuk mengalokasikan semaksimal mungkin kebutuhan tenaga kerjanya bagi penduduk lokal, sepanjang mereka memenuhi syarat yang ditentukan.

4.5. Denah Pabrik

Berikut adalah Denah Pabrik Perseroan:

Gambar 4.1. : Denah Pabrik

Keterangan: 1. Bangunan I (Cutting & Factory Outlet) untuk Divisi Sepatu dan Divisi Tas

2. Bangunan II (Kantor & Gudang Bahan Baku)

3. Bangunan III (Assembling)

4. Bangunan IV (Rubber)

5. Bangunan V (Stockfitt)

6. Bangunan VI (Sewing, Asembling)

7. Bangunan VII (Laminating)

8. Gudang Barang Jadi

9. Gudang Barang Retur

Page 42: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk IV-3

10. Kantor D&D

11. Masjid

12. Bangunan AMDK

13. Rumah Diesel

14. Pos Satpam

15. Kopkar

16. Bangunan Instalasi Air

17. Bangunan Workshop

18. Bangunan Gardu PLN

4.6. Proses Produksi

Proses Produksi Tas secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.2. : Alur Proses Produksi

a. Cutting

Proses Cutting adalah proses pemotongan meterial utama sebelum dibentuk menjadi Tas. Material utama dipotong sesuai dengan pola yang telah ditentukan menggunakan mesin potong (cutting machine).

b. Assembly

Proses Assembly merupakan suatu proses penggabungan dari komponen material-material pembuatan Tas dengan cara dijahit. Dalam proses ini setelah material utama melalui Proses Cutting sesuai dengan pola yang sudah ditentukan, kemudian dibentuk dan dipasang Resleting, Lapisan dalam Tas, Tali Tas, dan lain-lain.

c. Warehouse

Proses Warehouse merupakan suatu proses akhir, pada tahap ini Tas yang sudah jadi di periksa oleh Quality Control dan selanjutnya melalui proses pembungkusan dan pencatatan.

Terdapat Persamaan dalam proses produksi dalam memproduksi Sepatu dan Tas adalah keduanya melalui proses yang sama yaitu pembuatan pola, cutting, dan assembly.

Setelah Proses Produksi yang dilakukan adalah melakukan pemasaran produk yang telah dipesan sebelumnya oleh buyer dengan melakukan pengiriman berdasarkan sistem Free On Board (FOB), dimana produk dikirim sampai dengan pelabuhan akan menjadi tanggung jawab Perseroan, setelah produk sudah berada dalam perjalanan dari pelabuhan tanggung jawab biaya pengiriman ditanggung oleh buyer. Pembayaran kepada Perseroan akan dikirimkan pada saat dokumen pengiriman barang (shipment) diberikan kepada buyer, Setelah produk sampai di tempat tujuan, produk Tas (Travelling Goods) tersebut akan langsung didistribusikan ke setiap outlet penjualan di negara tujuan.

CUTTING ASSEMBLY WAREHOUSE

Page 43: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk IV-4

4.7. Kesimpulan Kelayakan Teknis

Dari analisa Kelayakan Teknis, menunjukkan bahwa:

Perseroan memiliki Pabrik yang berlokasi di Jl. Raya Ranca Bolang No. 98, Kelurahan Cisaraten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. dengan total luas area 85.683 m2. Sehubungan dengan penambahan kegiatan usaha berupa Produk Tas (Travelling Goods), total luas yang dibutuhkan adalah ± 3.500 m2. Dengan demikian luas bangunan yang diperlukan cukup tersedia. Dikarenakan adanya penurunan produksi sepatu, saat ini ada beberapa bangunan pabrik sepatu yang dapat dimanfaatkan untuk produksi Tas (Travelling Goods), dengan demikian bangunan yang diperlukan untuk produksi Tas (Travelling Goods) saat ini dalam kondisi siap digunakan. Pada tahap awal, Perseroan berencana memasang mesin dengan jumlah 4 lini (tahun 2018), selanjutnya meningkat menjadi 5 lini (tahun 2020) dan 6 lini (tahun 2022) yang akan diimpor dalam kondisi baru dari China. Berdasarkan spesifikasi mesin dan pengalaman dari pihak buyer yang telah menggunakan mesin yang sama untuk memproduksi produk yang sama, maka ditentukan tiap lini memiliki kapasitas produksi sebanyak 75.600 Unit/Lini/Tahun. Perseroan memiliki Tenaga Kerja Lokal yang telah berpengalaman dalam memproduksi sepatu dengan total tenaga kerja dari Divisi Sepatu berjumlah sekitar 700 orang. Sedangkan, pada tahap awal, Perseroan memerlukan 100 tenaga kerja, 2 Pengawas dan 1 Manajer Pabrik untuk produksi Tas.

Dari kajian kelayakan teknis, dapat disimpulkan bahwa rencana Perseroan untuk menambah kegiatan usaha baru, yaitu dengan memproduksi Tas (Travelling Goods) adalah Layak untuk dilaksanakan jika ditinjau dari Kelayakan Teknis.

Page 44: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk V-1

5. KELAYAKAN POLA BISNIS

5.1 Keunggulan Kompetitif

Dalam menjalankan usahanya, Perseroan menghadapi berbagai risiko, tantangan dan persaingan. Meskipun demikian, Perseroan telah memiliki pengalaman yang tidak sedikit. Didukung pengalaman Perseroan menjalankan Bisnis sebelumnya yaitu Bisnis Sepatu, Perseroan memiliki kemudahan khusus dalam proses ekspor impor berupa fasilitas Kemudahan Impor Untuk Tujuan Ekspor (KITE), yaitu fasilitas pembebasan bea masuk dan PPN impor tidak dipungut atas impor bahan baku untuk diolah, dirakit, dipasang dan hasil produksinya diekspor.

Perseroan saat ini telah memiliki pola bisnis yang cukup terstruktur dengan baik dan untuk memacu pertumbuhan bisnis di masa mendatang, Perseroan telah membuat berbagai strategi dan rencana jangka panjang.

Dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif, Perseroan harus menghadapi tantangan bahkan tekanan, baik dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi Internal adalah tekanan yang didapat dikarenakan produk yang dihasilkan merupakan produk jenis baru walaupun memiliki banyak kesamaan dengan proses pembuatan produk sebelumnya yang berupa sepatu. Perseroan merasa ditantang untuk lebih efisien dalam melakukan produksinya. Dalam menanggapi tantangan tersebut, upaya yang dilakukan Perseroan adalah dengan memberikan pelatihan untuk pembuatan produk Tas (Travelling Goods) kepada para tenaga kerjanya, serta dengan adanya perencanaan atas pengawasan yang intensif pada saat proses produksi dilaksanakan. Sedangkan tekanan yang dihadapi Perseroan dari sisi eksternal didapat dari Perizinan atas produk baru, serta adanya tantangan untuk menjalin kerjasama dengan supplier baru. Dengan adanya tantangan dan tekanan tersebut Perseroan berupaya memenuhi segala persyaratan yang diperlukan untuk pembuatan perizinan tersebut, serta mulai melakukan proses komunikasi dan pendekatan yang baik kepada supplier-supplier baru agar seluruh proses berjalan lancar.

Lokasi Pabrik yang berada di Jl. Raya Ranca Bolang No. 98, Kelurahan Cisaraten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal.

Penambahan kegiatan usaha ini dapat memberikan nilai tambah bagi Perseroan, karena (1) produk yang dihasilkan telah memiliki pembeli yang pasti, sehingga tidak ada risiko pemasaran, (2) penyediaan bahan baku dibantu oleh buyer agar diperoleh yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, sehingga tidak ada risiko penyediaan bahan baku, (3) pembayaran atas bahan baku yang diimpor dibantu oleh pihak buyer dengan cara dipotong dari penjualan produk, sehingga tidak ada risiko likuiditas, (4) Perseroan dapat memanfaatkan kapasitas pabrik yang saat ini tidak terpakai.

Selain itu pengiriman barang dari Indonesia ke Amerika Serikat memperoleh fasilitas bebas bea masuk yang berarti penghematan 17,6% untuk produk softside dan 20,3% untuk produk hardside jika produk yang sama dikirimkan dari China.3 Fasilitas bea masuk ini didasari keputusan Presiden Amerika Serikat tanggal 29 Juni 2017 yang memberikan pembebasan bea masuk untuk produk travelling goods dari negara-negara yang termasuk Generalised System of Preferences beneficiary countries, antara lain Indonesia.

Pola bisnis yang dimiliki Perseroan saat ini adalah mendesain, memproduksi dan memasarkan sepatu langsung ke konsumen melalui kerjasama dengan berbagai department store serta melalui toko sendiri. Strategi jangka panjang Perseroan dalam menghadapi risiko, tantangan dan persaingan adalah dengan memperkuat bisnis inti Perseroan di industri alas kaki, dan memanfaatkan kapasitas yang tidak terpakai untuk menambah kegiatan usaha sehingga dapat memberikan keuntungan tambahan bagi Perseroan.

3 Sumber : Economic Viability Report

Page 45: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk V-2

Perseroan merupakan perusahaan yang sebelumnya telah berpengalaman dalam bidang yang sejenis yaitu industri alas kaki (sepatu), secara teknis produksi sepatu dan tas tidak jauh berbeda (memerlukan keahlian memotong dan menjahit), sehingga hal tersebut memberikan nilai lebih bagi Perseroan.

5.2 Kemampuan Pesaing Untuk Meniru Produk

Kemungkinan pesaing dalam bidang usaha ini cukup besar, dimana produk yang dihasilkan adalah Produk Tas (Travelling Goods), sehingga sangat mudah bagi pesaing usaha dalam meniru produk yang dihasilkan tersebut. Akan tetapi, produksi atas Produk Tas (Travelling Goods) sesuai berdasarkan dengan pesanan dari buyer. Buyer telah menentukan desain, material, dan jumlah produk yang diproduksi, sehingga risiko adanya barang yang ditiru bukan lagi merupakan risiko Perseroan, melainkan risiko dari pemegang merk.

5.3 Kemampuan untuk Menciptakan Nilai

Dengan keunggulan kompetitif yang sudah dimiliki, Perseroan diharapkan dapat menciptakan nilai tambah diantaranya:

Pengembangan kegiatan usaha,

Menambah sumber pendapatan baru,

Meningkatkan kinerja keuangan secara keseluruhan, sebagaimana bisa dilihat pada studi kelayakan, persentase biaya produksi adalah sekitar 87% dari biaya penjualan. Keuntungan per produk dari kegiatan usaha baru ini tidak terlalu besar, akan tetapi cukup baik mengingat risiko usaha Perseroan yang sangat kecil.

Ketiga hal di atas diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif dan nilai tambah bagi Perseroan.

5.4 Kesimpulan Kelayakan Pola Bisnis

Dari analisa Kelayakan Pola Bisnis menunjukkan bahwa:

Penambahan kegiatan usaha ini dapat memberikan nilai tambah bagi Perseroan, karena (1) produk yang dihasilkan telah memiliki pembeli yang pasti, sehingga tidak ada risiko pemasaran, (2) penyediaan bahan baku dibantu oleh buyer agar diperoleh yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, sehingga tidak ada risiko penyediaan bahan baku, (3) pembayaran atas bahan baku yang diimpor dibantu oleh pihak buyer dengan cara dipotong dari penjualan produk, sehingga tidak ada risiko likuiditas, (4) Perseroan dapat memanfaatkan kapasitas pabrik yang saat ini tidak terpakai.

Selain itu pengiriman barang dari Indonesia ke Amerika Serikat memperoleh fasilitas bebas bea masuk yang berarti penghematan 17,6% untuk produk softside dan 20,3% untuk produk hardside jika produk yang sama dikirimkan dari China.4 Fasilitas bea masuk ini didasari keputusan Presiden Amerika Serikat tanggal 29 Juni 2017 yang memberikan pembebasan bea masuk untuk produk travelling goods dari negara-negara yang termasuk Generalised System of Preferences beneficiary countries, antara lain Indonesia.

Perseroan merupakan perusahaan yang sebelumnya telah berpengalaman dalam bidang yang sejenis yaitu industri alas kaki (sepatu), secara teknis produksi sepatu dan tas tidak jauh berbeda (memerlukan keahlian memotong dan menjahit), sehingga hal tersebut memberikan nilai lebih bagi Perseroan.

Dari kajian kelayakan pola bisnis, dapat disimpulkan bahwa rencana Perseroan untuk menambah kegiatan usaha baru, yaitu dengan memproduksi Tas (Travelling Goods) adalah Layak untuk dilaksanakan jika ditinjau dari Kelayakan Pola Bisnis.

4 Sumber : Economic Viability Report

Page 46: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VI-1

6. KELAYAKAN MODEL MANAJEMEN

6.1. Ketersediaan Tenaga Kerja

Pada tahun 2018, jumlah karyawan Perseroan adalah sebanyak 1.743 orang. Untuk menjalankan usaha barunya Perseroan membutuhkan 100 tenaga pekerja, 2 Pengawas dan 1 Manager Pabrik. Perseroan berkomitmen untuk mengalokasikan semaksimal mungkin kebutuhan tenaga kerjanya bagi penduduk lokal, sepanjang mereka memenuhi syarat yang ditentukan.

6.2. Manajemen Kekayaan Intelektual

Perseroan berencana memproduksi Tas (Travelling Goods) sesuai dengan Pesanan dan Desain yang diminta, sehingga pemegang Desain adalah hak milik pemegang merk, dan tidak bisa dijual belikan ke pihak lain. Merk produk Tas (Travelling Goods) yang dihasilkan akan berbeda merk produk Sepatu yaitu Tomkins yang merupakan merk milik Perseroan. Sedangkan, merk produk Tas (Travelling Goods) yang dihasilkan tergantung berdasarkan pesanan yang diberikan oleh buyer. Selama ini buyer memproduksi berbagai produk Tas (Travelling Goods) sesuai dengan pesanan dari pemegang merk, seperti Samsonite dan Hp.

6.3. Manajemen Risiko

Salah satu unsur dalam menunjang pelaksanaan tata kelola perusahaan adalah pengelolaan risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Manajemen perusahaan melakukan identifikasi serta perkiraan kemungkinan munculnya potensi risiko beserta dampaknya dan diikuti dengan penentuan tingkat risiko tersebut. Kemudian menelaah kecukupan pengendalian intern dalam mengurangi dampak dari risiko yang sudah diidentifikasi serta menyusun rencana untuk meningkatkan pengendalian risiko yang dirasakan belum efektif.

Risiko utama yang dihadapi oleh Perseroan adalah banyaknya pesaing yang memproduksi Travelling Goods. Selain itu risiko tingginya biaya material dan biaya tenaga kerja juga menjadi salah satu faktor risiko utama yang harus dihadapi oleh Perseroan. Di samping itu, Perseroan mungkin menghadapi risiko yang timbul baik dari internal maupun eksternal, seperti risiko pasar dimana meningkatnya permintaan pasar tas perjalanan yang merupakan potensi yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh Perseroan dan risiko rantai pasokan. Mitigasi risiko yang dilakukan oleh Perseroan dapat berupa antisipasi atas risiko-risiko yang mungkin terjadi, meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko dimaksud, serta merencanakan penanganan yang harus dilakukan apabila risiko yang tidak dikehendaki tersebut terjadi seperti yang tercantum pada poin 2.7. Laporan Studi Kelayakan ini.

6.4. Kapasitas dan Kemampuan Manajemen

Dalam melaksanakan kegiatan penambahan usaha barunya, Perseroan memiliki kapasitas dan kemampuan dengan didukung oleh beberapa keunggulan kompetitif yang dimiliki, seperti dari sisi finansial dimana Perseroan menambah bidang usaha produksi Tas (Travelling Goods) dengan biaya investasi untuk 4 lini mesin sebesar USD 119.000 yang merupakan pinjaman dari pihak buyer tanpa meminta kompensasi bunga. Sedangkan, untuk bahan baku yang digunakan Perseroan memerlukan Bahan Baku yang terdiri dari 90% Bahan Baku Impor seperti polyester dan 10% Bahan Baku Lokal seperti lem, benang dan resleting. Perseroan pada tahap awal juga akan didukung dengan Sumber Daya Manusia berupa 100 tenaga kerja, 2 Pengawas dan 1 Manajer Pabrik untuk produksi Tas. Dan untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan, Perseroan akan dibantu oleh Pengawas dan Tenaga Ahli dari pihak pemberi order. Dalam melakukan pemasaran produk barunya, Perseroan dalam tahap awal melakukan pemasaran produknya Perseroan melakukan kerjasama dengan Pingchu TCH Travel Product Co.,Ltd. yang merupakan perusahaan dari China. produk yang akan dihasilkan oleh Perseroan adalah berdasarkan pesanan dan direncanakan akan diekspor ke Amerika Serikat karena pihak buyer perlu memenuhi pesanan produk dari Amerika Serikat yang selama ini dipenuhi dari China, namun untuk selanjutnya Perseroan tidak membatasi negara tujuan

Page 47: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VI-2

ekspor produk tersebut. Dikarenakan produksi tas berdasarkan pesanan yang didapat dari pembeli tertentu maka tidak diperlukan adanya upaya pemasaran khusus. Perseroan merupakan perusahaan yang sebelumnya telah berpengalaman dalam bidang Industri dan Perdagangan. Oleh karena itu, Perseroan memiliki pengalaman dan kemampuan yang baik untuk menjalankan bisnis tersebut di masa mendatang.

6.5. Kesesuaian Struktur Organisasi dan Manajemen

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, salah satu faktor yang penting adalah kemampuan dari pengelola (manajemen) sejak masa pembangunan maupun pada masa komersial selain top manajemen dan pelaksana.

Adapun Struktur Organisasi Perseroan adalah sebagai berikut:

Gambar 6.1. : Struktur Organisasi Perseroan

Keterangan:

Penambahan Divisi Produksi Tas

Berikut ini merupakan tugas-tugas dari Divisi Produksi Tas.

a. Kepala Departemen

Tugas Kepala Departemen diantaranya adalah sebagai berikut:

Membuat perencanaan dan jadwal proses produksi;

Mengatur, mengkoordinir, dan mengawasi Proses Produksi agar agar kualitas, kuantitas dan waktunya sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat;

Mengadakan koordinasi dengan kepala Departemen lain jika diperlukan;

Mengevaluasi hasil kerja dan selanjutnya dilaporkan kepada Direksi;

Page 48: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VI-3

b. Kepala Bagian

Tugas Kepala Bagian diantaranya adalah sebagai berikut:

Mengatur, mengkoordinir, dan mengawasi Proses Produksi agar agar kualitas, kuantitas dan waktunya sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat;

Bertanggung jawab terhadap Mesin Produksi agar berfungsi sebagaimana mestinya dan beroperasi dengan lancar;

c. Kepala Seksi

Tugas Kepala Seksi diantaranya adalah sebagai berikut:

Mengatur, mengkoordinir, dan mengawasi Proses Produksi agar agar kualitas, kuantitas dan waktunya sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat;

Bertanggung jawab mengatur dan mengecek persediaan bahan baku;

Bertanggung jawab atas pemakaian bahan baku dan efisiensi penggunaan tenaga kerja, mesin, dan peralatan.

d. Kepala Regu

Tugas Kepala Regu diantaranya adalah sebagai berikut:

Bertanggung jawab terhadap hasil produksi agar sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat;

Memastikan Tenaga Kerja bekerja sesuai dengan Job Description masing-masing;

Secara berkala membuat dan melaporkan hasil kerja Tenaga Kerja;

6.6. Kesimpulan Kelayakan Model Manajemen

Dari analisa aspek kelayakan model manajemen menunjukan Bahwa:

Dalam melaksanakan kegiatan usaha barunya, Perseroan memiliki kapasitas dan kemampuan dengan didukung oleh beberapa keunggulan kompetitif yang dimiliki. Perseroan merupakan perusahaan yang sebelumnya telah berpengalaman dalam bidang yang sejenis yaitu sepatu. Oleh karena itu, Perseroan memiliki pengalaman dan kemampuan yang baik untuk menjalankan bisnis tersebut di masa mendatang.

Dari kajian kelayakan model manajemen, dapat disimpulkan bahwa rencana Perseroan untuk menambah kegiatan usaha baru, yaitu dengan memproduksi Tas (Travelling Goods) adalah Layak untuk dilaksanakan jika ditinjau dari Kelayakan Model Manajemen.

Page 49: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-1

7. KELAYAKAN KEUANGAN

Aspek keuangan adalah salah satu aspek yang dikaji dalam studi kelayakan. Kajian ini menganalisis besaran investasi dan pendapatan pertahunnya sehingga didapatkan suatu kesimpulan apakah suatu proyek/rencana layak dilaksanakan ataupun tidak.

Dalam studi kelayakan ini, Penilai mengkaji beberapa hal berikut: kebutuhan investasi produk Tas (Travelling Goods), proyeksi keuangan, penentuan tingkat diskonto (discount rate), kelayakan investasi, dan analisa sensitivitas.

7.1. Biaya Pendirian (Start Up Costs)

Pada tahun 2019, Perseroan berencana menambah bidang usaha yaitu produksi tas (Travelling Goods), dengan biaya investasi untuk 4 lini mesin sebesar USD 119.000 (Seratus Sembilan belas ribu Dolar Amerika Serikat) yang merupakan pinjaman dari pihak buyer tanpa meminta kompensasi bunga.

7.2. Modal Kerja

Asumsi Modal Kerja yang diperlukan dalam produksi Tas adalah sebagai berikut: Piutang Usaha : 15 hari Persediaan Bahan Baku Lokal : 30 hari Persediaan Bahan Baku Import : 60 hari

Proyeksi Modal Kerja tahun 2019-2027 adalah sebagai berikut:

Tabel 7-1. : Modal Kerja

(dalam USD)

2020 2021 2022 2023

Working Capital

Piutang usaha 68.443 76.027 86.754 98.473 106.834

Persediaan Bahan Lokal 7.303 8.074 9.177 10.424 11.284

Persediaan Material Import 131.449 145.332 165.178 187.640 203.119

Modal Kerja (70.309) (77.379) (87.600) (99.591) (107.570)

Perubahan Modal Kerja (70.309) (7.071) (10.221) (11.991) (7.978)

2019Keterangan

Tahun

(dalam USD)

2024 2025 2026 2027

Working Capital

Piutang usaha 108.648 110.492 112.369 114.277

Persediaan Bahan Lokal 11.464 11.643 11.823 12.002

Persediaan Material Import 206.349 209.578 212.808 216.037

Modal Kerja (109.165) (110.729) (112.262) (113.763)

Perubahan Modal Kerja (1.595) (1.564) (1.533) (1.501)

KeteranganTahun

7.3. Sumber Pembiayaan

Di dalam rencana penambahan usaha produk Tas Travelling Goods, Perseroan menggunakan Sumber Pembiayaan berupa Pinjaman Tanpa Bunga yang digunakan sebagai Capital Expenditure (Capex) atas pembelian 4 lini mesin produksi Tas sebesar USD 119.000.

Page 50: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-2

7.4. Asumsi Keuangan

Berikut adalah asumsi yang digunakan dalam studi kelayakan :

7.4.1. Kapasitas Produksi

Kapasitas Produksi Perseroan meningkat seiring dengan rencana pembelian 4 lini mesin di tahun 2019, dimana kemudian rencana penambahan 5 lini mesin juga akan dilakukan pada tahun 2020 dan 6 lini mesin pada tahun 2022. Masing – masing lini mesin mempunyai kapasitas produksi sebesar 300 Unit/Lini/Hari atau 75.600 Unit/Lini/Tahun (248 Hari Kerja). Peningkatan Kapasitas Produksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7-2. : Kapasitas Produksi

(dalam Unit)

2019 2020 2021 2022 2023

Kapasitas Terpasang 302.400 378.000 378.000 453.600 453.600

Produksi 272.000 314.000 351.000 392.500 423.000

Utilisasi 89,9% 83,1% 92,9% 86,5% 93,3%

KeteranganTahun

(dalam Unit)

2024 2025 2026 2027

Kapasitas Terpasang 453.600 453.600 453.600 453.600

Produksi 423.000 423.000 423.000 423.000

Utilisasi 93,3% 93,3% 93,3% 93,3%

KeteranganTahun

7.4.2. Penjualan

7.4.2.1. Kuantitas Penjualan

Kategori produk yang dijual oleh Perseroan yaitu meliputi Back Packs, Brief Case, Duffels, Packing Cube, dan Fashion. Proyeksi Kuantitas Penjualan tahun 2019-2027 adalah sebagai berikut:

Tabel 7-3. : Kuantitas Penjualan

(dalam Unit)

2019 2020 2021 2022 2023

Back Packs

- IT BP (total of all customers) 25.000 40.000 55.000 65.000 70.000

- Business (total of all customers) 30.000 55.000 60.000 65.000 70.000

- Back to School Back packs (total of all customers) 40.000 50.000 70.000 80.000 90.000

- Lifestyle (total of all customers) 40.000 30.000 25.000 27.500 30.000

Brief Case 30.000 50.000 50.000 55.000 60.000

Duffels

- Wheeled Duffels 45.000 40.000 44.000 43.000 44.000

- Non Wheeled Duffels 10.000 10.000 12.000 12.000 12.000

Packing Cube 40.000 25.000 21.000 21.000 22.000

Fashion 12.000 14.000 14.000 24.000 25.000

Total 272.000 314.000 351.000 392.500 423.000

KeteranganTahun

Page 51: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-3

(dalam Unit)

2024 2025 2026 2027

Back Packs

- IT BP (total of all customers) 70.000 70.000 70.000 70.000

- Business (total of all customers) 70.000 70.000 70.000 70.000

- Back to School Back packs (total of all customers) 90.000 90.000 90.000 90.000

- Lifestyle (total of all customers) 30.000 30.000 30.000 30.000

Brief Case 60.000 60.000 60.000 60.000

Duffels

- Wheeled Duffels 44.000 44.000 44.000 44.000

- Non Wheeled Duffels 12.000 12.000 12.000 12.000

Packing Cube 22.000 22.000 22.000 22.000

Fashion 25.000 25.000 25.000 25.000

Total 423.000 423.000 423.000 423.000

KeteranganTahun

7.4.2.2. Harga Jual

Proyeksi rata-rata harga jual atas setiap produk ditunjukkan pada tabel berikut ini. Asumsi kenaikan harga jual adalah menggunakan rata-rata inflasi Amerika Serikat selama 10 tahun, yaitu sebesar 1,70%.

Tabel 7-4. : Harga Jual

(dalam USD)

2019 2020 2021 2022 2023

Back Packs

- IT BP (total of all customers) 4,61 4,69 4,77 4,85 4,93

- Business (total of all customers) 3,29 3,35 3,40 3,46 3,52

- Back to School Back packs (total of all customers) 5,20 5,29 5,38 5,47 5,56

- Lifestyle (total of all customers) 5,00 5,08 5,17 5,26 5,35

Brief Case 4,50 4,58 4,65 4,73 4,81

Duffels

- Wheeled Duffels 12,50 12,71 12,93 13,15 13,37

- Non Wheeled Duffels 10,00 10,17 10,34 10,52 10,70

Packing Cube 3,15 3,20 3,26 3,31 3,37

Fashion 10,00 10,17 10,34 10,52 10,70

KeteranganTahun

(dalam USD)

2024 2025 2026 2027

Back Packs

- IT BP (total of all customers) 5,01 5,10 5,19 5,27

- Business (total of all customers) 3,58 3,64 3,70 3,76

- Back to School Back packs (total of all customers) 5,66 5,75 5,85 5,95

- Lifestyle (total of all customers) 5,44 5,53 5,63 5,72

Brief Case 4,90 4,98 5,06 5,15

Duffels

- Wheeled Duffels 13,60 13,83 14,06 14,30

- Non Wheeled Duffels 10,88 11,06 11,25 11,44

Packing Cube 3,43 3,48 3,54 3,60

Fashion 10,88 11,06 11,25 11,44

KeteranganTahun

Page 52: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-4

7.4.2.3. Total Penjualan

Proyeksi Total Penjualan per tahun. Proyeksi Total Penjualan selama periode 2019 – 2027 adalah sebagai berikut:

Tabel 7-5. : Total Penjualan

(dalam USD)

2019 2020 2021 2022 2023

Back Packs

- IT BP 115.250 187.531 262.234 315.175 345.182

- Business 98.700 184.023 204.161 224.930 246.345

- Back to School Back packs 208.000 264.415 376.466 437.553 500.605

- Lifestyle 200.000 152.547 129.281 144.624 160.450

Brief Case 135.000 228.821 232.706 260.323 288.811

Duffels

- Wheeled Duffels 562.500 508.490 568.837 565.348 588.318

- Non Wheeled Duffels 100.000 101.698 124.110 126.217 128.360

Packing Cube 126.000 80.087 68.416 69.577 74.128

Fashion 120.000 142.377 144.795 252.434 267.417

KeteranganTahun

(dalam USD)

2024 2025 2026 2027

Back Packs

- IT BP 351.044 357.004 363.066 369.231

- Business 250.528 254.782 259.108 263.508

- Back to School Back packs 509.106 517.750 526.542 535.482

- Lifestyle 163.175 165.946 168.763 171.629

Brief Case 293.715 298.702 303.774 308.932

Duffels

- Wheeled Duffels 598.308 608.467 618.799 629.306

- Non Wheeled Duffels 130.540 132.756 135.011 137.303

Packing Cube 75.387 76.667 77.969 79.293

Fashion 271.958 276.576 281.272 286.048

KeteranganTahun

7.4.3. Biaya Pokok Penjualan

7.4.3.1. Biaya Bahan Baku (Raw Material)

Biaya Bahan Baku terdiri dari 90% Bahan Baku Impor dan 10% Bahan Baku Lokal.

Tabel 7-6. : Biaya Bahan Baku Impor

(dalam USD)

2019 2020 2021 2022 2023

Back Packs

- IT BP 51.863 84.389 117.972 141.711 155.078

- Business 44.415 82.810 91.847 101.135 110.674

- Back to School Back packs 93.600 118.987 169.363 196.736 224.904

- Lifestyle 90.000 68.646 58.160 65.027 72.085

Brief Case 66.825 113.266 115.157 128.753 142.728

Duffels

- Wheeled Duffels 278.438 251.703 281.496 279.616 290.741

- Non Wheeled Duffels 49.500 50.341 61.417 62.426 63.434

Packing Cube 62.370 39.643 33.856 34.412 36.633

Fashion 62.640 74.321 75.562 131.662 139.364

KeteranganTahun

Page 53: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-5

(dalam USD)

2024 2025 2026 2027

Back Packs

- IT BP 157.544 160.010 162.475 164.941

- Business 112.434 114.193 115.953 117.713

- Back to School Back packs 228.480 232.056 235.632 239.208

- Lifestyle 73.231 74.377 75.523 76.669

Brief Case 144.997 147.266 149.536 151.805

Duffels

- Wheeled Duffels 295.364 299.987 304.610 309.232

- Non Wheeled Duffels 64.443 65.452 66.460 67.469

Packing Cube 37.216 37.798 38.381 38.963

Fashion 141.579 143.795 146.011 148.227

KeteranganTahun

Tabel 7-7. : Biaya Bahan Baku Lokal

(dalam USD)

2019 2020 2021 2022 2023

Back Packs

- IT BP 5.763 9.377 13.108 15.746 17.231

- Business 4.935 9.201 10.205 11.237 12.297

- Back to School Back packs 10.400 13.221 18.818 21.860 24.989

- Lifestyle 10.000 7.627 6.462 7.225 8.009

Brief Case 7.425 12.585 12.795 14.306 15.859

Duffels

- Wheeled Duffels 30.938 27.967 31.277 31.068 32.305

- Non Wheeled Duffels 5.500 5.593 6.824 6.936 7.048

Packing Cube 6.930 4.405 3.762 3.824 4.070

Fashion 6.960 8.258 8.396 14.629 15.485

Total Local Material 88.850 98.234 111.648 126.831 137.293

KeteranganTahun

(dalam USD)

2024 2025 2026 2027

Back Packs

- IT BP 17.505 17.779 18.053 18.327

- Business 12.493 12.688 12.884 13.079

- Back to School Back packs 25.387 25.784 26.181 26.579

- Lifestyle 8.137 8.264 8.391 8.519

Brief Case 16.111 16.363 16.615 16.867

Duffels

- Wheeled Duffels 32.818 33.332 33.846 34.359

- Non Wheeled Duffels 7.160 7.272 7.384 7.497

Packing Cube 4.135 4.200 4.265 4.329

Fashion 15.731 15.977 16.223 16.470

Total Local Material 139.476 141.659 143.842 146.025

KeteranganTahun

Page 54: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-6

7.4.3.2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)

Tabel 7-8. : Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)

(dalam USD)

2019 2020 2021 2022 2023

Back Packs

- IT BP 34.575 56.259 78.648 94.474 103.385

- Business 29.610 55.207 61.231 67.423 73.783

- Back to School Back packs 62.400 79.324 112.908 131.157 149.936

- Lifestyle 60.000 45.764 38.774 43.351 48.056

Brief Case 33.750 57.205 58.160 65.027 72.085

Duffels

- Wheeled Duffels 140.625 127.123 142.170 141.220 146.839

- Non Wheeled Duffels 25.000 25.425 31.019 31.528 32.038

Packing Cube 31.500 20.022 17.099 17.380 18.502

Fashion 27.600 32.747 33.294 58.012 61.405

KeteranganTahun

(dalam USD)

2024 2025 2026 2027

Back Packs

- IT BP 105.029 106.673 108.317 109.961

- Business 74.956 76.129 77.302 78.475

- Back to School Back packs 152.320 154.704 157.088 159.472

- Lifestyle 48.821 49.585 50.349 51.113

Brief Case 73.231 74.377 75.523 76.669

Duffels

- Wheeled Duffels 149.174 151.509 153.843 156.178

- Non Wheeled Duffels 32.547 33.056 33.566 34.075

Packing Cube 18.796 19.090 19.384 19.678

Fashion 62.382 63.358 64.334 65.311

KeteranganTahun

7.4.3.3. Biaya Overhead

Tabel 7-9. : Biaya Overhead

(dalam USD)

2019 2020 2021 2022 2023

Back Packs

- IT BP 8.068 13.127 18.351 22.044 24.123

- Business 6.909 12.882 14.287 15.732 17.216

- Back to School Back packs 14.560 18.509 26.345 30.603 34.985

- Lifestyle 14.000 10.678 9.047 10.115 11.213

Brief Case 9.450 16.017 16.285 18.208 20.184

Duffels

- Wheeled Duffels 39.375 35.594 39.807 39.542 41.115

- Non Wheeled Duffels 7.000 7.119 8.685 8.828 8.971

Packing Cube 8.820 5.606 4.788 4.866 5.180

Fashion 8.400 9.966 10.133 17.656 18.689

KeteranganTahun

Page 55: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-7

(dalam USD)

2024 2025 2026 2027

Back Packs

- IT BP 24.507 24.890 25.274 25.657

- Business 17.490 17.763 18.037 18.311

- Back to School Back packs 35.541 36.098 36.654 37.210

- Lifestyle 11.391 11.570 11.748 11.926

Brief Case 20.505 20.826 21.146 21.467

Duffels

- Wheeled Duffels 41.769 42.422 43.076 43.730

- Non Wheeled Duffels 9.113 9.256 9.398 9.541

Packing Cube 5.263 5.345 5.428 5.510

Fashion 18.986 19.283 19.580 19.877

KeteranganTahun

7.4.4. Biaya Operasional

7.4.4.1. Biaya Logistik

Tabel 7-10. : Biaya Logistik

(dalam USD)

2019 2020 2021 2022 2023

Back Packs

- IT BP 2.881 4.688 6.554 7.873 8.615

- Business 2.468 4.601 5.103 5.619 6.149

- Back to School Back packs 5.200 6.610 9.409 10.930 12.495

- Lifestyle 5.000 3.814 3.231 3.613 4.005

Brief Case 3.375 5.721 5.816 6.503 7.208

Duffels

- Wheeled Duffels 14.063 12.712 14.217 14.122 14.684

- Non Wheeled Duffels 2.500 2.542 3.102 3.153 3.204

Packing Cube 3.150 2.002 1.710 1.738 1.850

Fashion 3.000 3.559 3.619 6.306 6.675

KeteranganTahun

(dalam USD)

2024 2025 2026 2027

Back Packs

- IT BP 8.752 8.889 9.026 9.163

- Business 6.246 6.344 6.442 6.540

- Back to School Back packs 12.693 12.892 13.091 13.289

- Lifestyle 4.068 4.132 4.196 4.259

Brief Case 7.323 7.438 7.552 7.667

Duffels

- Wheeled Duffels 14.917 15.151 15.384 15.618

- Non Wheeled Duffels 3.255 3.306 3.357 3.408

Packing Cube 1.880 1.909 1.938 1.968

Fashion 6.781 6.887 6.993 7.099

KeteranganTahun

Page 56: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-8

7.4.4.2. Biaya Umum dan Administrasi

Tabel 7-11. : Biaya Umum dan Administrasi

(dalam USD)

2019 2020 2021 2022 2023

Back Packs

- IT BP 5.763 9.377 13.108 15.746 17.231

- Business 4.935 9.201 10.205 11.237 12.297

- Back to School Back packs 10.400 13.221 18.818 21.860 24.989

- Lifestyle 10.000 7.627 6.462 7.225 8.009

Brief Case 6.750 11.441 11.632 13.005 14.417

Duffels

- Wheeled Duffels 28.125 25.425 28.434 28.244 29.368

- Non Wheeled Duffels 5.000 5.085 6.204 6.306 6.408

Packing Cube 6.300 4.004 3.420 3.476 3.700

Fashion 6.000 7.119 7.238 12.611 13.349

KeteranganTahun

(dalam USD)

2024 2025 2026 2027

Back Packs

- IT BP 17.505 17.779 18.053 18.327

- Business 12.493 12.688 12.884 13.079

- Back to School Back packs 25.387 25.784 26.181 26.579

- Lifestyle 8.137 8.264 8.391 8.519

Brief Case 14.646 14.875 15.105 15.334

Duffels

- Wheeled Duffels 29.835 30.302 30.769 31.236

- Non Wheeled Duffels 6.509 6.611 6.713 6.815

Packing Cube 3.759 3.818 3.877 3.936

Fashion 13.561 13.774 13.986 14.198

KeteranganTahun

7.4.5. Proyeksi Keuangan

Proyeksi Laba (Rugi) selama 9 tahun (2019-2027) untuk Divisi Tas ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 7-12. : Proyeksi Laba (Rugi)

(dalam USD)

PENDAPATAN

Penjualan Bersih 1.665.450 1.849.988 2.111.004 2.396.181 2.599.618

Beban Pokok Penjualan 1.450.142 1.610.914 1.837.509 2.085.475 2.260.638

LABA KOTOR 215.309 239.075 273.495 310.705 338.980

Beban Operasional 166.545 184.999 211.056 239.469 259.643

LABA USAHA 48.764 54.076 62.439 71.236 79.337

Beban Pajak 12.191 13.519 15.610 17.809 19.834

LABA (RUGI) SETELAH PAJAK 36.573 40.557 46.829 53.427 59.503

KETERANGAN 2019 2020 2021 2022 2023

Page 57: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-9

(dalam USD)

PENDAPATAN

Penjualan Bersih 2.643.760 2.688.651 2.734.304 2.780.732

Beban Pokok Penjualan 2.296.582 2.332.527 2.368.471 2.404.415

LABA KOTOR 347.177 356.124 365.833 376.317

Beban Operasional 263.841 268.059 272.295 276.551

LABA USAHA 83.336 88.065 93.538 99.766

Beban Pajak 20.834 22.016 23.384 24.942

LABA (RUGI) SETELAH PAJAK 62.502 66.049 70.153 74.825

KETERANGAN 2026 20272024 2025

7.4.6. Penentuan Discount Rate

Berikut adalah asumsi yang digunakan untuk mengestimasi discount rate yang akan digunakan dalam studi kelayakan usaha ini.

Cost of Debt (Biaya Utang)

Perhitungan biaya utang (Cost of Debt) dihitung sesuai dengan biaya atas utang pasar yaitu dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

Tingkat suku bunga pinjaman yang digunakan adalah 5,34% berdasarkan tingkat suku bunga pinjaman investasi oleh kelompok Bank Persero dalam USD yang berlaku per Juni 2018. (Sumber : Bank Indonesia)

Tingkat pajak yang digunakan adalah sebesar 25% berdasarkan tingkat pajak korporasi di Indonesia. (Sumber : Direktorat Jenderal Pajak)

Dengan pertimbangan faktor-faktor tersebut, maka perhitungan biaya utang (Cost of Debt) yang diaplikasikan dalam penilaian ini adalah sebagai berikut:

Kd = i x ((1-T) Kd = 5,34% x (1-25%) = 4,01%

Cost of Equity (Biaya Ekuitas)

Biaya ekuitas (cost of equity) untuk PAI diperoleh dengan mempertimbangkan faktor- faktor sebagai berikut:

Risk-free rate (tingkat suku bunga bebas risiko)

Sebagai Risk Free Rate kami menggunakan yield treasury bond dalam USD dengan jangka waktu 10 tahun per 29 juni 2018 yaitu sebesar 2,85% per tanggal penilaian. (Sumber :http://www.treasury.gov).

Beta

Beta yang kami gunakan adalah Levered Beta, yang memperhitungkan rata-rata Beta yang diaplikasikan adalah sebesar 0,75 yang dihitung menggunakan beta relevered dari rata-rata unlevered beta untuk perusahaan yang bergerak di industri Apparel yang diambil dari situs Aswath Damodaran. (Sumber : Damodaran)

Market Risk Premium

Berdasarkan data yang kami peroleh, premi risiko pasar untuk Indonesia per Juni 2018 adalah sebesar 8,76%.

Page 58: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-10

ERP = Risk Premium for a mature market + (Default Spread Indonesia × Volatility Numbers for Selected Emerging Markets)

ERP = 6,22% + (2,26% x 1,12) = 8,76%

Dengan pertimbangan faktor-faktor tersebut, maka perhitungan biaya ekuitas (cost of equity) yang diaplikasikan setelah dikurangi default spread Indonesia pada tanggal penilaian sebesar 2,26% adalah sebesar 7,16%.

Berdasarkan asumsi diatas, besarnya Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang kami gunakan sebagai discount rate dalam studi kelayakan ini yaitu sebesar 7,16%, seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 7-13. : Perhitungan WACC

Struktur Modal

Total Kapitalisasi Utang 0,00%

Total Kapitalisasi Ekuitas 100,00%

Biaya Utang

Biaya Utang 5,34%

Pajak 25,00%

Biaya Utang Setelah Pajak 4,01%

Biaya Ekuitas

Tingkat bunga bebas risiko 2,85%

Risiko premium pasar 8,76%

Levered Beta 0,75

Biaya Ekuitas 7,16%

WACC 7,16%

Perhitungan WACC

7.4.7. Kriteria kelayakan Investasi

Kelayakan investasi Perseroan dapat dilakukan melalui perhitungan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Payback Period (PP). NPV, IRR, dan BCR adalah tiga parameter investasi yang umum digunakan untuk menilai apakah suatu investasi layak atau tidak layak secara finansial, sehingga merupakan dasar bagi investor untuk mengambil keputusan investasi. Sedangkan PP digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian biaya investasi.

Kriteria kelayakan investasi adalah:

1. NPV ≥ 0 2. IRR > discount rate/WACC 3. BCR > 1 4. PP

Page 59: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-11

Tabel 7-14. : Analisa Kelayakan Investasi

Juni 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027

FCF

Laba Sebelum Pajak - 19.014 16.693 25.056 25.815 63.666 74.562 78.543 91.293 96.748

Tax 25% - (4.753) (4.173) (6.264) (6.454) (15.917) (18.640) (19.636) (22.823) (24.187)

+/+ Penyusutan - 29.750 37.383 37.383 45.421 15.671 8.774 9.522 2.245 3.019

+/- Investasi (119.000) - - - - - - - - -

-/- Capex - - (30.530) - (32.153) - (2.943) (2.993) (3.044) (3.095)

-/- Perubahan Modal Kerja - (70.309) (7.071) (10.221) (11.991) (7.978) (1.595) (1.564) (1.533) (1.501)

(119.000) (26.299) 12.302 45.954 20.638 55.442 60.157 63.872 66.138 70.983

WACC 7,16%

Discount Period 1,50 2,50 3,50 4,50 5,50 6,50 7,50 8,50 9,50

Discount Factor 1,00 0,902 0,841 0,785 0,733 0,684 0,638 0,595 0,556 0,519

NPV (USD) 106.733 (119.000) (23.709) 10.349 36.079 15.121 37.908 38.386 38.034 36.753 36.811

IRR 17,47%

Payback Period 6,00

BCR 1,027

Net Present Value (NPV) Dengan memperhitungkan nilai proceed selama proyeksi, maka dengan WACC sebesar 7,16% diperoleh NPV sebesar USD 106.733

Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) diperoleh sebesar 17,47%, dimana IRR tersebut lebih tinggi dibandingkan WACC sebesar 7,16%.

Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit Cost Ratio (BCR) diperoleh sebesar 1,027.

Payback Period (PP) Payback Period (PP) diperoleh selama 6 tahun.

Page 60: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-12

7.5. Analisa Sensitivitas

Dalam menyusun Studi Kelayakan ini, SISCO melakukan Analisa Sensitivitas. Analisa Sensitivitas digunakan untuk mengetahui pada tingkat mana, proyek tersebut masih dapat dilaksanakan. Berikut adalah beberapa simulasi keuangan yang dilakukan untuk mengetahui hasil kelayakan investasi:

1. Pada Kondisi Pendapatan Turun, sementara Biaya Tetap. 2. Pada kondisi Biaya Naik, sementara Pendapatan Tetap. 3. Pada kondisi Pendapatan Turun dan Biaya Naik secara bersamaan.

Dari beberapa simulasi yang dilakukan akan dilihat sampai sejauh mana pengaruh atas penurunan Pendapatan dan kenaikan Biaya yang akan mempengaruhi agar investasi menjadi layak (dengan kondisi NPV = 0, dan IRR = WACC).

Tabel 7-15. : Analisa Sensitivitas

0 0,00% 0,11% 0,47% 0,73% 1,00%

0,00% 106.733 94.473 56.684 28.342 0

0,30% 78.391 66.131 28.342 0 (28.342)

0,60% 50.049 37.789 0 (28.342) (56.684)

1,00% 12.260 0 (37.789) (66.131) (94.473)

1,13% 0 (12.260) (50.049) (78.391) (106.733)

Penurunan Pendapatan

Ke

nai

kan

Bia

ya

NPV

Dari tabel hasil Analisis Sensitivitas diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada keadaan tidak ada kenaikan biaya, maka pendapatan turun maksimum 1,07%, diperoleh NPV = Rp 0 , dan Investasi Layak.

2. Bila pendapatan turun lebih tinggi dari 1,00% pada kondisi biaya tidak berubah, maka Investasi Tidak Layak.

3. Pada keadaan pendapatan tetap, maka biaya naik maksimum 1,13%, diperoleh NPV = Rp 0, dan Investasi Layak.

4. Bila pendapatan tetap dan pada saat yang sama biaya naik lebih tinggi dari 1,13%, maka Investasi Tidak Layak.

5. Untuk beberapa skenario dimana masing-masing terjadi perubahan, dimana biaya naik dan pada saat yang sama pendapatan turun, kesimpulan kelayakannya dapat dilihat pada tabel diatas.

6. Dari hasil analisis terlihat bahwa penurunan pendapatan dan kenaikan biaya adalah relatif sama.

7.6. Kesimpulan Kelayakan Keuangan

Dari Kajian Kelayakan Keuangan, menunjukkan bahwa rencana Perseroan untuk menambah kegiatan usaha barunya memenuhi kriteria kelayakan dengan variabel-variabel sebagai berikut:

i. NPV ≥ 0 -----------> layak

Dengan memperhitungkan nilai proceed selama proyeksi, dengan WACC sebesar 7,16% diperoleh nilai NPV sebesar USD 106.733,-. Oleh karena nilai NPV PAI ≥ 0, maka investasi ini layak.

ii. IRR > WACC -----------> layak Internal Rate of Return (IRR) diperoleh PAI sebesar 17,47%, dimana IRR tersebut lebih tinggi dibandingkan WACC sebesar 7,16%, maka investasi ini layak.

iii. BCR > 1 -----------> layak Benefit Cost Ratio (BCR) PAI sebesar 1,027; dimana BCR tersebut lebih tinggi dari 1, maka investasi ini layak.

iv. Payback Period diperoleh selama 6 tahun.

Page 61: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VII-13

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rencana Perseroan untuk menambah kegiatan usaha baru, yaitu dengan memproduksi Tas (Travelling Goods) adalah Layak untuk dilaksanakan jika ditinjau dari Kelayakan Keuangan.

Dalam menyusun Studi Kelayakan ini, SISCO juga melakukan Analisa Sensitivitas, yang digunakan untuk mengetahui pada tingkat mana, proyek tersebut masih layak untuk dilaksanakan. Dari beberapa simulasi yang dilakukan, dapat terlihat sampai sejauh mana pengaruh atas penurunan Pendapatan dan kenaikan Biaya akan mempengaruhi investasi menjadi layak (dengan kondisi NPV = 0, dan IRR = WACC). Dapat disimpulkan bahwa penurunan Pendapatan dan kenaikan Biaya relatif sama, dimana Pendapatan turun maksimum 1,00% dengan kondisi biaya tetap atau Biaya naik maksimum 1,13% dengan kondisi pendapatan tetap, maka rencana penambahan kegiatan usaha baru ini masih layak untuk dilaksanakan.

Page 62: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VIII-1

8. KESIMPULAN

Analisis kelayakan terhadap rencana penambahan usaha Perseroan telah dilakukan melalui analisa Kelayakan Pasar, Kelayakan Teknis, Kelayakan Pola Bisnis, Kelayakan Model Manajemen, dan Kelayakan Keuangan.

8.1. Kajian Kelayakan Pasar

Pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan semakin baik, meskipun di saat bersamaan sedang berlangsung proses penyesuaian likuiditas global. Pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan mencapai 3,9%, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya sebesar 3,8%, terutama didorong oleh akselerasi ekonomi AS yang bersumber dari penguatan investasi dan konsumsi, di tengah berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter AS. Dari Eropa, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan tumbuh lebih tinggi didukung perbaikan ekspor dan konsumsi serta kebijakan moneter yang akomodatif. Dari negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan tetap cukup tinggi ditopang kenaikan konsumsi dan investasi swasta serta proses penyesuaian ekonomi yang berjalan dengan baik. Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik tersebut akan meningkatkan volume perdagangan dunia yang berdampak pada tetap kuatnya harga komoditas, termasuk komoditas minyak, pada 2018. Di tengah tren penguatan ekonomi dunia, likuiditas dolar AS cenderung mengetat, yang kemudian mendorong kenaikan imbal hasil surat utang AS dan penguatan dolar AS sehingga menekan banyak mata uang lainnya. Ke depan, sejumlah risiko perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain, kenaikan FFR dan imbal hasilsurat utang AS, kenaikan harga minyak, ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok, serta isu geopolitik terkait pembatalan kesepakatan nuklir antara AS dan Iran.

Perkembangan tren dunia telah menyebabkan sebagian besar negara berkembang untuk mengalami percepatan dalam penjualan produk konsumen, dan penjualan tas dan aksesoris perjalanan juga telah mengalami kenaikan. Menurut Allied Market Research, pasar tas perjalanan dunia bernilai USD 15.045 juta pada tahun 2016, dan diproyeksikan mencapai USD 24.027 juta pada 2023, dengan rata-rata pertumbuhan CAGR sebesar 7,1% dari tahun 2017-2023.

8.2. Kajian Kelayakan Teknis

Perseroan memiliki Pabrik yang berlokasi di Jl. Raya Ranca Bolang No. 98, Kelurahan Cisaraten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. dengan total luas area 85.683 m2. Sehubungan dengan penambahan kegiatan usaha berupa Produk Tas (Travelling Goods), total luas yang dibutuhkan adalah ± 3.500 m2. Dengan demikian luas bangunan yang diperlukan cukup tersedia. Dikarenakan adanya penurunan produksi sepatu, saat ini ada beberapa bangunan pabrik sepatu yang dapat dimanfaatkan untuk produksi Tas (Travelling Goods), dengan demikian bangunan yang diperlukan untuk produksi Tas (Travelling Goods) saat ini dalam kondisi siap digunakan.

Pada tahap awal, Perseroan berencana memasang mesin dengan jumlah 4 lini (tahun 2018), selanjutnya meningkat menjadi 5 lini (tahun 2020) dan 6 lini (tahun 2022) yang akan diimpor dalam kondisi baru dari China. Berdasarkan spesifikasi mesin dan pengalaman dari pihak buyer yang telah menggunakan mesin yang sama untuk memproduksi produk yang sama, maka ditentukan tiap lini memiliki kapasitas produksi sebanyak 75.600 Unit/Lini/Tahun.

Perseroan memiliki Tenaga Kerja Lokal yang telah berpengalaman dalam memproduksi sepatu

dengan total tenaga kerja dari Divisi Sepatu berjumlah sekitar 700 orang. Sedangkan, pada tahap awal, Perseroan memerlukan 100 tenaga kerja, 2 Pengawas dan 1 Manajer Pabrik untuk produksi Tas.

Page 63: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VIII-2

8.3. Kajian Kelayakan Pola Bisnis

Penambahan kegiatan usaha ini dapat memberikan nilai tambah bagi Perseroan, karena (1) produk yang dihasilkan telah memiliki pembeli yang pasti, sehingga tidak ada risiko pemasaran, (2) penyediaan bahan baku dibantu oleh buyer agar diperoleh yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, sehingga tidak ada risiko penyediaan bahan baku, (3) pembayaran atas bahan baku yang diimpor dibantu oleh pihak buyer dengan cara dipotong dari penjualan produk, sehingga tidak ada risiko likuiditas, (4) Perseroan dapat memanfaatkan kapasitas pabrik yang saat ini tidak terpakai.

Selain itu pengiriman barang dari Indonesia ke Amerika Serikat memperoleh fasilitas bebas bea masuk yang berarti penghematan 17,6% untuk produk softside dan 20,3% untuk produk hardside jika produk yang sama dikirimkan dari China.5 Fasilitas bea masuk ini didasari keputusan Presiden Amerika Serikat tanggal 29 Juni 2017 yang memberikan pembebasan bea masuk untuk produk travelling goods dari negara-negara yang termasuk Generalised System of Preferences beneficiary countries, antara lain Indonesia.

Perseroan merupakan perusahaan yang sebelumnya telah berpengalaman dalam bidang yang sejenis yaitu industri alas kaki (sepatu), secara teknis produksi sepatu dan tas tidak jauh berbeda (memerlukan keahlian memotong dan menjahit), sehingga hal tersebut memberikan nilai lebih bagi Perseroan.

8.4. Kajian Kelayakan Model Manajemen

Dalam melaksanakan kegiatan usaha barunya, Perseroan memiliki kapasitas dan kemampuan dengan didukung oleh beberapa keunggulan kompetitif yang dimiliki. Perseroan merupakan perusahaan yang sebelumnya telah berpengalaman dalam bidang yang sejenis yaitu sepatu. Oleh karena itu, Perseroan memiliki pengalaman dan kemampuan yang baik untuk menjalankan bisnis tersebut di masa mendatang.

8.5. Kajian Kelayakan Keuangan

Rencana Perseroan untuk menambah kegiatan usaha barunya memenuhi kriteria kelayakan dengan variabel-variabel sebagai berikut:

1) NPV ≥ 0 -----------> layak

Dengan memperhitungkan nilai proceed selama proyeksi, dengan WACC sebesar 7,16% diperoleh nilai NPV sebesar USD 106.733,-. Oleh karena nilai NPV PAI ≥ 0, maka investasi ini layak.

2) IRR > WACC -----------> layak

Internal Rate of Return (IRR) diperoleh PAI sebesar 17,47%, dimana IRR tersebut lebih tinggi dibandingkan WACC sebesar 7,16%, maka investasi ini layak.

3) BCR > 1 -----------> layak

Benefit Cost Ratio (BCR) PAI sebesar 1,027; dimana BCR tersebut lebih tinggi dari 1, maka investasi ini layak.

4) Payback Period diperoleh selama 6 (Enam) tahun.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rencana Perseroan untuk menambah kegiatan usaha baru, yaitu dengan memproduksi Tas (Travelling Goods) adalah Layak untuk dilaksanakan jika ditinjau dari Kelayakan Keuangan.

Dalam menyusun Studi Kelayakan ini, SISCO juga melakukan Analisa Sensitivitas, yang digunakan untuk mengetahui pada tingkat mana, proyek tersebut masih layak untuk dilaksanakan. Dari beberapa simulasi yang dilakukan, dapat terlihat sampai sejauh mana pengaruh atas penurunan Pendapatan dan kenaikan Biaya akan mempengaruhi investasi menjadi layak (dengan kondisi NPV = 0, dan IRR = WACC). Dapat disimpulkan bahwa

5 Sumber : Economic Viability Report

Page 64: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk VIII-3

penurunan Pendapatan dan kenaikan Biaya relatif sama, dimana Pendapatan turun maksimum 1,00% dengan kondisi biaya tetap atau Biaya naik maksimum 1,13% dengan kondisi pendapatan tetap, maka rencana penambahan kegiatan usaha baru ini masih layak untuk dilaksanakan.

8.6. Kesimpulan Studi Kelayakan

Dengan demikian, berdasarkan analisis atas Kelayakan Pasar, Kelayakan Teknis, Kelayakan Pola Bisnis, Kelayakan Model Manajemen, dan Kelayakan Keuangan, dapat disimpulkan bahwa Rencana Perseroan untuk menambah kegiatan usaha Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Pribadi, yaitu berupa Produk Tas (Travelling Goods) adalah LAYAK, karena akan mendatangkan tambahan manfaat bagi Perseroan.

Page 65: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

LAMPIRAN

Page 66: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk -1

Lampiran 1 : Proyeksi Laba Rugi

PENDAPATAN

Penjualan Bersih 1.665.450 1.849.988 2.111.004 2.396.181 2.599.618 2.643.760 2.688.651 2.734.304 2.780.732

Beban Pokok Penjualan 1.450.142 1.610.914 1.837.509 2.085.475 2.260.638 2.296.582 2.332.527 2.368.471 2.404.415

LABA KOTOR 215.309 239.075 273.495 310.705 338.980 347.177 356.124 365.833 376.317

Beban Operasional 166.545 184.999 211.056 239.469 259.643 263.841 268.059 272.295 276.551

LABA USAHA 48.764 54.076 62.439 71.236 79.337 83.336 88.065 93.538 99.766

Beban Pajak 12.191 13.519 15.610 17.809 19.834 20.834 22.016 23.384 24.942

LABA (RUGI) SETELAH PAJAK 36.573 40.557 46.829 53.427 59.503 62.502 66.049 70.153 74.825

KETERANGAN 2019 2026 20272020 2021 2022 2023 2024 2025

Page 67: Laporan Studi Kelayakan Atas Rencana Penambahan Kegiatan

Laporan Studi Kelayakan Penambahan Usaha – PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk -2

Lampiran 2 : Kelayakan Investasi

Juni 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027

FCF

Laba Sebelum Pajak - 19.014 16.693 25.056 25.815 63.666 74.562 78.543 91.293 96.748

Tax 25% - (4.753) (4.173) (6.264) (6.454) (15.917) (18.640) (19.636) (22.823) (24.187)

+/+ Penyusutan - 29.750 37.383 37.383 45.421 15.671 8.774 9.522 2.245 3.019

+/- Investasi (119.000) - - - - - - - - -

-/- Capex - - (30.530) - (32.153) - (2.943) (2.993) (3.044) (3.095)

-/- Perubahan Modal Kerja - (70.309) (7.071) (10.221) (11.991) (7.978) (1.595) (1.564) (1.533) (1.501)

(119.000) (26.299) 12.302 45.954 20.638 55.442 60.157 63.872 66.138 70.983

WACC 7,16%

Discount Period 1,50 2,50 3,50 4,50 5,50 6,50 7,50 8,50 9,50

Discount Factor 1,00 0,902 0,841 0,785 0,733 0,684 0,638 0,595 0,556 0,519

NPV (USD) 106.733 (119.000) (23.709) 10.349 36.079 15.121 37.908 38.386 38.034 36.753 36.811

IRR 17,47%

Payback Period 6,00

BCR 1,027