analisa metalografi pengaruh filler serbuk zinc pada
TRANSCRIPT
ANALISA METALOGRAFI PENGARUH FILLER SERBUK ZINC PADA
SAMBUNGAN LAS TITIK BEDA MATERIAL ANTARA ALUMINIUM
DAN STAINLESS STEEL
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik
Oleh:
DENI PRAKOSO
D200 120 131
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
1
ANALISA METALOGRAFI PENGARUH FILLER SERBUK ZINC PADA
SAMBUNGAN LAS TITIK BEDA MATERIAL ANTARA ALUMINIUM DAN
STAINLESS STEEL
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pengaruh filler serbuk zinc
pada sabungan las titik terhadap perubahan makro dan mikro logam las, HAZ, dan logam
induk. Serbuk zinc ditempatkan diantara dua logam induk dengan dibantu lokator yang
berupa lubang di aluminium. Pengujian metalografi yang dilakukan adalah uji foto
makro dan mikro berdasarkan standar ASTM E407-07. Material yang digunakan yaitu
stainless steel tebal 1mm, aluminium tebal 1,2mm dan filler serbuk zinc. Parameter las
yang divariasikan adalah arus listrik (6000, 7000, 8000 A) dan (0.2, 0.3, 0.4 detik). Dari
percobaan yang telah dilakukan, melalui uji foto makro dihasilkan bahwa semakin besar
arus dan waktu pengelasan, semakin besar pula diameter nugget. Pengelasan dengan
menggunakan filler zinc, diameter nuggetnya lebih besar dibandingkan tanpa filler.
Selanjutnya melalui uji foto mikro terlihat bahwa serbuk zinc melebur dan bercampur
dengan aluminium, sementara pada pengelasan tanpa filler tidak terjadi leburan. Selain
itu terlihat bahwa daerah logam las aluminium lebih besar dibandingkan stainless steel,
kemudian butiran pada daerah HAZ stainless steel berubah besar, sedangkan pada
aluminium berubah menjadi kecil.
Kata Kunci: Las titik, Beda material, Filler, HAZ, Nugget
ABSTRACT
The purpose of this research is to describe the effect of zinc powder filler on the
spot welding to the macro and micro welding of the weld metal, HAZ, and the parent
metal. Zinc powder is placed between two parent metals with assisted locator in the form
of a hole in aluminum. Metallographic testing performed is a macro and micro photo
test based on ASTM E407-07 standard. The materials used are 1mm thick stainless steel,
1.2mm thick aluminum and zinc powder filler. The varied weld parameters are electric
current (6000, 7000, 8000 A) and (0.2, 0.3, 0.4 sec). By macro photo test results that the
greater the current and welding time, the greater the diameter of nuggets. Welding using
zinc filler, diameter nugget is bigger than without filler. Furthermore, through the
microscope test showed that zinc powder fused and mixed with aluminum, while the
welding without filler did not occur melting. In addition it is seen that the aluminum
metal welding area is larger than stainless steel, then the grain in the HAZ stainless steel
area change large, while the aluminum turns into small.
Keywords : Spot Welding, Dissimilar, Filler, HAZ, Nugget
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dibidang kontruksi semakin maju, baik di dalam perakitan
maupun perawatan. Seiring kemajuan teknologi dalam bidang kontruksi manufaktur,
membuat pengelasan semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi
kebutuhan penggunaan teknologi las. Teknologi pengelasan terbagi dalam beberapa jenis,
salah satunya adalah las titik (spot welding).
Las titik (spot welding) yaitu suatu proses dimana dua atau lebih material berbentuk
plat/lembaran dijepit diantara dua buah elektroda kemudian disambungkan menggunakan
energi panas yang dihasilkan dari tahanan (resistance) arus listrik. Las titik (spot welding)
tidak hanya digunakan untuk industri otomotif, tetapi juga dapat diterapkan pada bidang
perkapalan, konstruksi, jembatan, kendaraan, rel kereta api, rangka baja, (Wiryosumarto,
H. dan T. Okumora, 2000).
Ketersediaan bahan bakar fosil yang semakin berkurang menuntut manusia untuk
berinovasi dalam penghematan energy, salah satunya dengan mengurangi berat kendaraan
dengan tujuan berat suatu kontruksi akan lebih ringan, tetapi tidak mengurangi kualitas
dari sifat fisis, sifat kimia dan berat dari suatu material.
Dalam mendesain sebuah kontruksi kendaraan banyak hal yang harus
dipertimbangkan, salah satunya adalah material yang digunakan. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut dalam suatu produksi, maka jenis material yang digunakan sebagai
bahan baku harus baik, mampu las, mampu diperbaiki. Las titik (spot welding) tidak hanya
digunakan untuk material yang sejenis, tetapi juga dapat digunakan untuk material tak
sejenis.
Penggabungan antara aluminium dengan stainless steel merupakan hal yang tidak
mudah karena sifat dan titik lebur yang berbeda. Penggabungan material beda jenis dengan
tambahan filler pada sambungan las titik sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Namun
penggabungan beda material dengan menggunakan lembaran/pelat dengan ketebalan 1-2
mm dengan tambahan penempat filler serbuk di tengah-tengah material yang berfungsi
sebagai perantara material yang satu dengan material lainnya merupakan hal baru.
1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi komposisi kimia logam dari material stainless steel dan aluminium,
serta serbuk zinc sebagai filler yang digunakan untuk penelitian.
2. Mendeskripsikan lebar diameter nugget pada hasil pengelasan.
3. Mendeskripsikan hasil uji struktur makro.
3
4. Membandingkan pengaruh serbuk filler dan tanpa serbuk filler pada sambungan las
titik beda material terhadap struktur mikro di daerah terpengaruh panas (HAZ) dan
daerah logam las.
1.3 Tinjauan Pustaka
Pengelasan titik (spot welding) beda material pernah diteliti oleh Kolarik, Ladislav.
Dkk, (2012), dengan tebal yang sama yaitu 2 mm. Material yang digunakan adaalah
austenitic stainless steel 304 dan baja karbon rendah. Penelitiannya menggunakan variasi
arus yaitu 7-8 kA dengan parameter lain konstan. Hasil penelitiannya, ukuran lebar logam las
semakin naik seiring dengan kenaikan arus. Lebar logam las tidak simetris antara pada bagian
austenitic stainless steel 304 dan baja karbon rendah. Daerah HAZ lebih lebar pada bagian
baja karbon rendah dibandingkan austenitic stainless steel 304. Ini dikarenakan konduktivitas
thermal lebih tinggi, dari data penelitiannya didapatkan kesimpulan bahwa semakin tinggi
arus yang digunakan maka semakin lebar pula daerah logam las yang terbentuk.
Pada tahun 2016 Isnanto Rika, melakukan penelitian tentang pengelasan beda material
menggunakan las titik (Spot Welding). Material yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah Aluminium paduan 6019 dengan stainless steel alloy menggunakan bahan
pengisi/filler zinc alloy ZA-12 . Dengan tebal Al (1,2 mm), Ss (1 mm) dan Zn (0,2mm).
Parameter yang digunakan dalam pengelasan 6000 A, 7000 A, 8000 A dengan cycle time 0,2
dt; 03 dt; dan 0,4 dt;, diameter elektroda 5 mm. Hasil Penelitian tersebut adalah lebar logam
las(nugget) filler/tanpa filler dan struktur mikro. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
ukuran logam las(nugget) aluminium filler/tanpa filler semakin besar seiring kenaikan arus
dan waktu. Semakin besar arus, semakin lama waktu, maka semakin besar pula lebar
diameter logam las(nugget).
Gambar 1. Hasil uji perbandingan struktur makro filler dan non filler
(Isnanto Rika, 2016)
4
Gambar 2. Histogram pengaruh arus dan waktu terhadap lebar logam las(nugget) aluminium
(Isnanto Rika, 2016)
Penelitian tentang pengelasan titik(spot welding) antara aluminium dan stainless steel
dan filler serbuk zinc berat 0,05grm di antara kedua material pernah diteliti oleh Dowi Bai
Makhruf, (2017), hasil penelitian pada pengujian makro nugget aluminium terlihat lebih besar
dari pada stainless steel karena perbedaan konduktivitas. sedangkan pada uji mikro struktur
daerah nugget material aluminium dan zinc membentuk lapisan seperti gumpalan, diakibatkan
rekristalisasi kurang sempurna. Butiran dari filler zinc hanya dapat bercampur dengan butiran
aluminium. Sedangkan butiran stainless steel tidak dapat bercampur dengan aluminium
maupun filler zinc.
Gambar 3. Hasil uji struktur makro dan mikro (Dowi Bai Makhruf, 2017)
5
2. METODE
2.1 Alat
Alat pegelasan : Las titik (RSW) tipe AC foot operate spot welding
Alat bantu : Alat ukur, mesin potong, tang, gergaji potong, Vibrating screener,
cekam, kikir, stop watch, resin, catalys, ampelas, kain bludru, hair
dryer, cairan etsa.
Alat pengujian : Alat uji komposisi kimia (spectrometer), mikroskop makro,
miskroskop mikro.
2.2 Bahan
Bahan penelitian: Material plat aluminium, stainless steel, dan filler serbuk zinc
2.3 Tempat penelitian
Tempat penelitian : Laboratorium Material Politeknik Manufaktur(POLMAN)
Ceper, Laboratorium Proses Produksi Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Laboratorium Bahan Teknik Mesin
(UGM) dan Laboratorium Metalurgi Teknik Mesin Universitas
Sebelas Maret.
2.4 Langkah pengujian
Penelitian ini menggunakan pengelasan titik (spot welding) dengan tipe sambungan
(lap joint). Spesimen dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tanpa filler dan menggunakan filler
dengan variasi parameter arus 6000; 7000; 8000 A dan waktu pengelasan 0,2; 0,3; 0,4 detik.
Proses pengelasan dilakukan dengan penambahan filler serbuk zinc mesh-100, filler 0,07
gram diletakkan pada lubang lokator yang dibuat pada material aluminium.
a. Pengujian komposisi kimia
Pengujian komposisi kimia menggunakan standar ASTM A751-01.
b. Pembuatan lubang lokator
Lubang lokator dibuat pada material alumunium dengan diameter Ø5 mm dengan
kedalaman 0,5 mm, berfungsi sebagai pembatas/penempat filler serbuk zinc. Dimensi
spesimen uji dapat terlihat pada gambar 5.
6
c. Proses pengelasan
Gambar 4. Skema pengelasan
Aluminium
(mm)
Stainless Steel
(mm)
W 25 25
L 100 100
Ø 5
Gambar 5. Ukuran spesimen (ASME QW 462.9)
d. Pengujian metalografi
Gambar 6. Arah pemotongan spesimen
7
Gambar 7. Spesimen setelah pemotongan dan di mounting
2.5 Diagram alir penelitian
Gambar 8. Diagram alir penelitian
8
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji komposisi kimia
Pengujian komposisi kimia dilakukan untuk mengetahui dan memastikan jenis
material dan unsur kimia yang terdapat pada material. Penelitian ini menggunakan material
aluminium, stainless steel dan zinc. aluminium dan stainlesssteel sebagai logam induk, zinc
sebagai logam pengisi (filler). Berikut pemaparan hasil pengujian komposisi kimia
Aluminium, stainless steel dan zinc.
Tabel 1. Hasil uji komposisi kimia aluminium
No Unsur Prosentase (%)
1 Al 98,8
2 Si 0,2080
3 Fe 0,4597
4 Cu 0,0823
5 Mn 0,0710
6 Mg 0,0731
7 Zn 0,1772
8 unsur lain 0,0921
jumlah 100
Dari table 1 diketahui bahwa unsur-unsur yang terkandung merupakan jenis
aluminium paduan. Unsur-unsur yang dominan yaitu Al=98,8%,Fe=0,4597% dan
Si=0,2080%, dari 3 unsur tersebut kita masukkan data ke dalam “MatWeb Material Property
Data”, kita dapatkan jenis material aluminium tersebut termasuk ke dalam 6xxx yaitu 6015.
Tabel 2. Hasil uji komposisi kimia stainless steel
No Unsur Prosentase (%)
1 Fe 73,74
2 C 0,0824
3 Si 0,5853
4 Mn 0,8552
5 Cr 14,5387
6 Ni 1,0851
7 Cu 0,7035
8 unsur lain 0,4223
Jumlah 100
9
Dari pengujian spectrometer material Stainless Steel diperoleh hasil dengan prosentase
tertinggi Fe=73,74%, selain itu unsur yang dominan adalah Cr=14,5387%, sedangkan unsur
paduan lainnya di bawah 1%, berdasarkan ASM Handbook vol 6 menggunakan diagram
schaeffler dengan mencari % Cr dan % Ni, rumus tersebut yaitu
Cr eq = %Cr + %Mo + 1,5 x %Si + 0,5 x %Nb
Ni eq = %Ni + 30 x %C + 0,5 x %Mn
Perhitungannya sebagai berikut,
Cr eq = %Cr + %Mo + 1,5 x %Si + 0,5 x %Nb
= 14,5387 + 0,0154 + (1,5 x 0,5853) + (0,5 x 0,0156)
= 15,440
Ni eq = %Ni + 30 x %C + 0,5 x %Mn
= 1,0851 + (30 x 0,0824) + (0,5 x 0,8552)
= 3,984
Gambar 9. Diagram schaeffler
Tabel 4. Hasi uji komposisi kimia zinc
No Unsur Prosentase
(%)
1 Zn 78,9
2 Al 7,50
3 Cd 0,317
4 Fe >2,00
5 Sn 2,31
6 Mn >0,120
7 Pb 1,27
8 unsur lain 0,085
Jumlah 100
10
Dari hasil uji komposisi kimia zinc, unsur yang mendominasi adalah Zn yaitu
sebanyak 78,9 %, Al sebanyak 7,50 % dan Sn sebanyak 2,31 %. Berdasarkan “MatWeb
Material Property Data”, material tersebut termasuk zinc alloy seri Za-12. Material jenis ini
merupakan material yang memiliki kekuatan pembebanan besar.
3.2 Pengujian metalografi
Pengujian metalografi dilakukan untuk mengetahui sifat fisik suatu material. Sifat
fisik tersebut terbagi atas daerah logam induk (Base Metal), logam las (Nugget), dan daerah
terpengaruh panas (Heat Affective Zone). Uji struktur makro untuk mengetahui lebar diameter
daerah logam las(nugget), sedangkan uji foto mikro untuk mengetahui daerah HAZ(Heat
Affective Zone), logam las dan logam induknya. Berikut hasil uji metalografi untuk las beda
material aluminium dan stainless steel dengan menggunakan filler dan tanpa menggunakan
filler.
Tabel 5. Pengaruh arus dan waktu pada lebar logam las(nugget)
Eksperimen
Arus Waktu Lebar Nugget(mm)
(Ampere) (detik) DenganFiller
(mm)
TanpaFiller
(mm)
Al SS Al SS
1
6000
0,2 2,96 2,13 2,80 -
2 0,3 3,84 2,05 3,44 -
3 0,4 4,62 3,33 3,65 -
4
7000
0,2 3,56 2,95 2,83 -
5 0,3 4,75 3,22 3,66 -
6 0,4 4,89 3,79 3,76 -
7
8000
0,2 4,45 1,88 3,89 -
8 0,3 5,23 3,00 4,00 -
9 0,4 5,60 3,96 4,39 -
11
Gambar 10. Histogram pengaruh arus dan waktu terhadap lebar logam las (nugget)
aluminium
Gambar 10 menunjukkan bahwa variasi arus dan waktu berpengaruh terhadap lebar
diameter logam las(nugget). Hal ini sesuai dengan rumus H= I².R.t, bahwa semakin besar
arus (I) dan semakin lama waktu (t) maka semakin besar pula masukkan panas yang terjadi.
Hal ini juga pernah di teliti oleh Isnanto Rika, (2016) bahwa semakin besar arus, maka
semakin besar pula lebar diameter logam las (nugget).
Filler Non filler
Gambar 11. Perbandingan foto makro filler dan non filler
Dari gambar 11 di atas menunjukkan lebar diameter logam las(nugget) aluminium
lebih besar daripada stainless steel. Penelitian sebelumnya, Arghafani dkk (2016)
menyatakan bahwa lembaran aluminium dengan lapisan zinc meleleh lebih besar pada
pengelasan low carbon steel, daripada pengelasan lembaran aluminium dengan baja galvanis,
saat pengelasan lembaran aluminium dengan lapisan zinc akan membentuk logam las(nugget)
lebih besar karena melelehnya logam zinc terhadap aluminium. Hal ini juga berkaitan dengan
titik lebur aluminium lebih kecil daripada titik lebur stainless steel. Sambungan pada daerah
Logam las(nugget) dengan menggunakan filler lebih besar dibandingkan dengan tanpa filler.
Dari gambar 10 terlihat bahwa lebar diameter logam las (nugget) aluminium pada pengelasan
12
menggunakan filler yaitu sebesar 5,60 mm, sedangkan tanpa filler sebesar 4,39 mm.
Aluminium cenderung meleleh sedangkan stainless steel terlihat tidak meleleh.
Gambar 12. Logam Induk (base metal) spesimen uji
Gambar 12 merupakan gambar yang diambil pada spesimen uji. Mikrostruktur pada
spesimen sudah mendekati dan sesuai dengan ASM Handbook Vol 9.
Gambar 13. Foto makro daerah HAZ dan Nugget dengan filler dan tanpa filler
Al SS
Filler Non Filler
HAZ SS
HAZ Al
Nugget Al Nugget SS Nugget Zn HAZ Al HAZ SS Nugget SS dan Al
13
Gambar 14. Hasil penelitian daerah HAZ
Perubahan daerah HAZ dari gambar 14 yang menggunakan filler maupun tanpa
menggunakan filler terlihat nampak berbeda. Pada las yang menggunakan filler nampak daerah
logam lasnya melebur dengan butiran kecil. Pada material aluminium perubahan besarnya
butiran dari logam induk ke logam las yaitu semakin kecil. Perubahan besarnya butiran pada
daerah HAZ ke daerah las(nugget) dengan filler terlihat lebih kecil dibandingkan daerah yang
tanpa filler. Sedangkan pada stainless steel, Pada las menggunakan filler butiran berubah
menjadi besar dari logam induk, pada las tanpa filler butiran juga berubah menjadi besar. Hal ini
disebabkan adanya hambatan termal yang baik pada las menggunakan filler zinc, sementara pada
daerah las tanpa filler kurangnya hambatan termal.
Ada tiga zona pada daerah logam las, zona tersebut yaitu zona stainless steel-zinc, zinc-
aluminium dan stainless steel-aluminium, dari gmbar di atas terlihat bahwa zona paling baik
dalam peleburan yaitu pada zinc-aluminium.
Filler Non Filler
Alu
min
ium
Sta
inle
ss s
teel
14
Gambar 15. Data hasil penelitian daerah logam las
Daerah logam las pada sambungan aluminium dengan stainless steel menggunakan
filler dan tanpa menggunakan filler pada gambar tidak menempel sempurna. Hal ni
dikarenakan besar konduktivitas termal material yang berbeda. Pada material aluminium dan
zinc membentuk butiran kecil. Dari penelitian sebelumnya Dowi Bai Makhruf, (2017), daerah
nugget material aluminium dan zinc membentuk lapisan seperti gumpalan diakibatkan
rekristalisasi kurang sempurna, butiran dari filler zinc hanya dapat bercampur dengan butiran
aluminium, sedangkan butiran stainless steel tidak dapat bercampur dengan aluminium
maupun filler zinc. Daerah logam las aluminium membentuk butiran yang halus yang
diakibatkan rekristalisasi yang sempurna, semakin banyak batas butir mengakibatkan
peningkatan kekuatan logam tersebut. Batas butiran logam las aluminium yang menggunakan
filler zinc lebih banyak dibandingkan dengan yang tanpa menggunakan filler zinc. Sedangkan
untuk logam las(nugget) stainless steel, butiran yang menggunakan filler zinc tidak begitu
terlihat tetapi hanya berbentuk gumpalan, sedangkan butiran logam las(nugget) stainless steel
tanpa menggunakan filler zinc tidak terlihat dikarnakan rekristalisasi kurang baik serta nilai
melting point material aluminium dan stainless steel yang berbeda jauh.
Dengan filler Tanpa filler
Zona
Zn dan
Al
Zona
SS dan
Al
Zona
SS dan
Zn
15
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Hasil uji komposisi kimia pada aluminium menunjukkan bahwa aluminium tersebut
merupakan seri 6015 (campuran Al-Fe-Si), untuk hasil uji komposisi kimia stainless
steel termasuk dalam kategori austenitic+ferrit, yaitu seri 201 austenitic alloy,
sedangkan untuk uji komposisi zinc termasuk zinc alloy ZA-12.
b. Setiap kenaikan arus dan waktu, berpengaruh terhadap lebar diameter logam
las(nugget). Pada pengelasan menggunakan filler, nugget lebih besar dibandingkan
non filler.
c. Material aluminium dan filler serbuk zinc cenderung meleleh, sedangkan untuk
stainless steel tidak meleleh namun terjadi perubahan butiran.
d. Hasil pengujian mikro, ada pencampuran zinc dengan aluminium, sedangkan zinc
dengan stainless steel tidak ada pencampuran yang sempurna. Sedangkan antara
stainless steel dan aluminium tidak terjadi pencampuran namun keduanya dapat
tersambung. Butiran pada daerah HAZ berubah besar pada stainless steel, sedangkan
pada aluminium berubah menjadi kecil.
4.2 Saran
Penelitian mengenai pengelasan beda material perlu dikembangkan lagi, dengan
material sama seperti penelitian ini dapat dikembangkan lebih luas dengan parameter
berbeda-beda, bisa juga dengan parameter yang sama namun material yang berbeda-beda.
Untuk hasil penelitian yang optimal, alat-alat pendukung yang digunakan juga harus lebih
baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Arghavani, M. dkk. (2016). Role of zinc layer in resistance spot welding of aluminium to
steel. doi: 10.1016/j.matdes.2016.04.033. Department of Materials Science and
Engineering, Sharif University of Technology, P.O. Box 11365-9466, Azadi Ave.,
Tehran, Iran
ASM Metals Handbook. 1983. Welding Brazing and Soldering. Introduction to the Selection
of Stainless Steels. John C. Lippold, Edison Welding Institute, Vol.6, p.1110.
ASM Metallography and Microstructures. Richard H. Stevens, Aluminum Company of
America, Vol.6, p.707
ASME IX 2010. Welding and Brazing Qualifications. American Society Mechanical
Engineering, Three Park Avenue, New York, 10016 USA.
ASTM International, 100 Barr Harbor Drive, PO Box C700, West Conshohocken, PA 19428-
2959, United States.
Dowi Bai Makhruf, 2017, Studi Metalografi Pengaruh Filler Serbuk Zinc Pada Pengelasan
Titik Beda Material Antara Aluminium dan Stainless Steel. Teknik Mesin UMS.
Isnanto Rika, 2016, Analisa Metalografi Pengaruh Filler Zinc Pada Pengelasan titik Beda
Material Aluminium Dan Stainless Steel. Teknik Mesin UMS.
Kolarik, L., dkk. (2012). Rasistance Spot Welding of Dissimilar Steel, Department of
Manufacturing Technology, Technick´a 4, 166 07 Praha, Czech Republic. Acta
Polytechnica Vol. 52 No. 3/2012
R. Balasundaram, V.K.Patel, S.D.Bhole and D.L.Chen , 2014, Effect of zinc interlayer on
ultrasonic spot welded aluminum-to-copper joints : Materials Science & Engineering
A, Department of Mechanical and Industrial Engineering, Ryerson University, 350
Victoria Street, Toronto, Ontario M5B 2K3, Canada
Wiryosumarto H., Okumura T. 2000. Teknologi Pengelasan Logam, cetakan kedelapan
Pradya Paramita, Jakarta