suspensi a2-1.docx

27
I. TUGAS Buat 2 formulasi suspensi dengan zat aktif Al(OH) 3 dan Mg(OH) 2 sebanyak 400 mL dengan suspending agent veegum (1%,2%,3%) II. TUJUAN Mengetahui cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sediaan suspensi. Mengetahui dan mengamati pengaruh pembasah dan cara pengembangan bahan pensuspensi yang digunakan. III. TEORI DASAR Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (Farmakope Indonesia IV,1995). Suspensi adalah sistem heterogen dari 2 fase. Fase kontinyu atau eksternal biasanya berupa cairan atau semipadat dan fase terdispersi atau internal terdiri dari bahan partikulat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase kontinyu, bahan tidak larut dapat ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau fungsi penyalutan internal atau eksternal. (Lachman, 1986 ). Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,

Upload: karina11ipa5

Post on 08-Nov-2015

347 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

I. TUGASBuat 2 formulasi suspensi dengan zat aktif Al(OH)3 dan Mg(OH)2 sebanyak 400 mL dengan suspending agent veegum (1%,2%,3%)

II. TUJUAN Mengetahui cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sediaan suspensi. Mengetahui dan mengamati pengaruh pembasah dan cara pengembangan bahan pensuspensi yang digunakan.

III. TEORI DASARSuspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (Farmakope Indonesia IV,1995).

Suspensi adalah sistem heterogen dari 2 fase. Fase kontinyu atau eksternal biasanya berupa cairan atau semipadat dan fase terdispersi atau internal terdiri dari bahan partikulat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase kontinyu, bahan tidak larut dapat ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau fungsi penyalutan internal atau eksternal. (Lachman, 1986 ).

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.(Farmakope Indonesia III)

Sifat fisik untuk formulasi suspensi yang baik : Suspensi harus tetap homogen pada suatu perioda, paling tidak pada perioda antara pengocokan dan penuangan sesai dosis yang dikehendaki. Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah didispersikan kembali pada saat pengocokan. Suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang terdispersi. Viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga tidak menyulitkan pada saat penuangan dari wadah. Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan penampilan hasil yang baik dan tidak kasar. (Aulton,2002)

Yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan suspensi, dibutuhkan beberapa bahan pembantu.Pemilihan bahan pembantu didasarkan pada kesesuaian dan juga bentuk fisik campuran serbuk yang dibutuhkan.Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi suspensi meliputi bahan pensuspensi (suspending agent), bahan pembasah (wetting agent)/humektan, pemanis dan pewarna (flavour), pewangi, pengawet, dapar atau acidifier, antioksidan, anticaking, floculating agent, dan antibusa (antifoaming), serta bahan pembawa dapat berupa air, sirup, dll.

Dalam batasan suspensi air, zat padat dikatakan hidrofilik(liofilik atau suka pelarut, kadang-kadang disebut liotropik) atau hidrofobik (liofobik) (Lachman, 1986 ).

Zat-zat hidrofilik dibasahi dengan mudah oleh air atau cairan-cairan polar lainnya; zat hidrofilik ini bisa meningkatkan viskositas suspensi-suspensi air dengan besar.(Lachman,1986)

Zat-zat hidrofobik menolak air, tetapi biasanya dapat dibasahi dengna cairan-cairan non polar; zat hidrofobik ini biasanya tidak mengubah viskositas dispersi. Zat padat hidrofilik biasanya dapat digabung menjadi suspensi tanpa menggunakan zat pembasah, tetapi bahan-bahan hidrofobik sangat sukar untuk mendispersi dan seringkali mengambang pada permukaan cairan karena pembasahan yang buruk dari partikel-partikel, atau adanya kantung-kantung udara yang sangat kecil (Lachman, 1986)

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi formulasi sediaan suspensi antara lain adalah: ukuran partikel dapat mempengaruhi sfat fisika dan kimia sedaan suspensi, ditinjau dari Hukum Stokes:

Dapat dilihat bahwa besarnya partikel dapat mempercepat kecepatan sedimentasi partikel didalam larutan; permukaan padat-cair: zat padat yang tidak larut umumnya mempunyai sifat mudah dibasahi (hidrofil) yang dengan mudah dapat terdispersi dengan sedikit pengocokan, tetapi ada juga zat padat yang sukar dibahsahi (hidrofob).(Lachman,1986)Pembantu (adjuvan) suspensi harus dipertimbangkan.Zat-zat ini termasuk pengawet, pemberi warna, parfum dan pemberi rasa; zat-zat tersebut dalam bentuk bahan bisa mempengaruhi karakteristik suspensi.Umumnya zat warna digunakan dalam jumlah kecil dan biasanya dapat tercampurkan; demikian pula halnya dengan pewarna dan parfum.( Lachman, 1986)1. Keuntungan dan kerugian bentuk sediaan suspensi1.1 Keuntungan BentukSediaan Suspensi : baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul. Terutama untuk anak-anak memiliki homogenitas yang cukup tinggi lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan kontak dengan permukaan salurancerna tinggi dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air

1.2 Kerugian Bentuk Sediaan Suspensi : Memiliki kestabilan yang rendah Jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga homogenisitasnya menjadi buruk Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk dituang Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan Harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan Pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi akan meningkat Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga efektifitasnya bergantung pada kapasitas penetralan dari antasida tersebut. Antasida ideal adalah yang memiliki kapasitas penetralan yang besar, juga memiliki durasi kerja yang panjang dan tidak menyebabkan efek lokal maupun sistemik yang merugikan. Antasida dapat meningkatkan pH cairan lambung sampai pH 4, dan menghambat aktifitas proteolitik dari pepsin.

Antasida tidak melapisi dinding mukosa namun memiliki efek adstringen. Secara kimia antasida merupakan basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung membentuk garam dan air. Antasida juga dapat menstimulasi sintesis prostaglandin. Secara umum antasida dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu antasid sistemik dan non sistemik. Seluruh antasida dapat digunakan untuk terapi tukak duodenum dan terbukti efektif untuk tukak lambung akut.

Alumunium Hidroksida daya menetralkan asam lambungnya lambat, tetapi masa kerjaya lebih panjang.Al(OH)3 bukan merupakan obat yang unggul dibandingkan dengan obat yang tidak larut lainnya. Efek samping Al(OH)3 yang utama adalah konstipasi. Ini dapat diatasi dengan memberikan antasid garam Mg. mual dan muntah dapat terjadi.Gangguan absopsi fosfar fapat terjadi sehingga menimbulkan sindrom deplesi fosfat disertai osteomalasia.Alumunium hidroksida digunakan untuk mengobati tukak peptik, nefrolitiasis fosfat dan sebagai absorben pada keracunan.FarmakokinetikAl(OH)3dan sediaan Al lainnya bereaksi dengan fosfat membentuk alumminium fosfat yang sukar di absorpsi di usus kecil, sehingga ekskresi fosfat melalui urin berkurang sedang kan melalui tinja bertambah. Mg(OH)2 ion magnesium dalam ususakan di absorpsi dan cepat di ekskresi melalui ginjal, hal ini akan membahayakan pasien yang fungsi ginjalnya kurang baik. Ion magnesium yang di absorpsiakan bersifat sebagai antacid systemic sehingga menimbulkan alkali uria, tetapi jarang terjadi alkalosis.Farmakodinamik Kombinasi Al(OH)3 dan Mg(OH)2 merupakan antasida yang bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin,sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang.Disamping itu efek laksatif dari Mg(OH)2 akan mengurangi efek konstipasi dari Al(OH)3

IV. DATA PREFORMULASIA. ZAT AKTIF1. Alumunium Hidroksida ( Farmakope Indonesia IV halaman 82, Martindale ed.36 halaman 1706-2) Rumus : Al(OH)3 Bobot Molekul :78.00 Pemerian: serbuk amorf putih, tidak berbau dan tidak berasa Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan etanol; larut dalam asam mineral encer dan larutan alkali hidroksida Khasiat: Antasida OTT:ketika dicampur dengan fosfat, karbonat, sulfat dan borat Stabilitas: disimpan pada suhu 4-30o dan tidak boleh disimpan pada suhu beku Dosis: pemberian secara oral dapat mencapai 1 g , sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur Penyimpanan: Dalam Wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 250 C

2. Magnesium Hidroksida (Farmakope Indonesia IV halaman 513, Martindale ed.36 halaman 1743-2) Rumus : Mg(OH)2 Bobot molekul: 58,32 Pemerian: Serbuk, putih Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam encer Khasiat: Antasida OTT :Ketika dicampur dengan karbonat. Stabilitas: Dapat disimpan dibawah suhu 35o Dosis: pemberian secara oral dapat mencapai 1 g Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

B. ZAT TAMBAHAN1. Veegum / Magnesium Alumunium Silikat (Handbook Of Pharmaceutical Excipient halaman 393) Pemerian : Serbuk halus,putih sampai krem,tidak berbau dan tidak berasa Kelarutan : Praktis tidak larut dengan air,etanol,pelarut organik Stabiltas : Dalam wadah tertutup baik, di tempat dingin dan sejuk Kegunaan : Suspending agent Konsentrasi : 0,5%-2,5%

2. Aqua Destilata ( Farmakope Indonesia III halaman 96) Rumus : H2O PH : 5-7 Pemerian : Cairan jernih,tidak berwarna,tidak berbau,tidak berasa Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut air OTT: Bereaksi dengan zat tambahan, bereaksi keras dengan logam alkali Kegunaan : Pelarut

3. Natrium Benzoat ( Martindale ed. 36 halaman 680, Handbook Of Pharmaceutical Excipient halaman 627, Farmakope Indonesia IV halaman 584) Rumus : C6H5COONa Pemerian: Granul/serbuk hablur, putih, tidak berbau/praktis tidak berbau, stabil di udara Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanolm dan lebih mudah larut dalam etanol 90% Stabilitas: larut dalam air disterilkan dengn autoklaf/penyaringan dari garam,logam lain.Efek pengawet jika bereaksi dengan kaolin/surfaktan non ionik OTT : Inkompatibel dengan senyawa kuarteneri, gelatin, garam ferri, garam kalsium., dan garam dari logam berat, termasuk silver, merkuri, timah. Aktivitas pengawet biasanya berkurang karena interaksi kaolin atau surfaktan non ionik. PH: 8 pada suhu 25o C Konsentrasi : 0.1-0.5 % Penyimpanan: Dalam wadah tertutup dan kering Kegunaan : Sebagai Pengawet,/ Antimikroba

4. Oleum Mentha Piperitae ( Farmakope Indonesia IV halaman 629) Nama lain: minyak permen Pemerian: cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas kuat menusuk, rasa pedas diikuti rasa dingin Kelarutan: dalam etanol 70% Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat dan hidarkan dari panas berlebih Kegunaan: corrigen odoris

5. Sorbitol (Farmakope Indonesia IV halaman 756, Handbook Of Pharmaceutical Excipient halaman 679) Nama lain: Sorbitolum, Sorbitat Pemerian: Serbuk ,granul/lempengan,higroskopis, warna putih,rasa manis Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam ethanol, dan dalam asam asetat. Stabilitas : Stabil dalam udara karena tidak adanya katalis dan dalam udara dingin walaupun sorbitol resisten terhadap mikroorganisme, namun penambahan zat pengawet sangat dianjurkan dalam larutan sorbitol. PH: 3.5-7.0 OTT : Larutan sorbitol bereaksi dengan oksida besi yang akan mengubah warnanya Konsentrasi : 0,5-7 % Wadah : Dalam wadah tertutup rapat, dingin dan kering Kegunaan: Wetting agent, Pemanis.

V. Alat dan Bahan1. Alat : mortar, stamper, gelas ukur, beaker glass, pipet tetes, tabung sedimentasi, kertas perkamen, timbangan analitik, sudip, gelas visko, viskometer Brookfield tipe LV

2. Bahan : Al(OH)3 , Mg(OH)2, Na.Benzoat,Aqua destilata, Veegum, Oleum Mentha Piperitae

VI. Formula

BahanFormula IFormula IIFormula III

Al(OH)3200mg/5 ml200mg/5 ml200mg/5 ml

Mg(OH)2200mg/5 ml200mg/5 ml200mg/5 ml

Veegum1 %2%3%

Natrium Benzoat0,1%0,1%0,1%

Ol.Menthae Piperitae

0,25%0,25%0,25%

Sorbitol6%6%6%

Aqua destAd 400 mLAd 400 mLAd 400 mL

VII. Perhitungan dan PenimbanganA. Perhitungan Formula I1. Al(OH)3 = 200mg/5 mL x 400 mL = 16 gr/400 mL2. Mg(OH)2 = 200mg/5 mL x 400 mL = 16 gr/400 Ml3. Veegum = 1% x 400 mL = 4 gr4. Na. benzoat = 0,1% x 400 mL = 0,4 gr5. Oleum mentha piperitae = 0,25% x 400 mL = 1 gr6. Sorbitol = 6% x 400 mL = 24 gr7. Aqua untuk veegum = 20 x 4 gr = 80 mL8. Aqua dest = 400 mL (16gr + 16gr + 4gr + 0,4gr + 1gr + 24gr + 80 mL) = 258,6 mL

Formula II1. Al(OH)3 = 200mg/5 mL x 400 mL = 16 gr/400 mL2. Mg(OH)2 = 200mg/5 mL x 400 mL = 16 gr/400 mL3. Veegum = 2% x 400 mL = 8 gr4. Na. benzoat = 0,1% x 400 mL = 0,4 gr5. Oleum mentha piperitae = 0,25% x 400 mL = 1 gr6. Sorbitol = 6% x 400 mL = 24 gr7. Aqua untuk veegum = 20 x 8 gr = 160 mL8. Aqua dest = 400 mL (16gr + 16gr + 8gr + 0,4gr + 1gr + 24gr + 160 mL) = 175,6 mL

Formula III1. Al(OH)3 = 200mg/5 mL x 400 mL = 16 gr/400 mL2. Mg(OH)2 = 200mg/5 mL x 400 mL = 16 gr/400 mL3. Veegum = 3% x 400 mL = 12 gr4. Na. benzoat = 0,1% x 400 mL = 0,4 gr5. Oleum mentha piperitae = 0,25% x 400 mL = 1 gr6. Sorbitol = 6% x 400 mL = 24 gr7. Aqua untuk veegum = 20 x 12 gr = 240 mL8. Aqua dest = 400 mL (16gr + 16gr + 12gr + 0,4gr + 1gr + 24gr + 240 mL) = 90,6 mL

B. Penimbangan

BahanIIIIII

Al(OH)316gr16gr16gr

Mg(OH)216gr16gr16gr

Veegum4gr8 gr12 gr

Na.benzoat0,4gr0,4gr0,4gr

Ol.mentha piperitae1gr1gr1gr

Sorbitol24gr24gr24gr

Aqua dest untuk veegum80mL160mL240mL

Aqua dest258,6mL175,6mL90,6mL

VIII. Pembuatan1. Alat dan bahan disiapkan2. Masing masing bahan obat ditimbang di atas perkamen dengan timbangan analitik3. Botol dikalibrasi 60 mL4. Veegum dikembangan dengan air panas sebanyak 20 kali bobot veegum. Dimasukkan ke dalam beaker glass dengan cara ditaburkan sedikit demi sedikit di aras permukaan air dan dibiarkan mengembang selama 24 jam.5. Al(OH)3 digerus di mortir ad halus lalu ditambah Mg(OH)2 digerus ad halus dan homogen6. Dimasukan veegum yang sudah dikembangkan lalu digerus ad terdispersi membentuk suspensi7. Ditambahkan sorbitol digerus ad homogen (M1) 8. Na benzoat dilarutkan dengan sedikit air sisa kurang lebih 3 mL, lalu dimasukkan ke dalam M1 gerus ad homogen9. Ditambahkan sisa aqua dest lalu ditambah oleum menthe piperitae digerus ad homogen10. Dimasukkan ke dalam botol 60 mL,diberi etiket, lalu dikemas11. Sisa suspensi diuji evaluasi

IX. Uji Evaluasi1. volume sedimentasiCara : Suspensi rekonstitusi dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi 25 ml dan diamati kestabilannya

Perhitungan: F = Vu / Vodimana,F = Derajat sedimentasi Vu = Volume sedimentasi Vo = Volume awal

PengamatanFormula IFormula IIFormula III

Hari ke-0VO25 mL25 mL25 mL

VU25 mL25 mL25 mL

F111

Hari ke -1VO25mL25mL25mL

VU21,5mL23mL25mL

F0,860,921

Hari ke-2VO25mL25mL25mL

VU21,5mL23mL25mL

F 0,86 0,92 1

Hari ke-3VO25mL25mL25mL

VU20mL21mL25mL

F 0,8 0,841

2. ViskositasMetode: Viscometer Brookfield tipe LVCara kerja : 1. Suspensi dimasukkan ke dalam gelas visko untuk diuji viskositasnya.2. Spindel dipasang dan ditentukan ukurannya, kemudian dicelupkan ke dalam tabung uji viskositas.3. Ditentukan RPMnya, alat dinyalakan dan skala dicatat.4. Ditentukan dan dihitung sifat alirnya.

Alat : viskometer Brookfield LV (Viskositas) = skala x faktorF (Gaya) = skala x kvKv = 673,7 dyne/cm

Formula INo.spindelRPMFaktorskala (cps)F(dyne/cm)

21,520015,5310010442,35

2310017,5175011789,75

26501995012800,3

2310011,511507747,55

21,520015300010105,5

Formula IINo.spindelRPMFaktorskala (cps)F (dyne/cm)

3620010,521007073,85

31210011,511507747,55

3304013,55409094,95

3121001111007410,7

3620010,521007073,85

Formula IIINo.spindelRPMFaktorskala (cps)F (dyne/cm)

43200011,5230007747,55

46100016,51650011116,05

41250022,51125015158,25

461000161600010779,2

43200011,5230007747,55

Grafik sifat alirFormula I

Formula II

Formula III

X. Pembahasan1. Pada uji sedimentasi, dimasukkan volume sebanyak masing-masing 25 mL. Pada formula 1 sangat tidak stabil karena nilai F semakin hari semakin menjauhi angka 1. Formula 2 sama dengan formula 1 yaitu tidak stabil. Untuk formula 3 stabil karena nilai F dari awal praktikum sampai akhir uji evaluasi volume sedimentasi tetap yaitu F=1. Semakin tinggi konsentrasi suspending agent maka semakin stabil sediaan suspensi.2. Pada formula 1 saat dilakukan pengamatan, suspensi ini termasuk dalam sistem yang terflokulasi, di tandai dengan flokulat yang cenderung jatuh bersama-sama, menghasilkan suatu batas yang antara endapan dan cairan supernatan. Cairan diatas endapan adalah jernih karena partikel-partikel yang ada di dalam sistem bergabung dengan flokulat. 3. Flokulasi ditandai ketika suspense dikocok maka endapan akan terdispersi kembali4. Pada pembuatan suspensi, suspending agent sangat berperan penting. Apabila konsentrasi suspending agent sesuai, maka sediaan suspensi akan stabil. 5. Semakin tinggi konsentrasi semakin besar pula viskositas yang menyebabkan sediaan sulit dituang ke sendok obat. 6. Uji viskositas yang kemudian di buat ke dalam kurva sifat alir menunjukkan suspense formula I ,II,III sifat alirnya tidak jelas / tidak terdapat kurva sifat alir seperti hasil percobaan.Hal ini mungkin dapat di sebabkan oleh kesalahan pada saat pengukuran menggunakan viskometer.7. Banyak faktor kesalahan pada praktikum kami yang disebabkan human error seperti salah pembacaan skala, penggerusan yang tidak homogen, dan penimbangan yang kurang teliti.

XI. KESIMPULAN Dari hasil uji sedimentasiFormula 1 (veegum 1%) : tidak stabil Formula 2 (veegum 2%): tidak stabilFormula 3 (veegum 3%): stabilSemakin tinggi konsentrasi suspending agent maka semakin baik kestabilannya. Dari hasil uji viskositas, reogram yang didapat tidak jelas terlihat sifat alirnya.Suspensi yang baik memiliki reogram tiksotropi.

XII. DAFTAR PUSTAKA Lachman, L. Lieberman, H. A dan Kanig. 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, edisi ketiga, alih bahasa : Siti Suyatmi, penerbit Universitas Indonesia, Jakarta Ansel,CH. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi 4, Universitas Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Farmakope Indonesia edisi IV. 1995. MMc. Evory, Gerald K, American Hospital Formulary Service, Drug Information. America Society of Hospital Pharmacist. Farmakope Indonesia Edisi III. Tahun 1995. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi keenam. Tahun 2009. Chicago : Pharmaceutical Press and American Association. Martin, Alfred dkk. Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Fifth edition Jilid 2. Jakarta : UI-Press. Martindale Edisi XXXVI. Chicago : Pharmaceutical Press and American Association Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2012. Farmakologi dan Terapi Ed 5. Jakarta: Balai Penerbik FKUI

XIII. LAMPIRAN

Aturan pakai :- Dewasa : sehari 3-4 kali, 1-2 sendok teh- Anak-anak 6-12 tahun : sehari 3-4 kali, - 1 sendok tehDiminum 1-2 jam setelah makan dan sebelum tidur.KOCOK DAHULU SEBELUM DIGUNAKANPenyimpanan :SIMPAN PADA SUHU DI BAWAH 30OC, SERTA TERLINDUNG DARI CAHAYA.No. Reg : DBL 1502300133A1No. Batch : 515001Exp. Date : Maret 2018DECAMAAGSUSPENSIKemasan botol : 60 mlDiproduksi oleh :PT. FaraerosJakarta-IndonesiaKomposisi :Tiap 5ml mengandung :Alumunium hidroksida 200 mgMagnesium hidroksida 200 mgIndikasi :Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambungPeringatan :- Tidak dianjurkan untuk dipakai terus-menerus selama 2 minggu, kecuali atas petunjuk dokter, karena dapat menimbulkan ketergantungan fungsi lambung-tidak dianjurkan untuk anak-anak dibawah 6 tahun, karena biasanya kurang jelas penyebabnya.Keterangan lebih lengkaplihat dibrosurDECAMAAGSUSPENSIKemasan botol : 60 ml Diproduksi oleh :PT. FaraerosJakarta-Indonesia

DEXAMAAGSUSPENSIKomposisi :Tiap 5 ml mengandung :Alumunium hidroksida 200 mgMagnesium hidroksida 200 mgIndikasi :Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asm lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas jari dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hatiKontraindikasi :Jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal yang berat, karena dapat menimbulkan hipermagnesia (kadar magnesium dalam darah meningkat)Farmakokinetik :Al(OH)3dan sediaan Al lainnya bereaksi dengan fosfat membentuk alumminium fosfat yang sukar di absorpsi di usus kecil, sehingga ekskresi fosfat melalui urin berkurang sedang kan melalui tinja bertambah.Mg(OH)2 ion magnesium dalam ususakan di absorpsi dan cepat di ekskresi melalui ginjal, hal ini akan membahayakan pasien yang fungsi ginjalnya kurang baik. Ion magnesium yang di absorpsiakan bersifat sebagai antacid systemic sehingga menimbulkan alkali uria, tetapi jarang terjadi alkalosis.Farmakodinamik :Kombinasi Al(OH)3 dan Mg(OH)2 merupakan antasida yang bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin,sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang.Disamping itu efek laksatif dari Mg(OH)2 akan mengurangi efek konstipasi dari Al(OH)3Efek samping :Tekanan darah rendah, penekanan proses bernapas, diare, kram perut, gangguan keseimbangan elektrolit atau ion tubuh, rasa lemah ototPeringatan & perhatian :-Pada penderita gangguan fungsi ginjal, pemberian antasida yang mengandung magnesium dapat menimbulkan hipermagnesemia.-Tidak dianjurkan untuk dipakai terus-menerus selama 2 minggu, kecuali atas petunjuk dokter, karena dapat menimbulkan ketergantungan fungsi lambung-tidak dianjurkan untuk anak-anak dibawah 6 tahun, karena biasanya kurang jelas penyebabnya.-Hati-hati pemberian pada penderita diet fosfor rendah dan pemakaian lama, karena dapat mengurangi kadar fosfor dalam darah.InteraksiObat :Pemberian bersama-sama dengan simetidin atau tetrasiklin dapat mengurangi absorpsi obat tersebutAturanPakai :- Dewasa : sehari 3-4 kali, 1-2 sendok teh- Aanak-anak 6-12 tahun : sehari 3-4 kali, - 1 sendok tehDiminum 1-2 jam setelah makan dan sebelum tidur.KOCOK DAHULU SEBELUM DIGUNAKANSIMPAN PADA SUHU DI BAWAH 30OC, SERTA TERLINDUNG DARI CAHAYA.No. Reg: DBL 1502300133A1No. Batch: 515001Exp. Date: Maret 2018\ Diproduksi oleh : PT. Faraeros Jakarta-Indonesia

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIRSuspensi Al(OH)3 dan Mg(OH)2

Kelas - Kelompok : A2-1Anggota :1. Muhammad Faisal Alfarizi (2013210143)2. Mustiko Aji Punto Baskoro (2013210147)3. Muthia Utami (2013210148)4. Mutia Adinta (2013210149)5. Mutia Annisa Anggraini (2013210151)6. Nadia Afifah (2013210155)

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PANCASILAJAKARTA 2015