laporan proyek perubahan optimalisasi sistem pengampuan

51

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN
Page 2: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

PUSAT JANTUNG NASIONAL

TERHADAP JEJARING KARDIOVASKULAR NASIONAL

Oleh :

NAMA : Dr. dr. IWAN DAKOTA, Sp.JP(K)., MARS.

NDH : 08

INSTANSI : RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH

DARAH HARAPAN KITA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL ANGKATAN XLVII

TAHUN 2020

Page 3: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

LEMBAR PENGESAHAN PROYEK PERUBAHAN

OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

PUSAT JANTUNG NASIONAL

TERHADAP JEJARING KARDIOVASKULAR NASIONAL

DISUSUN OLEH

NAMA : Dr. dr. IWAN DAKOTA, Sp.JP(K)., MARS.

NDH : 08

INSTANSI : RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

HARAPAN KITA

Menyetujui :

COACH MENTOR

Dr. Ir. Suseno Sukoyono, MM. Prof. dr. Abdul Kadir, PhD., SpTHT-KL(K)., MARS.

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL ANGKATAN XLVII

TAHUN 2020

Page 4: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat ridho dan rahmatNya

Laporan Proyek Perubahan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Akhir Proyek

Perubahan berjudul “Optimalisasi Pengampuan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita

terhadap jejaring Kardiovaskular Nasional” ini disusun sebagai salah satu syarat

memenuhi kewajiban kurikuler dalam mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat I Angkatan XLVII, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia

(LAN RI) pada Bulan Agustus sampai dengan Desember 2020.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak Menteri Kesehatan, Bapak Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dan

Bapak Dirjen Pelayan Kesehatan serta jajaran unit teknis terkait di Kementerian Kesehatan

yang terlibat dan mendukung pelaksanaan proyek perubahan ini. Terima kasih yang tak

terhingga juga diperuntukkan bagi Bapak Dirjen Bina Administrasi Wilayah, Dirjen Bina

Keuangan Daerah, Pemerintah Provinsi dan Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Kepulauan Riau

(KEPRI) , Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua dan

Papua Barat yang bersama-sama terlibat dalam proses Focus Group Discussion (FGD)

pengembangan layanan kardiovaskular di daerah. Tak lupa kami sampaikan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada para pengajar PKN I, khususnya kepada Bapak Dr. Ir. Suseno

Sukoyono MM selaku Coach, yang dengan sabar memberikan berbagai masukan sangat

berarti dan konstruktif bagi Proyek Perubahan ini. Tak lupa kami sampaikan permohonan maaf

bila terdapat kekhilafan maupun kekurangan selama PKN I dan pelaksanaan Proyek

Perubahan serta penulisan laporan ini.

Proyek Perubahan ini masih belum tuntas dan memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu,

masukan perbaikan dan saran sangat diperlukan untuk mengembangkan secara optimal

Pengampuan Jejaring Kardiovaskular Nasional. Semoga semua daya upaya ini akan

membawa manfaat bagi pemerataan pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia dalam

mencapai misi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan menuju Indonesia

Sehat 2025.

Jakarta, 24 November 2020

Iwan Dakota

Page 5: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

ABSTRAK

Penyakit Jantung atau lebih dikenal dengan penyakit kardiovaskular masih menjadi

penyebab kematian nomor satu di dunia dan penyebab kematian utama di Indonesia

berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Pelayanan Kesehatan khususnya

untuk penyakit kardiovaskular tentu akan menjadi perhatian tersendiri bagi Kementerian

Kesehatan, karena memerlukan sarana dan prasarana yang mumpuni, selain Tenaga

Kesehatan (Nakes) yang memiliki kompetensi tersendiri. Pelayanan kardiovaskular masih belum

optimal, terbatasnya sarana dan prasarana serta distribusi tenaga kesehatan kardiovaskuler

yang masih belum merata, menjadi masalah tersendiri, selain kendala aksesesibilitas

masyarakat terkait pelayanan kardiovaskular di daerah.

Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) adalah rumah sakit

rujukan tersier atau tertinggi di Indonesia untuk layanan kardiovaskuler, sejak tahun 2017

ditetapkan Menteri Kesehatan sebagai Pusat Jantung Nasional, selain sebagai pusat rujukan

tertinggi penyakit kardiovaskular. Permasalahan saat ini adalah hampir semua kasus yang

memerlukan tindakan intervensi lanjut dan operasi harus dirujuk ke RS Jantung dan Pembuluh

Darah Harapan Kita, sehingga beban kasus menjadi sangat besar, yang berimbas kepada

lamanya waktu tunggu 3 bulan sampai 2 tahun untuk operasi bedah jantung anak, ini tentunya

akan menimbulkan moral hazard tersendiri. Selain sebagai Pusat Rujukan tertinggi, RSJPDHK

juga memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan, pendampingan dan pengampuan

terhadap Rumah Sakit Jejaring Kardiovaskular.

Berkaitan dengan hal diatas perlu dilakukan upaya terobosan. Upaya tersebut berupa

Gagasan Perubahan yaitu Pemberdayaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan Rumah

Sakit Vertikal dalam memberikan layanan kardiovaskular. Untuk itu perlu kerja sinergis-

kolaboratif dari semua pengampu kepentingan, baik itu Kementerian Kesehatan, Kementerian

Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Persatuan

Dokter Kardiovaskuler Indonesia, Persatuan Dokter Bedah Thoraks Kardiovaskuler Indonesia

dan berbagai organisasi profesi lainnya.

Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai Pusat Jantung

Nasional dan Pengampu Jejaring Kardiovaskular Nasional berperan sentral dalam optimalisasi

pengampuan jejaring kardiovaskular nasional ini. Telah dilakukan pemetaan jejaring di seluruh

Indonesia, bersama sama dengan pengampu kepentingan menetapkan SOP berbagai Penyakit

Kardiovaskular untuk dijadikan Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan (PNPK), Model/Pola

Pengampuan Rumah Sakit Jejaring, roadmap dan prioritas Rumah Sakit Jejaring yang akan

dibina dalam jangka pendek, serta aplikasi Sistem Pelaporan Monitoring dan Evaluasi Penyakit

Kardiovaskular di RS Jejaring.

Kementrian Kesehatan telah mengekuarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Penetapan Rumah Sakit jejaring Kardiovaskular Nasional, total ada 54 Rumah Sakit Jejaring

Page 6: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

yang tersebar di 34 Provinsi. Kedepan diharapkan ke 54 RS jejaring Kardiovaskular Nasional ini

dapat memberikan layanan kardiovaskular sesuai dengan level kompetensi yang telah

ditetapkan, selanjutnya tentu diharapkan, walaupun memerlukan waktu yang cukup lama,

semua rumah sakit jejaring dapat memberikan layanan kardiovaskular paripurna yaitu sampai

apada level bedah jantung terbuka. Sehingga terjadi pemerataan layanan kesehatan

kardiovaskular diseluruh Indonesia, sehingga pasen tidak perlu dirujuk ke Jakarta atau bahkan

ke luar negeri, namun bisa dilayani di daerah masing masing. Ini selaras dengan visi misi

Presiden dalam peningkatan kualitas sumber saya manusia, serta visi Kementerian Kesehatan

dalam mencapai visi Indonesia Sehat 2025.

Page 7: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Tujuan Perubahan .............................................................................

1.3. Analisis Permasalahan .........................................................................

1.4. Manfaat Proyek Perubahan ...................................................................

BAB II GAGASAN PROYEK PERUBAHAN .............................................................

2.1. Output Kunci …………………….…………………………………………

2.2. Pentahapan Proyek Perubahan ...........................................................

2.3. Tata Kelola Proyek Perubahan .............................................................

BAB III IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN ....................................................

3.1. Pelaksanaan Kegiatan ………..............................................................

3.2. Peta Sumber Daya ……………..……………….....................................

3.3. Potensi Pengembangan Sumber Daya …………...............................

3.4. Strategi Komunikasi .............................................................................

3.5. Risiko, Kendala dan Upaya Mengatasinya ………………………………

3.6. Faktor Kunci Keberhasilan ..………………………………………………

BAB IV PENUTUP .....................................................................................................

4.1. Kesimpulan ..........................................................................................

4.2. Saran/Rekomendasi ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan

perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak-hak

dan kewajiban, keadilan, gender dan non-diskriminatif serta norma-norma agama.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan akan

berdampak pada ‘Indeks Pembangunan Manusia’ (IPM), yaitu suatu ukuran keberhasilan

untuk menilai kemajuan jangka panjang 3 (tiga) dimensi dasar pembangunan manusia di

Indonesia, yaitu: hidup sehat yang panjang, terjaminnya akses terhadap pendidikan dan

kehidupan yang sejahtera dan layak.

Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak

Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian “dini”

tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Secara global PTM

penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit

kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh

darah, seperti: Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung, Hipertensi dan Stroke.

Penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman dunia (global threat) dan

merupakan penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian nomor satu di

seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta

orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Sedangkan

sebagai perbandingan, HIV / AIDS, malaria dan TBC secara keseluruhan membunuh 3

juta populasi dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,

angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke

tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia

menderita penyakit jantung.

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan nomor 1102/Menkes/SK/IX/2007 tertanggal

26 September 2007 RSJPD-Harapan Kita ditetapkan sebagai Pusat Jantung Nasional

(PJN), ketetapan ini merupakan dasar hukum yang sangat relevan dalam penanggulangan

Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Penetapan RSJPD Harapan Kita sebagai Pusat

Jantung Nasional merupakan perwujudan dari Rencana Strategis yang dijabarkan melalui

Visi yaitu menjadi pusat rujukan nasional kardiovaskular, serta misi yaitu : pelayanan

Page 9: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

professional kardiovaskular, pendidikan berkesinambungan dan penelitian yang

bertanggung jawab.

Sistem pelayanan kesehatan jantung & pembuluh darah di tingkat nasional

mengembangkan rujukan berjenjang, dimulai dari pelayanan primer oleh dokter

puskesmas dan dokter layanan primer. Pelayanan kesehatan jantung & pembuluh darah

tingkat sekunder yang diharapkan ada di setiap rumah sakit kelas C di kabupaten/kota,

dilayani oleh SpJP atau Spesialis Penyakit Dalam (SpPD) bila tidak tersedia SpJP.

Pelayanan kesehatan jantung & pembuluh darah tingkat tersier diharapkan ada di rumah

sakit kelas A dan B yang ada di setiap ibukota propinsi. Beberapa rumah sakit kelas A

yang mempunyai pelayanan kesehatan jantung terpadu lengkap dengan pelayanan

subspesialis dan bedah kardiovaskular, akan menjadi Pusat Jantung Regional. Dengan

demikian, terbentuklah jejaring pelayanan PJP, di mana RSJPD-HK menjadi pusat rujukan

nasional (top referral).

Sistem rujukan berjenjang ini sangat tepat untuk melaksanakan universal

coverage melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan pemerintah

mulai 1 Januari 2014. Dengan demikian pemerataan pelayanan kesehatan jantung &

pembuluh darah dapat terealisasi, dan masyarakat di seluruh pelosok tanah air dapat

menerima penanganan penyakit tersebut hingga yang kualitas mutakhir sekalipun.

Kondisi Ideal yang diharapkan dengan dilaksanakannya proyek perubahan ini

adalah terselenggaranya sistem pengampuan jejaring kardiovaskular nasional yang

optimal dan komprehensif, sehingga tidak terjadi lagi kendala aksesibilitas masyarakat

untuk mendapatkan layanan penyakir kardiovaskular. Dengan pemerataan layanan

kardiovaskular di seluruh propinsi di Indonesia diharapakan dapat mencapai visi misi

Indonesia Sehat 2025.

1.2. Tujuan Perubahan a. Tujuan Jangka Pendek

1) Terbentuknya Tim efektif

2) Identifikasi dan Pemetaan Fasyankes yang masuk dalam Jejaring KV Nasional

3) Adanaya SOP berasma penyakit Kardiovaskular,berupa Panduan Praktek Klinis

Penyakit Kardiovaskular (PPK dan PNPK)

4) Terbentuknya Kebijakan dan sosialisasi tentang Jejaring Kardiovaskular Nasional

dibidang Kardiovaskular

5) Terbentuknya Pola Rujukan Penyakirt Kardiovaskular Di Indonesia

b. Tujuan Jangka Menengah

1) Terbentuknya Jejaring Kardiovaskular Nasional yang komprehensif dibawah

pengampuan dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita

Page 10: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

2) Terbentuknya Model Pengampuan Jejaring KV Nasional (Pendampingan,

Supervisi dan Penyapihan)

3) Monitoring dan Evaluasi Sistem jejaring KV Nasional secara berkala

c. Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang yang diharapkan dari terlaksananya proyek perubahan ini

adalah :

1) Terselenggaranya Sistem Pengampuan Kardiovaskular Nasional di Indonesia

2) Meningkatnya mutu layanan dari semua Rumah Sakit yang menjadi Jejaring

Kardiovaskular Nasional

1.3. Analisis Permasalahan

Analisa permasalahan dilakukan dengan menggunakan metodologi SWOT

Analysis. Dalam analisis situasi SWOT ini terdiri dari 4 kuadran, Strength, Weaknesss,

Opportunity dan Threat. Dilakukan identifikasi faktor-faktor darii masing-masing kuadran

tersebut, selanjutnya dilakukan analisis dari semua faktor tersebut yang paling berperan

dan memiliki daya ungkit jika diintervensi.

Identifikasi masalah :

1. Belum meratanya pelayanan kardiovaskular di Indonesia, sehingga tindakan operatif

dibebankan ke RSJPD Harapan Kita sebagai Pusat Rujukan Tersier yang berakibat

terjadinya penumpukan kasus dan lamanya waktu tunggu tindakan.

2. Konsep pengampuan jejaring kardiovaskular belum ditetapkan secara optimal.

3. Belum adanya SOP, yaitu Panduan Praktek Klinis (PPK) Penyakit Kardiovaskular

yang diseragamkan di semua jejaring Kardiovaskular Nasional.

4. Belum meratanya kualitas layanan penyakit kardiovaskular di rumah sakit jejaring

5. Belum adanya sistem monitoring dan evaluasi dari rumah sakit jejaring.

6. Belum dilaksanakannya identifikasi dan penataan fasyankes dan SDM terkait

pelayanan kardiovaskular di Indonesia.

7. Ada bebarapa RSUD milik Pemerintah Daerah, dimana Pmerintah Daerahnya kurang

responsif dan belum mendukung konsep jejaring kardiovaskular ini, termasuk bantuan

pembiayaan pengadaaan saran dan prasarana terkait pelayanan kardiovaskular.

8. Beberapa tarif Tindakan BPJS yang tidak asesuai dengan hint cost tindakannya,

sehingga rumah sakit jejaring enggan melaksanakan beberapa Tindakan tertentu,

yang berklaibat kurang optimalnya layanan karduvaskular.

Page 11: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

9. Terbatasnya jumah tenaga kesashatan terkait layanan kardiovaskular, baik dokter

spesialis penyakit jantunf yang memilki kompetensi intervsni jantung, maupoun

langkanya dokter bedah thoraks kardiovaskular.

Terkait dengan isu utama, yaitu lamanya waktu tunggu operasi baik bedah jantung

dewasa (3-6 bulan) maupun bedah jantung anak yang berkisar antara 1-2 tahun tentu akan

mwenimbulkamn moral hazard, karena banyak kasus dimana pasen sudah meninggal

dunia ketika dipanggil untuk operasi.

Lamanya waktu tunggu ini karena semua dirujuk ke RS Jantung dan Pembuluh

Darah Harapan Kita. Untuk itu dilakukan Root Cause analisis untuk mengetahui apa akar

masalahnya.

Dari root cause analysis dengan metoda 5 pertanyaan (5 WHY), ternyata RS

Jejaring tidak saemuanya memiliki Dokter Bedah Jantung, sementara RS Jejaring yang

memiliki dokter bedah jantung pun masih ada kendala yaitu, belum memiliki

kompetensi/kemampuan untuk melakukan operasi bedah jantung anak. Hal ini disebabkan

Tim Bedah Jantung Anak, yang terdiri dari dokter spesialis bedah jantung, dokter spesialis

aneestesi jantuiing dan dokter spesialis intensivist janung belum kompeten karena belum

memiliki brevet keahlian khusus tersebut, yang umumnya berupa pendidikan

khusus(fellowship) di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita atau pusat pendidikan lain di

luar negeri. Dengan demikian, kata kunci nya adalah Pendidikan dan pelatihan khusus tim

bedah jantung anak (dokter bedah jantung anak, dokter anestesi jantung Anak dan dokter

intensivist jantung anak) harus dilakukan pendidikan dan pelatihan khusus. Selanjutnya

diikuti dengan pendampingan dan penyapihan dari Tim Pengampu Jejaring Kardiovaskular

Nasional dakla kurun waktu yang telah ditentukan.

Page 12: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Dengan demikian, masalahnya akan terselesaikan jika RS Jejaring tersebut telah

memiliki Tim Bedah Jantung Anak yang telah memiliki kompetensinya, dan menjalankan

program pendampingan Tim Pengampu jejaring Kardiovaskular Nasiona, sampai dalam

kurun waktu tertentu ditetapkan sebagai RS Jejaring Mandiri. Sehingga semua operasi

bedah jantung anak dapat dilakukan secara mandiri di RS Jejaring, sehingga tidak perlu

lagi merujuk ke RSJPDHK.

1.4. Manfaat Proyek Perubahan

Manfaat yang akan diterima dengan adanya proyek perubahan ini adalah :

a. Bagi masyarakat / pasien

- Dengan adanya pemerataan pelayanan kardiovaskular secara nasional,

masyarakat khususnya yang berada di daerah akan dengan mudah menjangkau

fasilitas pelayanan kesehatan di bidang kardiovaskular, baik untuk pelayanan

intervensi maupun operatif. Dengan dapat dilayaninya pasen di daerahnya sendiri,

secara sosial akan memudahkan keluarga pasen, secara ekonomis pun akan

meringankan beban biaya keluarga pasen yang menemani pasen selama tindakan

dibandingkan harus Ke RSJPDHK di Jakarta..

- Adanya pemerataan layanan juga akan meberikan citra positif bagi masyarakat

setempat, dan memberikan kebanggaan sendiri bagi Rumaha Sakit Umum Daerah

dan Pemerintah Daerah setempat.

b. Bagi RSJPD Harapan Kita

- Beban RSJPD Harapan Kita akan berkurang, karena pelayanan kardiovaskular

khususnya untuk Tindakan operatif dapat dilaksanakan pada rumah sakit jejaring

- Berkurangnya waktu tunggu / antrian Tindakan operatif yang dilaksanakan di

RSJPD Harapan Kita sehingga bisa meningkatkan nilai indicator kinerja RS

- Dengan terlaksananya proyek ini diharapakan bisa memberikan kemudahan bagi

RSJPD Harapan Kita sebagai Pusat Jantung Nasional dalam melakukan

monitoring dan evaluasi terhadap rumah sakit jejaring.

c. Bagi Kementerian Kesehatan

Kementrian Kesehatan memiliki tugas dan fungsi terkait Direktorat Jenderal Pelayanan

Kesehatan, yaitu pelayanan kesehatan rujukan, yang membuat regulasi, melakukan

pembinaan dan MONEV jejaring dan sistem rujukan di Indonesia. Dengan adanya

jejaring kardiovaskular nasional, tentu akan memudahkan Kementrian Kesehatan

untuk melakukan pembinaan, dan pendampingan serta MONEV dalam mencapai

tujuan pembangunan kesehatan : Indonesia Sehat 2025.

Page 13: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Selain itu, adanya jejaring kardiovaskular ini akan memicu jejaring-jeajring lainya yang

berorientasi penyakit atau organ, seperti jejaring kanker nasional, jejaring respirasi

nasional, dan lain sebagainya.

d. Bagi Rumah Sakit Jejaring

Banyak manfaat yang didapatkan bagi rumah sakit jejaring,termasuk diantaranya

pengembangan layanan kardiovaskular regional yang memiliki kualitas layanan setara

dengan Pusat Jantung Nasional. Bagi rumah sakit jejaring yang juga menjadi Rumah

Sakit Pendidikan yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran tentu memiliki arti

tersendiri, dengan adanya pelayanan kardiovaskular yang paripurna, maka

perkembangan ilmu kedokterannya lebih maju dengan adanya spesialisasi Penyakit

Jantung dan Pembuluh Darah, Bedah Thoraks Kardiovaskular dan Anestesi

Kardiovaskular.

Rumah Sakit jejaring ini akan menjadi Rumah Sakit Pendidikan yang begengsi sebagai

lahan pendidikan buka hanya bagi Fakultas Kedokteran, tapi juga Fakultas

Keperawatan yang menjadi rumpun ilmu kedokteran lainnya.

Masyarakat setempat akan merasa sangat senang dan lebih nyaman jika dilakukan

tindakan operasi atau tindakan lainnya di daerah mereka sendiri.

Dengan dibukanya layanan kardiovaskular, apalagi jika mencapai level mandiri dan

paripurna, tentu akan menbambah revenue Rumah Sakit.

Page 14: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

BAB II

GAGASAN PROYEK PERUBAHAN

Gagasan Proyek Perubahan yang dijelaskan pada Bab II ini mencakup output kunci

yang ingin dicapai dan cara mencapainya melalui tahapan pelaksanaan kegiatan dan tata kelola

Proyek Perubahan ini.

2.1. Output Kunci

Output kunci gambaran keseluruhan proyek perubahan adalah :

1. Terselenggaranya Sistem Pengampuan Kardiovaskular Nasional yang optimal dan

komprehensif di Indonesia.

2. Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas layanan dari semua Rumah Sakit yang menjadi

Pusat Kardiovaskular Regional dalam Jejaring Kardiovaskular Nasional.

2.2. Pentahapan Proyek Perubahan

Secara umum tahapan proyek perubahan dibagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu: tahap

jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang

Milestone

Page 15: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

a. Tahapan Jangka Pendek

No Milestone Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu

1 Terbentuknya tim efektif

Pemilihan dan pembentukan tim efektif

- Membuat daftar pegawai yang berpotensi dilibatkan sebagai tim kerja

- Menjalin komunikasi dengan pegawai bersangkutan untuk meminta kesediaan secara informal

Agustus 2020

2 Terciptanya dukungan dari stakeholder

Audiensi dengan masing-masing stakeholder

- Menghubungi stakeholder terkait untuk meminta waktu bertemu

- Pemaparan manfaat program bagi organisasi secara umum menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan posisi stakeholder

Agustus-September 2020

Pertemuan dengan stakeholder

- Pemaparan manfaat program/proyek bagi organisasi secara umum

3 Teridentifikasinya fasyankes yang masuk dalam jejaring kardiovaskular nasional

Identifikasi Fasyankes Jejaring KV Nasional

- Mendapatkan data sekuinder dari DIt Pelayanan Rujukan Kemenkes - Mendapatkan data sekuinder dari Dinkes setempat

Agustus-September 2020

Pemetaan Fasyankes Jejaring KV Nasional

- Mendapatkan data sekuinder dari DIt Pelayanan Rujukan Kemenkes - Mendapatkan data sekuinder dari Dinkes setempat

Agustus-September 2020

4 Terbentuknya Kebijakan dan sosialisasi tentang Jejaring Kardiovaskular Nasional dibidang Kardiovaskular

Penyusunan kebijakan dan sosialisasi tentang jejaring kardiovaskular nasional

Penyusunan kebijakan tentang jejaring kardiovaskular nasional

Oktober- November 2020

Sosialisasi kebijakan tentang jejaring kardiovaskular nasional

Milestone Jangka Pendek

Agustus 2020

September 2020

Oktober 2020

November 2020

• Pemilihan dan pembentukan tim efektif

• Audiensi dengan Internal stakeholder • Pertemuan Virtual dengan stakeholder • Identifikasi Fasyankes Jejaring KV

Nasional • Pemetaan Fasyankes Jejaring KV

Nasional

• Penyusunan kebijakan tentang jejaring kardiovaskular nasional

• Sosialisasi kebijakan tentang jejaring kardiovaskular nasional

• Penyusunan pola pengampuan efektif jejaring Kardiovaskular Nasional

Page 16: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

b. Tahapan Jangka Menengah

No Milestone Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu

1 Terbentuknya Pola Jejaring Kardiovaskular Nasional yang komprehensif dibawah pengampuan dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita

Penyusunan pola efektif jejaring Kardiovaskular Nasional

Penyusunan rencana dan strategi Penyusunan jadwal

Desember 2020 – April 2021

2 Terbentuknya Model Pengampuan Jejaring KV Nasional (Pendampingan, Supervisi dan Penyapihan)

Tersusunnya model dan rencana kegiatan (Pendampingan, Supervisi dan Penyapihan)

Tersusunnya model dan rencana kegiatan pendampingan terhadap Jejaring KV Nasional.

Tersusunnya model dan rencana kegiatan supervise terhadap Jejaring KV Nasional.

Tersusunnya model dan rencana kegiatan penyapihan terhadap Jejaring KV Nasional.

3 Terlaksananya Monitoring dan Evaluasi Sistem jejaring KV Nasional secara berkala

Penyusunan / Pembuatan format/system pelaporan kegiatan pelayanan di RS Jejaring

Identifikasi kendala pelaporan Penyusunan format/system pelaporan kegiatan pelayanan di RS Jejaring

Sosialisasi format/system pelaporan kegiatan pelayanan di RS Jejaring

Implementasi Monitoring dan Evaluasi

Milestone Jangka Menengah

Des 2020 Januari 2021 Februari 2021 Maret 2021

• Penyusunan pola efektif jejaring Kardiovaskular Nasional

• Penyusunan model dan rencana kegiatan Pendampingan, Supervisi dan Penyapihan terhadap Jejaring KV Nasional

• Identifikasi kendala pelaporan

• Penyusunan format/system pelaporan kegiatan pelayanan di RS Jejaring

pelaporan kegiatan pelayanan di RS Jejaring

dan Evaluasi Sosialisasi format/sistem pelaporan kegiatan pelayanan di RS Jejaring

Implementasi Monitoring dan Evaluasi

Page 17: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Tahapan Jangka Panjang

No Milestone Kegiatan Rincian Kegiatan Waktu

1

Terselenggaranya Sistem Pengampuan Kardiovaskular Nasional di Indonesia

Penyelenggaraan Sistem Pengampuan Kardiovaskular Nasional di Indonesia

Monitoring dan Evaluasi terlaksana dengan baik dan terukur

2021 sd tahun 2025

2

Meningkatnya mutu layanan dari semua Rumah Sakit yang menjadi Pusat Kardiovaskular Regional dalam Jejaring Kardiovaskular Nasional

Peningkatan mutu layanan dari semua Rumah Sakit yang menjadi Pusat Kardiovaskular Regional dalam Jejaring Kardiovaskular Nasional

Monitoring dan Evaluasi terlaksana dengan baik dan terukur Data yang dapatkan : -waktu tunggu operasi bedah dewasa dan anak di RSJPDHK -jumlah operasi bedah dewasa dan anak di RS Jejaring -angka kematian Tindakan operasi di RS Jejaring

Milestone Jangka Panjang

April 2021 2022 2023-2025

• Penyelenggaraan Sistem Pengampuan Kardiovaskular Nasional di Indonesia • Peningkatan Kual;itas dan Kuantitas layanan dari semua Rumah Sakit yang

menjadi Pusat Kardiovaskular Regional dalam Jejaring Kardiovaskular Nasional • Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Sistem Pengampuan Kardiovaskular

Nasional di Indonesia

Page 18: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

2.3. Tata Kelola Proyek Perubahan

Tata Kelola dalam proyek perubahan optimalisasi sistem pengampuan pusat

jantung nasional terhadap jejaring kardiovaskular nasional diatur dalam struktur organisasi

tim efektif proyek perubahan berdasarkan SK Nomor: KP.01.04/XX.4/0719/2020 tanggal 1

September 2020

a. Struktur Organisasi Tim efektif

Keterangan :

Tata kelola proyek perubahan ini dibimbing oleh Coach dan Mentor sebagai berikut:

1. Dr. Ir. Suseno Sukoyono, MM., Ahli Utama LAN, yang bertindak sebagai coach.

2. Prof. dr. Abdul Kadir ,PhD, SpTHT-KL (K), MARS adalah Dirjen Pelayanan

Kesehatan Kemenkes, yang bertindak sebagai Mentor.

Tugas dan Fungsi :

1. Sponsor (mentor) :

a. Atasan langsung dari project leader.

b. Memberi dukungan kebijakan pada pelaksanaan proyek perubahan.

c. Sebagai penasehat, pengarah dan pembimbing dalam melakukan proyek

perubahan

d. Memastikan Rencana Proyek Perubahan tersebut membantu kinerja

organisasi.

Sponsor (mentor) Dirjen Pelayanan Kesehatan

Prof. dr. Abdul Kadir ,PhD, SpTHT-KL (K), MARS

Project Leader Dr. dr. Iwan Dakota, SpJP(K), MARS

Coach Dr. Ir. Suseno Sukoyono, MM

Sub Tim Bedah Thoraks KV Ketua : Dr. dr. Duddy A Hanafy, SpBTKV, MARS Sekretaris : Antoneta Paliama, S.Kep.

Sub Tim Intervensi Non Bedah Ketua : Dr. dr. Doni Firman, Sp.JP(K) Sekretaris : Eka Dwiyati, S.Kep.

Stakeholder Terkait

Tim Pengampu Jejaring KV Nasional Ketua : Dr.dr. Hananto Andriantoro, SpJP(K)., MARS

Sekretariat dan Pendukung

Page 19: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

e. Menjadi sumber inspirasi bagi peserta Diklat dalam membuat Rencana

Proyek Perubahan.

f. Melakukan intervensi bila peserta mengalami permasalahan dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan selama Taking Ownership.

g. Menyetujui Rencana Proyek Perubahan.

2. Coach :

a. Melakukan diskusi dan memberikan masukan dalam menyusun rancangan

proyek perubahan

b. Memonitor kegiatan peserta selama tahap Taking Ownership, Breakthrough

II dan tahap Laboratorium Kepemimpinan

c. Memberikan motivasi kepada project leader bila mengalami permasalahan.

3. Project Leader :

a. Mempersiapkan dokumen, waktu yang diperlukan dengan baik sebelum

bertemu dengan Mentor dan Coach.

b. Berprakarsa melakukan diskusi secara aktif dengan Mentor dan Coach serta

mengikuti arahan dan masukan Beliau.

c. Menggalang kerjasama dan kesepakatan dengan Stakeholder terkait baik

internal maupun eksternal.

d. Membuat laporan kegiatan Taking Ownership dan Laboratorium

Kepemimpinan kepada penyelenggara.

4. Tim Pengampu Jejaring Kardiovaskular

Tim Pengampu Jejaring Kardiovaskular Nasional dibentuk berdasarkan

Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/602/2017 tentang Rumah Sakit

Jantung Harapan Kita sebagai Pusat jantung Nasional.

Tim ini terdiri dari Ketua Tim dan 2 Sub Tim, Tim Bedah dan Tim Intervensi

Non Bedah. Karena kriteria RS Jejaring hanya dibagi menadi 2 kategori, yaitu RS

Jejaring yang melalukan pelayanan kardiovaskular paripurna, yaitu yang memiliki

kompetensi bedah jantung terbuka, dan RS Jejaring yang memiliki kompetensi

5. Tim Sekretariat dan Pendukung Jejaring Kardiovaskular

Tim sekretariat dan pendukung terdiri dari beberapa staf Bagian

Hukormas RSJPDHK dan staf Bagian Umum yang mebantu administrasi Tim

Pengampu dalam menjalankan tugasnya, termasuk melakukan kompilasi dan

dokumentasi semua kegiatan Tim Efektif.

Page 20: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

BAB III

IMPEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

3.1. Pelaksanaan Kegiatan

a. Pemilihan dan Pembentukan Tim Efektif

Sebuah tim yang memiliki visi yang sama dan bekerja secara efektif sangat

menunjang untuk mewujudkan suatu tujuan, maka berdasarkan SK Nomor:

KP.01.04/XX.4/0719/2020 tanggal 1 September 2020 dibentuklah tim efektif proyek

perubahan optimalisasi sistem pengampuan pusat jantung nasional terhadap jejaring

kardiovaskular nasional.

Page 21: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

b. Audiensi dengan Mentor dan Stakeholder Internal

1) Terlaksana rapat pembahasan awal proper dan pembentukan tim efektif secara

virtual melalui aplikasi zoom dengan stakeholder internal dan tim pengampu pada

tanggal 30 Agustus 2020.

Undangan

Peserta rapat :

Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K).; Dr. dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP(K).;

Dr.dr. Dicky Fachri, Sp.B.,Sp.BTKV(K); dr. Dudi A Hanafi, Sp.BTKV(K).;

dr. Doni Firman, Sp>JP(K).; dr. Isman Firdaus, Sp.JP(K).;

dr. Rita Zahara, Sp.JP(K). P(K).; Deden Apriantoni,ST.; Budi Haryanto, S.Kom.

Dokumentasi :

Page 22: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Absensi :

Hasil Rapat (Notulensi) :

• Perlu dibentuk Tim Efektif proyek perubahan optimalisasi sistem pengampuan

pusat jantung nasional terhadap jejaring kardiovaskular nasional.

• Loading case pelayanan KV terpusat ke Pusat Jantung Harapan Kita, sehingga

menyebabkan lamanya waktu tunggu bedah jantung baik dewasa maupun anak.

• Perlunya Dukungan Anggaran/Dana pelaksanaan program optimalisasi

pengampuan jejaring KV

• Tim diharapkan menyiapkan Pola Pengampuan baik untuk Bedah maupun Non

Bedah.

• Kendala : hirarki pemerintahan yang berbeda-beda → Perlunya Surat Edaran

Kemenkes untuk mengatur optimalisasi pengampuan jejaring KV Nasional

kepada semua RS jejaring

• Kendala : Proses reporting evaluasi, karena tidak ada pelaporan secara resmi

dan rutin sehingga dipererlukan Sistem apikasi untuk pelaporan yang nantinya

harus secara rutin diisi oleh RS Jejaring → Tim diharapakan menyiapkan format

pelaporan yang diperlukan dalam Sistem Aplikasi

2) Diskusi / Audiensi dengan Mentor dan Stakeholder Internal, dilaksanakan pada

tanggal 4 September 2020 di Ruang Ditjend Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI.

Dokumentasi :

Hasil Diskusi / Audiensi :

Page 23: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

• Persetujuan Mentor (Dirjen Yankes) dalam penguatan system Pengampuan

Jejaring Kardiovaskular Nasional

• Persetujuan Pengusulan Anggaran di Tahun 2021 melalui Ditjend Yankes

• Segera dilaksanakan Pendataan RS Jejaring, Update data Fasyankes/Sarana,

SDM serta MOU dengan RS jejaring.

• Jadwalkan FGD bersama Kemenkes dengan melibatkan Dirjen Yankes, Dir Yan

Rujukan, Tim Pengampu Jejaring KV Nasional, Direksi RSJPDHK, PERKI,

Kolegium PERKI, Himpunan BTKV, Kolegium HBTKV (terjadwal 16 September

2020)

• Segera dilakukan zoom meeting 34 Propinsi, dengan mengundang

Gubernur/Kadinkes dan Direktur RSUD/RSV di tiap Propinsi, Tim pengampu

jejaring KV, Direksi RSJPDHK, Dirjen Yankes, Direktur Yan Rujukan, PERKI dan

HBTKV dijadwalkan Minggu ke 4-5 Bulan sepember

c. FGD/Virtual Meeting dengan stakeholder

1) Terlaksana Rapat Pembahasan Optimalisasi Pengampuan Jejaring Kardiovaskular

Nasional Bersama Tim Efektif dan stakeholder internal secara virtual (zoom) pada

tanggal 8 September 2020.

Undangan

Peserta rapat :

Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K).; Dr. dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP(K).;

Dr. dr. Dicky Fachri, Sp.B., Sp.BTKV(K); Dr. dr. Basuni Radi, Sp.JP(K).;

dr. Lia Gardenia, Sp.PK(K), MM., MARS.; dr. Dudi A Hanafi, Sp.BTKV.;

dr. Doni Firman, Sp>JP(K).; dr. Isman Firdaus, Sp.JP(K);

dr. Rita Zahara, Sp.JP(K); Anwar, S.Psi., MM.; Rusman Basir, SH.;

Deden Apriantoni,ST.; Amardeep, S.Kom.

Page 24: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Dokumentasi :

Hasil rapat/pembahasan :

• Pembenahan perlu dilakukan dalam pengampuan jejaring ini termasuk dalam

hal administratif dan legasi dari kementerian.

Permasalahan MOU :

* Medicolegal terkait pendampingan ke daerah,

* Masalah tanggung jawab termasuk pelaporan

Perlu evaluasi terkait daftar Rumah sakit Binaan dengan MOU yang masih

berlaku atau tidak.

• Tim segera menyusun format pelaporan yang diperlukan dalam Sistem Aplikasi

• Tim segera menyusun Pola Baku Pengampuan meliputi : durasi, loading case,

kriteria, mortalitas dll

• Terobosan yang bagus bila program ini diangkat ke Kemenkes sehingga beban

finansial dari RSHPDHK maupun dari RS pelaksana akan berkurang.

• Perlu adanya SOP/PNPK Penyakit

• Kardiovaskular (Angina Pektoris, ICCU,Intervensi Koroner Perkutan)

Page 25: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

• Perlu aturan-aturan tertulis yang perlu di SK-kan tentang kriteria perubahan

status/kemampuan RS binaan.

• Perlu klarifikasi Kemenkes terkait aturan atau legitimasi pembinaan terhadap

rumah sakit yang tidak terdaftar dalam Perdirjen

• Dijadwalkan FGD dengan Dirjen Dir.Yan Rujukan, Tim Pengampu, Direksi

RSJPDHK, PERKI, Kolegium PERKI, Himpunan BTKV, Kolegium HBTKV

2) FGD (Focus Group Discussion) secara virtual (zoom) dengan topik Percepatan

Pengampuan Kardiovaskular Nasional pada tanggal 30 September 2020.

Pengundang: Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Ditjen Yankes Kemenkes.

Undangan :

Page 26: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Hasil Pembahasan FGD Percepatan Pengampuan Kardiovaskular Nasional :

Memprioritaskan program pembinaan pada tahun 2021-2022 pada :

• RSUD ULIN, Banjarmasin Kalsel dan Kadinkes Prov Kalsel

• RSUD DR SOEDARSO, Pontianak Kalbar dan Kadinkes Prov Kalbar

• RSUD DR ABDOEL MOELOEK Bandarlampung dan Kadinkes Prov Lampung

dan berkesimpulan :

• RSUD ULIN Banjarmasin,

Secara teknis, sarana dan prasarana serta SDM sudah memenuhi

persyaratan untuk dimulai Bedah Jantung Terbuka Awal 2021. Dukungan

Penuh PEMPROV Kalsel

• RSUD ABDOEL MOELOEK Bandarlampung,

- Optimalisasi Intervensi Non Bedah

- Pembangunan sarana dan Prasarana Bedah Jantung, selesai 2021,

Perlu Tambahan Dokter Bedah Jantung dan dokter spesialis pendukung

lainnya. Dukungan Penuh PEMPROV Lampung

• RSUD SOEDARSO, Pontianak

- Tahap Optimalisasi Intervensi Non Bedah.

- Persiapan Pembangunan Sarana dan Prasaran bedah Jantung, Perlu

Dokter Bedah Jantung dan spesialis pendukung lainnya. Dukungan

PEMPROV positif

• 2021-2022 : Pengampuan Bedah Jantung RSUD Ulin

• 2022-2024 : Pengampuan Bedah Jantung RSUD Abdoel Moeloek

Bandarlampung dan RSUD Soedarso, Pontianak

Dokumentasi FGD Percepatan Pengampuan Kardiovaskular Nasional:

Page 27: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Salah satu bentuk dukungan :

3) Sosialisasi Pengampuan Jejaring Kardiovaskular Nasional secara virtual (zoom)

pada tanggal 7 Oktober 2020 melibatkan Kemendagri, Pemprov dan RSUD se-

Indonesia. Pengundang : Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI

Undangan :

Dukungan PEMPROV KALBAR:

KADINKES PROV. KALBAR

Page 28: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN
Page 29: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Surat Permohonan Dukungan Program Pengampuan Rumah Sakit dan Penguatan

Jejaring Pengampuan Pusat Kardiovaskular Nasional

Dukungan Sosialisasi dari Kemendagri

Page 30: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi :

• Rapat Dipimpin oleh plt Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes

• Paparan dan Dukungan Dirjen Bina Administrasi Wilayah Kemendagri

• Paparan dan Dukungan Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri

• Perwakilan PemProv 34 Propinsi

• Kadinkes 34 Propinsi

• Direktur RSV di beberapa Propinsi

• Direktur RSUD 34 Propinsi

• Organisasi Profesi (PERKI, HBTKVI) dan Kolegium PERKI dan HBTKVI

• Beberapa RSUD Kabupaten /Kota

• Total 264 Peserta

Dokumentasi

Paparan Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri

Page 31: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Paparan Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri

Kesimpulan Sosialisasi Pengampuan Jejaring Kardiovaskular Nasional

1. Kemendagri

• Dukungan Penuh dari Ditjen Bina Admistrasi wilayah

• Dukungan dari ditjen Bina Keuangan Daerah terkait bantuan keuangan utk

daerah prioritas

2. Kemenkes

• Bantuan pendanaan terkait operasional Tim Pengamopu Jejaring KV

Nasional

• Melakukan Pemetaan Bersama Fasyankes

3. Pemprov/Dinkes

• PEMPROV /DINKES memahami system pengampuan jejaring dan

mendukung program

• Bersedia untuk membuat MOU dengan Pusat Jantung NAkional

4. PJN/Tim Pengampu Jejaring KV Nasional

• Segera akan menyiapkan MOU dengan RS Jejaring

• Prioritas RS Jejaering yang akan dikembangkan 2000-2004

Page 32: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

4) Rapat Pengampuan Tim Kecil Jejaring Kardiovaskular Nasional, pelaksanaan

rapat secara virtual melalui aplikasi zoom. Sebagai pengundang

Undangan :

Dokumentasi

Page 33: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

5) Undangan Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri sebagai

tanggapan atas rencana pengampuan RS Jejaring

Page 34: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

d. Identifikasi dan Pemetaan Fasyankes Jejaring KV Nasional

Identifikasi dan pemetaan terhadap fasilitas pelayanan Kesehatan / rumah sakit yang

termasuk kedalam jejaring kardiovaskular Nasional didasarkan pada kompetensi

kardiovaskular serta klasifikasi/tingkatan rujukan

Tabel Kriteria Kompetensi RS

KRITERIA FASILITAS STRATEGI TARGET

MERAH

MANDIRI:

Cardiologist, ahli

bedah jantung,

anestesi, perfusi,

intensivist, sudah

operasi CABG

Pendampingan kasus khusus

intervensi dan bedah

Meningkatkan

jumlah kasus

dan SDM

UNGU

Cardiologist, Bedah

Jantung, Cathlab,

namun belum belum

melakukan operasi

CABG

Pemenuhan fasilitas sarana

dan prasarana bedah

jantung,pendampingan awal

bedah jantung dan

pendampingan kasus khusus

intervensi

Memulai

dilakukannya

operasi bedah

jantung terbuka

HIJAU Cardiologist +

Cathlab

Pengisian SDM bedah,

pemenuhan sarana dan

pendampingan kasus khusus

intervensi

Meningkatkan

kemampuan

tindakan DINB

KUNING Cardiologist

Pengisian bedah, cardiologist

intervensi dan persiapan

cathlab

Mempersiapkan

Cathlab

BIRU Tidak ada

Cardiologist

Pengisian SDM cardiologist

dan melengkapi sarpras

kardiovaskular

Mengisi dokter

SpJP/KKV

Page 35: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Pemetaan Jejaring Kardiovaskular Nasional berdasarkan sebelum diterbitkannya

KEPMENKES RI Nomor HK.01.07/MENKES/7182/2020

Pemetaan Jejaring Kardiovaskular Nasional berdasarkan KEPMENKES RI Nomor

HK.01.07/MENKES/7182/2020

Page 36: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Pemetaan Jejaring Prioritas 2021-2023

e. Penyusunan SOP/PNPK jejaring KV Nasional (SOP/PPK)

Terdapat 3 buku SOP/PNPK yang disulkan kepada Kementerian Kesehatan

yang bisa digunakan sebagai panduan tatalaksana penanganan kardiovaskular, yaitu :

1. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Intervensi Koroner Perkutan

2. Panduan Tatalaksana Angina Pektoris Stabil

3. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Unit Perawatan Intensif Kardiovaskular

(ICCU/ICVCU)

Page 37: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

f. Penyusunan Pola Pengampuan Efektif Jejaring Kardiovaskular Nasional

Dalam upaya optimalisasi sistem rujukan kardiovaskular nasional melalui

penguatan di Rumah sakit Rujukan pada masing-masing Provinsi maka diperlukan

suatu pola pengampuan Jejaring Kardiovaskular nasional yang akan menjadi panduan.

Pola pengampuan disusun berdasarkan dua bidang pelayanan kardiovaskular

yaitu : pola pengampuan Bedah dan pola pengampuan Intervensi Non Bedah.

Surat Usulan Pola Pengampuan

Page 38: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

g. Penyusunan format sistem pelaporan kegiatan pelayanan di RS Jejaring

Gambar Tampilan Interface Awal Sistem Pelaporan Jejaring Kardiovaskular

Tampilan Form Laporan INB (Intervensi Non Bedah)

Page 39: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Tampilan Form Laporan Bedah

Page 40: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

3.2. Peta Sumber Daya

Pemetaan sumber daya pada proyek perubahan ini dilaksanakan melalui identifikasi

stakeholder, kemudian hasil identifikasi stakeholder dituangkan dalam analisis stakeholder

atau peta sumber daya.

a. Stakeholder

Stakeholder dalam proyek optimalisasi sistem pengampuan pusat jantung

nasional terhadap jejaring kardiovaskular nasional terdiri dari stakeholder internal dan

stake holder eksternal.

Stakeholder internal terdiri dari :

▪ RSJPDHK (Direksi, KA SMF Bedah Dewasa, Ka SMF Bedah Anak, Anestesi dan

Intensivist KV)

▪ Kementerian Kesehatan (Direktorat Jenderal Yankes, Direktorat Pelayanan

Rujukan, Direktorat Mutu dan Akreditasi)

Stakeholders Eksternal :

▪ RS Jejaring (vertikal/daerah)

▪ PERKI (Persatuan Dokter Kardiovaskular Indonesia)

▪ Ikatan Ahli Bedah Indonesia IKABI (HBTKVI)

▪ PErsatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

▪ Komite Kardioserebrovaskular Nasional

▪ Pakar Kebijakan

▪ LSM

▪ Media Massa

▪ Masyarakat

b. Analisis Stakeholder

Berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya, para pihak proyek perubahan ini

dapat dibedakan atas 4 kelompok yaitu :

I. Latent, adalah pihak yang tidak memiliki kepentingan khusus, tetapi memiliki otoritas atau pengaruh besar untuk mempengaruhi eksistensi program. Termasuk dalam kelompok ini adalah: a. Kementerian Dalam Negeri, merupakan lembaga kunci yang kebijakan terhadap

seluruh pemerintahan daerah dalam tata kelola fasilitas pelayanan kesehatan. b. Pemerintah Daerah, sebagai induk yang mengatur tata kelola fasilitas pelayanan

kesehatan (Dinkes) di daerah, baik tingkat provinsi maupun kota/kabupaten c. DPR/DPRD d. Dinas Kesehatan

II. Promoters, adalah pihak yang memiliki kepentingan besar terhadap program dan

juga kekuatan untuk membantu keberhasilan program, oleh sebab itu terjadi

Page 41: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

pergeseran dari semula kelompok Apathetics menjadi Promoters.Kelompok promoters ini terdiri dari : RSJPD Harapan Kita, Kementerian Kesehatan, Tim Pengampu Jejaring Kardiovaskular, Organisasi profesi.

: III. Defenders, adalah pihak yang memiliki kepentingan, tetapi kekuatannya kecil untuk

mempengaruhi program. Lembaga lain dengan jumlah pendamping yang lebih kecil dan akan mendapatkan manfaat untuk mengharmonisasi berbagai jenis pendamping. Termasuk dalam kelompok ini adalah : Asosiasi RS, Fasyankes, BPJS, RS Swasta

IV. Apathetics, adalah yang kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan terhadap program. Termasuk dalam kelompok ini adalah: LSM, Media Massa, Masyarakat

Pergeseran peta sumberdaya dukungan para pihak dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Suatu hal yang menarik adalah dukungan dari stakeholders, khusunya Kementerian

Dalam Negeri, stake holder ini masuk kategori latent, namun berjalannya waktu, kemendagri

sangat rnesponsif dan antusias, ini terlihat dari dari sepuluh FGD/ Zoom Meeting, lima mkali

diselenggarakan ndan dipimpin oleh Dirjen Bina Admisitrasi Wilayah dan Dirjan Bina Keuangan

Dareh Kemndagri. Pigak Kemndagri menginisiasi dan mengundang pertemuan virtual dengan

34 Kepala Daerah melaui Telegtram Kemendagri ke semua kepala Daerah dan menekankan

perlunya dukungan dari PEMPROV dalam menhyjseskan Pengampuan Jejaring ini di

daerahnya masing-masing.

3.3. Potensi Pengembangan Sumber Daya

Dari analisis pemetaan para pihak yang terlibat, dapat diidentifikasi potensi

sumber daya yang dapat dikembangkan, yaitu terdiri atas:

a. Sumber Daya manusia: pendamping merupakan SDM yang sebagian besar berperan

memberikan dukungan terhadap pelaksanaan pengampuan jejaring kardiovaskular

nasional

Page 42: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

b. Anggaran. Menuju suatu perubahan tentu harus mendapatkan dukungan dari berbagai

pihak dan berbagai hal, salah satunya adalah dari sisi anggaran. Kementerian Kesehatan

dalam hal ini telah memberi kesiapan untuk menyediakan anggaran dalam pelaksanaan

pendampingan dan pembinaan terhadap jejaring kardiovaskular nasional, begitu pula

Kemendagri/Pemerintah Daerah telah menyatakan kesiapan memberikan bantuan dana

untuk mendukung program ini.

c. Sistem : Pola pelaporan yang selama ini disampaikan secara manual, diharapkan untuk

kemudian hari dapat dilaksanakan secara tersistem (elektronik) dan akan terus

berkembang menyesuaikan dinamika perkembangan teknologi.

d. Knowledge: Standar kompetensi diperlukan dalam pelaksanaan pelayanan penyakit

kardiovaskular sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengembangan pemberian

kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan kardiovaskular

e. Aset : Letak geografis Indonesia yang terdiri dari banyak provinsi merupakan suatu aset

dalam pengembangan jejaring, mengingat banyaknya rumah sakit/faskes yang berada

dibawah naungan Pemerintah Daerah baik provinsi maupun kota/ kabupaten yang belum

memberikan pelayanan kardiovaskular.

Page 43: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

3.4. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi yang dilaksanakan dalam proyek perubahan ini dilaksanakan

dengan menyesuaikan siatuasi dan kondisi dimana saat ini terjadi wabah pandemik

covid-19, strategi meliputi :

6) Mengoptimalkan tim efektif

7) Membangun advokasi dan komunikasi semaksimalkan mungkin

8) Membuat perencanaan proyek se-transparan mungkin.

9) Optimalisasi Webinar untuk supervisi tidak langsung dan pelaksanaan monitoring

evaluasi secara berkala

Tabel Peran Komunikasi

CUSTOMER PLACE PRODUCT PRICE PROMOTION

RS Vertikal RSUD Semua Propinsi

RSJPDHK SOP Penanganan Penyakit Jantung (PPK/PNPK)

Biaya Teknis Tim Pengampu ke RS jejaring (APBN/Kemenkes) sebesar Rp.6.600.000.000

Sosialisasi Ke Semua RSUD/ PemProv Kemendagri

Masyarakat/Pasien PemProv

Melibatkan Semua RSV/RSUD Di setiap Propinsi (Total 54 RS Jejaring)

Model Pengampuan Jejaring SK MENKES Penetapan RS Jejaring Nasional

Persiapan Optimalisasi RS Jejaring (Infrastruktur/ Sarpras/Biaya Diklat)

Persatuan Ahli Profesi PERSi Masyarakat LSM

Page 44: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

3.5. Risiko, Kendala dan Upaya mengatasinya

Faktor risiko yang dapat mempengaruhi dalam keberhasilan pencapaian tujuan proyek

perubahan optimalisasi sistem pengampuan pusat jantung nasional terhadap jejaring

kardiovaskular nasional :

a. Penolakan stakeholder lain karena ketidaksiapan anggaran maupun gagal paham

b. Keterbatasan waktu dalam pelaksanaan proyek ini

c. Masih berlangsungnya wabah penyakit menular Covid-19

d. Keterbatasan waktu karena kesibukan pekerjaan utama dari tim jejaring

kardiovaskular nasional

e. Masalah pendanaaan, yang berasal dari dana BLU RSJPDHK yang terbatas

Tabel Resiko

No RISIKO/KENDALA STRATEGI MENGATASI

1 Penolakan stakeholder lain karena

ketidaksiapan anggaran maupun

gagal paham

Pelaksanaan sosialisasi yang intens

dengan melibatkan dukungan dari

Kemeterian Kesehatan dan Kemendagri

2 Keterbatasan waktu dalam

pelaksanaan proyek ini

Percepatan kegiatan dengan komunikasi

yang efektif dan berkala

3 Masih berlangsungnya wabah

penyakit menular Covid-19

• Virtual meeting secara intensif

• Membentuk WA Group

• Meminta perwakilan K/L tidak berganti-ganti

• Tidak bergantung pada 1 orang.

4 Kesibukan pekerjaan dari tim

jejaring kardiovaskular nasional

Manajamen waktu dan pembagian tugas

secara professional dan

berkesinambungan

5 Masalah pendanaaan, yang

berasal dari dana BLU RSJPDHK

yang terbatas

Mengajukan usulan pendanaan ke

Kementerian Kesehatan agar

anggaran/pembiayaan pengampuan

menjadi APBN Kemenkes

Page 45: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

3.6. Faktor Kunci keberhasilan

a. Terbentuknya Team Efektif (Tim Pengampu Jejaring KV Nasional)

b. Terlaksananya sosialisasi sistem jejaring KV kepada team kerja dan unit terkait -

Terlaksananya identifikasi dan pemetaan RS yang akan menjadi jejaring KV Nasional

c. Terbentuknya Model Pengampuan Jejaring KV Nasional (Pendampingan, supervisi

dan penyapihan) - Terlaksananya pola baku pelayanan KV di semua level Fasyankes

18

d. Terlaksananya pembuatan MOU dengan RS jejaring KV Nasional

e. Terlaksananya pembuatan PPK layanan KV nasional (PNPK)

f. Terlaksananya sistem MONEV Jejaring KV Nasional berbasis TI

g. Menurunnya waktu tunggu Tindakan bedah dewasa dan anak di RSJPDHK

h. Meningkatnya kuantitas dan kualitas llayanan kardiovaskular di RS Jejaring yang

tergambar dari SISMONEV

Page 46: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan data dan fakta yang sudah dijelaskan sebelumnya maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan, rekomendasi dan lesson learnt dari pelaksanaan Proyek Perubahan Optimalisasi

Pengampuan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Terhadap Jejaring Kardiovaskular

Nasional sebagai berikut :

4.1. KESIMPULAN

a. Secara umum tujuan dan milestones jangka pendek dari Proyek Perubahan ini

tercapai, walaupun ada beberapa penyesuaian terkait impilikasi pandemi Covid-19

b. Sudah dikeluarkannya Surat Keputusan Menkes no.

HK.01.07/MENKES/7182/2020 Tentang Penetapan Rumah Sakit jejaring Rujukan

Kardiovaskular Nasional tertangal 24 November 2020, yang menetapkan 54 RS

jejaring Kardiovaskular Nasional dari 34 Provinsi

c. Sudah ditetapkan skala prioritas pengembangan RS Jejaring Kardiovaskular

Nasional berdasarkan masukan dan kolaborasi sinergi semua pengampu

kepentingan dalam 2 tahun kedepan yaitu: RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru, RSUD

Abdoel Moeloek Bandarlampung, RSUD Soedarso Pontianak, RSUD Ulin

Banjarmasin, RSUD J Leimena Ambon, RSUD Dok Dua Jayapura, RSUD Sele Be

Solu Sorong, RSUD Kupang NTT sesuai dengan level kompetensi yang ditetapkan

d. Penganggaran untuk biaya pengampuan jejaring kardiovaskular nasional yang

semula berasal dari dan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Jantung dan

Pembuluh Darah Harapan Kita, selanjutnya dianggarkan dari Direktorat Jenderal

Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan

4.2. REKOMENDASI

a. Kolaborasi dan Sinergi merupakan kata kunci dalam menjalan proyek perubahan

ini. Karena sebagian besar RS Jejaring Kardiovaskular Nasional adalah Rumah

Sakit Umum Daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi

atau Pemerintah Kabupaten/Kota), dimana operasional, penganggaran dan

monitoring serta evaluasi dilakukan oleh Pemerinah Daerah setempat. Kolaborasi

dan Sinergi harus tetap dilakukan dalam implementasi jangka menengah maupun

jangka Panjang dengan semua pengampu kepentingan; Kementerian Kesehatan,

Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah (Pemprov/Pemkab), Organisasi

Page 47: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Profesi (PERKI, HBTKVI, PERDATIN) dan RSJPDHK sebagai Pusat Jantung

Nasional

b. Untuk memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan, khususnya dokter spesialis bedah

thoraks, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dokter spesilais anestesi

kardiovaskular di daerah yang membutuhkan, perlu kolaborasi dengan Badan

PPSDM Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah dan Organisasi Profesi

dalam menyiapkan dan menempatkan dokter spesialis tersebut di daerah yang

akan dikembangkan layanan kardiovaskular. Ini juga akan dapat memecahkan

masalah distribusi Tenaga Kesehatan (Nakes) yang tidak merata dan

terkonsentrasi di kota-kota besar di pulau jawa. Dengan metode TUBEL (Tugas

Belajar) ini, peserta didik dokter spesialis terkait akan mendapatkan beasiswa dari

Badan PPSDM Kemenkes dan dari PEMDA setempat, dengan perjanjian dokter

spesialis tersebut akan bekerja kembali ke daerah yang mengirimnya.

c. Perencanaan Strategis RS Jejaring Kardiovaskular, khususnya yang terkait SDM,

sarana dan prasarana layanan kardiovakular, sebaiknya melibatkan RS jantung

Harapan kita sebagai pengampu jejaring, karena banyak hal yang sangat spesifik

sekali untuk mempersiapkan sarana dan prasarana sehinga akan lebih efisien dan

memenuhi kaidah medis kardiovaskuler dan tidak mubazir /under-utilize

d. Penganggaran biasanya membutuhkan dana yang cukup besar, baik terkait

pengembangan SDM, sarana dan prasarana layanan kardiovaskuler, untuk itu

sebaiknya RS Jejaring duduk bersama dengan semua pengampu kepentingan,

karena anggaran RSUD dapat berasal dari Pemerintah Pusat, Kementerian

Kesehatan (Dana Alokasi Khusus), atau Kementerian Dalam Negeri, serta

Pemerintah Daerah setempat (PemProv, Pemkab/Pemkot)

4.3. LESSON LEARNED

a. Dari pelaksanaan Proyek Perubahan ini, penulis belajar dan memahami bahwa

proses perubahan itu tidak hanya mengenai inovasi kebijakan publik, namun perlu

ada inovasi dalam proses penyusunan dan pengembangannya. Perubahan tersebut

memerlukan tahapan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu : meni[ptakan

oklim perubahan yang kondusif, mensinergikan sumber daya agar mencapai tujuan

perubahan serta melakukan evaluasi pelaksanaan dan melaksanakan perbaikan

berkelanjutan.

b. Untuk mengembangkan sistem jejaring kardiovaskular nasional, dimana sebagian

Page 48: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

besar RS Jejaringnya dimiliki oleh pengampu kepentingan eksternal dibutuhkan

upaya ekstra, termasuk membangun kolaborasi yang sinergis dari semua jenajnag

pemangku kepentingan, menyatukan pendapat serta meyakinkan semua pemangku

kepentingan dalah paling krusial dan penting, karena semua ini bukanlah untuk

kepentingan sectoral, lebih dari itu untuk kepentingan bersama dan masyarkat.

Kemampouan untuk meyakinkan semua pemangku kepentingan ini memerlukan

kiat tersendiri, dengan melepaskan ego sectoral dan merangkul semua pemangku

kepentingan, sehingga dapat merubah sumber daya yang latent atau apathetics

menjadi berpihak ke kita (promoters). Dalam kasus ini, justru Kementerian Dalam

Negeri yang berubah menjadi inisiator dan aktif mengundang pertemuan dengan

semua perangkat Pemerintah Daerah, Kadinkes, BKPD dalam berembuk Bersama

dengan Kementrian Kesehatan dalam mengembangkan RS Jejaring di daerah.

c. Membangun jejaring tidaklah sederhana, apalagi berskala nasional dan melibatkan

banyak pemangku kepentingan. Membangun Jejaring Kardiovaskular Nasional di

seluruh Indonesia adalah membangun system yang memerlukan dukungan tidak

hanya finansial, lebih dari itu dukungan moril dan materiil semua pemangku

kepentingan yang sepakat dan satu suara dengan kita sebagai inisiator. Masalah

finansial dapat bersala dari berbagai pemangku kepentingan sepanjang sudah ada

dalam rencana stragis penegmbangan masing masing RS Jejaring.

d. Kata Kunci keberhasilan dari Proyek Perubahan ini adalah Kepemimpinan

Kolaboratif. Kepemimpinan kolaboratif tentunya dimulai dengan membangun

komitmen,dilanjutkan dengan membina kohesivitas dan partisipasi dari seluruh

pemangku kepentingan (stakeholders) .

Page 49: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Rencana Strategis Bisnis (RSB) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun

2020-2024

2. Rencana Strategis Bisnis (RSB) Rumah Sakit jantung dan Pembuluh Darah Harapan

Kita tahun 2020-2024

3. Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2020-2024

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1102/MENKES/SK/IX/2007 tentang

Penetapan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai Pusat

Jantung Nasional

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/602/2017 tentang

Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai Pusat jantung

Nasional

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/7182/2020 tentang

Rumah sakit Rujukan Kardiovaskular

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit

8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Page 50: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5679);

14. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 193);

15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);

16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 122);

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 21);

18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/602/2017 tentang Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta Sebagai Pusat Jantung Nasional.

Page 51: LAPORAN PROYEK PERUBAHAN OPTIMALISASI SISTEM PENGAMPUAN

LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : SK Tim Efektif Proyek Perubahan Optimalisasi Pengampuan Jejaring

Kardiovaskular Nasional

2. Lampiran 2 : Form Persetujuan Mentor PKN Tk.I Angkatan XLVIII Tahun 2020

3. Lampiran 3 : Identifikasi Fasyankes

4. Lampiran 4 : SK Penetapan RSJPDHK sebagai PJN

KEPMENKES RI Nomor 1102/MENKES/SK/IX/2007

KEPMENKES RI Nomor HK.01.07/MENKES/602/2017

5. Lampiran 5 : Surat Usulan Prmohonan Audiensi dan Dukungan Proyek Perubahan

6. Lampiran 6 : Surat Permohonan Penetapan dan Kebutuhan Anggaran ke

Kemenkes

7. Lampiran 7 : Surat Permohonan Penyesuaian Anggaran Rumah Sakit jejaring

Kardiovaskular ke Kemendagri

8. Lampiran 8 : Usulan pola pengampuan

9. Lampiran 9 : Draft MOU RS Jejaring

10. Lampiran 10 : SOP/PNPK

11. Lampiran 11 : Undangan/Notulensi dll

12. Lampiran 12 : Form Aplikasi Pelaporan RS Jejaring