sulfur suspensi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui cara membuatan formula sediaan suspensi, pengaruh bahan pembasah
dan cara pengembangan bahan pensuspensi.
1.2 DASAR TEORI
Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase yaitu fase luar dan
kontinue umumnya merupakan cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam
terbuat dari partikel – partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut tapi terdispersi seluruhnya
pada fase kontinue (Patel dkk, 1994). Suspensi secara umum dapat didefinisikan sebagai
sediaan yang mengandung obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut terdispersi dalam
cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap dan bila
dikocok perlahan – lahan endapan harus segera terdispersi kembali (Anief, 2007). Suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase
cair. Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai
dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang
sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril
setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Farmaseutika 1
Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :
1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan
perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang
dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran
partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
2. Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin
kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan
dengan hukum ” STOKES”
3. Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut
akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel
tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu
makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel
dalam waktu yang singkat.
4. Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan
yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar
bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena
sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser,
colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan
penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan
pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya
besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
Farmaseutika 1
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid.
Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut
membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan
tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat
dipengaruhi oleh panas, PH, danproses fermentasi bakteri.
a. Termasuk golongan gom :
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin
b. Golongan bukan gom :
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. Bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat Selulosa
b. Golongan organk polimer
SURFAKTAN
Surfaktan adalah substansi yang dalam kadar rendah suatu sistem dapat teradsorpsi
pada permukaan dan dapat menurunkan tegangan muka atau energy bebas permukaan.
Bentuk antar muka ditunjukkan suatu batas antar dua fase yang tidak saling campur, sedang
permukaan biasanya menunjukkan antar muka dimana salah satu fase adalah fase gas atau
udara. Surfaktan sering digunakan sebagai bahan tambahan karena kemampuannya
mengemulsi, mensuspensi, dan melarutkan obat serta kecenderungan menambah adsorpsi
obat.
Sifat dari surfaktan adalah menambah kelarutan senyawa organik dalam sistem berair.
Sifat ini tampak hanya pada cairan dan di atas konsentrasi misel kritis. Ini menunjukkan
bahwa misel adalah bersangkutan dengan fenomena ini. Berbagai bahan tambahan dalam
produk obat juga dapat mempengaruhi kinetika kelarutan obat itu sendiri. Surfaktan memiliki
struktur molekular yang terdiri dari suatu gugus yang mempunyai afinitas sangat kecil untuk
pelarut berair dinamakan gugus lipofilik dan mempunyai afinitas sangat kuat terhadap solven
berair dinamakan gugus hidrofilik. Keadaan kedua gugus tersebut dalam molekul surfaktan
disebut gugus amfifil. Ditinjau dari sudut biofarmasetika, pelarutan dengan surfaktan dapat
menaikkan atau menurunkan penyerapan zat aktif. Miselisasi dapat berupa pembentukan
kompleks yang dapat menghambat penyerapan senyawa tertentu. Misel tidak dapat melintasi
pori-pori membran biologi, namun misel dapat menembus membran secara difusi pasif,
karena adanya karakter polar. Dengan demikian zat aktif yang bermisel tidak secara langsung
tersedia dalam darah.
Farmaseutika 1
WETTING AGENT
Wetting Agent adalah salah satu jenis bahan tambahan yang berfungsi sebagai zat
pendispersi.
Pelarut : (dapat sebagai wetting agent alcohol), gliserin, propilen glikol, polietilen glikol.
Penggunaan surfaktan sebagai wetting agent samapi dengan 0.1%.
Surfaktan :
- Anionik : Sodium Lauryl Sulphate (SLS), dioctyl sodium sulphosuccinate (docusate
sodium).
- Non ionic : polysorbate (Tween), sorbitan ester (span)
- Oral : polysorbate (Tween), sorbitan ester (span)
- Topikal : Sodium Lauryl Sulphate (SLS), dioctyl sodium sulphosuccinate (docusate
sodium).
Kerugian surfaktan : busa, system deflokulasi
Landasan Teori Wetting :
Tahap kritis pembuatan sediaan suspensi adalah pencampuran partikel padat kedalam
pembawa yaitu pembasaahn pertikel padat untuk mendapakan disperse yang stabil.
Pembasahan (wetting partikel padat) adalah pengusiran udara pada permukaan partikel oleh
cairan. Proses pembasahan melibatkan surfacedan interfaces.
Umumnya serbuk yang bersifat sedikit hidrofobik tidak menimbulkan banyak masalah dan
mudah dibasahi. Sedangkan serbuk yang sangat hidrofobik daapt mengambang di permukaan
pembawa air karena besarnya energy interfarsial antara serbuk dan pembawa.
Spreading wetting : cairan yang kontak dengan substrat atau zat padat menyebar dan
menggantikan udaar di permukaan substrat /zat padat. Bila cairan menggantikan kedudukan
seluruh udara dari permukaan, maka dikatakan cairan membasahi permukaan dengan sempurna.
Pada proses pembasaahn terjadi :
a. Penurunan tegangan permukaan cairan
b. Penurunan tegangan interfasial cairan/ zat padat
Modifikasi pembasahan dengan surfaktan.
Penambahan surfaktan ke dalam air akan menurunkan tegangan permukaan air dan
tegangan interfasial air atau zat padat sehingga menghasilkan nilai koefisien penyebaran yang
positif. Bila zat padat porus atau surfaktan teradsorpsi pada interface zat padat atau cairan maka
akan terjadi penurunan wetting.
Untuk mempercepat pemilihan surfaktan :
Hidrofil-lipofil-balance (HLB) system :
Farmaseutika 1
a. Surfaktan dengan HLB rendah lebih larut dalam minyak
b. Surfaktan dengan HLB tinggi lebih larut dalam air
Surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan air dibawah 30 dyne/cm2 disebut dengan
pembasahan spontan.
Untuk wetting agent, surfaktan yang sesuai adalah dengan HLB 7-9.
Perhatian pada pemilihan surfaktan :
a. Compatible
b. Should be used in minimum amount necessary
c. Excessive amount may lead to foaming, solubilization, unpleasant taste and odor.
Hidrofilik koloid sebagai pembasah
Acasia, bentonite, tragacanth, alginate, turunan selulosa : protective koloid, membungkus
partikel padat hidrofobik dengan cara lapisan multimolekuler.
Kerugian : Sisitem deflokulasi terutama pada konsentrasi rendah.
JENIS-JENIS ZAT PEMBASAH
1. Propylene Glycol
Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2dan
berat molekul 76,10. Struktur kimia propilen glikol :
CH3 – CH (OH) –CH2OH
Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat campur dengan air, dengan etanol
(95%) P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur
dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak. Propilen glikol dapat
berfungsi sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, humektan, solven, stabilizer
untuk vitamin dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau
kosolven, propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-
25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan 0-80% larutan topikal. Propilen
glikol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi, industri makanan
maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non toksik.
Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan
sebagai pelarut, pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi
parenteral dan non parenteral. Propilen glikol merupakan pelarut yang baik dan dapat
melarutkan berbagai macam senyawa, seperti kortikosteroid, fenol, obat-obat sulfa,
barbiturat, vitamin (A dan D), kebanyakan alkaloid dan berbagai anastetik local.
2. Tween 60
Farmaseutika 1
Polisorbat 60 adalah hasil kondensasi stearat dari sorbitol dan anhidranya dengan
etilenoksiada,merupakan ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang
berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap molekul
sorbitol dan anhidrida sorbitol. Polyoxyethylene 60 sorbitan monoleat atau lebih
dikenal sebagai Tween 60 merupakan cairan kental, buram, kuning, bau agak harum
atau bau minyak. Pada suhu lebih dari 24 derajat menjadi cairan jernih seperti
minyak. Kelarutan : larut dalam air, minyak biji kapas, praktis tidak larut dalam
minyak mineral, dapat campur dalam dengan aseton P dan dengan dioksan P. Bobot
per milliliter kurang lebih 1,10 gram, bilangan asam tidak lebih dari 2,0. Tween 80
dapat digunakan sebagai zat pengemulsi, surfaktan nonionik, zat penambah kelarutan,
zat pembasah, zat pendispersi atau pensuspensi dengan harga CMC adalah 0,0014.
Tween 60 telah digunakan secara luas dalam bidang kosmetik, produk
makanan, dan sediaan farmasetika baik dalam penggunaan secara peroral, parenteral
maupun topikal dan tergolong zat yang nontoksik dan iritan. Menurut WHO,
pemakaian perhari untuk Tween maksimal 25 mg/kg BB.
3. Gliserin
Gliserin adalah senyawa organic yang disebut juga Gliserol. Tidak berwarna,
tidak berbau yang banyak digunakan secara luas dalam bidang farmasi. Gliserin
bersifat hidrofilik, digunakan pada produk agar produk cukup kering dan sebagai
emollient. Gliserin merupakan humektan yang biasa dipakai untuk kosmetik (hand
and body lotion, cream pelembab dll), untuk bahan dasar pembuatan sabun dan juga
merupakan bahan utama untuk pasta gigi. Fungsinya adalah untuk mengikat
air/pelembab sehingga cream selalu basah dan tidak cepat mengering di udara bebas.
Farmaseutika 1
BAB II
DATA PREFORMULASI
1. Warna : kuning keabuan pucat atau kuning kehijauan pucat
2. Rasa : tidak berasa
3. Bau : tidak berbau
4. Penampilan : serbuk lembek bebas butiran
5. Komentar pengujian mikroskopik dan fotomikrograf : -
6. Polimorvisa, solvat, dan sifat kristal : -
7. Ukuran partikel : -
8. Kelarutan (mg/ml) : -
Air : praktis tidak larut
Karbondisulpida p : sangat mudah larut
Minyak zaitun P : sukar larut
Etanol P : sanagt sukar larut
9. Titik lebur dan DSC : -
10. Bobot jenis :
Sebenarnya : -
Bulk : -
11. pH, konsentrasi larutan dalam H2O : -
12. pKa dan koefisien partisi : -
13. kecepatan disolusi dalam :
Permukaan tetap :-
Suspensi :-
14. Stabilitas “bulk” obat :
600 C selama 30 hari
600 lumen selama 30 hari
Kelembaban 80% 250 C selama 30 hari
15. Stabilitas larutan :
pH konstanta kecepatan
400C 500C 600C 700C
.......... ...... ...... ...... ......
.......... ...... ...... ....... ......
Energi aktivasi
16. Kelembaban relatif :%pertambahan atau kehilangan bobot pada kesetimbangan
30%, 50%, 60%,70%, 90% awal,
Farmaseutika 1
17. Penelitian bentuk padat dengan eksipien
Eksipien
Observasi fisika
Data KLT
Data DSC
18. Data analitik
19. Catatan tambahan yang tidak diuraikandi atas dan di anggap perlu
Dosis :-
Khasiat : anti skabies
BAB III
Farmaseutika 1
METODE KERJA
1.1 ALAT
- Alumunium foil
- Batang pengaduk
- Gelas piala
- Mortir
- Penangas air panas
- Rak tabung reaksi
- Spatel
- Stamper
- Tabung reaksi ukuran 100 ml
- Timbangan
1.2 BAHAN
- Sulfur
- Propilengglikol
- Natrium Benzoat
- Tilosa
- Aqua dest
1.3 FORMULA
Formula suspensi 1
Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Sulfur 2,5%
Propilengglikol 0 % 1,5 % 3 % 3 %
Natrium benzoat 0.1 % 0.1 % 0.1 % 0.1 %
Tilosa 2% 2% 2% 0%
Aquadest 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml
Farmaseutika 1
Formula suspense 2
Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Sulfur 2,5%
Propilengglikol 1,5% 1,5 % 1,5 % 1,5 %
Natrium benzoat 0.1 % 0.1 % 0.1 % 0.1 %
Bahan pensuspensi(PGA:CMC)
2%
(Tragakan:PGA)
2%
(Tilosa:CMC)
2%
(Tragakn:CMC)
2%
Aquadest 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml
Formula suspensi 3
Bahan Formula 1 Formula 2
Sulfur 2,5%
Propilengglikol 1,5% 1,5 %
Natrium benzoat 0.1 % 0.1 %
Bahan pensuspensi(Tragakan:CMC)
(1:1) 2%
(Tragakan:CMC)
(1:1) 2%
Zat pengentalSirupus simplek
30%
Sirupus: Sorbitol
(1:1) 30 %
Zat warna + Essence qs Qs
Aqua 60 ml 60 ml
1.4 Cara kerja
Suspensi 1
Formula 1
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Lakukan kalibrasi terhadap botol ad 60 ml
3. Buatlah pengembang suspensi. Masukan Tilosa kedalam mortir tambahkan
aquadest sedikit demi sedikit gerus ad mengembang
4. Masukan sulfur kedalam mortir ,tambahkan aquadest gerus,tambahkan natrium
benzoate gerus ad homogen
5. Tambah natrium benzoat ke dalam mortir gerus ad larut
6. Masukan ke dalam botol, tambahkan zat warna 1 tetes dan essence 5 tetes
7. Tambahkn aquadest ad 60 ml kocok ad homogen
Formula 2 dan 3
Farmaseutika 1
1. Siapkan alat dan bahan
2. Lakukan kalibrasi terhadap botol ad 60 ml
3. Buatlah pengembang suspensi. Masukan Tilosa kedalam mortir tambahkan air
panas sedikit demi sedikit gerus ad mengembang
4. Masukan sulfur kedalam mortir gerus, tambahkan natrium benzoate gerus
5. Campurkan campuran tilosa yang sudah mengembang tadi gerus ad homogen
6. Masukan ke dalam botol
7. Tambahkan aquadest ad 60 ml kocok ad homogen
Formula 4
1. Siapkan alat dan bahan
2. Lakukan kalibrasi terhadap botol ad 60 ml
3. Masukan sulfur kedalam mortir gerus, tambahkan natrium benzoate gerus
4. Campurkan campuran tilosa yang sudah mengembang tadi gerus ad homogen
5. Masukan ke dalam botol
6. Tambahkn aquadest ad 60 ml kocok ad homogen
Suspensi 2
Formula 1
1. Siapkan alat dan bahan
2. Lakukan kalibrasi tabung ad 60 ml
3. Masukan sulfur ke dalam mortar gerus ad homogen
4. Tanbah zat pembasah PG yang telah di kembangkan dengan air
5. Tambah bahan pensuspensi (PGA:CMC) yang telah di kembangkan.
6. Masukan natrium benzoate gerus ad homogen.
7. Masukan ke dalam tabung
8. Tambahkan aquadest ad 60 ml kocok ad homogen.
Formula 2
1. Siapkan alat dan bahan
Farmaseutika 1
2. Lakukan kalibrasi tabung ad 60 ml
3. Masukan sulfur ke dalam mortar gerus ad homogen
4. Tanbah zat pembasah PG yang telah di kembangkan dengan air
5. Tambah bahan pensuspensi (Tragakan : PGA) yang telah di kembangkan.
6.Masukan natrium benzoate gerus ad homogen.
7. Masukan ke dalam tabung
8. Tambahkan aquadest ad 60 ml kocok ad homogen.
Formula 3
1. Siapkan alat dan bahan
2. Lakukan kalibrasi tabung ad 60 ml
3. Masukan sulfur ke dalam mortar gerus ad homogen
4. Tanbah zat pembasah PG yang telah di kembangkan dengan air
5. Tambah bahan pensuspensi (Tilosa : CMC) yang telah di kembangkan.
6.Masukan natrium benzoate gerus ad homogen.
7. Masukan ke dalam tabung
8. Tambahkan aquadest ad 60 ml kocok ad homogen.
Formula 4
1. Siapkan alat dan bahan
2. Lakukan kalibrasi tabung ad 60 ml
3. Masukan sulfur ke dalam mortar gerus ad homogen
4. Tanbah zat pembasah PG yang telah di kembangkan dengan air
5. Tambah bahan pensuspensi (Tragakan : CMC) yang telah di kembangkan.
6.Masukan natrium benzoate gerus ad homogen.
7. Masukan ke dalam tabung
8. Tambahkan aquadest ad 60 ml kocok ad homogen
Suspensi 31. Siapkan alat dan bahan
2. Lakukan kalibrasi tabung ad 60 ml.
Farmaseutika 1
3. Masukan sulfur ke dalam mortir gerus ad homogen.
4. Tambahkan zat pembasah PG yang telah di kembangkan dengan air gerus ad
homogen
5. Tambahkan zat pengental sirupus simplek ke dalam mortar gerus ad larut
6. Tambahkan bahan pensuspensi (Tragakan: CMC) yang telah di kembangkan
7. Masukan bahan pengawet natrium benzoate gerus ad homogeny
8. Masukan ke dalam tabung kocok ad homogen
9. Tambahkan aquadest ad 60 ml
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Suspensi 1
Keterangan
01 – 05 – 2013 (cm) 02 – 05 – 2013 (cm) 03 – 05 – 2013 (cm)
Rese
p 1
Resep
2
Resep
3
Resep
4
Rese
p 1
Resep
2
Resep
3
Resep
4
Rese
p 1
Resep
2
Resep
3
Resep
4
Tinggi
suspensi11,7 16,2 10,9 10,5 11,8 16,2 10,9 10,5 11,6 16,2 10,9 11
Tinggi
endapan1,2 - 1,6 0,4 1,8 2,5 1,9 0,4 1,8 3,9 2,8 0,7
Tinggi
endapan
terapung
0,9 - - - 0,6 - - - 0,4 - - -
Suspensi II
Keterangan 01 – 05 – 2013 (cm) 02 – 05 – 2013 (cm) 03 – 05 – 2013 (cm)
Rese Resep Resep Resep Rese Resep Resep Resep Rese Resep Resep Resep
Farmaseutika 1
p 1 2 3 4 p 1 2 3 4 p 1 2 3 4
Tinggi
suspensi11,7 16,2 10,9 10,5 11,8 16,2 10,9 10,5 11,6 16,2 10,9 11
Tinggi
endapan1,2 - 1,6 0,4 1,8 2,5 1,9 0,4 1,8 3,9 2,8 0,7
Tinggi
endapan
terapung
0,9 - - - 0,6 - - - 0,4 - - -
Suspensi III
Keterangan
01 – 05 – 2013 (cm) 02 – 05 – 2013 (cm) 03 – 05 – 2013 (cm)
Rese
p 1
Resep
2
Resep
3
Resep
4
Rese
p 1
Resep
2
Resep
3
Resep
4
Rese
p 1
Resep
2
Resep
3
Resep
4
Tinggi
suspensi11,7 16,2 10,9 10,5 11,8 16,2 10,9 10,5 11,6 16,2 10,9 11
Tinggi
endapan1,2 - 1,6 0,4 1,8 2,5 1,9 0,4 1,8 3,9 2,8 0,7
Tinggi
endapan
terapung
0,9 - - - 0,6 - - - 0,4 - - -
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini membuat sediaan suspensi yang bertujuan mengamati pengaruh bahan
pembasah dan cara pengembangan bahan pensuspensi dengan menggunakan bahan utama yaitu
sulfur.
Pada hari pertama pengamatan semua formula menghasilkan hasil yang berbeda, pada
tabung pertama terdapat endapan di dasar tabung dan di atas tabung. Hal ini karena terjadi
karena pada formula tidak adanya zat pembasah sehingga menghasilkan beberapa lapisan pada
suspensi. Pada tabung ke dua di hasilkan suspensi yang cukup stabil karena hampir semua zat
yang dicampurkan homogen. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan zat pembasah dan
zat pengembang yang sesuai. Pada tabung ke tiga menghasilkan hasil yang berbeda yaitu
menghasilkan endapan, meskipun formula yang digunakan sama dengan formula ke 2. Hal ini
mungkin disebabkan karena penambahan zat pembasah yang terlalu banyak sehingga
Farmaseutika 1
menimbulkan endapan. Untuk tabung ke empat menghasilkan suspensi yang sama sekali tidak
bercampur dan terdapat endapan karena semua zatnya berada didasar tabung.
Pada hari ke dua pengamatan semua formula menghasilkan hasil yang sangat berbeda
dengan yang sebelumnya, semua formula terdapan endapan pada dasar tabung. Pada tabung
pertama hasilnya tetap sama tetapi pada endapan yang terapung menjadi sedikit berkurang
karena endapan yang terapung tersebut lama kelamaan turun ke dasar tabung. Pada tabung ke
dua pada hari ke 2 ini suspensi yang tadinya stabil menjadi tidak stabil dengan terbentuknya
endapan pada dasar tabung. Hal ini karena sulfur yang tidak larut dalam pelarut yang digunakan
yaitu air jadi sulfur lama – kelamaan sulfur turun kedasar tabung dan membentuk endapan.
Pada tabung ke tiga ini menujukkan hasil yang sama seperti tabug sebelumnya endapan
menjadi bertambah karena sulfur yang turun ke dasar tabung membentuk endapan. Untuk
tabung ke empat juga sama, namun pada tabung ke 4 ini larutan menjadi tidak berwarna karena
semua sulfurnya membentuk endapan.
Pada pengamatan hari ke 3, semua tabung menghasilkan hasil yang sama yaitu tinggi
endpan yang bertambah yaitu pada tabung ke 1 tinggi endapan karena sulfur tidak larut dengan
pelarut yang digunakan sehinggha sulfur membentuk endapan tersebut.
Farmaseutika 1
BAB V
KESIMPULAN
Suspensi secara umum dapat didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan zat pembasah dan zat pengembang dalam pembuatan
suatu suspensi sangat berpengaruh pada kestabilan suspensi tersebut. Karena sifat sulfur yang
sukar larut dalam air sehingga dengan sudut kontak ± 90 akan menghasilkan serbuk yang
terapung keluar dari cairan. Sedangkan serbuk yang mengambang di bawah cairan mempunyai
sudut kontak yang lebih kecil dan bila tenggelam, menunjukkkan tidak adanya sudut kontak .
Hal ini menyebabkan fungsi dari zat pembasah dan pengembang suspensi berperan dalam zat
yang sukar larut dalam air.
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa sulfur tidak cocok di buat dalam sediaan suspensi,
sulfur lebih cocok di buat dalam sediaan untuk penggunaan obat luar seperti lotion dll.
Farmaseutika 1
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,1995.Farmakope Indonesia.Departemen Kesehatan RI:Jakarta
Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman, 2010, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III.
UI Press : Jakarta
Farmaseutika 1
Penimbangan
- Formula 1
- Sulfur : 2,5100
x 60 ml = 1,5 g = 1500 mg
- Propilenglikol : -
- Natrium benzoate : 0,1100
x 60 ml = 0,06 g = 60 mg
- Tilosa : 2
100 x 60 ml = 1,2 g = 1200 mg
- Air untuk tilosa : 10
100 x 1,2 g = 12 ml
- Aquadest : 60 ml – (1,5 g + 0,06 g + 1,2 g + 12 g)
60 ml – 14,76 g = 45,24 ml
Formula 2
- Sulfur : 2,5100
x 60 ml = 1,5 g = 1500 mg
- Propilenglikol : 1,5100
x 60 ml = 0,9 g = 900 mg
- Natrium benzoate : 0,1100
x 60 ml = 0,06 g = 60 mg
- Tilosa : 2
100 x 60 ml = 1,2 g = 1200 mg
Air untuk tilosa : 10
100 x 1,2 g = 12 ml
- Aquadest : 60 ml – (1,5 g + 0,9 g + 0,06 g + 1,2 g + 12 g)
60 ml – 15,66 g = 44,34 ml
Formula 3
- Sulfur : 2,5100
x 60 ml = 1,5 g = 1500 mg
Farmaseutika 1
- Propilenglikol : 3
100 x 60 ml = 1,8 g = 1800 mg
- Natrium benzoate : 0,1100
x 60 ml = 0,06 g = 60 mg
- Tilosa : 2
100 x 60 ml = 1,2 g = 1200 mg
Air untuk tilosa : 10
100 x 1,2 g = 12 ml
- Aquadest : 60 ml – (1,5 g + 1,8 g + 0,06 g + 1,2 g + 12 g)
60 ml – 17,46 g = 42,54 ml
Formula 4
- Sulfur : 2,5100
x 60 ml = 1,5 g = 1500 mg
- Propilenglikol : 3
100 x 60 ml = 1,8 g = 1800 mg
- Natrium benzoate : 0,1100
x 60 ml = 0,06 g = 60 mg
- Tilosa : -
- Aquadest : 60 ml – (1,5 g + 1,8 g + 0,06 g)
60 ml – 3,36 g = 56,64 ml
Farmaseutika 1