studi kelayakan teknis dan ekonomi rencana pembangunan ... filestudi kelayakan teknis dan ekonomi...

93
i LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015 Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng Tim Pengusul : 1. Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT. NIP. 195312311986021004 2. I Ketut Mudra, ST., MT. NIP. 196811201995031001 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA SEPTEMBER 2015 No. SPK : 2230.1/UN14.1.31/PN/2015 Tanggal 8 Juni 2015 No. SP.DIPA-042.04.2.400107/2015 Tanggal 15 April 2015

Upload: vohanh

Post on 30-May-2019

241 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

i

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi

Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama

di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng

Tim Pengusul :

1. Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT. NIP. 195312311986021004

2. I Ketut Mudra, ST., MT. NIP. 196811201995031001

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

SEPTEMBER 2015

No. SPK : 2230.1/UN14.1.31/PN/2015 Tanggal 8 Juni 2015

No. SP.DIPA-042.04.2.400107/2015 Tanggal 15 April 2015

ii

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

Judul Penelitian : Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan

Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng .

Ketua Tim Peneliti : a. Nama Lengkap : Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.

b. NIDN / NIP : 0031125330 / 195312311986021004

c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Nomor HP / e-mail : (+62) 89601304858 / [email protected]

Anggota Peneliti : a. Nama Lengkap : I Ketut Mudra, ST., MT.

b. NIDN / NIP : 0020116801 / 196811201995031001

c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Nomor HP / e-mail : (+62) 818558516 / [email protected]

Biaya Penelitian : - diusulkan ke Jurusan Rp. 10.000.000,- - dana institusi lain Rp. 0

- inkind sebutkan -

Bukit Jimbaran, 03 September 2015

Menyetujui,

Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD Ketua Tim Peneliti

Ir. I Made Suarya, MT.

NIP. 195610151986011001

Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.

NIP. 195312311986021004

iii

Ringkasan

Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai bagian integral dari pembangunan

nasional, maka pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pengaruh dari pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi tentunya akan

meningkatkan kebutuhan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan menjangkau seluruh

lapisan masyarakat. Permasalahan keterbatasan akses dan pemerataan sarana pelayanan

rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan

tetapi juga ditemui juga pada daerah perkotaan di mana daya tampung rawatan rumah sakit

tidak sebanding dengan jumlah penduduk di sekitarnya. Kondisi ini sering membuat

persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam mendapatkan kesempatan prioritas

pelayaann yang akhirnya masyarakat tidak mampu menjadi pihak yang sulit mendapatkan

pelayanan kesehatan dengan segala keterbatasannya.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Tipe D Pratama merupakan salah

satu upaya Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk

meningkatkan akses pelayanan kesehatan di daerah tersebut.

Sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan ketentuan, maka Pemerintah Kabupaten Buleleng merencanakan pembangunan

sebuah Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt. Oleh karena itu, usulan

penelitian ini akan mencoba melakukan studi kelayakan teknis dan ekonomi terhadap

rencana pembangunan rumah sakit di atas, sehingga dapat menyediakan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian yang menggunakan metode kuantitatif.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi ke lokasi rencana rumah sakit

dengan pengukuran dan dokumentasi (foto). Data-data sekunder diperoleh melalui

literatur/buku-buku kepustakaan, dokumen tata ruang terkait, dan internet. Kegiatan

klasifikasi dan kompilasi data dilakukan untuk memudahkan dalam menyusun hasil

penelitian. Keluaran penelitian ini adalah berupa kelayakan teknis dan ekonomi terhadap

rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten

Buleleng, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam

menyusun gambar/dokumen perencanaan.

iv

Prakata

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karunia-

Nyalah Laporan Akhir Penelitian yang berjudul “Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi

Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng”

dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah melakukan studi kelayakan terhadap rencana

pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.

Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari rencana

pembangunan rumah sakit tersebut di atas dari aspek teknis dan ekonomi, sehingga dapat

dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun gambar/dokumen

perencanaan. Kegiatan penelitian ini dibiayai dari dana PNBP Universitas Udayana Tahun

2015.

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada semua pihak

yang telah membantu memberikan informasi dan kesempatan untuk melaksanakan

kegiatan penelitian ini.

Sangat disadari, bahwa Laporan Akhir Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,

segala bentuk saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi kesempurnaannya.

Semoga Laporan Penelitian ini dapat memenuhi tujuan yang diharapkan dan bermanfaat

bagi para pembaca.

Bukit Jimbaran, 03 September 2015

Ketua Tim Peneliti

Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.

NIP. 195312311986021004

v

Daftar Isi

Halaman Judul ................................................................................................................ i

Lembar Pengesahan ........................................................................................................ ii

Ringkasan........................................................................................................................ iii

Prakata............................................................................................................................. iv

Daftar Isi ......................................................................................................................... v

Daftar Gambar................................................................................................................. vi

Daftar Tabel..................................................................................................................... vii

BAB 1 Pendahuluan................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2. Permasalahan .................................................................................... 2

1.3. Tujuan ............................................................................................... 4

1.4. Target dan Luaran ............................................................................ 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka........................................................................................ 6

2.1. Pengertian Kesehatan dan Sarana Kesehatan.................................... 6

2.2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan........... 7

2.3. Sistem Kesehatan Nasional (SKN).................................................... 9

2.4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit....... 10

2.5. Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama.............. 14

2.6. Agenda Prioritas Bidang Kesehatan dalam RPJP Kabupaten

Buleleng.............................................................................................

20

BAB 3 Metode Penelitian........................................................................................ 22

3.1. Pendekatan Penelitian........................................................................ 22

3.2. Metode Kegiatan Penelitian.............................................................. 22

3.3. Teknik Kegiatan Penelitian............................................................... 23

3.4. Tahapan Kegiatan Penelitian............................................................. 23

3.5. Kerangka Pikir Penelitian.................................................................. 24

BAB 4 Hasil dan Pembahasan................................................................................ 26

4.1. Kondisi Kesehatan di Kabupaten Buleleng....................................... 26

4.2. Analisis Situasi.................................................................................. 28

4.3. Analisis Permintaan........................................................................... 46

4.4. Analisis Kebutuhan........................................................................... 50

4.5. Kelayakan Teknis.............................................................................. 62

4.6. Kelayakan Ekonomi.......................................................................... 69

BAB 5 Kesimpulan dan Saran............................................................................... 82

5.1. Kesimpulan........................................................................................ 82

5.2. Saran.................................................................................................. 83

Daftar Pustaka............................................................................................................... 84

Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas.............................. 86

vi

Daftar Gambar

Gambar 1 : Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di

Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng .................................................

3

Gambar 2 : Kerangka Pikir Penelitian......................................................................... 25

Gambar 3 : Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas D................................... 44

Gambar 4 : Kelayakan Lokasi Rencana RS Kelas D Pratama.................................... 63

Gambar 5 : Rancangan Block Plan RS Kelas D Pratama............................................ 64

Gambar 6 : Rancangan Lay Out Plan RS Kelas D Pratama........................................ 69

Gambar 7 : Matrik Perhitungan Proyeksi Pendapatan dan Biaya RS Kelas D

Pratama.....................................................................................................

78

vii

Daftar Tabel

Tabel 1 : Persyaratan Minimal Ketenagaan Rumah Sakit Kelas D Pratama........... 16

Tabel 2 : Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Buleleng............................ 26

Tabel 3 : Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis di Kabupaten Buleleng................ 27

Tabel 4 : Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan

Kabupaten Buleleng Tahun 2007-2011....................................................

27

Tabel 5 : Proyeksi Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng

Tahun 2011 - 2031...................................................................................

30

Tabel 6 : Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Menurut Agama

Tahun 2007...............................................................................................

32

Tabel 7 : Proyeksi Jumlah Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Buleleng

Tahun 2023...............................................................................................

39

Tabel 8 : Persentase Penduduk Kabupaten Buleleng Menurut Jenis Keluhan

Kesehatan Tahun 2011.............................................................................

40

Tabel 9 : Jumlah Penderita Penyakit Menular di Kabupaten Buleleng Tahun

2011..........................................................................................................

40

Tabel 10 : 10 Besar Penyakit di Kabupaten Buleleng Tahun 2011........................ 41

Tabel 11 : Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, dan Infeksi Menular Seksual Lainnya

Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas di Kabupaten

Buleleng Tahun 2011...............................................................................

41

Tabel 12 : Kebutuhan Jenis dan Luasan Ruang RS Kelas D Pratama....................... 51

Tabel 13 : Kebutuhan Peralatan Ruang Rawat Inap.................................................. 54

Tabel 14 : Kebutuhan Peralatan Unit Gawat Darurat (UGD).................................... 54

Tabel 15 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Vaksinasi............................................... 55

Tabel 16 : Kebutuhan Peralatan Ruang Tindakan..................................................... 55

Tabel 17 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Penyakit Dalam..................................... 56

Tabel 18 : Kebutuhan Peralatan Ruang Obgyn......................................................... 56

Tabel 19 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Anak...................................................... 57

Tabel 20 : Perhitungan Biaya Struktur dan Arsitektur.............................................. 71

Tabel 21 : Aspek yang Ditinjau dalam Analisis Cash Flow...................................... 79

1

Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai bagian integral dari pembangunan

nasional, maka pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah selama ini, telah berhasil

meningkatkan derajat kesehatan secara bermakna, meskipun belum dapat dinikmati secara

merata oleh seluruh penduduk di Indonesia, khususnya masyarakat yang bermukim di

lokasi-lokasi terpencil, termasuk di daerah pesisir, pulau-pulau kecil dan daerah

pemekaran. Padahal di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

secara tegas mengamanatkan kepada pemerintah untuk bertanggung jawab merencanakan,

mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan

yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan upaya kesehataan saat ini

lebih mengedepankan pemerataan dan keterjangkauan masyarakat mengakses pelayanan

kesehatan khususnya pelayanan rujukan.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Pengaruh dari pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi tentunya akan

meningkatkan kebutuhan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan menjangkau seluruh

lapisan masyarakat. Permasalahan keterbatasan akses dan pemerataan sarana pelayanan

rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan

tetapi juga ditemui juga pada daerah perkotaan di mana daya tampung rawatan rumah sakit

tidak sebanding dengan jumlah penduduk di sekitarnya. Kondisi ini sering membuat

persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam mendapatkan kesempatan prioritas

pelayaann yang akhirnya masyarakat tidak mampu menjadi pihak yang sulit mendapatkan

pelayanan kesehatan dengan segala keterbatasannya.

2

Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit

di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, daerah bermasalah kesehatan, daerah

pemekaran baru dan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, di

mana belum tersedianya fasilitas kesehatan tersebut atau sarana pelayanan yang ada masih

belum dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut, maka dilakukan kerjasama antara

pemerintah dengan pemerintah daerah untuk menyediakan sarana pelayanan kesehatan

rumah sakit yang bermutu dan melayani seluruh lapisan masyarakat.

Rumah Sakit Tipe D Pratama merupakan salah satu upaya Kementerian Kesehatan

bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan di

daerah tersebut.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota mengamanatkan bahwa urusan kesehatan merupakan salah satu urusan

pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan, yang penyelenggaraannya oleh

Pemerintah dapat ditugaskan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan asas tugas

pembantuan, dan secara bertahap dapat diserahkan untuk menjadi urusan Pemerintah

Daerah yang bersangkutan apabila Pemerintah Daerah telah menunjukkan kemampuan

untuk memenuhi norma, standar, prosedur dan kriteria yang dipersyaratkan.

Sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas, maka Pemerintah Kabupaten

Buleleng merencanakan pembangunan sebuah Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan

Seririt. Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan studi kelayakan teknis dan ekonomi

terhadap rencana pembangunan rumah sakit di atas, sehingga dapat menyediakan

pelayanan kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

1.2. Permasalahan

Sehubungan dengan rencana Pemerintah Kabupaten Buleleng yang akan membangun

Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt dan memperhatikan ketentuan dan

peraturan yang berlaku, maka terlebih dahulu sangat dibutuhkan adanya sebuah Studi

Kelayanan (Feasibility Study). Studi kelayakan ini merupakan kajian atau analisis yang

komprehensif dari berbagi komponen rencana kegiatan pembangunan sarana dan

3

prasarana, baik secara ekonomi, sosial budaya, teknis teknologis, lingkungan, dan lain-

lain.

Salah satu unsur objek yang dirasakan masih menemui permasalahan adalah dalam hal

standarisasi pelayanan yang tentu merujuk kepada ketersediaan fasilitas/sarana. Dilihat dari

aspek sosial kependudukan bahwa kondisi masyarakat di lingkungan sekitar lokasi dan

masyarakat Buleleng pada umumnya merupakan masyarakat dengan lingkungan yang

agamais serta menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Hal tersebut merupakan salah satu

dasar dan landasan dalam rangka perencanaan suatu wilayah agar pembangunan yang

dihasilkan tidak mengurangi atau menyalahi nilai dan norma sosial di wilayah Buleleng.

Jika dilihat dari keberadaan lokasi peruntukan rumah sakit sangat berpotensi dan strategis

untuk dikembangkan, karena terletak di sisi jalan pusat Kota Seririt, Kabupaten Buleleng

yang dapat meningkatkan kawasan tersebut menjadi lebih hidup dan memberikan fasilitas

bagi masyarakat setempat dan masyarakat luas akan kebutuhan kesehatan. Dilihat dari

kondisi eksisting di sekitar lokasi peruntukan rumah sakit bahwa penggunaan lahan di sisi

jalan sudah terbangun beberapa macam aktivitas/kegiatan dalam bidang perdagangan dan

jasa, serta diperuntukkan sebagai permukiman penduduk.

Lokasi peruntukan rumah sakit merupakan lahan potensial yang sangat baik jika

dikembangkan, akan tetapi dalam pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari

berbagai faktor sebagai bahan pertimbangan yang menunjang perkembangan tersebut.

Peta Orientasi Kabupaten Buleleng

Gambar 1 : Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama

di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng

4

Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah : 1) Faktor lingkungan; 2) Faktor sosial

ekonomi; 3) Faktor kependudukan; 4) Faktor infrastruktur; 5) Faktor daya dukung dan

daya tampung lahan; dan 5) Faktor kelembagaan dan pembiayaan.

Hal lain yang menjadi pertimbangan pengembangan suatu lahan adalah aspirasi

masyarakat terhadap perencanaan pembangunan serta kemampuan lokasi tersebut terhadap

daya serap dan daya tarik terhadap masyarakat, juga memperhatikan kemungkinan

masalah-masalah yang akan muncul dan berdampak negatif terhadap perkembangan

penduduk di masa yang akan datang, serta keberadaan lokasi objek tersebut khususnya.

Akan tetapi yang perlu dicermati, bahwa perencanaan diciptakan untuk menjadikan suatu

kawasan menjadi lebih baik, berdaya guna dan berhasil guna yang dapat dimanfaatkan bagi

daerah setempat dan masyarakat luas pada umumnya.

Mengingat kompleksnya komponen yang harus di-studi dengan waktu yang relatif terbatas,

maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini akan dibatasi pada aspek teknis

dan ekonomi terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan

Seririt, Kabupaten Buleleng. Hal ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan, apakah

secara teknis dan ekonomi rumah sakit tersebut memang layak atau tidak dibangun?

1.3. Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan studi kelayakan terhadap rencana

pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.

Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari rencana

pembangunan rumah sakit tersebut di atas dari aspek teknis dan ekonomi, sehingga dapat

dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun gambar/dokumen

perencanaan.

1.4. Target dan Luaran

Target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah studi kelayakan teknis dan ekonomi

rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten

Buleleng. Luaran sebagai hasil penelitian ini adalah :

a. Kelayakan teknis, terdiri atas :

1) Lokasi;

2) Situasi; .

5

3) Block Plan;

4) Struktur dan bahan;

5) Prasarana dan utilitas;

6) Tampilan bangunan;

7) Ruang dalam;

8) Ruang luar (landscaping); dan

9) Schematic design.

b. Kelayakan ekonomi, terdiri atas :

1) Rencana investasi dan sumber dana;

2) Proyeksi pendapatan dan biaya;

3) Proyeksi Cash Flow;

4) Nilai Break Event Point (BEP);

5) Nilai Internal Rate of Return (IRR); dan

6) Nilai Net Present Value (NPV).

6

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Pengertian Kesehatan dan Sarana Kesehatan

Pengertian kesehatan menurut wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Sedangkan Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948

menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan

sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Pada tahun

1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa

pengertian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup

Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta

kemampuan fisik.

Untuk mendukung pengertian di atas, maka Haryanto (2012) menguraikan beberapa

pemahaman, definisi, dan kondisi terkait dengan kesehatan yang dirangkum dari berbagai

sumber, yaitu :

1) Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan

kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk

kehamilan dan persalinan.

2) Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara

sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan

pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang

lain.

3) Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya

yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang

dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif

bagi kesehatan.

4) Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak

mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang

pemeliharaan kesehatan, seperti Askes, Taspen, dan Jamsostek.

5) Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan

adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang.

7

6) Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam

manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi

juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri

Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan,

bahwa sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

kesehatan.

2.2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Bab I,

Pasal 1, angka 1). Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan

perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan

kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama (Bab II, Pasal

2).

Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang memberikan arah

pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya kesehatan sebagai berikut :

a. Asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilandasi atas

perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak

membedakan golongan agama dan bangsa.

b. Asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilaksanakan antara

kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara material dan

sipiritual.

c. Asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga

negara.

d. Asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat memberikan

pelindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

e. Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan kesehatan

dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan

kedudukan hukum.

8

f. Asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan

pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan

yang terjangkau.

g. Asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan tidak

membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki

h. Asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan

menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat.

Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi pembangunan sumber daya manusia

yang produktif secara sosial dan ekonomis (Bab II, Pasal 3).

Pengaturan Fasilitas Pelayanan Kesehatan diatur dalam Pasal 30, dimana menurut jenis

pelayanan terdiri dari :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

fasilitas pelayanan kesehatan spesialistik.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

fasilitas pelayanan kesehatan sub spesialistik.

Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan oleh pemerintah

daerah dengan mempertimbangkan (Pasal 35 Ayat 2) :

a. luas wilayah;

b. kebutuhan kesehatan;

c. jumlah dan persebaran penduduk;

d. pola penyakit;

e. pemanfaatannya;

f. fungsi sosial;

g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah, dimana fasilitas pelayanan kesehatan wajib :

a. Memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan di bidang

kesehatan; dan

9

b. Mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah daerah

atau menteri.

Pada pasal 32 dinyatakan bahwa :

a. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta,

wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan

pencegahan kecacatan terlebih dahulu.

b. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta

dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

2.3. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Sekalipun SKN 1982 secara nyata telah berhasil digunakan sebagai acuan dalam

menetapkan berbagai kebijakan kesehatan di Indonesia, namun jika ditinjau dari

pencapaian dan kinerjanya, SKN 1982 tersebut masih belum begitu menggembirakan.

Sesuai dengan laporan WHO tahun 2000 (the World Health Report 2000) tentang “Health

Systems Improving Performance”, tercatat indikator pencapaian dan indikator kinerja

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Indonesia masih terhitung rendah.

Indikator pencapaian SKN ditentukan oleh dua determinan. Pertama, status kesehatan

yakni yang menunjuk pada tingkat kesehatan yang berhasil dicapai oleh SKN yang

dihitung dengan menggunakan disability adjusted life expectancy (DALE). Kedua, tingkat

ketanggapan (responsiveness) sistem kesehatan yakni yang menunjuk pada kemampuan

SKN dalam memenuhi harapan masyarakat tentang bagaimana mereka ingin diperlakukan

dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hasil yang diperoleh untuk indikator ini

menempatkan Indonesia pada urutan ke 106 dari 191 negara anggota WHO yang dinilai.

Indikator kinerja SKN ditentukan oleh tiga determinan. Pertama, distribusi tingkat

kesehatan di suatu negara ditinjau dari kematian Balita. Kedua, distribusi ketanggapan

(responsiveness) sistem kesehatan ditinjau dari harapan masyarakat. Ketiga, distribusi

pembiayaan kesehatan ditinjau dari penghasilan keluarga. Hasil yang diperoleh untuk

indikator ini menempatkan Indonesia pada urutan ke 92 dari 191 negara anggota WHO

yang dinilai.

Karena indikator pencapaian SKN menunjuk pada tingkat kesehatan yang berhasil dicapai

dan tingkat ketanggapan SKN, maka indikator ini terutama dipengaruhi oleh upaya

kesehatan yang diselenggarakan di suatu negara. Jika upaya kesehatan tersebut tidak

10

tersedia dan tidak dapat dijangkau oleh masyarakat, maka sulit diharapkan meningkatnya

taraf kesehatan masyarakat.

2.4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan

hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu mengatur

Rumah Sakit dengan Undang-Undang. Untuk itu, guna memberikan pemahaman secara

umum tentang rumah sakit sebagai dasar penyusunan Studi Kelayakan, maka akan

diuraikan beberapa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit.

1) Ketentuan Umum, Asas dan Tujuan Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat.

Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai

kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti

diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi

sosial.

Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan :

a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;

b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah

sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;

c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan

d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah

sakit, dan Rumah Sakit.

2) Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna.

Untuk menjalankan tugas di atas, Rumah Sakit mempunyai fungsi :

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit;

11

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang

paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang

kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika

ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3) Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk :

a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat;

b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau

orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;

d. memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan

kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab;

e. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah Sakit sesuai dengan

jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;

g. menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;

h. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat bencana dan

kejadian luar biasa;

i. menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan

j. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi tinggi dan

bernilai tinggi.

Tanggung jawab sebagaimana dimaksud di atas, dilaksanakan berdasarkan kewenangan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Persyaratan Rumah Sakit

a. Ketentuan Umum :

(1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber

daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.

(2) Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta.

12

(3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus

berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan,

Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan

Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang

kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan.

b. Persyaratan Lokasi :

(1) Persyaratan lokasi harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan

lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan

kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.

(2) Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan menyangkut Upaya

Pemantauan Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan dan/atau dengan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

(3) Ketentuan mengenai tata ruang dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang

diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang

Kawasan Perkotaan dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

(4) Hasil kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit harus didasarkan pada studi

kelayakan dengan menggunakan prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi dan

efektivitas, serta demografi.

c. Persyaratan Bangunan :

Dalam Bab V Bagian Ketiga; Bangunan, Pasal 8, disebutkan bahwa :

(1) persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

(2) persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan

kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi

semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.

Selanjutnya, persyaratan bangunan Rumah Sakit juga mengatur tentang :

Persyaratan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna,

pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi kesehatan.

Persyaratan minimal ruang yang harus tersedia.

13

Persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit diatur dengan Peraturan Menteri.

d. Persyaratan Prasarana, SDM, Kefarmasian dan Peralatan

Hal-hal yang terkait dengan Persyaratan Prasarana, SDM, Kefarmasian, dan Peralatan

dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit diatur pada Bab V

Pasal 11 sampai dengan Pasal 16.

5) Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.

(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam

Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

(2) Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis

penyakit.

(3) Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis

penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau

kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya, Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan

Rumah Sakit privat.

(1) Rumah Sakit Publik :

Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan

hukum yang bersifat nirlaba.

Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah

diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan

Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat

dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.

(2) Rumah Sakit Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk

Perseroan Terbatas atau Persero.

Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah memenuhi

persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan, antara lain :

Rumah Sakit pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan

Menteri yang membidangi urusan pendidikan.

Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan

pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi

14

kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan

lainnya.

Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring Rumah

Sakit Pendidikan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Klasifikasi Rumah Sakit diatur dalam Bab V Pasal 24, yaitu :

(1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi

rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan

fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

(2) Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas :

a. Rumah Sakit umum kelas A;

b. Rumah Sakit umum kelas B

c. Rumah Sakit umum kelas C;

d. Rumah Sakit umum kelas D.

(3) Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas :

a. Rumah Sakit khusus kelas A;

b. Rumah Sakit khusus kelas B;

c. Rumah Sakit khusus kelas C.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi diatur dengan Peraturan Menteri.

2.5. Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama

Rumah Sakit (RS) Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang hanya

menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga) yang memberikan pelayanan gawat

darurat, pelayanan rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya untuk

peningkatan akses bagi masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan

perorangan.

1) Persyaratan

a. Lokasi

Dalam menentukan lokasi/lahan untuk mendirikan RS Kelas D Pratama perlu

dilakukan kajian masalah kesehatan, kebutuhan pelayanan kesehatan, dan skala

15

prioritas daerah yang membutuhkan disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah,

rencana tata bangunan dan lingkungan.

Lokasi RS Kelas D Pratama harus bebas dari pencemaran, banjir, rawan longsor, dan

tidak berdekatan dengan tempat bongkar muat barang, fasilitas umum, fasilitas

pendidikan, daerah industri, dan areal limbah pabrik. Diperlukan studi kelayakan

dalam penentuan lokasi pembangunan RS Kelas D Pratama.

Di samping persyaratan umum di atas, terdapat persyaratan lain yaitu :

(1) Kriteria Daerah :

Rumah sakit sulit dijangkau atau belum tersedia.

Daerah terpencil.

Daerah tertinggal.

Daerah perbatasan.

Daerah pulau-pulau kecil terluar.

Daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

(2) Lahan, Akses, Keamanan dan Fasilitas Penunjang.

b. Sarana dan Prasarana

(1) Sarana :

Massa bangunan dan block plan.

Bentuk bangunan dan fasilitas bangunan.

Zonasi.

Program ruang dan persyaratan teknis ruang.

(2) Prasarana :

Sistem tata udara.

Sistem kelistrikan.

Sistem pencahayaan.

Sistem proteksi kebakaran.

Sistem komunikasi.

Sistem gas medik dan vakum medik.

Sistem sanitasi.

Sistem pengendalian terhadap kebisingan.

Jalur sirkulasi.

Aksesibilitas penyandang cacat (disable).

16

(3) Fasilitas :

RS Kelas D Pratama mempunyai kapasitas minimal 10 tempat tidur sesuai dengan

kebutuhan pelayanan atau dapat mengacu pada standar WHO 1 TT/1.000

penduduk.

c. Sumber Daya Manusia

Penyediaan sumber daya manusia RS Kelas D Pratama diupayakan oleh

penyelenggara pelayanan rumah sakit baik dari pemerintah, pemerintah daerah,

maupun masyarakat. Kekurangan tenaga yang dibutuhkan dapat dikoordinasikan

dengan kementerian kesehatan atau institusi pendidikan kesehatan.

Penyelenggara RS Kelas D Pratama dapat melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit

Umum Pusat maupun Rumah Sakit Umum Daerah untuk memenuhi kebutuhan tenaga

kesehatan yang dibutuhkan.

Keterangan RS Kelas D Pratama paling sedikit terdiri dari tenaga medis, keperawatan,

penunjang kesehatan, dan tenaga non-kesehatan. Dokter gigi yang bekerja di RS kelas

D Pratama di antaranya harus menjadi pimpinan rumah sakit.

Kebutuhan minimal ketenagaan baik tenaga kesehatan maupun tenaga non-kesehatan

dalam rangka penyelenggaraan palayanan di RS Kelas D Pratama sebagai berikut :

Tabel 1 : Persyaratan Minimal Ketenagaan Rumah Sakit Kelas D Pratama

NO. JENIS TENAGA JUMLAH

TENAGA

1 Tenaga Dokter/Dokter Kewenangan Tambahan* 4

2 Tenaga Dokter Gigi* 1

3 Tenaga Keperawatan

- Perawat anastesi* 1

- Perawat 8

- Bidan 2

4 Tenaga Kesehatan Non Keperawatan

- Asisten apoteker* 1

- Radiografer* 1

- Penata Labkes* 1

5 Tenaga penunjang 10

6 Manajerial/Administrasi

- Direktur 1

- Seksi 2

- Subbag TU 1

- Tenaga administrasi 2

Keterangan :

Apabila rumah sakit mepekerjakan tenaga kesehatan dengan kualifikasi lebih tinggi sesuai dengan kewenangan sebagaimana ditentukan peraturan perudang-undangan yang berlaku, tenaga kesehatan tersebut pada saat itu atau

secara otomatis (yang tidak/belum sesuai dengan ketentuan) wajib menyerahkan kewenangannya kepada tenaga

kesehatan yang tertinggi kewenangannya tanpa syarat.

17

Jumlah sumber daya manusia disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan dan

ketersediaan sarana dan prasarana. Pelayanan medik spesialis dasar yang sekurang-

kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan

penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri ginekologi. Pelayanan medik

spesialis dasar dapat dilaksanakan oleh dokter dengan kewenangan tambahan sesuai

dengan kompetensi yang dimiliki selama tidak ada dokter spesialis dengan bidang

kompetensi yang sama.

d. Peralatan

Peralatan kesehatan dan non-kesehatan dibutuhkan untuk mendukung kegiatan

pelayanan RS Kelas D Pratama dengan minimal 10 tempat tidur. Peralatan ini dikuasai

atau dimiliki dan dapat dibuktikan keberdaannya di ruang/tempat masing-masing di

dalam dan/atau di lingkungan rumah sakit.

e. Manajemen

(1) Perizinan :

Izin mendirikan RS Kelas D Pratama diberian oleh pemerintah daerah

kabupaten/kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di

bidang kesehatan pada pemerintah daerah kabupaten/kota.

Izin operasional RS Kelas D Pratama diberian oleh pemerintah daerah

kabupaten/kota atas rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota.

(2) Administrasi :

Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah harus

berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang bertugas di bidang kesehatan,

instansi tertentu, atau lembaga teknis daerah dengan pengelolaan badan layanan

umum atau badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Rumah sakit yang didirikan oleh masyarakat harus berbentuk badan hukum yang

kegiatan usahanya hanya bergerak dibidang perumahsakitan.

(3) Organisasi :

Organisasi dan tata kerja RS Kelas D Pratama disusun berdasarkan prinsip hemat

struktur dan kaya fungsi, menggambarkan kewenangan, tanggung jawab, dan tata

hubungan kerja dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan administrasi

manajemen sesuai kebutuhan.

18

Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur

rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan medis serta administrasi

umum dan keuangan. Penetapan organisasi dan tata kerja rumah sakit menjadi

wewenang pemilik rumah sakit dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.

2) Penyelenggaraan

Pelayanan RS Kelas D Pratama sebagaimana rumah sakit, yang mencakup pelayanan

dasar dan pelayanan spesialistik. Pelayanan ditujukan untuk kepentingan terbaik

pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang sesuai SOP dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Lingkup Pelayanan

Lingkup pelayanan RS Kelas D Pratama terdiri atas :

(1) Pelayanan Medik Umum.

(2) Pelayanan Medik Spesialistik Dasar.

(3) Pelayanan Gawat Darurat.

(4) Pelayanan Pemulihan Pascatindakan.

(5) Pelayanan Keperawatan.

(6) Pelayanan Laboratorium.

(7) Pelayanan Radiologi.

(8) Pelayanan Farmasi.

(9) Pelayanan Gizi.

(10) Pelayanan Sterilisasi.

(11) Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif Komplementer.

(12) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS).

b. Kerjasama Operasional

Untuk menjamin mutu dan ketersediaan pelayanan RS Kelas D Pratama, diperlukan

kerjasama operasional dengan rumah sakit yang memiliki klasifikasi yang lebih tinggi.

Kerjasama operasional yang dilaksanakan RS Kelas D Pratama diantaranya kerjasama

dengan rumah sakit pemerintah atau swasta yang lokasinya terdekat sebagai rumah

sakit pengampu.

Pelaksanaan kerjasama RS Kelas D Pratama dengan rumah sakit pengampu harus

dituangkan dalam perjanjian kerjasama yang disetujui kepala dinas kesehatan

kabupaten/kota di wilayah RS Kelas D Pratama berada.

19

Kerjasama operasional yang diberikan rumah sakit pengampu dapat berupa

penyediaan dokter spesialis dasar konsulen, pelatihan tenaga kesehatan, pelatihan

manajemen rumah sakit, dan kerjasama lainnya.

Kerjasama dapat dijalin dengan institusi lain seperti institusi pendidikan kedokteran,

BKKBN, dan lembaga lainnya. Kerjasama pembiayaan pelayanan kesehatan dapat

dilakukan dengan Jamkesmas, PT Askes dan lembaga pembiayaan kesehatan lainnya.

c. Klasifikasi

Pengelompokan kelas pelayanan RS Kelas D Pratama diklasifikasikan pada kelas D

Pratama. Dalam proses pengembangan pelayanan rumah sakit, RS Kelas D Pratama

dapat ditingkatkan menjadi rumah sakit umum kelas D atau kelas yang lebih tinggi.

d. Pembiayaan Operasional

Pembiayaan operasional RS Kelas D Pratama menjadi tanggung jawab pemilik rumah

sakit.

e. Tarif

Pada tarif ditetapkan Menteri Kesehatan dan besaran tarif RS Kelas D Pratama

ditetapkan oleh pemilik rumah sakit. Penentuan besaran tarif disesuaikan dengan tarif

kelas III dan harus memperhitungkan kemampuan perekonomian daerah setempat.

f. Peraturan Internal Rumah Sakit

Peraturan internal rumah sakit atau “hospital bylaws” merupakan konstitusi rumah

sakit yang mengatur secara administratif peran, tugas dan wewenang pemilik rumah

sakit, direktur rumah sakit, dan staf medis. Peraturan internal rumah sakit ditetapkan

oleh pemilik rumah sakit atau perwakilannya.

g. Komite Medik

Seluruh dokter merangkap sebagai anggota komite medik dan salah satunya menjadi

ketua komite. Ketua komite medik tidak boleh dijabat oleh direktur rumah sakit.

h. Penelitian dan Pengembangan dalam Bidang Kedokteran Komunitas dan

Humaniora Kesehatan

RS Kelas D Pratama dapat merupakan bagian dari institusi yang mengembangkan

penelitian dan pengembangan dalam bidang kedokteran komunitas dan humaniora

kesehatan yang bekerjasama dengan institusi pendidikan, institusi/lembaga kesehatan

masyarakat lainnya. Diprioritaskan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan

di wilayah kerja setempat.

20

i. Pendidikan Tenaga Kesehatan dan SDM Kesehatan Lainnya

Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya diupayakan untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan medik yang dibutuhkan RS Kelas D Pratama.

Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya merupakan bagian dari

kerjasama operasional yang dilakukan RS Kelas D Pratama.

3) Pembinaan dan Pengendalian

Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

melaksanakan pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan RS Kelas D Pratama

dalam bentuk penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta melakukan

supervisi, konsultasi, evaluasi dan bimbingan teknis. Pembinaan dan pengendalian

kegiatan pelayanan RS Kelas D Pratama dapat lakukan oleh pemerintah daerah dan

organisasi profesi serta asosiasi perumahsakitan sesuai dengan fungsi masing-masing.

RS Kelas D Pratama wajib melaporkan hasil penyelenggaraan pelayanan laporan

kinerja setiap triwulan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi.

Laporan sebagaimana di maksud di atas mencakup antara lain kelahiran, morbiditas,

dan kualitas hidup. Laporan mortalitas mencakup data tentang penyebab kematian.

2.6. Agenda Prioritas Bidang Kesehatan dalam RPJP Kabupaten Buleleng

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Buleleng tahun 2005-2025

secara umum menyebutkan bahwa visi pembangunan daerah Kabupaten Buleleng adalah

“Buleleng Kerta Raharja Mengantarkan Bali Dwipa Jaya Berlandaskan Tri Hita Karana”.

Di mana misi dari RPJP Kabupaten Buleleng adalah :

1. Mewujudkan masyarakat Buleleng yang unggul, kompetitif, dan bertaqwa kepada

Tuhan, dengan jalan membangun sumberdaya manusia yang berkualitas, menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki daya saing, melalui penyelengaraan

pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk semua warga masyarakat;

2. Mewujudkan masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidup, dengan jalan

melaksanakan pembangunan bidang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan dan

pemerataan pendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran dan kemiskinan;

3. Mewujudkan keamanan daerah dan masyarakat, dengan menyelenggarakan

pemerintahan yang baik, memperkuat sistem keamanan, meningkatkan peran

21

masyarakat sipil, mendorong pengarusutamaan gender, menegakkan budaya hukum dan

politik, dan memantapkan pelaksanaan otononomi daerah;

4. Mewujudkan kebudayaan yang responsif terhadap perkembangan zaman dan

lingkungan global, melalui pelestarian, pewarisan dan pengembangan nilai-nilai budaya

yang dijiwai oleh agama Hindu, pemantapan kelembagaan, dan aktivitas budaya;

5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, dengan jalan melaksanakan

pembangunan yang seimbang antar lapisan masyarakat, antar sektor, dan antar wilayah,

mempertahankan dan meningkatkan kemampuan lingkungan untuk menopang

pembangunan, sehingga pembangunan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini

dengan tidak mengurangi hak generasi berikutnya akan sumberdaya alam.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, RPJP Kabupaten Buleleng memberikan arahan

agenda prioritas setiap tahap pembangunan lima tahun. Arahan prioritas pembangunan

bidang kesehatan lima tahun tahap I terdapat pada point 4), yaitu : Agenda peningkatan

aksesibilitas dan kualitas kesehatan: meningkatkan kuantitas dan kualitas personil

paramedis; meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan;

meningkatkan pelayanan gizi; meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan; mencegah dan

memberantas penyakit menular; meningkatkan kesehatan ibu dan anak; meningkatkan

pembangunan kesehatan dan pembangunan manajemen kesehatan.

22

Bab 3. Metode Penelitian

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini pada hakekatnya merupakan sebuah studi tentang kelayakan teknis dan

ekonomi terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan

Seririt, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan permasalahan, tujuan serta target dan luaran

yang telah diuraikan pada sub bab 1.2., 1.3., dan 1.4. di depan, maka penelitian ini

dirancang sebagai sebuah penelitian menggunakan metode kuantitatif.

Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomena-

fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur

dan percobaan terkontrol. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukan ke dalam

penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode : deskriptif, survai,

ekspos facto, komparatif, korelasional dan penelitian tindakan (https://karobby.wordpress.com/

2012/05/12/konsep-dan-macam-macam-metode-penelitian).

3.2. Metode Kegiatan Penelitian

Untuk mencapai tujuan serta target dan luaran yang diharapkan, maka dalam penelitian ini

dilakukan langkah dan metode sebagai berikut :

1) Melakukan studi literatur terhadap pemahaman tentang kesehatan, sarana kesehatan,

peraturan perundang-undangan tentang kesehatan, rumah sakit, dan Rumah Sakit Tipe

D Pratama, kebijakan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Buleleng

terkait pembangunan bidang kesehatan, metode perhitungan kelayakan teknis dan

ekonomi sebuah rumah sakit, dan hal-hal yang berkorelasi dengan rencana

pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten

Buleleng dari sumber/pustaka berupa buku-buku dan dokumen tata ruang, serta oleh

peneliti terdahulu.

2) Melakukan survey (observasi) lapangan untuk mendapatkan kondisi terkini tentang

sarana, prasarana, dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Buleleng serta lokasi tapak

dari rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt yang

selanjutnya dilakukan pengukuran dan dokumentasi untuk mendapatkan data fisik dan

non fisik wilayah penelitian.

23

3) Melakukan interview (wawancara) dengan para stakeholder yaitu pejabat teknis

terkait, pelaku kesehatan, dan masyrakat sekitar lokasi rencana pembangunan rumah

sakit untuk mengetahui kecenderungan perkembangan kesehatan dan kebutuhan

pelayanan kesehatan.

3.3. Teknik Kegiatan Penelitian

1) Penelitian lapangan (field research) merupakan teknik yang akan digunakan untuk

melakukan identifikasi dan dokumentasi. Kunjungan lapangan secara langsung akan

dilakukan sebanyak tiga kali dengan kegiatan pengukuran dan pemotretan.

2) Kegiatan diskusi dengan para stakeholder di wilayah penelitian untuk mengetahui

segala hal yang terkait dengan pelayanan kesehatan di Kabupaten Buleleng khususnya

di Kecamatan Seririt.

3.4. Tahapan Kegiatan Penelitian

1) Persiapan :

a Membuat program kerja, kerangka pikir dan jadwal kegiatan penelitian.

b Menyusun program survey.

2) Pengumpulan Data :

a Data Primer, dengan melakukan survey ke lapangan dan wawancara untuk

mengumpulkan data lapangan yang mencakup aspek situasi (eksternal dan internal),

aspek permintaan (lahan dan lokasi, klasifikasi rumah sakit, kapasitas tempat tidur),

dan aspek kebutuhan (kebutuhan ruang, kebutuhan lahan, peralatan medis dan non

medis, sumber daya manusia, organisasi dan uraian tugas) dalam konteks

pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng.

b Data Sekunder, melalui survey ke dinas/instansi terkait dan studi literatur ke

perpustakaan dan ruang baca untuk mencari materi/bahan bacaan yang berkorelasi

langsung maupun tidak langsung dengan judul penelitian.

3) Pengolahan Data :

a Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data primer maupun

sekunder sebagai bahan analisis.

b Melakukan strukturisasi, klasifikasi, kompilasi, dan tabulasi data merujuk kepada

hasil studi literatur, survey lapangan maupun wawancara yang dilakukan.

24

4) Hasil dan Pembahasan :

a. Menguraikan keseluruhan hasil tabulasi data secara terstruktur dan sistematis, baik

data kuantitatif maupun kualitatif yang mendukung penjelasan kondisi kekinian

pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng.

b. Melakukan studi kelayakan terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D

Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng yang meliputi : 1) Studi

kelayakan teknis yaitu tentang lokasi, situasi, block plan, struktur dan bahan,

prasarana dan utilitas, tampilan bangunan, ruang dalam, ruang luar (landscaping),

dan schematic design; dan 2) Studi kelayakan ekonomi meliputi rencana investasi

dan sumber dana, proyeksi pendapatan dan biaya, proyeksi Cash Flow, nilai Break

Event Point (BEP), nilai Internal Rate of Return (IRR), dan nilai Net Present Value

(NPV).

c. Merumuskan hasil studi berupa layak atau tidak secara teknis dan ekonomi rencana

pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten

Buleleng sebagai landasan dalam menentukan langkah selanjutnya.

5) Kesimpulan dan Saran :

a Menarik sebuah kesimpulan berdasarkan rumusan hasil dan pembahasan tentang

kelayakan teknis dan ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama

di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng sebagai bahan rujukan dan pedoman

bagi pemerintah selaku pemangku kepentingan, guna melanjutkan pembuatan

gambar desain/dokumen perencanaan rumah sakit.

b Mengajukan beberapa opsi sebagai saran dalam menyikapi hasil studi kelayakan

yang telah dirumuskan agar rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di

Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng dapat diwujudkan dan mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang memadai kepada masyarakat secara berkelanjutan.

3.5. Kerangka Pikir Penelitian

Pemahaman terhadap aspek situasi, aspek permintaan, dan aspek kebutuhan dalam konteks

pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng akan sangat menentukan tujuan

serta target dan luaran dari penelitian ini.

Untuk itu, pada gambar 2 di bawah akan dijabarkan kerangka pikir penelitian tentang studi

kelayakan teknis dan ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di

Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.

25

Gambar 2 : Kerangka Pikir Penelitian

Judul penelitian :

Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi

Rencana Pembangunan Rumah Sakit

Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt,

Kabupaten Buleleng

Memberi informasi

tentang layak atau tidak

secara teknis dan

ekonomi rencana

pembangunan Rumah

Sakit Tipe D Pratama

di Kecamatan Seririt,

Kabupaten Buleleng

Kebijakan

Nasional di Bidang

Kesehatan

Pedoman Nasional

tentang Rumah

Sakit

Gambaran Umum

Kabupaten

Buleleng

RPJP Kabupaten

Buleleng di Bidang

Kesehatan

Analisis permintaan : lahan

dan lokasi, klasifikasi rumah

sakit, kapasitas tempat tidur

Analisis kebutuhan :

kebutuhan ruang, kebutuhan

lahan, peralatan medis dan

non medis, sumber daya

manusia, organisasi dan

uraian tugas

Kelayakan teknis : lokasi,

situasi, block plan, struktur

dan bahan, prasarana dan

utilitas, tampilan bangunan,

ruang dalam, ruang luar

(landscaping), schematic

design

Kelayakan ekonomi :

rencana investasi dan

sumber dana, proyeksi

pendapatan dan biaya,

proyeksi Cash Flow, nilai

Break Event Point (BEP),

nilai Internal Rate of Return

(IRR), nilai Net Present

Value (NPV)

Rencana pembangunan Rumah

Sakit Tipe D Pratama di

Kecamatan Seririt, Kabupaten

Buleleng secara teknis dan

ekonomi layak atau tidak

Analisis situasi : aspek

eksternal dan internal

26

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Kondisi Kesehatan di Kabupaten Buleleng

Kesehatan merupakan salah satu tolok ukur dalam mendukun pencapaian Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), sehingga untuk itu pembangunan sektor kesehatan

mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah.Dalam rangka meningkatkan pelayanan

kesehatan masyarakat di Kabupaten Buleleng, pemerintah disamping secara

berkesinambungan melaksanakan pembinaan kesehatan, juga membangun dan menyiapkan

berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, baik yang dibangun oleh pemerintah maupun dari

pihak swasta serta menyiapkan tenaga medis maupun non medis.

Pembangunan sarana prasana kesehatan ini terus ditingkatkan, khusus dalam meningkatkan

pelayanan RSUD Singaraja, telah dibangun Ruang Bedah Sentral dan ICU. Peningkatan

kapasitas dan kualitas pelayanan RSUD Singaraja dimaksudkan untuk mampu memberikan

pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat Buleleng yang selama ini sering berobat ke

Denpasar, demikian juga untuk menampung pasien-pasien dari perbatasan kabupaten

(Karangasem, Bangli dan Tabanan). Adapun data fasilitas kesehatan di Buleleng tersaji

pada tabel berikut :

Tabel 2 : Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Buleleng

No Kecamatan

Fasilitas Kesehatan

Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas

Pembantu Poliklinik

1. Gerokgak - 2 5 -

2. Seririt 1 3 7 -

3. Busungbiu - 2 9 -

4. Banjar - 2 9 -

5. Sukasada - 2 12 -

6. Buleleng 5 3 6 2

7. Sawan - 2 7 -

8. Kubutambahan - 2 12 -

9. Tejakula - 2 8 -

Kabupaten Buleleng 6 20 75 2 Sumber : Buleleng Dalam Angka Tahun 2012

Tenaga Medis dan Para Medis merupakan sumber daya manusia bidang kesehatan yang

sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan.Sebaran tenaga kesehatan

sangat mempengaruhi tingkat pelayanan kesehatan. Adapun jumlah dan sebaran tenaga

kesehatan secara rinci tersaji pada tabel berikut :

27

Tabel 3 : Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis di Kabupaten Buleleng

Kecamatan Dokter Umum Dokter

Gigi

Paramedis

Bidan Perawat

Gerokgak 3 2 13 23

Seririt 3 3 23 21

Busungbiu 2 1 17 22

Banjar 4 1 22 15

Sukasada 3 2 19 12

Buleleng 5 3 35 35

Sawan 2 2 17 15

Kubutambahan 3 1 13 17

Tejakula 3 2 22 16

Jumlah 28 17 186 173 Sumber :Buleleng Dalam AngkaTahun 2012

Pelaksanaan program kegiatan pembangunan kesehatan ini telah mampu meningkatkan

drajat/kualitas kesehatan masyarakat, tercermin dari indikator kesehatan masyarakat

seperti :

1. Angka kematian bayi mencapai 7,9 per 1.000 kelahiran hidup, jauh dibawah angka

Provinsi Bali yang sebesar 17 per 1.000 kelahiran hidup.

2. Angka kematian ibu melahirkan hanya 9 orang dari 9.422 kelahiran, sedangkan angka

rata-rata nasional sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.

3. Jumlah kasus Demam Berdarah rata-rata 200 penderita pertahun secara signifikan

belum dapat ditekan, namun Angka Kematian oleh karena Demam Berdarah (CFR)

dapat ditekan dari tahun ketahun.

4. Tingkat kesembuhan penyakit TB Paru 89,1% di atas target Nasional 85,71%.

5. Kasus Kurang Energi Protein (KEP) pada balita dari tahun ketahun dapat ditekan dari

9,17% menjadi 8,32% meskipun masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 9,34%

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan selain diukur dari nilai Angka Usia

Harapan Hidup, juga dapat dilihat dari Angka Kelangsungan Bayi Hidup dan Persentase

Balita Gizi Buruk. Nilai indikator-indikator tersebut tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 : Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan Kabupaten Buleleng

Tahun 2007-2011

No. Indikator Kesehatan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Angka kelangsungan hidup Bayi : - - - - -

1.1 Angka kematian bayi/Infant Mortality Rate

(IMR) /1000 KH

7,1 5,36 4,96 2,81 5,6

1.2 Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu 76 77 68 99 66

1.3 Jumlah kelahiran bayi pada tahun tertentu 3 83 62 51 84

2. Angka usia harapan hidup (thn) 68,65 68,78 68,96 69,15 69,34

28

3. Persentase balita gizi buruk (%) 0,4 0,01 0,01 0,02 0,03

3.1 Jumlah balita gizi buruk (balita) 11 3 7 12 7 Sumber : Dinkes Kab. Buleleng, Tahun 2011

Pada tabel di atas tampak bahwa Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup

berfluktuasi selama lima tahun terakhir, dengan kisaran antara 2,81-7,1. Nilai angka

kematian bayi tersebut cukup memprihatinkan.Selain menghadapai pesoalan masih cukup

tingginya Angka Kematian Bayi, Kabupaten Buleleng juga masih menghadapi

permasalahan berupa adanya balita menderita gizi buruk. Oleh karena itu dalam lima tahun

kedepan, Angka Kematian Bayi dan indikator-indikator kesehatan lainnya akan

diupayakan diperbaiki secara signifikan melalui perbagai upaya promotif, preventif

maupun kuratif, dengan mendekatkan pelayanan kesehatan paripurna kepada seluruh

masyarakat dan memaksimalkan upaya kesehatan lingkungan.

4.2. Analisis Situasi

Analisis situasi dilakukan terhadap aspek eksternal sebagai peluang ataupun ancaman serta

aspek internal yang dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan, sehingga dapat diketahui

kecenderungan yang harus dilakukan dalam pembangunan rumah sakit.

1) Aspek Eksternal

a. Kebijakan

Salah satu penjabaran isu pokok pembangunan kesehatan nasional yang tertuang dalam

RENSTRA Kementerian Kesehatan Tahun 2005 adalah terbatasnya aksesibilitas

terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama pada kelompok rentan seperti

penduduk miskin, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan kepulauan terdepan.

Untuk mengatasi isu pokok tersebut, maka ditetapkan visi, misi, dan tujuan berupa

terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam

rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan di atas kemudian didukung dengan Prioritas Nasional Bidang Kesehatan yang

dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan Kementerian Kesehatan 2010-2014,

yaitu untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan

berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan pengutamaan pada upaya promotif–preventif.

Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pembangunan kesehatan dan

meningkatkan pelayanan kesehatan adalah menyediakan Rumah Sakit berdasarkan

29

kebutuhan masyarakat serta menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Secara lokal, Pemerintah Provinsi Bali menempatkan bidang kesehatan sebagai program

prioritas pembangunan. Bahkan dalam RPJMD Provinsi Bali, urusan kesehatan

dikelompokkan ke dalam urusan wajib program prioritas pembangunan, di samping

urusan wajib lainnya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng. Beberapa

kebijakan bidang kesehatan yang telah ditetapkan antara lain :

1) RPJPD Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2025; agenda peningkatan aksesibilitas dan

kualitas kesehatan: meningkatkan kuantitas dan kualitas personil paramedis;

meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan; meningkatkan

pelayanan gizi; meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan; mencegah dan

memberantas penyakit menular; meningkatkan kesehatan ibu dan anak;

meningkatkan pembangunan kesehatan dan pembangunan manajemen kesehatan.

2) RPJM Kabupaten Buleleng Tahun 2012-2017 :

Tujuan; meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas serta

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Sasaran; meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

Agenda Prioritas; peningkatan aksesibilitas dan kualitas kesehatan.

Jika dikaji berdasarkan kebijakan pembangunan bidang kesehatan di atas, baik secara

nasional maupun di lingkup daerah (Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng) kiranya

sangat dibutuhkan pembangunan fasilitas kesehatan (rumah sakit) non kelas agar dapat

melayani seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, pembangunan sebuah RS Kelas D

Pratama di Kabupaten Buleleng menjadi hal yang sangat mendesak.

Dalam operasionalnya, RS Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis

dasar yang hanya menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga). Tujuan

pembangunannya diarahkan untuk memberikan pelayanan gawat darurat, pelayanan

rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya untuk peningkatan akses

bagi masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan perorangan.

30

b. Demografi

Lokasi rencana pembangunan RS Kelas D Pratama termasuk ke dalam wilayah Desa

Tangguwisia, Kecamatan Seririt. Analisis pertumbuhan demografi sebagai segmen

pasar dari layanan rumah sakit yang direncanakan tentunya juga harus melihat

kecenderungan pertumbuhan penduduk di kecamatan sekitar (tetangga) yaitu

Kecamatan Gerokgak di sebelah barat, Kecamatan Banjar di sebelah timur, dan

Kecamatan Busungbiu di sebelah selatan.

Dalam RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, disebutkan bahwa rata-rata

pertambahan jumlah penduduk Kabupaten Buleleng adalah 1,77% per tahun, sedangkan

pertumbuhan penduduk per tahun untuk masing-masing kecamatan berkisar antara 0 –

3%. Rata-rata pertumbuhan penduduk di wilayah empat kecamatan di atas secara

berturut-turut dari yang paling tinggi adalah Kecamatan Gerokgak 2,36%, Kecamatan

Seririt 1,82%, Kecamatan Busungbiu 1,29% dan Kecamatan Banjar 0,07%.

Berdasarkan angka rata-rata pertumbuhan tersebut, maka proyeksi penduduk empat

kecamatan hingga Tahun 2031 dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5 : Proyeksi Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng

Tahun 2011 – 2031

Sumber : RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033 (diolah)

No. Tahun Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula

1 2007 77.524 74.091 45.014 67.650 69.415 119.446 66.317 59.301 64.516

Rata-rata 0,02355 0,01815 0,01292 0,000740 0,022180 0,01322 0,02097 0,08210 0,02014

e 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282

2 2008 79.371 75.448 45.599 67.700 70.972 121.036 67.722 64.375 65.829

3 2009 81.263 76.830 46.192 67.750 72.564 122.646 69.157 69.883 67.168

4 2010 83.199 78.237 46.793 67.800 74.191 124.278 70.623 75.863 68.534

5 2011 85.182 79.670 47.401 67.851 75.855 125.932 72.120 82.354 69.928

6 2012 87.212 81.129 48.018 67.901 77.556 127.608 73.648 89.400 71.351

7 2013 89.290 82.615 48.642 67.951 79.296 129.306 75.209 97.050 72.803

8 2014 91.418 84.128 49.275 68.001 81.074 131.027 76.802 105.354 74.284

9 2015 93.596 85.669 49.916 68.052 82.892 132.771 78.430 114.369 75.795

10 2016 95.826 87.238 50.565 68.102 84.751 134.538 80.092 124.154 77.337

11 2017 98.110 88.836 51.222 68.152 86.652 136.328 81.789 134.778 78.910

12 2018 100.448 90.463 51.888 68.203 88.596 138.142 83.523 146.310 80.516

13 2019 102.841 92.120 52.563 68.253 90.583 139.981 85.292 158.829 82.154

14 2020 105.292 93.807 53.247 68.304 92.614 141.844 87.100 172.419 83.825

15 2021 107.801 95.526 53.939 68.354 94.691 143.731 88.946 187.172 85.531

16 2022 110.370 97.275 54.640 68.405 96.815 145.644 90.831 203.187 87.271

17 2023 113.000 99.057 55.351 68.456 98.986 147.582 92.755 220.572 89.046

18 2024 115.693 100.871 56.071 68.506 101.207 149.546 94.721 239.446 90.858

19 2025 118.450 102.719 56.800 68.557 103.476 151.536 96.728 259.934 92.706

20 2026 121.272 104.600 57.538 68.608 105.797 153.553 98.778 282.175 94.592

21 2027 124.162 106.516 58.287 68.659 108.170 155.596 100.871 306.319 96.516

22 2028 127.121 108.467 59.045 68.709 110.596 157.667 103.009 332.529 98.480

23 2029 130.150 110.453 59.812 68.760 113.076 159.765 105.192 360.981 100.483

24 2030 133.251 112.476 60.590 68.811 115.612 161.891 107.421 391.868 102.528

25 2031 136.427 114.537 61.378 68.862 118.205 164.046 109.697 425.398 104.614

31

Di samping pertambahan penduduk akibat faktor kelahiran dan kematian, analisis

demografi juga mempertimbangkan faktor migrasi yaitu jumlah penduduk yang datang

dan pindah dari wilayah perencanaan. Secara umum, migrasi penduduk di Kabupaten

Buleleng berfluktuasi dengan penduduk yang datang lebih banyak dibandingkan

penduduk yang pergi.

c. Geografi

Letak secara geografis akan sangat berpengaruh tehadap posisioning rumah sakit yang

direncanakan. Karena posisi lahan rumah sakit terhadap kondisi lingkungan sekitar

beserta kondisi sarana, prasarana, dan aksesibilitas akan sangat menentukan posisioning

rumah sakit yang akan dibangun maupun dalam melakukan pengembangan peningkatan

layanan kesehatan.

Jika dikaji dari dari aspek di atas, maka lokasi lahan rencana RS Kelas D Pratama secara

geografis sangat menguntungkan dan akan sangat mendukung dalam pengembangan

layanan kesehatan. Dengan kontur lahan yang relatif datar dan aksesibilitas yang mudah

dari jalan utama, memberi keleluasaan dalam penataan areal rumah sakit. Demikian

juga dengan kondisi lingkungan sekitar serta sarana dan prasarana yang ada akan sangat

mendukung operasional rumah sakit.

d. Sosial Ekonomi

Kajian sosial ekonomi sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi perekonomian

penduduk dan perekonomian daerah pada lokasi rencana RS Pratama, karena akan

menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam menentukan kelayakan pembangunan

secara ekonomis. Salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan

perkembangan ekonomi pada suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dikatakan semakin baik jika dari waktu ke

waktu nilai PDRB daerah yang bersangkutan semakin bertambah. Agar kesejahteraan

ekonomi penduduk semakin meningkat, dalam periode yang sama tingkat pertumbuhan

PDRB harus lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penduduknya. Secara lebih nyata

peningkatan taraf ekonomi masyarakat dapat dilihat dari pendapatan perkapitanya.

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pendapatan perkapita

penduduk Kabupaten Buleleng juga semakin tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh

dari materi RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, diketahui bahwa pendapatan

32

perkapita penduduk atas dasar harga konstan pada tahun 2006 sebesar Rp 4.505.719,76

dan meningkat sebanyak Rp 194.600,99 menjadi Rp 4.700.320,75 di tahun 2007.

Merujuk pada kenyataan di atas, maka secara umum pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan

pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Buleleng dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Peningkatan ini kiranya akan sangat mendukung rencana pembangunan RS

Kelas D Pratama dan memberi peluang dalam pengembangan pelayanan kesehatan

rumah sakit.

e. Sosial Budaya

Kajian sosal budaya akan melihat kondisi dan kecenderungan jumlah penduduk

Kabupaten Buleleng secara umum dan khususnya wilayah pelayanan RS Kelas D

Pratama yang direncanakan berdasarkan agama, serta pengaruhnya terhadap kebiasaan,

budaya, dan pola hidup masyarakat sekitar.

Materi RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, menyebutkan bahwa di

Kabupaten Buleleng jumlah pemeluk agama terbesar/mayoritas adalah pemeluk agama

Hindu yaitu sebanyak 586.920 jiwa atau 91,24% pada Tahun 2007, sedangkan agama-

agama lain seperti Islam sebanyak 49.702 jiwa (7,73%), Budha 3.258 jiwa (0,51%),

Protestan sebanyak 2.208 jiwa (0,34%) dan Katholik 1186 jiwa (0,18%).

Untuk wilayah empat kecamatan (Gerokgak, Seririt, Busungbiu, dan Banjar) yang

diprediksi akan terdampak langsung dari rencana pembangunan RS Kelas D Pratama,

komposisi penduduk menurut agama disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 : Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Menurut Agama Tahun 2007

No Kecamatan Islam Katholik Protestan Hindu Budha

1 Gerokgak 17.474 71 185 59.738 56

2 Seririt 4.443 33 147 69.307 161

3 Busungbiu 150 - 28 44.836 -

4 Banjar 1.497 9 125 65.769 250

Jumlah 23.564 113 485 239.650 467

Sumber : RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033 (diolah)

Jika dilihat dari data di atas, mayoritas penduduk di wilayah empat kecamatan ini adalah

pemeluk agama Hindu. Seperti halnya di Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng, maka

pengaruh agama Hindu dalam kehidupan masyarakat sangat besar. Ajaran pokok agama

Hindu yang terkandung dalam tiga kerangka dasar, yaitu Tatwa (filsafat keagamaan),

33

Susila (moral keagamaan), dan Upacara (upacara keagamaan), menjadi landasan utama

dan memberikan corak khas bagi identitas masyarakat.

Dalam keseharian, implementasi ajaran agama ini akan tercermin dalam kehidupan

sosial budaya masyarakat dan berpengaruh penting terhadap integrasi dan pengendalian

masyarakat. Kehidupan sosial budaya masyarakat yang bersifat komunal dan guyub

sangat mendukung khususnya penyebaran informasi tentang budaya bersih, kebiasaan

hidup sehat, dan akan berimplikasi positif terhadap rencana pembangunan RS Kelas D

Pratama.

f. SDM Kesehatan

Kajian ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)/Ketenagakerjaan di bidang

kesehatan sangat dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam menentukan jenis layanan

kesehatan RS Kelas D Pratama terutama dikaitkan dengan layanan unggulan. Karena

keberadaan SDM yang padat karya dan berkualitas tinggi, disertai kesadaran akan

pengabdian kepada kepentingan masyarakat merupakan salah satu unsur utama

pendukung terciptanya iklim kesehatan yang baik.

Untuk maksud tersebut, di bawah ini ditampilkan review terhadap hasil analisis sumber

daya kesehatan dalam Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng

Tahun 2013 yang secara ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja

Tenaga kesehatan di Kabupaten Buleleng tersebar pada beberapa unit kerja. Dari 180

tenaga medis, sebagian besar bertugas di Rumah Sakit yaitu 96 (53%). Dari 969

perawat/bidan sebagian besar bertugas pada Rumah Sakit Umum yaitu 548 orang

(56,55%). Dari 46 tenaga farmasi sebagian besar bertugas di RSU yaitu 32 orang

(69,57%). Dari 62 tenaga Gizi, sebagian besar bertugas di RSU yaitu 28 orang (45,16

%), Dari 50 tenaga teknisi medis sebagian besar bertugas di RSU yaitu 40 orang

(80%). Dari 67 tenaga sanitasi sebagian besar bertugas di Puskesmas yaitu 43 orang

(64,18%).

2) Rasio Dokter Spesialis per 100.000 Penduduk

Jumlah dokter spesialis di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 berjumlah 41 orang

yang terdiri dari dokter spesialis laki-laki berjumlah 37 dan dokter spesialis

perempuan sebanyak 4 orang. Rasio dokter spesialis di Kabupaten Buleleng pada

34

tahun 2012 adalah 6,2 per 100.000 penduduk, masih di bawah target tahun 2014

yaitu 12 per-100.000 penduduk.

3) Rasio Dokter umum per 100.000 penduduk

Jumlah dokter umum di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 yang tersebar di

puskesmas, RSU Pemerintah dan RSU Swasta berjumlah 102 orang yang terdiri dari

dokter laki-laki sebanyak 60 dan dokter perempuan 42 orang. Sehingga rasio dokter

umum di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 15,4 per 100.000 penduduk.

Rasio dokter umum di Kabupaten Buleleng masih dibawah rata-rata rasio dokter

umum provinsi Bali sebesar 24,2 per 100.000. Rasio dokter umum ini juga masih di

bawah standar yang ditetapkan SPM yaitu sebesar 30 per 100.000.

4) Rasio Dokter Gigi per 100.000 Penduduk

Jumlah dokter gigi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 berjumlah 33 orang yang

tersebar di puskesmas, Rumah Sakit pemerintah dan Rumah Sakit swasta. Dari 33

orang dokter gigi diketahui dokter gigi laki-laki sebanyak 15 orang dan perempuan

18 orang. Rasio dokter laki-laki terhadap penduduk sebesar Sehingga rasio dokter

gigi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 5 per 100.000 penduduk. Angka

ini masih jauh di bawah rata-rata provinsi Bali dimana 7 per 100.000 penduduk dan

di bawah standar SPM yaitu 20 per 100.000 penduduk.

5) Rasio Tenaga Kefarmasian per 100.000 Penduduk

Tenaga kefarmasian yang ada di Kab. Buleleng terdiri dari tenaga apoteker, sarjana

farmasi, D3 farmasi dan asisten apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten

Buleleng pada tahun 2011 berjumlah 46 orang yang tersebar di puskesmas 11 orang,

rumah sakit 32 orang, dan dinas kesehatan 3 orang. Sehingga rasio tenaga

kefarmasian di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 6,49 per 100.000

penduduk. Dari 46 orang tenaga kefarmasian yang ada dapat diketahui bahwa

sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 38 orang dan sisanya 8

orang laki-laki. Juga masih di bawah target tahun 2014 yaitu untuk apoteker 12 per-

100.000 penduduk dan asisten apoteker 24 per-100.000 penduduk.

6) Rasio Ahli Gizi per 100.000 Penduiduk

Jumlah tenaga Gizi di Kabupaten Buleleng tahun 2012 berjumlah 62 orang yang

tersebar di Puskesmas dan Rumah sakit masing-masing sebanyak 28 orang, dan di

dinas kesehatan sebanyak 6 orang. Sehingga rasio Tenaga Gizi di Kabupaten

Buleleng pada tahun 2012 adalah 8,45 per 100.000 penduduk, di bawah target tahun

2014 yaitu 24 per-100.000 penduduk.

35

7) Rasio Perawat per 100.000 Penduduk

Jumlah perawat di Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 berjumlah 675 orang yang

terdiri dari laki-laki sebanyak 256 orang dan perempuan sebanyak 419 orang.

Sehingga rasio Perawat di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 101,82 per

100.000 penduduk.

Rasio perawat di kabupaten Buleleng merupakan yang terendah dari seluruh

Kabupaten yang terdapat di wilayah Provinsi Bali. Hal ini menjadi salah satu indikasi

bahwa belum cukup adanya SDM perawat di kabupaten Buleleng.

8) Rasio Bidan per 100.000 Penduduk

Jumlah Bidan di Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 yang tersebar di Puskesmas

dan Rumah Sakit berjumlah 386 orang. Sehingga rasio Bidan di Kabupaten Buleleng

pada tahun 2011 adalah 58,23 per 100.000 penduduk.

Rasio bidan di Kabupaten Buleleng juga belum menunjukkan angka yang signifikan.

Rasio bidan di kabupaten Buleleng masih di bawah standar rata-rata provinsi Bali

sebesar 61.3 per 100.000 penduduk.

9) Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 Penduduk

Jumlah Ahli Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Buleleng di Kabupaten Buleleng

tahun 2011 berjumlah 16 orang yang terdiri dari ahli kesmas laki-laki sebanyak 5

orang dan ahli kesmas perempuan sebanyak 11 orang. Sehingga rasio Ahli Kesehatan

Masyarakat di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 2,41 per 100.000

penduduk.

10) Rasio Ahli Sanitasi per 100.000 Penduduk

Jumlah tenaga Sanitasi di Kabupaten Buleleng tahun 2012 berjumlah 54 orang yang

tersebar di puskesmas, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan. Sehingga rasio tenaga

sanitasi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 adalah 8,15 per 100.000 penduduk.

Dari 54 orang tenaga sanitasi yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang dan

perempuan 28 orang.

11) Rasio Tenaga Teknis Medis per 100.000 Penduduk

Jumlah Teknisi Medis di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 berjumlah 50 orang

yang tersebar Puskesmas dan RSU. Rasio tenaga teknis medis terhadap jumlah

penduduk tahun 2012 adalah 7,54 per 100.000 penduduk. Dari 50 orang tenaga

teknisi medis yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang dan perempuan 20

orang.

36

Menyimak review terhadap hasil analisis di atas, maka keberadaan

SDM/ketenagakerjaan di bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng secara umum masih

kurang, baik dilihat dari target yang dicanangkan tahun 2014, rata-rata Provinsi Bali

maupun Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kondisi ini menjadi tantangan dalam

pembangunan RS Kelas D Pratama khususnya penyediaan SDM bidang kesehatan

sesuai standar yang ditetapkan. Tidak hanya untuk menunjang operasional RS Kelas D

Pratama, penyediaan SDM bidang kesehatan secara kualitas dan kuantitas juga akan

membantu kekurangan tenaga kesehatan di Kabupaten Buleleng secara umum.

g. Derajat Kesehatan

Dalam penyusunan Studi Kelayakan (FS) RS Kelas D Pratama, kajian ini sangat

dibutuhkan untuk melihat kecenderungan derajat kesehatan masyarakat pada kawasan

perencanaan, sehingga dalam menyiapkan fasilitas kesehatan sesuai dengan

kecenderungan yang terjadi. Derajat kesehatan optimal akan dilihat dari unsur kualitas

hidup serta unsur-unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya seperti morbiditas dan

status gizi. Untuk kualitas hidup yang digunakan sebagai indikator adalah angka

kelahiran hidup, sedangkan untuk mortalitas yakni angka kematian bayi per-1.000

kelahiran hidup, angka kematian balita per-1.000 kelahiran hidup dan angka kematian

ibu per-100.000 kelahiran hidup.

Data dan analisis status kesehatan dalam Rencana Induk Pembangunan Kesehatan

Kabupaten Buleleng Tahun 2013 menunjukkan perkembangan sebagai berikut :

1) Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 adalah

5,6/1.000 Kelahiran Hidup (KH), lebih rendah dari target Standar Pelayanan Minimal

(SPM) yaitu 17/1.000 KH maupun target MDGs yaitu 23/1.000 KH.

2) Angka kematian balita (AKABA) pada tahun 2011 adalah 7,2/ 1.000 KH, sudah

lebih rendah dari target MDGs 32/1.000 KH. Angka kematian Balita yang rendah

menggambarkan kondisi perinatal yang sudah sehat oleh para ibu dan atau

merupakan akibat dari lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan balita

seperti gizi, sanitasi dan penyakit menular.

3) Angka kematian ibu (AKI) merupakan jumlah ibu hamil yang meninggal karena

hamil,melahirkan dan nifas disuatu wilayah tertentu per-100.000 KH pada tahun

yang sama. Target MDGs untuk AKI pada tahun 2015 yaitu 102/100.000 KH.

Jumlah kematian ibu tahun 2007 sebanyak 13 orang dan mengalami peningkatan

37

pada tahun 2008 menjadi 18 orang. Kemudian menurun lagi menjadi 9 orang pada

tahun 2009. Pada tahun 2010 jumlah kematian ibu kembali meningkat menjadi 12

orang dan pada tahun 2011 menurun menjadi 11 orang. Sehingga AKI di Kabupaten

Buleleng berdasarkan data tahun 2011 sudah berada di angka 94,1/ 100.000 KH.

4) Umur Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 yaitu 69,34

tahun dan UHH ini terus meningkat sejak tahun 2007. UHH Kabupaten Buleleng

masih lebih rendah dari target UHH Nasional (tahun 2014) yaitu 72 tahun.

Sedangkan angka kesakitan (morbiditas) dan penanganan penyakit menular dapat di

lihat dari data kesakitan di bawah ini :

1) Angka AFP penduduk usia < 15 tahun sebesar 3,24 per 100.000, sudah lebih dari

target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten/Kota yaitu>1 per 100.000

penduduk usia < 15 tahun.

2) Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) baru mencapai 84,04 % , lebih rendah dari

SPM yang ditetapkan sebesar > 85 %.

3) Persentase balita pneumonia ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100%

4) Persentase HIV/AIDS ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100%.

5) Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS sudah mencapai target SPM

yaitu 100%.

6) Persentase balita diare yang ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100%

7) Angka kesakitan malaria sebesar 0,006 per 1.000 penduduk, belum mencapai target

SPM yaitu 0 per 1.000 penduduk.

Data angka dan analisis status kesehatan menunjukkan bahwa derajat kesehatan

masyarakat di Kabupaten Buleleng berkembang ke arah positif secara signifikan.

Namun demikian, masih terdapat indikator status kesehatan seperti angka kematian bayi

(AKB), Umur Harapan Hidup (UHH), angka kesembuhan TB Paru BTA (+), dan angka

kesakitan malaria yang belum mencapai target SPM maupun lebih rendah dari target

nasional dan Millennium Development Goals (MDGs). Hal ini tentunya akan menjadi

dasar pertimbangan dalam menentukan penyediaan fasilitas kesehatan pada RS Kelas D

Pratama yang direncanakan, sehingga dapat membantu pencapaian standar dan target

yang ditetapkan.

38

2) Aspek Internal

Kajian aspek internal dibutuhkan guna melihat kekuatan bagi RS Kelas D Pratama yang

direncanakan agar dapat survive dalam melaksanakan operasional. Mengurangi ancaman

yang terjadi, serta melihat kelemahan yang perlu diantisipasi agar ke depan tidak menjadi

suatu hambatan di dalam kegiatan operasional rumah sakit.

a. Sarana Kesehatan

Kajian sarana kesehatan di sekitar wilayah jangkauan pelayanan RS Kelas D Pratama

yang akan dibangun bertujuan untuk mendapatkan kecenderungan dalam hal pangsa

pasar serta pola penentuan sistem tarif di rumah sakit. Berdasarkan data statistik, sarana

kesehatan yang terdapat di Kabupaten Buleleng terdiri atas Rumah Sakit 6 buah,

Puskesmas 20 buah, Puskesmas Pembantu 75 buah, dan Poliklinik 2 buah sedangkan

untuk BKIA, kegiatannya sudah tergabung dalam Poliklinik.

Untuk mengetahui tingkat pelayanan sarana kesehatan di suatu wilayah didasarkan atas

Standar SNI 03-1733-2004 yang meliputi :

Rumah sakit : 1 unit/240.000 jiwa = 0,000004

Puskesmas : 1 unit/120.000 jiwa = 0,000008

Puskesmas Pembantu : 1 unit/30.000 jiwa = 0,00003

Posyandu : 1 unit/1.250 jiwa = 0,0008

Balai Pengobatan Warga /Poliklinik : 1 unit/2.500 jiwa = 0,0004

Apotik/Toko Obat : 1 unit/30.000 jiwa = 0,00003

Berdasarkan standar di atas, tingkat pelayanan sarana kesehatan di Kabupaten Buleleng

termasuk dalam kategori baik, hanya pada jumlah poliklinik yang kurang tingkat

pelayanannya, oleh karena itu dalam pengembangannya peningkatan sarana kesehatan

perlu diprioritaskan dalam peningkatan kualitasnya (Rencana Induk Pembangunan

Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013).

Dari perkiraan jumlah penduduk, dapat dihitung perkiraan kebutuhan sarana kesehatan

di wilayah perencanaan dengan menggunakan standar perencanaan yang berlaku.

Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan di Kabupaten Buleleng berkaitan dengan jenis

sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan

minimal, radius pencapaian serta lokasi, seperti ditunjukkan oleh Tabel 7.

39

Tabel 7 : Proyeksi Jumlah Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2023

Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013

Keterangan :

1 = Poliklinik

2 = Puskesmas

3 = Puskesmas Pembantu

4 = Rumah Sakit

Terlihat dari tabel di atas, sampai dengan tahun 2023 sarana kesehatan di Kabupaten

Buleleng sudah cukup memadai, hanya saja perlu penambahan 350 unit Poliklinik guna

menambah kelengkapan sarana kesehatan untuk pelayanan masyarakat.

Kekurangan 350 unit Poliklinik berdasarkan hasil analisis kebutuhan sarana kesehatan dalam

Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013 merupakan peluang

dalam pembangunan RS Kelas D Pratama. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Poliklinik

tentunya akan dapat disediakan di RS Kelas D Pratama walaupun dengan jenis dan

jumlah yang terbatas. Hal ini setidaknya akan dapat menambah jenis pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

b. Pola Penyakit dan Epidemologi

Kajian pola penyakit dan epidemologi dibutuhkan untuk melihat kecederungan jenis

penyakit yang banyak terjadi di masyarakat. Berdasarkan kecenderungan ini akan dapat

disusun dan dirumuskan jenis pelayanan unggulan yang akan diberikan pada RS Kelas

D Pratama yang direncanakan.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Gerokgak 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 5 0

2 Seririt 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 3 7 1

3 Busungbiu 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 9 0

4 Banjar 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 9 0

5 Sukasada 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 12 0

6 Buleleng 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 2 3 6 5

7 Sawan 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 7 0

8 Kubutambahan 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 12 0

9 Tejakula 2500 120000 30000 240000 300 1000 300 7500 0 2 8 0

2 20 75 6

Jumlah sarana eksistingjumlah penduduk Luas (m2)No. Nama Desa

Standarisasi

Total

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

99415 40 1 3 0 11929.8 0 300 0 6 0 0 2 1925.1 0 0 15000

94175 38 1 3 0 11301.0 0 0 0 2 0 0 1 615.1 0 0 7500

53447 21 0 2 0 6413.6 0 0 0 5 0 0 0 1454 0 121 0

78685 31 1 3 0 9442.2 0 0 0 2 0 0 2 705.5 0 59 15000

84778 34 1 3 0 10173.3 0 0 0 3 0 0 1 814 0 68 7500

139691 56 1 5 1 16763.0 0 0 7500 4 0 0 1 1096.8 0 91 7500

80107 32 1 3 0 9612.8 0 300 0 6 0 1 2 1932 0 161 15000

70499 28 1 2 0 8459.9 0 0 0 5 0 0 2 1459.2 0 122 15000

80528 32 1 3 0 9663.4 0 0 0 5 0 1 0 1500.0 0 156 0

781325 313 7 26 1 93759.0 0 600 7500 38 0 3 11 11501.7 0 778 82500

Jumlah

Penduduk

tahun 2023

Kebutuhan Sarana Kesehatan Tahun 2033 Kekurangan Sarana Kesehatan Tahun 2033

Unit luas (m2) Unit luas (m2)

40

Data yang ada menunjukkan, bahwa kasus penyakit yang dominan di Kabupaten

Buleleng berdasarkan data jenis keluhan kesehatan adalah penyakit panas, batuk, pilek,

sesak napas, diare dan sakit kepala berulang, seperti yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 : Persentase Penduduk Kabupaten Buleleng Menurut Jenis Keluhan

Kesehatan Tahun 2011

Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013

Untuk kasus penyakit menular dengan angka penderita yang paling tinggi adalah pada

penyakit Gastro/Enteritis/Diare dengan jumlah penderita sebanyak 6.092 jiwa pada

Tahun 2011, seperti yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 : Jumlah Penderita Penyakit Menular di Kabupaten Buleleng Tahun 2011

Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013 (diolah)

No. Jenis Keluhan Kesehatan 2009 2010 2011

1 Panas 48,19 31,11 18,10

2 Batuk 49,52 30,93 18,70

3 Pilek 43,81 48,02 15,80

4 Asma/Sesak Napas 7,00 7,92 3,30

5 Diare/Buang Air 6,05 4,03 3,50

6 Sakit Kepala Berulang 25,23 28,06 10,70

7 Sakit Kepala Berulang 6,36 6,8 2,80

8 Sakit Kepala Berulang 50,57 48 27,10

61,84 60,65 60Persentase penduduk yang mengalami

keluhan kesehatan sebulan yang lalu

Dinas/Puskesmas/

Puskesmas Pembantu

1. Puskesmas Tejakula I 22 21 - - 1 - 14 398

2. Puskesmas Tejakula II 19 11 - - 2 2 5 248

3. Puskesmas Kubutambahan I 17 9 - - - - 3 147

4. Puskesmas Kubutambahan II 21 1 - - - - 10 -

5. Puskesmas Sawan I 26 17 - - - - 18 209

6. Puskesmas Sawan II 16 3 - - - - 11 267

7. Puskesmas Buleleng I 35 46 - - - - 124 -

8. Puskesmas Buleleng II 14 8 - - - - 42 304

9. Puskesmas Buleleng III 28 22 - - 1 - 76 328

10. Puskesmas Sukasada I 31 8 - - 2 - 30 303

11. Puskesmas Sukasada II 15 3 - - - - 9 289

12. Puskesmas Banjar I 29 11 - - - 2 14 309

13. Puskesmas Banjar II 15 2 - - - - 8 823

14. Puskesmas Seririt I 20 20 - - - 2 41 237

15. Puskesmas Seririt II 19 10 - - - - 11 823

16. Puskesmas Seririt III 10 4 - - - - 3 198

17. Puskesmas Busungbiu I 29 2 - - - - 5 752

18. Puskesmas Busungbiu II 21 - - - - - 2 29

19. Puskesmas Gerokgak I 19 21 - - - - 16 -

20. Puskesmas Gerokgak II 10 18 - - - - 9 328

21. Rumah Sakit - 106 - - - - - 100

Jumlah 416 343 - - 4 6 451 6.092

2010 2.572 312 - - 2 - 531 9.410

2009 2.572 312 - - 2 - 531 9.410

2008 1.782 233 - - 5 - 559 3.885

2007 1.793 206 - - 2 - 404 10.002

Demam

Berdarah

Gastro/Enteritis

/DiareTersangka TBC

BTA

PositifKolera Malaria Kusta Rabies

41

Urutan 10 besar penyakit di Kabupaten Buleleng pada Tahun 2011 seperti yang disajikan

pada Tabel 10.

Tabel 10 : 10 Besar Penyakit di Kabupaten Buleleng Tahun 2011

No Nama Penyakit Jumlah

1 Hipertensi Primer 29.177

2 Rhematoid Arthritis lain 24.596

3 Infeksi akut lain pada saluran pernafasan 23.332

4 Pharingitis 12.644

5 Dermatitis lain 9.046

6 Nasopharingitis (common cold) 8.245

7 Kecelakaan 8.075

8 Gastritis 7.682

9 Penyakit Gusi dan Jaringan Periodental 7.642

10 Asma 7.324

Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013

Buleleng merupakan kabupaten dengan penduduk terinfeksi HIV nomor dua terbesar di

Provinsi Bali. Rata-rata 23 kasus ditemukan tiap bulan berdasarkan data Tahun 2011,

dan kasus menyebar di setiap kecamatan se-kabupaten Buleleng.

Dengan dilengkapinya VCT diharapkan dasar dari kasus HIV/AIDS yang diibaratkan

sebagai fenomena gunung es bisa didapatkan. Kasus baru HIV, AIDS, dan penyakit

menular seksual lainnya di masing-masing kecamatan tahun 2011 dapat dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 11 : Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas di Kabupaten Buleleng Tahun 2011

Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013

Keterangan : Jumlah kasus baru adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk

kasus yang ditemukan di RS

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Tejakula Tejakula I 0 0 0 - - 31 0 0 0 0 0 0

Tejakula II 0 0 0 - - 8 0 0 0 0 0 0

2 Kubutambahan Kubutambahan I 0 0 0 - - 11 0 0 0 0 0 0

Kubutambahan II 0 0 0 - - 10 0 0 0 0 0 0

3 Sawan Sawan I 0 0 0 - - 29 0 0 0 0 0 0

Sawan II 0 0 0 - - 0 0 0 0 0 0 0

4 Buleleng Buleleng I 0 0 0 - - 29 0 0 0 0 0 0

Buleleng II 0 0 0 - - 2 0 0 0 0 0 0

Buleleng III 0 0 0 - - 28 0 0 0 0 0 0

5 Sukasada Sukasada I 0 0 0 - - 7 0 0 0 0 0 0

Sukasada II 0 0 0 - - 22 0 0 0 0 0 0

6 Banjar Banjar I 0 0 0 - - 23 0 0 0 0 0 0

Banjar II 0 0 0 - - 2 0 0 0 0 0 0

7 Seririt Seririt I 0 0 0 - - 17 0 0 0 0 0 0

Seririt II 0 0 0 - - 10 0 0 0 0 0 0

Seririt III 0 0 0 - - 4 0 0 0 0 0 0

8 Busungbiu Busungbiu I 0 0 0 - - 8 0 0 0 0 0 0

Busungbiu II 0 0 0 - - 2 0 0 0 0 0 0

9 Gerokgak Gerokgak I 0 0 0 - - 19 0 0 0 0 0 0

Gerokgak II 0 0 0 - - 10 0 0 0 0 0 0

Praktek Swasta 0 0 0 - - 9 0 0 0 0 0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 - - 281 0 0 0 0 0 0

JUMLAH KEMATIAN AKIBAT

AIDSKECAMATAN PUSKESMASINFEKSI MENULAR SEKSUAL

LAINNYAA I D S

JUMLAH KASUS BARU

NO H I V

42

Data-data di atas menunjukkan jenis penyakit dominan yang diderita masyarakat

Kabupaten Buleleng termasuk kasus HIV/AIDS. Kondisi ini merupakan dasar dalam

menentukan jenis pelayanan yang akan dikembangkan di RS Kelas D Pratama yang

direncanakan. Dengan demikian, rencana pengembangan jenis-jenis pelayanan dalam

RS Kelas D Pratama akan memberi manfaat lebih besar dalam menanggulangi masalah

kesehatan masyarakat Kabupaten Buleleng.

c. Teknologi

Dalam rangka pengembagan layanan kesehatan dan kesiapan SDM bidang kesehatan di

RS Kelas D Pratama, maka kajian terhadap aspek kemajuan teknologi mutlak

diperlukan terutama terkait dengan peralatan kesehatan (Alkes) yang terus menerus

mengalami perkembangan. Dalam dokumen Rencana Induk Pembangunan Kesehatan

Kabupaten Buleleng Tahun 2013, upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi

(Iptek) kesehatan dijelaskan sebagai berikut :

1) Penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan akan terus dikembangkan secara

terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk

mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan

dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan.

2) Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan

kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian penting dari

pembangunan kesehatan daerah.

3) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan pengembangan obat asli

Indonesia, pemberantasan penyakit dan perbaikan lingkungan.

4) Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan dikembangkan untuk

mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta.

5) Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk mengembangkan

gaya hidup sehat dan mengurangi masalah kesehatan masyarakat yang ada.

Upaya peningkatan Iptek kesehatan yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten

Buleleng memberi peluang dalam pembangunan RS Kelas D Pratama khususnya

pengembangan Alkes yang akan digunakan. Sejalan dengan perkembangan Iptek

kesehatan dan kecenderungan pola penyakit, maka penggunaan Alkes di RS Kelas D

Pratama tentunya harus terus dikembangkan termasuk SDM bidang kesehatan yang

akan mengoperasikannya.

43

d. SDM/Ketenagakerjaan Rumah Sakit

Kajian keberadaan SDM/ketenagakerjaan di bidang kesehatan secara eksternal telah

menyimpulkan, bahwa di Kabupaten Buleleng secara umum kondisinya masih kurang.

Hal ini menjadi tantangan dalam pembangunan RS Kelas D Pratama khususnya

penyediaan SDM bidang kesehatan sesuai standar yang ditetapkan, baik untuk

menunjang operasional rumah sakit yang direncanakan maupun membantu kekurangan

tenaga kesehatan di Kabupaten Buleleng.

Kajian terhadap SDM/ketenagakerjaan di rumah sakit secara internal dimaksudkan

untuk mengkaji kesiapan SDM/ketenagakerjaan khususnya di RS Pratama. Hasilnya

diharapkan dapat menentukan jenis layanan kesehatan yang akan diberikan kepada

masyarakat sesuai dengan segmentasi dan posisioning rumah sakit.

Merujuk kepada Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D Pratama, maka ketentuan

ketenagaan di RS Kelas D Pratama ditetapkan sebagai berikut :

1) Tenaga Dokter paling sedikit 4 (empat) orang dan 1 (satu) orang Dokter Gigi.

2) Tenaga Keperawatan paling sedikit 11 orang.

3) Tenaga Kesehatan Non Keperawatan paling sedikit 3 (tiga) orang.

4) Tenaga Penunjang paling sedikit 10 orang.

5) Tenaga Manajerial/Administrasi terdiri dari paling sedikit 1 (satu) orang Direktur, 2

(orang) orang Seksi, 1 (satu) orang Subbag TU, dan 2 (dua) orang tenaga

administrasi.

Berdasarkan data dan ketentuan di atas, penyediaan SDM/ ketenagakerjaan pada

rencana pembangunan RS Kelas D Pratama akan ditetapkan berdasarkan ketentuan

minimal jenis dan jumlah tenaga, jenis layanan kesehatan yang diberikan, serta jumlah

tempat tidur yang akan disediakan. Jenis dan jumlah tenaga di RS Kelas D Pratama ini

akan terus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kubutuhan pelayanan masyarakat,

perkembangan jenis penyakit, dan perkembangan Iptek kesehatan.

e. Organisasi

Organisasi dan tata kerja RS Kelas D Pratama disusun berdasarkan prinsip hemat

struktur dan kaya fungsi, menggambarkan kewenangan, tanggung jawab, dan tata

hubungan kerja dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan administrasi

manajemen sesuai kebutuhan.

44

Dalam Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D Pratama ditetapkan bahwa struktur

organisasi RS Kelas D Pratama paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau

direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan medis serta

administrasi umum dan keuangan. Penetapan organisasi dan tata kerja rumah sakit

menjadi wewenang pemilik rumah sakit dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.

Kajian terhadap organisasi rumah sakit tentunya akan berpengaruh terhadap kegiatan

operasional yang berdampak terhadap kinerja rumah sakit. Bentuk organisasi RS Kelas

D Pratama akan disesuaikan dengan ketentuan dan jenis layanan yang disediakan.

Terkait dengan organisasi rumah sakit, maka hal yang perlu digarisbawahi dari

Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D Pratama adalah ketentuan tentang

pengelompokan kelas pelayanan RS Kelas D Pratama diklasifikasikan pada kelas D

Pratama. Dalam proses pengembangan pelayanan rumah sakit, RS Kelas D Pratama

dapat ditingkatkan menjadi rumah sakit umum kelas D atau kelas yang lebih tinggi.

Untuk itu, kajian terhadap organisasi RS Kelas D Pratama akan didekati dari Permenkes

No. 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di

Lingkungan Departemen Kesehatan Bab IV Bagian Kelima Pasal 14 yang mengatur

Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas D yaitu :

1) RSU Kelas D dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.

2) Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian.

3) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi

4) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

Struktur organisasi RSU Kelas D sesuai Permenkes di atas dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 : Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas D Sumber : Permenkes No. 1045/Menkes/Per/XI/2006

45

Melalui pendekatan struktur organisasi ini, diharapkan kegiatan operasional RS Kelas D

Pratama yang direncanakan dapat berjalan dengan baik dan secara bertahap dapat

ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas D.

f. Kinerja dan Keuangan

Pembinaan dan pengendalian rumah sakit dalam Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D

Pratama ditetapkan sebagai berikut :

1) Pembinaan dan pengendalian kegiatan pelayanan RS Kelas D Pratama dapat lakukan

oleh pemerintah daerah dan organisasi profesi serta asosiasi perumahsakitan sesuai

dengan fungsi masing-masing.

2) RS Kelas D Pratama wajib melaporkan hasil penyelenggaraan pelayanan laporan

kinerja setiap triwulan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi.

Sejalan dengan hal di atas, Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten

Buleleng Tahun 2013 menetapkan program Peningkatan Kebijakan dan Manajemen

Pembangunan Kesehatan berupa :

1) Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan

terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor

kesehatan dan sektor lain yang yang terkait, dan antara berbagai program kesehatan

serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri. Manajemen upaya

kesehatan yang terdiri dari perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengendalian,

dan penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya kesehatan

yang terpadu dan menyeluruh. Manajemen tersebut didukung oleh sistem informasi

ynag handal guna menghasilkan pengambilan keputusan dan cara kerja yang efisien.

2) Dinas Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat

melaksanakan secara lebih bertanggung jawab dalam perencanaan, pembiayaan dan

pengawasan upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan manajemen tersebut

dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan

pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut pula didukung oleh tersedianya

pembiayaan kesehatan yang memadai.

Kajian kinerja dan keuangan RS Kelas D Pratama yang direncanakan akan mengkaji

pendapatan dan pengeluaran rumah sakit. Kajian ini diharapkan dapat melihat

kecenderungan dan potensi perkembangan kinerja dan pendapatan rumah sakit dimasa

mendatang, sehingga mendapatkan gambaran kekuatan atau kelemahan rencana

46

pembangunan RS Kelas D Pratama. Untuk itu, kajian terhadap aspek ekonomi akan

dibahas dalam Sub Bab 6.2. yang menganalisis tentang rencana investasi dan sumber

dana, proyeksi pendapatan dan biaya, proyeksi cash flow, dan analisis keuangan (BEP,

IRR, NPV).

4.3. Analisis Permintaan

Analisis permintaan akan membahas tentang kajian terhadap posisi kelayakan RS Kelas D

Pratama dari 5 (lima) aspek yaitu aspek lahan dan lokasi, klasifikasi rumah sakit, kapasitas

tempat tidur, jenis layanan, dan layanan unggulan. Kajian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahan

(weakness) serta peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang akan menjadi

pertimbangan tehadap kelayakan pembangunan RS Kelas D Pratama. Hasilnya digunakan

sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya

memaksimalkan kekuatan dan memanfaatkan peluang serta secara bersamaan berusaha

untuk meminimalkan kelemahan dan mengatasi ancaman.

1) Lahan dan Lokasi

RS Kelas D Pratama hanya dapat didirikan di daerah perkotaan dengan kepadatan

penduduk yang tinggi atau di daerah yang akses pelayanan rumah sakit sulit dijangkau.

Kajian kelayakan lahan dan lokasi akan terkait dengan letak geografis, kondisi wilayah di

sekitarnya dilihat dari aspek penggunaan lahan, infrastruktur dan aksesibilitas, serta

kondisi demografi di wilayah perencanaan RS Kelas D Pratama. Berdasarkan hasil kajian

terhadap aspek-aspek tersebut pada sub bab 5.1. maka dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut :

a) Lokasi lahan rencana pembangunan RS Kelas D Pratama secara geografis akan sangat

menguntungkan dan sangat mendukung pengembangan layanan kesehatan.

b) Kontur lahan yang relatif datar dan aksesibilitas yang mudah dari jalan utama, memberi

keleluasaan dalam penataan areal rumah sakit.

c) Kondisi lingkungan sekitar serta sarana dan prasarana yang ada akan sangat mendukung

operasional rumah sakit.

d) Kondisi demografi di wilayah empat kecamatan yang termasuk ke dalam lingkup mikro

pelayanan RS Kelas D Pratama dalam materi RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-

2033 adalah :

47

Proyeksi jumlah penduduk tahun 2014 Kecamatan Gerokgak 91.418 jiwa,

Kecamatan Seririt 84.128 jiwa, Kecamatan Busungbiu 49.275 jiwa dan Kecamatan

Banjar 68.001 jiwa.

Pertambahan penduduk per tahun berturut-turut dari yang paling tinggi adalah

Kecamatan Gerokgak 2,36%, Kecamatan Seririt 1,82%, Kecamatan Busungbiu

1,29% dan Kecamatan Banjar 0,07%.

e) Proyeksi jumlah penduduk 20 tahun mendatang (tahun 2034) adalah Kecamatan

Gerokgak 145.617 jiwa, Kecamatan Seririt 120.552 jiwa, Kecamatan Busungbiu 63.699

jiwa dan Kecamatan Banjar 69.015 jiwa.

Data dan kajian di atas menunjukkan bahwa dari aspek lahan dan lokasi, rencana RS Kelas

D Pratama layak untuk dibangun. Kelemahan dan ancaman hanya terjadi pada faktor

demografi yaitu pertambahan jumlah penduduk di wilayah empat kecamatan yang menjadi

lingkup mikro pelayanan rumah sakit hingga tahun 2034 yang mencapai total 398.883

jiwa. Hal ini akan menjadi tantangan bagi RS Kelas D Pratama terutama dalam memenuhi

tuntutan kebutuhan jenis dan jumlah layanan kesehatan dimasa mendatang, serta

penyediaan tempat tidur untuk pelayanan rawat inap.

2) Klasifikasi Rumah Sakit

Secara umum, kelayakan klasifikasi/kelas rumah sakit akan mengkaji tentang

kecenderungan jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat, sehingga diperoleh gambaran

tentang klasifikasi/kelas rumah sakit yang direncanakan agar sesuai dengan jenis layanan

dan kesiapan SDM kesehatan yang dimiliki.

Hal yang perlu dicermati adalah ketentuan yang menetapkan bahwa RS Kelas D Pratama

merupakan rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang hanya menyediakan pelayanan

perawatan kelas 3 (tiga) yang memberikan pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan,

dan rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya untuk peningkatan akses bagi

masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan perorangan.

Artinya, RS Kelas D Pratama yang direncanakan di Kecamatan Seririt, Kabupaten

Buleleng adalah rumah sakit kelas 3 (tiga). Dalam perkembangannya, sesuai dengan

Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D Pratama, maka rumah sakit yang direncanakan ini

secara bertahap kiranya akan ditingkatkan menjadi RSU Kelas D sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

48

3) Kapasitas Tempat Tidur

Menurut ketentuan, salah satu pelayanan kesehatan yang wajib disediakan oleh RS Kelas

D Pratama adalah pelayanan rawat inap. Adanya kewajiban untuk menyediakan pelayanan

rawat inap membawa konsekuensi perlunya kajian terhadap perhitungan kapasitas Tempat

Tidur (TT) yang harus disiapkan oleh RS Kelas D Pratama. Prakiraan kebutuhan jumlah

TT berdasarkan standar WHO yaitu rasio ideal jumlah TT rumah sakit terhadap jumlah

penduduk adalah 1 TT untuk 1.000 orang.

Jika mengacu kepada standar WHO di atas, maka hingga tahun 2034 dengan proyeksi

jumlah penduduk Kecamatan Seririt sebanyak 120.552 jiwa dibutuhkan minimal 120 TT.

Apalagi kalau RS Pratama juga harus melayani tambahan tiga kecamatan lainnya

(Gerokgak, Busungbiu dan Banjar) dengan proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2034

sebanyak 398.883 jiwa, akan dibutuhkan minimal 398 TT. Kebutuhan kapasitas TT yang

demikian besar tentunya menjadi masalah apabila tidak diperhitungkan keberadaan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang sudah ada maupun yang akan dibangun

dan dikembangkan di lokasi lain hingga tahun 2034 mendatang.

Oleh karena itu, perhitungan kebutuhan kapasitas TT yang akan disediakan di RS Kelas D

Pratama tetap mengacu kepada upaya menambah pelayanan rawat inap kepada masyarakat

dengan perawatan kelas 3 (tiga) dan kemampuan keuangan Pemerintah saat ini. Di

samping itu, beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar dalam penentuan jumlah TT

yang akan disediakan di RS Kelas D Pratama adalah sebagai berikut :

a) Luas lahan yang tersedia untuk pembangunan RS Kelas D Pratama.

b) Pelayanan kesehatan minimal yang wajib disediakan oleh sebuah RS Kelas D Pratama.

c) Jenis pelayanan kesehatan yang menjadi prioritas untuk segera disediakan sesuai

dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

d) Ketentuan yang mengatur tentang tata ruang dan bangunan di wilayah rencana

pembangunan RS Kelas D Pratama seperti KDB, KLB, GSB, KDH, dan ketentuan

teknis lain yang mengatur persyaratan bangunan fasilitas kesehatan (rumah sakit).

a. Jenis Layanan

Jenis layanan sebuah rumah sakit umumnya berupa pelayanan medik, penunjang medik,

administrasi dan servis. Melalui pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

masyarakat dan ketentuan yang berlaku, maka jenis layanan yang akan disediakan di RS

Kelas D Pratama adalah :

49

1) Pelayanan Medik :

a) Unit Gawat Darurat

b) Rawat Inap

c) Rawat Jalan :

Poliklinik Penyakit Menular.

Poliklinik Gigi.

Poliklinik Gizi.

Poliklinik THT.

Poliklinik Anak.

Poliklinik Umum.

Poliklinik Penyakit Dalam.

Poliklinik Kebidanan dan Vaksinasi.

2) Pelayanan Penunjang Medik :

a) PMI.

b) Rekam Medik.

c) Deservasi.

d) Obgyn.

e) Rebusitasi.

f) Radiologi.

g) OP.

h) USG.

i) Apotik dan Gudang Farmasi.

j) Kamar Jenazah.

3) Administrasi :

a) Administrasi.

b) Manajemen.

4) Servis :

a) Satpam.

b) Tempat Suci.

c) Ambulance.

d) Linen (Laundry)

e) Kantin.

f) Toilet.

50

b. Layanan Unggulan

Layanan unggulan sebuah rumah sakit umumnya disiapkan atas dasar kecenderungan

pola penyakit yang terjadi di wilayah tempat rumah sakit tersebut berada. Karena RS

Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar, maka layanan unggulan yang

akan dikembangkan di RS Kelas D Pratama ini didasarkan atas jenis penyakit yang

dominan diderita oleh masyarakat dan kebutuhan Fasyankes.

Berdasarkan data yang ada menunjukkan, bahwa kasus penyakit yang dominan di

Kabupaten Buleleng adalah penyakit panas, batuk, pilek, sesak napas, diare dan sakit

kepala berulang. Analisis kebutuhan sarana kesehatan mengindikasikan hingga tahun

2023 di Kabupaten Buleleng perlu penambahan 350 unit Poliklinik guna menambah

kelengkapan sarana kesehatan untuk pelayanan masyarakat.

Data dan hasil analisis di atas memberikan gambaran tentang jenis layanan unggulan

yang dapat dikembangkan di RS Kelas D Pratama yaitu layanan rawat jalan dengan

fasilitas 8 (delapan) Poliklinik yaitu Pol. Penyakit Menular, Pol. Gigi, Pol. Gizi, Pol.

THT, Pol. Anak, Pol. Umum, Pol. Penyakit Dalam, dan Pol. Kebidanan & Vaksinasi.

4.4. Analisis Kebutuhan

Sesuai dengan fungsi dari RS Kelas D Pratama di Kecamatan Seririt yang disiapkan untuk

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kecamatan Seririt khususnya dan

daerah Kabupaten Buleleng bagian Barat pada umumnya dengan kondisi kependudukan,

sosial budaya dan perekonomian yang ada, maka diharapkan RS Kelas D Pratama ini dapat

menjadi tumpuan kesehatan bagi masyarakat. Untuk itu, dalam perwujudannya dilakukan

analisis kebutuhan terhadap beberapa aspek penting antara lain kebutuhan ruang,

kebutuhan lahan, peralatan medis dan non medis, sumber daya manusia, serta organisasi

dan uraian tugas.

1) Kebutuhan Ruang

Ruang-ruang yang dibutuhkan dalam pembangunan RS Kelas D Pratama yang

direncanakan dapat dilihat pada Tabel 12.

51

Tabel 12 : Kebutuhan Jenis dan Luasan Ruang RS Kelas D Pratama

No Jenis Ruang Jumlah

Ruang

Luasan

(M²)

I RUANG PERAWATAN/RUANG UTAMA

1 Ruang Perawatan I (1) @7 TT 7 320.60

2 Ruang Perawatan I (2) @11TT 1 91.60

3 Poliklinik Penyakit Menular 1 39.00

4 Poliklinik Gigi 1 42.00

5 Poliklinik Gizi 1 42.00

6 Poliklinik THT 1 42.00

7 Poliklinik Anak 2 84.00

8 Poliklinik Umum 1 42.00

9 Poliklinik Penyakit Dalam 1 35.00

10 Poliklinik Kebidanan & Pol Vaksinasi 1 35.00

11 Ruang PMI 1 22.50

12 Ruang Rekam Medik 1 22.50

13 Ruang Deservasi 1 45.50

16 Ruang Obgyn 1 30.80

17 Ruang Rebusitasi 1 15.00

18 Ruang Radiologi 1 28.60

Ruang Ganti (Rg Radiologi) 1 6.30

19 Ruang OP 1 35.00

Ruang Scrub 1 6.00

Ruang Ganti (OP) 1 4.00

Ruang PreOP 1 18.00

Area Steril 1 17.50

20 Ruang USG 1 20.25

21 Ruang Tindakan 1 45.00

22 Ruang Triage 1 28.00

23 Apotik 1 12.50

24 Ruang Obat 1 6.80

25 Ruang Rekam Medik 1 10.00

26 Ruang Mayat 1 22.50

27 Ruang Tunggu (1) 1 18.00

Ruang Tunggu (2) 1 31.50

Jumlah 1,219.45

II RUANG STAFF & PARAMEDIS

28 Ruang Direktur 1 44.20

29 Ruang Dokter 1 21.30

30 Ruang Pertemuan Dokter 1 12.25

31 Ruang Jaga Dokter (1) 1 12.25

32 Ruang Jaga Dokter (2) 1 21.75

33 Ruang Jaga Perawat (1) 1 24.80

34 Ruang Jaga Perawat (2) 1 21.75

35 Nurse Station (1) 1 21.00

Nurse Station (2) 1 8.00

36 Ruang Staff 1 44.20

37 Ruang Gas Medis 1 15.75

38 Ruang CS (1) 1 7.88

Ruang CS (2) 1 8.75

52

39 Ruang Persiapan 1 49.00

40 Ruang Operator (1) 1 10.00

Ruang Operator (2) 1 18.00

41 Ruang Pendaftaran (1) 1 6.25

Ruang Pendaftaran (2) 1 10.20

Ruang Pendaftaran & Pembayaran (3) 1 9.80

42 Ruang Gelap 1 6.25

43 Ambulance Driver Station 1 12.90

44 Kantin Dokter & Paramedis 1 31.50

45 Dapur Kantin 1 17.50

46 Ruang Satpam 1 3.00

47 Ruang Racik Obat 1 6.25

Jumlah 444.53

III RUANG SERVIS (INDOOR)

48 Ruang Linen 1 13.50

49 Gudang Linen 1 11.25

50 Gudang Alat (1) 1 9.00

Gudang Alat (2) 1 8.75

51 Spoel Hock (1) 1 8.75

Spoel Hock (2) 1 9.00

52 Gudang Obat (1) 1 5.00

Gudang Obat (2) 1 17.50

Gudang Obat (3) 1 13.75

53 Locker 1 16.10

54 Pantry 1 8.40

TOILET PASIEN

55 Toilet Pasien Wanita (1) 2 11.90

56 Toilet Pasien Pria (2) 2 16.90

57 Toilet Pasien (3) 1 10.00

58 Toilet Pasien (4) 2 5.94

59 Toilet Rg Obgyn 1 3.20

60 Toilet (Rg Radiologi) 1 3.60

TOILET STAFF

61 Toilet Rg Pendaftaran 1 3.00

62 Toilet (Rg Perawatan) (1) 7 3.20

Toilet (Rg Perawatan) (2) 2 6.40

63 Toilet (Rg Jaga Perawat) (1) 1 3.20

Toilet (Rg Jaga Perawat) (2) 1 3.00

64 Toilet (Rg Staff) 1 4.80

65 Toilet (Rg Direktur) 1 4.80

66 Toilet (Rg Dokter) 1 3.20

67 Toilet Rg Jaga Dokter 1 3.00

68 Toilet Ambulance Driver 1 3.60

69 Toilet (Rg Linen) 2 18.00

70 Ruang Sirkulasi Dalam 390.20

71 Ruang Hijau di Dalam 3 562.70

72 Ruang Servis 8 273.00

Jumlah 891.94

53

IV RUANG LUAR

73 Tempat Suci (1) 1 35.00

74 Tempat Suci (2) 1 10.50

75 Ambulance Station 1 64.25

76 Parkir 1,013.70

77 Ruang Luar #####

Jumlah 4242,07

TOTAL RUANG DALAM 2,665,67

TOTAL RUANG LUAR 1.576,4

Luas Site yang dibutuhkan 10.605.15

Site yang tersedia 11,155.25

2) Kebutuhan Lahan

Sesuai hasil analisis kebutuhan ruang untuk RS Kelas D Pratama di atas, maka luas lahan

yang dibutuhkan adalah 10.605,15 M2. Luas lahan (site) yang tersedia lebih kurang

11.155,25 M2

dan penggunaan KDB 40%. Dalam analisis ini, bangunan hanya

diperhitungkan berlantai 1 (satu) dan prediksi proyeksi pelayanan rumah sakit sampai

dengan 20 tahun mendatang. Dengan demikian, pertimbangan secara teknis untuk

mengembangkan bangunan ke atas/ke arah vertikal (menambah lantai) menjadi sangat

penting, mengingat proyeksi pertumbuhan penduduk Kecamatan Seririt yang akan dilayani

cukup pesat, apalagi bila ditambahkan dengan pelayanan terhadap tiga kecamatan lainnya

yaitu Gerokgak, Busungbiu, dan Banjar.

Sesuai dengan data kependudukan, jumlah penduduk Kecamatan Seririt pada Tahun 2014

adalah sebanyak 84.128 jiwa dan proyeksi 20 tahun mendatang (Tahun 2034) menjadi

120.552 jiwa. Jika dikaji berdasarkan standar WHO bahwa rasio ideal jumlah tempat tidur

(TT) rumah sakit terhadap jumlah penduduk adalah 1 TT untuk 1.000 orang, maka saat ini

saja (Tahun 2014) selayaknya RS Kelas D Pratama menyiapkan minimal 84 TT.

Berdasarkan luas lahan yang tersedia dan analisis kebutuhan ruang, maka jumlah TT untuk

pelayanan rawat inap yang direncanakan di RS Pratama saat ini adalah lebih kurang 75%

dari kebutuhan yaitu sebanyak 60 TT. Penyediaan jumlah 60 TT ini dengan asumsi bahwa

25% kebutuhan pelayanan rawat inap masyarakat di Kecamatan Seririt dilayani oleh

Puskesmas dan Rumah Sakit (Pemerintah/Swasta) yang ada di Kabupaten Buleleng.

Untuk mengantisipasi kebutuhan TT untuk pelayanan rawat inap hingga Tahun 2034, baik

pelayanan bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Seririt maupun tiga kecamatan di

sekitarnya, diupayakan melalui pengembangan ke arah vertikal yaitu penambahan jumlah

lantai maksimal sesuai ketentuan yang berlaku. Pengembangan juga memungkinkan

54

secara horizontal yaitu dengan menambah luas areal lahan rumah sakit, mengingat lahan di

sekitarnya merupakan tanah milik Pemprov Bali. Hal ini tentunya membutuhkan

komunikasi dan koordinasi yang baik antara Pemkab Buleleng dengan Pemprov Bali guna

mendukung pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng.

3) Peralatan Medis dan Non Medis

Sesuai dengan tipenya, RS Kelas D Pratama membutuhkan peralatan medis dan non medis

sebagaimana diuraikan pada Tabel 13 sampai dengan Tabel 19 di bawah.

Tabel 13 : Kebutuhan Peralatan Ruang Rawat Inap

No Nama Alat Merk Type Qty

1 Bed Pasien 3 Crank Manual OneMed ABS 60

2 Overbed Table OneMed 60

3 Bedside Cabinet OneMed 60

4 Trolley Makan/Stainless Food Trolley MAK 35203 6

5 Trolley Baju Bersih/Steel Linen Hamper MAK 35302B 6

6 Trolley Baju Kotor/Laundry Trolley MAK 35301 6

7 Trolley Memandikan/Dressing Trolley MAK 35102 6

8 Pispot Stainless OneMed 6

9 Urinal Stainless OneMed 6

Tabel 14 : Kebutuhan Peralatan Unit Gawat Darurat (UGD)

No Nama Alat Merk Type Qty

1 Bed Periksa Stainless Steel OneMed SS 6

2 Branchard Dorong Beroda SS + Tempat O2 OneMed SS 6

3 Trolley Instrument OneMed 2 Tingkat 4

4 Suction Portable 2000 OneMed 1

5 EKG 3 Channel Commen 1

6 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 2

7 Tensimeter Air Raksa Riester 1

8 Timbangan dan Tinggi Badan Riester 1

9 Tensimeter Beroda OneMed 1

10 Stetoskop Dewasa OneMed 1

11 Hecting Set OneMed 2

12 Film Viewer Double OneMed Supertin 1

13 Tong Spatel OneMed SS 1

14 Reflex Hammer OneMed Tylor 1

15 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1

16 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1

17 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1

18 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1

19 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1

20 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1

21 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1

22 Penlight OneMed 1

23 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1

24 Bedah Minor Set OneMed 2

25 Lampu Periksa Halogen OneMed LED 1

26 Defribilator Benedhearth Mindray D3 1

27 Patient Monitor AM 1400 AM 2

28 Trolley Emergency OneMed 1

55

Tabel 15 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Vaksinasi

No Nama Alat Merk Type Qty

1 Bed Periksa Stainless Steel OneMed SS 1

2 Trolley Instrument OneMed 2 Tingkat 1

3 EKG 3 Channel Commen 1

4 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 1

5 Tensimeter Air Raksa Riester 1

6 Stetoskop Dewasa Riester 1

7 Nebulizer CE-28 Omron CE-28 1

8 Film Viewer Double OneMed Supertin 1

9 Tong Spatel OneMed SS 1

10 Reflex Hammer OneMed Tylor 1

11 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1

12 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1

13 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1

14 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1

15 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1

16 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1

17 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1

18 Penlight OneMed 1

19 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1

20 Vaksin Box OneMed 5L 1

21 Freezer OneMed 2

Tabel 16 : Kebutuhan Peralatan Ruang Tindakan

No Nama Alat Merk Type Qty

1 Bed Periksa Stainless Steel OneMed SS 1

2 Trolley Instrument OneMed 2 Tingkat 1

4 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 1

5 Tensimeter Air Raksa Riester 1

6 Stetoskop Dewasa Riester 1

7 Hecting Set OneMed 2

8 Film Viewer Double OneMed Supertin 1

9 Tong Spatel OneMed SS 1

10 Reflex Hammer OneMed Tylor 1

11 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1

12 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1

13 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1

14 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1

15 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1

16 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1

17 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1

18 Penlight OneMed 1

19 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1

20 Bedah Minor Set OneMed 2

21 Lampu Periksa Halogen OneMed LED 1

22 Double Bowl Standar OneMed 1

56

Tabel 17 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Penyakit Dalam

No Nama Alat Merk Type Qty

1 Bed Periksa Stainless Steel OneMed SS 1

2 Trolley Instrument OneMed 2 Tingkat 1

3 EKG 3 Channel Commen 1

4 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 1

5 Tensimeter Air Raksa Riester 1

6 Stetoskop Dewasa Riester 1

7 Nebulizer CE-28 Omron CE-28 1

8 Film Viewer Double OneMed Supertin 1

9 Tong Spatel OneMed SS 1

10 Reflex Hammer OneMed Tylor 1

11 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1

12 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1

13 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1

14 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1

15 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1

16 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1

17 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1

18 Penlight OneMed 1

19 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1

Tabel 18 :. Kebutuhan Peralatan Ruang Obgyn

No Nama Alat Merk Type Qty

1 Meja Periksa Obgyn OneMed SS 1

2 IUD Kit OneMed 1

3 Doppler Hi Baby 1

4 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 1

5 Tensimeter Air Raksa Riester 1

6 Stetoskop Dewasa Riester 1

7 Hecting Set OneMed 2

8 Vaginal Speculum S,M,L OneMed SS 1

9 Tong Spatel OneMed SS 1

10 Reflex Hammer OneMed Tylor 1

11 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1

12 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1

13 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1

14 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1

15 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1

16 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1

17 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1

18 Penlight OneMed 1

19 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1

20 Timbangan & Tinggi Badan OneMed 1

21 Lampu Periksa Halogen OneMed LED 1

22 Fetal Monitor AM 700 Bionet 1

57

Tabel 19 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Anak

No Nama Alat Merk Type Qty

1 Bed Pasien SS OneMed SS 1

2 Timbangan Bayi OneMed 1

3 Tabung O2 Kecil (Lengkap) OneMed 1m3 1

4 Tensimeter Air Raksa Riester 1

5 Stetoskop Pediatric Riester 1

6 Nebulizer Ultrasonic Omron NE-U 17 1

7 Tong Spatel OneMed SS 1

8 Reflex Hammer OneMed Tylor 1

9 Korentang + Tempatnya OneMed SS 1

10 Kupet Instrument sedang (509) OneMed SS 1

11 Kupet Instrument besar (512) OneMed SS 1

12 Standar Infus kaki 3 OneMed SS 1

13 Bengkok (Nierbekken 23cm) OneMed SS 1

14 Tromol Gaas (27cm) OneMed SS 1

15 Gunting Verban (18cm) OneMed SS 1

16 Penlight OneMed 1

17 Sterilisator Elitech Elitech 2 Pintu 1

18 Masker Nebulizer Anak & Dewasa Besmed 2

19 Lampu Periksa Halogen OneMed LED 1

4) Sumber Daya Manusia

Dalam rancangan sistem kesehatan nasional khususnya dalam subsistem sumber daya

manusia kesehatan, perencanaan sumber daya manusia kesehatan merupakan salah satu

unsur utama dari subsistem tersebut yang menekankan pentingnya upaya penetapan jenis,

jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan kebutuhan

pembangunan kesehatan. Sehingga dalam hal pemenuhan ketenagaan atau SDM kesehatan

di RS Kelas D Pratama yang direncanakan, perlu mempertimbangkan/memperhitungkan

tenaga seefisien dan seefektif mungkin agar menjadikan manajemen pengelolaan rumah

sakit dapat berlangsung secara optimal.

Rencana penyediaan SDM kesehatan secara makro (eksternal) bertujuan menambah

kekurangan tenaga kesehatan di Fasyankes yang terdapat di Kabupaten Buleleng

berdasarkan rasio pelayanan per 100.000 penduduk. Sedangkan secara mikro (internal)

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan SDM kesehatan di RS Kelas D Pratama agar dapat

beroperasi dengan baik.

Pedoman Penyelenggaraan RS Kelas D Pratama telah menetapkan ketentuan ketenagaan

minimal yang harus tersedia di sebuah RS Kelas D Pratama. Di samping ketentuan

tersebut, penyediaan SDM/ketenagaan di RS Kelas D Pratama ini juga didasarkan atas

jenis dan jumlah pelayanan yang direncanakan, jumlah TT untuk pelayanan rawat inap,

58

serta peralatan medis dan non medis yang digunakan. Untuk itu, kebutuhan SDM di RS

Kelas D Pratama adalah sebagai berikut :

1) Kepala/Direktur RS; 1 orang dokter/dokter gigi.

2) Tenaga Dokter; menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 262 Tahun 1979

menetapkan bahwa rasio Dokter : Tempat Tidur (TT) untuk Rawat Inap adalah 1 :

(4~7). Dengan rencana penyediaan 60 TT, maka kebutuhan minimal Tenaga Dokter

Umum adalah sebanyak (1 Dokter : 7 TT) x 60 TT = 8,57 ≈ 9 orang.

3) Tenaga Dokter Spesialis; sesuai dengan jumlah layanan Poliklinik yang disediakan,

maka dibutuhkan minimal tenaga dokter spesialis sebanyak 8 orang.

4) Tenaga Paramedis Perawat; menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 262 Tahun 1979

menetapkan bahwa rasio Tenaga Paramedis Perawat : Tempat Tidur (TT) untuk Rawat

Inap adalah (3~4) : 2. Dengan rencana penyediaan 60 TT, maka kebutuhan minimal

Tenaga Paramedis Perawat adalah sebanyak (3 Paramedis Perawat : 2 TT) x 60 TT = 90

orang.

5) Tenaga Paramedis Non Perawat; menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 262 Tahun

1979 menetapkan bahwa rasio Tenaga Paramedis Non Perawat : Tempat Tidur (TT)

untuk Rawat Inap adalah 1 : 3. Dengan rencana penyediaan 60 TT, maka kebutuhan

Tenaga Paramedis Non Perawat adalah (1 Paramedis Non Perawat : 3 TT) x 60 TT = 20

orang.

6) Tenaga Non Medis/Karyawan; menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 262 Tahun

1979 menetapkan bahwa rasio Tenaga Non Medis/Karyawan : Tempat Tidur (TT) untuk

Rawat Inap adalah 1 : 1. Dengan rencana penyediaan 60 TT, maka kebutuhan Tenaga

Non Medis/Karyawan adalah (1 Karyawan : 1 TT) x 60 TT = 60 orang.

Perhitungan kebutuhan SDM/tenaga di atas adalah dalam jumlah minimal dan sudah

termasuk tenaga keamanan dan tenaga servis yang disediakan oleh RS Kelas D Pratama.

Hal yang perlu diingat adalah kebijakan pemerintah melalui Kemenkes yang

mengisyaratkan agar RS Kelas D Pratama secara bertahap harus ditingkatkan menjadi RSU

Kelas D. Dengan demikian, maka kebutuhan jumlah, jenis, dan kualifikasi tenaga juga

semakin bertambah sejalan dengan peningkatan klasifikasi rumah sakit.

5) Organisasi dan Uraian Tugas

Orginasasi rumah sakit adalah suatu organisasi yang dibangun untuk mempermudah dan

mempercepat masyarakat agar lebih efisien dalam memperoleh pelayanan di rumah sakit.

Hal ini akan memudahkan masyarakat dalam mengikuti prosedur yang ada, sehingga

59

pasien dapat dengan cepat ditangani. Tidak hanya memudahkan dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, organisasi rumah sakit yang baik juga akan

membantu menciptakan iklim kerja yang sehat dan mendukung perkembangan kinerja

operasional rumah sakit.

Sebagai sebuah rumah sakit milik pemerintah, maka setiap tenaga di RS Kelas D Pratama

memiliki tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang jelas, sesuai bagian/bidangnya masing-

masing. Secara umum, uraian tugas masing-masing tenaga di RS Pratama dapat dijelaskan

sebagai berikut, yaitu :

a) Direktur

Direktur Rumah Sakit mempunyai Tugas Pokok : Membantu dalam pengelolaan Rumah

Sakit dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dalam menyelenggarakan tugas, Direktur RS mempunyai fungsi sebagai berikut :

Perumusan kebijakan Rumah Sakit

Penyusunan Rencana Strategik Rumah Sakit.

Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang kesehatan.

b) Bagian Tata Usaha

Kepala Bagian Tata Usaha

Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai Tugas Pokok : Memberikan pelayanan teknis

dan administrasi kepada semua unsur dilingkungan kantor Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas, Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi sebagai

berikut :

Penyusunan kebijakan bidang teknis administrasi perencanaan, adminstrasi umum

dan kepegawaian serta adminstrasi keuangan dan aset Rumah Sakit.

Pembinaan, pengkoordinasian , pengendalian, pengawasan program dan kegiatan

bagian tata usaha.

Kepala Seksi Pelayanan Medik

Kepala Seksi Pelayanan Medik, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan perumusan dan

fasilitasi medis di Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Medik mempunyai tugas :

Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik.

Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik.

Pembinaan, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Pelayanan

Medik.

60

Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan

Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan

perumusan dan fasilitasi Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan mempunyai

tugas :

Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan.

Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan.

Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan

seksi Pelayanan Keperawatan.

Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik

Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik, mempunyai Tugas Pokok :

menyiapkan perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Medik dan Non Medik di Rumah

Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik

mempunyai tugas :

Penyusunan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik.

Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik.

Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan

seksi. .

c) Bidang Pelayanan

Kepala Bidang Pelayanan

Kepala Bidang Pelayanan, mempunyai Tugas Pokok : Merencanakan operasionalisasi,

memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan

penyelenggaraan tugas bidang pelayanan.

Dalam menyelenggarakan tugas, Kepala Bidang Pelayanan mempunyai fungsi :

Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan medik.

Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan keperawatan.

Penyelenggaraan dan pengadaan perlengkapan medik dan non medik.

Kepala Seksi Pelayanan Medik

Kepala Seksi Pelayanan Medik, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan perumusan dan

fasilitasi medis di Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Medik mempunyai tugas :

61

Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik.

Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik.

Pembinaan, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Pelayanan

Medik.

Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan

Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan

perumusan dan fasilitasi Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan mempunyai

tugas :

Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan.

Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan.

Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan

seksi Pelayanan Keperawatan.

Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik

Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik, mempunyai Tugas Pokok :

menyiapkan perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Medik dan Non Medik di Rumah

Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik

mempunyai tugas :

Penyusunan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik.

Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik.

Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan

seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik.

d) Bidang Penunjang

Kepala Bidang Penunjang

Kepala Bidang Penunjang, mempunyai Tugas Pokok : Merencanakan operasionalisasi ,

memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan

penyelenggaraan tugas bidang penunjang.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Bidang Penunjang mempunyai tugas:

Penyelenggaraan program dan kegiatan logistik dan diagnostik.

Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan sarana dan Prasarana.

Penyelenggaraan program dan kegiatan pengendalian instalasi.

Penyusunan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik.

62

Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik.

Kepala Seksi Logistik dan Diagnostik

Kepala Seksi Logistik dan Diagnostik, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan

perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Logistik dan Diagnostik di Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Logistik dan Diagnostik mempunyai

tugas :

Penyusunan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik.

Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik.

Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan

seksi Logistik dan Diagnostik.

Kepala Seksi Sarana dan Prasarana

Kepala Seksi Sarana dan Prasarana, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan perumusan

dan fasilitasiPerlengkapan sarana dan Prasarana di Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai tugas :

Penyusunan program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana.

Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana.

Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan

seksi Sarana dan Prasarana.

Kepala Seksi Pengendalian Instalasi

Kepala seksi Pengendalian Instalasi, mempunyai Tugas Pokok : Mempersiapkan,

memperbaiki, dan memelihara sarana dan prasarana Instalasi Rumah Sakit.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pengendalian Instalasi mempunyai tugas :

Pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Pengendalian Instalasi.

Pembinaan, pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan

Pengendalian Instalasi.

4.5. Kelayakan Teknis

a. Lokasi

Sebagai fasilitas pelayanan publik, sudah selayaknya lokasi Rumah Sakit (RS) Kelas D

Pratama di Kecamatan Seririt berada di tengah-tengah wilayah yang akan dilayani baik

secara makro maupun mikro, untuk memberikan jangkauan pelayanan yang merata atau

hampir merata dari aspek jarak layanan.

63

Lokasi site yang ada, sangat sesuai dengan misi dari pelayanan ini karena diharapkan

mampu melayani masyarakat yang terdapat di wilayah Kecamatan Gerokgak, Kecamatan

Busungbiu, dan Kecamatan Banjar seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4 : Kelayakan Lokasi Rencana RS Kelas D Pratama

b. Sirkulasi

Sistem sirkulasi di dalam tapak (site) RS Pratama Kelas D secara umum dirancang untuk

menciptakan pergerakan pemakai yang cepat, efektif dan efisien serta memberikan rasa

aman kepada seluruh pemakai. Secara khusus, sirkulasi dirancang sebagai berikut :

1) Sistem sirkulasi di dalam RS Kelas D Pratama dirancang untuk menciptakan pergerakan

pemakai secara aman dan cepat yang dibuat dengan meletakan fasilitas bersama pada

satu tempat dan hanya dihubungkan dengan jalur pedestrian (jalan untuk pejalan kaki)

dan membuat sirkulasi kendaraan di bagian luar.

2) Di samping untuk melayani pasien, fasilitas sirkulasi ini juga dirancang untuk melayani

pengunjung, sehingga pencapaiannya dari arah luar dibuat mudah dikenal. Dengan

demikian, penyediaan fasilitas pelayanan yang bersifat komersial dapat dipakai sebagai

sumber pendapatan sekunder, guna memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi

operasional RS Kelas D Pratama.

c. Block Plan

Merancang block plan merupakan pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh

gambaran umum (makro) mengenai distribusi ruang ke dalam bentuk dan komposisi massa

bangunan dalam site RS Pratama. Secara makro, luas peruntukan, kelompok, dan

hubungan funsional ruang diplot ke dalam built up area (BUP) site RS Pratama.

Pengaturan (adjusment) dilakukan dengan mengikuti modul yang telah ditetapkan. Modul

64

ini ditentukan berdasarkan ukuran standar bahan yang akan dipakai, dengan maksud untuk

menekan terbuangnya bahan (waste materials) yang berlebihan.

Block plan dibuat untuk mengetahui, apakah keseluruhan sistem dalam perancangan telah

terakomodasi, dan seberapa besar penyimpangan yang terjadi antara konsep yang

dirumuskan dengan penerapannya ke dalam site sebagai wadah. Dengan block plan,

rancangan detail dari sistem dapat ditentukan dan dioptimalkan, misalnya di mana tangga

dan tanggul diperlukan, bagaimana pola pertamanan yang akan diterapkan, seberapa

banyak cut and fill yang harus dikerjakan, ke mana arah (jalur) drainage yang paling

efektif dan sebagainya.

Rancangan Block Plan RS Kelas D Pratama di Kecamatan Seririt secara grafis disajikan

pada Gambar 5 :

Gambar 5 : Rancangan Block Plan RS Kelas D Pratama

d. Struktur dan Bahan

RS Kelas D Pratama merupakan bangunan sederhana yang dibangun di atas site dengan

kondisi tanah yang relatif baik. Hal ini menyebabkan sistem struktur yang digunakan tidak

rumit, bahkan dapat dikatakan sangat sederhana. Di samping merupakan bangunan dengan

katagori kelas B, biaya konstruksi memang harus ditekan sampai pada batas yang paling

memadai, karena RS Kelas D Pratama bukan merupakan usaha yang berorientasi pada

perolehan keuntungan (non profit oriented). Artinya, antara kesanggupan calon pemakai

65

untuk membayar sewa harus berimbang dengan penyediaan fasilitas yang diberikan,

berimbang pula dengan tingkat pengembalian investasi, dan yang paling penting adalah

berlangsungnya operasional fungsi sesuai dengan tujuan pembangunannya.

RS Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan kesehatan dasar yang tidak membedakan kelas perawatan dalam upaya

menjamin peningkatan akses bagi masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan

upaya kesehatan perorangan yang memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam,

pelayanan rawat jalan, dan rawat inap. Dari pengertian di atas, maka rancangan sosok

bangunan dapat dibuat lebih kecil dan sederhana, sehingga pemilihan sistem struktur yang

dipakai juga tidak menjadi rumit dan mahal.

Berdasarkan pada kriteria pemilihan sistem struktur bangunan, yaitu: 1) kekakuan; 2)

fleksibelitas ruang; 3) pengadaan bahan; 4) teknik pelaksanaan; dan 5) estetika, maka

konsep struktur dan bahan yang akan diterapkan pada bangunan RS Pratama adalah

sebagai berikut :

a) Sistem struktur bangunan yang paling tepat untuk bangunan RS Pratama adalah sistem

struktur rangka, karena dengan sistem struktur ini fleksibelitas dalam pengaturan ruang

dalam (interior) dapat dicapai secara optimal. Bukaan dinding untuk penerangan dan

ventilasi alami dapat dibuat secara leluasa.

b) Beton bertulang merupakan bahan struktur yang paling efektif digunakan, karena

memiliki umur keawetan (umur fungsional) relatif lebih lama, dibandingkan dengan

bahan struktur lainnya, asalkan metode dan teknik pengerjaannya sesuai dengan

persyaratan yang ada (SNI 2000 mengenai Beton Bertulang). Kelebihan lain yang

dimiliki oleh bahan struktur ini adalah :

kekuatannya dapat dirancang sesuai dengan yang diinginkan;

hampir tidak mengalami pelapukan oleh cuaca;

pengadaannya sangat mudah (untuk di Bali);

pengerjaannya mudah (untuk bentuk struktur bangunan RS Pratama yang sederhana)

sehingga tidak membutuhkan tenaga ahli khusus; dan

mudah dalam pemeliharaan.

c) Untuk bahan rangka atap, ada tiga pilihan, yaitu beton bertulang, baja atau kayu.

Penentuan salah satu yang dipakai dapat dilakukan setelah mengadakan evaluasi secara

66

keseluruhan, volume, harga, keawetan, pengerjaan/pelaksanaan, pemeliharaan dari

bahan-bahan tersebut. Tetapi evaluasi tersebut tidak akan dibahas dalam analisis ini.

d) Penutup atap menggunakan bahan genteng lokal, bahan dinding dari batako (concrete

block) dan di beberapa bagian dapat digunakan partisi dari kayu dengan penutup asbes

semen atau plywood di-finishing dengan cat, kecuali dinding pada tempat yang selalu

basah (dapur, ruang cuci, kamar mandi/WC) menggunakan keramik/porselin (forceline).

e) Lapisan penutup lantai digunakan ubin keramik dari kelas yang lebih rendah asalkan

toleransi presisinya masih dapat dipenuhi. Pada dasarnya penentuan pemakaian bahan,

dapat dilakukan dengan mengadakan evaluasi terhadap alternatif bahan melalui

beberapa faktor yaitu :

fungsi;

umur/keawetan;

kekuatan;

pengerjaan;

pengadaan; dan

estetika.

e. Prasarana dan Utilitas

Bangunan RS Kelas D Pratama tidak menuntut adanya prasarana dan sistem utilitas

bangunan yang rumit, karena sifatnya yang sangat sederhana. Tetapi bagaimanapun sistem

dan jaringan instalasinya harus dikerjakan secara benar dan cermat sesuai peraturan yang

ada, untuk memudahkan operasional, dan menekan biaya pemeliharaan serta perbaikannya.

Bangunan RS Kelas D Pratama dilengkapi dengan prasarana dan sistem utilitas sebagai

berikut :

a) Sistem tata udara.

b) Sistem kelistrikan.

c) Sistem pencahayaan.

d) Sistem proteksi kebakaran.

e) Sistem komunikasi.

f) Sistem Gas Medik dan Vakum Medik.

g) Sistem sanitasi terdiri atas :

Sistem air bersih dan air minum.

Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah.

67

Sistem pembuangan kotoran dan sampah medis dan non medis.

h) Sistem pengendalian terhadap kebisingan.

i) Aksesibilitas penyandang cacat (disable).

f. Tampilan Bangunan

Sosok bangunan RS Kelas D Pratama harus tampil sebagai sebuah bangunan fasilitas

kesehatan pada umumnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

selaras dengan bangunan-bangunan yang telah ada di sekitarnya. Secara khusus, konsep

tampilan bangunan diarahkan sebagai berikut :

a) RS Kelas D Pratama tampil sebagai bagian komunitas fasilitas sosial di Kecamatan

Seririt, sehingga sosok bangunannya dibuat dengan menampilkan bentuk, proporsi,

skala, ornamen, dan dekorasi bangunan yang selaras, serasi, dan bernuansa yang sama

dengan bangunan di sekitarnya.

b) Bentuk bangunan dibuat sederhana, sebagaimana halnya bentuk bangunan tradisional

Bali. Bentuk dasar segi empat sangat tepat untuk mencapai kesederhanaan bentuk,

dengan berbagai variasi penataannya. Hampir semua bahan bangunan yang ada

(pabrikasi), mempunyai bentuk dasar segi empat, sehingga sangat sejalan dengan

pemakaian bahan. Bentuk furniture yang dipakai kebanyakan bentuk standar pabrikasi

yang hampir semuanya memiliki bentuk dasar segi empat. Sehingga ruang-dalam yang

terbentuk pun merupakan bentuk dasar segi empat. Dengan bentuk dasar yang persegi

empat, ruang terbuang (useless space) dapat diminimalkan.

c) Skala dan proporsi bangunan dibuat tidak mendominasi bangunan-bangunan yang telah

ada, karena RS Kelas D Pratama yang dibangun di Kecamatan Seririt merupakan

fasilitas sosial yang disediakan oleh negara/pemerintah. Ornamen dan dekorasi

ditampilkan secara sederhana, sehingga RS Kelas D Pratama tetap memiliki

karakteristik yang kuat, sebagai pencerminan arsitektur lokal.

g. Ruang Dalam

Penataan peralatan dan furniture, keleluasaan gerak pelaku aktifitas, serta kebutuhan

psikologis pelaku baik mengenani kenyamanan maupun keamanan, akan membentuk ruang

dalam secara optimal. Untuk itu, konsep ruang dalam RS Kelas D Pratama ditetapkan

sebagai berikut :

68

a) Fleksibelitas penataan peralatan/furniture diberikan untuk menciptakan variasi agar

tidak membosankan. Hal ini sangat perlu diperhatikan, walaupun pemakai menempati

ruangan hanya sementara. Variasi dapat memberikan kesegaran, meningkatkan kinerja

pemakai dalam melaksanakan tugasnya atau dapat memberikan sugesti bagi pasien

untuk dapat lebih cepat sembuh. Dengan demikian, penataan ruang dalam juga dapat

memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan rumah sakit.

b) Penyekat ruang (partisi) pada bagian ruang yang memungkinkan, dapat dibuat dengan

partisi rangka kayu yang ditutup plywood atau calsiboard. Ini dapat dilakukan pada

ruang-ruang tertentu, dengan maksud untuk mengurangi biaya sehingga dapat menekan

biaya stuktur bangunan.

c) Pemakaian bentuk furniture dan warna disesuaikan dengan fungsi bangunan (ruang),

dan cenderung memakai bentuk-bentuk dan warna yang berkesan ringan dan sesuai

dengan standar rumah sakit. Hal ini dimaksudkan karena bentuk dan warna dapat

berpengaruh secara psikologis terhadap pemakai serta warna juga dapat memberikan

rangsangan tertentu terhadap kondisi emosional pemakainya.

h. Ruang Luar (Landscaping)

Keberhasilan rancangan dan pemeliharaan pertamanan (landscaping) RS Kelas D Pratama

akan dapat dijadikan kebanggaan bagi mereka yang tinggal di dalamnya. Kebanggaan

pemakai yang tinggal di RS Kelas D Pratama merupakan media yang paling potensial

untuk mempromosikan dan menarik pasien lain untuk berobat. Kebanggaan ini akan terus

terpelihara, bila di dalam RS Kelas D Pratama terwujud komunikasi dan interaksi sosial

yang positif antar pemakai, sehingga dapat memacu peningkatan prestasi pelayanan

kesehatan yang diberikan.

Untuk mencapai tujuan di atas, maka pertamanan RS Kelas D Pratama dirancang dengan

mempertimbangkan kondisi alam setempat, karakteristik perilaku kegiatan terutama

pasien yang sangat membutuhkan kesegaran dan keindahan lingkungan. Penyediaan

fasilitas tempat untuk menunggu dari keluarga pasien sesuai dengan sistem kekerabatan

yang berkembang di masyarakat setempat, sehingga perlu disediakan ruang tunggu untuk

kelompok-kelompok kecil (2 sampai 6 orang) dan ditempatkan pada ruang terbuka yang

teduh.

69

i. Schematic Design

Rencana penataan RS Kelas D Pratama akan menampilkan gambar sketsa (schematic

design) berupa gambar lay out plan (Gambar 6.3). Gambar tersebut merupakan salah satu

alternatif, yang ditransformasikan dari rumusan konsep penataan, dipakai sebagai acuan

dalam membuat perhitungan estimasi biaya RS Kelas D Pratama.

Gambar 6 : Rancangan Lay Out Plan RS Kelas D Pratama

6.1. Kelayakan Ekonomi

1) Rencana Investasi dan Sumber Dana

Pembahasan mengenai rencana investasi, menyangkut keseluruhan biaya yang dibutuhkan

untuk pembangunan RS Kelas D Pratama sampai siap operasi, tetapi tidak termasuk biaya

pembelian lahan. Yang termasuk dalam perhitungan estimasi biaya RS Kelas D Pratama

yaitu : 1) biaya konstruksi, yang terdiri dari biaya struktur dan finishing, dan biaya utilitas

(MEP); 2) biaya pertamanan (landscaping), termasuk pedestrian way; 3) biaya furniture

(peralatan/ perlengkapan operasional fungsi ruang); 4) biaya pengelolaan proyek; 5) biaya

perencanaan/konsultan, perijinan, dan pajak.

a. Dasar Perhitungan dan Acuan yang Dipakai

1) Besarnya biaya tiap M2 luas lantai bangunan akan diambil dari biaya standar

bangunan gedung negara, sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Republik Indonesia Nomor 45/PRT/2007 tentang “Pedoman Teknis Pembangunan

Bangunan Gedung Negara” dan standar harga bangunan sesuai dengan SEB (Surat

Edaran Bersama) Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran, Deptartemen

Keuangan Nomor : 654/D.VI/02/1998, SE – 36/A/21/0298 tanggal 10 Pebruari 1998.

70

2) Estimasi perhitungan biaya bangunan RS Kelas D Pratama akan memperhitungkan

tingkat inflasi dan suku bunga Bank sebagai patokan dasar yang disesuaikan dengan

kondisi lapangan (kondisi harga bahan bangunan di Singaraja pada bulan Juni 2014),

khususnya kondisi harga kayu, semen dan besi untuk konstruksi.

3) Dari pengamatan di lapangan dan analisis terhadap komposisi kandungan bahan-

bahan tersebut (kayu, semen dan besi) pada bangunan yang sejenis, bangunan

katagori kelas C berlantai 1, dengan harga satuan per M2 luas lantai adalah

Rp.4.041.844,- termasuk semua komponen biaya Sipil, Struktur, dan Arsitektur yang

terkait.

4) Dengan kenaikan harga masing-masing jenis bahan bangunan dan prosentase

kandungan bahan tersebut dalam bangunan, diperoleh kenaikan harga satuan

bangunan per M2 luas lantai, kurang lebih sebesar 12% / tahun dari harga pada tahun

2013 pada bulan yang sama. Hasil perhitungan tersebut dipakai sebagai dasar

perhitungan estimasi biaya RS Kelas D Pratama.

b. Kebutuhan Biaya

1) Biaya Lahan

Adalah biaya yang dibutuhkan untuk pematangan lahan, di mana pada rencana

proyek ini ditaksir sekitar Rp. 72.500 per M2

termasuk pengurugan setinggi satu

meter, sehingga total biaya yang dibutuhkan lebih kurang Rp 808.755.509,-

2) Biaya Studi Kelayakan

Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membuat Studi Kelayakan sangat tergamtung

dari identifikasi proyek, tingkat kerumitan/ kompleksitas proyek dan kesediaan

sumber daya manusia. Dalam hal ini biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan studi

kelayakan lebih kurang sebesar Rp. 164.481.650,-

3) Biaya Desain

Yang termasuk dalam biaya desain adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk

membuat desain, termasuk site plan, desain arsitektur, desain sipil dan struktur,

desain mekanikal, elektrikal dan plumbing, jaringan data dan lainnya, termasuk

semua perhitungan dan pembuatan spesifikasi dari masing-masing desain yang

bersangkutan. Tergantung dari tingkat kerumitan dan kompleksitasnya, secara

keseluruhan biaya desain untuk rencana RS Kelas D Pratama ini diasumsikan sebesar

Rp. 394.605.121,-

71

4) Biaya Pelaksanaan Konstruksi

Adalah biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi yang secara umum

terdiri dari :

a) Biaya Persiapan dan Pelaksanaan Tender, Negosiasi dan Kontrak

Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan tender, negosiasi dan

pembuatan kontrak dengan pihak kontraktor pelaksana diperkirakan sebesar

Rp.16.161.302,-

b) Biaya Struktur dan Arsitektur

Harga per M2 bangunan RS Kelas D Pratama (dengan katagori gedung negara

kelas C - sederhana) untuk pekerjaan struktur dan finishing diasumsikan

berdasarkan perhitungan kenaikan harga sebesar 12% dari harga satuan bangunan

pada tahun 2013 adalah seperti pada Tabel 20.

Tabel 20 : Perhitungan Biaya Struktur dan Arsitektur

No Jenis Ruang Jumlah

Ruang

Luasan

(M²)

Harga

Satuan/M²

Jumlah Harga

(Rp)

I RUANG PERAWATAN/

RUANG UTAMA

1 Ruang Perawatan I (1) 7 320.60 4,250,000 1,362,550,000

2 Ruang Perawatan I (2) 1 91.60 4,250,000 389,300,000

3 Pol Penyakit Menular 1 39.00 4,250,000 165,750,000

4 Pol Gigi 1 42.00 4,250,000 178,500,000

5 Pol Gizi 1 42.00 4,250,000 178,500,000

6 Pol THT 1 42.00 4,250,000 178,500,000

7 Pol Anak 2 84.00 4,250,000 357,000,000

8 Pol Umum 1 42.00 4,250,000 178,500,000

9 Pol Penyakit Dalam 1 35.00 4,250,000 148,750,000

10 Pol Kebidanan &

Vaksinasi 1 35.00 4,250,000 148,750,000

11 Ruang PMI 1 22.50 4,250,000 95,625,000

12 Ruang Rekam Medik 1 22.50 4,250,000 95,625,000

13 Ruang Deservasi 1 45.50 4,250,000 193,375,000

16 Ruang Obgyn 1 30.80 4,250,000 130,900,000

17 Ruang Rebusitasi 1 15.00 4,250,000 63,750,000

18 - Ruang Radiologi 1 28.60 4,250,000 121,550,000

- Ruang Ganti (Ruang

Radiologi) 1 6.30 4,250,000 26,775,000

19 - Ruang OP 1 35.00 4,250,000 148,750,000

- Ruang Scrub 1 6.00 4,250,000 25,500,000

- Ruang Ganti (OP) 1 4.00 4,250,000 17,000,000

- Ruang PreOP 1 18.00 4,250,000 76,500,000

- Area Steril 1 17.50 4,250,000 74,375,000

20 Ruang USG 1 20.25 4,250,000 86,062,500

21 Ruang Tindakan 1 45.00 4,250,000 191,250,000

22 Ruang Triage 1 28.00 4,250,000 119,000,000

23 Apotik 1 12.50 4,250,000 53,125,000

24 Ruang Obat 1 6.80 4,250,000 28,900,000

25 Ruang Rekam Medik 1 10.00 4,250,000 42,500,000

26 Ruang Mayat 1 22.50 3,500,000 78,750,000

72

27 Ruang Tunggu (1) 1 18.00 3,500,000 63,000,000

Ruang Tunggu (2) 1 31.50 3,500,000 110,250,000

Jumlah 1,219.45 5,128,662,500

II RUANG STAFF &

PARAMEDIS

28 Ruang Direktur 1 44.20 4,150,000 183,430,000

29 Ruang Dokter 1 21.30 4,150,000 88,395,000

30 Ruang Pertemuan Dokter 1 12.25 4,150,000 50,837,500

31 Ruang Jaga Dokter (1) 1 12.25 4,150,000 50,837,500

32 Ruang Jaga Dokter (2) 1 21.75 4,150,000 90,262,500

33 Ruang Jaga Perawat (1) 1 24.80 4,150,000 102,920,000

34 Ruang Jaga Perawat (2) 1 21.75 4,150,000 90,262,500

35 - Nurse Station (1) 1 21.00 4,150,000 87,150,000

- Nurse Station (2) 1 8.00 4,150,000 33,200,000

36 Ruang Staff 1 44.20 4,150,000 183,430,000

37 Ruang Gas Medis 1 15.75 4,150,000 65,362,500

38 - Ruang CS (1) 1 7.88 4,150,000 32,681,250

- Ruang CS (2) 1 8.75 4,150,000 36,312,500

39 Ruang Persiapan 1 49.00 4,150,000 203,350,000

40 - Ruang Operator (1) 1 10.00 4,150,000 41,500,000

- Ruang Operator (2) 1 18.00 4,150,000 74,700,000

41 - Ruang Pendaftaran (1) 1 6.25 4,150,000 25,937,500

- Ruang Pendaftaran (2) 1 10.20 4,150,000 42,330,000

- Ruang Pendaftaran &

Pembayaran (3) 1 9.80 4,150,000 40,670,000

42 Ruang Gelap 1 6.25 3,750,000 23,437,500

43 Ambulance Driver Station 1 12.90 3,750,000 48,375,000

44 Kantin Dokter &

Paramedis 1 31.50 3,750,000 118,125,000

45 Dapur Kantin 1 17.50 3,750,000 65,625,000

46 Ruang Satpam 1 3.00 3,750,000 11,250,000

47 Ruang Racik Obat 1 6.25 4,150,000 25,937,500

Jumlah 444.53 1,816,318,750

III RUANG SERVIS (INDOOR)

48 Ruang Linen 1 13.50 3,750,000 50,625,000

49 Gudang Linen 1 11.25 3,750,000 42,187,500

50 - Gudang Alat (1) 1 9.00 3,750,000 33,750,000

- Gudang Alat (2) 1 8.75 3,750,000 32,812,500

51 - Spoel Hock (1) 1 8.75 3,750,000 32,812,500

- Spoel Hock (2) 1 9.00 3,750,000 33,750,000

52 - Gudang Obat (1) 1 5.00 3,750,000 18,750,000

- Gudang Obat (2) 1 17.50 3,750,000 65,625,000

- Gudang Obat (3) 1 13.75 3,750,000 51,562,500

53 Locker 1 16.10 4,500,000 72,450,000

54 Pantry 1 8.40 4,000,000 33,600,000

TOILET PASIEN

55 Toilet Pasien Wanita (1) 2 11.90 4,500,000 53,550,000

56 Toilet Pasien Pria (2) 2 16.90 4,500,000 76,050,000

57 Toilet Pasien (3) 1 10.00 4,500,000 45,000,000

58 Toilet Pasien (4) 2 5.94 4,500,000 26,730,000

59 Toilet Rg Obgyn 1 3.20 4,500,000 14,400,000

60 Toilet (Rg Radiologi) 1 3.60 4,500,000 16,200,000

TOILET STAFF

61 Toilet Rg Pendaftaran 1 3.00 4,500,000 13,500,000

62 - Toilet Rg Perawatan (1) 7 3.20 4,500,000 14,400,000

73

- Toilet Rg Perawatan (2) 2 6.40 4,500,000 28,800,000

63 - Toilet Rg Jaga Perawat (1) 1 3.20 4,500,000 14,400,000

- Toilet Rg Jaga Perawat (2) 1 3.00 4,500,000 13,500,000

64 Toilet (Rg Staff) 1 4.80 4,500,000 21,600,000

65 Toilet (Rg Direktur) 1 4.80 4,500,000 21,600,000

66 Toilet (Rg Dokter) 1 3.20 4,500,000 14,400,000

67 Toilet Rg Jaga Dokter 1 3.00 4,500,000 13,500,000

68 Toilet Ambulance Driver 1 3.60 4,500,000 16,200,000

69 Toilet (Rg Linen) 2 18.00 4,500,000 81,000,000

70 Ruang Sirkulasi Dalam 390.20 4,000,000 1,560,800,000

71 Ruang Hijau di Dalam 3 562.70 200,000 112,540,000

72 Ruang Servis 8 273.00 3,000,000 819,000,000

Jumlah 891.94 3,445,095,000

IV RUANG LUAR

73 Tempat Suci (1) 1 35.00 3,500,000 122,500,000

74 Tempat Suci (2) 1 10.50 3,500,000 36,750,000

75 Ambulance Station 1 64.25 3,500,000 224,875,000

76 Parkir 1,013.70 425,000 430,822,500

77 Ruang Luar 9,578.85 164,651 1,577,169,805

Jumlah 109.75 384,125,000

TOTAL RUANG

DALAM : 2,666 10,774,201,250

TOTAL RUANG LUAR

: 11,155.25 2,120,532,305

Luas Site 11,155.25

Biaya Rata-rata per M²

(Pekerjaan Sipil, Arsitektur &

Struktur) : Rp. 4,041,844

Dengan total ruang dalam seluas 2666 M2

dan biaya pekerjaan sipil, struktur dan

arsitektur sebesar Rp.10.774.201.250,- maka diperoleh biaya rata-rata tiap 1M2

luas bangunan adalah sebesar Rp.4.041.844,-

c) Biaya Jaringan Utilitas, Peralatan dan Perlengkapan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor

45/PRT/2007, biaya jaringan, peralatan dan perlengkapan utilitas untuk bangunan

kelas C, diasumsikan 25% dari biaya struktur dan finishing, sehingga menjadi

sebesar : 0,25 x Rp. 10.774.201.250,- = Rp. 2.693.550.313,-

d) Biaya Pertamanan (Landscaping)

Penataan landscaping baik berupa perkerasan (hardscape) maupun pertamanan

(softscape) direncanakan pada seluruh areal rumah sakit. Oleh karena pertamanan

(landscaping) tidak memerlukan tanaman yang bernilai mahal dan sebagian besar

memanfaatkan tanaman lokal, maka biaya landscape, penataan pedestrian dan

areal parkir, diasumsikan sebesar 12.5% dari biaya pekerjaan struktur dan

arsitektur yaitu sebesar Rp.1.346.775.156,-

74

e) Biaya Perlengkapan Interior (Furniture)

Biaya perlengkapan (furniture) dapat dimasukan sebagai biaya modal operasional.

Akan tetapi dalam hal ini biaya furniture diperhitungkan sebagai investasi,

walaupun bukan merupakan biaya konstruksi (construction cost).

Biaya furniture diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan operasional fungsi. Jenis

dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan untuk setiap ruang. Sesuai dengan

estimasi perhitungan biaya furniture yang dibuat, diperoleh jumlah biaya untuk

furniture adalah kurang lebih 9 % dari biaya untuk pekerjaan struktur dan

arsitektur, yaitu sebesar : Rp. 969.678.113,-

Biaya di atas sudah termasuk perlengkapan seperti kain tirai jendela, kelengkapan

tempat tidur dan perlengkapan lainnya.

f) Biaya Pekerjaan Tambah Kurang

Adalah sebagai antisipasi pengeluaran biaya akibat perubahan desain dan atau

adanya kondisi yang tidak dapat diduga, sehingga mengakibatkan terjadinya

perubahan desain baik bentuk, material maupun kualitas. Untuk mengantisipasi

hal ini, maka perlu disiapkan biaya tambahan yang besarnya lebih kurang aebesar

2% atau sebesar Rp. 215.484.025.

g) Biaya Test dan Comisioning

Semua peralatan yang dipakai harus diuji coba (test & commisioning) untuk

mengetahui kinerja dari peralatan yang dipasang, dan harus di tes sampai pada

batas maksimum beban operasionalnya, terutama pada komponen mekanikal,

elektrikal dan pemipaan. Untuk itu dibutuhkan biaya yang besarnya lebih kurang

0.5% dari biaya untuk komponen MEP atau sama dengan Rp 53.871.006,-

h) Biaya Pengawasan dan/atau Manajemen Konstruksi (MK)

Untuk mendapatkan kualitas bangunan seperti yang diharapkan, baik seperti

bagaimana yang tertera dalam gambar/desain maupun sebagaimana disyaratkan

dalam spesifikasi, maka diperlukan biaya untuk menyewa pengawasan

Manajemen Konstruksi (MK) yang nilainya diasumsikan sebesar 2.5% dari biaya

konstruksi yaitu sebesar Rp. 394.605.121,-

75

5) Biaya Operasional Tahun Pertama

a) Biaya Pengadaan Alat Kesehatan/Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sebagaimana diketahui biaya untuk peralatan, sarana dan prasarana RS Kelas D

Pratama sudah ditentukan oleh peraturan tentang sarana dan prasarana yang

ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini juga tergantung dari model, jenis, dan

kapasitas pelayanan yang akan diberikan kepada pemakai, dalam hal ini adalah

masyarkat di wilayah Kabupaten Buleleng secara umum dan Kecamatan Seririt

khususnya.

Analisis kebutuhan jenis, jumlah, dan luasan ruang telah diuraikan pada Tabel

5.8. Demikian juga kebutuhan jenis peralatan pendukung dan penunjang kegiatan

operasional rumah sakit telah dijelaskan pada Tabel 5.9 sampai dengan Tabel

5.15. Berdasarkan analisis tersebut, maka kebutuhan biaya pengadaan alat

kesehatan/sarana dan prasarana kesehatan RS Kelas D Pratama diperkirakan

sebesar Rp. 2.424.195.281,-

b) Biaya Pelatihan (Training) dan Pemasaran/Promosi

Untuk memperoleh kinerja yang optimal dalam pelayanan rumah sakit, semua

komponen yang menjalankan sistem pelayanan harus dilatih (training) terlebih

dahulu, sehingga diperoleh tenaga operasional yang dapat menjalankan tugas

secara profesional. Untuk itu dibutuhkan biaya lebih kurang 5% dari biaya

konstruksi atau sebesar Rp. 789.210.242,-

c) Biaya Manajemen Pengelolaan Awal (6 sampai 12 bulan)

Biaya operasional tahun pertama juga harus diperhitungkan sesuai dengan

kapasitas pelayanan kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat, yang

jumlahnya lebih kurang sebesar 10% dari biaya konstruksi atau sebesar

Rp.1.578.420.483,-

6) Biaya Lain-Lain

a) Biaya Perijinan

Biaya perijinan terdiri dari : ijin lokasi dan ijin prinsip, ijin mendirikan bangunan,

ijin mengoperasikan peralatan, dan ijin operasional bangunan. Keseluruhan biaya

perijinan ini diperkirakan sebesar 3% dari biaya konstruksi bangunan, yang

besarnya lebih kurang Rp. 404.032.547,-

76

b) Biaya Pajak

Biaya pajak dan biaya retribusi lainnya diperhitungkan sebagi beban modal, yang

diasumsikan sebesar Rp. 2,622,352,276,-

c) Biaya Darurat (Contingencies)

Biaya tak terduga juga diperhitungkan dalam membuat estimasi investasi, yang

pada proyek RS Kelas D Pratama ini diasumsikan sebesar Rp. 67,338,758,-

7) Biaya Keseluruhan Proyek

Total biaya RS Pratama sampai siap untuk beroperasi termasuk PPN 10% adalah

Rp. 25.717.718.152,-. Tetapi jika ada salah satu fasilitas kelengkapan yang

dikurangi, akan terjadi beberapa alternatif biaya RS Kelas D Pratama. Hal ini

dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai besarnya investasi yang

diperlukan, serta seberapa besar pendapatan yang diperlukan untuk

pengembaliannya, terkait dengan penentuan besarnya biaya rawat inap serta ruang-

ruang pelayanan lainnya, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi

(pendapatan) pada RS Kelas D Pratama yang dibebankan kepada masyarakat, atau

yang harus disubsidi oleh Pemerintah.

Dari dana yang terhitung di atas, maka diharapkan tidak sepenuhnya diperoleh dari

Pemkab Buleleng melalui ABPD, juga diharapkan dapat diperoleh dari dana

pinjaman bank pemerintah. Dengan demikian, besarnya investasi dapat diasumsikan

mempunyai komposisi 81,28% loan (dana pinjaman) dan 18,72% equity (dana

pemilik) dengan interest rate 12% dan roe 15%. Untuk menghitung besarnya

pendapatan rumah sakit yang direncanakan agar dapat beroperasi dengan layak,

maka akan diperhitungkan nilai investasi pada akhir konstruksi atau pada awal tahun

kedua, dengan asumsi lama waktu pelaksanaan konstruksi proyek tidak lebih dari 1

(satu) tahun. Dengan demikian, besarnya investasi yang diperhitungkan sebagai dasar

perhitungan pengembalian investasi adalah nilai investasi pada akhir pelaksanaan

konstruksi atau pada awal operasional RS Kelas D Pratama. Sehingga besarnya

investasi yang diperhitungkan untuk pengembaliannya menjadi Rp. 29.118.807.983,-

sesuai dengan periode dan waktu pencairannya, serta interest rate dan DR on Equity

yang diperhitungkan (tabel terlampir).

77

c. Proyeksi Pendapatan dan Biaya

Perhitungan proyeksi pendapatan yang diharapkan berbasis pada beberapa hal penting

yaitu :

1) Luas efektif properti, yaitu luas ruang yang bisa memperoleh pendapatan, misalnya

ruang rawat inap, poliklinik dan ruang lainnya serta perbandingannya dengan luas

keseluruhan bangunan (proyek) beserta semua equipment dan requirment sehingga

proyek dapat beroperasi secara sempurna sesuai dengan yang diharapkan

2) Komposisi modal antara modal sendiri (equity) dan modal dari pinjaman (loan)

berikut DRE (Discout Rate of Equity) dan suku bunga pinjaman (interest rate).

3) Lama waktu dikonstruksi (pelaksanaan pembangunannya), berkaitan dengan waktu

mulai proyek beroperasi, semakin cepat semakin baik karena investasi yang ditanam

tidak membengkak sesuai dengan DRC (Dicount Rate of Capital).

4) Umur efektif properti (proyek) yang diperhitungkan.

5) Periode pencairan investasi, yang juga berpengaruh besar terhadap perhitungan

pendapatan yang diharapkan.

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, akan diperoleh hasil perhitungan dengan matrik

seperti terlihat pada Gambar 7.

PENDEKATAN HARAPAN PENDAPATAN RS PRATAMA

Diasumsikan Pinjaman selama 20 th dengan pengembalian diangsur selama 228 bulan Luas lahan 11,155 M2

Luas Lantai Dasar Bangunan yang diijinkan (KDB =60%) 4,462 M2

Luas Lantai Bangunan 2,666 M2

Luas lantai efektif (yang diharapkan memperoleh pendapatan) 980 M2

Biaya (Rp) per M2 luas bangunan (Pek. Sipil & Arst) 4,041,844 /M2

Asumsi Terdiri dari 4 tipe ruang Efektif : 42 Klinik 1 = 9 Jumlah Luas (M2) = 378 49 R Pwatan = 10 Jumlah Luas (M2) = 490 49 R persiapan = 1 Jumlah Luas (M2) = 49 63 R Lain = 1 Jumlah Luas (M2) = 63 Luas lantai disewakan (M2) (fasilitas hunian saja) = 980

Pendekatan harga sewa/unit kamar dicari dari besarnya investasi yang dibutuhkan/unit kamar, dengan membagi jumlah total investasi dengan luas yang disewakan dikalikan luas unit kamar : ----> dianggap Investasi per tipe kamar.

Diperoleh investasi per M2 luas lantai yang memperoleh pendapatan (Rp) = 26,242,570

Investasi untuk : Klinik 1 = 1,102,187,921 R Perawatan = 1,285,885,908 R persiapan = 1,285,885,908 R Lain = 1,653,281,881

Dicari Harga pengembalian Annual (PMT) dengan rumus pengembalian modal : Biaya keseluruhan Property pada akhir thn I (setelah masa konstruksi) Rp. (termasuk pajak dan lain-lain) = 29,118,807,983 29,118,807,983

Investasi Harga satuan bangunan/M2 menjadi (Rp) ----> = 29,713,069

78

Shg Investasi utk: Klinik 1 = 1,247,948,914 R Perawatan = 1,455,940,399 641,027,747 R persiapan = 1,455,940,399 R Lain = 1,871,923,370

PMT Capital dengan ROC = 12.56% 639,949,853 Komposisi modal pada akhir tahun I : (diperhitungkan dari nilai investasi pada akhir tahun I) Loan (dengan bunga/interest) 12.00% = 81.28% 23,536,885,434 228 PMT(angs/bln) 499,863,682

Modal sendiri (dgn rate of equity (ROE )) 15.00% = 18.72% 5,581,922,549 228

Pendpt Equity/bln 141,164,065

Kapasitas TT RS Pratama direncanakan = 60 Terdiri dari tipe : Luas/unit (M2) Jumlah unit 42 Klinik 1 42 = 9 Jumlah Luas (M2) = 378 49 R Perawatan 49 = 10 Jumlah Luas (M2) = 490 49 R persiapan 49 = 1 Jumlah Luas (M2) = 49 63 R Lain 63 = 1 Jumlah Luas (M2) = 63 Luas lantai yang memperoleh Pendapatan (M2) (Ruang Efektif saja) = 980

Pendekatan harga sewa/unit kamar dicari dari besarnya investasi yang dibutuhkan/unit kamar, dengan membagi jumlah total investasi dengan luas yang disewakan dikalikan luas unit kamar : ----> dianggap Investasi per tipe kamar.

Diperoleh investasi per M2 luas lantai yang disewakan (Rp) = 29,713,069 Harapan Pendapatan/Hari/Ruang pada titik impas (BEP) Investasi untuk satu unit : Harapan Pendapatan/Hari/Ruang terdiri dari

Klinik 1 1,247,948,914 914,214 8 jenis 476,459 R Pwatan 1,455,940,399 1,066,583 @ 7 TT 555,869

R persiapan/ R tindakan, dll 1,455,940,399 1,066,583 R Operasi 555,869

R Lain 1,871,923,370 1,371,321 dll 714,688

Gambar 7 : Matrik Perhitungan Proyeksi Pendapatan dan Biaya RS Kelas D Pratama Sumber : Hasil Analisis (2015)

Dengan memperhitungkan anual pengembalian modal sebesar Rp 639.949.853,- maka

diperoleh asumsi besarnya harapan pendapatan untuk setiap ruang efektif adalah

sebagai berikut :

1) Klinik sebesar Rp. 914.214,- pada kondisi normal, dan Rp. 476.459,- pada kondisi

BEP. Jika menggunakan standar tarif yang tercantum pada Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013, tentang Standar Tarif

Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas

Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan

yaitu antara Rp. 8.000,- sampai dengan Rp. 10.000,- maka masing-masing klinik

harus dapat melayani paling sedikit 48 orang dalam sehari.

2) Ruang Rawat Inap Rp. 1.066.583,- pada kondisi normal dan Rp. 555.869,-pada

kondisi BEP, sehingga jika setiap Ruang Rawat Inap berkapasitas 7 (tujuh) tempat

tidur (TT), maka untuk setiap TT hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp.

79.410,-. Jadi masih berada di bawah standar tarif yang ditetapkan dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 yang besarnya Rp.

100.000,- per hari.

79

3) Ruang Persiapan/Tindakan diasumsikan sama dengan di atas yaitu sebesar Rp.

1.066.583,- pada kondisi normal dan Rp. . 555.869,- pada kondisi BEP. Biaya yang

dibebankan kepada masyarakat pada penanganan di ruang tindakan (emergency,

operasi dan ruang lainnya) biasanya sangat beragam, sehingga tidak dapat diprediksi.

Tetapi dalam operasionalnya diharapkan ruang-ruang ini dapat memberikan

kontribusi pengembalian investasi sebesar Rp. 1.066.583,- ditambah Rp. 1.371.321,-

setiap hari. Jika mengacu pada standar tarif yang tercantum dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 yang rata-rata tarifnya sebesar

Rp. 200.000,- (pada pelayanan kesehatan kebidanan dan neonatal), maka Ruang

Persiapan/Tindakan diharapkan dapat melayani setidaknya 12 orang pasien setiap

hari.

d. Proyeksi Cash Flow

Untuk membuat proyeksi Cash Flow pada studi kelayakan ekonomi RS Kelas D

Pratama ini akan digunakan metode yang paling banyak dipakai saat ini yaitu metode

"Discounted Cash Flow", yang memanfaatkan rumus-rumus yang ada dengan

menentukan asumsi-asumsi yang berdasarkan pada data hasil survey serta analisis yang

dibuat. Aspek yang harus ditinjau dalam membuat proyeksi cash flow adalah seperti

terlihat pada Tabel 21 di bawah.

Tabel 21 : Aspek yang Ditinjau dalam Analisis Cash Flow

URAIAN ASUMSI KENAIKAN

+ Pendapatan dari RS Pratama Naik 5% per tahun

+ Pendapatan pelayanan lain-lain : Naik 5% per tahun

(kantin, foto copy, apotik, dll)

= Jumlah pendapatan kotor

- Vacancy dan pengeluaran lain-lain (5%) Naik 5% per tahun

= Pendapatan efektif

- Biaya operasional (10% x JPK=jml pend kotor) Naik 5% per tahun

= Pendapatan bersih

- Tambahan modal (untuk perbaikan) 10% tiap 5 tahun (simultan)

- Modal awal

- Pengembalian pinjaman (angsuran)

= Cash flow sebelum pajak

/ Tingkat pengembalian modal (DR) 12.56%

= Discounted Cash Flow (DCF)

80

Berdasarkan Tabel 21 di atas, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut, yaitu :

Pendapatan RS Kelas D Pratama adalah pendapatan setiap hari dari semua pelayanan

yang diberikan (pada ruang efektif) yang telah diutarakan di atas, dijumlahkan dalam

satu tahun. Dari penjumlahan ini diperoleh pendapatan sebesar Rp. 7.679.398.234,-

yang diasumsikan akan naik sebesar 5% dalam setahun secara simultan.

Jumlah pendapatan yang diperoleh dari pelayanan jasa dan perdagangan (kantin, foto

copy, apotik, dll) diasumsikan sebesar Rp. 420.000,- per hari, sehingga dalam satu

tahun berjumlah Rp. 153.300.000,- yang juga diasumsikan akan naik sebesar 5% dalam

setahun secara simultan.

Vacancy dan pengeluaran lain-lain adalah sebesar 5% dari pendapatan kotor, yang

juga diasumsikan naik 5% setahun secara simultan.

Biaya operasional diasumsikan sebesar 10% dari pendapatan kotor, yang juga

diasumsikan naik secara simultan sebesar 5% setiap tahun.

Tambahan modal, juga diperlukan setiap 5 tahun untuk biaya perbaikan/

pemeliharaan/penggantian, yang besarnya diasumsikan 10% dari besarnya investasi

dan naik 10% setiap 5 tahun secara simultan.

Dengan metode matrik yang dibuat (terlampir) dapat disajikan proyeksi cash flow yang

diinginkan dengan tingkat pengembalian modal (DRC) sebesar 12,56%. Metode ini juga

dapat dengan cepat memperlihatkan besarnya nilai dari Break Event Point (BEP), Internal

Rate of Return (IRR), dan Net Present Value (NPV).

e. Nilai Break Event Point (BEP)

Sebagaimana telah disampaikan di atas, maka dengan metode matrik (terlampir) yang

dipakai, diperoleh nilai Break Event Point (BEP) pada jumlah pendapatan sebesar 52,12%

dari pendapatan normal atau sama dengan Rp. 4.002.255.553,- ditambah pendapatan lain-

lain sebesar Rp. 153.300.000,- atau sama dengan Rp. 4.155.555.553,- setahun.

Dengan nilai BEP pada 52,12% ini diperoleh besarnya Net Present Value (NPV) = 0; nilai

Internal Rate of Return (IRR) = 12,56% sama dengan DR/DRC (Discount Rate of Capital);

dan Benefit Cost Ratio (BCR) = 1, yaitu jumlah pendapatan dibagi 1+i atau DRC secara

simultan.

BCR =

n

t-0

Bt

(1+i)t

C

81

f. Nilai Internal Rate of Return (IRR)

Besarnya nilai Internal Rate of Return (IRR) yang secara umum dibuat dengan rumus :

IRR = i NPV1 +

NPV1- NPV2

Pada analisis discounted cash flow yang dibuat, dengan aspek-aspek dan nilai yang

disebutkan di atas, dapat memperlihatkan besarnya nilai Internal Rate of Return (IRR)

dalam kondisi normal adalah sebesar 25,898%, yang jauh lebih besar dari DR/DRC yang

besarnya hanya 12,56%, sehingga proyek RS Kelas D Pratama ini dinyatakan sangat

"layak" untuk dibangun.

g. Nilai Net Present Value (NPV)

Besarnya merupakan jumlah pendapatan setiap tahun yang dibagi dengan 1 ditambah

besarnya DR/DRC secara simultan selama tahun proyeksi dikurangi modal (investasi)

awal.

NPV =

n

t-1

Bt - Ct

(1+i)n-1

Dari perhitungan dengan memakai metode matrik discounted cash flow, diperoleh

besarnya Net Present Value (NPV) adalah sebesar Rp. 31.047.585.660,-. Dengan demikan,

besarnya Benefit Cost Ratio (BCR) adalah 2,0662, sehingga proyek RS Kelas D Pratama ini

juga dapat dinyatakan "layak" untuk dibangun.

82

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Hasil analisis situasi dari aspek eksternal (kebijakan, demografi, geografi, sosial ekonomi,

sosial budaya) menunjukkan bahwa kondisinya sangat mendukung rencana pembangunan

RS Kelas D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Demikian juga dari aspek

internal (sarana kesehatan, pola penyakit dan epidemologi, teknologi,

SDM/ketenagakerjaan rumah sakit, organisasi, kinerja dan keuangan) menyatakan bahwa

rencana pembangunan RS Kelas D Pratama ini sangat dibutuhkan.

Analisis permintaan dari aspek lahan dan lokasi, menyatakan cukup strategis untuk

pembangunan RS Kelas D Pratama yang direncanakan menyediakan 60 Tempat Tidur

(TT) atau sebesar + 75% dari kebutuhan minimal 84 TT di Kecamatan Seririt tahun 2014.

Dari aspek teknis, lahan rencana lokasi pembangunan rumah sakit tidak dijumpai adanya

kendala, sehingga secara teknis pembangunan RS Kelas D Pratama ini layak untuk

dilanjutkan dengan mengikuti konsep dan rancangan rencana penataan site dan bangunan

yang telah dirumuskan. Untuk kebutuhan peralatan medis, SDM, serta organisasi dan

uraian tugas dijabarkan melalui pendekatan jenis pelayanan kesehatan dan jumlah TT yang

disediakan.

Berdasarkan metode matrik yang dipakai, diperoleh nilai Break Event Point (BEP) pada

jumlah pendapatan sebesar 52,12% dari pendapatan normal atau sama dengan Rp.

4.002.255.553,- ditambah pendapatan lain-lain sebesar Rp. 153.300.000,- atau sama

dengan Rp. 4.155.555.553,- setahun. Dengan nilai BEP pada 52,12% ini diperoleh

besarnya Net Present Value (NPV) = 0; nilai Internal Rate of Return (IRR) = 12,56%

sama dengan DR/DRC (Discount Rate of Capital); dan Benefit Cost Ratio (BCR) = 1, yaitu

jumlah pendapatan dibagi 1+i atau DRC secara simultan.

Pada analisis discounted cash flow yang dibuat, dapat memperlihatkan besarnya nilai

Internal Rate of Return (IRR) dalam kondisi normal adalah sebesar 25,898%, yang jauh

lebih besar dari DR/DRC yang besarnya hanya 12,56%, sehingga proyek RS Kelas D

Pratama ini dinyatakan sangat layak untuk dibangun.

Untuk nilai Net Present Value (NPV) besarnya merupakan jumlah pendapatan setiap tahun

yang dibagi dengan 1 ditambah besarnya DR/DRC secara simultan selama tahun proyeksi

83

dikurangi modal (investasi) awal. Dari perhitungan dengan memakai metode matrik

discounted cash flow, diperoleh besarnya Net Present Value (NPV) adalah sebesar Rp.

31.047.585.660,-. Dengan demikan, besarnya Benefit Cost Ratio (BCR) adalah 2,0662,

sehingga proyek RS Kelas D Pratama ini juga dapat dinyatakan layak untuk dibangun.

5.2. Saran

Untuk saat ini, RS Kelas D Pratama direncanakan menyediakan fasilitas dan kemampuan

pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang hanya menyediakan

pelayanan perawatan kelas 3 (tiga). Sejalan dengan perkembangan penduduk, ke depan

pelayanan rumah sakit ini perlu dikembangkan jangkauan pelayanannya untuk penduduk di

tiga wilayah kecamatan sekitar Seririt yaitu Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Busungbiu,

dan Kecamatan Banjar. Pelayanan kesehatan yang diberikan juga harus ditingkatkan

kuantitas dan kualitasnya, sehingga dapat menjalankan fungsi sosial dan menghasilkan

pendapatan (profit), agar mampu membiayai operasional rumah sakit secara

berkesinambungan. Untuk itu, beberapa saran yang dapat diajukan antara lain adalah :

Pengembangan rumah sakit secara vertikal, yaitu penambahan jumlah lantai/lapis

(Koefisien Lantai Bangunan) bangunan secara maksimal sesuai ketentuan yang berlaku.

Konsekuensinya adalah desain RS Kelas D Pratama ini harus dirancang agar secara

teknis dapat dilakukan penambahan/ pembangunan ruang ke atas secara bertahap.

Pengembangan rumah sakit secara horizontal, yaitu dengan menambah luas areal lahan

(site) RS Kelas D Pratama, mengingat lahan di sekitar rencana pembangunan rumah

sakit ini merupakan tanah milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali. Hal ini tentunya

membutuhkan komunikasi dan koordinasi yang baik antara Pemkab Buleleng dengan

Pemprov Bali, guna mendukung pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten

Buleleng.

84

Daftar Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng, Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng, Rencana Induk

Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng (2012), Buleleng Dalam Angka.

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Profil Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2011.

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Tahun 2012, Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama.

Haryanto (2012), Pengertian Kesehatan.

Ka Robby https://karobby.wordpress.com/2012/05/12/konsep-dan-macam-macam-metode-

penelitian.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 228/MENKES/SK/III/2002,

tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang

Wajib Dilaksanakan Daerah.

Pemerintah Kabupaten Buleleng, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2025.

Pemerintah Kabupaten Buleleng, Draft Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

Kabupaten Buleleng Tahun 2012-2017.

Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun 2013, tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/MENKES/PER/XI/ 2006,

tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/MENKES/PER/VII/ 2008,

tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/I/ 2010,

tentang Perijinan Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/ 2010,

tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013, tentang Kriteria

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, dan Fasilitas Pelayanan

Kesehatan yang Tidak Diminati.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013, tentang Standar

Tarif Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas

Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 45/PRT/2007, tentang

Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota.

85

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013, tentang Jaminan

Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

World Health Organization (WHO) 1986, Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan.

86

Lampiran

Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

1. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.

b. Jenis Kelamin : L

c. NIP : 195312311986021004

d. Disiplin Ilmu : Arsitektur-Manajemen Konstruksi

e. Pangkat/Golongan : Penata / IIIc

f. Jabatan fungsional/struktural : Lektor

g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik /Jurusan Arsitektur

h. Waktu penelitian : 16 jam/minggu

2. Anggota Peneliti :

a. Nama Lengkap : I Ketut Mudra, ST., MT.

b. Jenis Kelamin : L

c. NIP : 196811201995031001

d. Disiplin Ilmu : Arsitektur-Perancangan Kota

e. Pangkat/Golongan : Penata Tk. I / IIId

f. Jabatan fungsional/struktural : Lektor

g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik /Jurusan Arsitektur

h. Waktu penelitian : 14 jam/minggu

3. Tenaga Laboran/Teknisi :

a. Nama Lengkap : Desak Made Sukma Widiyani, ST., MT.

b. Keahlian : Arsitek/Auto-Cad

4. Pekerja Lapangan/Pencacah : Made Ratna Witari, ST.

5. Tenaga Administrasi : Putu Yudhi Indra Nugraha