laporan praktikum metalografi

34
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logam umumnya sudah menjadi konsumsi masyarakat. Oleh karenanya, industri-industri logam membuat produk logam sesuai sifat-sifat logam yang diinginkan oleh konsumen. Sifat-sifat khas bahan industri perlu dikenal secara baik karena bahan tersebut dipergunakan untuk berbagai macam keperluan dalam berbagai keadaan. Untuk mengetahui dan mendapatkan suatu sifat logam yang diinginkan maka perlu dilakukan pengujian. Salah satunya dalam praktikum ini ingin mengetahui sifat mekanik logam. Banyak cara pegujian sifat mekanik logam diantaranya uji tarik, uji impak, uji kekerasan serta pengujian metalografi. Pada praktikum ini dilakukan pengujian metalografi. Metalografi adalah termasuk salah satu jenis pengujian yang merusak, karena didalam prosesnya dilakukan preparasi spesimen untuk mengetahui struktur butir specimen yang diuji dalam mikroskop. Dengan cara metalografi ini dapat diketahui struktur butir, bentuk dan ukuran butir, batas butir serta warna butir. 1.2 Tujuan Percobaan

Upload: nursumiatiachmad

Post on 15-Nov-2015

1.873 views

Category:

Documents


207 download

DESCRIPTION

laporan praktikum laboratorium metalurgi II

TRANSCRIPT

20

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangLogam umumnya sudah menjadi konsumsi masyarakat. Oleh karenanya, industri-industri logam membuat produk logam sesuai sifat-sifat logam yang diinginkan oleh konsumen. Sifat-sifat khas bahan industri perlu dikenal secara baik karena bahan tersebut dipergunakan untuk berbagai macam keperluan dalam berbagai keadaan. Untuk mengetahui dan mendapatkan suatu sifat logam yang diinginkan maka perlu dilakukan pengujian. Salah satunya dalam praktikum ini ingin mengetahui sifat mekanik logam. Banyak cara pegujian sifat mekanik logam diantaranya uji tarik, uji impak, uji kekerasan serta pengujian metalografi. Pada praktikum ini dilakukan pengujian metalografi. Metalografi adalah termasuk salah satu jenis pengujian yang merusak, karena didalam prosesnya dilakukan preparasi spesimen untuk mengetahui struktur butir specimen yang diuji dalam mikroskop. Dengan cara metalografi ini dapat diketahui struktur butir, bentuk dan ukuran butir, batas butir serta warna butir.

1.2 Tujuan PercobaanTujuan dari praktikum pengujian metalografi ini adalah untuk mempelajari hubungan antara struktur mikro dari suatu logam dengan sifat mekanisnya, dengan menggunakan bantuan mikroskop optik.

1.3Batasan Masalah 1.3 Batasan Masalah pada pengujian metalografi yaitu grinding dengan grid 400, 600, 800, 1000 dan 1200 mesh. Polishing dengan bahan kain poles serta pasta alumina. Pembersihan dengan menggunakan alkohol. Etsa dengan menggunakan larutan nital 3%.

1.4 Sistematika PenulisanPenulisan dalam laporan ini dibagi menjadi lima bab. Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah dan sistematika penulisan. Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat yang berkaitan dengan percobaan yang dilakukan yaitu pengujian metalografi. Bab III menjelaskan mengenai metode percobaan yang terdiri dari digram alir serta alat dan bahan yang digunakan. Bab IV menjelaskan mengenai hasil dan pembahasan. Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan serta saran dari percobaan. Selain itu juga terdapat daftar pustaka dan lampiran yang diantaranya berisi contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas khusus serta gambar alat-alat dan bahan dan tecantum blanko percobaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1MetalografiMetalografi merupakan disiplin ilmu yang mempalajari karakteristik mikrostruktur dan makrostruktur suatu logam, paduan lgam dan material lainnya serta hubungannya dengan sifat-sifat material atau biasa juga dikatakan suatu proses mengukur suatu material bahan secara kualitatif maupun kuantitatif berdasarkan informasi-informasi yang didapatkan dari material yang diamati. Dalam ilmu metalurgi struktur mikro merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari karena struktur mikro sangat berpengaruh pada sifat-sifat mekanik suatu logam. Struktur mikro yang kecil akan membuat kekerasan logam meningkat dan juga sebaiknya, struktur mikro yang besar akan membuat logam menjadi ulet atau kekerasannya menurun. Struktur mikro itu sendiri dipengaruhi oleh komposisi kimia dari logam tersebut serta yang dialaminya. Metalografi bertujuan mendapatkan struktur makro dan mikro dari suatu logam sehingga dapat dianalisa sifat mekanik dari suatu logam tersebut. Pengamatan metalografi dibagi menjadi dua, yaitu:1. Metalografi makro2. Metalografi mikroUntuk mengamati struktur mikro yang terbentuk pada logam yang diamati biasanya memakai mikroskop optik. Sebelum benda uji diamati dengan mikroskop optik, benda uji terebut harus melewati tahap-tahap preparasi. Tujuannya agar pada sat mengamati benda yang diuji, struktur mikronya terlihat dengan jelas. Semakin sempurna preparasi benda yang akan diuji, semakin sempurna gambar yang akan diperoleh. Mekanisme terjadinya perlit dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 1 di bawah. Pertumbuhan perlit meliputi pertumbuhan ferit dan sementit sekaligus secara besamaan. Pertumbuhan dimulai dengan terjadinya pengintian sementit pada batas-batas butir austenite. Sementit ini kemudian tumbuh dengan didahului oleh difusi atom-atom karbon. Sehingga di sekitar pelat atau lapisan sementit merupakan daerah kekurangan karbon, maka bagian ini terjadi pelat-pelat ferit yang mempunyai kelarutan karbon maksimum 0.025 persen. Petumbuhan sementit terjadi di mana-mana yang diikuti oleh pertumbuhan ferit, sehingga akhirnya seluruhnya berubah menjadi perlit.Struktur mikro meliputi fasa yang setimbang. Fasa yang setimbang adalah fasa yang terbentuk dari fasa cair ke fasa padat dengan laju pendinginan sangat lambat. Jenis fasa ini terdiri dari perlit, ferit, austenit dll. yang dapat dianalisis dengan menggunakan diagram fasa (Fe-C). Fasa yang tidak seimbang adalah fasa yang terbentuk akibat pendinginan cepat. Jenis ini terdiri atas martensit, bainit, yang dapat dianalisis dengan menggunakan diagram CCT (Continous-Cooling Tansformation). Sedangkan ditinjau dari bentuk butir logam memiliki dua bentuk butir, yaitu equxial dan elongation. Terdapat dua skala pengamatann yaitu:1. Skala pengamatan makro, yaitu pengamatan dengan perbesaran 10 kali atau lebih kecil.Yang diamati: Porositas, segregasi pada produk cor, pengotor, jennis perpatahan, dan homogenitas struktur las.2. Skala pengamatan mikro yaitu pengamatan 100 kali atau lebih besar.Yang diamati: fasa, besar butir dan endapan.Alat yang digunakan: Mikroskop optik (sampai dengan 1000 kali), Scanning Electron Microscope (SEM); (sampai dengan 300000 kali), Transmission Electron Microscope (TEM); (sampai dengan 1000000 kali). Pada metalografi yang diperoleh dengan suatu analisa kimia dan metalografi logam atau paduannya dan potongannya. Disebabkan oleh pembawan heteroen dari logam tersebut. Pembawaan ketidak homogenan dalam suatu logam lebih ditentukan dengan macroetching dan pemasarannya dapat dilakukan dengan menggunakan luas power mikropis, ini dinotasikan olah jenis metalografi data yang diperlukan atau dibutuhkan. Pengamatan microetching dapat memberikan gambaran kondisi dalam mental yang berhubungan dengan satu arah lebih. Untuk hal-hal berikut:1. Crystalin Heterogencity, hadir dan meluas yang tergantung pada jalannya solidifikasi akan tumbuhnya kristalin dari logam atau paduannya.2. Chemicalin Heterogencity, disebabkan oleh tidak berisinya logam atau padannya dan lokasi pemisah dari susunan kimia tertentu. Pemisah serupa dapat dengan sengaja (karbon dalam permukaan baja selama proses karburasi).3. Mechanical Heterogencity, timbul dari Cold working atau setiap proses yang menimbulkan tegangan-tegangan permanen dalam logam yang dituangi.Sebelum dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop maka diperlukan preparassi sampel. Tahapan kerja preparasi sampel:1. Penentuan wilayah kerja sampelDalam pemotongan dan pengambilan sampel, perlu diperhatikan wilayah daerah kerja sampel yang akan diamati yang biasanya disebut sebagai bidang orientasi dasar, yaitu: Bidan transversal: tegak lurus terhadap sumbu deformasi panas. Bidang planar: sejajar dengan sumbu pengerjaan dan memiliki luas permukaan yang paling besar dan yang paling sering bersinggungan dengan rol. Bidang longitudinal: tegak lurus terhadap bidang planar dan sejejar dengan arah pengerjaan.2. Pemotongan sampelTeknik pemotongan sampel dapat dilakukan dengan: Pematahan: untuk bahan getas dan keras Pengguntingan: untuk baja karbon rendah yang tipis dan linak Penggergajian: untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB Pemotongan abrasi3. Electric discharge machiningUntuk bahan dengan konduktivitas baik dimana sampel diremdam dalam fluida di elektrik lebih dahulu sebelum dipotong dengan memasang catu daya listrik antara elektroda dan sampel.4. Pemasangan sampel (mounting)Prosedur mounting dilakukan apabila sampel terlalu kecil, tak beraturan, sangat lunak mdah pecah dan berongga. Caranya adalah dengan meletakkan sampel ke dalam cetakan mounting, lalu masukkan resin yang telah dicampur dengan hardener. Larutan mounting harus memiliki sifat: Tidak beraksi denngan sampel. Kekentalannya sedang dalam bentuk cair dan bebas udara pada bentuk padatnya Adhesi yang baik dengan sampel Kekuatan dan ketahanan yang sama besar dengan sampel Kemampuan susut yang rendah permukaan sampel yang akan diuji harus ada dibagian bawah. Setelah dibiarkan selama 15 menit maka bahan mounting telah siap dan sampel telah siap dipreparasi dengan langkah berikutnya.5. PengamplasanPengamplasan bertujuan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan sampel yang akan diamati. Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu dengan memakai amplas kasar hingga amplas halus. Pemngamplasan kasar dilakukan dengan menggunakan amplas dengn nomor dibawah 180#, sedangkan pengamplasan halus menggunakan amplas dengan nomor lebih tinggi dari 180#. Pengamplasan dimulai dengan meletakkan sampel pada kertas amplas dengan permukaan yang aka diamati bersentuhan langsung dengan bagian kertas amplas tang kasar, kemudian sampel ditekan dengan gerakan searah. Selama pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan sampel dan kertas amplas yang memungkinkan terjadinya keaikan suhu yang dapat mempengaruhi mikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan cara dialiri air. Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, Sampel diusahakan berada pada kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula. Pengamplasan selesai spabila tidak teramati lagi adanya goresan-goresan pada permukaan sampel, selanjutnya sampel siap dipoles.

6. PemolesanPemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan melicinkan permuaan sampel yang akan diamati setelah pengamplasan. Seperti halnya pengamplasan, pemolesan dibagi dua yaitu pemolesan kasar dan halus. Pemolesan kasar menggunakan abrasivedalam rangesekitar 30 - 3 m, sedangkan pemolesan halus menggunakan abrasive sekitar 1 m atau dibawahnya. Sebelum pemolesan dilakukan, sampel terlebih dahulu dibersihkan dengan air. Pemolesan dimulai dengan menyalakan mesin poles sambil dialiri air. Sampel digerakkan secara radial dengan bagian permukaan sampel yang telah dipoles harus dilihat secara berkala. Berikutnya dilakukan pemolesan halus dengan cara yang sama seperti di atas tetapi dengan mennganti air dengan autosol.7. Etsa (etching)Etsa/etchingdilakukan dengan mengikis daerah batas butir sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat etsa bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel. Sampel yang akan dietsa haruslah bersih dan kering. Selama etsa, permukaan sampel diusahakan harus selalu erendam dalam etsa. Waktu etsa harus diperkirakan sedemikian sehingga permukaan sampel yang dietsa tidak sampai gosong karena pengikisan yang terlalu lama. Oleh karena itu sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi alkohol untuk memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing-masing zat etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang umum digunakan untuk baja ialah nitral dan prical. Setelah reaksi etsa selesai, zat esta dihilangkan dengan cara mencelukan sampel ke dalam air panas. Seandainya tidak memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering. Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boeh disentuh untuk mencegah permukaan menjadi kusam. Setelah dietsa, sampel siap untuk diperiksa dibawah mikroskop.

2.2Perlakuan PanasPerlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinnginan sebuah logam dalam keadaan padat untuk mendapatkan perubahan sifat fisik yang diinginkan pada logam. Satu yang terpenting sifat-sifat mekanik pada baja adalah kemampuan baja untuk dikeraskan agar tahan karat dan aus atau dilunakkan untuk menigkatkan kelenturan dan kemampuan pada permesinan. Baja juga mendapatkan perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan dalam, mengurangi ukuran butir-butir atau meningkatkan kekuatan pada baja. Selama pembuatan, unsur-unsur tertentu ditambahkan ke baja untuk menghasilkan baja khusus ketika logam mendapatkan perlakuan panas dengan semestinya. Perlakuan panas pada logam dilakukan dalam tanur pengatur khusus yang menggunakan gas, minyak atau dengan listrik untuk memberikan panas. Tanur ini juga harus dilengkapi alat keselamatan tertentu, seperti pengatur dan alat penunjuk untuk memelihara suhu yang dibutuhkan dalam pekerjaan. Semua pemasanhan tanur harus dilengkapi tutup uap dan kipas pembuangan untuk membuang asap hasil dari operasi perlakuan panas atau dalam hal pemasangan gas untuk pembuangan uap gas. Aplkikasi yang dpaling umum adalah untuk material logam walaupun perlakuan panas juga digunakan dalam pembuatan berbagai materi lain, seperti kaca.Secara umum perlakuan panas adalah memanaskan atau dendinginkan materia, biasanya dalam suhu ekstrem, untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti pengerasan atau pelunakan material. Yang termasuk teknik perlakuan panas adalah annealing, case hardening, precipitation strengthening, tempering dan quenching. Perlu dicatat bahwa walaupun perlakuan panas sengaja dilakukan untuk tujuan mengubah sifat, pemanasan dan pendinginan sering terjadi secara kebetulan selama proses manufaktur lain seperti pembentukan panas (hot forming) atau pengelasan.

2.3Jenis-jenis Perlakuan PanasAdapun jenis-jenis perlakuan panas, yaitu:1. Normalisasi (normalizing)Pengerjaan ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga menjadi fasa austenite penuh dan didinginkan di udara (pendinginan tungku) hingga mencapai suhu kamar. Fasa yang dihasilkan berstruktur ferrite dan pearlite tergantung komosisi unsur karbon. Proses normalizing bertujuan untuk memperbaiki dan menghilangkan struktur butiran kasar dan ketidak seragaman struktur dalam baja manjadi berstruktur yang normal kembali yang otomatis mengembalikan keuletan baja lagi. Struktur butiran kasar terbentuk karena waktu pemanasan dengan temperatur tinggi atau austenite yang menyebabkan baja berstruktur butiran kasar. Pada proses normalizing ini baja dipanaskan secara pelan-pelan sampai suhu 20C sampai 30C diatas suhu pengerasan, ditahan sebentar lalu didinginkan dengan perlahan dan kontinue. Proses normalizing ini dilakukan juga sebelum kita melakukan proses soft annealing.

2. AnnealingAnnealing adalah proses pemanasan baja yang diikuti dengan pendinginan lambat didalam tungku yang dimatikan. Tujuan dari annealing untuk memperbaiki; mampu mesin, mampu bentuk, keuletan, kehomogenan struktur, menghilangkan tegangan dalam, dan lain sebagainya.

3. Pengerasan (quenching)Perlakuan baja ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga fasa menjadi austenite dan didinginkan secara cepat. Media pendinginan cepat seperti air, oli, garam atau mesia pendinginan lainnya. Tujuan utama perlakuan ini untuk meningkatkan kekerasan baja. Pengerjaan temper (tempering treatment) dengan pencelupan cepat. Suhu pemanasan adalah agak rendah dibawah suhu transformasi eutectoid. Tujuan utama yaitu mengurangi nilai kekerasan logam sehingga keuletan (ductility) logam akan naik. Beberapa variabel penting dalam perlakuan temper adalah temperatur, waktu pemanasan dan lain-lain.

4. Pembebasan tegangan (stress relieving)Perlakuan ini bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa di dalam logam baja akibat perlakuan logam seperti proses las, produk cor-coran, pengerjaan dingin, pencelupan cepat dan sebagainya. Proses ini dengan memanaskan hingga temperatur mendekati suhu temperatur, ditahan untuk beberapa saat kemudian didinginkan di udara.

5. Speroidisasi (speroidizing)Perlakuan ini bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa di dalam logam baja akibat perlakuan logam seperti proses las, produk cor-coran, pengerjaan dingin, pencelupan cepat dan sebagainya. Proses ini dengan memanaskan hingga temperatur mendekati suhu temperatur, ditahan untuk beberapa saat kemudian didinginkan di udara. Perlakuan pemanasan untuk menghasilkan karbida yang berbentuk bulat (globular) di dalam logam baja.

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1Diagram Alir PercobaanPada percobaan metalografi kali ini terdapat diagram alir percobaan yang berkaitan dengan percobaan sebagai berikut :Menyiapkan sampelMengampelas benda uji dengan kertas ampelas ukursn 400#, 600#, 800#, 1000# dan 1200#Melakukan polishing dengan pasta aluminaMelakukan etsa dengan larutan nital 3% yang dicelupkan selama 3 detikMelakukan pengamatan di bawah mikroskopPembahasannKesimpulanLiteraturData

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang digunakan 1. Mesin grinding dan polishing 2.Dryer 3. Mikroskop optik

3.2.2 Bahan yang digunakan 1. Baja AISI 1045 2. Kertas amplas ukuran 400#, 600#, 800#, 1000# dan 1200# 3. Ethanol 4. Pasta alumina 5. Nital 3%

3.3 Prosedur Percobaan 1. Mengamplas benda uji dengan kertas amplas ukuran 400#, 600#, 800#, 1000# dan 1200#.2. Melakukan pemolesan dengan pasta alumina.3. Membersihkan permukaan dengan benda uji dengan ethanol dan mengeringkannya, kemudian melakukan etsa dengan larutan nital 3%.4. Mengamati benda uji dibawah mikroskop optik.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan Dari percobaan yang telah dilakukan mengenai pengujian metalografi berikut struktur mikro yang diperoleh adalah : Bahan: AISI 1045 (Air)Bahan: AISI 1045 (Oli)Pembesaran: 1000xPembesaran: 1000x

Bahan: AISI 1045 (Normalizing) Pembesaran: 1000xGambar 4.1 Hasil Pengamatan Metalografi

4.2PembahasanPada percobaan metalografi ini, praktikan menggunakan 3 buah logam uji dengan bahan baja AISI 1045 sebagai sampel yang telah diberi perlakuan panas dengan kondisi yang berbeda-beda. Sebelumnya sampel dilakukan preparasi terlebih dahulu sehingga dapat dengan mudah diamati dan diidentifikasi menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 1000x. Proses preparasi yang dilakukan diantaranya yaitu grinding (pengampelasan), polishing (pemolesan), washing (pencucian) dengan alkohol dan etching (pengetsaan). Dari keempat sampel yang telah diuji tersebut dapat dibandingkan dengan melihat struktur mikro yang terbentuk. FerriteMartensite

Gambar 4.2 Spesimen quenching air perbesaran 1000xPada gambar 4.2 merupakan hasil identifikasi pengujian metalografi pada perbesaran mikroskop optik 1000x yang mana pada sampel dengan pendinginan media air. Perlakuan etsa yang terlalu lama sehingga korosi batas butir yang diharapkan. Fasa yang terbentuk terdapat martensite dimana bentuk butirnya terlihat memanjang, fasa tersebut terbentuk karena pendinginan cepat sehingga atom-atom tidak sempat berdifusi dan membentuk struktur kristal BCT, dikarenakan adanya perbedaan kemampuan untuk menampung karbon yang ada pada struktur FCC dan BCC sehingga karbon yang seharusnya berdifusi keluar malah terjebak di dalam kisi kristal tersebut. Fasa ini mempunyai sifat mekanis keras dan getas. CementitePearlite

Gambar 4.3 Spesimen quenching oli perbesaran 1000xPada gambar 4.3 ditunjukkan bahwa hasil dari quenching dengan media oli menghasilkan fasa berupa bainit. Bainit menggambarkan struktur mikro pada baja yang dihasilkan dari dekomposisi austenit ke ferit () dan sementit (Fe3C). Bainit terbentuk pada kisaran temperatur di atas transformasi martensit dan di bawah pembentukan perlit. Transformasi austenit ke struktur bainitik dapat terjadi bila baja didinginkan ke temperatur antara sekitar 300-550 C. Bainit sering dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu bainit atas, upper bainite dan bainit bawah, lower bainite. Terbentuknya bainite atas atau bawah sangat tergantung pada rentang temperatur dimana transformasi terjadi. Fasa ini mempunyai sifat mekanis yang lebih ulet dibandingkan fasa martensit dan lebih keras dibandingkan perlit.FeritCementit

Gambar 4.4 Spesimen hasil normalizing perbesaran 1000xPada specimen hasil Normaliing setelah dilakukukan pengujian metalografi didapatkan hasil struktur mikro berupa fasa perlite. Pearlite merupakan satu fasa yang terbentuk dari gabungan dua fasa, ferrite dan cementite. Pearlite dianggap sebagai satu fasa sendiri, karena memberikan kontribusi sifat yang seragam. Seperti dijelaskan di atas, di dalam satu fasa, biasa terbentuk dalam satu butir. Namun, untuk pearlite berbeda, karena ada dua fasa dalam satu butir. Karena butir berukuran lebih besar dari ukuran fasa ferrite dan cementite itu sendiri (ukuran terkecil yang bisa dikarakterisasi sebesar ukuran indentasi dari uji keras mikro vickers, sekitar 50 mikron), maka pearlite, atas kesepakatan bersama para ahli material, digolongkan sebagai satu fasa dalam satu butir. Pearlite memiliki morfologi mirip seperti lapisan (lamellae) antara ferrite (hitam) dan cementite (putih).Mekanisme terjadinya perlit yaitu pertumbuhan perlit meliputi pertumbuhan ferit dan sementit sekaligus secara besamaan. Pertumbuhan dimulai dengan terjadinya pengintian sementit pada batas-batas butir austenite. Sementit ini kemudian tumbuh dengan didahului oleh difusi atom-atom karbon. Sehingga di sekitar pelat atau lapisan sementit merupakan daerah kekurangan karbon, maka bagian ini terjadi pelat-pelat ferit yang mempunyai kelarutan karbon maksimum 0.025 persen. Petumbuhan sementit terjadi di mana-mana yang diikuti oleh pertumbuhan ferit, sehingga akhirnya seluruhnya berubah menjadi perlit.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1KesimpulanDari hasil percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:1. Sejarah perlakuan material yang diberikan sangat mempengaruhi struktur mikro yang terbentuk.2. Pada hasil analisa mikroskop optik pada perbesaran 1000x diperoleh hasil sebagai berikut : normalizing terbentuk dari pearlite, quenching media air terdapat fasa martensite, quenching media oli adalah terbentuknya fasa bainit.

5.2SaranUntuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka praktikan harus lebih memperhatikan lagi dalam proses grinding sampel agar pada proses selanjutnya bisa menghasilkan gambar struktur mikro yang lebih jelas serta berhati-hati dalam hal melakukan etsa agar tidak terkorosi terlalu berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Davis, H.E, dan G.E, Troxell, The Testing and Inspection of Engineering Material, Mc. Graw-Hill, New York, 1964.Avner, S.H., Introduction to Physical Metallurgy, Mc. Graw-Hill, New York, 1964.Buku panduan praktikum laboratorium metalurgi II, Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, cilegon, Banten, 2014.Lakhtin, Y., Engineering Physical Metallurgy, MIR Published, Moscow, 1968.

LAMPIRAN CBLANKO PERCOBAAN

1.Apa yang dimaksud dengan metalografi?Jawab : Metalografi merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari metoda observasi atau pemeriksaan atau pengamatan atau pengujian dengan tujuan untuk menentukan atau mempelajari hubungan antara struktur dengan sifat atau karakter dan perlakuan yang pernah dialami oleh logam, paduan dan bahan bahan lainnya.

2. Sebutkan tahapan pengujian metalografi!Jawab : Pada pengujian metalografi terdapat tahapan-tahapan yaitu :1. Sectioning atau cutting2. Mounting3. Grinding4. Polishing5. Etching6. Pengamatan dibawah mikroskop optik

3. Gambarkan struktur mikro baja karbon rendah, sedang dan tinggi!Jawab :

Gambar A.1 Struktur mikro baja4. Sebutkan macam-macam metode etching!Jawab :Metode etsa dibagi menjadi dua macam yaitu :1. Etsa kimiaEtsa kimia, yaitu proses pengetsaan menggunakan larutan kimia dengan karakteristik tertentu. Penampakan batas butir spesimen bergantung pada jenis masing-masing larutan. waktu etsa relatif singkat (satuan detik) sesuai metode yang digunakan imerge ataupun swept.2. Etsa elektrolikElektro Etsa (Etsa Elektrolitik), yaituetsa menggunakan reaksi elektroetsa. Dalam pelaksanaannya dilakukan pengaturan tegangan dan kuat arus listrik juga waktunya.

5. Sebutkan syarat-syarat bahan untuk metode mounting!Jawab :Mounting adalah tahapan dimana memberikan pegangan atau wadah bagi sampel yang mempunyai bentuk tidak rata dan sulit dipegang, syarat bahan mounting :1. Bersifat inert (tidak bereaksi dengan spesimen maupun zat etsa)2. Sifat eksotermis rendah3. Viskositas rendah4. Penyusutan linier rendah5. Sifat adhesi baik6. Memiliki kekerasan yang sama dengan sampel7. Flowbilitas baik, dapat menembus pori, celah dan bentuk ketidakteraturan sampel8. Khusus untuk etsa elektronik dan pengujian SEM, bahan mountng harus kondusif

Tugas Khusus1. Jelaskan aplikasi larutan etsa dan macam-macamnya!Jawab : Macam-macam media penggetsa serta aplikasnya dapat dilihat pada gambar

Gambar A. Media etsa2. Jelaskan bahan media polishing.Jawab :Polishing secra mekanik dilakukan diatas piringan berputar dan diatasnya diberi kain poles yang disebut selvyt. Cara penggunaannya yaitu diatas piringan berputar ini diberi air dan pasta poles yang biasanya yaitu pasta alumina dan pasta intan.

25

Gambar B.1 Hair DryerGambar B.2 Mesin gerinda dan polesGambar B.3 Mikroskop OptikGambar B.4 SampelGambar B.5 Cairan Nital 3%Gambar B.6 Alkohol