sulfur suspensi

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN PERCOBAAN Mengetahui cara membuatan formula sediaan suspensi, pengaruh bahan pembasah dan cara pengembangan bahan pensuspensi. 1.2 DASAR TEORI Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase yaitu fase luar dan kontinue umumnya merupakan cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel – partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut tapi terdispersi seluruhnya pada fase kontinue (Patel dkk, 1994). Suspensi secara umum dapat didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap dan bila dikocok perlahan – lahan endapan harus segera terdispersi kembali (Anief, 2007). Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu : 1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral. 2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit. Farmaseutika 1

Upload: hendi-mulyana

Post on 26-Oct-2015

151 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sulfur Suspensi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN

Mengetahui cara membuatan formula sediaan suspensi, pengaruh bahan pembasah

dan cara pengembangan bahan pensuspensi.

1.2 DASAR TEORI

Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase yaitu fase luar dan

kontinue umumnya merupakan cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam

terbuat dari partikel – partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut tapi terdispersi seluruhnya

pada fase kontinue (Patel dkk, 1994). Suspensi secara umum dapat didefinisikan sebagai

sediaan yang mengandung obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut terdispersi dalam

cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap dan bila

dikocok perlahan – lahan endapan harus segera terdispersi kembali (Anief, 2007). Suspensi

adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase

cair. Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam

pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral.

2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam

pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.

3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang

terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.

4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang

ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai

dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.

6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang

sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril

setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

Farmaseutika 1

Page 2: Sulfur Suspensi

Stabilitas Suspensi

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara

memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut

merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :

1. Ukuran Partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya

tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan

perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang

dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran

partikel maka semakin kecil luas penampangnya.

2. Kekentalan / Viskositas

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin

kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan

dengan hukum ” STOKES”

3. Jumlah Partikel / Konsentrasi

Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut

akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel

tersebut.

Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu

makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel

dalam waktu yang singkat.

4. Sifat / Muatan Partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan

yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar

bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena

sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.

Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser,

colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan

penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan

pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya

besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).

Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :

Farmaseutika 1

Page 3: Sulfur Suspensi

1. Bahan pensuspensi dari alam.

Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid.

Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut

membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan

tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat

dipengaruhi oleh panas, PH, danproses fermentasi bakteri.

a. Termasuk golongan gom :

Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin

b. Golongan bukan gom :

Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.

2. Bahan pensuspensi sintesis

a. Derivat Selulosa

b. Golongan organk polimer

SURFAKTAN

Surfaktan adalah substansi yang dalam kadar rendah suatu sistem dapat teradsorpsi

pada permukaan dan dapat menurunkan tegangan muka atau energy bebas permukaan.

Bentuk antar muka ditunjukkan suatu batas antar dua fase yang tidak saling campur, sedang

permukaan biasanya menunjukkan antar muka dimana salah satu fase adalah fase gas atau

udara. Surfaktan sering digunakan sebagai bahan tambahan karena kemampuannya

mengemulsi, mensuspensi, dan melarutkan obat serta kecenderungan menambah adsorpsi

obat.

Sifat dari surfaktan adalah menambah kelarutan senyawa organik dalam sistem berair.

Sifat ini tampak hanya pada cairan dan di atas konsentrasi misel kritis. Ini menunjukkan

bahwa misel adalah bersangkutan dengan fenomena ini. Berbagai bahan tambahan dalam

produk obat juga dapat mempengaruhi kinetika kelarutan obat itu sendiri. Surfaktan memiliki

struktur molekular yang terdiri dari suatu gugus yang mempunyai afinitas sangat kecil untuk

pelarut berair dinamakan gugus lipofilik dan mempunyai afinitas sangat kuat terhadap solven

berair dinamakan gugus hidrofilik. Keadaan kedua gugus tersebut dalam molekul surfaktan

disebut gugus amfifil. Ditinjau dari sudut biofarmasetika, pelarutan dengan surfaktan dapat

menaikkan atau menurunkan penyerapan zat aktif. Miselisasi dapat berupa pembentukan

kompleks yang dapat menghambat penyerapan senyawa tertentu. Misel tidak dapat melintasi

pori-pori membran biologi, namun misel dapat menembus membran secara difusi pasif,

karena adanya karakter polar. Dengan demikian zat aktif yang bermisel tidak secara langsung

tersedia dalam darah.

Farmaseutika 1

Page 4: Sulfur Suspensi

WETTING AGENT

Wetting Agent adalah salah satu jenis bahan tambahan yang berfungsi sebagai zat

pendispersi.

Pelarut : (dapat sebagai wetting agent alcohol), gliserin, propilen glikol, polietilen glikol.

Penggunaan surfaktan sebagai wetting agent samapi dengan 0.1%.

Surfaktan :

- Anionik : Sodium Lauryl Sulphate (SLS), dioctyl sodium sulphosuccinate (docusate

sodium).

- Non ionic : polysorbate (Tween), sorbitan ester (span)

- Oral : polysorbate (Tween), sorbitan ester (span)

- Topikal : Sodium Lauryl Sulphate (SLS), dioctyl sodium sulphosuccinate (docusate

sodium).

Kerugian surfaktan : busa, system deflokulasi

Landasan Teori Wetting :

Tahap kritis pembuatan sediaan suspensi adalah pencampuran partikel padat kedalam

pembawa yaitu pembasaahn pertikel padat untuk mendapakan disperse yang stabil.

Pembasahan (wetting partikel padat) adalah pengusiran udara pada permukaan partikel oleh

cairan. Proses pembasahan melibatkan surfacedan interfaces.

Umumnya serbuk yang bersifat sedikit hidrofobik tidak menimbulkan banyak masalah dan

mudah dibasahi. Sedangkan serbuk yang sangat hidrofobik daapt mengambang di permukaan

pembawa air karena besarnya energy interfarsial antara serbuk dan pembawa.

Spreading wetting : cairan yang kontak dengan substrat atau zat padat menyebar dan

menggantikan udaar di permukaan substrat /zat padat. Bila cairan menggantikan kedudukan

seluruh udara dari permukaan, maka dikatakan cairan membasahi permukaan dengan sempurna.

Pada proses pembasaahn terjadi :

a. Penurunan tegangan permukaan cairan

b. Penurunan tegangan interfasial cairan/ zat padat

Modifikasi pembasahan dengan surfaktan.

Penambahan surfaktan ke dalam air akan menurunkan tegangan permukaan air dan

tegangan interfasial air atau zat padat sehingga menghasilkan nilai koefisien penyebaran yang

positif. Bila zat padat porus atau surfaktan teradsorpsi pada interface zat padat atau cairan maka

akan terjadi penurunan wetting.

Untuk mempercepat pemilihan surfaktan :

Hidrofil-lipofil-balance (HLB) system :

Farmaseutika 1

Page 5: Sulfur Suspensi

a. Surfaktan dengan HLB rendah lebih larut dalam minyak

b. Surfaktan dengan HLB tinggi lebih larut dalam air

Surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan air dibawah 30 dyne/cm2 disebut dengan

pembasahan spontan.

Untuk wetting agent, surfaktan yang sesuai adalah dengan HLB 7-9.

Perhatian pada pemilihan surfaktan :

a. Compatible

b. Should be used in minimum amount necessary

c. Excessive amount may lead to foaming, solubilization, unpleasant taste and odor.

Hidrofilik koloid sebagai pembasah

Acasia, bentonite, tragacanth, alginate, turunan selulosa : protective koloid, membungkus

partikel padat hidrofobik dengan cara lapisan multimolekuler.

Kerugian : Sisitem deflokulasi terutama pada konsentrasi rendah.

JENIS-JENIS ZAT PEMBASAH

1. Propylene Glycol

Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2dan

berat molekul 76,10. Struktur kimia propilen glikol :

CH3 – CH (OH) –CH2OH

Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak

manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat campur dengan air, dengan etanol

(95%) P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur

dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak. Propilen glikol dapat

berfungsi sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, humektan, solven, stabilizer

untuk vitamin dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau

kosolven, propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-

25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan 0-80% larutan topikal. Propilen

glikol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi, industri makanan

maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non toksik.

Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan

sebagai pelarut, pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi

parenteral dan non parenteral. Propilen glikol merupakan pelarut yang baik dan dapat

melarutkan berbagai macam senyawa, seperti kortikosteroid, fenol, obat-obat sulfa,

barbiturat, vitamin (A dan D), kebanyakan alkaloid dan berbagai anastetik local.

2. Tween 60

Farmaseutika 1

Page 6: Sulfur Suspensi

Polisorbat 60 adalah hasil kondensasi stearat dari sorbitol dan anhidranya dengan

etilenoksiada,merupakan ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang

berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap molekul

sorbitol dan anhidrida sorbitol. Polyoxyethylene 60 sorbitan monoleat atau lebih

dikenal sebagai Tween 60 merupakan cairan kental, buram, kuning, bau agak harum

atau bau minyak. Pada suhu lebih dari 24 derajat menjadi cairan jernih seperti

minyak. Kelarutan : larut dalam air, minyak biji kapas, praktis tidak larut dalam

minyak mineral, dapat campur dalam dengan aseton P dan dengan dioksan P. Bobot

per milliliter kurang lebih 1,10 gram, bilangan asam tidak lebih dari 2,0. Tween 80

dapat digunakan sebagai zat pengemulsi, surfaktan nonionik, zat penambah kelarutan,

zat pembasah, zat pendispersi atau pensuspensi dengan harga CMC adalah 0,0014.

Tween 60 telah digunakan secara luas dalam bidang kosmetik, produk

makanan, dan sediaan farmasetika baik dalam penggunaan secara peroral, parenteral

maupun topikal dan tergolong zat yang nontoksik dan iritan. Menurut WHO,

pemakaian perhari untuk Tween maksimal 25 mg/kg BB.

3. Gliserin

Gliserin adalah senyawa organic yang disebut juga Gliserol. Tidak berwarna,

tidak berbau yang banyak digunakan secara luas dalam bidang farmasi. Gliserin

bersifat hidrofilik, digunakan pada produk agar produk cukup kering dan sebagai

emollient. Gliserin merupakan humektan yang biasa dipakai untuk kosmetik (hand

and body lotion, cream pelembab dll), untuk bahan dasar pembuatan sabun dan juga

merupakan bahan utama untuk pasta gigi. Fungsinya adalah untuk mengikat

air/pelembab sehingga cream selalu basah dan tidak cepat mengering di udara bebas.

Farmaseutika 1

Page 7: Sulfur Suspensi

BAB II

DATA PREFORMULASI

1. Warna : kuning keabuan pucat atau kuning kehijauan pucat

2. Rasa : tidak berasa

3. Bau : tidak berbau

4. Penampilan : serbuk lembek bebas butiran

5. Komentar pengujian mikroskopik dan fotomikrograf : -

6. Polimorvisa, solvat, dan sifat kristal : -

7. Ukuran partikel : -

8. Kelarutan (mg/ml) : -

Air : praktis tidak larut

Karbondisulpida p : sangat mudah larut

Minyak zaitun P : sukar larut

Etanol P : sanagt sukar larut

9. Titik lebur dan DSC : -

10. Bobot jenis :

Sebenarnya : -

Bulk : -

11. pH, konsentrasi larutan dalam H2O : -

12. pKa dan koefisien partisi : -

13. kecepatan disolusi dalam :

Permukaan tetap :-

Suspensi :-

14. Stabilitas “bulk” obat :

600 C selama 30 hari

600 lumen selama 30 hari

Kelembaban 80% 250 C selama 30 hari

15. Stabilitas larutan :

pH konstanta kecepatan

400C 500C 600C 700C

.......... ...... ...... ...... ......

.......... ...... ...... ....... ......

Energi aktivasi

16. Kelembaban relatif :%pertambahan atau kehilangan bobot pada kesetimbangan

30%, 50%, 60%,70%, 90% awal,

Farmaseutika 1

Page 8: Sulfur Suspensi

17. Penelitian bentuk padat dengan eksipien

Eksipien

Observasi fisika

Data KLT

Data DSC

18. Data analitik

19. Catatan tambahan yang tidak diuraikandi atas dan di anggap perlu

Dosis :-

Khasiat : anti skabies

BAB III

Farmaseutika 1

Page 9: Sulfur Suspensi

METODE KERJA

1.1 ALAT

- Alumunium foil

- Batang pengaduk

- Gelas piala

- Mortir

- Penangas air panas

- Rak tabung reaksi

- Spatel

- Stamper

- Tabung reaksi ukuran 100 ml

- Timbangan

1.2 BAHAN

- Sulfur

- Propilengglikol

- Natrium Benzoat

- Tilosa

- Aqua dest

1.3 FORMULA

Formula suspensi 1

Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4

Sulfur 2,5%

Propilengglikol 0 % 1,5 % 3 % 3 %

Natrium benzoat 0.1 % 0.1 % 0.1 % 0.1 %

Tilosa 2% 2% 2% 0%

Aquadest 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml

Farmaseutika 1

Page 10: Sulfur Suspensi

Formula suspense 2

Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4

Sulfur 2,5%

Propilengglikol 1,5% 1,5 % 1,5 % 1,5 %

Natrium benzoat 0.1 % 0.1 % 0.1 % 0.1 %

Bahan pensuspensi(PGA:CMC)

2%

(Tragakan:PGA)

2%

(Tilosa:CMC)

2%

(Tragakn:CMC)

2%

Aquadest 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml

Formula suspensi 3

Bahan Formula 1 Formula 2

Sulfur 2,5%

Propilengglikol 1,5% 1,5 %

Natrium benzoat 0.1 % 0.1 %

Bahan pensuspensi(Tragakan:CMC)

(1:1) 2%

(Tragakan:CMC)

(1:1) 2%

Zat pengentalSirupus simplek

30%

Sirupus: Sorbitol

(1:1) 30 %

Zat warna + Essence qs Qs

Aqua 60 ml 60 ml

1.4 Cara kerja

Suspensi 1

Formula 1

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Lakukan kalibrasi terhadap botol ad 60 ml

3. Buatlah pengembang suspensi. Masukan Tilosa kedalam mortir tambahkan

aquadest sedikit demi sedikit gerus ad mengembang

4. Masukan sulfur kedalam mortir ,tambahkan aquadest gerus,tambahkan natrium

benzoate gerus ad homogen

5. Tambah natrium benzoat ke dalam mortir gerus ad larut

6. Masukan ke dalam botol, tambahkan zat warna 1 tetes dan essence 5 tetes

7. Tambahkn aquadest ad 60 ml kocok ad homogen

Formula 2 dan 3

Farmaseutika 1

Page 11: Sulfur Suspensi

1. Siapkan alat dan bahan

2. Lakukan kalibrasi terhadap botol ad 60 ml

3. Buatlah pengembang suspensi. Masukan Tilosa kedalam mortir tambahkan air

panas sedikit demi sedikit gerus ad mengembang

4. Masukan sulfur kedalam mortir gerus, tambahkan natrium benzoate gerus

5. Campurkan campuran tilosa yang sudah mengembang tadi gerus ad homogen

6. Masukan ke dalam botol

7. Tambahkan aquadest ad 60 ml kocok ad homogen

Formula 4

1. Siapkan alat dan bahan

2. Lakukan kalibrasi terhadap botol ad 60 ml

3. Masukan sulfur kedalam mortir gerus, tambahkan natrium benzoate gerus

4. Campurkan campuran tilosa yang sudah mengembang tadi gerus ad homogen

5. Masukan ke dalam botol

6. Tambahkn aquadest ad 60 ml kocok ad homogen

Suspensi 2

Formula 1

1. Siapkan alat dan bahan

2. Lakukan kalibrasi tabung ad 60 ml

3. Masukan sulfur ke dalam mortar gerus ad homogen

4. Tanbah zat pembasah PG yang telah di kembangkan dengan air

5. Tambah bahan pensuspensi (PGA:CMC) yang telah di kembangkan.

6. Masukan natrium benzoate gerus ad homogen.

7. Masukan ke dalam tabung

8. Tambahkan aquadest ad 60 ml kocok ad homogen.

Formula 2

1. Siapkan alat dan bahan

Farmaseutika 1

Page 12: Sulfur Suspensi

2. Lakukan kalibrasi tabung ad 60 ml

3. Masukan sulfur ke dalam mortar gerus ad homogen

4. Tanbah zat pembasah PG yang telah di kembangkan dengan air

5. Tambah bahan pensuspensi (Tragakan : PGA) yang telah di kembangkan.

6.Masukan natrium benzoate gerus ad homogen.

7. Masukan ke dalam tabung

8. Tambahkan aquadest ad 60 ml kocok ad homogen.

Formula 3

1. Siapkan alat dan bahan

2. Lakukan kalibrasi tabung ad 60 ml

3. Masukan sulfur ke dalam mortar gerus ad homogen

4. Tanbah zat pembasah PG yang telah di kembangkan dengan air

5. Tambah bahan pensuspensi (Tilosa : CMC) yang telah di kembangkan.

6.Masukan natrium benzoate gerus ad homogen.

7. Masukan ke dalam tabung

8. Tambahkan aquadest ad 60 ml kocok ad homogen.

Formula 4

1. Siapkan alat dan bahan

2. Lakukan kalibrasi tabung ad 60 ml

3. Masukan sulfur ke dalam mortar gerus ad homogen

4. Tanbah zat pembasah PG yang telah di kembangkan dengan air

5. Tambah bahan pensuspensi (Tragakan : CMC) yang telah di kembangkan.

6.Masukan natrium benzoate gerus ad homogen.

7. Masukan ke dalam tabung

8. Tambahkan aquadest ad 60 ml kocok ad homogen

Suspensi 31. Siapkan alat dan bahan

2. Lakukan kalibrasi tabung ad 60 ml.

Farmaseutika 1

Page 13: Sulfur Suspensi

3. Masukan sulfur ke dalam mortir gerus ad homogen.

4. Tambahkan zat pembasah PG yang telah di kembangkan dengan air gerus ad

homogen

5. Tambahkan zat pengental sirupus simplek ke dalam mortar gerus ad larut

6. Tambahkan bahan pensuspensi (Tragakan: CMC) yang telah di kembangkan

7. Masukan bahan pengawet natrium benzoate gerus ad homogeny

8. Masukan ke dalam tabung kocok ad homogen

9. Tambahkan aquadest ad 60 ml

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Suspensi 1

Keterangan

01 – 05 – 2013 (cm) 02 – 05 – 2013 (cm) 03 – 05 – 2013 (cm)

Rese

p 1

Resep

2

Resep

3

Resep

4

Rese

p 1

Resep

2

Resep

3

Resep

4

Rese

p 1

Resep

2

Resep

3

Resep

4

Tinggi

suspensi11,7 16,2 10,9 10,5 11,8 16,2 10,9 10,5 11,6 16,2 10,9 11

Tinggi

endapan1,2 - 1,6 0,4 1,8 2,5 1,9 0,4 1,8 3,9 2,8 0,7

Tinggi

endapan

terapung

0,9 - - - 0,6 - - - 0,4 - - -

Suspensi II

Keterangan 01 – 05 – 2013 (cm) 02 – 05 – 2013 (cm) 03 – 05 – 2013 (cm)

Rese Resep Resep Resep Rese Resep Resep Resep Rese Resep Resep Resep

Farmaseutika 1

Page 14: Sulfur Suspensi

p 1 2 3 4 p 1 2 3 4 p 1 2 3 4

Tinggi

suspensi11,7 16,2 10,9 10,5 11,8 16,2 10,9 10,5 11,6 16,2 10,9 11

Tinggi

endapan1,2 - 1,6 0,4 1,8 2,5 1,9 0,4 1,8 3,9 2,8 0,7

Tinggi

endapan

terapung

0,9 - - - 0,6 - - - 0,4 - - -

Suspensi III

Keterangan

01 – 05 – 2013 (cm) 02 – 05 – 2013 (cm) 03 – 05 – 2013 (cm)

Rese

p 1

Resep

2

Resep

3

Resep

4

Rese

p 1

Resep

2

Resep

3

Resep

4

Rese

p 1

Resep

2

Resep

3

Resep

4

Tinggi

suspensi11,7 16,2 10,9 10,5 11,8 16,2 10,9 10,5 11,6 16,2 10,9 11

Tinggi

endapan1,2 - 1,6 0,4 1,8 2,5 1,9 0,4 1,8 3,9 2,8 0,7

Tinggi

endapan

terapung

0,9 - - - 0,6 - - - 0,4 - - -

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini membuat sediaan suspensi yang bertujuan mengamati pengaruh bahan

pembasah dan cara pengembangan bahan pensuspensi dengan menggunakan bahan utama yaitu

sulfur.

Pada hari pertama pengamatan semua formula menghasilkan hasil yang berbeda, pada

tabung pertama terdapat endapan di dasar tabung dan di atas tabung. Hal ini karena terjadi

karena pada formula tidak adanya zat pembasah sehingga menghasilkan beberapa lapisan pada

suspensi. Pada tabung ke dua di hasilkan suspensi yang cukup stabil karena hampir semua zat

yang dicampurkan homogen. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan zat pembasah dan

zat pengembang yang sesuai. Pada tabung ke tiga menghasilkan hasil yang berbeda yaitu

menghasilkan endapan, meskipun formula yang digunakan sama dengan formula ke 2. Hal ini

mungkin disebabkan karena penambahan zat pembasah yang terlalu banyak sehingga

Farmaseutika 1

Page 15: Sulfur Suspensi

menimbulkan endapan. Untuk tabung ke empat menghasilkan suspensi yang sama sekali tidak

bercampur dan terdapat endapan karena semua zatnya berada didasar tabung.

Pada hari ke dua pengamatan semua formula menghasilkan hasil yang sangat berbeda

dengan yang sebelumnya, semua formula terdapan endapan pada dasar tabung. Pada tabung

pertama hasilnya tetap sama tetapi pada endapan yang terapung menjadi sedikit berkurang

karena endapan yang terapung tersebut lama kelamaan turun ke dasar tabung. Pada tabung ke

dua pada hari ke 2 ini suspensi yang tadinya stabil menjadi tidak stabil dengan terbentuknya

endapan pada dasar tabung. Hal ini karena sulfur yang tidak larut dalam pelarut yang digunakan

yaitu air jadi sulfur lama – kelamaan sulfur turun kedasar tabung dan membentuk endapan.

Pada tabung ke tiga ini menujukkan hasil yang sama seperti tabug sebelumnya endapan

menjadi bertambah karena sulfur yang turun ke dasar tabung membentuk endapan. Untuk

tabung ke empat juga sama, namun pada tabung ke 4 ini larutan menjadi tidak berwarna karena

semua sulfurnya membentuk endapan.

Pada pengamatan hari ke 3, semua tabung menghasilkan hasil yang sama yaitu tinggi

endpan yang bertambah yaitu pada tabung ke 1 tinggi endapan karena sulfur tidak larut dengan

pelarut yang digunakan sehinggha sulfur membentuk endapan tersebut.

Farmaseutika 1

Page 16: Sulfur Suspensi

BAB V

KESIMPULAN

Suspensi secara umum dapat didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung obat padat

dalam bentuk halus dan tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan zat pembasah dan zat pengembang dalam pembuatan

suatu suspensi sangat berpengaruh pada kestabilan suspensi tersebut. Karena sifat sulfur yang

sukar larut dalam air sehingga dengan sudut kontak ± 90 akan menghasilkan serbuk yang

terapung keluar dari cairan. Sedangkan serbuk yang mengambang di bawah cairan mempunyai

sudut kontak yang lebih kecil dan bila tenggelam, menunjukkkan tidak adanya sudut kontak .

Hal ini menyebabkan fungsi dari zat pembasah dan pengembang suspensi berperan dalam zat

yang sukar larut dalam air.

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa sulfur tidak cocok di buat dalam sediaan suspensi,

sulfur lebih cocok di buat dalam sediaan untuk penggunaan obat luar seperti lotion dll.

Farmaseutika 1

Page 17: Sulfur Suspensi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,1995.Farmakope Indonesia.Departemen Kesehatan RI:Jakarta

Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman, 2010, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta

Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta

Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III.

UI Press : Jakarta

Farmaseutika 1

Page 18: Sulfur Suspensi

Penimbangan

- Formula 1

- Sulfur : 2,5100

x 60 ml = 1,5 g = 1500 mg

- Propilenglikol : -

- Natrium benzoate : 0,1100

x 60 ml = 0,06 g = 60 mg

- Tilosa : 2

100 x 60 ml = 1,2 g = 1200 mg

- Air untuk tilosa : 10

100 x 1,2 g = 12 ml

- Aquadest : 60 ml – (1,5 g + 0,06 g + 1,2 g + 12 g)

60 ml – 14,76 g = 45,24 ml

Formula 2

- Sulfur : 2,5100

x 60 ml = 1,5 g = 1500 mg

- Propilenglikol : 1,5100

x 60 ml = 0,9 g = 900 mg

- Natrium benzoate : 0,1100

x 60 ml = 0,06 g = 60 mg

- Tilosa : 2

100 x 60 ml = 1,2 g = 1200 mg

Air untuk tilosa : 10

100 x 1,2 g = 12 ml

- Aquadest : 60 ml – (1,5 g + 0,9 g + 0,06 g + 1,2 g + 12 g)

60 ml – 15,66 g = 44,34 ml

Formula 3

- Sulfur : 2,5100

x 60 ml = 1,5 g = 1500 mg

Farmaseutika 1

Page 19: Sulfur Suspensi

- Propilenglikol : 3

100 x 60 ml = 1,8 g = 1800 mg

- Natrium benzoate : 0,1100

x 60 ml = 0,06 g = 60 mg

- Tilosa : 2

100 x 60 ml = 1,2 g = 1200 mg

Air untuk tilosa : 10

100 x 1,2 g = 12 ml

- Aquadest : 60 ml – (1,5 g + 1,8 g + 0,06 g + 1,2 g + 12 g)

60 ml – 17,46 g = 42,54 ml

Formula 4

- Sulfur : 2,5100

x 60 ml = 1,5 g = 1500 mg

- Propilenglikol : 3

100 x 60 ml = 1,8 g = 1800 mg

- Natrium benzoate : 0,1100

x 60 ml = 0,06 g = 60 mg

- Tilosa : -

- Aquadest : 60 ml – (1,5 g + 1,8 g + 0,06 g)

60 ml – 3,36 g = 56,64 ml

Farmaseutika 1