laporan resmi kimia dasar 1 ( kelompok 4 kimia a 2014 )

157
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 Disusun Oleh Kelompok 4 : NAMA NIM Fauziah Astari 1407035007 Jeffrey Yosua Sitinjak 1407035056 Rike Dominta Aprianti Manik 1407035021 Safridah Hannum Nasution 1407035018 LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2014

Upload: cantikaaaa

Post on 05-Jan-2016

247 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

lapres kimdas 1

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

Disusun Oleh

Kelompok 4 :

NAMA NIM

Fauziah Astari 1407035007

Jeffrey Yosua Sitinjak 1407035056

Rike Dominta Aprianti Manik 1407035021

Safridah Hannum Nasution 1407035018

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2014

Page 2: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

1. Pemisahan dan pemurnian

2. Pembuatan larutan

3. Kromatografi

4. Stoikiometri

5. Laju Reaksi

6. Sifat-Sifat Unsur

Disusun Oleh :

Kelompok 4 :

NAMA NIM

Fauziah Astari 1407035007

Jeffrey Yosua Sitinjak 1407035056

Rike Dominta Aprianti Manik 1407035021

Safridah Hannum Nasution 1407035018

Samarinda, 6 Desember 2014

Pembimbing Praktikum Koordinator Asisten

Prof.Dr.Daniel Tarigan M.Si Ana Fakhrunnisa

NIP.19661211 200012 1 001 NIM.1107035027

Mengetahui,

Kepala Laboratorium Kimia Analitik

Dr. Saibun Sitorus,M.si

NIP.196610101991021004

Page 3: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya “Laporan Resmi Praktikum

Kimia Dasar 1” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan “Laporan Resmi Kimia Dasar 1” ini adalah untuk

memenuhi syarat dalam mengikuti ujian praktikum Kimia Dasar 1. Selain itu,

semoga laporan ini dapat membantu rekan-rekan mahasiswa lain untuk dapat

digunakan sebagai literatur tambahan.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah

membantu selama praktikum hingga tersusunnya laporan ini khususnya kepada

dosen pembimbing, koordinator praktikum, dan asisten praktikum yang telah

membimbing dan mengarahkan kami dalam praktikum serta dalam penulisan

laporan ini.

Apabila dalam penyajian laporan ini masih ada kekurangan, kritik dan saran

yang membantu dari pembaca sekalian akan sangat diharapkan untuk perbaikan

dalam pembuatan laporan selanjutnya. Akhir kata, penulis mengucapkan

terimakasih.

Samarinda, 6 Desember 2014

Penyusun

Page 4: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

PERCOBAAN 1

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

Page 5: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

PERCOBAAN 1

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

NAMA NIM

Fauziah Astari 1407035007

Jeffrey Yosua Sitinjak 1407035056

Rike Dominta Aprianti Manik 1407035021

Safridah Hannum Nasution 1407035018

Samarinda, 6 Desember 2014

Mengetahui,

Dosen pengajar, Asisten Praktikum

Dr. Rudi Kartika, M.Si Bayu Iskandar

NIP.19670205 199404 1 002 NIM: 1307035013

Page 6: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biasanya zat murni telah tercemar dengan zat-zat lain yang dapat membentuk

campuran yang bersifat homogen dan heterogen yang bergantung pada jenis

komponen yang tergantung didalamnya.

Zat murni ada dua, yaitu unsur dan senyawa, sedangkan campuran merupakan

gabungan dua zat murni dengan komposisi sembarang zat murni yang telah

tercemar mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair ataupun padatan.

Dibumi jarang terdapat materi dalam keadaan murni, melainkan dalam bentuk

campuran. Contohnya air laut terdiri dari air dan berbagai zat yang tercampur

didalamnya. Misalnya garam. Tanah terdiri atas berbagai senyawa dan unsur, baik

dalam wujud padat, cair atau gas. Udara yang kita hirup setiap hari mengandung

bermacam-macam unsur dan senyawa seperti oksigen, nitrogen, uap air dan

sebaginya.

Untuk memperoleh zat murni kita harus memisahkannya dari bahan-bahan

pencemar atau pencampran lainnya pada suatu campuran dengan sistem pemisahan

ataupun sistem pemurnian.

Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan pengetahuan dan

keterampilan terutama jika harus memisahkan komponen dengan kadar yang sangat

kecil. Utnuk tujuan itu, dalam kimia dikembangkan berbagai cara pemisahan dan

pemurnian sederhana yang telah dilakukan sehari-hari sampai metode pemisahan

dan pemurnian yang kompleks atau tidak sederhana.

Banyak cara atau teknik yang dilakukan dalam pemisahan campuran. Hal

tersebut bergantung pada jenis wujud dan sifat komponen yang terkandung

didalamnya, seperti pemisahan zat padat dan suspensi, pemisahan zat padat dari

larutan, pemisahan campuran zat cair , pemisahan campuran dua jenis padatan.

Oleh karena itu dilakukan praktikum kimia dasar tentang pemisahan dan

pemurnian ini agar kita dapat mengetahui berbagai cara pemisahan dan pemurnian

larutan. Dalam proses pemisahan dan pemurnian ini juga, kita dapat mempelajari

Page 7: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

berbagai jenis zat murni dan berbagai jenis zat campuran agar kita dapat melakukan

metode pemisahan dan pemurnianyang tepat, sesuai dengan jenis campuran yang

ada. Dengan adanya pengenalan pada prsoses pemisahan dan pemurnian serta

langsung dilakukan pada percobaan ini, diharapkan kita dapat mengatasi krisis

sumber air yang kini masih menjadi masalah besar dalam kehidupan sehari-hari kita

dan dan kita dapat memahami tentang metode-metode pemisahan dan pemurnian.

Dimana meode yang digunakan dalam percobaan ini adalah dekantasi, kristalisasi,

sublimasi, ekstraksi, adsorbsi dan filtrasi. Dengan itu, kita juga dapat mengetahui

proses pemisahan dan pemurnian tersebut sehingga prinsipnya dapat diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui perubahan warna sirup setelah disaring menggunakan kertas

saring dan norit yang telah dihaluskan dengan metode adsorbsi

Untuk mengetahui hasil dari naftalena dengan garam dalam proses sublimasi

Untuk mengetahui hasil yang didapatkan pada proses pemisahan dan

pemurnian dengan metode dekantasi

Page 8: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Ada tiga istilah yang harus dipahami dan diingat dalam ilmu kimia yaitu

unsur, senyawa, dan campuran. Unsur adalah materi yang tidak dapat diuraikan

dengan reaksi kimia menjadi zat yang lebih sederhana, contohnya adalah hydrogen,

oksigen, besi, tembaga, dan sebagainya (Syukri, 1999).

Senyawa adalah materi yang dibentuk dari dua zat atau lebih dengan

perbandingan tertentu. Jadi, senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsur

pembentukannya. Contohnya adalah air (H2O = hydrogen dan oksigen). Unsur dan

senyawa disebut zat tunggal karena partikel terkecilnya satu macam (Syukri, 1999).

Berbeda dengan unsur dan senyawa, campuran adalah gabungan dua zat

tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarang. Contohnya adalah campuran

antara unsur nitrogen dan oksigen, dan antara besi dan belerang (Chang, 1998).

Suatu campuran diklasifikasikan sebagai homogen dan heterogen. Campuran

heterogen terdiri atas fasa-fasa tersendiri, dan sifat-sifat yan teramati adalah

merupakan gabungan dari pada fasa-fasa tunggal. Campuran homogen terdiri atas

fasa tunggal yang mempunyai sifat-sifat yang sama (Sastrohamidjojo, 2001).

Larutan didefinisikan sebagai zat homogen yang merupakan campuran dari

dua komponen atau lebih, yang dapat berupa gas, cairan atau padatan. Dua

pengertian yang penting dalam larutan adalah solute (zat yang dilarutkan) dan

solven ( zat pelarut). Pengertian ini dapat dinyatakan bila senyawa dalam jumlah

yang lebih besar maka disebut solven dan untuk senyawa yang berada dalam jumlah

yang kecil disebut solute. Meskipun demikian, pernyataan ini dapat dibalik bila ia

lebih tepat. Sebagai contoh, larutan asam sulfat dan air. Asam sulfat seringkali

dinyatakan sebagai solute dan air sebagai solven untuk senyawa yang lebih kecil

(Sastrohamidjojo, 2001).

Contoh dari campuran homogen adalah gula dan air. Partikel gula menyebar

merata di dalam air karena begitu kecil dan meratanya partikel gula sehingga tidak

dapat dilihat walaupun dengan mikroskop. Sedangkan contoh dari campuran

heterogen adalah campuran dari air dan minyak tanah (Sastrohamidjojo, 2001).

Page 9: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Pada mulanya kedua zat tidak bercampur, tetapi setelah dikocok dengan kuat,

minyak akan menyebar ke dalam air berupa gelembung-gelembung kecil. Pada

gelembung hanya tedapat minyak, sedangkan yang lain adalah air. Dengan kata

lain, adalah campuran heterogen yang masih ada batas antara kedua komponen atau

lebih dari satu fasa (Klainfelter, 1991).

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa materi dapat dibagi atas zat murni

(tunggal) dan campuran (majemuk). Ada dua zat murni yaitu unsur dan senyawa.

Senyawa terbentuk dari dua unsur atau lebih dengan komposisi tertentu, sedangkan

campuran adalah gabungan dua zat murni dengan komposisi sembarang. Campuran

dapat diubah menjadi zat murni atau sebaliknya, zat murni dapat menjadi campuran.

Kedua proses ini termasuk peristiwa fisika, demikian juga beberapa unsur dapat

bersatu membentuk senyawa dan sebaliknya, senyawa dapat diuraikan menjadi

unsur-unsurnya. Perubahan ini termasuk perubahan kimia (Sastrohamidjojo, 2001).

Setiap zat murni baik unsur maupun senyawa terbentuk dari partikel kecil

yang sama ukuran dan massanya. Partikel suatu unsur disebut atom dan partikel

senyawa disebut molekul (Syukri, 1999).

Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan

secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan. Sedangkan secara kimia, suatu

komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan

(Syukri, 1999).

Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan zat

serta sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Jika komponen berwujud padat

dan cair, misalnya pasir dan air, maka dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan

bermacam-macam, mulai dari yang berpori halus contohnya kertas saring dan

selaput semi perbal. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan

dari pelarut. Selaput semi perbal dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari

pelarutnya (Chang, 1998).

Campuran homogen seperti alkohol dalam air tidak dapat dipisahkan dengan

saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saring dan selaput semi

permeable. Campuran seperti itu dapat dipisahkan dengan cara fisika yaitu destilasi,

rekristalisasi, ekstraksi, dan kromotofografi (Chang, 1998).

Page 10: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Dasar pemisahan destilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan atau lebih.

Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan

menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat, kita dapat menguapkan

air ke tabung pendingin (Syukri, 1999).

Bila campuran mengandung komponen lebih dari dua, maka penguapan dan

pengembunan dilakukan bertahap sesuai dengan jumlah komponen itu. Dimulai

dari titik didih yang paling rendah. Akan tetapi pemisahan campuran ini sulit dan

biasanya hasil yang didapat sedikit tercampur komponen lain yang titik didihnya

berdekatan (Klainfelter, 1991).

Yang dimaksud dengan filtrsi adalah pemisahan bahan secara mekanis

berdasarkan ukuran partikelnya yang berbeda-beda. Filtrasi dilakukan dengan

media filter dan beda tekanan. Molekul-molekul cairan atau gas dibiarkan

menerobos lubang pada media filter, sedangkan partikel-partikel padat yang lebih

besar akan tertahan oleh filter (Bernasconi, 1995).

Pada filtrasi cairan, di suatu pihak diharapkan agar filtrate (hasil filtrasi) yang

diperoleh sedapat mungkin bebas dari bahan padat. Di lain pihak filter yang dapat

diharapkan sekering mungkin. Namun biasanya masih mengandung banyak cairan,

yang masih harus dihilangkan dengan pengeringan pada filtrat gas, diinginkan

memperoleh gas yang dapat mungkin bebas dari debu (Chang, 1998).

Mekanisme pemisahan terutama ditentukan oleh difat media filter.

Berdasarkan jenis, mekanisme, terdapat tiga jenis filtrasi yang berbeda. Ketiga jenis

filtrasi ini digunakan sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam sebuah filter.

- Filtrasi ayak (Sieve filtration)

Filtrasi ayak mempunyai prinsip kerja seperti ayakan. Media filter menahan

semua partikel yang ukurannya lebih besar daripada lubang-lubang.

- Filtrasi nnggin dalam (Deep bed filtration)

Partikel-partikel padat masuk ke dalam pori-pori menjadi lebih kecil. Dengan

cara ini partikel-partikel yang sangat halus dapat dipisahkan juga dengan

menggunakan media filter yang menggunakan pori-pori relative besar namun

pada awal filter pemisahan belum sempurna sehingga cairan yang keruh atau

juga gas harus disirkulasi kembali selama beberapa waktu.

Page 11: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Filtrasi kue

Pemisahan terjadi oleh kue filtrasi berpori yang terbentuk selam proses filtrasi

berlangsung. Cairan yang dihasilkan mula-mula biasanya juga keruh. Contoh

filter hisap (suction filter), press filter (filter press) (Bernasconi, 1995).

Daya filtrasi (jumlah cairan atau gas yang menerobos per satuan waktu) bergantung

pada sejumlah factor antara lain:

- Luas penampang filter

- Beda tekanan antara kedua sisi media filter

- Tekan media filter

- Viskositas cairan

(Syukri, 1999).

Ekstraksi adalah pemisahan suatu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau

cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan

yang berbeda-beda dari komponen-komponen dalam larutsn (Chang, 1998).

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh factor-faktor berikut ini

yaitu:

- Selektivitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang didinginkan, bukan komponen-

komponen lain daru bahasan ekstraksi.

- Kelarutan

Pelarut sedapat mungkin dapat melarutkan ekstrak yang besar.

- Kemampuan tidak saling bercampur

Pada ekstrak cair-cair , pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstrasi.

- Kerapatan

Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat bahan kerapatan

yang besar antara pelarut-pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar

kedua fasa dapat dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran.

- Reaktifitas

- Titik didih

- Pelarut harus murah, mudah, tidak beracun, tidak dapat terbakan, tidak korosif

dan lain-lain (Syukri, 1997).

Page 12: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Perubahan dari cair menjadi padat disebut pembekuan, dan proses

kebalikannya disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu padatan adalah

suhu pada saat fasa padat dan cair berada dalam kesetimbangan. Titik leleh normal

suatu zat adalah titik leleh yang diukur pada tekanan 1 atm. Kesetimbangan cair-

padat yang sangat dikenal adalah kesetimbangan air dan es. Energy yang

dibutuhkan untuk melelehkan 1 mol padatan disebut kalor peleburan molar (∆Hfus)

(Sastrohamidjojo, 2001).

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud baik

padat, cair, maupun gas. Cara ini dipakai jika campuran tidak dapat dipisahkan

dengan cara yang lain. Dasar kromatografi adalah perbedaan daya serap suatu zat

dengan zat lainnya. Jika komponen campuran (misalnya A, B, C) dialirkan dengan

suatu pelarut melalui padatan tertentu, maka A, B, dan C akan bergerak dengan

kecepatan berbeda karena daya serap padatan itu terhadap komponen tidak sama.

Cairan atau pelarut yang membawa komponen bergerak disebut fasa bergerak,

sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut adsorbsen atau fase tetap.

Syarat fase bergerak harus dapat melarutkan semua komponen dan dapat mengalir,

maka hasil akhir berupa cairan atau gas. Berdasarkan jenis fase bergerak dan

adsorbsennya, kromatografi dapat dibagi menjadi empat yaitu:

- Kromatografi kolom

- Kromatografi kertas

- Kromatografi tempeng tipis

- Kromatografi gas

(Syukri, 1997).

Page 13: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Gelas kimia atau gelas beker

Corong gelas

Corong pisah

Cawan penguap

Batang Pengaduk

Hot plate

Spatula

Neraca ohaus

Sikat tabung

Lumpang

Alu

Tabung reaksi

Pipet tetes

Penjepit tabung

Labu erlenmeyer

3.1.2 Bahan

Garam dapur

Kapur tulis

Pasir

Naftalena

Minyak goreng

CuSO4.5H2O

Norit

Sirup

Aquades

Page 14: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Tissue

Kertas saring

Kertas label

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Dekantasi

Dimasukkan pasir dalam gelas beaker

Ditambahkan aquadest 50 ml

Diaduk

Diamkan, hingga pasir mengendap

Diamati

3.2.2 Filtrasi

Dimasukkan kapur tulis kedalam gelas kimia

Ditambahkan aquadest 50 ml

Diaduk, disiapkan corong dan kertas saring

Disaring larutan

Diamati

3.2.3 Adsorbsi

Dimasukkan sirup kedalam gelas kimia

Disiapkan corong kaca dan gelas saring yang diatasnya telah ditaburi

bubuk norit

Disaring sirup hingga habis

Diamati

3.2.4 Ekstraksi

Dimasukkan aquadest 50 ml kedalam corong pisah

Ditambahkan 25 ml minyak goreng

Dikocok hingga tercampur

Diamkan hingga campuran terpisah

Diamati

Page 15: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

3.2.5 Rekristalisasi

Dimasukkan CuSO4.5H2O secukupnya kedalam gelas beker

Ditambahkan aquades secukupnya

Diaduk menggunakan batang pengaduk

Dipanaskan diatas hot plate hingga air habis

Didinginkan, setelah itu diamati

3.2.6 Sublimasi

Dimasukkan 2 gram bubuk naftalena kedalam cawan penguap

Ditambahkan satu gram sendok garam

Ditutup cawan penguap dengan kertas saring yang telah dilubangi kecil-

kecil dan ditutup lagi dengan menggunakan corong kaca dengan posisi

terbalik dan lehernya disumbat dengan tissu

Dipanaskan diatas hot plate

Diamati

Page 16: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

No Perlakuan Pengamatan

1 Dekantasi

- Dimasukkan satu sendok

pasir

- Diberi aquades dan diaduk

hingga larut

- Dibiarkan sampai pasir

mengendap

- Diamati

- Pasir berwarna coklat

- Aquades berwujud bening

- Pasir tidak terlarut

(mengendap) di air dan air

berwarna keruh

2 Rekristalisasi

- Dimasukkan kristal

CuSO4.5H2O secukupnya

kedalam beaker glass

- Ditambahkan aquades

- Dipanaskan

- Diamati

- Kristal CuSO4.5H2O

berwarna biru

- Kristal CuSO4.5H2O

menjadi larutan yang

berwarna biru

- Aquades mengalami

penguapan sehingga CuSO4

mengalami kristalisasi dan

berwarna biru

3 Sublimasi

- Garam terbentuk kristal dan

naftalena berwujud serbuk

Page 17: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Dimasukkan garam dan

naftalena kedalam cawan

penguap

- Ditutup cawan penguap

dengan kertas saring yang

dilubangi kecil-kecil

- Ditutup lagi dengan corong

kaca diatas kertas saring

dengan posisi terbalik dan

lehernya disumbat kertas

- Dibiarkan dan dipanaskan

sampai menguap

- Diamati

- Terbentuk kristal naftalena

karena naftalena memiliki

titik didih yang lebih rendah

4 Adsorpsi

- Diamati satu sendok norit

yang telah dihaluskan dalam

kertas saring dan corong

kaca

- Dialirkan sedikit demi

sedikit sirup

- Diamati filtrat dan

penyaringan tersebut

- Norit berbentuk serbuk,

filtratnya perlahan-lahan

turun kedasar corong kaca

- Residu serbuk norit yang

tertahan pada kertas saring

- Filtrat berwarna orange

kekuning-kuningan

5 Filtrasi

- Diambil satu sendok kapur

tulis lalu dimasukkan

kedalam gelas kimia

- Ditambahkan aquades

- Diaduk hingga larut

- Bubuk kapur berupa serbuk

- Aquades berwujud bening

- Campuran menyatu karena

bersifat homogen

Page 18: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Disaring dengan kertas

saring dan corong kaca

kedalam sebuah tabung

reaksi

- Diamati

- Didapatkan residu berupa

kapur

- Didapatkan filtrat bening

6 Ekstraksi

- Dimasukkan aquades

kedalam corong pisah

- Ditambahkan minyak

goreng dan dikocok

larutannya dan dibalik

- Diamkan dan amati

- Aquades berwujud bening

- Air dan minyak keruh

- Terdapat fase diatas minyak

goreng dan fase dibawah

aquades, karena massa jenis

minyak lebih rendah

dibandingkan air

4.2 Reaksi

4.2.1 Struktur Naftalena

H H

C C

H C C C H

H C C C H

C C

H H

Page 19: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )
Page 20: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

4.2.2 Struktur Minyak Goreng

O

CH2 O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3

O

CH O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3

O

CH2 O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3

4.2.3 Struktur Air

O

H H

4.3 Pembahasan

Praktikum ini membahas tentang pemisahan dan pemurnian dalam berbagai

metode.

Unsur adalah zat tunggal yang secara kimia tidak dapat diuraikan lagi menjadi

zat lain yang lebih sederhana. Contohnya yaitu, hidrogen dan oksigen karena jenis

gas tersebut tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih sederhana, lain halnya

jika air dapat diuraikan oleh listrik menjadi dua jenis gas yaitu hidrogen dan

oksigen. Beberapa contoh unsur dalam kehidupan adalah besi, alumuniun, timah,

emas, tembaga, perak, oksigen, niitrogen, belerang dan juga karbon. Unsur

berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Unsur-unsur logam

2. Unsur-unsur nonlogam

3. Unsur-unsur semi logam

Senyawa adalah zat kimia murni yang terdiri dari dua atau beberapa unsur yang

dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan reaksi kimia

Page 21: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

tersebut. Contohnya, dihidrogen monoksida (air, H2O) adalah sebuah senyawa yang

terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom oksigen. Umumnya, perbandingan

ini harus tetap karena sifat fisiknya, bukan perbandingan yang dibuat manusia. Ciri-

ciri yang membedakan senyawa adalah adanya rumus-rumus kimia. Rumus kimia

memberikan perbandingan atom dalam zat, dan jumlah atom dalam molekul

tunggalnya (oleh karena itu rumus etena adalah C2H4 dan bukan CH2). Rumus kimia

tidak menyebutkan apakan senyawa tersebut terdiri atas molekul; contohnya

natrium klorida (garam dapu, NaCl) adalah senyawa ionik. Senyawa dapat terwujud

dalam beberapa fase. Kenyakan senyawa dapat berupa zat padat. Senyawa

molekuler dapat juga berupa cairan atau gas. Semua senyawa akan terurai menjadi

senyawa yang lebih kecil atau atom-atom individual bila dipanaskan sampai suhu

tertentu.

Campuran adalah sebuah zat yang dibuat dengan menggabungkan dua zat atau

lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi, dan sifat-sifat asal dari zat

tersebut masih dapat terlihat. Sementara tak ada perubahan fisik dalam suatu

campuran, campuran dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen aslinya

secara mekanis, campuran dapat bersifat homogen dan heterogen. Campuran adalah

hasil pencampuran mekanis atau pencampuran zat kimia seperti elemen dan

senyawa, tanpa penyatuan kimia atau perubahan kimia lainnya, sehingga masing-

masing zat mempertahankan properti dan karakteristik kimianya. Campuran

homogen adalah suatu campuran yang terdiri dari 2 bahan atau lebih dalam fase

yang sama. Sebagai contoh, sejumlah kecil garam (NaCl) dimasukkan kedalam air,

garam perlahan-lahan akan menghilang. Garam yang telah dimasukkan larut dalam

air dan karena larutnya garam, air dan garam pun membentutk suatu zat baru yang

memiliki sifat yang berbeda dengan zat murninya. Air pada saat murni tidak

memiliki rasa asin, begitupula dengan garam. Garam pada saat murni selalu

berbentuk padatan, namun setelah dimasukkan kedalam air garam berubah menjadi

cair. Karena larutan adalah campuran molekul, biasanya molekul-molekul pelarut

agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni. Campuran heterogen

adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan atau lebih yang memiliki fase

yang berbeda. Contohnya adalah pasir dimasukkan kedalam air, campuran ini

Page 22: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

merupakan campuran heterogen karena terdiri dari bahanbahan yang memiliki fase

yang berbeda, pasir dalam fase padatan dan air dalam fase cairan.

Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan

dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.

Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya

(daya ionisasi), larutan dibedakan menjadi lautan elektrolit dan larutan non

elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik,

karena zat terlarutnya didalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion. Suspensi

adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau dengan kata

lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair

tersebut. Partikel padat dalam sistem suspensi umumnya lebih besar 1 mikrometer

sehingga cukup besar untuk memungkinkan terjadinya sedimentasi. Singkatnya,

suspensi merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut dan zat

yang dilarutkan. Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara

larutan dan suspensi. Koloid merupakan sistem heterogen , dimana suatu zat

“didispersikan” ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang

didispersikan cukup besar, yaitu berkisar 1-100 nm sehingga terkena efek Tyndall.

Koloid merupakan campuran dua zat atau lebih yang bersifat homogen, artinya

partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang

dikenakan kepadanya, sehingga tidak dijumpai pengendapan.

Zat murni adalah zat-zat yang memiliki komposisi kimia yang tetap dan

senyawa di seluruh bagiannya, seperti air, udara, nitrogen, dan karbon dioksida. Zat

yang memiliki kompisisi kimia yang seragam bukan merupakan zat murni.

Ada beberapa metode pemisahan dan pemurnian campuran, diantaranya:

Filtrasi adalah metode pemisahan campuran yang digunakan untuk

memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut dengan menggunakan

penyaring (filter) berdasarkan perbedaan ukuran partikel

Dekantasi adalah pemisahan campuran berdasarkan prinsip pengendapan.

Dekantasi dilakukan dengan cara menuang cairan perlahan-lahan, dengan

demikian padatan akan tertinggal didalam wadah tersebut

Page 23: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Rekristalisasi adalah pemisahan campuran dengan cara melarutkan material

padatan dalam pelarut yang cocok untuk mendapatkan larutan yang jenuh.

Ketika larutan panas perlahan didinginkan, kristal akan mengendap karena

kelarutan padatan menurun bila suhu diturunkan. Dari proses ini diharapkan

kristal dapat bebas dari pengotor

Adsorpsi adalah pemisahan campuran dimana partikel zat yang akan

dipisahkan hanya terjadi dipermkaan zat

Sublimasi adalah pemisahan campuran yang didasarkan pada adanya

partikel padatan yang bercampur yang dapat berubah dari fase padat ke fase

gas

Ekstrasi ada dua jenis yaitu ekstraksi padat dan ekstraksi zat cair. Ekstraksi

padat didasarkan pada keadaan bahwa salah satu komponen campuran

tersebut larut kepada pelarut. Ekstraksi zat cair didasarkan pada salah satu

komponen zat cairan dari campuran tersebut larut dalam pelarut.

Pada praktikum kali ini, ada beberapa percobaan yang dilakukan. Yang pertama

adalah dekantasi. Pasir dimasukkan kedalam gelas beker berisi air. Gelas beker

berfungsi sebagai wadah air dan juga pasir yang dicampurkan. Lalu setelah pasir

dimasukkan, campuran diaduk dan didiamkan. Yang terbentuk berdasarkan

pengamatan adalah endapan pasir dibagian bawah dan air ada dibagian atas. Pasir

dapat mengendap karena adanya perbedaan massa jenis, dalam hal ini massa jenis

pasir lebih besar dibandingkan massa jenis air. Pada percobaan ini digunakan pula

alat batang pengaduk yang digunakan untuk mengaduk campuran. Dari proses ini,

dapat diketahui bahwa dekantasi adalah untuk memisahkan zat padat yang tidak

larut dalam zat cair. Dalam hal ini untuk memisahkan pasir dari air.

Pada percobaan selanjutnya, dilakukan rekristalisasi CuSO4.5H2O dilarutkan

kedalam aquades sehingga terbentuk campuran homogen yang tidak bisa dipisah

secara mekanis. Sehingga untuk memisahkan CuSO4.5H2O dengan aquades

dilakukan kristalisasi dengan cara memanaskan campuran tersebut. Cara ini

digunakan karena titik didih air lebih kecil, sehingga saat dipanaskan air akan

menguap. Hal ini digunakan untuk mengurangi kadar air sehingga larutan lewat

jenuh akan kembali mengkristal.

Page 24: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Selanjutnya adalah proses pemurnian naftalena yang telah tercemar oleh garam.

Naftalena jika dalam bentuk cair dapat menguap, dan juga dalam bentuk padat dapat

menyublim. Dalam percobaan ini, garam dan naftalena diletakkan dalam cawan

penguap, lalu ditutup dengan kertas saring yang dilubangi kecil-kecil, dan ditutup

dengan corong kaca yang telah diletakkan terbalik dengan ujung corong disumbang

dengan kertas. Kertas saring yang digunakan untuk menutup cawan penguap

dilubangi kecil-kecil agar memberi jalan bagi uap naftalen keluar naik keatas

corong. Ujung corong kaca disumbat dengan kertas, agar uap dari naftalena tidak

keluar dari corong, sehingga uap tertahan dan melekat di corong, lalu saat dingin

dapat berubah kembali menjadi padatan. Proses ini dilakukan untuk memurnikan

naftalen yang telah tercemar oleh garam. Metode sublimasi dipilih karena dalam

bentuk padatan, naftalen dapat menyublim dan dapat pula kembali ke betuk asalnya.

Pada saat praktikum, ditemukan bahwa uap naftalena yang menempel di corong

kaca berubah menjadi kristal-kristal putih yang merupakan naftalena itu sendiri.

Hal ini dapat terjadi karena naftalena memiliki titik didih lebih rendah daripada

garam, sehingga dapat menguap terlebih dahulu. Dengan cara itu, naftalena dapat

dipisahkan dari garam.

Selanjutnya ada percobaan adsorbsi. Pada percobaan ini, norit yang telah

digerus diletakkan ke dalam kertas saring dan corong kaca. Lalu digunakan untuk

menyaring sirup. Setelah dilakukan penyaringan, diperoleh warna filtrat yang lebih

muda. Hal ini dikarenakan sifat dari norit yang merupakan karbon yang dapat

menyerap zat warna sehingga dengan cara ini dapat dipisahkan antara zat warna

dan sirup.

Lalu dilakukan percobaan filtrasi. Pada filtrasi ini, dilakukan pemisahan kapur

tulis yang larut dalam air. Awalnya kapur tulis dihaluskan, lalu kapur tersebut

dilarutkan di dalam air. Larutan kemudian disaring menggunakan kertas saring.

Setelah disaring, tampak bahwa residu berupa kapur tulis tertahan di kertas saring.

Sedangkan air lolos dari kertas saring. Proses ini dinamakan filtrasi. Kapur tulis

dapat tertahan di kertas saring karena adanya perbedaan ukuran partikel antara

kapur dan air. Air memiliki ukuran partikel lebih kecil dibanding pori-pori kertas

saring, sehingga air tidak tertahan di kertas saring. Kapur tulis memiliki ukuran

Page 25: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

partikel yang lebih besar dibandingkan pori kertas saring, maka kapur tertahan di

kertas saring.

Lalu yang terakhir adalah ekstraksi, dimana minyak dan air dimasukkan ke

dalam corong pisah. Saat dikocok dan didiamkan, terbentuk dua fase dimana air

berada di bagian bawah dan minyak berada di bagian atas. Ini terjadi karena air

memiliki massa jenis yang lebih besar dibandingkan minyak. Saat diamati, minyak

tidak bercampur denga air karena air bersifat polar sedangkan minyak bersifat

nonpolar sehingga air dan minyak tidak menyatu.

Adapun fungsi beberapa perlakuan dengan praktikum ini:

Pegadukan, untuk mencampurkan zat terlarut dan zat pelarut agar menjadi

suatu campuran

Pengocokan, pada ekstraksi untuk mencampurkan minyak dan air

Mendiamkan campuran setelahdiaduk saat dekantasi adalah utnuk

menunggu zat terlarut pada campuran menegendap

Pemanasan pada percobaan rekristalisasi adalah untuk menguapkan air

yang ada

Penyaringan pada filtrasi berguna untuk menyaring padatan yang ada pada

larutan

Pemanasan yang dilakukan pada percobaan sublimasi digunkaan untuk

memisahkan campuran garam dan naftalena.

Fungsi bahan-bahan ada percobaan ini adalah:

Garam dapur digunakan untuk percobaan sublimasi. Garam dapur dipilih

karena untuk menguji antara naftalena dan garam, bahan apa yang dapat

meyublim

CuSO4.5H2O digunakan pada proses rekristalisasi, sebab bahan ini dapat

bercampur secara homogen dengan air dan dapat mengkristal kembali

setelah dipanaskan.

Sirup digunakan pada percobaan adsorpsi karena ingin dipisahkan dengan

zat warnanya,.

Page 26: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Air dan minyak digunakan pada percobaan ekstraksi. Sebab minyak dan air

tidak dapat menyatu sehingga dapat dipisahkan dengan mudah

menggunakan corong pisah.

Fungsi alat-alat pada percobaan ini:

Spatula digunakan untuk mengambil bahan padatan yaitu CuSO4.5H2O,

serbuk kapur tulis dan bahan bahan lain yang digunakan

Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk campuran pasir dan air

Gelas beker berfungsi untuk menampung filtrat saat filtrasi, adsorbsi dan

untuk wadah mencampur air dan pasir

Hot plate digunakan untuuk memanaskan larutan CuSO4.5H2O dan juga

untuk pemanasan saat sublimasi

Cawan penguap digunakan untuk wadah naftalena dan garam

Corong kaca digunakan untuk menyaring saat filtrasi, adsorbsi untuk

menutup cawan penguap pada sublimasi

Lumpang dan alu digunakan untuk menghaluskan norit dan kapur tulis

Penjepit tabung reaksi digunakan untuk membantu mengangkat gelas beker

saat dianaskan di hot plate

Tabung reaksi digunakan untuk menampung hasil penyaringan antara air

dan kapur tulis

Corong pisah digunakan untuk memisahkan air dan minyak pada saat

ekstraksi

Aplikasi proses pemisahan dan pemurnian dalam kehidupan sehari-hari

adalah:

Pembuatan garam (kristalisasi)

Proses terjadinya asam (sublimasi)

Penjernihan air menggunakan tawas ( dekantasi)

Pembuatan gula (kristalisasi)

Pembutan minyak kayu putih (penyulingan)

Ada beberapa faktor kesalahan dalam praktikum ini, yaitu:

Page 27: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Pada sublimasi ujung corong tidak ditutup dengan rapat sehingga uap dari

naftalena menyebar

Pada saat adsorbsi pemasangan kertas saring kurang baik sehingga ada

sirup yang tidak tersaring melalui norit, tetapi tembus melalui bagian

samping kertas saring

Pada saat filtrasi pemasangan kertas saring kurang baik sehingga ada

bagian kapur tulis yang masih ikut bersama dengan filtrat setelah disaring

Perbedaan adsorbsi dengan absorbsi adalah terletak di penyerapannya.

Adsorbsi didefinisikan sebagai penyerapan partikel dipermukaan zat, sedangkan

absorbsi merupakan penyerapan partikel sampai kebawah permukaan zat. Pada

perbedaan kristalisasi dan rekristalisasi terletak pada tujuannya. Kristalisasi

bertujuan untuk memurnikan zat dengan pelarut, dan kemudian dilanjutkan dengan

pengendapan. Sedangkan rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari

campuran atau pengotor dengan cara mengkristalkan kembali setelah dilarutan

dengan pelarut yang cocok.

Prinsip-prinsip percobaan ini adalah:

Rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan

dengan pencemarnya

Filtrasi adalah perbedaan ukuran partikel dari suatu zat dengan zat yang

ingin dipisahkan

Adsorbsi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap zat yang ingin

dipisahkan

Ekstraksi adalah berdasarkan kemampuan zat untuk terlarut dengan suatu

pelarut

Dekantasi adalah perbedaan kelarutan zat dengan zat yang ingin

dipisahkan

Sublimasi adalah perbedaan titip uap antara zat dengan pencemarnya

Page 28: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Struktur Naftalena

H H

C C

H C C C H

H C C C H

C C

H H

Struktur Air

O

H H

Struktur Minyak Goreng

O

CH2 O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3

O

CH O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3

O

CH2 O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3

Page 29: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah disaring dengan kertas saring yang dilapisi dengan norit, warna sirup

menjadi warna kuning kecoklatan, ini disebabkan karena partikel norit terlalu

kecil dan juga norit merupakan zat karbonaktif yang berfungsi untuk menyerap

zat yaitu sirup

Hasil yang didapatkan dalam proses sublimasi yang menggunakan daram dapur

dan naftalena adalah naftalena lebih cepat menyublim dibandingkan dengan

garam, sehingga didapatkan kristal-kristal naftalena yang menempel pada

kertas saring

Hasil yang didapat pada percobaaan pemisahan dan pemurnian dengan metode

dekantasi adalah terdapat endapan dan air menjadi keruh

5.2 Saran

Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya dalam percobaan pemisahan dan

pemurnian pada metode rekristalisasi, bahan yang digunakan sebaiknya harus lebih

bervariasi lagi, contohnya digunakan garam NaCl agar hasil yang didapatkan bisa

dibandingkan dengan garan CuSO4 yang dipakai dalam percobaan

Page 30: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2. Bandung: Bumi Aksara.

Brady, J. E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bandung: Binarupa Aksara.

Klienfleiter, Keenan. 1991. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.

Page 31: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

PERCOBAAN 2

PEMBUATAN LARUTAN

Page 32: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

PERCOBAAN 2

PEMBUATAN LARUTAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

NAMA NIM

Fauziah Astari 1407035007

Jeffrey Yosua Sitinjak 1407035056

Rike Dominta Aprianti Manik 1407035021

Safridah Hannum Nasution 1407035018

Samarinda, 6 Desember 2014

Mengetahui,

Dosen pengajar, Asisten Praktikum

Dr. Rudi Kartika, M.Si Bayu Iskandar

NIP.19670205 199404 1 002 NIM: 1307035013

Page 33: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )
Page 34: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terlepas dari larutan. Banyak

sekali makanan maupun minuman yang kita konsumsi merupakan sebuah larutan.

Dalam ilmu kimia, larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi kimia

terjadi dalam bentuk larutan. Contoh yang sederhana dari larutan dalam kehidupan

sederhana adalah pada saat kita mencampurkan gula dengan air, maka campuran

tersebut disebut larutan.

Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua zat

ataupun lebih yang terdispersi menjadi molekul maupun ion-ion yang komposisinya

bervariasi. Larutan dikatakan homogen apabila campuran zat tersebut komponen-

komponn penyusunnya tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya lagi.

Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut dengan pelarut atau

solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil disebut zat

terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute

yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam

beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas, dan sebagainnya.

Larutan terbagi dua, yaitu larutan homogen dan larutan heterogen. Larutan

homogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan atau lebih dalam fase

yang sama. Larutan heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan

ataupun lebih dalam fase yang berbeda.dalam pembuatan larutan, harus dilakukan

seteliti mungkin dan menggunakan perhiutngan yang tepat sehingga hasil yang

didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu percobaan tentang pembuatan larutan ini dilakukan yang

bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari larutan NaOH dengan menggunakan

larutan HCl, bagaimana cara dalam pengenceran suatu larutan yang pekat,

mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan melalui

standarisasi. Sehingga, dalam praktikum ini diharapkan kita dapat mengetahui

Page 35: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

bagaimana cara membuat larutan dengan konsentrasi sesuai yang diperlukan dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, melalui percobaan ini

dapat juga diketahui apakah dala proses percampuran tersebut terjadi reaksi

endoterm ataupun eksoterm. Sehingga dengan ketetapan dasar itu kita dapat

mengaplikasikannya di laboratorium kimia maupun di kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Percobaan

- Menentukan konsentrasi NaOH setelah dilakukan titrasi

- Mengetahui reaksi yang terjadi pada larutan NaOH

- Menentukan volume NaOH yang dibutuhkan untuk mentitrasi HCl 10 mL.

Page 36: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat

yang terdipersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat

bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah

larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelrut.

Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.

Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam

dimana solute terlarut (Gunawan, 2004).

Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain

air yang berfungsi sebagai adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak,

asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan. Larutan

gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya. Karena semua gas

bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen.

Larutan cair dibuat dengan melarutkan gas, cairan, atau padatan dalam suatu cairan.

Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan

adalah padatan-padatan dalam dimana satu komponen terdistribusi tak beraturan

pada atom atau molekul dari komponen lainnya (Syukri, 1999).

Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur

tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh larutan tidak jenuh.

Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih

banyak daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperatur

tersebut. Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh (Syukri, 1999).

Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam

jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu

zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur dan tekanan.

Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, yaitu larutan biner.

Komponen dari larutan biner yaitu pelarut dan zat terlarut

Page 37: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Contoh larutan biner

Zat terlarut Pelarut Contoh

Gas Gas Udara, semua campuran

gas

Gas Cair Karbon dioksida dalam

air

Gas Padat Hydrogen dalam platina

Cair Cair Alcohol dalam air

Cair Padat Raksa dalam tembaga

Padat Padat Perak dalam platina

Padat Cair Garam dalam air

Faktor-faktor yang memperngaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut,

efek ion sejenis, efek ion berlainan, plt, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain

(Khokar, 1990).

Pembuatan larutan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah

satunya ketika kita ingin membuat teh manis. Kita menambahkan gula ke dalam air

dan kemudian tambahkan teh serta mengaduknya. Ternyata air teh tersebut masih

terasa manis, kemudian kita menambahkan lagi air ke dalamnya. Sehingga air teh

yang tadinya kental atau pekat dan manis sekali menjadi lebih encer dan rasa

manisnya sedang. Itu semua adalah kegiatan dalam pembuatan larutan.

Mencampurkan air , teh dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan

campuran itu disebut larutan sedangkan penambahan air ke dalam teh yang manis

dinamakan pengenceran. Dan kekentalan atau kepekatanya disebut konsentrasi atau

molaritas. Jadi, larutan adalah suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom

ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan akan terjadi jika atom, molekul atom

dari suatu zat semuanya terdispersi. Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat

terlarut) yang disebut solute dan pelarut yang dinamakan solvent. Solvent atau

Page 38: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

pelarut merupakan senyawa dalam jumlah yang lebih besar sedangkan, senyawa

dalam jumlah yang lebih sedikit disebut solute atau zat terlarut (Gunawan, 2004).

Sifat dari suatu larutan ditentukan oleh jenis dan jumlah partikel zat terlarut

dalam larutan. Sebagai contoh, rasa asin dari larutan garam bertambah seiring

bertambahnya jumlah partikel garam yang larut. Demikian pula rasa manis dari

larutan gula akan bertambah seiring bertambahnya jumlah partikel gula yang larut.

Namun demikian, ada beberapa sifat larutan yang hanya bergantung pada jumlah

partikel zat terlarut. Ke dalam dua wadah yang masing-masing berisi 1 L air

ditambahkan gula ke wadah yang satu dan garam ke wadah yang lainnya jumlah

partikel yang sama. Hasil pengukuran dari masing-masing larutan menunjukkan

bahwa kedua larutan tersebut ternyata memiliki nilai penurunan tekanan uap,

kenaikkan titik didih, dan penurunan titik beku yang sama relatif terhadap pelarut

air. Pengukuran dengan osmometer menunjukkan bahwa kedua larutan tersebut

yaitu larutan garam dan gula terseut yaitu larutan garam dan gula tersebut juga

mempunyai tekanan osmosis yang sama. Sifat larutan yaitu penurunan tekanan uap

(△P), kenaikan titik didih (△Pb), penurunan titik bekiu (△Tf), dan tekanan osmotik

(π) yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarutnya dikelompokkan

bersama dan disebut sebagai sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah

sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan bukan pada jenis

zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yanng bergantung pada

jumlah partikel zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan dibedakan untuk larutan

elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dikarenakan kemampuan elektrolit unutk n

bergantung terlarutnya menjadi lebih besar (Achmad, 2001).

Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur,campuran yang terjadi

jadi 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar,dispersi koloid, dan larutan sejati. Dua

jenis campuaran pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan secara mekanis.

Atas dasar ini laruran campuran didefinisikan sebagai campuran homogen antara

du zat atau lebih. Keadaan fisika larutan dapat berupa gas, cair, dan padat dengan

perbandingan yan berubah-ubah pada jarak yang luas. Ada dua komponen yang

penting dalam suatu larutan yiatu pelarut dan zat pelarut yang dilarutkan dalam

pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut (solute). Larutan yang

Page 39: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

mengunakan aiarsebagai pelarut dinamakan larutan dalam cair. Larutan yang

mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika

jumlah zat terlarut sedikit larutan dinamakan cairan dengan cairan, padatan atau gas

sebagai zat yang terlarut. Larutan dapat berupa padat dan gas, karena molekul-

molekul gas yang berpisah jauh, molekul-molekul dalam capuran berbaur secara

acak, semua gas adalah larutan (karyadi, 1994).

Kenormalan (N) dalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter satuan

larutan. Ekivalen zat dalam larutam bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat

itu, karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi. Ekivalen suatu

zat ada hubunganya dengan molarnya, dan hubngan itu bergantung pada jenis

reaksi, apakah asam-basa, atau redoks. Dalam reaksi ini asam basa, ekuivalen asam

dan basa bergantug pada jumlah H+ dan OH- yang dilepaskan (Syukri. 1999)

Larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran homogen

antara dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentuk

larutan, yaitu zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent) (Mulyono, 2006).

Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat bergantung pada

sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat

pembentuknya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut

pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya (Mulyono,2006).

Jenis Larutan Zat Penyusun

1. Larutan gas Campuran antara gas atau antara uap

(dalam semua perbandingan)

2. Larutan cair Contoh :”udara” dengan N2 sebagai

pelarut. Zat padat, zat cair, atau gas

melarut ke dalam pelarut cair.

3. Larutan Padat

a. Zat terlarut dalam zat padat

b. Zat cair terlarut dalam zat padat

Gas H2 dalam logam paladium, gas N2

dalam titanium.

Raksa dalam logam emas (smalgam)

Seng dalam tembaga (disebut

Page 40: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

c. Zat padat terlarut dalam zat padat

(disebut aliasi)

kuningan); karbon dalam besi (disebut

baja); timah dalam tembaga (disebut

perunggu) dan sebagainya

Table 2.1 Jenis-jenis Larutan

Selain itu, masih ada beberapa macam penggolongan lain terhadap larutan.

Berdasarkan banyak jenis zat yang menyusun larutan, dikenal larutan biner

(tersusun dari 2 jenis zat); larutan terner (tersusun dari 3 jenis zat penyusun);larutan

kuarterner (4 jenis zat penyusun); dst (Mulyono,2006).

Menurut sifat hantaran listriknya, dikenal larutan elektrolit (larutan yang

dapat menghantarkan arus listrik), dan larutan nonelektrolit (larutan yang tidak

dapat menghantarkan arus listrik). Sedangkan ditinjau dari kemampuan zat melarut

ke dalam sejumlah pelarut tertentu dikenal :

1. Larutan tak-jenuh (unsaturated-solution); larutan yang masih dapat melarutkan

sejumlah zat terlarutnya/

2. Larutan jenuh (saturated-solution); larutan yang mengandung zat terlarut dalam

jumlah maksimal pada suhu tertentu.

3. Larutan lewat-jenuh (supersaturated-solution); adalah larutan yang

mengandung zat terlarut melebihi jumlah maksimalnya.

Larutan terkahir ini dpat terjadi pada zat padat yang kelarutannya sangat

tinggi terutama pada garam berair kristal tinggi seperti Na2CO3.10H2O,

Na2S2O3.5H2O atau karena penurunan suhu yang cepat. Larutan lewat jenuh yang

tejadi akibat penurunan suhu bersifat kurang/tidak stabil (misalnya oleh guncangan)

dan mudah berubah dengan membentuk larutan jenuhnya kembali sedangkan

kelebihan zat terlarutnya muncul sebagai kristal zat semula (Mulyono,2006).

Apabila dibandingkan dengan suspensi, dpat dilihat dari ukuran partikel,

maka larutan adalah kebalikan dari suspensi. dalam suatu larutan, semua partikel-

baikdari zat terlarut maupun pelarut memiliki ukuran sebesar molekul atauion-ion.

Partikel ini tersebar secara merata (Keenan,1992).

Oleh karena sedemikian menyatunya penyebaran antara fase terlarut dan

pelarut dalam larutan, maka sifat fisik dari larutan sering sedikit berbeda dengan

pelarut murninya sendiri (Keenan,1992).

Page 41: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

2.2 Macam-macam Larutan

Larutan yang paling umum ditemukan terdiri dari suatu zat terlarut yang

dilarutkan dalam cairan sehingga perhatian kita akan dipusatkan pada larutan

macam ini. larutan cairan dapat dibuat dengan cara melarutkan zat padat dlam suatu

cairan (misalnya NaCl dalam air), cairan dalam cairan (misalnya etilena-glikol

dalam air-suatu larutan antibeku) atau gas dala cairan (misalnya minuman ringan

berkaronat yang mengandung CO2 terlarut) (Keenan,1992).

Selain itu ada juga kemungkinan untuk mendapatkan larutan dari gas

dengan gas, seperti atmosfer yang menyelimuti bumi dan larutan dari zat padat,

yang dibentuk apabila suatu zat dilarutkan dalam zat padat. Larutan zat padat dari

logam-logam ada dua maam. Larutan zat padat substitusional terbentuk apabila

atom-atom, molekul-molekul atau ion-ion suatu zat akan mengambil tempat

partikel-partikel suatu zat lain dalam kisi kristalnya (Keenan,1992).

Larutan zat padat interstisial dibentuk dengan menempatkan atom-atom satu

macam zat ke dalam ruangan yang terdapat antara atom-atom pada kisi kristal.

Tungsten karbida (Wolfram Carbide, WC). Suatu zat yang sangat keras yang

digunakan untuk memeotong alat-alat baja untuk membuat mesin-mesin adalah

contoh dari lari=utan zat pada interstisial (Keenan,1992).

2.3 Elektrolit dan Nonelektrolit

Semua zat terlarut yang larut dalam air temasuk ke dalam salah satu dari

dua golgongan berikut, elektrolit dan noneletrolit. Elektrolia adalah suatu zat, yang

eletrolit. Elektrolia adalah suatu zat, yang ketika didalrutkan dalam air akan

menghasilkan larutan yang dapat megnhantarkan arus listrik. Nonelektrolit tidak

menghantarkan arus listrikketika dilarutkan dalam air (Chang,2004).

Dengan membandingkan cahayagkan cahaya bola lampu pija dari zat-zat

terlarut dengan jumlah molar yang sama dapat membantu kita untukmembedakan

antara elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Ciri elektrolit kuat adalah apabila zat

terlarut dianggap telah 100 persen terdisosiasi menjadi ion-ionnya dalam larutan.

Disosiasi adalah penguraian senyawa menjadi kation dan anion (Chang,2004)

Air merupakan pelarut ysng sangat efektif untuk senyawa-senyawa ionic.

Walaupun ait=r merupakan molwkul yang bermuatan netral, namun memiliki ujung

Page 42: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

ositif (Atom H) dan ujung negative (atom O) atau “kutub” psotitif dan negatfgatf;

karena itulah air sering dianggap sebagai pelarut polar. Ketika senyawa ionic seperti

NaCl larut dalam air, jaringan tiga dimensi dari ion-ion padatan akan rusak, dan

ino-ion Na= dan Cl- tepisahkan satu sama lain. Dalam larutam, setiap ion Na+

dikelilingi oleh sejulmah molekul air yang mengarahkan ujung negatifnya

(Chang,2004).

2.4 Dasar Titrimetri

Titrimetri atau volumetric adalah analisis jumlah berdasarkan pangukuran

volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu (Peniter/titran/larutan baku) yang

direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Pelaksanaan

pengukuran volume ini disebut titrasi/peniteran; yaitu larutan peniter diteteskan

sedikit demi sedikit ke dalam lrutan contoh, sampai tejadi titik-setara (stoikiometri)

yaitu saat diwaktu jumlah at yang dititer setara dengan jumlah peniter (Chon,1982).

Dibandingkan dengan cara gravimetri, cara titrimetri ini mempunyai

beberapa keuntungan antara lain:

1. Pelaksanaannys lebih sederhana,cepat, dan kemungkinan kesalahan kecil

2. Penggunaan contoh dan pereaksi lebih hemat (Chon,1982).

Pada ttrasi, lartan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan standar

atau larutan baku. Reaksi umum dalam titrasi adalah :

aA + Bb hasil reaksi

Dengan A adalah zat penitrasi/titran dan B adalah zat yang dititrasi, dan a serta b

adalah jumlah mol dari masing-masing zat (Gumilar,1993).

Penetapan secara titrimetric meliputi :

1. Asidimetri dan Alkalimetri

2. Permanganometri

3. Iodometri dan iodimetri

4. Argentometri

5. Kompleksometri

Dari setiap penetapan, memiliki cara dan metode yang berbeda-beda dalam

analisanya (Gumilar,1993).

2.5 Titrasi/Peniteran Asam-Basa (Asidi dan Alkalimetri)

Page 43: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Pada penetapan secara asidimetri dan alkalimetri dipakai larutan asam dan

larutan basa. Bila ditentukan berapa mL larutan asam yang titarnya dikethui,

diperlukan untuk menetralkan suatu larutan basa yang titarnya atau kadarnya dicari,

maka pekerjaan tersebut dinamakan titrasi secara asidimetri (Gumilar,1993).

Sebaliknya, penitaran dengan memakai basa yang titarnya diketahui untuk

menetapkan titar suatu asam, maka disebut alkalimetri. Raksi dasar diatas

(Arrhenius) disebut asam bila zat itu dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+ dan

basa bila menghasilkan ion OH- (Gumilar,1993).

Reaksi dasar dalam titrasi asam-basa aadalah netralisasi/penetralan, yaitu

reaksi asam dan basa, yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti

berikut :

H+ + OH- H2O

Bila kita mengukur berapa mL larutan asam bertitar tertentu yang diperlukan untuk

menetralkan larutan basa yng kadar atau titernya beum diketahui, maka pekerjaan

itu disebut :Asidimetri. Peniteran sebaliknya, asam dengan basa yang titernya

diketahui disebut : Alkalimetri (Chon,1872).

2.6 Pemilihan Indikator

Pemilihan indikator merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam

titrasi secara asidimetri dan alkalimetri. Penggunaan suat aindikator yang tepat dan

benar dapat menentukan hasilnya. Indikator akan berubah warnanya secara

beraturan sehingga diperoleh jarak/daerah eprubahn warna antara pH rendah

sampai pH tinggi (Gumilar,1993).

Beberapa titrasi asam-basa serta indikator yang digunakan adalah sebagai

berikut:

Zat yang dititrasi Peniter Ph titik setara Indikator yang

digunakan

Asam kuat Bas akuat 7 SM,MM,PP

Basa kuat Asam kuat 7 SM,MM,PP

Asam lemah

(Ka=10-6) Basa kuat >7 (8-9) PP

Page 44: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Basa lemah

(Kb=10-6) Asam kuat <7 (5-6) MM,SM

Garam asam,

lemah sekali Asam kuat 4-5 SM

Garam basa,

lemah sekali Asam kuat 9-10 PP

Tabel 2.2 titrasi Asam-basa dan indikator yang digunakan

Sedangkan untuk pH di titik setara, memiliki indikator yang benbeda pula.

Beberapa indikator yang biasa digunakan untuk titrasi asam-basa adalah sebagai

berikut :

Penunjuk Warna larutan

Jarak perubahan pH Asam Basa

Sindur Metil (SM) Merah Sindur 3,1 – 4,4

Merah metil (MM) Merah Kuning 4,2 – 6,2

Lakmus (L) Merah Biru 5,0 – 8,0

Merah Netral (MN) Merah Kuning 6,8 – 8,0

Phenolphjhalein(PP) Tak berwarna Merah 8,2 – 10,0

Thymolphthalein

(TP) Tak berwarna Biru 9,3 – 10,5

Tabel 2.3 Beberapa indikator untuk titrasi asam-basa

(Chon,1982)

2.7 Larutan Baku (Standard Solution)

Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat

larutan baku primer (primary standard solution) dan untuk menetapkan kenormalan

larutan baku sekunder (secondaru standard solution) (Chon,1982).

Larutan baku terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Larutan baku primer, larutan yang kepekantannya atau konsentrasinya

diketahui dengan tepat melalui penimbangan

Page 45: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

b. Larutan baku sekunder, adlah larutan yang kepekatannya ayau konsentrasinya

dapat diketahui melalu larutan baku primer.

Syarat-syarat bahan baku :

a. Harus murni atau mudah dimurnikan

b. Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopis

c. Harus mantap dalam keadaan murni maupun dalam larutan

d. Harus dapat bereaksi secara stoikiometri dengan larutan yang akan

distandarisasi atau ditetapkan kadarnya

e. Bobot setara hendaknya besar, agar pengaruh kekurangan ketelitian

sewaktu penimbangan menjadi sekecil-kecilnya (Chon,1982).

2.8 Cara Pelaksanaan Titrasi

Mula-mula buret diisi dengan titran hingga tanda garis nol (jangan ada

gelembung udara). Dengan menggunakan piper, larutan contoh dimasukkan ke

dalam labu Erlenmeyer bersih dan tambahkan ke dalamnya bebrapa tetes penunjuk

yang cocok. Kemudian ke dalam larutan yang berada dalam erlenmeyer teteskan

sedikit larutan primer dari buret, hingga warna larutan berubah. Bila telah

mendekati titik akhir titrasi, penamabahan peniter diatur lebih pelan dan pada

akhirnya tetee demi tetes. Selama peniteran, kran buret dipegang dengan tangan kiri

sedangkan labu erlenmeyer berisi larutan contoh dipegang denan tangan kanan

sambil digoyaqng-goyangkan, agar larutn bercampur dan bereaksi dengan baik

secara sempurna (Chon,1982).

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Neraca Analitik

- Labu takar 50 mL

Page 46: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Pipet tetes

- Pipet ukur

- Gelas kimia

- Corong kaca

- Spatula

- Batang pengaduk

- Botol reagen

- Labu Erlenmeyer

- Buret

- Botol semprot

- Gelas ukur

- Tiang statif

- Klem

- Power Supply

3.1.2 Bahan

- Aquades

- indikator PP

- Tisu

- Aluminium foil

- Padatan NaOH

- Larutan HCl 6N

3.2 Prosedur Kerja

3.2 1 Pembuatan Larutan HCl

- Dimasukkan akuades sebanyak 50 mL ke dalam labu takar

- Diambil larutan HCl sebanyak 8,3 mL

- Ditambahkan aquades sampai batas tera

- Ditutup dan dihomogenkan

- Dihitung molaritasnya

3.2.2 Pembuatan Larutan NaOH

- Diambil 2,15 gr NaOH

- Dipindahkan ke dalam gelas kimia

Page 47: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Ditambahkan 25 mL

- Dihomogenkan dengan cara diaduk

- Dipindahkan ke labu takar 50 mL

- Ditambahkan aquades lagi hingga tanda terra

- Dihomogenkan

3.3.3 Standarisasi NaOH

- Diambil 10 mL larutan HCl

- Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer

- Ditambahkan indicator PP sebanyak 2 tetes

- Dititrasi menggunakan NaOH

- Diamati warnanya sampai berubah

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Perlakukan Pengamatan

Page 48: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Konsentrasi HCl 1 M

1. Pembuatan Larutan HCl

- Dimasukkan aquades sebanyak

50 mL ke dalam labu takar

- Diambil larutan HCl sebanyak

8,3 mL

- Ditambahkan aquades sampai

batas tera

- Ditutup dan dihomogenkan

- Aquades berwarna bening

2. Pembuatan Larutan NaOH

- Diambil NaOH dan ditimbang

sebesar 2,15 gr

- Dipindahkan ke dalam gelas

kimia dan ditambahkan 25 mL

akuades

- Dihomogenkan dengan cara

mengaduk

- Ditambahkan aquades hingga

batas tera, lalu dihomogenkan.

3. Standarisasi NaOH

- Diambil 10 mL larutan HCl

- Dimasukkan ke dalam labu

erlenmeyer dan ditambahkan

indikator PP sebanyak 2 tetes

- Dititrasi HCL menggunakan

NaOH sampai warnanya berubah

menjadi merah lembayung

4.2 Reaksi

4.2.1 Larutan HCl

HCl + H2O H+ + Cl- + H2O

4.2.2 Larutan NaOH

- Larutan HCl berwarna bening

- NaOH berupa padatan putih

- Larutan NaOH bereaksi dengan

akuades dan bersifat eksoterm

- Larutan berwarna bening

- Larutan tetap berwarna bening

- Larutan berubah menjadi berwarna

merah lembayung setelah diberikan

NaOH sebanyak 9,5 mL

Page 49: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

OH OH

OH OH

NaOH + H2O Na+ + OH- + H2O

4.2.3 Standarisasi NaOH

NaOH + HCl NaCl + H2O

HCl +

NaOH +

4.3 Perhitungan

4.3.1 Pembuatan Larutan HCl

- HCl 6 N

N = M x V

6N = M x 1

M= 6 M

- Pembuatan larutan HCl

V1M1 = V2M2

8,3 x 6 = 50 x M2

M2 = 1,0 M

4.3.2 Pembuatan Larutan NaOH

- Pembuatan larutan HCl

M = 𝑔𝑟

𝑀𝑟 𝑥

1000

𝑉

= 2,15

40𝑥

1000

50

= 20 𝑋 2,15

40

= 1,075 M

C

C

O

O

C

C

O

O

C

C

ONa

ONa

+ 2H2O

Tidak bereaksi

O

Page 50: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Standarisasi NaOH

V1M1 = V2M2

10 x 0,1 = 9,5 x M2

M2 = 1,05 M

4.4 Pembahasan

Larutan merupakan campuran homogen dari dua atau lebih zat yang

terdispersi sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, untuk larut

dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan digunakan dlaam jumlah maksimum zat

terlarut yang larut di dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Pelarut umumnya

merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang

terlarut dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut dapat berupa

gas, cairan lain, ataupun padat. Kelarutan bervariasi, dari selalu larut seperti etanol

dalam air, hingga sulut terlarut seperti perak klorida dalam air. Istilah “tak larut”

(insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya

hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut.

Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk

menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang

metastabil.

Campuran homogen adalah suatu campuran yang terdiri dari 2 bahan atau

lebih dalam fase yang sama.campuran homogen komposisinya begitu seragam

sehingga tidak dapat lagi diamati bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun

dengan mikroskop ultra. Campuran hetrogen adalah campuran yang komponen-

komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karen perbedaan sifatnya dan

penggabungan yang tidak merata antara dua xat tunggal atau lebih sehingga

berbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Dan juga

campuran ikatakan heterogen jika antara komponennya masih terdapat bidang batas

dan seringkali dapat dibedakantanpa menggunakan mikroskop, hanya dengan mata

telanjang, serta campuran memiliki 2 fase, sehingga sifat-sifatnya tidak seragam.

Ada beberpa cara dalam menghitung konsentrasi suatu azt, diantranya :

Page 51: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

1. Persen berat (w/w) adalah jumlah gram zat terlarut dalam 100 gr larutan. Pesen

berat biasanya diguakan untuk menyatakn kadar komponen yang berupa zat

padat. Adapun rumus dalam penentuan persen berat adalah :

% berat = gr zat terlarut

gr larutanx 100%

2. Persen volume (v/v) adalah jumlah volume (mL) zat erlarut dalam 100 mL

larutan. Persen volume biasanya digunakan untuk menyatakan kadar komponen

berupa zat cair atau gas. Adapun rumus dalam penentuan persen volume adalah:

% 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑥 100%

3. Persen berat per volume (w/v) menyatakan banyaknya gr zat terlarut dalam 100

mL larutan. Cara ini digunakan untuk menyatakan kadar zat padat dalam suat

cairan atau gas. Adalun rumus penentuan persen bobot per volume adalah :

% berat per volume = 𝑔𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑥 100%

4. Molalitas adalah jumlah zat terlarut dalam 1000 gr (1kg) pelarut. Satuan molal

tidak bergantung pada suhu dan biasanya digunakan untuk menyatakan

banyaknya pertikel zat terlarut dalam sejumlah tertentu pelarut. Rumus dari

molalitas adalah :

m = 𝑔𝑟

𝑀𝑟 𝑥

1000

𝑃

5. Molaritas adalah banyaknya mol zat erlarut dlam satu liter larutan. Jika dalam

penggunaanya istilah molar gidunakan untuk zat-zat yan gberbentuk molekul

atau ion. Adapun rumus molaritas adalah :

M = 𝑔𝑟

𝑀𝑟 𝑥

1000

𝑉

6. Fraksi mol adalah jumlah mol zat erlarut terhadap jumlah mol seluruh zat

dalam larutan. Fraksi mol merupakan perbandingan mol salah satu komponen

dengan jumlah mol seluruh komponen. Bila suatu larutan mengandung zat P

dan Q dengan jumlah mol masing-masing nP dan nQ, maka rumus untuk

menentukan fraksi mol pada tiap komponen adalah :

XP = 𝑛𝑄

𝑛𝑃+𝑛𝑄

Page 52: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

7. PPm (part per million) adalah satuan yang digunakan pada larutan yang sangat

encer dengan satuan PPm. Satuan PPm ekivalen dengan 1 mg zat terlarut dalam

1 liter larutan, dengan rumus :

PPm = 𝑚𝑔 𝑧𝑎𝑡 𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝐿) 𝑥100%

8. Normalitas adalah jumlah gr ekivalen (grek) zat terlarut dalam satu liter larutan.

Satuan konsentrasi Normalitas sering digunakan untuk analisa volumetri,

terutama untuk reaksi asam-basa dan reduksi-oksidasi. Rumus Normalitas

adalah sebagai berikut :

N = M x a

Dari rumus tersebut keterangannya :

N : Normalitas

M : Molaritas

a : Valensi

larutan standard adalah larutan yang megnandung reagensia dengan

konsentrasi yang diketahui dlam suatu volume larutan larutan terbagi menjadi

standard primer yang dapat diketahui secara langsung konsentrsinya saat pembutan

bahan, dan jua ada standard sekunder yang harus distandarisasi terlebih dahul dngan

menggunakan standard primer.

Pada praktikum ini dilakukan pembuatn larutan HCl dan NaOH serta

standarisasi larutan NaOH. Pada praktikum petam adilakukan pembuatan laruan

HCl. Larutan HCl yang akan diencerkan memiliki konsentrasi 6N. Pertama,

dimasukkan akuades ke dalam labu ukur secukupnya. Hal ini dilakukan agar saat

HCl dimasukkan ke dalam labu ukur, langsung bercampur dengan akuades

sehingga kondisi di dalam labu ukur tidak terlaklu mengalami perubahan yang

ekstrim, karena HCl telah bercampur dengan aquades dan menjadi lebih encer.

Setelah itu, aquades dimasukkan kembali ked lam labu ukur sampai batas tera.

Batas tera merupakan skala di mana volume larutan telah sesuai dengan yang

tertulis di labu ukur. Lalu labu ukur ditutup dan dihomogenkan larutan yang ada di

dalam labu ukur. Pada pembuatan larutan HCl ini, diambil larutan HCl 6N sebanyak

8,3 mL ke dalam labu ukur dengan volume 50 mL. Jika 6N HCl dikonverikan

Page 53: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

menjadi konsentrasi dalam molaritas, maka diperoleh hasil 6N sama dengan 6M,

hal ini diperoleh dari rumus Normalitas :

N = M x a

Dimana a merupakan valensi yang diperoleh dari jumlah H+ dalam HCl. Jumlah H+

dalam HCl adalah 1, dilihat dari :

HCl H+ + Cl-

Setelah itu untuk mengetahui konsentrasi larutan HCl yang baru dibuat,

maka dapat dipakai rumus pengenceran, yaitu :

V1M1 = V2M2

Sehingga jika data yang ada dimasukkan diperoleh hasil bahwa konsetrasi HCl yang

dibuat 1M.

Pad praktikum ke dua dilakukan pembuatan larutan NaOH dari padatan

NaOH. NaOH ditimbang sebesar 2,15 gram. Setelah itu NaOH dipindahkan ke

gelas beker dan diberi aquades, lalu diaduk hingga larut. Pada saat pengadukan,

suhu larutan menjadi pansa. Hal ini dikarenakan reaksi antara NaOH dan aquades

menghasilkan reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang melepas panas ke lingkungan.

Lalu, sebelum larutan NaOH dimasukkan ke dalam labu ukur, labu ukur terlebih

dahulu diisi dengan sedikit aquades. Hal ini dilakukan agar saat NaOH

dimasukkan, langsung bercampur dengan aquades sehingga suhu NaOH menjadi

turun dan tidak lagi panas. Dengan demikian, hal ini dilakukan untuk

menghindarikerusakan alat akibat pengaruh suhu dari NaOH. Lalu dimasukkan

aquades ke dalam labu ukur hingga tanda tera dan dihomogenkan. Dari hasil yang

telah diperhitungkan, diperoleh konsentrasi dari larutan NaOH yang telah dibua.

Konsentrasi NaOH dihitung dengan rumus :

M = 𝑔𝑟

𝑀𝑟 𝑥

1000

𝑉

Sehingga setelah setiap data dimasukkan ke dalam rumus diproleh konsentrasi

NaOH sebesar 1,975 M.

Page 54: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Pada praktikum ke tiga dilakukan standarisasi dari NaOH yang telah dibuat.

Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi suatu larutan dengan pasti.

Dalam hai ini, NaOH yang telah dibuat, dihitung telah memiliki konsentrasi 1,075

M. namun, pada dasarnya, NaOH merupakan larutan yang tidak stabil. Ada

nenerapa faktor yang menyebabkan NaOH tidak stabil, slah satunya adlah sifat

higroskopis dari NaOH yang membuat bahan ini selalu mengikat air dan CO2 dari

udara. Selain itu dalam larutan encernya, NaOH mengandung pengotor Natrium

Karbonat. Bebrapa faktor di atas dapat mempengaruhi konsentrasi dari NaOH yang

telah dibuat. Untuk itulah dilakukn standariasasi. Standarisasi dilakukan dengan

cara dititrasi. Dimana NaOH dimasukkna ked lam buret dan HCl 1 M sebanyak 10

mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang kemudian dibubuhi indikator PP. Lalu

dilakukanlah proses titrasi hingga terjadi perubahan warna menjadi merah

lembayung. Ternyata, dibutuhkan 9,5 mL NaOH untuk menunjukkan perubahn

warna menjadi mrah lembayung. Dlam titrasi dikenal istilah Titik Ekivalen (TE)

dan Titik Akhir Titrasi (TAT) . TE adalah titik dimana terjadi kesetaraan mol antara

zat peniter dengan titran. Sedangakn TAT adalah titik dimana larutan kelebihan 1

tetes peniter, sehingga larutan mengalami perubahan warna. Jadi, yang dapat

diamati oleh mata saat titrasi, untuk mengidentifikasi titk setara adalah TAT, sebab

akan sulit untuk mengamati TE karena dalam TE tidak terjadi perubahan warna.

Pada saat titrasi NaOH dan HCl yang telah dilakukan, indicator PP mengalami

perubahan warna menjadi merah lembayung. Sebab, trayek pH untuk indikator PP

adalah 8,2 – 10. Berarti TAT dari tirasi ini terjadi pada pH 8,2 – 10. Konsentrasi

NaOH hasil standarisasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

V1 M1 = V2M2

Setelah data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus diperoleh

konsentrasi NaOH adalah sebesar 1,05 M. Hasil ini berbeda dengan perhitungan

konsentrasi NaOH dari penimbangan. Sebab ada beberapa faktor yang

menyebabkan konsentrasi dari hasil perhitungan awal berbeda dari hasil titrasi :

1. Pada saat membuat larutan NaOH tidak digunakan aquades yang bebas CO2.

Hal ini menyebabkan CO2 dalam aquades diikat oleh NaOH membentuk

senyawa karbonat yang dapat mengganggu peniteran dengan indicator PP.

Page 55: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

2. Sifat NaOH yang higroskopis, sehingga mengikat CO2 dan air di udara selama

proses penimbangan. Sehingga bobot yang diperoleh bukan bobot asli NaOH

melainkan bobot NaOH yang ditambahkan dengan bobot air dan CO2 yang

diikatnya.

Hal ini menyebabkan perbedaan konsentrasi antar NaOH yang dihitung

langsung konsentrasinya dengan hasil titrasi.

Pada praktikum ini ada beberapa perlakuan. Setiap perlakuan memiliki

fungsinya masing-masing. Beberapa perlakuan tersebut antara lain :

1. Menghomogenkan larutan dalam labu ukur. Hal ini bertujuan untuk membuat

larutan homogen, atau bercampur dengan baik sehingga komposisi larutan di

tiap bagian sama.

2. Pengadukan pada pembuatan NaOH brtujuan untuk mempercepat kelarutn

NaOH dalam aquades.

3. Pembilasan alat yang digunakan untuk membaut HCl dan NaOH bertujuan

untuk melsrutkansisa-sisa zat yang masih menempel di alat untuk kemudian

dimasukkan ke dalam labu ukur yang berisi larutan tersebut.

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain :

1. Labu ukur, yang berfungsi untuk membuat larutan dengan konsentrais tertntu

2. Corong kaca, berfungsi untuk memindahkan larutan dari suatu wadah ke

wadah yang lain.

3. Gelas ukur, untuk mengukur volume larutan

4. Pipet tetes, untuk mengambil cairan dala skala kecil

5. Botol semprot, untuk mengeluarkan aquades sedikit demi sedikit

6. Spatula, berguna untuk mengambil bahan berupa padatan

7. Neraca analitik, untuk menimbang bahan

8. Batang pengaduk, berfungsi untuk mengaduk larutan

9. Gelas beker, berfungsi untuk menampung larutan

10. Buret, digunakan untuk menambah larutan pereaksi dimana volume

penambahan larutan diketahui

Page 56: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

11. Erlenmeyer, digunakan untuk tempat HCl saat dititrasi

12. Statif dan klem, digunakan untuk menegakkan dn menjepit buret saat titrasi

13. Power supply berfungsi untuk menghubungkan neraca analitik dengan sumber

arus listrik

14. Botol reagen, berfungsi untk menyimpan reagen kimia.

Bahan-bahan yan gdigunakan pada praktikum ini :

1. HCl 6N, digunakan untuk membuat larutan HCl 1M

2. Aquades , digunakan untuk mengencerkan bahan , seta untuk mencuci alat

3. NaOH, digunakan sebagai bahan pembuatan larutan NaOH 1,075 M yang

bersifat basa.

4. Indikator PP, digunakan untuk mengetahui apakah reaksi sudah mencapai TAT

5. Kertas label, digunakan untuk menandai bahan

6. Aluminium foil, digunakan sebagai wadah saat menimbang NaOH

7. Tisu, digunakan untuk mengeringkan alat

Dalam praktikum ini ada beberapa faktor kesalahan, yaitu :

1. Ketidaktepatan saat mengukur volume aquades yang digunakan untuk

mengencerkan larutan

2. Ketidaktepatan saat menimbang NaOH, sehingga konsentrasi NaOH menjadi

tidak tepat.

3. Pada saat titrasi, zat peniter ditambahkan berlebihan, sehingga warna yang

terbentuk merah lembayung tua. Hal ini dapat mempengaruhi hasil

perhitungan konsentrasi.

Contoh aplikasi dari pembuatan larutan adalah :

1. Saat membuat the, diberi gula dan diaduk agar manisnya merata

2. Pada saat memuat the manis dan gula yang ditambahnkan berlebihan, maka

ditambahkan air untuk megnurangi rasa manisnya. Hai ini sama seperti saat

melakukan pengenceran.

3. Pada sat membilas pakaian, pelembut yang ditambahkan diaduk rata di dalam

air. Hai ini dilakukan agar konsentrasi pelembut di setiap bagian air sama.

Dalam praktikum ini, terjadi rekasi eksoterm ketika NaOH dicampurkan

Page 57: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

dengan aquades. Reaksi eksoterm terjadi karena NaOH yang diberi aquades

melepas panas dari sistem ke lingkungan.

Sifat fisik NaOH :

- Rumus molekul : NaOH

- Berat molekul : 40 gr/mol

- Titik lebur, 1 atm = 318oC

- Titik didih, 1 atm = 1390oC

- Densitas = 2,1 gr/ml ,bentuk padatan putih

Sifat kimia NaOH:

- Berdifat eksoterm

- Sangat larut dalam air

- Larut dalam etanol dan metanol

- Tidak larut didalam dietil eter dan pelarut nonpolar

Sifat fisik HCl (asam klorida);

- Masa atom =36,45

- Masa jenis = 3,21 gr/cm3

- Titik leleh = -101oC

- Energi ionisasi = 1250 Kj/mol

- Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna

- Berbau tajam

Sifat kimia HCl (asam klorida) :

- Larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter

- Merupakan oksidator kuat

- Racum bagi pernafasan

- Gasnya berwarna kunignkehijauan dan berbau merangsang

- HCl akan berasap tebal di udara lembab

Page 58: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Konsentrasi NaOH yang diperoleh dari hasil titrasi sebesar 1,05 M

- Konsentrasi HCl dari pengenceran HCl 6N adalah sebesar 1 M

- Perubahan warna yang terjadi pada larutan yang diberi indikator PP terhadap

NaOH adlah dari bening menjadi merah lembayung

5.2 Saran

Untuk praktikum selanjutnya, sebaiknya digunakan berbagi macam bahan

untuk membuat larutan, misaklnya AgNO3 atau H2SO4 agar dapat lebih memahami

dan mengerti cara membuat larutan dari berbagai bahan kimia.

Page 59: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

DAFTAR PUSTAKA

Achmad,Hiskia.2001.Kimia Larutan.Bandung:Citra Aditya Bakti.

Chang, Raymond.2004.Kimia Dasar.Jakarta:Erlangga.

Chon, Ahmad.1982.Titrimetri.Bogor:Departemen Perindustrian AKA Bogor.

Gumilar.1993.Kimia Analisis II. Bogor:Departemen Perindustrian AKA Bogor.

Gunawan, Adi dan Roeswati.2004.Tangkas Kimia.Surabaya:Kartika.

Karyadi,Grenny.1994.Kimia 2.Jakarta:Depdikbud.

Keenan.1992.Kimia Untuk Univesitas.Jakarta:Erlangga.

Khopkar,S.M.1990.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta:Universitas Indonesia.

Muliyono,HAM.2006.Membuat Reagen Kimia di Laboratorium.Jakrata:Bumi

Aksara.

Syukri,S.1999.Kimia Dasar 2.Bandung:ITB.

Page 60: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

PERCOBAAN 3

KROMATOGRAFI

Page 61: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

PERCOBAAN 3

KROMATOGRAFI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

NAMA NIM

Fauziah Astari 1407035007

Jeffrey Yosua Sitinjak 1407035056

Rike Dominta Aprianti Manik 1407035021

Safridah Hannum Nasution 1407035018

Samarinda, 6 Desember 2014

Mengetahui,

Dosen pengajar, Asisten Praktikum

Dr. Rudi Kartika, M.Si Bayu Iskandar

NIP.19670205 199404 1 002 NIM: 1307035013

Page 62: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu analisis kimia meragukan jika pengukuran sifat tidak berhubungan

dengan sifat spesifik senyawa. Analisis meliputi pengambilan data cuplikan,

pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan

terlebih dahulu sebelum diidentifikasi dan dapat diukur kadarnya, perlu dipisahkan

dari matriksny. Oleh karena itu, pemisahan merupakan langkah penting dalam

analisis kuantitas.

Kromatografi pertama kali dikenalkan oleh Michael Tswett, seorang ahli

botani dari Rusia pada tahun 1906. Kromatografi berasal dari bahasa Yunani

“kromatos” yang berarti warna dan “graphos” yang berarti menulis. Jadi,

kromatogrfi adalah terknik pemisahan campuran suatu zat yang didasarkan pada

perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen yang dipisahkan antara dua

fase yaitu fase gerak dan fase diam. Fase gerak memperkolasi melalui celah-celah

fasa diam. Ada banyak teknik pemisahan/isolasi diantaranya penyaringan,

sublimasi, ekstraksi, kromatografi dan lain-lain. Dalam praktikum kali ini akan

dilakukan teknik pemisahan kromatografi karena teknik ini yang paling banyak

digunakan. Pengetahuan yang cukup mengenai metode-metode pemisahan ini

merupakan suatu keharusan bagi mereka yang berkecimpung di dunia sains.

Kromatografi dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan jenis fase yang

terlibat, antara lain: kromatograsi gas-cair; kromatografi gas-padat, kromatografi

cair-cair, dan kromatografi cair-padat. Selain itu, kromatografi digolongkan

berdasarkan teknik yang digunakan, terbagi menjadi dua yaitu kromatografi kolom

dan kromatografi planar. Penggolongan kromatografi berdasarkan teknik

pemisahan adalah kromatografi kolom adsorbs dan kromatografi kolom partisi.

Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengancara mengutak-atik langsung

beberapa sifat fisik dan kimia molekul.

Page 63: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Oleh karena itu, melalui percobaan ini dilakukan perhitungan jarak pelarut dan

komponen-komponen noda yang dipisahkan, sehingga dapatdiketahui factor-faktor

yang mempengaruhi jarak pelarut. Dari praktikum ini diharapkan dapat diketahui

harga Rf dari berbagai sampel, yang diletakkan dalam elven yang berbeda. Adapun

elven itu berupa akuades, kemudian aseton, dan juga alcohol 95%.

Oleh karena itu, melalui percobaan ini dilakukan perhitungan jarak pelarut dan

komponen-komponen noda yang dipisahkan, sehingga dapat diketahui factor-faktor

yang mempengaruhi jarak pelarut. Selain itu, dapat diketahui pula pelarut yang

cocok untuk mengekusikan tinta spidol, ekstrak mawar, ekstrak kunyit, ekstrak

pandan, dan tinta cumi-cumi. Dari praktikum ini diharapkan dapat diketahui harga

Rf dari berbagai sampel yang diletakkan dalam elven yang berbeda, yang mewakili

sifat-sifat polar, nonpolar, dan semipolar yang diwakili oleh akuades, etanol, dan

aseton.

1.2 Tujuan Percobaan

- Menentukan nilai Rf tinta spidol merah, biru, hitam, tinta cumi-cumi, serta

ekstrak mawar, kunyit, dan pandan pada pelarut aseton.

- Menentukan nilai Rf tinta spidol merah, biru, hitam, tinta cumi-cumi, serta

ekstrak mawar, kunyit, dan pandan pada pelarut etanol.

- Menentukan nilai Rf tinta spidol merah, biru, hitam, tinta cumi-cumi, serta

ekstrak mawar, kunyit, dan pandan pada pelarut akuades.

BAB 2

Page 64: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah

banyak digunakan dibandingkan dengan metode lain seperti distilasi, kristalisasi,

pengendapan, ekstraksi, dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksaaan

yang lebih sederhana. Metode ini dapat digunakan, jika dengan metode lain tidak

dapat dilakukan misalnya karena jumlah cuplikan sangat sedikit atau campurannya

kompleks. Istilah kromatografi mula-mula ditmukan oleh Michael Tswett (1980),

seorang ahli botani rusia. Meskipun dasar kromatografi adalah suatu proses

pemisahan, namun banyak diantaranya cara ini dapat digunakan untuk analisis

kuantitatif. Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat adalah kromatografi kertas,

kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, kromatografi gas, dan

kromatografi cair kinerja tinggi, kromatograafi kertas, kromatografi lapis tipis

umumnya lebih bermanfaat untuk tujuan identifikasi, karena lebih mudah dan

sederhana. Kromatografi kolom memberikan pemilihan fase diam yang lebih luas

dan berguna untuk pemisaahan suatu campuran secara kuantitatif. Kromatografi gas

dan kromatografi cairkinerja tinggi, keduanya membutuhkan peralatan yang lebih

rumit dan umumnya merupakan metode dengan rsolusi tingg yang dapat digunakan

untuk identifikasi serta penetapan secara kuantitatifbahan dengan jumlah yang

sangat kecil (Sitorus, 2012)

Kromatografi adalah cara memisahan campuran yang didasarkan atas

perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut dantara dua fase yaitu fasse

diam dan fase bergerak. Fase diam dapat berupa zt cair atau gas. Secara umum,

dapa dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses mograsi deferensiasi

dinamis dalam sistem dalam diamana komponen-komponen cumplikan ditahan

secara selektif oleh fase diam. (Sitorus, 2012).

Berdasarkan fase bergerak, fase diam terdapat empat macam sistem kromatografi

yaitu : kromatografi gas-cair, kromatografi gas-padat, kromatograficair-padat,

kromatografi cair-cair. Dalam kromatografi hubungan suatu molekul komponen

sampel yang tertahan (teradaptasi) atau terdistribusi diantara fase diam dan fase

Page 65: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

bergerak dapat dilukiskan dengan berbagai istilah, yaitu kesetimbangan distribusi,

faktor retardasi, fraksi waktu, kecepatan, waktu retensi, volume retensi, retensi

relatif. Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom

sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran

kromatografi kolom partisi. Teknik pemisahan kromatografi kolom pertisi sangat

mirip dengan kromatografi kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat

dari peyerapan yang digunakan. Pada kromatografi kolom, partisi penyerapannya

berupa materi padat berpori seperti kiesal guhr, seliosaatau selica gel yang

permukannya dilapisi zat cair (biasanya air) (Sitorus, 2012).

Dalam hal ini, zat padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) zat

cair sebagaifase diamnya. Fase diam zat cair umumnya diadsorpsika pada

penyangga padat sejauh mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan

dipisahkan (Sitorus,2012)

Kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon dan Martin

(1994) yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas

merupakan selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap air atau pelarut

polar lainnya. Bila air diadsorpsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan

tipis yang dapat diangga analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai

penyangga dan air bertindak sebagai fase diam yang terserap diantara struktur pori

kertas. Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun

kuantitatif, senyawa-senyawa dipisahkan kebanyakan bersifat maupun polar,

misalnya asam-asam amino, gula-gula atau pigmen-pigmen alam. Kertas asam

asetil dapat digunakan baik untuk zat-zat hidrofobik, sedangkan untuk reagen yang

korosif dapat digunakan kertas serat kaca. Kertas yang dipakai adalah kertas

whatman yang secara komersial tersediadalam berbagaimacam ukuran dan

lembaran. Biasanya dipakai kertas whatman no 1 dengan kecepatan sedang.

Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa yang dimodifikasi, kertas asam

asetil dan kertas serat kaca (Sitorus, 2012).

Tiga pengembangan metode pada kromatografi pada kertas yaitu : metode penaikan

(ascending kertas digantungkan sedemikian rupa sehingga bagian bawah kertas

tercelup pada pelarut yang terletak didasar bejana. Metode penurunan (descending)

Page 66: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

kertas digantungkan dalam bejana dengan ujung dimana aliran mulai bergerak

dicelupkan dalam palung kaca yang berisi pelarut. Metode mendatar (radial)

metodee ini sangat berbeda dari sebelumnya. Biasanya kertas dibentuk bulat yang

ditengahnya diberi sumbu datar benang atau gulungan kertas. Setelah letak noda

komponen diketahui dan diberi tanda batas, harga RF ( Reterdation Factor) dapat

dihitung :

Rf : jarak yang ditempuh komponen

Jarak yang di tempuh pelada paarut

(Marstan,1999)

Nilai Rf bersifat karateristik dan menunjukan identifikasi masing komponen.

Komponen yang paling mudah larut dalam pelarut dan harganya mendekati satu,

sedangkan, komponen yang kelarutannya rendah akan mempunayi Rf hampir nol.

Harga Rf dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, waktu pengembangan,

pelarut, kertas, sifat campuran, penjenuhan dan sifat bejana. Nilai Rf digunakan

untuk identifikasi kualitatif dan senyawa yang tidak diketahui dengan

membandingkan terhadap senyawa standar. Bila harga Rf sama, berarti kedua

senyawa tersebut identik, sedangkan untuk analisa kuantitatif, komponen-

komponen yang terpisah dapat dipotong-potong kemudian dilarutkan secara

terpisah dalam pelarut yang sesuai untuk ditetapkan kadarnya dengan metode lain

misalnya spekrofotometri. (Yazid, 2005)

Kromatografi lapis tipis (KLT) mempunyai beberapa kelebihan yaitu: waktu

pemisahan lebih cepat, sensitif, artinya meskipun daya resolusinya tinggi, sehingga

pemisahan lebih sempurna. Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran

menjadi komponen-komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak

yang melewati suatu lapisan serapam (sorben) yang diam 9Yazid, 2005).

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud,

baik padat, cair maupun gas. Dasar kromatografi adalah perbedaan daya serap suatu

zat dengan zat lainnya. Cairan yang membawa cairan bergerak disebuk eluen atau

fasa bergerak. Sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut adsorben

(Syukri, 1999).

Syarat eluen ahrus dapat melarutkan semua komponen dan dapat mengalir, maka

Page 67: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

harus berupa cairan atau gas. Eluen dapat merupakan zat murni atau campuran.

Misalnya eter murni atau alkohol 50 %. Komponen dapat dipisahkan dari

komponen lain dengan mendorong adsorben keluar dan dipotong berdasarkan

komponennya (Syukri, 1999).

Berdasarkan komponennya, jenis komponen dan adsorbennya,

kromatografi dapat dibedakan menjadi empat cara yaitu kromatografi lempeng tipis

dan gromatografi kolom. Kromatografi kolom adalah kromatografi yang

adsorbennya dimasukkan kedalam tabung (pipa) kaca. Adsorben tersebut berupa

padatan dalam bentuk tepung. Contohnya alumina. Setelah pemisahan, masing-

masing komponennya terdapat didaerah tertentu dalam tabung. Kromatografi kertas

adalah kromatografi yang menngunakan kertas sebagai adsorbennya dan zat cair

sebagai eluennya. Teknik pemisahan campuran komponen diteteskan pada kertas

(yang dipakai adalah kertas kromatografi) dengan pipa kecil, misalkan pada dua

titik P dan Q tidak terbenam. Kertas yang digantungkan supaya stabil dan dibiarkan

agar eluen naik perlahan sambil membawa komponen yang terdapat pada P dan Q

tadi. Akhirnya, akan terlihat komponen terpisah satu sama lain, karena perbedaan

daya serapnya pada kertas (Syukri, 1999).

Kromatorafi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan

tertentu, pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu fasa

tetap (stationary) dan yang lain fasa bergerak (mobile), pemisahan pemisahan

tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini. Cara-cara kromatografi dapat

digolongkan sesuai dengan sifat-sifat fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau

zat cair, dikenal sebgai kromatografi partisi (partition chromatography), karena

fasa bergerak dapat berupa sistem kromatografi yanitu zat cair fasa tetap (Hardjono,

2005).

Kadang-kadang secara kebetulan ternyata bahwa tidak satupun fasa

bergerak cukup cocok untuk elusi bagi semua unsur. Contoh pada adsorbsi

misalnya, suatu pelarut non polar mungkin cukup ideal elusi beberapa dari zat

terlarut yang kurang polar sedangkan zat terlarut yang lebih polar kemudian yang

mungkin menunjukkan suatu retensi yang panjang dan tak beraturan. Teknik elusi

gradien dalam hal demikian mungkin berguna. Fraksi-fraksi sendiri-sendiri dari

Page 68: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

eluen diteliti dengan cara apapun yang serasi-spektofometri, polarografi, esai

radioaktif, titrimetri dan sebaliknya untuk menentukan tempat unsur-unsur yang

diharapkan dari conton dan untuk menentukan berapa banyaknya (Day, 1980).

Kromatografi dapat digunakan untuk memisahkan memishkan zat-zat yang

tersusun pada satu campuran. Pada pemisahan menggunakan metode kromatografi,

sampel campuran dilewatkan pada permukaan zat inert (zat yang tidak reaktif//tidak

mudah bereaksi secara kimia), seperti alumina, silica, atau kertas khusus. Dalam

hal ini, zat inert merupakan fase diam karena tidak ikut bergerak bersama sampel

campuran (Mirajuddin, 2006).

Suatu atomiser umumnya digunakan sebagai reagent penyemprot bila batas

permukaan pelarut dan zat terlarut dalam kertas ingin dibuat dapat dilihat. Atomiser

yang halus lebih disukai. Gas-gas juga dapat digunakan sebagai penanda bercak

batas permukaan, selanjutnya dapat dilakukan analisis kalorimetri atau

spektroskopi reflektansi apabila sampel berupa logam. Materi yang terdapat

didalam kertas dapat ditentukan secara langsung dengan pelarutan. Kromatografi

kertas selain untuk pemisahan dan analisis kuantitatif, juga sangat bermanfaat untuk

identifikasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan membuat grafik antara Rm α

terhadap jumlah kation dalam suatu deret homolog (Khopkar, 2008).

Page 69: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat

Gelas Kimia

Penggaris

Pensil

Gunting

3.1.2 Bahan

Ekstrak pandan

Ekstrak mawar

Ekstrak kunyit

Tinta spidol warna hitam

Tinta spidol warna merah

Tinta spidol warna biru

Aquades

Aseton

Sabun cuci

Alkohol 95%

Tinta cumi

Kertas saring

Kertas label

Lidi

Tissue

3.3 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pelarut Aquades

Dipotong kertas saring dengan ukuran 10 x 5 cm dengan jarak 1 cm dari

kertas danbatas kertas bawah.

Page 70: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Diberi noda (titik) untuk sampel tinta spidol merah, biru, hitam (non

permanen), ekstrakmawar, ekstrak pandan, ekstrk kunyit, dan tinta cumi.

Ditempatkan ujung kertas dengan lidi

Dicelupkan kertas berisi noda (titik) ke dalam akuades 20 ml yang

sebelumnya telahditempatkan dalam gelas kimia.

Dihentikan proses kromatografi pada saat pelarut mencapai titik maksimum.

Diukur jarak pelarut

Dikeringkan secara manual

Diukur masing-masing jarak nodanya

Dihitung Rf nya

3.2.2 Pelarut etanol

Dipotong kertas saring dengan ukuran 10 cm x 5 cm dengan jarak 1 cm dari

kertasatas dan batas kertas bawah.

Diberi noda (titik) untuk sampel spidol merah, biru, hitam (non permanen),

ekstrakmawar, ekstak pandan, ekstrak kunyit, dan tinta cumi.

Ditempatkan ujung kertas dengan lidi

Dicelupkan kertas berisi noda (titik) ke dalam alcohol 20 ml yang

sebelumnya telahditempatkan dalam gelas kimia

Dihentikan proses kromatografi pada saat pelarut mencapai titik maksimum

Diukur jarak pelarut

Dikeringkan secara manual

Diukur masing-masing jarak nodany

Dihitung Rf nya

3.2.3 Pelarut Aseton

Dipotong kertas saring dengan ukuran 10 cm x 5 cm dengan jarak 1 cm dari

kertasatas dan bata kertas bawah.

Diberi noda (titik) untuk sampel spidol merah, biru, hitam (non

permanen), ekstrakmawar, ekstrak pandan, ekstrak kunyit, dan tinta

cumi.

Ditempatkan ujung kertas dengan lidi

Page 71: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Dicelupkan kertas berisi noda (titik) ke dalam 20 ml yang sebelumnya

telahditempatkan dalam gelas kimia.

Dihentikan proses kromatografi pada saat pelarut mencapai titik

maksimum

Diukur jarak pelarut

Dikeringkan secara manual

Diukur masing-masing jarak noda

Dihitung Rf nya

Page 72: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

No. Sampel Jarak Noda Jarak Pelarut Rf

1 Pelarut akuades

spidol merah 0 0 0

spidol biru 0 8 0

spidol hitam 0 8 0

tinta cumi 0 8,5 0

ekstrak mawar 0 8,5 0

ekstrak pandan 0 8,5 0

ekstrak kunyit 0 8,5 0

2 Pelarut etanol

spidol merah 4,1 6,5 0,63

spidol biru 0 6,5 0

spidol hitam 0 6,5 0

tinta cumi 0 3,5 0

ekstrak mawar 2 3,5 0,57

ekstrak pandan 2,1 3,5 0,6

ekstrak kunyit 2,6 3,5 0,74

3 Pelarut aseton

spidol merah 7,4 7,5 0,99

spidol biru 0 7,5 0

spidol hitam 0 7,5 0

tinta cumi 0 5,5 0

ekstrak mawar 4,7 5,5 0,85

ekstrak pandan 5,4 5,5 0,98

ekstrak kunyit 5,4 5,5 0,98

Page 73: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

4.2 Perhitungan

4.2.1 Nilai Rf pada pelarut akuades

Rf = jarak pada noda

jarak pelarut

Rf (spidol merah = 0

8 = 0

Rf (spidol biru) = 0

8 = 0

Rf (spidol hitam) = 0

8 = 0

Rf (tinta cumi) = 0

8,5 = 0

Rf (ekstrak mawar) = 0

8,5 = 0

Rf (ekstrak pandan) = 0

8,5 = 0

Rf (ekstrak kunyir) = 0

8,5 = 0

4.2.2 Nilai Rf pada pelarut etanol

Rf = jarak pada noda

jarak pelarut

Rf (spidol merah) = 4,1

6,5 = 0,63

Rf (spidol biru) = 0

6,5 = 0

Rf (spidol hitam) = 0

6,5 = 0

Rf (tinta cumi) = 0

3,5 = 0

Rf (ekstrak mawar) = 2,0

3,5 = 0,57

Rf (ekstrak pandan) = 2,1

3,5 = 0,6

Rf (ekstrak kunyir) = 2,6

3,5 = 0,74

Page 74: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

4.2.3 Nilai Rf pada pelarut etanol

Rf = jarak pada noda

jarak pelarut

Rf (spidol merah) = 7,4

7,5 = 0,63

Rf (spidol biru) = 0

7,5 = 0

Rf (spidol hitam) = 0

7,5 = 0

Rf (tinta cumi) = 0

5,5 = 0

Rf (ekstrak mawar) = 4,7

5,5 = 0,85

Rf (ekstrak pandan) = 5,4

5,5 = 0,98

Rf (ekstrak kunyir) = 5,4

5,5 = 0,98

4.3 Reaksi

- Struktur Aquades

O

H H

- Struktur Ekstrak Mawar

CH3

OH

CH3 CH3

Page 75: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Struktur Ekstrak Pandan

-Struktur ekstrak Kunyit

O O

O

H

O

H CCH H-

O

OH

O-

OH

OH

O

O-

O-

OH

Page 76: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

4.4 Pembahasan

Kromatografi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu

chromos yang berarti warna dan graphos yang berarti menulis. Kromatografi adalah

teknik pemisahan suatu zat yang di dasarkan pada perbedaan migrasi komponen-

komponen yang di pisahkan di antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase

diam adalah bahan atau zat yang berfungsi menahan komponen campuran.

Sedangkan fase gerak adalah zat yang akan membawa zat terlarut melalui sebuah

media sehingga terpisah dan zat terlarut lainnya. Eluen adalah pelarut yang di

gunakan untuk membawa zat terlarut melewati media pemisahan. Analit adalah zat

yang di pisahkan. Elusi adalah daya penyerapan pada penyerap.

Kromatografi dapat di golongkan berdasarkan fase yang terlibat antara lain:

- Kromatografi gas – cair, apabila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya

berupa cairan yang di lapiskan pada padatan yang inert.

- Kromatografi gas – padat,apabila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya

berupa padatan yang dapat menyerap atau mengadsorbsi.

- Kromatografi cair – cair, apabila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana

fase diamnya di lapiskan pada permukaan padatan pendukung yang inert.

- Kromatografi cair – padat, apabila fase geraknya berupa cairan sedangkan fase

diamnya berupa padatan yang amorf yang dapat menyerap.

Kromatografi juga dapat di dasarkan atas prinsipnya, misalnya kromatografi

partisi dan kromatografi serapan. Sedangkan menurut teknik kerja yang di gunakan,

yaitu kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas, dan

kromatografi gas.

- Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat

untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat tersebut berupa

pipa gelas yang di lengkapi dengan suatu kran di bagian bawah kolom untuk

mengendalikan aliran zat cair. Ukuran kolom tergantung dari banyaknya zat

yang di pindahkan. Meskipun tersedia berbagai macam kolom dari berbagai

macam gelas, namun kadang-kadang biuret juga dapat di gunakan. Untuk

menahan penyerap (adsorben) di dalam kolom dapat di gunakan adsorben

anorganik seperti alumina bauksit, magnesium, silikat, silica gel, dan tanah

Page 77: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

diatomae. Sedangkan adsorben organic seperti arang gula dan karbon aktif

paling sering di gunakan. Teknik ini banyak di gunakan dalam pemisahan

senyawa-senyawa organik dan kontituen yang sukar menguap. Kromatografi

kolom adsorbs termasuk dalam pemisahan cair – padat substrat padat bertindak

sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Untuk memisahkan

campuran, kolom yang di p[ilih sesuai ukuran di isi dengan bahan penyerap

seperti alumina pada keadaan kering atau di buat seperti bubur dengan pelarut.

Pengisian harus di lakukan secara hati-hati dan sepadat mungkin agar rata

sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara.

- Kromatografi kertas, teknik kromatogarfi kertas menggunakan kertas saring

sebagai penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa murni yang memiliki

afinitas terhadap air atau pelarut polar lainnya. Bila aiar di adsorbsikan pada

kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat di anggap analog dengan

kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai

fase diam yang terserap diantara struktur pori kertas. Cairan fase bergerak yang

biasanya berupa campuran dan pelarut organic dan air. Air akan mengalir

membawa noda cuplikan yang di berikan pada kertas dengan kecepatan yang

berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing komponen

diantara fase diam dan fase geraknya. Kromatografi kertas di gunakan baik untuk

analisis kualitatif maupun kuantitatif. Senyawa-senyawa yang di pisahkan

kebanyakan bersifat polar, misalnya asam amino, gula-gula, dan pigmen-pigmen

alam.

- Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ), teknik ini menggunakan penyokong fase diam

berupa lapisan tipis seperti lempeng kaca, alumunium atau plat inert. Adsorben

yang di gunakan biasanya terdiri dari silica gel atau alumina yang dapat langsung

di campur denga bahan perekat misalnya kalsium sulfat untuk di larutkan pada

plat. Pada pemisahannya, fase gerak akan membawa komponen campuran

sepanjang fase diam pada plat sehingga terbentuk kromatogram. Pemisahan

yang terjadi berdasarkan adsorbs dan partisi. KLT mempunyai beberapa

kelebihan yaitu,

- Waktu pemisahan lebih cepat

Page 78: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Sensitif

- Daya resolusinya tinggi

- Kromatografi gas, campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas.

Fase stasioner dapat berupa cairan (gas, cair) atau padatan (gas, padat).

Umumnya untuk kromatografi gas padat sejumlah kecil padatan inert misalnya

karbon kereaktifan alumina kereaktifasi, silica gel atau saringan molekular

diisikan kedalam tabung logam gulung yang panjang dan tipis. Metode ini

khususnya sangat baik untuk analisa senyawa organik yang mudah menguap

seperti hidrokarbon dan eter. Analisa minyak mentah dan minyak atsiri dalam

buah dapat dilakukan dalam teknik ini.

Kromatografi memiliki beberapa prinsip kerja, antar lain:

- Adsorbsi, pada kromatografi yang menggunakan prinsip adsorbsi, adanya

interaksi antara sampel dengan fase diam, dimana solute (noda) akan berikatan

dengan sisi polar permukaan adsorben.

- Partisi, adalah proses yang analog dengan ektraksi. Pelarut solut (noda) akan

terdistribusi antara fase diam dan fase gerak sesuai dengan kekuatan relatif

diantaranya.

- Like dissolve like merupakan prinsip yang menyatakan bahwa suatu larutan

yang sejenis akan dapat saling melarutkan misalnya memiliki kesamaan polar.

Jika antara pelarut dan noda memiliki persamaan polar maka noda akan dapat

lebih mudah bergerak pada fase diamnya.

- Pertukaran ion, proses dimana solute (noda) ion adalah fase gerak dapat

bertukar dengan ion-ion yang bermuatan yang sama terikat secara kimiawi pada

fase diam.

- Ukuran molekul, dengan adanya perbedaan ukuran molekul maka akan

mempengaruhi kecepatan dan jarak noda tersebut.

Pada percobaan ini, menggunakan 7 sampel yaitu spidol biru, spidol merah, spidol

hitam, tinta cumi, ekstrak mawar, ektrak pandan, dan ekstrak kunyit. Selain itu

terdapat 3 jenis pelarut antara lain akuades (polar), aseton(nonpolar) dan etanol

(semi polar).

Page 79: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Pada pelarut akuades, jarak noda yang didapatkan pada semua noda bernilai

nol, sehingga harga Rfnya adalah nol. Pada pelarut etanol, jarak noda pada spidol

biru, hitam dan tinta cumi bernilai nol, sehingga harga Rfnya adalah nol. Sedangkan

untuk spidol merah didapatkan jarak noda 4,1 cm dan jarak pelarut 6,4 cm sehingga

harga Rfnya 0,63. Estrak mawar jarak nodanya 2 cmdan jarak pelarut 3,5 cm

sehingga harga Rfnya 0,57. Estrak pandan jarak noda 2,1 cm dan jarak pelarut 3,5

cm sehingga harga Rfnya adalah 0,6. Estrak kunyit jarak nodanya 2,6 cm dan jarak

pelarut 3,5 cm sehingga harga Rfnya 0,74. Pada pelarut aseton, spidol biru, spidol

hitam dan tinta cumi memiliki harga Rf 0. Untuk spidol merah, jarak nodanya 7,4

dan jarak pelarutnya 7,5 sehingga didapatkan harga Rf 0,99. Untuk estrak mawar

jarak noda adalah 4,7 dan jarak pelarut adalah 5,5 sehingga harga Rfnya 0.85. estrak

pandan jarak nodanya adalah 5,4 dan jarak pelaru 5,5 sehingga harga Rfnya 0,98.

Estrak kunyit jarak nodanya 5,4 cm dan jarak pelarut 5,5 cm sehingag didapatkan

harga Rfnya 0,98. Sehingga jarak noda yang paling tinggi adalah pada noda spidol

merah pada pelarut aseton, hal ini terjadi karena spidol merah memiliki sifat yang

sama dengan pelarut aseton.

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa semua sampel tidak larut dalam

pelarut akuades. Spidol merah bersifat nono polar karena memiliki harga Rf yang

tinggi yaitu 0,99 pada pelarut aseton. Begitu pula pada estrak mawar, ekstrak

pandan dan ekstrak kunyit bersifat non polar karena memiliki harga Rf yang

mendekati 1 pada pelarut aseton. Percobaan ini menggunakan prinsip like dissolve

like atau kemampuan pelarut dan larutan untuk saling melarutkan karena

komponennya yang sama

Fungsi alat-alat dalam percobaan ini adalah:

- Gelas kimia berfungsi untuk menahan agar kertas saring tidak tercelup

keseluruh pada pelarut

- Penggaris berfungsi untuk mengukur jarak noda dan jarak pelarut

- Pensil berfungsi untuk menandai pada kertas saring.

- Fungsi bahan-bahan dalam percobaan ini, yaitu:

- Akuades berfungsi sebagai pelarut

- Aseton berfungsi sebagai pelarut

Page 80: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Alkohol berfungsi sebagai pelarut

- Spidol merah berfungsi sebagai pelarut

- Spidol biru berfungsi sebagai pelarut

- Spidol hitam berfungsi sebagai pelarut

- Tinta cumi berfungsi sebagai noda

- Ektrak mawar berfungsi sebagai noda

- Estrak pandan berfungsi sebagai noda

- Estrak kunyit berfungsi sebagai noda

- Kertas saring berfungsi sebagai fase diam

- Kertas label berfungsi menamai alat-alat yang digunakan

- Tisu berfungsi mengeringkan atau emmbersihkan alat-alat yang sudah

digunakan

Terdapat beberapa perlakuan yang berbeda antara lain:

- Perbedaan jenis pelarut, hal ini dilakukan agar dapat diketahui sifat dari masin-

masing sampel yang menggunakan prinsip like dissolve like.

- Pengukuran jarak pelarut dan jarak noda, agar dapat diketahui jarak masing-

masing sampel dan noda sehingga dapat ditentukan hrag Rfnya

Faktor kesalahan yang terjadi pada saat praktikum ini adalah

- Pada saat mencelupkan kertas saring yang terlalu dalam kedalam pelarut

sehingga sampel telah larut didalam pelarut tersebut.

- Pemberian noda yang tidak sama banyak pada kertas saring.

Setelah melakukan percobaan ini, dapat diketahui bahwa spidol merah, estrak

mawar, estrak pandan dan estrak kunyit bersifat non polar. Hal ini, dikarenakan

spidol merah, estrak mawar, estrak pandan dan estrak kunyit memiliki harga Rf

yang mendekati 1, yang berarti emmiliki sifat yang sama dengan pelarut aseton.

Sifat fisik dan kimia aquades atau aiir antara lain:

- Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau

- Memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia

- Titik lebur 0℃

- Titik didih 100 ℃

Page 81: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirnya arus listrik

bersifat polar

Sifat fisik dan kimia pelarut aseton

- Bersifat non polar

- Dapat direduksi dengan LIAlH4 menjadi alkohol

- Berat jenis 0,787 gram per mililiter

Sifat fisik dan kimia etanol

- Bersifat semi-polar

- Mudah terbakar

- Titik lebur -114,1 ℃ dan titik didih 78,5 ℃

Page 82: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Pada pelarut aseton, nilai Rf tinta spidol merah adalah 0.99, biru dan hitam

memiliki nilai Rf 0. Demikian dengan tinta cumi memiliki Rf 0 sedangkan

ekstrak mawar nilai Rf nya 0.85, ekstrak pandan dan kunyit memiliki Rf 0,98.

- Pada pelarut etanol, nilai Rf tinta spidol merah adalah 0.63, biru dan hitam

memiliki nilai Rf 0. Demikian dengan tinta cumi memiliki Rf 0 sedangkan

ekstrak mawar nilai Rf nya 0.57, ekstrak pandan Rf nya 0.6 dan kunyit

memiliki Rf 0,74.

- Pada pelarut akuades, nilai Rf tinta spidol merah adalah 0, biru dan hitam

memiliki nilai Rf 0. Demikian dengan tinta cumi memiliki Rf 0, ekstrak mawar

nilai Rf nya 0, ekstrak pandan dan kunyit memiliki Rf 0.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya digunakan bahan lain untuk dianalisa

Rf nya, misalnya tinta spidol permanen agar dapat dibandingkan hasilnya dengan

tinta spidol nonpermanent.

Page 83: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

DAFTAR PUSTAKA

Hardjono. 2005. Kromatografi. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.

Marstan. 1999. Cara Kromatografi Preparatif. Bandung:ITB.

R.A. Day. 1980. Analisa Kuantitatif. Bandung : Erlangga.

Sitorus. 2012. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Bandung: Graha Ilmu.

S, Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB.

Yazid, Einsten. 2005. Kimia Fisika. Yogyakarta: Andi Offset.

Page 84: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

LAMPIRAN GAMBAR

Noda pada pelarut Aseton

Noda pada pelarut Etanol

Noda pada pelarut Aquades

Page 85: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

PERCOBAAN 4

STOIKIOMETRI

Page 86: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

PERCOBAAN 4

STOIKIOMETRI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

NAMA NIM

FAUZIAH ASTARI 1407035007

JEFFREY YOSUA SITINJAK 1407035056

RIKE DOMINTA APRIANTI MANIK 1407035021

SAFRIDAH HANNUM N 1407035018

Samarinda, 6 Desember 2014

Mengetahui,

Dosen pengajar, Asisten Praktikum

Prof. Dr. Daniel Tarigan M.Si Bayu Iskandar

NIP: 19661211 200012 1 001 NIM: 1307035013

Page 87: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali selalu menjumpai hal-hal yang

berkaitan dengan stoikiometri, baik yang terdapat di dalam laboratorium, industri

atau pabrik, maupun di lingkungan sekitar kita, misalnya makanan yang kita

konsumsi setiap hari setelah dicerna dan diubah menjadi tenaga bagi tubuh. Contoh

lain misalnya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai hobi menanam bunga

anggrek dan tanaman hias lainnya. Dia ingin menyemprot tanaman kesayangannya

dengan pupuk langsung ke daunnya, hal ini membuat dia harus membuat larutan

dengan konsentrasi tertentu. Adapun yang dapat kita temukan di alam, misalnya

nitrogen dan hidrogen bergabung membentuk amonia yang digunakan sebagai

pupuk dan bahan yang diperlukan jika kita ingin memperoleh jumlah atau hasil

tertentu. Contoh pada industri atau pabrik pertambangan yang dapat menjelaskan

kualitas bijih, karena persen komposisi massa dari unsur-unsur dalam senyawa

dapat dihitung dengan cepat.

Perhitungan kimia sangat penting dilaboratorium, dipabrik, tetapi juga tidak

jarang dirumah dan untuk kebutuhan-kebutuhan lain. Perhitungan ini meliputi

misalnya berapa banyak bahan baku yang diperlukan bila ingin memperoleh

sejumlah hasil tertentu. Atau sebaliknya bila tersedia bahan baku, berapa paling

banyak hasil yang dapat diperoleh. Contoh lain adalah perhitungan yang berkaitan

dengan banyaknya gas, terdapat dalam gas dengan volume, tekanan dan suhu

tertentu.

Stoikiometri sendiri adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terkait

dalam suatu reaksi kimia. Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceion

(unsur) dan metrein (pengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam

unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang

mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam

reaksi kimia yang didasarkan pada hukum dasar.

Page 88: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Oleh karena itu, percobaan ini sendiri dilakukan untuk menentukan titik

maksimum dan titik minimum stoikiometri pada sistem NaOH 2 M–HNO3 2 M dan

pada sistem NaOH 2 M–H2SO4 1 M. Selain itu kita melakukan percobaan ini untuk

mengetahui dan dapat menerapkan jika NaOH dihomogenkan atau dicampur

dengan H2SO4 ataupun HNO3, apa yang terjadi dan termasuk jenis reaksi

stoikiometri atau reaksi non stoikiometri.

1.2 Tujuan Percobaan

- Untuk menentukan titik maksimum dan titik minimum pada stoikiometri

sistem NaOH 2 M – HNO3 2 M

- Untuk menentukan titik maksimum dan titik minimum pada stoikiometri

sistem NaOH 2 M – H2SO4 1 M

- Untuk mengetahui mana yang termasuk reaksi stoikiometri dan reaks non

stoikiometri pada sistem NaOH 2 M – HNO3 2 M

Page 89: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stoikiometri

Stoikiometri adalah cabang ilmu kimia yang membahas hubungan bobot

unsur-unsur dan senyawa dalam reaksi kimia. Karena air begitu lazim digunakan

dalam bidang kuantitatif (Underwood, 1986).

Mol didefinisikan sebagai banyaknya zat yang mengandung satuan-satuan

nyata (entitas) sebanyak atom dalam 12 gram nuklida, karbon-12, isotop, C612 .

Satuan nyata ini dapat berupa atom, molekul, ion, ataupun elektron. Karena 12 gram

karbon-12 mengandung atom sebanyak bilangan Avogadro, maka 1 mol zat apa saja

mengandung 6,023. 1023 partikel elementer. Jika partikel itu molekul, bobot dalam

gram dari satu mol zat disebut bobot gram-molekul (biasanya disebut dengan bobot

atom). Bobot gram-atom tembaga adalah 65,54 gram dan mengandung 6,023. 1023

atom Cu (Underwood, 1986).

Istilah bobot gram-rumus (atau bobot rumus) adalah penjumlahan dari bobot-

botot atom semua atom dalam rumus kimia suatu zat dan normalnya sama dengan

bobot molekul. Beberapa ahli kimia menggunakan bobot rumus buaknnya bobot

molekul dalam kasus-kasus dimana kurang benar untuk berbicara mengenal

“molekul” suatu zat, terutama senyawa ion. Dalam natrium klorida (NaCl)

misalnya, satuan terkecil dalam zat padat ialah ion-ion Na+ dan Cl− molekul NaCl

itu tidak ada. Karena mol seperti didefinisikan di atas, menunjuk ke ensitas lain

maupun ke molekul. Istilah “bobot” molekul akan digunakan sebagai sinonim

dengan “bobot rumus” dalam kasus-kasus semacam itu. Dipahami bahwa

penggunaan ini tidaklah menyiratkan apapun mengenai struktur senyawa. Dalam

situasi dimana terjadi disosiasi ataupun pembentukan kompleks, yang

mengakibatkan kuantitas yang cukup dari molekul maupun ion dalam suatu larutan

akan digunakan normalitas sebagai sistem konsentrasi untuk menyatakan

banyaknya total suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu larutan, dan molaritas

untuk menyatakan konsentrasi keseimbangan dari masing-masing spesies

Page 90: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

(Underwood, 1986).

Bobot ekuivalen suatu zat yang terlibat dalam suatu reaksi, yang digunakan

sebagai dasar untuk suatu titrasi, didefinisikan sebagai berikut:

- Asam basa, bobot gram-ekuivalen adalah bobot dalam gram dari suatu zat yang

diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol (1,008 gram) H+.

- Redoks, bobot gram-ekuivalen adalah bobot dalam gram dari suatu zat yang

diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol elektron.

- Pengendapan atau pembentukan kompleks, bobot gram-ekuivalen adalah bobot

dalam gram dari zat itu yang diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan

1 mol kation univalen, ½ mol divalen, 1/3 mol kation trivalen, dan seterusnya

(Underwood, 1986).

Bobot ekuivalen suatu zat disebut ekuivalen, tepat sama seperti bobot molekul

disebut mol. Bobot ekuivalen dan bobot molekul dihubungkan dengan persamaan:

𝐸𝑊 = µ𝑤

𝑛

Dengan n adalah jumlah mol ion hidrogen, elektron atau kation univalen yang

diberikan atau diikat oleh zat yang bereaksi itu meluas penggunaannya dan tidak

bijaksana (Underwood, 1986).

Reaksi kimia adalah proses yang mengonversi sekelompok zat, yang disebut

reaktan (reactant), menjadi sekelompok zat baru yang dinamakan dengan istilah

produk (product). Koefisien yang diperlukan dalam menyatakan kimia dinamakan

koefisien stoikiometri (stoichiometric coefficient), koefisien ini penting dalam

mengaitkan banyaknya reaktan yang digunakan dan juga banyaknya produk yang

terbentuk dalam reaksi kimia, melalui berbagai perhitungan (Underwood, 1986).

Suatu persamaan dapat disertakan hanya dengan menyesuaikan koefisien

pada rumus. Dalam menyetarakan reaksi kimia ingatlah butir-butir berikut:

- Persamaan hanya meliputi reaktan dan produk yang terlibat dalam sebuah reaksi.

Contoh reaksi yang salah:

NO + O2 ⟶ NO2 + O

Meskipun setara, persamaan ini adalah salah. Dari deskripsi reaksi yang diketahui,

tidak ada atom oksigen yang dihasilkan: NO2 adalah satu-satunya produk.

Page 91: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Jangan menhetarakan persamaan dengan merubah rumus. Contoh reaksi yang

salah:

NO + O2 ⟶ NO3

Sekali lagi, persamaan sudah setara tetapi salah. Rumus untuk nitrogen dioksida,

satu-satunya produk reaksi, hanya dapat ditulis NO2. NO2 tidak boleh diganti

menjadi NO3 untuk menyetarakan reaksi (Underwood, 1986).

Dalam bahasa Yunani, kata Stoiceion berarti unsur. Istilah stoikiometri

(stoichiometry) secara harfiah berarti mengukur unsur tetapi dari sudut pandang

praktis, geometri meliputi semua hubungan kuantitatif yang melibatkan massa atom

dan massa rumus, rumus kimia dan persamaan kimia (Underwood, 1986).

Koefisien dalam persamaan kimia :

2𝐻2(𝑔) + 𝑂2 ⟶ 2𝐻2𝑂(𝑙)

Berarti, 2 molekul 𝐻2(𝑔)+ 1 molekul 𝑂2 ⟶ 2 molekul H2O. Koefisien pada

persamaan reaksi kimia memungkinkan kita membuat pernyataan, seperti berikut:

- Dua mol H2O dihasilkan untuk setiap dua mol H2 yang terpakai

- Dua mol H2 terpakai untuk setiap satu mol O2 yang terpakai (Underwood, 1986).

Lebih jauh lagi kita dapat mengubah pernyataan itu, menjadi faktor konvers yang

dinamakan faktor stoikiometri (stoichiometric factor). Faktor stoikiometri

mengaitkan jumlah dua zat yang terlibat dalam reaksi kimia, berdasarkan mol

(Underwood, 1986).

Konsentrasi atau molaritas (molarity) adalah sifat larutan yang didefinisikan

sebagai banyaknya mol zat terlarut per liter larutan, atau:

Molaritas (M) = banyaknya zat terlarut (dalam mol)

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)

(Syukri, 1999).

Ilmu kimia mempelajari tentang peristiwa kimia yang ditandai dengan

berubahnya suatu zat menjadi zat lain. Contohnya saja pada pembakaran etanol.

Setelah diselidiki, etanol dan oksigen berubah menjadi pereduksi, sedangkan

karbondioksida dan air sebagai hasil reaksi. Keterangan diatas belumlah cukup,

karena tidak menggambarkan hubungan antara jumlah pereaksi dengan hasil reaksi.

Page 92: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Jika dipakai 100 gram etanol, berapakah jumlah oksigen yang diperlukan serta

karbondioksida dan juga air yang terbentuk? Untuk itu perlu diketahui unsur-unsur

yang terdapat dalam etanol, karbondioksida, dan air serta perbandingannya secara

kuantitatif (Syukri, 1999).

Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu senyawa

atau reaksi disebut stoikiometri (bahasa Yunani, stoiceion = unsur, metrain =

mengukur). Dengan kata lain stoikiometri adalah perhitungan kimia yang

menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Penelitian yang

cermat terhadap pereaksi dan hasil reaksi dalam kimia telah melahirkan hukum-

hukum dasar kima yang menunjukkan hubungan kuantitatif itu. Hukum tersebut

adalah hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum

perbandingan ganda (Syukri, 1999).

Pada tahun 1774, Lavoiser memanaskan timah dalam oksigen dan juga dalam

wadah tertutup. Dengan menimbang secara teliti ia berhasil membuktikan bahwa

dalam reaksi kimia itu tidak terjaid perubahan massa. Ia dapat mengemukakan

penyataan yang disebut hukum kekekalan massa yang jika diuraikan berbunyi

demikian:

“Pada reaksi kimia, massa zat pereaksi sama dengan zat hasil dari reaksi.

Materi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan” (Syukri, 1999).

Pada mulanya para ahli menyakini kebenaran hukum ini karena berdasarkan

percobaan. Akan tetapi kemudian timbul masalah pada reaksi yang eksotermik dan

endodermik, karena menurut Einstein massa itu adalah setara dengan energi, yaitu:

E = mc2

Dengan : E = energi (J)

M = massa (kg)

C = kecepatan cahaya (3.108𝑚𝑠−1)

Artinya energi timbul dalam suatu peristiwa mengakibatkan hilangnya sejumlah

dari massa. Sebaliknya energi yang timbul dalam suatu peristiwa akan disertai

dengan terciptanya sejumlah materi. Namun demikian, perhitungan menunjukkan

bahwa perubahan massa dalam reaksi sangat kecil, sehingga dapat saja kita abaikan.

Jadi, hukum kekekalan massa masih tetap berlaku, dan di dalam versi modern

Page 93: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

berbunyi:

“Dalam reaksi kimia tidak dapat dideteksi perubahan massa”

Jika Lavoiser meneliti zat, Proust mempelajari unsur-unsur dalam suatu senyawa.

Yang menjadi pertanyaan Proust adalah perbandingan massa dari Hidrogen dan

juga Oksigen? Bila direaksikan 10 gram oksigen ternyata diperlukan 0,125 gram

hidrogen. Sesuai dengan hukum Lavoiser akan terbentuk 10,125 gram air.

Oksigen + Hidrogen ⟶ air

Sebaliknya, jika 100 gram air diuraikan ternyata menghasilkan 88,9 gram oksigen

dan 11,1 gram hidrogen, atau:

Air ⟶ Oksigen + Hidrogen

(Petrucci, 1985)

Percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk membentuk air dibutuhkan

oksigen dan hidrogen dengan perbandingan yang tetap, yaitu 8:1. Dengan kata lain,

air mengandung hidrogen dan oksigen dengan adanya perbandingan 8:1. Dengan

kaata lain air mengandung oksigen dan hidrogen dengan perbandingan yang selalu

tetap. Demikian juga jika direaksikan 28 gram besi (Fe) akan diperlukan 6 gram

belerang dan akan terbentuk 44 gram besi belerang atau:

Besi + belerang → Besi Belerang

Dengan mengetahui beberapa reaksi dan sifat reaksi, kita dapat pula menerangkan

reaksi-reaksi kimia lebih mudah dan mungkin reaksi menjadi lebih muah untuk

dipahami. Salah satu skema skema klasisifikasi yang menerangkan semua reaksi

kimia:

- Pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa bergabung

dengan oksigen pembentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.

Misalnya CO2, H2O dan SO4

- Penggabungan atau sintetis adalah suatu reaksi kimia dimana sebuah zat yang

lebih dulu kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang yang lebih sederhana

(baik unsur maupun senyawa).

- Penguraian adalah suatu reaksi kimia dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat

yang lebih sederhana.

Page 94: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Penggantian (perpindahan tunggal) adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur

memindahkan unsur lain dalam suatu senyawa.

- Metatesis (perpindahan ganda) adalah suatu reaksi dimana terjadi pertukaran

antara dua pereaksi

(Brady, 1999).

Berdasarkan perjanjian Internasional, satu atom dari isotop karbon (disebut

carbon 12) yang mempunyai enam proton ini dipakai sebagai standar suatu ayunan

massa atom yang didefinisikan sebagai suatu massa yang besarnya tepat sama

dengan seperduabelas massa dari satu atom karbon-12. Massa satu atom karbon

12=12 sma (Chang, 2005).

Hubungan kuantitatif suatu reaksi dalam larutan dapat terjadi sama dengan

reaksi ini dan dapat terjadi dimana saja. Koefisien dalam persamaan reaksi

merupakan perbandingan mol yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah

stoikiometri. Perbedaannya jika ada satuan laboratorium yang digunakan untuk

menghitung jumlah reaktan. Perhatikan reaksi dari larutan natrium karbonat,

NaCr2O4 yang ditambahkan kedalam larutan timbel nitrat (Pb(NO3)). Terbentuknya

endapan PbCrO4 yang bewarna kuning, suatu senyawa yang bisa digunakan untuk

berbagai keperluan. Stoikiometri berguna untuk memberi pemahaman dan analisa

secara kuantitatif (Brady, 1999).

Page 95: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Gelas kimia

- Gelas ukur

- Pipet tetes

- Termometer

- Botol reagen

- Botol semprot

3.1.2 Bahan

- Akuades

- Tisu

- Kertas label

- Larutan NaOH 2 M

- Larutan HNO3 2 M

- Larutan H2SO4 1 M

- Sunlight

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Stoikiometri NaOH 2 M – HNO3 2 M

3.2.1.1 2 mL NaOH – 6 mL HNO3

- Diambil larutan NaOH 2 ml

- Diukur suhunya

- Diambil larutan HNO3 6 mL

- Diukur suhunya

- Dicampurkan 2 mL NaOH dengan 6 mL HNO3

- Diukur suhu campurannya

3.2.1.2 4 mL NaOH – 4 mL HNO3

- Diambil larutan NaOH 2 ml

- Diukur suhunya

Page 96: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Diambil larutan HNO3 6 mL

- Diukur suhunya

- Dicampurkan 2 mL NaOH dengan 6 mL HNO3

- Diukur suhu campurannya

3.2.1.3 4 mL NaOH – 4 mL HNO3

- Diambil larutan NaOH 2 ml

- Diukur suhunya

- Diambil larutan HNO3 6 mL

- Diukur suhunya

- Dicampurkan 2 mL NaOH dengan 6 mL HNO3

- Diukur suhu campurannya

3.2.2 Stoikiometri NaOH 2 M – H2SO4 1 M

3.2.2.1 2 mL NaOH 2 M – 6 mL H2SO4 1 M

- Diambil larutan NaOH 2 ml

- Diukur suhunya

- Diambil larutan H2SO4 6 mL

- Diukur suhunya

- Dicampurkan 2 mL NaOH dengan 6 mL H2SO4

- Diukur suhu campurannya

3.2.2.2 4 mL NaOH 2 M – 4 mL H2SO4 1 M

- Diambil larutan NaOH 4 ml

- Diukur suhunya

- Diambil larutan H2SO4 4 mL

- Diukur suhunya

- Dicampurkan 4 mL NaOH dengan 4 mL H2SO4

- Diukur suhu campurannya

3.2.2.3 6 mL NaOH 2 M – 2 mL H2SO4 1 M

- Diambil larutan NaOH 4 ml

- Diukur suhunya

- Diambil larutan H2SO4 4 mL

- Diukur suhunya

Page 97: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Dicampurkan 4 mL NaOH dengan 4 mL H2SO4

- Diukur suhu campurannya

Page 98: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

4.1.1 Sistem NaOH 2 M – HNO3 2 M

V NaOH T NaOH V HNO3 T HNO3 T camp

2 mL 29 ℃ 6 mL 30 ℃ 31 ℃

4 mL 28 ℃ 4 mL 31 ℃ 31 ℃

6 mL 29 ℃ 2 mL 31 ℃ 32 ℃

4.1.2 Sistem NaOH 2 M – H2SO4 1 M

V NaOH T NaOH V HNO3 T HNO3 T camp

2 mL 30 ℃ 6 mL 30 ℃ 31 ℃

4 mL 29 ℃ 4 mL 31 ℃ 34 ℃

6 mL 28 ℃ 2 mL 30 ℃ 31 ℃

4.2 Reaksi

4.2.1 NaOH dengan HNO3

NaOH + HNO3 → NaNO3 + H2O

4.2.2 NaOH dengan H2SO4

2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O

4.3 Perhitungan

4.3.1 Stoikiometri sistem 2 mL NaOH 2 M – 6 mL HNO3 2 M

NaOH + HNO3 → NaNO3 + H2O

m : 4 mmol 12 mmol - -

r : 4 mmol 4 mmol 4 mmol 4 mmol

s : - 8 mmol 4 mmol 4 mmol

- Termasuk reaksi non stoikiometri

- Pereaksi pembatas = NaOH

- Pereaksi sisa = HNO3

- Berat garam (NaNO3) = n.Mr

Page 99: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

= 4.85

= 340 mg

= 0,34 gram

4.3.2 Stoikiometri sistem 4 mL NaOH 2 M – 4 mL HNO3 2 M

NaOH + HNO3 → NaNO3 + H2O

m : 8 mmol 8 mmol - -

r : 8 mmol 8 mmol 8 mmol 8 mmol

s : - - 8 mmol 8 mmol

- Termasuk reaksi stoikiometri

- Pereaksi pembatas = tidak ada

- Pereaksi sisa = tidak ada

- Berat garam (NaNO3) = n.Mr

= 8.85

= 680 mg

= 0,68 gram

4.3.3 Stoikiometri sistem 6 mL NaOH 2 M – 2 mL HNO3 2 M

NaOH + HNO3 → NaNO3 + H2O

m : 12 mmol 4 mmol - -

r : 4 mmol 4 mmol 4 mmol 4 mmol

s : 8 mmol - 4 mmol 4 mmol

- Termasuk reaksi non stoikiometri

- Pereaksi pembatas = HNO3

- Pereaksi sisa = NaOH

- Berat garam (NaNO3) = n.Mr

= 4.85

= 340 mg

= 0,34 gram

Page 100: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

4.3.4 Stoikiometri sistem 2 mL NaOH 2 M – 6 mL HNO3 2 M

NaOH + HNO3 → NaNO3 + H2O

m : 4 mmol 6 mmol - -

r : 4 mmol 2 mmol 2 mmol 4 mmol

s : - 4 mmol 2 mmol 4 mmol

- Termasuk reaksi non stoikiometri

- Pereaksi pembatas = NaOH

- Pereaksi sisa = H2SO4

- Berat garam (Na2SO4) = n.Mr

= 2.142

= 284 mg

= 0,284 gram

4.3.5 Stoikiometri sistem 2 mL NaOH 2 M – 6 mL HNO3 2 M

NaOH + HNO3 → NaNO3 + H2O

m : 8 mmol 4 mmol - -

r : 8 mmol 4 mmol 4 mmol 8 mmol

s : - - 4 mmol 8 mmol

- Termasuk reaksi stoikiometri

- Pereaksi pembatas = tidak ada

- Pereaksi sisa = tidak ada

- Berat garam (Na2SO4) = n.Mr

= 4.142

= 586 mg

= 0,586 gram

4.3.6 Stoikiometri sistem 6 mL NaOH 2 M – 2 mL HNO3 2 M

NaOH + HNO3 → NaNO3 + H2O

m : 12 mmol 2 mmol - -

r : 4 mmol 2 mmol 2 mmol 4 mmol

s : 8 mmol - 2 mmol 4 mmol

- Termasuk reaksi non stoikiometri

- Pereaksi pembatas = H2SO4

Page 101: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Pereaksi sisa = NaOH

- Berat garam (Na2SO4) = n.Mr

= 2.142

= 284 mg

= 0,284 gram

4.4 Grafik

4.4.1 Stoikiometri sistem NaOH + HNO3

4.4.2 Stoikiometri sistem NaOH + H2SO4

30

30.5

31

31.5

32

32.5

33

2 dan 6 4 dan 4 6 dan 2

Suh

u c

amp

ura

n

Volume NaOH + HNO3 (mL)

Stoikiometri sistem NaOH + HNO3

3030.5

3131.5

3232.5

3333.5

3434.5

35

2 dan 6 4 dan 4 6 dan 2

Suh

u c

amp

ura

n

Volume NaOH + H2SO4 (mL)

Stoikiometri sistem NaOH + H2SO4

Page 102: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

4.5 Pembahasan

Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan

kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Kata stoikiometri berasal

dari bahasa Yunani yaitu stoiceion yang berarti elemen/unsur dan metria yang

berarti ukuran. Stoikiometri dilakukan untuk menentukan titik maksimum dan titik

minimum sesuai dengan titik stoikiometri sistem. Dimana suhu berpengaruh.

Hubungan antara suhu dan reaksi stoikiometri adalah suhu akan mencapai titik

maksimum bila reaksi tersebut adalah reaksi stoikiometri dan titik minimum bila

reaksi tersebut adalah reaksi non stoikiometri. Reaksi stoikiometri adalah reaksi

dimana suatu pereaksi yang jika direaksikan akan habis tanpa sisa. Sedangkan

reaksi non stoikiometri adalah suatu pereaksi yang jika direaksikan maka akan

bersisa. Reaktan yang habis terlebih dahulu pada saat zat-zat tersebut direaksikan

disebut pereaksi pembatas. Pereaksi sisa adalah reaktan yang tidak habis bereaksi

atau masih bersisa.

Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang terdispersi

menjadi molekul maupun ion yang komposisinya bervariasi. Campuran homogen

adalah campuran dua zat atau lebih yang terdiri dari dasa yang sama sehingga sudah

tidak dapat terlihat lagi batasan antara zat-zat yang dicampurkannya. Campuran

heterogen adalah campuran dua zat atau lebih dengan fasa yang berbeda yang masih

terlihat bidang batas di campuran tersebut.

Dalam suatu reaksi, terdapat reaksi eksoterm dan reaksi endoderm. Reaksi

eksoterm adalah reaksi yang menyebabkan adanya transfer kalor dari sistem ke

lingkungan. Reaksi eksoterm selalu ditandai dengan adanya kenaikan suhu sistem

saat reaksi berlangsung. Perubahan entalpi bertanda negatif (ΔH < 0). Hal ini

dikarenakan energi yang dilepaskan lebih besar daripada energi yang digunakan

untuk reaksi.

Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyebabkan adanya transfer kalor

dari lingkungan ke sistem. Reaksi endoterm ditandai dengan adanya penurunan

suhu sistem. Reaksi endoterm mempunyai entalpi bernilai positif (ΔH > 0). Energi

Page 103: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

yang dilepaskan lebih kecil daripada energi yang digunakan saat reaksi. Contoh

reaksi endoterm adalah es batu yang meleleh.

Jenis-jenis reaksi kimia antara lain:

- Reaksi pembakaran adlah suatu reaksi dimana unsur atau senawa bergabung

dengan oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.

Misalnya CO2 dan H2O

- Reaksi penggabungan adalah suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih

kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana

- Reaksi penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipisah menjadi zat-zat

yang lebih sederhana.

- Reaksi penggantian adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur memindahkan

unsur lain dalam suatu senyawa.

Persamaan reaksi setara adalah peraamaan yang menunjukkan jumlah atom yang

sama antara reaktan maupun produk. Hukum-hukum yang mendasari suatu reaksi

antar lain:

- Hukum Boyle yang berbunyi “Pada suhu dan jumlah mol yang sama, maka hasil

kali tekanan dan volume selalu sama”

- Hukum Boyle-Gay Lussac yang berbunyi “Untuk gas dengan massa tertentu,

massa hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dan

Kelvin adalah tetap.

- Hukum Dalton yang berbunyi “Tekanan total dari campuran berbagai macam

gas sama dengan jumlah tekanan parsial dan gas-gas yang saling bercampur

tersebut.

Pada percobaan ini dilakukan dua percobaan, yaitu mencampurkan NaOH 2

M dengan HNO3 2 M dan mencampurkan NaOH 2 M dengan H2SO4 1 M. Pada

percobaan pertama dilakukan dengan 3 perlakuan yang berbeda. Perlakuan yang

pertama yaitu dengan mencampurkan 2 mL NaOH 2 M dan 6 mL HNO3 2 M.

Masing-masing reagen diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan

suhu NaOH 29℃ dan suhu HNO3 30℃. Setelah itu dicampurkan kedua bahan dan

diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu campuran 31℃.

Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena NaOH telah habis bereaksi dan

Page 104: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

HNO3 masih bersisa sebanyak 8 mmol. Pada perlakuan yang kedua yaitu dengan

mencampurkan 4 mL NaOH 2 M dan 4 mL HNO3 2 M. Masing-masing reagen

diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu NaOH 28℃ dan

suhu HNO3 31℃. Setelah itu dicampurkan kedua bahan dan diukur suhunya

menggunakan termometer dan didapatkan suhu campuran 31℃. Reaksi ini

termasuk reaksi stoikiometri karena kedua reaktan yaitu NaOH 2 M dan HNO3 2 M

habis bereaksi. Pada perlakuan yang ketiga yaitu dengan mencampurkan 6 mL

NaOH 2 M dan 2 mL HNO3 2 M. Masing-masing reagen diukur suhunya

menggunakan termometer dan didapatkan suhu NaOH 29℃ dan suhu HNO3 31℃.

Setelah itu dicampurkan kedua bahan dan diukur suhunya menggunakan

termometer dan didapatkan suhu campuran 32℃. Reaksi ini termasuk reaksi non

stoikiometri karena HNO3 telah habis bereaksi dan NaOH masih bersisa sebanyak

8 mmol. Dari tiga perlakuan diatas dapat disimpulkan bahwa titik maksimumnya

adalah pada saat pencampuran 4 mL NaOH 2 M dengan 4 mL HNO3 2 M, karena

merupakan reaksi stoikiometri.

Percobaan kedua menggunakan reagen NaOH 2 M yang bersifat basa dan

H2SO4 yang bersifat asam. Percobaan kedua ini dilakukan 3 perlakuan yang

berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 2 mL NaOH 2 M dan 6

mL H2SO4 1 M. Masing-masing reagen diukur suhunya menggunakan termometer

dan didapatkan suhu NaOH 30℃ dan suhu HNO3 30℃. Setelah itu dicampurkan

kedua bahan dan diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu

campuran 31℃. Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena NaOH telah

habis bereaksi dan H2SO4 masih bersisa sebanyak 4 mmol. Perlakuan kedua yaitu

dengan dengan mencampurkan 4 mL NaOH 2 M dan 4 mL H2SO4 1 M. Masing-

masing reagen diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu

NaOH 29℃ dan suhu HNO3 31℃. Setelah itu dicampurkan kedua bahan dan diukur

suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu campuran 30℃. Reaksi ini

termasuk reaksi stoikiometri karena kedua reaktan telah habis bereaksi. Pada

perlakuan ketiga yaitu dengan dengan mencampurkan 6 mL NaOH 2 M dan 2 mL

H2SO4 1 M. Masing-masing reagen diukur suhunya menggunakan termometer dan

didapatkan suhu NaOH 28℃ dan suhu HNO3 30℃. Setelah itu dicampurkan kedua

Page 105: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

bahan dan diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu

campuran 31℃. Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena NaOH telah

habis bereaksi dan H2SO4 masih bersisa sebanyak 8 mmol. Dari ketiga perlakuan

diatas dapat disimpulkan bahwa titik maksimumnya adalah pada pencampuran 4

mL NaOH 2 M dengan 4 mL H2SO4 1 M karena merupakan reaksi stoikiometri.

Terdapat beberapa perlakuan didalam percobaan ini, antara lain:

- Volume reaktan yang diberikan berbeda-beda agar dapat diketahui titik

maksimum dan minimum pada sistem

- Pencampuran kedua larutan agar tejadi reaksi

- Pengukuran volume, hal ini dilakukan agar didapatkan volume larutan sesuai

yang diinginkan.

- Pengukuran suhu, agar dapat diketahui suhu sebelum bercampur dan setelah

dicampurkan.

Fungsi alat-alat yang digunakan yaitu:

- Gelas kimia berfungsi sebagai tempat reagen dicampurkan.

- Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume reagen yang akan direaksikan.

- Termometer berfungsi untuk mengukur suhu reagen sebelum dicampur dan

setelah dicampurkan.

- Pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan dalam jumlah yang sedikit

Fungsi bahan yang digunakan yaitu:

- Kertas label berfungsi untuk menamai alat-alat dan bahan yang digunakan agar

tidak tertukar

- Tisu berfungsi untuk membersihkan alat-alat yang telah digunakan

- Akuades berfungsi untuk mencuci alat yang telah digunakan untuk proses reaksi

Fungsi reagen adalah:

- Larutan NaOH 2 M berfungsi sebagai reagen yang digunakan untuk proses

reaksi, NaOH bersifat basa

- Larutan HNO3 2 M berfungsi sebagai reagen yang digunakan untuk proses

reaksi, NaOH bersifat asam

- Larutan H2SO4 1 M berfungsi sebagai reagen yang digunakan untuk proses

reaksi, H2SO4 bersifat asam

Page 106: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Dalam praktikum ini terdapat beberapa faktor kesalahan yaitu:

- Kurang teliti dalam pengukuran suhu menggunakan termometer sehingga hasil

yang didapatkan kurang akurat

- Pengukuran volume larutan yang tidak teliti

Sifat fisik NaOH yaitu:

- Rumus molekul : NaOH

- Massa molar : 40 g/mol

- Kepadatan : 2,13 g/cm3

- Titik lebur : 318 ℃

- Titik didih : 1388

- Penampilan : putih, solid, hidroskopis

Sifat kimia NaOH, yaitu:

- Bila dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab

- Mudah larut dalam air dan etanol

- Tidak larut dalam eter

- Mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida

- Merupakan basa kuat bila dilarutkan dalam air

Sifta fisik HNO3, yaitu:

- Rumus molekul : HNO3

- Densitas : 1,39 g/cm3

- Berat molekul : 63,012 g/mol

- Titik didih : 121 ℃

- Titik lebur : -32 ℃

- Tidak berwarna

Sifat kimia HNO3, yaitu:

- HNO3 tidak stabil terhadap panas dan matahari

- Larutan asam kuat

- Dalam larutan pekatnya, asam sulfat mengalami ionisasi

Sifat fisika H2SO4 yaitu:

- Rumus molekul : H2SO4

Page 107: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

- Titik leleh : 10 ℃

- Titik didih : 298 ℃

- Tekanan uap : 146 ℃

- Tidak berwarna

Sifat kimia H2SO4, yaitu:

- Dengan basa membentuk garam dan air

- Dengan alkohol membentuk eter dengan air

- Merupakan asam kuat

Aplikasi stoikiometri antara lain:

- Digunakan dalam proses titrasi

- Reaksi pembakaran

- Pembuatan obat-obatan

- Reaksi pencernaan didalam tubuh makhluk hidup

- Pembuatan larutan dalam proses industri

- Pembuatan pupuk

- Penentuan kadar dalam suatu zat atau senyawa

- Pembuatan kembang api

- Reaksi fotosintesis pda tumbuhan

- Pembuatan zat-zat kimia di laboratorium

Page 108: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Titik maksimum dari campuran NaOH – HNO3 adalah 32 ℃ dan titik minimum

31 ℃

- Titik maksimum dari campuran NaOH – H2SO4 adalah 34 ℃ dan titik

minimum 31 ℃

- Pada NaOH 2 M 6 mL – HNO3 2 M 2 mL dan NaOH 2 M 6 mL – HNO3 2 M

2 mL merupakan reakis non stoikiometri, sedangkan pada NaOH 2 M 4 mL –

HNO3 2 M 4 mL merpakan reaksi stoikiometri, karena reaktan sama-sama

habis bereaksi

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum stoikiometri selanjutnya larutan yang digunakan

dapat divariasikan lagi. Misalnya, larutan HNO3 dapat diganti dengan larutan HCl

atau yang lainnya agar didapatkan hasil yang berbeda.

Page 109: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

DAFTAR PUSTAKA

Keenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Respati. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Bineka Cipta.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.

Page 110: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

PERCOBAAN 5

LAJU REAKSI

Page 111: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

PERCOBAAN 5

LAJU REAKSI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

NAMA NIM

FAUZIAH ASTARI 1407035007

JEFFREY YOSUA SITINJAK 1407035056

RIKE DOMINTA APRIANTI MANIK 1407035021

SAFRIDAH HANNUM N 1407035018

Samarinda, 6 Desember 2014

Mengetahui,

Dosen pengajar, Asisten Praktikum

Prof. Dr. Daniel Tarigan M.Si Bayu Iskandar

NIP: 19661211 200012 1 001 NIM: 1307035013

Page 112: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan ini, banyak sekali dijumpai perubahan–perubahan yang

terjadi, baik secara cepat maupun lambat. Banyak sekali contoh perubahan dalam

kimia. Reaksi kimia merupakan proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi.

Bahan bakar roket dirancang untuk menghasilkan lepasan cepat produk gas dan

energi untuk memberikan dorongan maksimum pada roket. Susu disimpan dalam

lemari pendingin untuk memperlambat proses basi, merupakan contoh dari reaksi

kimia. Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat dan ada pula yang berlangsung

lambat. Contoh reaksi yang berlangsung dengan cepat adalah pembakaran kertas.

Sedangkan contoh reaksi yang berlangsung dengan sangat lambat adalah perkaratan

logam.

Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat dan ada yang beralangsung

dengan sangat lambat, karena adanya perbedaan laju reaksi kimia antara suatu

reaksi dan reaksi lainnya. Laju reaksi kimia didefinisikan sebagai laju perubahan

konsentrasi per satuan waktu. Saat terjadinya suatu reaksi kimia, maka seiring

waktu jumlah pereaksi akan semakin berkurang dan jumlah produk akan semakin

bertambah. Perbedaan lama dan cepatnya suatu reaksi kimia disebabkan oleh

berbagai faktor. Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksiberguna

dalam mengontrol kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan. Kadang–kadang kita

ingin reaksi tersebut berlangsung cepat, contohnya adalah seperti pembuatan

amoniak dari nitrogen dan hidrogen. Atau dalam pabrik yang menghasilkan zat

tertentu. Tentu saja dalam proses produksinya, produsen ingin hal yang cepat. Akan

tetapi kadang kala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti pada masalah proses

perkaratan besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan lain

sebagainya. Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi laju reaksi ini. Faktor–

faktor tersebut adalah konsentrasi dari pereaksi tersebut, suhu dari pereaksi pada

saat reaksi sedang berlangsung, luas permukaan dari partikel–partikel zat yang

menyusun pereaksi, serta katalis yang merupakan zat yang dapat mempengaruhi

Page 113: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

waktu dari reaksi kimia berlangsung namun tidak mempengaruhi hasil reaksinya.

Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui laju reaksi kimia

pada beberapa bahan kimia. Dalam hal ini, yang dianalisa adalah laju reaksi pada

zat HNO3dengan konsentrasi 1 M dan juga HNO3 2M. Serta untuk mengetahui laju

reaksi pada Na2S2O3 dengan konsentrasi 0,1 M serta Na2S2O3 0,2 M. Serta untuk

mengetahui pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap nilai laju reaksi kimianya.

Selain itu, untuk mengetahui orde reaksi dan orde reaksi total Na2S2O3 terhadap

HNO3 dan sebaliknya HNO3 terhadap Na2S2O3.

1.2 Tujuan Percobaan

Mengetahui orde reaksi Na2S2O3 terhadap HNO3 dan HNO3 terhadap Na2S2O3 pada

percobaan pengaruh konsentrasi.

Mengetahui orde reaksi Na2S2O3 terhadap HNO3 dan HNO3 terhadap Na2S2O3 pada

percobaan pengaruh suhu.

Mengetahui orde reaksi total Na2S2O3 dan HNO3 pada percobaan pengaruh

konsentrasi dan pengaruh suhu.

Page 114: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinetika Kimia

Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi.

Proses itu ada yang cepat dan ada yang lambat, contohnya bensin terbakar lebih

cepat dibandingkan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat,

seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan ada yang sangat lambat,

seperti besi berkarat. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika

kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan laju reaksi dan

faktor–faktor yang mempengaruhinya (Syukri, 1999).

Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam

mengontrol kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan. Kadang–kadang kita ingin

reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari nitrogen dan hidrogen,

atau dalam pabrik yang menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi kadangkala kita

ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya besi, memperlambat

pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya.

Faktor yang mempengaruhi laju reaksi ada 4, yaitu :

Sifat Pereaksi

Salah satu faktor penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang reaktif dan

ada yang kurang reaktif, misalnya bensin lebih cepat terbakar daripada minyak

tanah. Demikian juga logam natrium bereaksi cepat dengan air, sedangkan logam

magnesium lambat.

Konsentrasi Pereaksi

Dua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika konsentrasi

pereaksi diperbesar, berarti kecepatannya bertambah dan akan memperbanyak

kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat reaksi. Akan tetapi harus

diingat bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi meningkatkan laju

reaksi, karena laju reaksi dipengaruhi juga oleh faktor lain.

Suhu

Page 115: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor yang

diberikan akan menambah energi kinetik pertikel pereaksi. Akibatnya, jumlah dan

energi tabrakan akan menjadi bertambah besar.

Katalis

Laju reaksi dapat diubah (umumnya dipercepat) dengan menambah zat yang

disebut katalis. Katalis sangat diperlukan dalam reaksi zat organik, termasuk dalam

organisme. Katalis dalam organisme disebut enzim dan dapat mempercepat reaksi

ratusan sampai puluhan ribu kali (Syukri,1999).

2.2 Laju Reaksi

Laju reaksi adalah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil

reaksi terhadap perubahan waktu. Jadi, laju reaksi dirumuskan sebagai berikut.

Laju reaksi = Perubahan konsentrasi

waktu (HAM, 2006).

Apabila persamaan reaksi :

A B

Maka laju reaksinya V = [A]x dengan x adalah orde (tingkat) reaksi yang dapat

merupakan bilangan bulat atau pecahan. Harga x hanya dapat ditentukan secara

eksperimen dan tidak ada hubungannya dengan koefisien.

Persamaan reaksi :

V = k . [A]x , k = ketetapan laju reaksi (Tamrin, 2003).

Untuk reaksi A B, pereaksi (A) berkurang, dan pada saat yang sama hasil

reaksi (B) bertambah. Dengan demikian, laju reaksi rata–rata dapat diungkapkan

dari pengurangan peraksi atau penambahan konsentrasi hasil reaksi dalam selang

waktu ∆t = t2 - t1 (Syukri, 1999).

Page 116: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Gambar 2.1 perubahan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi dalam reaksi A B

r = −∆[𝐴]

∆𝑡 =

∆ [𝐵]

∆𝑡

2.3 Mengukur laju reaksi

2.3.1 Mengikuti Reaksi Kimia

Larutan berair 3% hidrogen peroksida adalah antiseptik yang umum. Kerja

antiseptiknya adalah hasil dari pelepasan O2 sewaktu H2O2 terurai. O2(g) melepaskan

diri dari H2O2(aq) dan akhirnya reaksi berjalan sampai selesai.

H2O2(aq) H2O(l) + 1

2 O2(g)

Kita dapat mengikuti jalannya reaksi dengan memfokuskan pada pembentukan O2(g)

yang diproduksi pada waktu berbeda dan mengaitkan volume ini dengan penurunan

konsentrasi H2O2 (Petrucci, 2011).

2.3.2 Laju Awal Reaksi

Adakalanya kita hanya ingin mengetahui laju reaksi ketika reaktan mula–

mula dicampurkan. Laju ini dapat diperoleh dari garis tangan pada kurva

konsentrasi–waktu pada t = 0. Cara lain adalah dengan mengukur konsentrasi

reaktan yang dipilih segera setelah pencampuran. Dengan cara ini, diperoleh∆ [

reaktan] dalam interval waktu yang sangat singkat (∆𝑡), yaitu t = 0. Dua pendekatan

ini memberikan hasil yang sama jika interval waktu yang digunakan dibatasi pada

waktu ketika garis tangen dan kurva konsentrasi–waktu berimpitan (Petrucci,

2011).

Page 117: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

2.4 Hukum Laju

Salah satu tujuan dalam kegiatan kinetika kimia adalah menurunkan

persamaan yang dapat digunakan untuk memprediksi hubungan antara laju reaksi

dan konsentrasi reaktan. Persamaan yang ditetapkan secara percobaan ini disebut

hukum laju atau persamaan laju.

Laju reaksi = k [A]a [B]b

Suku [A], [B] menyatakan molaritas reaktan. Eksponen yang diperlukan, m, n,.....

biasanya berupa angka bulat, positif, kecil, meskipun dalam beberapa kasus dapat

nol, pecahan, dan/atau negatif. Eksponen harus ditentukan secara percobaan dan

biasanya tidak sama dengan koefisien stoikiometrinya (Petrucci, 2011).

Istilah orde dikaitkan dengan eksponen dalam hukum laju dan digunakan

dalam 2 cara. (1) jika m = 1, kita mengatakan reaksi berorde pertama untuk A. Jika

m = 2, reaksi berorde kedua untuk B, dan seterusnya. (2) orde reaksi keseluruhan

adalah jumlah semua eksponen. Konstanta proporsiolitas dan menghubungkan laju

reaksi dengan konsentrasi reaktan dan dinamakan konstanta laju reaksi tersebut.

Nilainya bergantung pada reaksi spesifik, keberadaan katalis dan suhu. Semakin

besar nilai k, semakin besar reaksi berjalan. Orde reaksi menentukan bentuk umum

laju dan satuan k yang benar. Dengan hukum laju untuk suatu reaksi kita dapat,

Menghitung laju reaksi untuk konsentrasi reaktan yang diketahui

Menurunkan persamaan yang menyatakan konsentrasi reaktan sebagai fungsi

waktu (Petrucci, 2011).

2.5 Metode Laju Awal

Seperti tersirat pada namanya, metode ini mensyaratkan kita bekerja dengan

laju awal reaksi. Contohnya, mari kita melihat reaksi spesifik antara merkuri (II)

klorida dan ion oksalat.

2HgCl2(aq) + C2O42-

(aq) 2Cl2-(aq) + 2CO2(g) + Hg2Cl2(g)

Hukum laju tentatif yang dapat kita tulis untuk reaksi ini adalah, v = k [HgCl2]m

[C2O42-]n. Kita dapat mengikuti reaksi dengan mengukur kuantitas HgCl2(s) yang

terbentuk sebagai fungsi waktu. Seperti telah dikemukakan, orde reaksi

sebagaimana diinginkan melalui hukum laju, menentukan satuan konstanta laju k.

Artinya, jika pada sisi kiri hukum laju reaksi mempunyai satuam M (waktu)-1,

Page 118: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

disebelah kanan, satuan k harus menghasilkan pemdaan sehingga juga memberikan

M (waktu)-1. Begitu kita mempunyai eksponen dalam persamaan laju, kita dapat

menentukan nilai konstanta laju k. Untuk melakukannya, apa yang kita perlukan

adalah laju reaksi yang berkaitan dengan konsentrasi awal yang diketahui pada

reaktan (Petrucci, 2011).

2.6 Reaksi Orde ke Nol

Reaksi orde ke-nol keseluruhan mempunyai hukum laju yang jumlah

eksponennya m+n+.... sama dengan 0. Sebagai contoh, kita ambil reaksi dengan

reaktan tunggal A yang terdekomposisi menjadi produk.

A produk

Jika reaksi mempunyai orde ke-nol, hukum lajunya, v = k [A] = k = konstan.

Ciri-ciri reaksi orde ke-nol adalah :

Grafik konsentrasi-waktu merupakan garis lurus dengan kemiringan negatif

(gambar 2.2).

Laju reaksi yang sama dengan k dan tetap konstan di sepanjang reaksi adalah

negatif dan kemiringan garis ini.

Satuan k sama dengan satuan laju reaksi.

Persamaan lain yang berguna, yang disebut hukum laju terintegrasi menyatakan

konsentrasi reaktan sebagai fungsi waktu (Petrucci, 2011).

Waktu

Gambar 2.2 laju reaksi orde ke-0

2.7 Reaksi Orde Pertama

kon

sen

trasi

Page 119: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Suatu reaksi orde pertama keseluruhan memiliki hukum laju dengan jumlah

eksponen m+n sama dengan 1. Jenis yang sangat umum dari reaksi orde pertama,

adalah reaksi dengan satu reaktan terdekomposisi menjadi beberapa produk. Laju

reaksi orde ke-1, V = k [A]1 (Petrucci, 2011).

Grafik laju reaksi orde ke-1 sebagai berikut.

2.8 Syarat terjadinya reaksi

Disamping syarat termodinamika (yaitu ∆𝐺 ≤ 0), reaksi dapat berlangsung

bila terjadi tumbukan langsung antara molekul pereaksi. Tumbukan itu harus

memenuhi dua syarat, yaitu posisinya efektif dan energinya mencukupi.

2.8.1 Tumbukan Efektif

Tumbukan yang efektif adalah keadaan molekul sedemikian rupa sehingga

antara A dan B saling bertabrakan. Tumbukan tidak efektif jika yang bertabrakan

adalah atom-atom yang berbeda, yaitu A dengan B.

2.8.2 Energi Tumbukan Cukup

Tabrakan molekul pereaksi, walaupun sudah bertabrakan langsung dengan

posisi yang efektif, tetapi bila energi kurang tidak akan menimbulkan reaksi.

Besarnya energi yang diperlukan untuk melawan gaya tolak elektron disebut energi

aktivasi (Syukri, 1999).

Page 120: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Gelas kimia

Gelas ukur

Thermometer

Stopwatch

Hot plate

Pipet tetes

Penjepit tabung reaksi

Tabung reaksi

3.1.2 Bahan

Larutan Na2S2O3 0,1 M

Larutan Na2S2O3 0,2 M

Larutan HNO3 1 M

Larutan HNO3 2 M

Kertas label

Aquades

Kertas bertanda ‘x’

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pengaruh Konsentrasi

a. Percobaan pertama (Na2S2O3 0,1 M + HNO3 1 M)

Dimasukkan 5 ml Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas kimia

Dimasukkan 5 ml HNO3 1 M ke dalam gelas ukur

Diletakkan gelas kimia berisi Na2S2O3 di atas kertas bertanda ‘x’

Dituang HNO3 kedalam gelas kimia berisi Na2S2O3

Dicatat waktu terjadinya reaksi sampai tanda ‘x’ pada kertas tidak terlihat

b. Percobaan kedua (Na2S2O3 0,2 M + HNO3 1 M)

Page 121: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Dimasukkan 5 ml Na2S2O3 0,2 M ke dalam gelas kimia

Dimasukkan 5 ml HNO3 1 M ke dalam gelas ukur

Diletakkan gelas kimia berisi Na2S2O3 di atas kertas bertanda ‘x’

Dituang HNO3 kedalam gelas kimia berisi Na2S2O3

Dicatat waktu terjadinya reaksi sampai tanda ‘x’ pada kertas tidak terlihat

c. Percobaan ketiga (Na2S2O3 0,2 M + HNO3 2 M)

Dimasukkan 5 ml Na2S2O3 0,2 M ke dalam gelas kimia

Dimasukkan 5 ml HNO3 2 M ke dalam gelas ukur

Diletakkan gelas kimia berisi Na2S2O3 di atas kertas bertanda ‘x’

Dituang HNO3 kedalam gelas kimia berisi Na2S2O3

Dicatat waktu terjadinya reaksi sampai tanda ‘x’ pada kertas tidak terlihat

3.2.2 Pengaruh Suhu

a. Percobaan pertama (Na2S2O3 0,1 M + HNO3 1 M)

Disiapkan gelas kimia yang diisi 5 ml Na2S2O3 0,1 M

Dipanaskan hingga suhu 40C

Diletakkan di atas kertas yang telah diberikan tanda ‘x’

Dimasukkan 5 ml larutan HNO3 1 M kedalam larutan Na2S2O3 0,1 M yang telah

dipanaskan

Dicatat waktu yang dibutuhkan hingga tanda ‘x’ tidak terlihat

b. Percobaan kedua (Na2S2O3 0,2 M + HNO3 1 M)

Disiapkan gelas kimia yang diisi 5 ml Na2S2O3 0,2 M

Dipanaskan hingga suhu 40C

Diletakkan di atas kertas yang telah diberikan tanda ‘x’

Dimasukkan 5 ml larutan HNO3 1 M kedalam larutan Na2S2O3 0,2 M yang telah

dipanaskan

Dicatat waktu yang dibutuhkan hingga tanda ‘x’ tidak terlihat

c. Percobaan ketiga (Na2S2O3 0,2 M + HNO3 2 M)

Disiapkan gelas kimia yang diisi 5 ml Na2S2O3 0,2 M

Dipanaskan hingga suhu 40C

Diletakkan di atas kertas yang telah diberikan tanda ‘x’

Page 122: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Dimasukkan 5 ml larutan HNO3 2 M kedalam larutan Na2S2O3 0,2 M yang telah

dipanaskan

Dicatat waktu yang dibutuhkan hingga tanda ‘x’ tidak terlihat

Page 123: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

4.1.1 Pengaruh Konsentrasi

No. [HNO3] [Na2S2O3] t (s) V = 1

t

1. 1 M 0,1 M 64 s 0,0156

2. 1 M 0,2 M 116 s 0,008

3. 2 M 0,2 M 25 s 0,04

4.1.2 Pengaruh Suhu

No. [HNO3] [Na2S2O3] t (s) T (C) V = 1

t

1. 1 M 0,1 M 323 s 40C 0,003

2. 1 M 0,2 M 12 s 40C 0,833

3. 2 M 0,2 M 18 s 40C 0,05

4.2 Reaksi

2HNO3 + Na2S2O32NaNO3 + SO2 + S + H2O

4.3 Perhitungan

4.3.1 Pengaruh Konsentrasi

Orde reaksi Na2S2O3

V1

V2 =

k [Na2S2O3]1 x [HNO3]1

y

k [Na2S2O3]2x [HNO3]2

y

0,0156

0,0086 =

k [0,1]1 x [1]1

y

k [0,2]2x [1]2

y

1,8097 = (0,5)x

Log 1,8097 = log (0,5)x

Page 124: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

x = log 1,8097

log 0,5

= -0,85

Orde Reaksi HNO3

V2

V3 =

k [Na2S2O3]1 x [HNO3]1

y

k [Na2S2O3]2x [HNO3]2

y

0,0086

0,04 =

k [0,2]1 x [1]1

y

k [0,2]2x [2]2

y

0,2155 = (0,5)y

Log 0,2155 = log (0,5)y

y = log 0,2155

log 0,5

= 2,2142

Orde Reaksi Total

x + y = -0,85 + 2,21

= 1,36

Persamaan Laju Reaksi

v = k [Na2S2O3]-0,85 [HNO3]2,2142

Nilai k

k = 𝑉3

[𝑁𝑎2𝑆2𝑂3]3 [𝐻𝑁𝑂3]3

=0,0156

[0,1]−0,85 [1]2,2142

= 0,0156

7,1729

= 2,1748 × 10-3

4.3.2 Pengaruh Suhu

Orde reaksi Na2S2O3

V1

V2 =

k [Na2S2O3]1 x [HNO3]1

y

k [Na2S2O3]2x [HNO3]2

y

Page 125: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

0,003

0,0833 =

k [0,1]1 x [1]1

y

k [0,2]2x [1]2

y

0,0371 = (0,5)x

Log 0,0371= log (0,5)x

x = log 0,0371

log 0,5

= 4,7524

Orde Reaksi HNO3

V2

V3 =

k [Na2S2O3]1 x [HNO3]1

y

k [Na2S2O3]2x [HNO3]2

y

0,0833

0,055 =

k [0,2]1 x [1]1

y

k [0,2]2x [2]2

y

1,5145 = (0,5)y

Log 1,5145 = log (0,5)y

y = log 1,5145

log 0,5

= -0,5987

Orde Reaksi Total

x + y = 4,7524 + (-0,5987)

= 4,1537

Persamaan Laju Reaksi

v = k [Na2S2O3]4,7524 [HNO3]-0,5987

Nilai k

k = 𝑉3

[𝑁𝑎2𝑆2𝑂3]3 [𝐻𝑁𝑂3]3

=0,003

[0,1]4,7524 [1]−0,5987

= 0,003

0,00007

= 175,0735

Page 126: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

4.4 Grafik

4.4.1 Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi

4.4.2 Pengaruh suhu pada lajau reaksi

4.5 Pembahasan

Laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi tiap satuan waktu. Laju

reaksi mengukur seberapa cepat reaktan habis bereaksi atau seberapa cepat produk

terbentuk. Laju dinyatakan sebagai perbandingan perubahan konsentrasi terhadap

0

0.5

1

1.5

2

2.5

64 116 25

kon

sen

tras

i (M

)

waktu (s)

Grafik Pengaruh Konsentrasi

Na2S2O3

HNO3

0

0.5

1

1.5

2

2.5

323 12 18

Chart Title

Na2S2O3 HNO3 Column1

Page 127: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

waktu. Sifat laju reaksi ialah tidak tetap melainkan berubah terus menerus seiring

dengan perubahan konsentrasi.

Tetapan laju reaksi disebut juga koefisien laju atau laju reaksi jenis, dengan

lambang k (konstanta). Tetapan laju adalah tetapan perbandingan antara laju reaksi

dan hasil kali konsentrasi spesi yang mempengaruhi laju reaksi. Tetapan laju juga

merupakan perubahan konsentrasi pereaktan atau produk reaksi per satuan waktu

dalam suatu rekasi jika konsentrasi semua pereaksi sama dengan satu.

Energi aktivasi yaitu jumlah minimum energi yang diperlukan untuk

mengawali reaksi kimia. Apabila energinya lebih kecil daripada energi aktivasi,

molekul tetap utuh, dan tidak ada perubahan akibat tumbukan.

Jenis–jenis orde reaksi dibedakan menjadi 4, yaitu orde reaksi nol, orde

reaksi satu, orde reaksi dua, dan orde reaksi negatif. Berikut grafiknya.

Orde reaksi nol

Vr = k [A]0

Orde reaksi satu

Vr = k [A]

Page 128: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Orde reaksi dua

Vr = k [A]2

Orde reaksi negatif

Vr

[A]

Page 129: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Faktor–faktor yang mempengaruhi laju reaksi ialah konsentrasi, makin

banyak zat–zat yang bereaksi sehingga makin besar pula kemungkinan terjadi

tumbukan, dengan demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi. Luas

permukaan zat juga merupakan faktor yang memepengaruhi laju reaksi. Syarat agar

reaksi dapat berlangsung adalah zat–zat pereaksi harus bercampur atau bersentuhan

dengan pereaksi yang heterogen. Reaksi hanya berlangsung pada bidang batas

campuran inilah yang disebut bidang sentuh. Dengan memperbesar luas bidang

sentuh, reaksi akan berlangusung lebih cepat.

Pada suhu tinggi, energi molekul–molekul bertambah sehingga laju

molekul–molekul juga bertambah dengan demikian laju molekul juga bertambah.

Biasanya kenaikan suhu sebesar 10C akan menyebabkan kenaikan laju reaksi

sebesar dua atau tiga kali. Energi yang diperlukan untuk menghasilkan suatu reaksi

disebut energi pengaktifan kinetik.

Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan jalan menurunkan energi

pengaktifan suatu reaksi. Katalis adalah zat kimia yang dapat meningkatkan laju

reaksi tanpa dirinya mengalami perubahan kimia secara permanen. Katalis dibagi

menjadi tiga macam, yaitu katalis homogen, katalis heterogen dan katalis enzim.

Pada percobaan praktikum laju reaksi, pada percobaan diamati pengaruh

perubahan konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi kimia. Pada percobaan pertama

dimasukkan 5 ml larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas kimia dan diletakkan di

atas kertas yang diberi tanda ‘x’ dan dicampur dengan larutan HNO3 1 M sebanyak

5 ml hingga tanda ‘x’ perlahan–lahan menghilang. Dilakukan cara yang sama pada

percobaan kedua dan ketiga tetapi dengan konsentrasi yang berbeda. Dari hasil

percobaan didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori dimana bahwa semakin

besar konsentrasi maka reaksi berlangsung semakin cepat pula. Pada percobaan

kedua dengan HNO3 sebesar 1 M dicampurkan dengan Na2S2O3 0,2 M waktu yang

didapatkan ialah 116 s hal ini dikarenakan larutan HNO3 tidak tercampur merata

dengan larutan Na2S2O3 sehingga didapatkan hasil yang tidak sesuai. Alat–alat yang

digunakan ialah gelas ukur yang berfungsi untuk mengukur volume bahan/larutan

yang digunakan, pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil dan memindahkan

larutan, gelas kimia yang berfungsi untuk wadah yang digunakan untuk

Page 130: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

mencampurkan reaksi Na2S2O3 dan HNO3, thermometer yang digunakan untuk

mengukur suhu, hot plate yang digunakan untuk memanaskan larutan agar suhunya

mencapai 40C dan stopwatch yang berfungsi untuk mengukur waktu yang

dibutuhkan. Bahan–bahan yang digunakan ialah 5 ml larutan Na2S2O3 0,1 M dan

0,2 M dan 5 ml larutan HNO3 1 M dan 2 M. Kedua bahan tersebut digunakan untuk

mengetahui pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi. Fungsi pemanasan

yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

Pada praktikum kali ini terdapat beberapa faktor kesalahan, faktor kesalahan

tersebut antara lain sebagai berikut.

Praktikan kurang teliti dalam mengukur volume

Pada pencampuran larutan Na2S2O3 dan HNO3 yang kurang merata

Ketidaktepatan dalam pengukuran waktu

Perbedaan persepsi dalam menentukan tanda silang yang sudah tidak terlihat atau

belum

Aplikasi–aplikasi laju reaksi dalam kehidupan sehari – hari adalah sebagai

berikut.

Penggunaan katalis pada industri pembuatan amonia

Ibu rumah tangga yang mengiris terlebih dahulu gula merah yang akan dimasak

Membersihkan kolam renang dengan menggunakan kaporit

Memperlambat proses pembusukan ikan atau makanan dengan menurunkan

temperatur

Adapun manfaat laju reaksi dalam bidang industri perminyakan adalah

sebagai berikut.

Metode distilasi yang menghasilkan bensin

Metode katalis dan alkilasi, katalis yang digunakan adalah asam oksida,

alumunium, silikon dan krom

Prinsip percobaan laju reaksi adalah sebagai berikut.

Memahami kinetika reaksi

Memahami kesetimbangan kimia

Memahami faktor–faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Page 131: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Memahami teori tumbukan

Menjelaskan pengaruh konsentrasi dan suhu

Memahami luas permukaan dan katalis

Page 132: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Orde reaksi Na2S2O3 terhadap HNO3 dalam percobaan pengaruh konsentrasi

sebesar -0,85. Sedangkan orde reaksi HNO3 terhadap Na2S2O3 dalam

percobaan pengaruh konsentrasi sebesar 2,2142.

Orde reaksi Na2S2O3 terhadap HNO3 dalam percobaan pengaruh suhu sebesar

4,7524. Sedangkan orde reaksi HNO3 terhadap Na2S2O3 dalam percobaan

pengaruh suhu sebesar -0,5987.

Orde reaksi total pada percobaan pengaruh konsentrasi sebesar 1,36.

Sedangkan orde reaksi total pada percobaan pengaruh suhu sebesar 4,1537.

5.2 Saran

Diharapkan, untuk praktikum yang akan datang digunakan larutan dengan

konsentrasi yang lebih bervariasi misalnya Na2S2O3 1 M, HNO3 0,2 M, dan lain

sebagainya. Sehingga dapat membandingkan hasil yang didapatkan dengan

konsentrasi yang berbeda.

Page 133: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

DAFTAR PUSTAKA

HAM, Mulyono. 2006. Kamus Kimia. Jakarta : Bumi Aksara.

Petrucci, Ralph H, dkk. 2011. Kimia Dasar Edisi Kesembilan. Jakarta : Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung : ITB Press.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung : ITB Press.

Tamrin, Jamal, dkk. 2003. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus. Jakarta : Gita

Media Press.

Page 134: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

PERCOBAAN 6

SIFAT-SIFAT UNSUR

Page 135: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

PERCOBAAN 6

SIFAT-SIFAT UNSUR

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

NAMA NIM

FAUZIAH ASTARI 1407035007

JEFFREY YOSUA SITINJAK 1407035056

RIKE DOMINTA APRIANTI MANIK 1407035021

SAFRIDAH HANNUM N 1407035018

Samarinda, 6 Desember 2014

Mengetahui,

Dosen pengajar, Asisten Praktikum

Prof. Dr. Daniel Tarigan M.Si Bayu Iskandar

NIP: 19661211 200012 1 001 NIM: 1307035013

Page 136: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan ini terdapat berbagai macam benda. Setiap benda tersusun

dari suatu zat penyusunnya. Jika zat-zat itu dibagi dan terus dibagi, maka akan

diperoleh suatu zat yang tidak bisa dibagi lagi, karena zat tersebut merupakan zat

tunggal yang sederhana. Unsur merupakan zat tunggal sederhana yang tidak dapat

dibagi lagi ke bagian yang lebih kecil. Unsur dapat kita jumpai dalam keadaan bebas

maupun didalam tanah. Wujud dari unsur juga berbeda antara satu dan lainnya. Ada

unsur yang berwujud padat, namun ada pula unsur yang berwujud cair. Selain

wujudnya yang berbeda-beda, setiap unsur juga memiliki perbandingan berat dan

jumlah atom yang beraneka ragam. Ada yang besar, ada yang sedang, ada pula yang

berukuran kecil.

Di alam ini ada beberapa golongan unsur. Ada golongan unsur alkali yang

terdiri dari Li, Na, K, Rb, Cs, Fr. Ada pula unsur bergolongan alkali tanah yang

terdiri dari Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra. Unsur-unsur dari alkali tanah umumnya

dijumpai atau ditemukan didalam tanah. Unsur-unsur golongan alkali disebut juga

golongan I A, dan unsur-unsur golongan alkali tanah disebut juga golongan II A.

Susunan periodik sangat dikenal sebagai deretan unsur yang disusun menurut

nomor atom menjadi pedoman dalam penyelesaian pelajaran kimia terkait, seperti

mengetahui wujud zat, nomor atom, nomor massa, kecenderungan antar unsur, dan

masih banyak lagi. Didalam periodik unsur terdapat unsur-unsur yang dibagi

menjadi beberapa golongan. Golongan dalam susunan periodik dituliskan dalam

bentuk baris unsur yang mempunyai sifat yang sama dimasukkan ke golongan yang

sama.

Oleh karena itu praktikum ini dilaksanakan. Untuk megetahui sifat-sifat

unsur pada golongan I A yaitu golongan alkali yang terdiri dari Li, Na, K, Rb, Cs,

Fr. Selain itu untuk mengetahui sifat unsur pada golongan II A yaitu golongan alkali

tanah yang terdiri dari Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra. Dalam melakukan pengamatan

Page 137: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

tersebut digunakan BaCl2, CaCl2, Sr(NO3)2, MgCl2 yang dilarutkan dalam H2SO4

dan NaOH untuk mengetahui kelarutannya. Digunakan juga logam Kalium dan

serbuk Mg untuk mengetahui kereaktifannya. Sehingga dapat diketahui kereaktifan

unsur antara Mg dan logam K, mengetahui kelarutan BaCl2, MgCl2, CaCl2 Sr(NO3)2

dalam H2SO4 dan NaOH.

1.2 Tujuan Percobaan

Mengetahui perbandingan kereaktifan unsur dalam serbuk Mg dan logam K.

Mengetahui kelarutan BaCl2, MgCl2, Sr(NO3)2, dan CaCl2 dalam H2SO4.

Mengetahui kelarutan BaCl2, MgCl2, Sr(NO3)2, dan CaCl2 dalam NaOH.

Page 138: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggolongan Periodik Unsur-Unsur

Menurut jenis subkulit yang terisi, unsur-unsur dapat dibagi menjadi

beberapa golongan unsur utama, gas mulia, unsur transisi, lantanida dan aktanida.

Unsur-unsur utama adalah unsur-unsur dalam golongan I A hingga VII A yang

semuanya memiliki subkulit s atau p dengan bilangan kuantum utama tertinggi yang

belum tentu penuh. Dengan pengecualian pada helium, seluruh gas mulia (unsur-

unsur golongan VIII A) mempunyai subkulit p terisi penuh (konfigurasi elektronnya

adalah 1s2 untuk helium dan ns2 np6 unutk gas mulia yang lain. Dimana n adalah

bilangan kuantum utama untuk kulit terluar). Logam transisi adalah unsur-unsur

dalam golongan I B dan III B hingga VIII B yang mempunyai subkulit d yang tidak

terisi penuh atau mudah menghasilkan kation dengan subkulit d yang tidak terisi

penuh. (Logam-logam ini kadang-kadang disebut dengan unsur-unsur transisi blok

d). Unsur-unsur golongan II B adalah Zn, Cd, dan Hg, yang bukan merupakan unsur

utama maupun unsur transisi. Lantanida dan aktanida kadangkala disebut unsur

transisi blok f karena kedua golongan itu memiliki subkulit f yang tidak terisi penuh

(Chang, 2005).

2.2 Konfigurasi Elektron Kation dan Anion

2.2.1 Ion yang Dihasilkan dari Unsur Golongan Utama

Pada pembentukan kation dari atom netral unsur golongan utama, satu

elektron atau lebih dikeluarkan dari kulit n terluar yang masih terisi. Di bawah ini

adalah konfigurasi elektron terkait beberapa atom netral dan kation-kationnya yang

terkait :

Na : [Ne] 3s1 Na+ : [Ne]

Ca : [Ar] 4s2 Ca2+ : [Ar]

Al : [Ne] 3s2 3p1 Al3+ : [Ne]

Perhatikan bahwa setiap ion mempunyai konfigurasi gas mulia yang stabil. Dalam

pembentukan anion, satu elektron atau lebih ditambahkan ke kulit n terluar yang

Page 139: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

terisi sebagian. Perhatikan contoh-contoh berikut :

H : 1s1 H- : 1s2 atau [He]

F : 1s2 2s2 2p5 F- : 1s2 2s2 2p6 [Ne]

O : 1s2 2s2 2p4 O2- : 1s2 2s2 2p6 [Ne]

Sekali lagi semua anion mempunyai konfigurasi elektron gas mulia yang stabil.

Jadi, satu ciri khusus dari hampir semua unsur golongan utama ialah behwa ion-ion

yang dihasilkan dari atom netralnya mempunyai konfigurasi elektron gas mulia ns2

np6. Ion-ion atau atom-atom dan ion yang mempunyai jumlah elektronyang sama,

dan oleh karena itu konfigurasi elektron tingkat dasarnya sama disebut isoelektron.

Jadi, H- dan He adalah isoelektron, F-, Na+, dan Ne adalah isoelektron dan

seterusnya (Chang, 2005).

2.2.2 Kation yang Dihasilkan dari Logam Transisi

Pada baris pertama logam transisi (Sc sampai Cu), orbital 4s selalu diisi

lebih dulu sebelum orbital 3d. Perhatikan mangan, yang konfigurasi elektronnya

adalah [Ar] 4s2 3d5. Jika terbentuk ion Mn2+, kita mungkin menduga bahwa dua

elektron dikeluarkan dari orbital 3d untuk menghasilkan [Ar] 3d5. Alasannya ialah

interaksi elektron-elektron dan elektron inti pada atom netral agak berbeda dengan

interaksi pada ionnya. Jadi, meskipun dalam Mn orbital 4s selalu terisi lebih dulu

sebelum orbital 3d, elektron dikeluarkandan 4s pada pembentukan Mn2+, karena

orbital 3d lebih stabil daripada orbital 4s dalam ion logam transisi. Oleh karena itu,

jika kation terbentuk dan atom logam transisi, elektron yang dilepaskan pertama-

tama selalu dari orbital ns dan kemudian baru dari orbital (n-1)d (Chang, 2005).

2.3 Kemiripan Sifat Unsur

Dalam sistem periodik, tiap unsur terletak pada kotak tertentu sehingga ada

kelompok yang mempunyai kemiripan sifat. Kemiripan itu terdapat dalam arah

vertikal, horizontal dan diagonal. Kemiripan vertikal terjadi dalam unsur

segolongan karena elektron valensinya sama. Dengan demikian Li, Na, K

mempunyai sifat yang mirip karena dalam golongan alkali. Demikian juga unsur

segolongan yang lain, seperti alkali tanah, halogen dan gas mulia. Sistem periodik

mengandung 8 golongan A dan 8 golongan B, maka unsur dapat dibagi 16 golongan

yang masing-masing mempunyai kemiripan sifat. Oleh sebab itu, lebih baik

Page 140: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

mempelajari sifat-sifat golongan unsur daripada mempelajari sifatnya satu persatu.

Kemiripan horizontal, unsur golongan VIII terdiri atas tiga triad, yaitu:

Triad besi : Fe, Co, Ni

Triad paladium : Ru, Rh, Pd

Triad paltina : Os, Ir, Pt

Tiap triad terdapat dalam satu periode (horizontal) sehingga disebut kemiripan

horiontal. Kemiripan ini diakibatkan oleh jari-jari atomnya hampir sama, karena

sifat unsur dipengaruhi oleh ukuran atomnya. Kemiripan diagonal,dalam unsur

golongan utama sebelah kiri dan kanan sistem periodik, yaitu I A sampai IV A

terdapat kemiripan sifat secara diagonal, contohnya Li dan Mg, Be dan Al, B dan

Si. Kemiripan ini disebabkan oleh jari-jari atom tersebut hampir sama. Dalam

beberapa hal Li mempunyai sifat mirip dengan Na, tetapi dalam hal lain mirip

dengan Mg. Begitu juga Be dengan Mg dan Al dan seterusnya B dengan Al dan Si

(Syukri, 1999).

2.4 Sifat Periodik Unsur

Walaupun unsur yang berdekatan dalam satu golongan atau perioda

mempunyai kemiripan, tetapi diantara sesamanya terdapat perbedaan tertentu.

Perbedaan sifat itu berubah dengan kecenderungan tertentu, sesuai dengan

perubahan nomor atomnya. Kecenderungan itu berulang pada golongan atau

perioda berikutnya, maka disebut sistem periodik. Sifat periodik yang dibahas disini

adalah jari-jari atom, jari-jair ion, energi ionisasi, afinitas elektron dan

keelektronegatifan (Syukri, 1999).

2.4.1 Jari-Jari Atom

Atom dianggap bulat sehingga mempunyai jari-jari tertentu. Jari-jari atom

adalah setengah jarak inti dua atom yang sama dalam ikatan tunggal, jari-jari atom

unsur logam diukur dari jarak dua atom kristal padatnya, sedangkan unsur non

logam dari panjang ikatan kovalen tunggal. Unsur dalam satu perioda mempunyai

kulit yang sama, tetapi nomor atom bertambah dari kiri ke kanan. Berarti jumlah

protonnya juga bertambah, sehingga daya tarik inti pada kulit terluar makin besar

dari kiri ke kanan. Menurut hukum Coloumb, daya tarik listrik berbanding lurus

dengan muatan, maka : F ∝ muatan inti × muatan e

Page 141: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Contohnya Na dan Mg mempunyai muatan inti masing-masing 11 dan 12. Daya

tarik inti Na lebih kecil daripada inti Mg terhadap elektron kulit terluarnya.

Akibatnya, jari-jari atom Na lebih besar dari Mg. Demikian juga untuk unsur

seperioda lainnya, yang terletak di kiri selalu lebih besar dari sebelah kanan. Dalam

suatu golongan, unsur mempunyai elektron valensi yang sama, tetapi jumlah

kulitnya bertambah dari atas ke bawah. Akibatnya, jari-jari atom bertambah dari

atas ke bawah, contohnya Na dan K. Dengan demikian dapat disimpulkan secara

umum bahwa,

Dalam suatu perioda, jari-jari bertambah dari kiri ke kanan.

Dalam suatu golongan, jari-jari bertambah dari atas ke bawah (Syukri,

1999).

2.4.2 Jari-Jari Ion

Jari-jari ion adalah jari-jari kation atau anion. Jari-jari ion mempengaruhi

sifat-sifat fisik dan kimia suatu senyawa ionik. Misalnya, struktur berdimensi tiga

dari suatu senyawa ionik bergantung pada ukuran relatif kation dan anionnya. Jika

atom netral diubah menjadi suatu ion, diharapkan ukuran nya berubah. Jika atom

membentuk anion, ukurannya bertambah, oleh karena muatan inti tetap sama tetapi

tolak menolak yang dihasilkan dari elektron yang ditambahkan akan memperbesar

daerah awan elektron. Disisi lain, kation lebih kecil dari atom netral, oleh karena

pelepasan satu elektron atau lebih mengurangi tolak-menolak elektron-elektron

tetapi muatan inti tetap sama, sehingga awan elektron mengkerut. Jika kita

mempelajari isoelektron, kita akan menemukan bahwa kation lebih kecil daripada

anion. Misalnya Na+ lebih kecil daripada F-. Kedua ion ini, mempunyai jumlah

elektron yang sama, tetapi Na memliki jumlah proton lebih banyak daripada F.

Muatan inti efektif Na+ lebih besar menghasilkan jari-jari yang kecil. Dengan

memusatkan perhatian pada kation isoelektron, dapat dilihat bahwa jari-jari ion

tripositif (yaitu ion yang mempunyai tiga muatan positif) lebih kecil daripada ion

dipositi (yaitu ion yang mempunyai dua muatan positif) yang selanjutnya lebih kecil

dari umpositif (Chang, 2005).

2.4.3 Energi Ionisasi atau Potensial Ionisasi

Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepas satu

Page 142: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

elektron dari suatu atom netral dalam wujud gas. Energi yang diperlukan untuk

melepas elektron kedua disebut energi ionisasi tingkat dua, dan seterusnya. Bila

tidak ada keterangan khusus, maka yang dimaksud dengan energi ionisasi ialah

energi ionisasi tingkat pertama. Energi ionisasi biasanya dinyatakan dalam KJ/mol.

Keperiodikan energi ionisasi adalah sebagai berikut:

Dari atas kebawah dalam 1 golongan energi ionisasi makin kecil.

Dari kiri ke kanan dalam 1 periode energi ionisasi cenderung semakin besar.

Kecenderungan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : dari atas kebawah dalam 1

golongan, jari-jari atom bertambah sehingga daya tarik inti terhadap elektron terluar

makin kecil, elektron makin mudah lepas, energi yang diperlukan untuk

melepaskannya semakin kecil. Dari kiri ke kanan dalam 1 periode, seperti telah

disebutkan, daya tarik inti terhadap elektron terluar makin besar, elektron makin

sukar dilepas, sehingga energi ionisasi semakin besar (Hidayat, 1993).

2.4.4 Afinitas Elektron

Energi ionisasi suatu atom dapat ditentukan dengan teliti secara eksperimen,

tetapi sebaiknya energi yang dibebaskan pada penambahan elektron kepada suatu

atom yang netral tidak dapat dilakukan secara langsung dan hasilnya pun kurang

teliti. Energi yang dibebaskan pada penambahan sebuah elektron kepada atom yang

netral dan dalam keadaan gas dinamakan afinitas elektron. Untuk unsur-unsur dari

golongan, jika jari-jari atomnya makin kecil maka gaya tarik menarik inti atom

dengan elektron dari luar makin besar, sehingga afinitas elektronnya semakin besar

pula (Polling, 1991).

2.4.5 Keelektronegatifan

Keelektronegatifan adalah gaya tarik atom terhadap pasangan elektron yang

dipakai bersama dalam ikatan kovalen. Keelektronegatifan unsur ditentukan oleh

muatan inti dari jari-jari kovalennya. Nilai mutlak keelektronegatifan tidak dapat

diukur, tetapi nilai relatifnya dapat dicari seperti cara Pauling (Syukri, 1999).

2.5 Golongan I A : Logam Alkali

Golongan logam alkali merupakan golongan dari logam yang aktif. Logam-

logam tersebut menunjukkan energi ionisasi yang rendah, potensi elektrodenya

besar dan negatif, jari-jari atom semakin kebawh semakin besar, energi ionisasi

Page 143: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

semakin ke bawah dalam 1 golongan semakin kecil (Petrucci, 1997).

2.6 Golongan II A : Logam Alkali Tanah

Golongan logam alkali tanah memiliki jari-jari logam meningkat dengan

bertambahnya nomor atom, energi yang diperlukan untuk melepas dua elektron

valensi dari atom logam alkali tanah sangat besar, ion golongan II A sulit direduksi

menjadi logam bebas karena harga potensial reduksinya besar dan negatif. Tetapi

sebagaimana untuk logam I A, proses elektrolisis merupakan metoda komersial

yang penting dalam pembuatannya (Petrucci, 1987).

Page 144: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Tabung reaksi

Rak tabung reaksi

Botol semprot

Pipet tetes

Spatula

Gelas ukur

Gelas kimia

3.1.2 Bahan

Logam Kalium

Serbuk Mg

Larutan BaCl2

Larutan MgCl2

Larutan CaCl2

Larutan Sr(NO3)2

Larutan H2SO4

Larutan NaOH

Aquades

Tissue

Kertas label

Indikator PP

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Kelarutan Garam Sulfida

Disiapkan empat tabung reaksi

Page 145: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Diisi masing-masing tabung dengan larutan BaCl2, MgCl2, Sr(NO3)2, dan

CaCl2 1 ml

Ditambahkan masing-masing tabung dengan H2SO4 2 M

Diamati

3.2.2 Kelarutan Garam Hidroksida

Disiapkan empat tabung reaksi

Diisi masing-masing tabung dengan larutan BaCl2, MgCl2, Sr(NO3)2, dan

CaCl2 1 ml

Ditambahkan masing-masing tabung dengan NaOH

Diamati

3.2.3 Kereaktifan Golongan I A

Disiapkan gelas kimia yang berisi aquades

Dimasukkan sedikit logam kalium ke dalam gelas kimia

Diamati ledakan

Ditambahkan indikator PP

Diamati

3.2.4 Kereaktifan Golongan II A

Disiapkan gelas kimia yang berisi aquades

Dimasukkan serbuk Mg ke dalam gelas kimia

Diamati ledakan

Ditambahkan indikator PP

Diamati

Page 146: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1.

2.

Kelarutan garam sulfida

Disiapkan empat tabung

reaksi

Diisi masing-masing

dengan larutan BaCl2,

MgCl2, Sr(NO3)2 dan

CaCl2 1 ml (20 pipet tetes)

Ditambahkan masing-

masing tabung dengan

H2SO4

Diamati

Kelarutan garam hidroksida

BaCl2 berwarna bening

MgCl2 berwarna bening

Sr(NO3)2berwarna bening

CaCl2 berwarna bening

H2SO4 berwarna bening

BaCl2 yang semula berwarna

bening berubah warna menjadi

warna putih dan terjadi endapan

MgCl2 larutan tetap bening

(tidak terjadi perubahan warna)

Sr(NO3)2 yang semula berwarna

bening mengalami perubahan

menjadi putih

CaCl2 yang semula berwarna

bening tidak mengalami

perubahan tetapi terdapat

endapan putih

Page 147: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

3.

Disiapkan empat tabung

reaksi

Diisi masing-masing

dengan larutan BaCl2,

MgCl2, Sr(NO3)2 dan

CaCl2 1 ml (20 pipet tetes)

Ditambahkan masing-

masing tabung dengan

NaOH

Diamati

Kereaktifan golongan I A

Disiapkan gelas kimia

yang berisi aquades

Dimasukkan sedikit logam

kalium kedalam gelas

kimia

Diamati ledakan

BaCl2 berwarna bening

MgCl2 berwarna bening

Sr(NO3)2berwarna bening

CaCl2 berwarna bening

NaOH berwarna bening

BaCl2 larutan tetap bening

(tidak berubah warna)

MgCl2 larutan yang semula

bening menjadi keruh dan

terdapat endapan

Sr(NO3)2 tidak mengalami

perubahan warna (tetap

berwarna bening)

CaCl2 larutan yang semula

bening menjadi keruh dan

terdapat endapan

Logam Kalium berbentuk

padatan

Terjadi percikan api kecil

Timbul asap

Larutan aquades tidak berubah

warna

Page 148: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

4.

Ditambahkan indikator PP

Diamati

Kereaktifan golonga II A

Disiapkan gelas kimia

yang berisi aquades

Dimasukkan sedikit

serbuk Mg kedalam gelas

kimia

Diamati

Ditambahkan indikator PP

Diamati

Indikator PP berwarna bening

Larutan aquades yang

ditambahkan indikator PP

berubah warna dari yang semula

bening menjadi warna merah

lembayung

Serbuk Mg berwarna hitam

Terdapat gelembung-gelembung

kecil

Indikator PP berwarna bening

Larutan berubah warna menjadi

merah lembayung

4.2 Reaksi

4.2.1 Peaksi pada garam sulfida

BaCl2 + H2SO4 BaSO4 + 2HCl

MgCl2 + H2SO4 MgSO4 + 2HCl

Sr(NO3)2 + H2SO4 SrSO4 + 2HNO3

CaCl2 + H2SO4 CaSO4 + 2HCl

4.2.2 Kelarutan pada garam hidroksida

BaCl2 + NaOH Ba(OH)2 + 2NaCl

MgCl2 + NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl

Sr(NO3)2 + NaOH Sr(OH)2 + 2NaNO3

CaCl2 + NaOH Ca(OH)2 + 2NaCl

Page 149: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

4.2.3 Reaksi pada golongan IA

2K + 2H2O 2KOH + H2

KOH + Indikator

4.2.4 Reaksi pada golongan IIA

Mg(OH)2 + Indikator PP

C

C

OH OH

O

+ Mg(OH)2

O O

C

O

O

C

+ 2H2O

Mg

Mg

O

4.3 Pembahasan

Sifat-sifat periodik unsur adalah sifat-sifat yang ada hubungannya dengan

letak unsur pada sistem periodik. Sifat-sifat tersebut berubah dan berulang secara

Page 150: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

periodik sesuai dengan perubahan nomor atom dan konfigurasi elektron. Sifat-sifat

atom dibagi menjadi enam

Jari-jari atom

Jari-jari atom merupakan jarak elektron terluar ke inti atom dan menunjukkan

ukuran suatu atom. Jari-jari atom sukar diukur sehingga pengukuran jari-jari

atom sukar diukur sehingga pengukuran jari-jari atom dilakukan dengan cara

mengukur jarak inti antar dua atom yang berikatan sesamanya

Energi Ionisasi

Jika dalam satu elektron terdapat satu elektron diluar subkulit, elektron ini

cenderung mudah lepas agar mempunyai konfigurasi. Seperti gas mulia.

Namun, untuk melepaskan elektron dari suatu atom diperlukan energi. Energi

yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari suatu atom dinamakan energi

ionisasi. Dalam satu periode, semakin banyak elektron dan proton gaya tarik

menarik elektron terluar dengan inti semakin besar (jari-jari kecil). Akibatnya,

elektron sukar lepas sehingga energi untuk melepas elektron semakin besar.

Hal ini berarti energi ionisasi besar.

Keelektronegatifan

Kelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom untuk menarrik elektron dari

atom lain. Faktor yang mempengaruhi keelektronegatifan adalah gaya tarik

menarik inti terhadap elektron dan jari-jari atom. Unsur-unsur yang

segolongan: keelektronegatifan makin kebawah makin kecil, karena gaya tarik

menarik inti makin lemah. Unsur-unsur bagian bawah dalam sistem periodik

cenderung melepaaskan elektron. Unsur-unsur yang seperiode:

keelektronegatifan makin kekanan makin esar. Keelektronegatifan terbesar

pada setiap periode dimiliki oleh golongan VIIA (unsur halogen).

Sifat logam

Sifat-sifat unsur logam sangat spesifik, antara lain: mengkilap, menghantarkan

panas dan listrik, dapat ditempa menjadi lempengan tipis, serta dapat

ditentangkan menjadi kawat/kabel panjang. Sifat-sifat logam tersebut

yangmembedakan dengan unsur-unsur bukan logam. Sifat-sifat logam, dalam

Page 151: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

sistem periodik, makin kebawah makin bertambah dan makin kekanan makin

berkurang

Kereaktifan

Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada sistem periodik

makin kebawah main reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Usur-

unsur bukan logam pada sistem periodik makin kebawah makin kurang reaktif,

karena makin sukar menangkap elektron. Kereaktifan suatu unsur bergantung

pada kecendrungannya melepas atau menarik elektron. Jadi unsur yang paling

reaktif adalah golongan VIIA (golongan halogen). Dari kiri ke kanan dalam

satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah hingga

golongan VIIA. Golongan VIIA tidak reaktif.

Afinitas elektron

Sifat lain yang sangat mempengaruhi perilaku kimia atom-atom adalam

kemampuannya menerima satu atau lebih elektron. Kemampuan ini disebut

afinias elektron. Dari kiri ke kanan dalam satu periode nilai afinitasnya

semakin besar. Afinitas elektron logam-logam secara umum lebih rendah

daripada nonlogam. Nilai-nilainya sedikit bervariasi dala golongan tertentu.

Halogen (golongan VIIA) memiliki nilai afinitas eektron terbesar.

Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut), untuk

dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat

dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan sifat kimia solut dan pelarut pada

suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas, kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu

merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan

sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (tidak dapat

larut lagi). Rentang kelarutan sangat bervariasi. Ada banyak sekali zat kimia yang

mempunyai kelarutan tak terbatas dan hasilnya bercampur sempurna (miscible),

misalnya adalah etanol dalam air. Ada pula zat kimia yang sama sekali tidak larut,

sebagai contoh adalah pekat klorida dalam air. Namun, kebanyakan suatu zat dapat

terlarut dalam pelarut sampai tepat jenuh, setelah itu mengendap seperti NaCldalam

ai. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kelarutan adalah suhu dan

tekanan.

Page 152: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Suhu

Kelarutan suatu solut pada pelarut tertentu sangat bergantung pada suhu. Pada

sebagian besar padatan yang dapat larut dalam air, kelarutan akan semakin

meningkat jika suhu dinaikkan melebihi 100℃. Solut ionik yang terlarut pada

air bersuhu tinggi (mendekati suhu kritis) cenderung berkurang karena

perubahan sifat dan struktur molekul air. Selain itu, tetapan dielektrik

menyebabkan pelarut kurang polat

Tekanan

Pada fase eremben, tekanan sangat berpengaruh terhadap kelarutan, namun

biasanya lemah dan diabaikan pada praktiknya. Diasumsikan sebagai larutan

ideal. Ketergantungan kelarutan pada tekanan diberikan dengan rumus:

(𝜕. 𝑙𝑛. 𝑁𝑖

𝜕𝑃)𝑇 =

𝑉𝑖(𝑎𝑞) − 𝑉𝑖(𝑐𝑟)

𝑅𝑇

Dimana indeks merupakan komponen, Ni adalah fraksi mol komponen ke i,

dan R merupakan tetapan gas universal.

Logam alkali (golongan IA) merupakan unsur yang sangat reaktif dan mudah

membentuk ion positif. Selain disebabkan oleh jumlah elektron valensi yang sedikit

dan ukuran jari-jari atom yang besar sifat ini juga disebabkan oleh harga ionisasinya

lebih kecil dibandingkan dengan kemudahannya bereaksi dengan air, unsur-unsur

halogen, hidrogen, oksigen dan belerang, kereaktifan ini dipengaruhi oleh elektron

valensi dari unsur-unsur dan energi ionisasinya.

Logam alkali tanah (golongan IIA) bersifat pereduksi kuat. Hal ini

ditunjukkan oleh kemampuan bereaksi dengan air yang semakin meningkat dari

Berilium ke Barium selain denga air, unsur logam alkali tanah juga dapat bereaksi

dengan gas oksigen, hidrogen dan nitrogen. Senyawa logam alkali tanah

kelarutannya meningkat dari Beriliun sampai ke Barium

Sifat fisik logam alkali, memiliki titik leleh dan titik didih diatas suhu ruangan

(25℃). Semua unsur logam alkali berwujud padat pada suhu ruangan. Khusus

sesium, jika suhu lingkungan pada saat pengukuran melebihi 28℃ unsur alkali akan

berwujud cair.

Page 153: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Siat fisik logam alkali tanah berwujud padat pada suhu ruangan, kerapatan

logam alkali tanah lebih besar daripada kerapatan logam alkali sehingga logam

alkali tanah bersifat lebih keras dari logam alkali.

Apabila kita membandingkan kereaktifan antara golongan IA dan golongan

IIA, maka akan diperoleh bahwa golongan IA lebih reaktif. Hal ini, dikarenakan

golongan IA memiliki jari-jari atom yang lebih besar dibandingkan dengan

golongan IIA. Selain itu, karena golongan IA melepas elektron relatif lebih sedikit

sehingga daya reaktifnya semakin kuat, sedangkan golongan IIA, selain itu, karena

golongan IA melepas elektron relatif lebih sedikit sehingga daya reaktifnya

semakin kuat, sedangkan golongan IIA melepas dua elektron valensinya. Karena

memiliki kereaktifan yang kuat, maka tanpa dipanaskan logam kalium juga dapat

bereaksi.

Dalam larutan garam sulfat golongan IIA memiliki sifat kelarutan yang kecil

dimana kelarutan garam sulat dari atas kebawah dalam suatu golongan semakin

kecil. Sebaliknya pada larutan garam hidroksida golongan IA memiliki sifat

kelarutan garam yang besar yang besar, dimana semakin kebawah dalam satu

golongan akan semakin besar

Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan bahwa pada percobaan kelarutan

garam sulfida, apabila BaC2 ditambahkan H2SO4 didapatkan endapan yang banyak

berwarna putih susu pekat, apabila Sr(NO3)2 ditambahkan H2SO4 menjadi warna

putih, apabila CaCl2 ditambahkan larutan H2SO4didapatkan endapan yang sedikit

berwarna putih berwarna putih. Hal ini dikarenakan semakin kecil endapan, maka

semakin besar kelarutan garam tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa garam

sulfat dalam satu golongan semakin kebawah kelarutannya semakin kecil. Garam

sulfat adalah hasil reaksi dari asam sulfat dengan larutan basa.

Percobaan kelarutan garam hiroksida apabila BaCl2 ditambah NaOH

didapatkan hasil bahwa laarutan tidak mengalami perubahan begitu pula dengan

larutan Sr(NO3)2 yang ditambahkan dengan larutan NaOH didapatkan hasil bahwa

larutan tidak mengalami perubahan begitu pula dengan larutan Sr(NO3)2 yang

ditambahkan dengan larutan NaOH larutan menjadi keruh dan terjadi endapan

begitu pula dengan larutan MgCl2 yang ditambah dengan larutan NaOH larutan

Page 154: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

yang semula bening menjadi keruh dan terdapat endapan. Jadi, hasil kelarutannya,

semakin besar dari atas kebawah dalam satu golongan, garam hidroksida adalah

hasil reaksi dari Natrium Hidroksida dengan suatu asam lemah. Semakin tinggi

kelarutan, semakin mudah larut larutan tersebut, sebaliknya jika nilai ksp rendah

akan menghasilkan endapan. Ksp adalah hasil kali kelarutan dalam suatu senyawa.

Ksp garam sulfat golongan IIA yaitu:

CaSO4 9,2.10−6

SrSO4 7,6.10−1

BaSO4 1,1.10−10

Ksp garam hidroksida golongan IIA yaitu

Ba(OH)25.10−3

Mg(OH)2 1,8.10−11

Ca(OH)2 5,5.10−6

Sr(OH)2 3,2.10−4

Percobaan reaktifitas unsur didapatkan bahwa apabila logam kalium

ditambahkan aquades serta idikato PP menghasilkan warna merah lembayung dan

apabila logam magnesium ditambahkan aquades yang sudah diberi indikator PP

menghasilkan warna merah lembayung tua, jadi dapat dinyatakan bahwa reaksi

logam kalium tingkat kebasaanya lemah sedangkan reaksi pita magnesium tingkat

kebasaannya kuat karena semakin pekat warna larutan, maka tingkat kebasaan

larutan tersebut akan semakin besar

Fungsi sitetesi indikator PP yaitu untuk melihat perubahan warna larutan basa

yang terbentuk mengindikasikan tingkat kebasaan larutan tersebut. Dimana fungsi

insikator PP sendiri adalah untuk mngindikasikan ion OH- pada larutan. Jika

semakin pekat warna larutan, maka semakin kuat tingkat kebasaan dari laturan

tersebut, begitupun sebaliknya, semakin muda warna larutan, maka semakin rendah

tingkat kebasaannya.

Aplikasi unsur atau senyawa alkali dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

Untuk natrium digunakan sebagai pendingin reaktor nuklir, mengisi lampu

natrium

Page 155: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

Unsur sesium digunakan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi

listrik dalam sel fotolistrik

Unsur lithium digunakan untuk alat pacu jantung pada baterai

Sedangkan aplikasi unsur atau senyawa dalam alkali tanah dalam kehidupan

sehari-hari antara lain:

Unsur kalium dalam bentuk kapur digunakan seagai bahan bangunan

untuk membuat adukan plaster, cat tembok dan kapur tulis

Ca(OH)2 merupakan sumber basa yang paling murah dan digunakan untuk

mengatur pH air limbah, tanah, bubur serat kayu dan kertas

Unsur berilium digunakan pada tabung sinar X, reaktor nuklit dan industri

senjata

Campuran antara unsur beilium dan tembaga banyak digunakan pada

peralatan listrik,

Unsur barium digunakan untuk membuat komponen televisi da laptop

Ba(NO3)2 digunakan untuk memberikan warna hijau pada kembang api

Radium digunakan sebagai sumber neutron dalam percobaan fisika

Terdapat beberapa faktor kesalahan dalam praktikum ini, diantaranya:

Kurang teliti dalam melakukan pengukuran volume larutan

Indikator PP yang diberikan pada larutan yang diberi serbuk Mg terlalu

banyak sehingga hasil yang didapat ialah warna terlalu pekat

Page 156: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Logam K lebih reaktif dibandingkan dengan serbuk Mg.

Sr(NO3)2 dan MgCl2 larut dalam H2SO4 sedangkan BaCl2 dan CaCl2 tidak larut

dalam H2SO4.

BaCl2 dan Sr(NO3)2 larut dalam NaOH sedangkan MgCl2 dan CaCl2 tidak larut

dalam NaOH.

5.2 Saran

Untuk praktikum selanjutnya, sebaiknya untuk kereaktifan golongan I A

logam K diganti dengan logam lain yang masih dalam satu golongan, misalnya Na.

Page 157: Laporan Resmi Kimia Dasar 1 ( Kelompok 4 Kimia a 2014 )

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Hidayat, Soetopo, dkk. 1993. Ilmu Kimia. Jakarta : Erlangga.

Petrucci, Ralph H, dkk. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta

: Erlangga.

Polling, C, dkk. 1991. Ilmu Kimia. Jakarta : Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB Press.