laporan praktikum kompos padat (1)

12
Laporan Praktikum Hari, Tanggal : Selasa, 7Oktober 2014 Sanitasi dan Toksikologi Dosen : Emil Wahdi Lingkungan Asisten Dosen : Ranty Ayu Risa Nofriana Kelompok : 1 (satu) Kelas : B-P1 PENGELOLAAN SAMPAH PADAT DOMESTIK (KOMPOS PADAT) Yuvina J3M112004 Rezky Nur Azizah J3M112008 Rahma Diani J3M112014 Suryani J3M112021 Tyas Septiarani P J3M112023 Hafiz J3M212146 Edwin Yogaswara J3M212147 TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

Upload: tyas-septiarani

Post on 18-Jan-2016

158 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kompos padat

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Kompos Padat (1)

Laporan Praktikum Hari, Tanggal : Selasa, 7Oktober 2014Sanitasi dan Toksikologi Dosen : Emil Wahdi Lingkungan Asisten Dosen : Ranty Ayu

Risa NofrianaKelompok : 1 (satu)Kelas : B-P1

PENGELOLAAN SAMPAH PADAT DOMESTIK (KOMPOS PADAT)

Yuvina J3M112004Rezky Nur Azizah J3M112008Rahma Diani J3M112014Suryani J3M112021Tyas Septiarani P J3M112023Hafiz J3M212146Edwin Yogaswara J3M212147

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: Laporan Praktikum Kompos Padat (1)

1. PENDAHULUAN

I.1. Latar BelakangSampah organik selain dihasilkan dari proses alami juga merupakan hasil

dari adanya aktifitas manusia. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, sangat berpengaruh terhadap jumlah timbulan sampah. Timbulan sampah yang tidak terkendali akhirnya akan berimbas pada berbagai pencemaran baik air, tanah dan udara. Limbah padat dari buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar. Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat pembuangan dan menunggu pemulung untuk mengambilnya atau dibuang ke TPA jika tumpukan sudah meninggi.

Penumpukan yang terlalu lama dapat mengakibatkan pencemaran, yaitu bersarangnya hama-hama dan timbulnya bau yang tidak diinginkan.Berdasarkan hal tersebut, perlu diterapkan suatu teknologi untuk mengatasi limbah padat, yaitudengan menggunakan teknologi daur ulang limbah padat menjadi produk kompos yang bernilai guna tinggi. Kita bisa memulainya dari sektor yang paling sederhana yaitu sektor rumah tangga dengan prinsip 3R (reuse, recycle, reduce). Pemanfaatan sampah rumah tangga bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis sampahnya.

Pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi. Penggunaan kompos membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi penggunaan pupuk kimia yang dapat menyebabkan degradasi lahan. Pengomposan secara tidak langsung juga membantu keselamatan manusia dengan mencegah pembuangan limbah organik. Pengomposan sendiri merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung dalam sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga, dan sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Hampir semua bahan yang pernah hidup, tanaman atau hewan akan membusuk dalam tumpukan kompos (Outterbridge 1991).

I.2. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari tata cara, keuntungan dan

kerugian serta pengaplikasian kompos padat .

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kompos sebagai hasil dari pengomposan dan merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian, Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman, seperti Pupuk organik yang mengandung unsur hara makro dan mikro.Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara, memperbesar daya ikat tanah berpasir, memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah.Tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih tahan terhadap penyakit. Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau.

Page 3: Laporan Praktikum Kompos Padat (1)

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Crawford 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba- mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.

III. METODOLOGIIII.1. Cara kerja

Studi pustaka , yaitu mencari referensi dan literature yang terkait dengan pengelolaan sampah padat domestik yang akan menjadi data pelengkap .

IV. PEMBAHASANPembuatan kompos pada hakekatnya ialah penumpukan bahan-bahan

organik dan membiarkannya sampai menjadi bahan-bahan yang mempunyai C/N rasio yang rendah dan dapat digunakan sebagai pupuk (Suteja 1995). Dalam pembuatan kompos, bahan organik dengan C/N rasio tinggi setelah dibusukkan menjadi bahan organik dengan C/N rasio yang rendah yang dapat segera terurai dan unsur hara yang terkandung mudah tersedia bagi tanaman (Sitompul 2004).

Pembuatan kompos dari sampah rumah tangga dapat menggunakan sampah organik yang mana sampah organik itu dibagi dua yaitu sampah organik hijau (sisa sayur mayur dari dapur)contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung,bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong,kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang,semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dansampah dari kebun (rumput, daun-daun kering/basah), kemudian sampah organik hewan yang dimakan seperti ikan,udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya dan dapat pulan menggunakan kotoran hewan seperti kambing, sapi, ayam maupun bebek.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam pembuatan kompos dari sampah rumah tangga atau sampah domestik yaitu :

No.

Pembuatan Kompos

Padat

Bahan-bahan Cara kerja Gambar

1. Takakura 1. Dua buah bantal berisi sekam

2. Karton sebagai dinding

3. Mikroorganisma pengurai sebagai aktivator /Stater : air leri/air beras, jus tape, E4

4. Sampah organik terutama pada Daun/sisa sayuran

5. Kain gelap sebagai penutup

1. Keranjang dilapisi dengan karton dengan diikat menggunakan bendrat/kawat sebagai dinding.

2. Bagian bawah/dasar bantal sekam/sabut

3. Sampah organic dicacah/dipotong 2 – 4cm , dicampur Mikroorganisma pengurai sebagai activator /Stater kemudian dimasukkan kedalam keranjang.

4. Setelah hampir penuh

Page 4: Laporan Praktikum Kompos Padat (1)

ditutup dengan bantal sekam/sabut dan ditutup dengan kain gelap kemudian keranjang ditutup kembali

2. Komposter 1. Wadah drum, ember plastik atau gentong

2. Wadah diberi lubangdidasarnya dan sampir untukair lindi dan pertukaran udara.

1. Bahan sampah yang sudahdicacah dimasukkan didalamwadah, kemudian dicampurkompos atau mikroorganismapengurai/stater.

2. Lakukan terus menerus selapisdemi selapis sampai wadahpenu

3. Disiram dengan air secaramerata.

4. Pada hari ke 5 -7, media dapatdiaduk-aduk. Pengadukandiulang dan dihentikan sampaisampah menjadi hitam danhancur.

5. Sampah telah berubah menjadi kompos.

3. Kompos RT Lahan Luas

Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga yang MemilikiLahan. Ini merupakan jika memiliki lahan (tanah) kosong.

1. Gali tanah sedalam 50-100 cm. Lubang dibuat dengan jarak minimal 10 meter dari sumur untuk menghindari tercemarnya sumur.

2. Isi lubang dengan sampah organik yang telah dicacah.

3. Tutup atau taburi sampah dengan tanah secara berkala untuk mengurangi bau.

4. Jika telah penuh, tutup lubang dengan tanah.

5. Setelah tiga bulan, lubang dapat digali. Hasil galian dapat digunakan sebagai kompos sedangkan lubangnya dapat digunakan untuk membuat kompos kembali.

Proses pembuatan kompos berlangsung dengan menjaga keseimbangan kandungan nutrien, kadar air, pH, temperatur dan aerasi yang optimal melalui penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses pengkomposan, temperatur kompos akan mencapai 65 – 70o C sehingga organisma patogen, seperti bakteri, virus dan parasit, bibit penyakit tanaman serta bibit gulma yang berada pada

Page 5: Laporan Praktikum Kompos Padat (1)

limbah yang dikomposkan akan mati. Dan pada kondisi tersebut gas-gas yang berbahaya dan baunya menyengat tidak akan muncul. Proses pengkomposan umumnya berakhir setelah 6 sampai 7 minggu yang ditandai dengan tercapainya suhu terendah yang konstan dan kestabilan materi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : kelembaban, konsentarasi oksigen, temperatur, perbandingan C/N, derajat keasaman (pH), ukuran bahan.Mikroorganisme dapat bekerja dengan kelembaban sekitar 40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme bekerja optimal. Kebutuhan oksigen dalam pembuatan kompos yakni berkisar antara 10-18%. Temperatur optimum yang dibutuhkan mikroorganisme untuk merombak bahan . Pengaturan suhu merupakan faktor penting dalampengomposan.Salah satu faktor yang sangat menentukan suhu adalah tingginya tumpukan, tumpukan bahan yang terlalu rendahakan berakibat cepatnya kehilangan panas, Ini disebabkantidak adanya cukup material untuk menahan panas yangdilepaskan sehingga mikroorganisma tidak akanberkembang secara wajar. Sebaliknya bila timbunan terlalutinggi, akan terjadi kepadatan bahan organic yangdiakibatkan oleh berat bahan sehingga suhu menjadisangat tinggi dan tidak ada udara di dalam timbunan.Tinggi timbunan yang memenuhi syarat adalah 1,2 – 2,0meter dan suhu ideal selama proses pengomposan adalah40 derajat-50 derajat C.

Perbandingan C/N yang optimum untuk proses pengomposan adalah berkisar antara 25-25.Derajat keasaman yang terbaik untuk proses pengomposan adalah pada kondisi pH netral yakni berkisar antara 6-8. Untuk mempercepat terjadinya proses pengomposan,maka pH timbunan harus diusahakan tidak terlalurendah. Namun, pH timbunan yang rendah dapatdicegah dengan pemberian kapur, abu dapur atau abukayu. Bahan mentah yang baik untuk penguraian atauperombakan berkadar air 50 – 70 %. Bahan dari hijauanbiasanya tidak memerlukan tambahan air, sedangkancabang tanaman yang kering atau rumput-rumputanharus diberi air saat dilakukan penimbunan.dan Ukuran bahan yang dianjurkan pada pengomposan aerobik berkisar antara 1-7,5 cm.

Menurut Hardjowigeno (1993), kompos dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara mikro tanah. Menurut Suteja (1995) selama pengomposan terjadi perubahan karbohidrat (selulosa, hemiselulosa) menjadi CO2 dan air atau CH4 dan H2. Protein diurai menjadi ammonium, CO2 dan air. Beberapa unsur hara terutama N, P dan K akan terikat pada mikroorganisme dan akan tersedia kembali apabila mikroorganisme telah mati.

Pemberian pupuk organik mempunyai peranan memberikan makanan yang tidak terdapat pada pupuk buatan (anorganik) dan dapat memperbaiki struktur tanah dan mampu menahan air dalam tanah. Dalam banyak hal, pemberian pupuk organik tidak bisa diabaikan begitu saja karena dengan menggunakan pupuk organik akan dapat membebaskan kation yang terikat menjadi ion-ion yang bebas dan tersedia bagi tanaman (Bagus et al 1997). Secara umum, Kompos padat memiliki berbagai macam manfaat dalam beberapa aspek, diantaranya :

a. Aspek bagi tanaman / tanah 1. Menambah kesuburan tanaman

Pupuk organik termasuk pupuk majemuk karena mengandung unsur hara makro (N, P, K) dan unsur mirso (Ca, Mg, Mn, Fe, Bo, S, Zn, dan Co) yang dapat memperbaiki struktur kesuburan tanah. Pada tanah berstruktur jelek seperti tanah liat dengan penambahan bahan organik akan mengurangi

Page 6: Laporan Praktikum Kompos Padat (1)

kelengketan sehingga mudah diolah. Sementara pada tanah berpasir, penambahan pupuk organik padat (kompos padat) dapat meningkatkan daya pegang tanah terhadap air dan hara (lengas).

2. Memperbaiki kondisi kimia tanah Tanah yang asam yang ditumbuhi tanaman umumnya membutuhkan ion-ion

yang cenderung dalam kondisi terikat. Dengan adanya pupuk organik (kompos padat) akan terjadi sistem pengikatan dan pelepasan ion (kapasitas tukar kation) dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman.

3. Memperbaiki kondisi biologi tanahKompos padat mampu merangsang mikroorganisme tanah yang

menguntungkan seperti Rhizobium, Mikoriza, dan bakteri pengurai fosfat atau kalium, konsentrasi O2 dan CO2 dalam hubungan dengan aktifitas biologi tanah.

4. Memperbaiki kondisi fisik tanahKemampuan mengikat air oleh kompos padat dapat menjadikan porositas

tanah lebih baik, sehingga dapat mendukung respirasi dan pertumbuhan akar tanaman.

5. Menekan pertumbuhan/ serangan penyakit tanaman.6. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).7. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman. 8. Bahan mudah didapat, selalu tersediasetiap hari dan tentunya tidak perlu

membeli.b. Aspek lingkungan dan manusia

1. Pemakaiannya aman bagi manusiaPemakaian pupuk kompos padat tidak meninggalkan residu pada hasil

panen, sehingga tidak menimbulkan efek negatif bagi kesehatan manusi2. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah.3. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.

c. Aspek ekonomi1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.2. Mengurangi volume/ukuran limbah.3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.

Namun kompos juga memiliki kekurangan, yaitu :1. Kandungan unsur hara tidak bosa diketahui secara pasti.2. Kandungan unsur hara lebih rendah dibandingkan dengan pupuk anorganik.3. Tanaman tidak bisa menyerap unsur hara dari kompos lebih cepat,

dibandingkan dengan pupuk organik.4. Proses pembuatan yang tidak hati-hati dapat mengandung telur dan larva hama.

Pengaplikasian Kompos padat diantaranya dengan melakukan beberapa cara diantaranya :

Penebaran Secara Merata di Atas Permukaan TanahCara ini biasanya dilakukan sebelum penanaman. Setelah

penebaran pupuk, lanjutkan dengan pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini menyebabkan distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akarpun lebih seimbang. Tidak disarankan untuk menebar pupuk kompos karena sangat mudah menguap.

Page 7: Laporan Praktikum Kompos Padat (1)

Pop UpCaranya, pupuk dimasukkan ke lubang tanam pada saat penanaman

benih atau bibit. Pupuk yang digunakan harus memiliki indeks garam yang rendah agar tidak merusak benih atau biji. Cara ini lazim menggunakan pupuk jenis SP36, pupuk organik, atau pupuk slow release.

PenugalanCaranya, tempatkan pupuk ke dalam lubang di samping tanaman

sedalam 10-15 cm. Lubang tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang dengan tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan samping kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat diaplikasikan dengan cara ini adalah pupuk slow release dan pupuk tablet.

Pupuk Kompos Cair tidak dimaksudkan untuk diaplikasikan sebagai pupuk tunggal. Yang dimaksud dengan pupuk tunggal, yaitu tanaman hanya dipupuk dengan Pupuk Kompos Cair. Dan tidak dipupuk dengan pupuk lainnya.Pupuk Kompos Cair diaplikasikan bersamaan dengan pupuk lainnya yang biasanya diberikan lewat akar. Pupuk yang diberikan lewat akar bisa berupa pupuk kimia atau pupuk kompos padat (pupuk kotoran ternak).Dengan diberikannya Pupuk Kompos Cair, pemberian nutrisi kepada tanaman akan terjamin kepastiannya karena reaksi Pupuk Kompos Cair dapat berlangsung lebih cepat dari pemberian pupuk lewat akar (terutama jika hanya diberi pupuk kompos padat).

Dengan pemberian Pupuk Kompos Cair, tumbuhan akan lebih terangsang untuk bertumbuh dan membesarkan diri karena Pupuk Kompos Cair dapat langsung merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru pada pucuk tanaman.Pada masa persiapan pembentukan bunga, Pupuk Kompos Cair dapat berfungsi sebagai sediaan nutrisi bagi tanaman sehingga tanaman dapat membentuk bunga sebanyak-banyaknya dengan kualitas yang baik.

V. PENUTUPV.1. Kesimpulan

Pengolaan sampah padat domestik perlu untuk diketahui untuk mengurangi penumpukan sampah padat di pemukiman terutama dengan pembuatan kompos. Selain itu, pengolahan sampah padat domestik menjadi kompos merupakan pengolahan sampah yang sederhana. Kerugian pada pengolaan sampah padat domestik ialah bau busuk yang dihasilkan oleh sampah padat tersebut. Bau busuk yang timbul karena pada umumnya sampah padat domestik terdiri atas senyawa karbohidrat dan protein.

V.2. Saran Pengolaan sampah padat domestik pada intinya hanya sekedar

penumpukan sampah padat hingga mengalami penguraian atau pembusukan. Sampah padat domestik ini jika dikelola menjadi kompos saat ini memiliki banyak keuntungan bagi masalah sampah domestik. Kompos juga dapat digunakan kembali sebagai pupuk untuk tanaman pekarangan yang ditanam di sekitar pemukiman. Untuk pengaplikasian pupuk kompos dalam kehidupan sehri-harijuga tidaklah rumit, karena tidak membutuhkan keahlian khusus.

Page 8: Laporan Praktikum Kompos Padat (1)

DAFTAR PUSTAKA

Bagus J, Wardani C, Arsianti ID, Nasrullah. 1997. Alternatif Pemanfaatan Limbah Buangan Industri Tahu dan Tempe sebagai Penyubur Tanah. Malang: LKIP, FP UB.

Crawford JH. 2003. Kompos. Bogor : Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia.

Hardjowigeno S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta : Akademika Pressindo.

Outerbridge T. 1991.  Limbah Padat  di Indonesia :Masalah atau Sumber Daya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Sitompul BD. 2004. Respon tanaman jagung manis (Zea mays saccharate Sturt) terhadap sistem olah tanah dan pemberian kompos limbah kota [Skripsi]. Malang (ID): Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Suteja MM. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Bina Aksara.