laporan praktikum azg - lemak
DESCRIPTION
Laporan Praktikum AZG - LEMAKTRANSCRIPT
![Page 1: Laporan Praktikum AZG - LEMAK](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012303/55cf91b3550346f57b8fcc62/html5/thumbnails/1.jpg)
PENENTUAN KADAR LEMAK DAN MINYAK PADA KACANG TANAH GORENG DENGAN METODE SOXHLET SERTA PENENTUAN
KUALITAS MINYAK KELAPA SAWIT DAN MINYAK JELANTAH DENGAN METODE TITRIMETRI
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Lemak dan minyak merupakan bagian dari lipida netral. Lemak (fat)
merupakan ester asam lemak dengan gliserol. Sedangkan minyak (oil) adalah
lemak dalam keadaan cair (Murray dkk, 2009). Lipida merupakan salah satu
zat gizi makro yang memiliki banyak fungsi yang penting untuk tubuh, namun
fungsi utamanya adalah sebagai simpanan energi utama dalam tubuh
(Almatsier, 2009). Tak dapat dipungkiri, hampir semua bahan pangan berikut
dengan olahannya mengandung lemak atau minyak.
Mengetahui mutu dan kadar lemak dan minyak sangat penting untuk
mengetahui cara pengolahan yang tepat. Menurut Muchtadi dkk (2011), mutu
lemak atau minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dalam proses
pengolahan, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan lemak. Perubahan ini
dipengaruhi atau ditentukan oleh susunan kimia dari lemak, sumber-sumber,
struktur dan komposisi serta sifat fisik lemak dan minyak. Analisis lemak dan
minyak dapat digunakan untuk menentukan kadar lemak atau minyak dalam
bahan makanan, penentuan kualitas minyak untuk mengetahui kekuatan daya
simpannya, sifat gorengnya, baunya maupun rasanya, serta penentuan sifat fisis
dan kimiawi lemak dan minyak (Sudarmadji dkk, 2010).
1.2. Tinjauan Pustaka
Analisis kadar lemak dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Analisis kadar lemak secara kuantitatif terdiri dari metode Soxhlet, metode
Goldfisch, metode Babcock dan metode Mojonnier (Sudarmadji dkk, 2010).
Sedangkan pengujian sifat-sifat minyak meliputi uji penyabunan, uji
ketidakjenuhan, uji kelarutan, uji titik cair, indeks bias, bobot jenis dan lain-
lain. Sedangkan kualitas minyak atau lemak terdiri dari beberapa faktor yang
dapat diuji, yakni angka asam, angka asam lemak bebas (FFA), angka
peroksida, angka Asam Thiobarbiturat (TBA), dan kadar air (Sudarmadji dkk,
2010).
Dalam praktikum ini digunakan metode Soxhlet untuk menentukan kadar
lemak dalam kacang tanah goreng dan metode titrimetri untuk menentukan
1
![Page 2: Laporan Praktikum AZG - LEMAK](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012303/55cf91b3550346f57b8fcc62/html5/thumbnails/2.jpg)
angka asam dan angka asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit dan minyak
jelantah.
2. TUJUAN
1. Mempelajari metode analisa lemak dan minyak dari segi kuantitatif dan
kualitatif
2. Menentukan kadar lemak dan minyak pada kacang tanah goreng dengan metode
ekstraksi soxhlet
3. Menentukan angka asam dan % FFA dari minyak kelapa sawit dan minyak
jelantah
3. METODE
3.1. Analisa Kadar Lemak dan Minyak dengan Metode Soxhlet
3.1.1. Prinsip
Lemak diekstrak menggunakan pelarut organik. Setelah pelarutnya
diuapkan, lemak dari bahan dapat ditimbang dan dihitung persentasenya
(Andarwulan dkk, 2011).
3.1.2. Alat dan Bahan
Alat :
1. Labu Erlenmeyer 1 buah
2. Gelas Ukur 1 buah
3. Timbangan Analitik 1 buah
4. Alat Soxhlet 1 buah
4. Kertas Saring secukupnya
5. Penjepit 1 buah
6. Tali secukupnya
Bahan :
1. Kacang tanah goreng secukupnya
3.1.3. Cara Kerja
3 gram kacang tanah goreng
2
Memasukkan ke dalam timbel
Memasukkan ke dalam tabung ekstraksi soxhlet
Menambahkan 140 ml pelarut non-polar (eter)
Sirkulasi solvent selama 1 jam
![Page 3: Laporan Praktikum AZG - LEMAK](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012303/55cf91b3550346f57b8fcc62/html5/thumbnails/3.jpg)
3.2. Penentuan Kualitas Minyak dengan Metode Titrimetri
3.2.1. Prinsip
Minyak atau lemak ditambahkan dengan alkohol netral, kemudian
dipanaskan, didinginkan dan dititrasi dengan KOH sampai berwarna
merah jambu (Sudarmadji dkk, 2010).
3.2.2. Alat dan Bahan
Alat :
1. Labu erlenmeyer 4 buah
2. Buret 1 buah
3. Statif 1 buah
3. Alumunium foil secukupnya
4. Neraca analitik 1 buah
5. Kompor listrik 1 buah
Bahan :
1. Alkohol 96% secukupnya
2. KOH 0,02 N secukupnya
3. Phenolphthalein (PP) 20 tetes
4. Minyak Kelapa Sawit secukupnya
5. Minyak Jelantah secukupnya
3.2.3. Cara Kerja
5 gram minyak kelapa sawit dan jelantah
3
Menguapkan pelarut non-polar di dalam waterbath selama 10 menit
Mengoven dengan suhu 100°C sampai berat konstan
Mendinginkan di dalam eksikator
Menimbang hingga tercapai berat konstan (2x ulangan)
Memasukkan ke dalam erlenmeyer
Menambahkan 50 ml alkohol 96% lalu tutup dengan alumunium foil
X
X
X
![Page 4: Laporan Praktikum AZG - LEMAK](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012303/55cf91b3550346f57b8fcc62/html5/thumbnails/4.jpg)
4. HASIL
4.1. Tabel hasil analisa
Tabel 1. Penentuan Kadar Lemak dengan Metode Soxhlet
SampelBerat
Sampel
Berat Labu
Soxhlet(s+t)’ (s+t)”
Kacang tanah
goreng2,9644 g 132,5609 g 134,9988 g 133,9915 g
Tabel 2. Penentuan Angka Asam dan %FFA
Sampel Berat Sampel ml KOH
Minyak Kelapa Sawit 1 5,1083 g 2,5
Minyak Kelapa Sawit 2 6,7057 g 2,2
Minyak Jelantah 1 4,9778 g 5,4
Minyak Jelantah 2 5,1222 g 5,3
5. PEMBAHASAN
5.1. Analisa Kadar Lemak dan Minyak dengan Metode Soxhlet
5.1.1. Fungsi Reagen dan Perlakuan
a. Eter digunakan sebagai pelarut karena sifat eter yang merupakan
pelarut non-polar, dan lemak dapat larut dalam pelarut non-polar.
4
Memanaskan dengan kompor lsitrik hingga mendidih
Menambahkan 5 tetes indikator PP
Menggojog larutan
Menitrasi dengan KOH 0,02N sampai terbentuk warna pink yang tidak hilang selama 30’
Mencacat volume KOH 0,02N
X
![Page 5: Laporan Praktikum AZG - LEMAK](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012303/55cf91b3550346f57b8fcc62/html5/thumbnails/5.jpg)
b. Kertas saring digunakan karena memiliki sifat porous (berpori)
sehingga pelarut dapat menembus kertas saring.
c. Pemanasan solven dalam waterbath bertujuan untuk menguapkan
pelarut yang kemudian dapat mengekstraksi lemak.
d. Pengovenan bertujuan untuk menguapkan pelarut dan zat-zat selain
lemak yang mungkin masih terdapat dalam residu.
e. Proses pendinginan menggunakan eksikator bertujuan untuk
menurunkan suhu labu dan sampel agar normal serta mencegah
penyerapan uap air pada sampel.
f. Penimbangan berfungsi untuk mengetahui berat residu, yang
merupakan lemak yang terdapat dalam sampel.
g. Pengulangan tahap pengovenan, pendingan serta penimbangan
bertujuan untuk mendapatkan berat residu hingga mencapai berat
konstan (Sudarmadji dkk, 2010).
5.1.2. Hasil Praktikum
Pada analisa kadar lemak dengan metode Soxhlet, digunakan sampel
kacang tanah goreng yang sudah dihaluskan. Setelah melalui proses
analisa, dihitung %wb dan %db lemak pada sampel, dengan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :%wb = kadar lemak dalam wet basis (%)%db = kadar lemak dalam dry basis (%)(S+T)’ = berat labu erlenmeyer dan sampel konstanT = berat labu erlenmeyerKa = kadar air bahan
Diketahui kadar air kacang tanah goreng sebesar 2,5% (Machmud,
2008). Kemudian didapatkan %wb lemak sampel kacang tanah goreng
sebesar 48,26%. Sedangkan %db lemak sampel kacang tanah goreng
sebesar 49,49%. Hasil ini sudah mendekati kadar lemak kacang tanah
goreng menurut Machmud (2008) yaitu sebesar 44,4%. Hal ini dapat
terjadi karena kesalahan praktikan saat proses pengovenan, pendinginan
dan penyimpanan. Bahan yang kering cenderung bersifat higroskopis
atau mudah menyerap air (Sudarmadji dkk, 2010). Sehingga, bila sampel
5
%db= % wb1-Ka%wb=
(S+T )' konstan - TBerat sampel
×100%
![Page 6: Laporan Praktikum AZG - LEMAK](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012303/55cf91b3550346f57b8fcc62/html5/thumbnails/6.jpg)
terpapar udara terlalu lama, berat residu dapat bertambah karena bahan
menyerap uap air.
Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketelitian
metode ekstraksi Soxhlet antara lain ukurang partikel bahan atau contoh,
jenis pelarut, waktu ekstraksi, dan suhu ekstraksi (Andarwulan dkk,
2011). Sehingga, apabila faktor-faktor ini tidak dikendalikan, hasil dapat
menyimpang dari hasil yang terdapat dalam sumber-sumber literatur yang
telah ada.
Metode Soxhlet memiliki kelebihan yaitu (1) pergeseran
pemindahan keseimbangan dengan berulang kali membawa pelarut
kontak dengan matriks padat, (2) menjaga temperatur ekstraksi yang
cukup tinggi dengan panas dari labu distilasi, dan (3) tidak memerlukan
filtrasi setelah ekstraksi. Selain itu, metode Soxhlet merupakan metode
yang sangat sederhana (Castro dan Ayuso, 1998 dalam Wang dan Weller,
2006). Sementara kekurangan metode Soxhlet antara lain (1) waktu
ekstraksi yang lama; (2) jumlah solven yang digunakan cukup banyak;
(3) agitasi tidak dapat dijalankan pada alat Soxhlet untuk mempercepat
proses ekstraksi; (4) jumlah solven yang banyak memerlukan prosedur
penguapan yang cukup lama; dan (5) kemungkinan dekomposisi termal
komponen target tidak bisa dihindari karena ekstraksi umumnya terjadi
pada titik didih solven untuk waktu yang cukup lama (Wang dan Weller,
2006).
5.2. Penentuan Kualitas Minyak dengan Metode Titrimetri
5.2.1. Fungsi Reagen dan Perlakuan
a. Penambahan alkohol bertujuan untuk melarutkan lemak dan
mengikat asam lemak supaya asam lemak tersebut tidak mengikat
lemak.
b. Pemanasan larutan minyak dan alkohol bertujuan untuk
mempercepat reaksi hidrolisis.
c. Labu erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil untuk mencegah
penguapan alkohol, selain itu alumunium foil diberi lubang kecil
agar dapat mengurangi tekanan tinggi saat pemanasan.
d. Phenolphthalein ditambahkan untuk menentukan titik akhir dari
titrasi.
6
![Page 7: Laporan Praktikum AZG - LEMAK](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012303/55cf91b3550346f57b8fcc62/html5/thumbnails/7.jpg)
e. KOH digunakan sebagai titran karena asam lemak dalam larutan
KOH berada dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari
aslinya, sehingga mudah larut dan diekstraksi dengan air.
f. Proses titrasi dihentikan saat warna larutan menjadi merah muda dari
phenolphtalein (Andarwulan dkk, 2011).
5.2.2. Hasil Praktikum
Digunakan dua sampel minyak kelapa sawit dan dua sampel minyak
jelantah sebagai sampel untuk menguji angka asam dan %FFA dengan
metode titrimetri.
Untuk mengetahui angka asam, dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
Sementara, untuk menghitung persen asam lemak bebas atau Free
Fatty Acid (FFA) digunakan rumus sebagai berikut :
Pada analisa minyak kelapa sawit kali ini, digunakan berat molekul
asam palmitat sebagai berat molekul asam lemak dominan pada sampel
minyak kelapa sawit. Untuk minyak kelapa dan minyak inti kelapa sawit
dinyatakan sebagai laurat, sedangkan pada minyak kelapa sawit
dinyatakan sebagai palmitat. Minyak kelapa sawit mengandung 40-46%
asam palmitat, 39-45% asam oleat, 7-11% asam linoleat, 3,6-4,7% asam
stearat, serta 1,1-2,5% asam miristat (Muchtadi dkk, 2011).
Didapatkan angka asam sampel minyak kelapa sawit 1 sebesar 0,54
dan angka asam sampel minyak kelapa sawit 2 sebesar 0,37. Jika dirata-
ratakan, angka asam sampel minyak kelapa sawit yang diuji adalah 0,455.
Sedangkan untuk minyak jelantah, angka asam pada sampel pertama
adalah 1,21 dan untuk sampel kedua adalah 1,16. Jika dirata-ratakan,
angka asam sampel minyak jelantah yang diuji adalah 1,18.
Didapatkan %FFA sampel minyak kelapa sawit 1 sebesar 0,25% dan
pada sampel minyak kelapa sawit 2 sebesar 0,16%. Bila dirata-ratakan,
7
Angka Asam = ml KOH × N KOH × BM KOHgram sampel
%FFA= ml KOH × N KOH × BM Asam Lemak Dominanmg sampel
× 100 %
![Page 8: Laporan Praktikum AZG - LEMAK](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012303/55cf91b3550346f57b8fcc62/html5/thumbnails/8.jpg)
%FFA sampel minyak kelapa sawit sebesar 0,205%. Sementara %FFA
sampel minyak jelantah 1 sebesar 0,56% dan pada sampel minyak
jelantah 2 sebesar 0,53%. Didapatkan rata-rata %FFA sampel minyak
jelantah adalah 0,545%.
Angka asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar
yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan
yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya
(Sudarmadji dkk, 2010).
Tinggi atau rendahnya titik asap (smoke point) dapat menentukan
mutu minyak goreng. Menurut Winarno (2004), makin tinggi titik asap,
makin baik mutu minyak goreng itu. Titik asap ini akan menurun bila
jumlah asam lemak bebas banyak. Asam lemak bebas dapat muncul dari
proses hidrolisis lemak. Hidrolisis sangat mudah terjadi dalam lemak
dengan asam lemak rendah (lebih kecil dari C14) seperti pada mentega,
minyak kelapa sawit dan minyak kelapa. Hidrolisis sangat menurunkan
mutu minyak goreng. Minyak yang telah terhidrolisis smoke point-nya
menurun, bahan-bahan menjadi coklat dan lebih banyak menyerap
minyak (Muchtadi dkk, 2011). Maka dari itu minyak goreng yang sudah
digunakan berkali-kali, seperti minyak jelantah, memiliki %FFA yang
lebih tinggi dari minyak goreng yang masih bermutu baik atau belum
digunakan untuk menggoreng.
Menurut SNI 01-3471-2002, mutu minyak goreng terbagi menjadi
mutu I dan mutu II. Khusus pada parameter bilangan asam, minyak
goreng mutu I memiliki bilangan asam maksimal 0,6 mg KOH/g.
Sedangkan minyak goreng mutu II memiliki bilangan asam maksimal 2
mg KOH/g. Dapat dikatakan bahwa sampel minyak kelapa sawit
memiliki mutu I, sedangkan sampel minyak jelantah memiliki mutu II.
Pada metode ini, terjadi reaksi hidrolisis lemak menjadi asam lemak
dan gliserol oleh alkohol, serta dibantu ditambah dengan panas, yaitu
sebagai berikut :
8
![Page 9: Laporan Praktikum AZG - LEMAK](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012303/55cf91b3550346f57b8fcc62/html5/thumbnails/9.jpg)
Gambar 1. Reaksi Hidrolisis Lemak (Andarwulan dkk, 2011).
Selain itu juga terjadi reaksi penyabunan yaitu reaksi antara
minyak/lemak dengan basa, seperti KOH atau NaOH. Dalam metode
titrimetri ini digunakan KOH, dengan reaksi sebagai berikut :
Gambar 2. Reaksi Penyabunan (Andarwulan dkk, 2011).
6. KESIMPULAN
1. Analisis lemak dan minyak dapat dilakukan dari segi kuantitatif dan kualitatif.
Untuk penenentuan kadar lemak dan minyak dari segi kuantitatif, dapat
dilakukan dengan metode ekstraksi Soxhlet, Goldfisch, Babcock, dan
Mojonnier. Secara kualitatif, mutu lemak dan minyak dapat diukur dengan cara
penentuan angka asam, angka asam lemak bebas (FFA), angka peroksida, angka
TBA dan kadar air.
2. Melalui metode ekstraksi Soxhlet, didapatkan kadar lemak dan minyak pada
kacang tanah goreng, yakni sebesar 48,46% untuk %wb dan 49,49% untuk
%db.
3. Minyak kelapa sawit memiliki angka asam senilai 0,455 dan %FFA sebesar
0,205%. Sementara minyak jelantah memiliki angka asam senilai 1,185 dan
%FFA sebesar 0,545%.
Yogyakarta, 23 Mei 2014
Asisten Praktikan
9
![Page 10: Laporan Praktikum AZG - LEMAK](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012303/55cf91b3550346f57b8fcc62/html5/thumbnails/10.jpg)
(Widya Afrilia L.) (Iffa Karina P)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 01-3471-2002. Minyak Kelapa. Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional.
Muchtadi, T.R. dkk. 2011. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bandung : Alfabeta.
Sudarmadji, S. dkk. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta : Liberty
Yogyakarta.
Wang, L. dan C.L. Weller. 2006. Recent Advances in Extraction of Nutraceuticals from
Plants. Trends in Food Science & Technology Vol. 17; hal. 300–312.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
10