laporan praktikum a2-a9 asdu

20
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM A2 – A9 Nama : Pipit Nurhasanah Nrp : 06 P 3593 Group : TPB 2 Partner : Yona Mardiono Dosen : Rr.Wiwiek Eka Mulyani, SST Sukirman, SST Sri Lestari

Upload: aldi-rivaldi

Post on 16-Feb-2016

236 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

buat adek tingkat gua

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA UMUM

A2 – A9

Nama : Pipit NurhasanahNrp : 06 P 3593Group : TPB 2Partner : Yona MardionoDosen : Rr.Wiwiek Eka Mulyani, SST

Sukirman, SST Sri Lestari

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTILBANDUNG

2006

Page 2: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

I. JUDUL DAN TUJUAN

A2. LARUTAN BAKU ASAM OKSALAT

Tujuan :dapat membuat Larutan Baku Primer Asam oksalat dan dapat melakukan

timbang tepat.

A3. MENETAPKAN TITAR NaOH DENGAN LARUTAN BAKU ASAM

OKSALAT 0.1000 N ( Basa kuat x Asam Lemah )

Tujuan : dapat melakukan titrasi Basa NaOH oleh Asam Oksalat 0.1000N

(Asidimetri ) sehingga dapat menetapkan titar NaoH.

A4. MENETAPKAN KADAR ASAM ASETAT /CUKA (CH3COOH) DENGAN

NaOH 0.1 N

Tujuan : dapat melakukan titrasi Asam Asetat oleh Basa NaOH 0,1 N (Alkalimetri)

sehingga kadar Asam asetat dapat ditetapkan.

A5. MEMBUAT LARUTAN BAKU BORAKS 0.1000 N

Tujuan : mampu melakukan timbang tepat untuk membuat larutan baku primer

Boraks sehingga larutan baku primer dapat digunakan untuk menetapkan kenormalan

larutan baku sekunder.

A6. MENETAPKAN TITAR HCl DENGAN LARUTAN BAKU BORAKS 0.1000N

Tujuan : semakin terbiasa melakukan proses penitaran asam oleh larutan basa baku

Boraks 0.1000 N (Alkalimetri) sehingga titar HCl dapat ditentukan.

A7. MENETAPKAN KADAR NaHCO3 (BASA LEMAH DENGAN ASAM KUAT)

Tujuan : mahir melakukan proses penitaran basa lemah oleh larutan asam kuat untuk

menetapkan kadar NaHCO3

A8. MENETAPKAN KADAR CAMPURAN Na2CO3 DAN NaHCO3 (CAMPURAN

BASA LEMAH DENGAN ASAM KUAT)

Tujuan : Dapat menetapkan kadar campuran basa lemah dengan asam kuat

A9. MENETAPKAN KADAR CAMPURAN NaOHdan Na2CO3 (BASA KUAT +

BASA LEMAH DENGAN ASAM KUAT)

Tujuan : Dapat menetapkan kadar campuran basa kuat + basa lemah dengan asam

kuat.

Page 3: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

II. TEORI DASAR

TITIMETRI

Titimetri atau volume metri adalah cara analisa jumlah berdasarkan pengukuran

volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan tertentu, yang direaksikan

dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya.

Pelaksanaan pengukuran volumetri ini disebut titrasi/penitaran.

Cara titrasi ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya :

1. Pengerjaannya lebih sederhana, cepat dan kemungkinan kesalahan kecil.

2. Penggunaan zat –zat kimia/pereaksi lebih hemat.

Metode Titrasi/ penitaran yang digunakan dalam praktikum A2-A9 adalah jenis

Titrasi asam dan basa atau biasa disebut dengan Asidimetri dan Alkalimetri. Reaksi dasar

dalam titrasi asam dan basa adalah netralisasi/penetralan. Jadi pengukuran volume asam

atau basa berhenti tepat pada saat terjadi reaksi penetralan, contohnya : H+ +OH- H2O.

MENGHITUNG HASIL ANALISIS

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita menghitung hasil analisis

titimetri yaitu Bobot setara atau Berat Equivalen (BE) dan kepekaan Larutan.

1. Bobot setara atau Berat Equivalen (BE) sutau zat adalah jumlah gram zat tersebut

secara kimia setara dengan 1 gram atom/ ion hidrogen.

2. Kepekaan larutan biasanya ditentukan antara lain :

a. Molar (M) yaitu zat mengandung tepat 1 gram molekul zat itu dalam satu

liter larutan.

b. Formal (P) yaitu zat mengandung tepat 1 gram formula zat itu dalam satu

liter larutan.

c. Molal (m) yaitu zat mengandung tepat 1 gram molekul zat itu dalam 1000

gram pelarut.

d. Normal (N) yaitu mengandung tepat 1 gram setara zat itu dalam 1 liter

larutan.

e. Persen bobot (percent by weight) yaitu larutan 1 % bobot suatu zat,

mengandung tepat 1 gram zat itu dalam 100 ml pelarut.

Cara menghitung hasil titrasi memiliki tahapan-tahapan antara lain :

Page 4: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

1. Kenormalan (Normality=N) yaitu jumlah gram setara zat yang dititar = jumlah

gram setra larutan baku. Rumus umumnya N1 x V1 = N2 X V2

Dimana N1 = Normalitas yang dititar

V1 = volume yang dititar

N2 = Normalitas penitar

V2 = Volume penitar

Jika V1 X N1 dan V2 diketahui maka N2 dapat dicari dengan rumus :

N = jumlah miligram setara

Jumlah ml

Jumlah gram setara = jumlah ml x N

2. Pengenceran

Bila suatu larutan diencerkan volumenya akan berubah sedangan kepekatannya

akan berkurang, tetapi jumlah bobot yang dilarutkan akan tetap. Dalam

perhitungan pengenceran dinyatakan denganFp = faktor pengenceran.

3. Kadar dalam persen

Untuk menghitung kadar zat dalam persen dapat dipergunakan rumus :

a. ml x N x BE x 100%

b. ml x N x Be x Fp x 100%

c. ml x N x BE X Fp x 100 %

mg

dimana ml = volume larutan penitar

N = Normalitet larutan penitar

BE = Bobot setara zat yang ditetapkan

Fp = faktor pengenceran

Ng = banyaknya mg conth yang ditetapkan

LARUTAN BAKU ( STANDAR SOLUTION)

Bahan baku (Primary standard) adalah bahan baku kimia yang dapat

dipergunakan untuk membuat larutan baku “primer” dan untuk menetapkan kenormalan

larutan baku sekunder. Ada beberapa syarat suatu zat dapat dijadikan sebagai bahan baku

antara lain :

a. harus murni atau mudah dimurnikan

Page 5: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

b. harus dapat dikeringkan dan tidak higrokropis

c. harus mantap dalam keadaan murni ataupun larutan.

d. Mudah larut dan dapat bereaksi

e. Mempunyai bobot setara yang besar.

Macam-macam bahan baku terbagi dalam lima jenis yaitu bahan baku asam, basa,

pengoksidasi, pereduksi dan bahan baku lainnnya. Namun dalam praktikum A2 – A9

bahan baku yang dipergunakan adalah bahan baku asam dan bahan baku basa.

a. Bahan baku asam

Contohnya : H2C2O4.H2O (asam oksalat) , C6H8COOH (asam benzoat),

NH2SO3H (asam sulfanat)

b. Bahan baku basa

Contohnya : Na2CO3 . 10H20 ( boraks)

INDIKATOR

Indikator adalah zat warna yang warnanya berubah dengan berubahnya pH larutan dan

merupakan senyawaan yang digunakan sebagai penunjuk visual pada saat tercapainya

titik setara tirasi antara dua larutan tertentu. Perubahan warna indikator terjadi pada

trayek pH tertentu, trayek pH adalah batasan dimana indikator akan berubah warnanya.

Ada beberapa macam indikator yang dapat dipakai dalam titrasi tetapi untuk praktikum

A2-A9, indikatr yang biasa digunakan adalah MO (Metil Orange) dengan trayek pH 3,1

– 4,4 ( merah-sindur/orange) dan Fenoftalin dengan trayek pH 8,2 – 10,0 (tak berwarna –

merah )

REAKSI –REAKSI UMUM

1. (COOH)2 + NaOH Na2C2O4 + 2 H2O

2. NaOH + CH3COOH CH3CONa + H2O

3. 2 HCl + Na2B4O7 2NaCl + H2B4O7

4. NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3

5. Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl

NaHCO3 +HCl NaCl + H2CO3

6. NaOH + HCl NaCl + H2O (dengan indikator PP)

Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl (dengan indikator PP)

NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO (dengan indikator MO)

Page 6: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

III. ALAT DAN PEREAKSI

Alat yang dipergunakan dalam percobaan A2-A9 :

1. Neraca analitik

2. Corong gelas

3. Labu ukur 100 ml

4. Erlenmeyer 250 ml

5. Pipet Volume 10 ml , 25 ml

6. Buret 50 ml

7. Piala gelas 100 ml

Pereaksi yang digunakan dalam percobaan A2-A9 adalah :

1. serbuk (COOH2)2.2H2O / asam oksalat

2. Air suling

3. Larutan NaOH (x N) ; NaOH 0.1 N

4. Larutan Asam Oksalat 0.1000 N

5. Indikator PP

6. Larutan Asam Asetat (x N )

7. serbuk Boraks Na2B4O7.10H2O ; Larutan Boraks 0.1000 N

8. Larutan HCl 0,1...N

9. Indikator MO

10. Larutan NaHCO3 0.25 N

11. Larutan contoh NaHCO3 + Na2CO3

12. Larutan Contoh NaOH +Na2CO3

IV. CARA KERJA

A2 dan A5 (Membuat Larutan Baku Asam Oksalat dan Boraks)

1. Timbang tepat (COOH2)2.2H2O/ Asam Oksalat sebanyak 0.1000 x 63

grx100/1000 = 0.6300 gram dan Na2B4O7.10H2O/ Boraks sebanyak 0.1000 x

190,6 grx100/1000 = 1.906 gram dengan kertas timbang

2. Masing-masing serbuk dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml berbeda melalui

corong gelas

3. Masing-masing larutan diencerkan terus sampai garis takar dengan air suling.

Page 7: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

4. Masing-masing larutan dikocok 12 kali sampai isinya serba sama (homogen)

5. 2 Larutan sudah siap dipakai sebagai larutan baku primer.

A3 , A4 dan A6 ( Menetapkan Titar NaOH dengan Larutan Baku Asam Oksalat

0.1000 N, Menetapkan kadar Asam Asetat dengan NaOH, dan Menetapkan Titar

HCl dengan Larutan Baku Boraks 0.1000 N)

1. Bersihkan 3 buret dan bilas dengan air suling

2. Untuk A3 & A4 bilasi buret dengan larutan NaOH 0.1 N. Lalu diisi hingga penuh

dan dihimpitkan digaris (skala) nol dan Untuk A6 buret dibilasi dengan sedikit

HCl lalu diisi dengan penuh dan dihimpitkan digaris (skala) nol.

3. A3 = pipet 10 ml larutan baku (COOH2)2.2H2O 0.1000 N kedalam erlenmeyer dan

bubuhi 2 tetes dengan indikator PP

A4 = pipet 25 ml asam asetat kedalam labu ukur 100 ml,encerkan sampai tanda

garis, lalu kocok 12 kali dan pipet 10 ml kedalam erlenmeyer dan bubuhi 2 tetes

dengan indikator PP

A6 = pipet 10 ml larutan baku boraks kedalam erlenmeyer dan bubuhi 2 tetes

dengan indikator MO

4. A3 & A4 = larutan dalam erlenmeyer kemudian dititar dengan larutan NaOH dari

buret hingga titik akhir berwarna merah muda.

A6 = larutan dalam erlenmeyer kemudian dititar dengan larutan HCl dari buret

hingga titik akhir berwarna jingga.

5. Untuk A 3 = hitunglah titar NaOH dan hitung pula kadarnya dalam g/l

A4 = Hitunglah kadar asam asetat dalam % atau g/ l

A6 = Hitunglah titar HCl dan kadarnya dalam g/ l

A7. Menetapkan Kadar NaHCO3

1. Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling

2. Isi buret dengan HCl 0.1 N (yang diketahui titarnya)

3. 25 lar. NaHCO3 0.25 N dipipet kedalam labu ukur 100 ml lalu diencerkan dengan

air suling sampai tanda garis. Kocok 12 kali. Air suling yang dipakai tidak

mengandung CO2

Page 8: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

4. 10 ml lar. encer dipipet kedalam erlenmeyer lalu bubuhi 2 tetes indikator MO

5. Kemudian dititar dengan lautan HCl dari buret hingga titik akhir berwarna orange

(antara merah + kuning)

6. Hitunglah kadar NaHCO3 asal

A8. Menetapkan Kadar Campuran Na2CO3 dan NaHCO3

1. Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling

2. Isi buret dengan HCl 0.1 N (yang diketahui titarnya)

3. 25 lar contoh dipipet kedalam labu ukur 100 ml lalu diencerkan dengan air suling

sampai tanda garis. Kocok 12 kali. Air suling yang dipakai tidak mengandung

CO2

4. 10 ml lar. encer dipipet kedalam erlenmeyer lalu bubuhi 2 tetes indikator PP

5. Lalu dititar dengan lar. HCl dari buret larutan tepat tak berwarna

6. Kemudian bubuhi 2 tetes indikator MO dan titrasi diteruskan lagi sampai titik

akhir yang berwarna orange.

7. Hitunglah kadar Na2CO3 dan NaHCO3 masing-masing dan susunan prosentase

campuran tersebut.

A9. Menetapkan kadar campuran NaOH dan Na2CO3

1. Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling

2. Isi buret dengan HCl 0.1 N (yang diketahui titarnya)

3. 10 ml lar contoh dipipet kedalam labu ukur 100 ml lalu diencerkan dengan air

suling sampai tanda garis. Kocok 12 kali. Air suling yang dipakai tidak

mengandung CO2

4. 10 ml lar. encer dipipet kedalam erlenmeyer lalu bubuhi 2 tetes indikator PP

5. Lalu dititar dengan lar. HCl dari buret larutan tepat tak berwarna

6. Kemudian bubuhi 2 tetes indikator MO dan titrasi diteruskan lagi sampai titik

akhir yang berwarna orange.

7. Hitunglah kadar NaOH dan NaHCO3 masing-masing dan susunan prosentase

campuran tersebut.

Page 9: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

V. DATA HASIL PERCOBAAN

A2. Penimbangan serbuk (COOH2)2.2H2O / Asam Oksalat

Berat kertas = 0.5782 gram

Berat contoh = 0.6300 gram +

Jumlah = 1.2082 gram

A3. Volume Titar NaOH (pipet 5 ml)

Titrasi I II

Akhir 6.4 ml 18 ml

Awal 0.0 ml 11.7 ml

Jumlah 6.4 ml 6.3 ml

Volume rata-rata = 6.4 + 6.3 / 2 = 12.7 / 2 = 6.35 ml

N NaOH = N1

V1.N1 = N2.V2

6.4 x N1 = 6.35 x 0.1000

N1= 6.35 x 0.1000 / 6.4 = 0.0992 N

Kadar NaOH yang ditetapkan = N x BE

= 0,0992 x 40 = 3,968 g/l

A4. Volume Titar NaOH (pipet 10 ml)

Titrasi I II

Akhir 21,6 ml 10,6 ml

Awal 11,0 ml 0,0 ml

Selisih 10,6 ml 10,6 ml

Volume rata-rata = 10,6 + 10,6/ 2 = 10.6 ml

Pengenceran CH3COOH = 1000 x 100 = 400 kali

25 10

BE CH3COOH = 60

Page 10: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

N NaOH = 0,0992 N

Kadar CH3COOH = ml NaOH x N NaOH x BE CH3COOH x P

= 10,6 x 0.0992 x 60x 400

= 25236,48 mg/l

= 25,23648 g/l

% CH3COOH = 25,23648 x 100 = 2,52 %

1 1000

A5. Penimbangan serbuk Boraks

Berat kertas = 0,6484 gram

Berat contoh = 1,906 gram +

Jumlah = 2,554 gram

A6. Volume Titar HCl

Titrasi I II III

Akhir 5,30 ml 20,00 ml 36,50 ml

Awal 0,00 ml 15,50 ml 31,20 ml

Jumlah 5,30 ml 5,50 ml 5,30 ml

Karena pada selisih antara titrasi I dan II berbeda 0,2 ml maka yang digunakan untuk

volume rata-rata adalah titrasi I dan III.

V rata-rata = 5,3 + 5,3 = 5,3 ml

2

N HCl , V1N1 = V2N2

5 x 0,1 = 5,3 x N2

N HCl = 5 x 0,1/5,3 = 0,0943 N

Kadar N HCl yang ditetapkan adalah

HCl = N x BE

= 0,0943 x 36,5

= 3,443 g/l

Page 11: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

A7. Volume Titar HCl

Titrasi I II

Akhir 4,8 ml 8,5 ml

Awal 2,8 ml 7,1 ml

Jumlah 1,4 ml 1,4 ml

V rata-rata = 1,4 + 1,4 = 1,4 ml

2

Be = 84/1 = 84

NaHCO3 = V titrasi x N HCl x Be x P

= 1,4 x 0,0943 x 84 x 2000

= 22 179 mg/l

= 22,179 g/l

A8. a. Titrasi Na2CO3 + HCl (+ PP) pipet 5 ml

Titrasi I II

Akhir 3,5 3,6 ml

Awal 0,0 ml 0,0 ml

Jumlah 3,5ml 3,6 ml

Keadaan pada saat larutan tepat tidak berwarna

Rata-rata v a = 3,5 + 3,6/2 = 7,1/2 ml = 3,55 ml

b. Titrasi NaHCO3 +HCl (+MO) pipet 5 ml

Titrasi I II

Akhir 7,9 ml 7,9 ml

Awal 3,5 ml 3,6 ml

Jumlah 4,4ml 4,3 ml

Keadaan pada saat larutan tepat berwarna jingga

Rata v b = 4,4 +4,3 / 2 = 8,7/2 = 4,35 ml

Page 12: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

Faktor Pengenceran (P) = 1000 x 100 = 2000 kali

10 5

N HCl = 0,0943

Kadar Na2CO3 = 2 x a x N HCl x BE Na2CO3 x P

= 2 x 3,55 x 0,0943 x 106 x 2000

= 141940 mg/l = 141,940 gr/l

Kadar NaHCO3 = (b-a ) x N HCl x Be NaHCO3 x P

= ( 4,35 – 3,55 ) x 0,0943 x 84 x 2000

= 1 x 0,0934 x 84 x 2000

= 15842 mg/l = 15,842 gr/l

A9. a. Titrasi NaOH dan Na2CO3 + HCl (+ PP) pipet 5 ml

Titrasi I II

Akhir 5,1 ml 5,2 ml

Awal 0,0 ml 0,0 ml

Jumlah 5,1ml 5,2 ml

Keadaan pada saat larutan tepat tidak berwarna

Rata-rata v a = 5,1 + 5,2,/2 = 7,1/2 ml = 5,15 ml

b. Titrasi NaHCO3 +HCl (+MO) pipet 5 ml

Titrasi I II

Akhir 6,1 ml 6,3 ml

Awal 5,1 ml 5,2 ml

Jumlah 1,0 ml 1,1 ml

Keadaan pada saat larutan tepat berwarna jingga

Rata v b = 1,0 + 1,1 / 2 = 1,05 ml

Faktor Pengenceran (P) = 1000 x 100 = 2000 kali

10 5

N HCl = 0,0943

Be NaOH = 40/1 = 40

Page 13: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

Be Na2CO3 = 106 / 2 = 53

Kadar NaOH = (a-b) x N HCl x BE NaOH x P

= (5,15 -1,05) x 0,0943 x 40 x 2000

= 4,1 x 0,0943 x 40 x 2000

= 30,93040 gr/l = A

Kadar NaHCO3 = 2 x b x N HCl x Be Na2CO3 x P

= ( 2 x 1,05 ) x 0,0943 x 106/2 x 2000

= 1 x 0,0934 x 53 x 2000

= 20,991 gr/l = B

Kadar campuran A+ B = C g/l

= 30,9304 + 20,991 = 51,9214 gr/l

% NaOH = A x 100% = 30,9304 x 100% = 59,57 %

C 51,9214

% Na2CO3 = B x 100% = 20,991 x 100% = 40,42 %

C 51,9214

Perbandingan A: B = 1,47 : 1

= 1,5 : 1

VI. DISKUSI

Berikut hasil analisis beberapa data percobaan yang kurang tepat akibat kesalahan-

kesalahan teknis pada waktu percobaan A2 – A9 :

1. Ketika melakukan timbang tepat, kurang hati-hati ketika menggunakan alat sehingga

serbuk zat menjadi berlebih atau berkurang dari takaran yang ditetapkan, karena timbang

tepat adalah penimbangan tanpa ada batas toleransi.

2 Ketika larutan diencerkan air suling melebihi garis takar atau kurang beberapa ml dari

garis takar sehingga menyebabkan faktor pengenceran menjadi tidak tepat dan

berpengaruh besar pada Normalitas larutan.

3. Larutan bahan baku masih heterogen belum homogen (serba sama) sehingga ada

serbuk-serbuk yang belum larut dalam air.

Page 14: Laporan Praktikum a2-A9 asdu

4. Pada saat proses titrasi, keadaan buret miring dan tidak sejajar dengan mata sehingga

volume penitar tidak sama dengan 0 sehingga pada saat terjadi netralisasi, penghitungan

volume penitar tidak tepat.

5. Pada saat pemipetan melalui pipet ukur volume larutan tidak tepat pada garis takar

sehingga kadarnya menjadi berubah.

6. Tidak memperhatikan dengan seksama ketika melakukan penitaran sehingga pada saat

warna tepat berubah (netral), larutan terlalu berwarna pekat sehingga volume penitaran

memiliki rentang jauh dari batas toleransi yaitu 0,1 ml antara percobaan I dan II dan tidak

dapat digunakan untuk perhitungan rata-rata volume maka dilakukan pengulangan

percobaan.

7. Kesalahan penetapan kadar pada larutan baku atau titar akan berpengaruh pada

percobaan selanjutnya yang berkaitan dengan kadar titar yang ditetapkan melalui

percobaan. Misalnya pada percobaan A6 menetapkan kadar HCl, dan kadar HCl ini

dipergunakan untuk percobaan A7,A8 dan A9.

VII. KESIMPULAN

Jadi, setelah melakukan percobaan A2 sampai A9 dan melakukan analisis dan

perhitungan dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kadar NaOH yang ditetapkan adalah 3,968 g/l

2. Kadar CH3COOH adalah 25,23648 g/l atau 2,52 %

3. Kadar HCl yang ditetapkan adalah 3,443 g/l

4. Kadar NaHCO3 yang ditetapkan 22,179 g/l

5. Kadar Na2CO3 dalam larutan contoh campuran Na2CO3+ NaHCO3 adalah 141,840 g/l

6. Kadar NaHCO3 dalam larutan contoh campuran Na2CO3+ NaHCO3 adalah 15,842 g/l

7. Kadar NaOH dalam larutan campuran NaOH + Na2CO3 adalah 30,9304 g/l

atau 59,57 %

8. Kadar Na2CO3 dalam larutan NaOH + Na2CO3 adalah 20,991 g/l

atau 40,42 %

9. Perbandingan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam larutan campuran NaOH + Na2CO3

adalah 1,47 : 1 atau 1,5 : 1

Page 15: Laporan Praktikum a2-A9 asdu