acara 1 ttck a2

50
LAPORAN PRAKTIKUM ACARA I STUDI GERAK DAN STUDI WAKTU Disusun oleh : Kelompok A2 Delia Yani Manduapessy (11/312054/TP/09988) Defri Fajar Setiawan (11/311597/TP/09965) Isnaini Puspitasari (11/311538/TP/09955) Co-ass Fajar Kurniawan LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Upload: anonymous-2vdpf6hjmh

Post on 11-Jul-2016

71 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Laporan praktikum TTCK

TRANSCRIPT

Page 1: ACARA 1 TTCK A2

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA I

STUDI GERAK DAN STUDI WAKTU

Disusun oleh :

Kelompok A2

Delia Yani Manduapessy (11/312054/TP/09988)

Defri Fajar Setiawan (11/311597/TP/09965)

Isnaini Puspitasari (11/311538/TP/09955)

Co-ass

Fajar Kurniawan

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: ACARA 1 TTCK A2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu industri, sangat dibutuhkan suatu kondisi pekerjaan yang baik,

efisien, tetapi optimal agar didapatkan hasil yang optimal juga. Untuk itu

perancangan suatu sistem kerja yang baik sangat mutlak diperlukan agar hasil yang

diinginkan dapat tercapai. Untuk mendapatkan sistem kerja yang baik diperlukan

suatu analisis mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja apakah sudah

sesuai dan efktif. Apabila suatu sistem kerja sudah efektif tentu akan terus kita pakai,

akan tetapi apabila tidak, tentu memerlukan suatu perbaikan bahkan penggantian

sistem kerja. Dalam melakukan analisis tersebut sangat dibutuhkan suatu studi

gerakan dan studi waktu.

Studi gerakan merupakan suatu analisa yang dilakukan terhadap beberapa

gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan studi

gerakan ini diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif selama bekerja dapat

dikurangi bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh efektifitas dalam waktu kerja,

yang berarti dapat pula menghemat biaya karena pekerjaan yang tidak perlu sehingga

dapat dicapai produktivitas yang semakin naik.

Dalam studi gerakan juga sangat berhubungan erat dengan studi waktu, sebab

pekerjaan yang baik tentu harus sesuai antara gerakan dengan waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan pekerjaan tersebut. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seorang

pekerja adakalanya sudah tepat atau sesuai dengan gerakan-gerakan yang diperlukan,

tetapi adakalanya seorang pekerja melakukan gerak yang tidak perlu atau disebut

gerakan yang tidak efektif. Dalam setiap perancangan sistem kerja, sebaiknya

gerakan yang tidak efektif dihindari karena akan berdampak pada waktu yang

diperlukan dan fasilitas kerja yang digunakan. Dengan praktikum tentang studi gerak

ini diharapkan praktikan dapat melakukan analisis terhadap suatu industri, sehingga

dapat memberikan solusi yang tepat untuk melakukan perbaikan dari sistem yang

Page 3: ACARA 1 TTCK A2

sudah ada. Selain itu dengan praktikum ini praktikan akan mempunyai bekal,

sehingga kelak ketika terjun di dunia industri dapat memberikan solusi yang tepat.

B. Tujuan Praktikum

1. Praktikan dapat mengidentifikasi elemen gerakan dasar yang dilakukan dalam

proses produksi

2. Praktikan dapat mengelompokkan elemen derakan dasar tersebut menjadi

elemen kerja yang teridentifikasi dan terukur untuk keperluan studi gerak dan

studi waktu.

3. Praktikan dapat menentukan waktu siklus, waktu normal, rating factor,

allowance factor dan waktu standar dari seluruh elemen kerja tersebut.

4. Praktikan dapat melakukan analisa kerja menggunakan Peta Tangan Kiri

Tangan Kanan, Peta Pekerja Mesin dan Peta Proses Kelompok Kerja.

Page 4: ACARA 1 TTCK A2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam suatu dunia industri, sangat penting untuk melakukan suatu pekerjann

dengan seefektif mungkin agar didapat hasil yang optimal. Untuk itu diperlukan studi

gerakan untuk mengetahui apakah gerakan yang sudah dilakukan sudah dalam

kondisi yang paling efektif. Studi gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap

beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan

demikian diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau

dihilangkan sehingga diperoleh penghematan dalam waktu kerja, yang selanjutnya

dapat pula menghemat pemakaian fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan

tersebut (Sutalaksana, 1979).

Dalam studi gerakan, perlu dikenal terlebih dahulu gerakan-gerakan dasar.

Saat ini ada 17 elemen gerakan yang dinamakan Therblig. Berikut ini adalah elemen-

elemen gerakan Therblig (Sutalaksana, 1979):

1. Mencari (Search)

Mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi

obyek, yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat

mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek sudah ditemukan.

2. Memilih (Select)

Memilih merupakan gerakan untuk menemukan obyek yang tercampur.

3. Membawa (Grasp)

Gerakan membawa ini merupakan gerakan yang sulit untuk dihilangkan,

namun dapat dikurangi.

4. Menjangkau (Reach)

Menjangkau adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik

gerakan mendekati maupun menjangkau obyek.

5. Membawa (Move)

Page 5: ACARA 1 TTCK A2

Gerakan ini didahului oleh memegang dan dilanjutkan melepas ataupun

mengarahkan.

6. Memegang untuk memakai (Hold)

Memegang untuk memakai berbeda dengan memegang. Perbedaannya dengan

memegang adalah pada perlakuan obyek yang dipegang. Pada memegang,

pemegangan dilanjutkan dengan gerakan membawa, sedangkan memegang

untuk memakai tidak demikian.

7. Melepas (Release load)

Gerakan ini merupakan gerakan yang singkat dan dimulai pada saat pekerja

mulai melepaskan obyek dari tangannya dan berakhir bila seluruh jarinya

sudah tidak menyentuh obyek lagi.

8. Mengarahkan (Position)

Mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan mengangkut dan biasanya

diikuti oleh gerakan merakit.

9. Mengarahkan sementara (Preposition)

Tujuan dari penempatan sementara adalah untuk memudahkan pemegangan

apabila obyek tersebut akan dipakai kembali.

10. Memeriksa (Inspection)

Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan membandingkan obyek dengan

sesuatu yang standar.

11. Merakit (Assemble)

Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan obyek

yang lain sehingga menjadi satu kesatuan.

12. Mengurai (Desassemble)

Gerakan ini merupakan gerakan kebalikan atau lawan dari gerakan merakit.

13. Memakai (Use)

Memakai adalah bila satu tangan atau keduanya dipakai untuk menggunakan

alat.

14. Kelambatan yang tidak dapat dihindari (Unavoilable delay)

Page 6: ACARA 1 TTCK A2

Kelambatan di sini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang

terjadi di luar kemampuan pengendalian pekerja. Misalnya adalah padamnya

listrik yang menyebabkan kelambatan pekerja.

15. Kelambatan yang dapat dihindari (Avoilable delay)

Kelambatan ini disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan sepanjang waktu

kerja oleh pekerjanya baik disengaja maupun tidak disengaja.

16. Merencana (Plan)

Merencanakan merupakan proses menentukan tindakan yang akan diambil

selanjutnya.

17. Istirahat untuk menghilangkan fatique (Rest to overcome fatique)

Pengukuran waktu dilakukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian

yaitu waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dilakukan

secara wajar oleh seorang pekerja normal yang dilakukan dengan metode terbaik.

Pada dasarnya teknik-teknik pengukuran terhadap pekerja dapat dibagi ke dalam dua

bagian yaitu (Sutalaksana, 1979):

a. Pengukuran waktu secara langsung, yaitu pengukuran yang dilakukan

langsung pada pekerjaan yang sedang dikerjakan atau pada sampel-sampel

yang mewakili. Cara pengukuran waktu ini dibagi lagi menjadi dua yaitu

pengukuran jam henti (menggunakan stop watch) dan sampling pekerjaan

(work sampling).

b. Pengukuran waktu secara sintesis, yaitu pengukuran waktu yang

dilaksanakan dengan cara tidak langsung. Pengukuran ini antara lain

dengan menganalisis data-data waktu suatu pekerjaan yang ada. Cara ini

dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu data waktu baku dan data waktu gerak.

Ada 3 metode pembacaan jam henti yang biasa dilakukan dalam study waktu,

yaitu (Barnes, 1980) :

i. Continous Timing

Pembacaan jam henti dilakukan pada setiap akhir elemen kerja, tanpa mematikan

jam henti. Dengan cara ini waktu masing-masing elemen ditentukan dari perbedaan

pembacaan elemen terdahulu dengan elemen kerja berikutnya.

Page 7: ACARA 1 TTCK A2

ii. Repetitive Timing

Pembacaan jam henti dilakukan setiap akhir elemen kerja. Saat pekerjaan selesai

jam henti dimatikan, dibaca kemudian dikembalikan lagi ke nol. Pembacaan alemen

berikutnya segera dimulai lagi. Kelemahan metode ini adalah keharusan untuk

memulai pembacaan dari angka nol lagi. Padahal begitu elemen kerja terdahulu

selesai, segera disusul elemen kerja berikutnya. Kemudahannya adalah waktu

masing-masing elemen kerja segera dapat diketahui.

iii. Accumulative Timing

Pembacaan jam henti dilakukan dengan menggunakan dua buah jam henti yang

dihubungkan secara mekanis, sehingga apabila jam henti pertama dihidupkan, jam

henti kedua akan mati secara otomatis, demikian juga sebaliknya. Pembacaan

dilakukan pada akhir elemen kerja dan pada saat itu jam henti yang diamati segera

dimatikan kemudian pembacaan waktu dilakukan.

Hal yang paling sulit dan paling penting dalam pengukuran waktu adalah

mengevaluasi kecepatan bekerja seorang operator selama dilakukan pengamatan.

Pengukur harus dapat memperkirakan besarnya ketidakwajaran yang terjadi. Untuk

itu diperlukan faktor penyesuaian untuk menormalkan ketidakwajaran tersebut.

Rating didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan performance factor yang

di observasi dengan konsep performance yang normal. Faktor penyesuaian menjadi

faktor yang akan diterapkan dalam penetapan waktu normal. Terdapat 6 cara untuk

menentukan faktor penyesuaian yaitu (Barnes, 1980) :

a. skill and effort rating

b. westing house

c. penyesuaian sintetis

d. penyesuaian obyektif

e. physiological evaluation of performance level

f. performance rating

Langkah-langkah yang dilakukan dalam studi waktu (Sutalaksana, 1979):

Memilih operator

Page 8: ACARA 1 TTCK A2

1. Dalam proses pemilihan operator ini mempunyai syarat-syarat seperti

operator memiliki kemampuan normal, dapat bekerja sama dan dapat bekerja

secara wajar. Selain itu, diperlukan juga pemberian penjelasan tentang

maksud pengukuran serta sikap operator ketika sedang diukur.

2. Melatih operator

Pelatihan diperlukan jika kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama atau

mengalami perubahan dengan yang biasa dijalankan operator.

3. Pembagian operasi menjadi elemen-elemen kerja.

Elemen pekerjaan merupakan bagian dari pekerjaan yang akan diukur

waktunya. Waktu siklus merupakan jumlah dari waktu setiap elemen tersebut.

Langkah selanjutnya setelah mendapatkan data yaitu mengolah data tersebut

sehingga diperoleh waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data yang

terkumpul adalah sebagai berikut:

1. Menghitung waktu siklus rata-rata dengan:

W n=ΣxN

X adalah data dari hasil studi waktu yang sudah mencukupi dan N adalah jumlah

data yang sudah mencukupi.

2. Menghitung waktu normal dengan:

Wn = Ws x p

p adalah faktor penyesuaian. Jika pekerja bekerja dengan wajar maka p = 1,

artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika pekerjanya terlalu lambat maka

untuk menormalkannya harga p < 1, tetapi jika bekerjanya terlalu cepat maka

harga p lebih dari satu.

3. Menghitung waktu baku dengan:

Wb = Wn + 1

Dimana 1 adalah kelonggaran diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi,

menghilangkan rasa fatique, dan gangguan-gangguan yang mungkin timbul yang

tidak dapat dihindarkan oleh pekerja.

Page 9: ACARA 1 TTCK A2

Waktu baku adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan yang dilakukan secara wajar oleh seorang pekerja normal yang

dilaksanakan dengan metode tertentu. Sedangkan waktu siklus merupakan waktu

yang tercatat selama pekerja menyelesaikan pekerjaannya. Waktu siklus diperoleh

dari penjumlahan rata-rata waktu elemen. Sedangkan waktu normal diperoleh dari

perkalian waktu siklus dengan faktor penyesuaian dan waktu baku diperoleh dari

perkalian waktu normal dengan faktor kelonggaran (Sutalaksana, 1982).

Faktor Penyesuaian (Rating Factor/RF)

Penyesuaian adalah perbandingan kinerja operator yang diamati dengan

kinerja normal dari operator yang ada dalam konsep (Barnes, 1980). Penyesuaian

dilakukan agar data yang diperoleh mendekati kondisi normal.

Menurut Barnes (1980), waktu normal dapat ditentukan setelah faktor

penyesuaian ditentukan. Waktu normal merupakan hasil kali antara waktu siklus

dengan suatu harga penyesuaian (P). jika pekerja bekerja di atas normal maka nilai

P>1 sedangkan jka dibawah normal maka nilai P<1.

Waktu normal dapat dihitung dengan rumus (Miller dan Schmidt, 1984) :

Ts = Tn [1+ (P+F+D )

100 ]Keterangan Tn = normal time

P = personal allowance

F = fatique allowance

D = delay allowance

Metode menentukan faktor penyesuaian ada 4 macam (Wignjosoebroto,

1995):

1. Metode sangat subyektif, ditentukan oleh pengamat selama pengukuran.

2. Metode Shumard, memberi patokan penilaian melalui kelas-kelas performance,

dimana kelas tersebut dibagi: superfast, fast +, fast -, excellent, good -, good dan

seterusnya.

Page 10: ACARA 1 TTCK A2

3. Metode Westhinghouse, mengerahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap

mempengaruhi kenormalan atau ketidaknormalan dalam bekerja, yaitu

ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam

kelas-kelas dengan nilainya masing-masing, namun keempat faktor tersebut harus

digunakan secara bersama-sama dalam menentukan faktor Rf.

4. Metode Syntethic, untuk mengevaluasi tempo kerja operator berdasar nilai waktu

yang ditetapkan lebih dahulu. Rasio untuk menghitung indeks performansi dapat

dirumuskan sebagai: R = P/A

Dimana:

R = faktor penyesuaian

P = predetermined time untuk elemen kerja yang diamati

A = rata-rata dari waktu elemen kerja yang diamati

Work study dapat digunakan untuk menganalisis pekerjaan dengan maksud

untuk memperbaikinya maupun meningkatkannya, dengan kata lain harus

dipergunakan teknik-teknik dari method study dan work measurement yang

merupakan bagian dari work study untuk menjamin pendayagunaan sumber-sumber

manusia dan material. Bagian yang terpenting dari studi gerak dan studi waktu adalah

terlaksananya penerapan desain metoda pada proses produksi yang juga merupakan

perbaikan metoda yang sudah ada karena desain metoda merupakan suatu bentuk

pemecahan masalah yang kreatif yang memberi masukan pada proses umum

pemecahan masalah (Barnes, 1980).

Studi gerak dan studi waktu adalah sebuah usaha efisiensi dalam suatu proses

produksi di industri. Sebuah studi gerak dan waktu akan digunakan untuk

mengurangi jumlah gerakan dalam menyelenggarakan suatu operasi untuk

meningkatkan produktivitas. Percobaan paling terkenal dalam hal studi gerak dan

studi waktu adalah percobaan yang dilakukan oleh Frank Gilbreth. Dengan hati-hati

Frank Gilbreth meneliti pekerjaan tukang batu, Gilbreth mengurangi jumlah gerakan

dalam meletakkan batu bata dari 18 menjadi sekitar 5. Oleh karena itu, kedua pekerja

tukang batu itu mengalami peningkatan produktivitas dan penurunan kelelahan.

Page 11: ACARA 1 TTCK A2

Gilbreths mengembangkan apa yang disebut dengan therbligs ("therblig" menjadi

"Gilbreth" yang dieja terbalik), sebuah skema klasifikasi yang terdiri dari 18 dasar

gerakan tangan. Gilbreths menunjukkan pentingnya lingkungan kerja total dengan

mengurangi gerakan yang tidak perlu (Niebel, 1993).

Studi waktu diperlukan antara lain untuk (Sutalaksana, 1979):

1. Perhitungan upah bagi tenaga kerja langsung maupun tak langsung.

2. Penentuan jadwal dan perencanaan tenaga kerja

3. Penentuan biaya standar dan estimasi biaya produksi sebelum diproduksi.

4. Menentukan efektifitas mesin, jumlah mesin yang dioperasikan oleh tenaga kerja.

Kata ergonomi berasal dari 2 kata yunani, yaitu ‘ergos’ yang berarti kerja dan

‘nomos ‘yang berarti aturan-aturan. Di Amerika, digunakan istilah ‘human

engineering’ dan di benua eropa digunakan istilah ‘biotechnic’ yang sering dipakai

untuk mewakili kata ergonimi. Seorang desainer industri harus memikirkan aspek

teknik, ergonomi, dan estetika dalam meranjang produk industri. Karena tujuan dasar

desain industri adalah (Hurst, 2006) :

a. Produk hasrus memuaskan masyarakat dari segi ergonomi.

b. Produk-produk harus memenuhi kebutuhan alami manusia.

Dalam sistem ergonomi, terdapat beberapa macam metode ergonomi, antara

lain (Wignjosoebroto, 2003) :

1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat

kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomic checklist dan

pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari

yang sederhana sampai kompleks.

2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat

diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak

pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan

dimensi fisik pekerja.

3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya

dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan

siku, keletihan, sakit kepala, dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan

Page 12: ACARA 1 TTCK A2

parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan, dan lain-lain.

Pengukuran kerja (work measurement) merupakan salah satu cara yang

digunakan untuk mengetahui waktu standar. Waktu standar adalah waktu yang

diperlukan seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu, bekerja

pada tingkat kecepatan yang berlanjut (sustainable rate), serta menggunakan metode,

mesin dan peralatan, material, dan pengaturan tempat kerja tertentu. Penentuan waktu

standar merupakan masukan penting bagi perencanaan tenaga kerja produksi (biaya,

dan jumlah yang diperlukan), perencanaan proses produksi (penjadwalan, pembagian

tugas, keseimbangan beban, dan waktu produksi), dan penentuan sistem insentif

(Herjanto, 2007).

Waktu baku yang diukur dengan baik, yakni setelah rancangan alat, tata letak

ruangan, pencahayaan ruangan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan

gerakan-gerakan yang ekonomis (kelelahan minimal), akan meningkatkan motivasi

operator dalam bekerja. Dengan diketahuinya waktu baku, maka akan diperoleh hal-

hal sebagai berikut (Supardan, 1996) :

1. Bisa dihitung jumlah mesin yang dipergunakan untuk menghasilkan sejumlah

permintaan dalam periode produksi tertentu.

2. Bisa dihitung jumlah operator.

3. Bisa dirancang materi dan metoda-metoda pelatihan bagi operator.

4. Bisa ditentukan jadwal produksi.

5. Bisa disusun aturan bosun/upah peransang.

6. Bisa menjadi acuan prestasi kerja operator.

7. Bisa menaksir biaya produksi.

Westinghouse Company memperkenalkan sistem yang lebih lengkap

dengan sistem-sistem lain, yang telah ada sebelumnya. Westinghouse

menyebutkan bahwa kecakapan (skill), usaha (effort), kondisi kerja (working

condition), dan keajegan (consistency) merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja manusia. Untuk ini Westinghouse telah berhasil membuat

suatu tabel performance taring yang berisikan nilai-nilai angka yang berdasarkan

Page 13: ACARA 1 TTCK A2

tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Waktu normal untuk

suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang

operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada

kecepatan atau tempo kerja yang normal. Walaupun demikian pada prakteknya

kita akan melihat bahwa tidaklah bisa diharapkan operator tersebut akan mampu

bekerja secara terus menerus sepanjang hari tanpa adanya interupsi sama sekali.

Disini kenyataannya operator akan sering menghentikan kerja dan membutuhkan

waktu-waktu khusus untuk keperluan seperti personal needs, istirahat melepas

lelah, dan alasan-alasan lain yang diluar kontrolnya. Personal allowance

umumnya diaplikasikan seabagai prosentasi tertentu dari waktu normal dan bisa

berpengaruh pada handling time maupun machine time (Anonim1, 2012).

Page 14: ACARA 1 TTCK A2

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat

a. Stopwatch

b. Kamera

c. Alat tulis

Page 15: ACARA 1 TTCK A2

B. Prosedur Praktikum

Ditentukan stasiun kerja yang akan diamati (stasiun kerja pembentukan)

Untuk pekerja yang bekerja mandiri dan terlihat adanya keseimbangan beban kerja tangan kiri dan kanan dibuat peta tangan kiri tangan kanan.Untuk pekerja yang bekerja melayani mesin, dibuat peta pekerja mesin. Untuk

pekerja yang bekerja secara berkelompok dengan pekerja lain maupun dengan mesin dibuat peta proses kelompok kerja.

Diamati proses produksi sesuai dengan elemen-elemen gerakan daarnya

Elemen gerakan dasar tersebut dikelompokan menjadi elemen kerja yang mudah diidentifikasi dan mudah diukur

Dilakukan studi gerak dengan membuat peta kerja setempat

Page 16: ACARA 1 TTCK A2

Untuk peta tangan kiri tangan kanan, setiap kali operator memulai kegiatan, aktivitas tangan kiri dan tangan kanan di amati. Pada saat salah satu tangan

berubah aktivitasnya, dicatat aktivitas tangan yang lainnya. Demikian seterusnya sampai aktivitas selesai.

Untuk peta pekerja mesin atau peta proses kelompok kerja, saat operator pertama (atau mesin) mulai bekerja, aktivitas kerja operator lain diamati. Saat

salah satu aktivitas operator (atau mesin)berubah ,dicatat aktivitas yang dilakukan oleh operator lain dan waktunya dicatat.

Dilakukan studi waktu terhadap setiap elemen kerja

Untuk mengetahui apakah data waktu yang diamati sudah memenuhi kecukupan data, setelah 20 siklus, diuji terlebih dahulu kecukupan datanya.

Dibuat tabel untuk tabulasi data

Jika data belum mencukupi,diambil data lagi.

Page 17: ACARA 1 TTCK A2

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Ditentukan rating factor dan allowance factor. Penentuan kedua faktor ini berdasarkan pengamatan.

Rating factor ditentukan dengan mengamati dan membandingkan dengan pekerjaan lain yang bekerja normal.

Allowance factor dengan mencatat jumlah waktu yang diperlukan pekerja(di stasiun yang diamati) untuk tidak bekerja (bukan pada jam istirahat),

dibandingkan dengan total jam kerjanya.

Waktu normal dan waktu baku dihitung

Metode kerja berdasarkan peta kerja yang telah dibuat dievaluasi.

Page 18: ACARA 1 TTCK A2

A. Hasil

1. Tabel Hasil Pengamatan

a. Tabel Data Proses Produksi

No Stasiun Kerja

∑ Xi ∑ Xi2 (∑ Xi)2 N ' Waktu Siklus (s)

Waktu Normal

(s)

Waktu Baku (s)

1 Pengadukan 4279 1831079 18309841 0,021 427,150 509,201 572,45

2 Penggilingan 2108 444404 4443664 0,034 210,600 244,644 267,692

3 Pembentukan 27,84 77,5902 775,0656 0,432 2,790 3,266 3,649

4 Pengovenan 3188 1016390 10163344 0,022 318,250 372,3525 372,3525

5 Pengemasan 35,26 112,3293 1243,2676 0,001 3,5395 4,318 4,736

b. Tabel Data Stasiun Kerja Pembentukan

No Elemen Kerja

∑ Xi ∑ Xi2 (∑ Xi)2 N ' Waktu Siklus

Waktu Normal

Waktu Baku

1 Mengambil adonan

9,47 8,9723 89,6809 0,187776884 0,957 1,10055 1,207140507

2 Memutar adonana

14,2 18,4 201,64 1,507637374 1,29 1,4835 1,62718

3 Meletakkan adonan

4,42 2,4426 19,5364 0,090088246 0,552 0,6072 0,666009

2. Grafik Peta Kontrol

a. Elemen Kerja : Mengambil Adonan

Page 19: ACARA 1 TTCK A2

∑ = 19,14

X = 0,957

σ=√∑ ( xi−x )2

n−1

=√(1−0 ,957)2+(0,9−0 ,957)2+.. . .. .. .. . .. .+(0 ,97−0 ,957 )2

20−1= 0,06139604

σ x = ❑√N = 0,013728572

BKA = x + 3 (σ x )= 0,957 + (3. 0,013728572)= 0,998185715

BKB = x - 3 (σ x )= 0,957 - (3. 0,013728572)= 0,915814285

0 5 10 15 20 250

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

MENGAMBILBKABKBRATA-RATA

b. Elemen Kerja : Memutar Adonan

∑ = 25,8

Page 20: ACARA 1 TTCK A2

X = 1,29

σ=√∑ ( xi−x )2

n−1

=√(1,3−1,29 )2+(1,4−1 ,29)2+ .. .. . .. .. . .. .+(1−1 , 29)2

20−1= 0,188902648

σ x = ❑√N = 0,042239916

BKA = x + 3 (σ x )= 1,29+ (3. 0,042239916)= 1,416719749

BKB = x - 3 (σ x )= 1,29 - (3. 0,042239916)= 1,163280251

0 5 10 15 20 250

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

MEMUTAR ADONANBKABKBRATA-RATA

c. Elemen Kerja : Meletakkan Adonan

∑ = 11,04

Page 21: ACARA 1 TTCK A2

X = 0,552

σ=√∑ ( xi−x )2

n−1

=√(0 ,56−0 ,552 )2+(0 ,53−0 ,552)2+. . .. .. .. . .. ..+(0 , 57−0 ,552 )2

20−1= 0,024192213

σ x = ❑√N = 0,005409543

BKA = x + 3 (σ x )= 0,552+ (3. 0,005409543)= 0,56822863

BKB = x - 3 (σ x )= 0,552 - (3. 0,005409543)= 0,53577137

0 5 10 15 20 250.46

0.48

0.5

0.52

0.54

0.56

0.58

0.6

0.62

MELETAKKANBKABKBRATA-RATA

3. Perhitungan Stasiun Kerja Terpiliha. Stasiun Kerja Terpilih : Pembentukan

Page 22: ACARA 1 TTCK A2

No Stasiun Kerja

∑ xi (∑ xi )2 N’ Waktu Siklus

(s)

Waktu Normal

(s)

Waktu Baku

(s)

1 Pembentukan 27,84 775,0656 0,728 2,7855 3,266 3,649

Uji Kecukupan Data:

95% tingkat kepercayaan10% tingkat ketelitian

N’ = ((2/0,1 )√ N∑ Xi2−(∑ Xi )2

∑ Xi )2

= (20√10(77,5902)−(27,84 )2

27,84 )2

= 0,728

N’ < N (data mencukupi)

b. Elemen Kerja Pada Stasiun PembentukanNo

Elemen Kerja

∑ Xi ∑ Xi2 (∑ Xi )2 N ' Waktu

Siklus

Waktu Norma

l

Waktu Baku

1 Mengambil adonan

9,47 8,9723 89,6809 0,187776884

0,957 1,10055 1,207140507

2 Memutar adonana

14,2 18,4 201,64 1,507637374

1,29 1,4835 1,62718

3 Meletakkan adonan

4,42 2,4426 19,5364 0,090088246

0,552 0,6072 0,666009

Uji Kecukupan Data:

Page 23: ACARA 1 TTCK A2

1. Elemen Kerja Mengambil Adonan

95% tingkat kepercayaan10% tingkat ketelitian

N’ = ((2/0,1 )√ N∑ Xi2−(∑ Xi )2

∑ Xi )2

= (20√10(8,9723 )−( 9,47)2

9,47 )2

= 0,187776884

N’ < N (data mencukupi)

2. Elemen Kerja Memutar Adonan

95% tingkat kepercayaan10% tingkat ketelitian

N’ = ((2/0,1 )√ N∑ Xi2−(∑ Xi )2

∑ Xi )2

= (20√11(18,4 )−(14,2)2

14,2 )2

= 1,507637374

N’ < N (data mencukupi)

3. Elemen Kerja Meletakkan Adonan

95% tingkat kepercayaan10% tingkat ketelitian

N’ = ((2/0,1 )√ N∑ Xi2−(∑ Xi )2

∑ Xi )2

Page 24: ACARA 1 TTCK A2

= (20√8(2,4426 )−(4,42)2

4,42 )2

= 0,090088246

N’ < N (data mencukupi)

WAKTU NORMAL DAN WAKTU BAKU1. Stasiun Kerja Pembentukan

Skill Good C2 +0,11Effort Excellent B1 +0,02Condition Good C +0,02Consistency Excellent B +0,03 +

+0,18Waktu Normal = 2,678 x (1 + 0,18)

= 244,296 s

% allowance = 2298 s dlam 6 jam

= 2298

6×3600x 100 % = 10,64 %

Waktu baku = 3,266 x

100 %100 %−10 , 64 %

=3649 s

2. Elemen Kerja : Mengambil adonan

Skill Good C2+0,08Effort Good C1+0,05Condition Average +0,02Consistency Good +0,00

+0,15

Waktu Normal = 0,957 x (1+0,15) = 1,1005 s

Waktu baku = 1,1005 x

100 %100 %−8 , 83%

= 1,21 s

Page 25: ACARA 1 TTCK A2

3. Elemen Kerja : Meletakan Adonan

Skill Superskill A1 +0,03Effort Superskill A1 +0,05Condition Average +0,02Consistency Ideal +0,00 +

+0,10

Waktu Normal = 0,552x (1+0,1) = 0,61 s

Waktu baku = 0,61 x

100 %100 %−8 , 83 %

=1,62718 s

4. Elemen Kerja : Memutar Adonan

Skill Superskill A1 +0,03Effort Superskill A1 +0,05Condition Average +0,02Consistency Ideal +0,00 +

+0,10

Waktu Normal = 0,552x (1+0,1) = 0,61 s

Waktu baku = 0,61 x

100 %100 %−8 , 83 %

=1,62718 s

4. Peta Kerja Setempat

Page 26: ACARA 1 TTCK A2

B. Pembahasan

Praktikum Teknik Tata Cara Kerja acara pertama ini berjudul “Studi Waktu

dan Studi Gerak”. Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat mengidentifikasi

elemen gerakan dasar yang dilakukan dalam proses produksi, praktikan dapat

mengelompokkan elemen gerakan dasar menjadi elemen kerja yang teridentifikasi

dan terukur untuk keperluan studi gerak dan studi waktu, praktikan dapat menentukan

waktu siklus, waktu normal, rating factor, allowance factor dan waktu baku bagi

perkerjaan tersebut dan melakukan analisa kerja menggunakan Peta Tangan kiri

Tangan Kanan, Peta Pekerja Mesin dan Peta Proses Kelompok Kerja.

Untuk melakukan praktikum ini kelompok A2 melakukan kunjungan di suatu

industry roti bernama “Roti Bangkit”. Roti Bangkit merupakan industri yang berskala

rumahan. Industri ini berlokasi di Jalan janti Blok O. Industri pembuatan Roti

Bangkit berdiri sejak tanggal 1997 yang didirikan oleh Bapak Asep, beliau tinggal di

Solo, karena lokasi industri yang berada di Yogyakarta maka Bapak Asep

memberikan tanggung jawab penuh industrinya kepada Bapak Dedek. Industri

pembuatan Roti Bangkit memiliki kapasitas produksi sebanyak 16000 bungkus per

hari. Dalam industri pembuatan Roti Bangkit terdapat beberapa stasiun kerja yaitu

stasiun pengadukan, stasiun kerja penggilingan, stasiun kerja produksi, stasiun kerja

penegembangan, stasiun kerja pengovenan, stasiun kerja pendinginan dan stasiun

kerja pengemasan .

Berjalannya industri Roti Bangkit ini pasti tidak lepas dari campur tangan para

tenaga kerjanya. Industri ini memiliki 55 orang tenaga kerja. Dimana 16 orang tenaga

kerja bekerja di bagian produksi. 16 orang ini beberapa bertugas untuk

mengoperasikan mesin seperti mesin rolling, mixer, oven dan mesin pengaduk,

menimbang bahan yang akan digunakan, memindahkan adonan, membentuk adonan

dan membuat isian roti. 6 orang bekerja di bagian pengemasan. 6 orang ini

memasukkan setiap roti ke dalam sebuah kemasan plastik yang telah dicantumkan

nama Roti Bangkit disana. 33 orang mendistribusikan roti bangkit ke warung-warung

di dalam kota Yogyakarta dan Temanggung. Pembagiannya 29 pekerja di Yogyakarta

dan 4 orang di Temanggung. Setiap tenaga kerja tidak memiliki tugas ganda. Atau

Page 27: ACARA 1 TTCK A2

dengan kata lain setiap pekerja hanya melakukan pekerjaan yang telah di tentukan

saja. Jam produksi dari jam 07.30-13.00 WIB. Jam kerja tidak ditentukan secara

khusus tetapi disesuaikan pada tercapainya target produksi. Sedangkan hari kerjanya

yaitu hari Senin sampai hari Sabtu.

Dalam melakukan praktikum ini langkah pertama yang harus di lakukan

adalah menentukan stasiun kerja yang akan di amati sebagai objek kajian, misalnya

dalam praktikum ini kelompok A2 memilih stasiun kerja pembentukan. Data studi

waktu yang diambil dari setiap elemen kerja adalah sebanyak 20 siklus atau lebih.

Untuk mengetahui apakah data waktu yang diamati sudah memenuhi kecukupan data

atau belum dilihat melalui uji kecukupan data, apabula setelah di uji dengan uji

kecukupan data, data yang di peroleh belum memenuhi maka data harus diambil

kembali. Untuk membuat kumpulan data lebih rapi maka data yang telah diambil

kemudian dimasukkan kedalam table data yang berisi nomer operasi dan waktu

operasi. Setelah itu, ketika semua data sudah dinyatakan cukup maka data tersebut

dapat masuk dalam langkah berikutnya yaitu penentuan raiting factor dan allowance

factor dari setiap elemen kerja yang dapat di tentukan berdasarkan pengamatan.

Raiting factor dapat di peroleh dengan mengamati dan membandinkan dengan

pekerja lain yang bekerja normal. Allowan di perlukan pekerja unce factor dengan

mencatat jumlah waktu yang di perlukan pekerja (di stasiun kerja yang di amati)

untuk tidak bekerja ( bukan pada jam istirahat), di bandingkan dengan total jam

kerjanya. Kemudian dari data 20 siklus yang mencukupi dapat dihitung waktu normal

dan waktu baku yang dapat di ambil dari setia elemen kerja, kemudian dilakukan

pengevaluasian berdasarkan peta kerja yang dibuat dan pembuatan peta kerja tangan

kiri tangan kanan.

Dalam industri pembuatan Roti Bangkit terdapat beberapa stasiun kerja,

stasiun kerja yang terdapat pada industri pembuatan Roti Bangkit yaitu stasiun

penimbangan, penimbangan dilakukan oleh seorang pekerja dengan menggunakan

alat timbangan, bahan yang di timbang meliputi gula, garam, mentega, ragi, obat

pengembang , dan air. Pekerja melakukan kegiatan penimbangan dengan posisi

berdiri. Kemudian bahan bahan yang sudah di timbang akan di satukan dalam mesin

Page 28: ACARA 1 TTCK A2

pengadukan pada stasiun kerja pengadukan, bahan bahan yang akan diaduk diangkat

terlebih dahulu dan dimasukkan dalam mesin pengaduk. Mesin pengaduk dioprasikan

oleh 1 orang pekerja dengan posisi badan sesekali membungkuk dan tangan

membolak balik adonan. Pekerjaan ini dilakukan kurang lebih selama 7 menit dalam

sekali siklus pengadukan dengan kapasitas pengadukan kurang lebih 35kg. Kemudian

adonan diangkat oleh seorang pekerja dari elemen pengadukan untuk dipindahkan ke

tempat adonan yang telah di siapkan. Adonan diangkat dengan menggunakan kedua

tangan diangkat setinggi panggul pekerja. Untuk selanjutnya adonan akan mengalami

proses selanjutnya namun sebelumnya adonan di diamkan terlebih dahulu di dalam

tempat adonan selama 10 menit agar adonan mengembang. Kemudian setelah adonan

mengembang adonan sebanyak 12,5kg di pindahkan oleh satu orang pekerja yang

mengoprasikan mesin rolling pemindahan dilakukan dengan cara manual dengan

mengangkat adonan ke mesin perollinga dengan menggunakan kedua tangan dengan

posisi pekerja membungkuk dan kemudian berdiri, kemudian saat melakukan

perolingan pekerja mengangkat adonan kemudian di lemparkan ke bagian atas mesin

rolling agar adonan terrolling ke bawah , perollingan dilakukan selama 3-4 menit

sampai adonan kalis. Setelah adonan kalis, maka adonan dipindahkan ke meja

pembentukan sebelum di bentuk adonan yang kalis di potong menjadi bagian kecil

oleh seorang pekerja agar mudah di bentuk. Setelah di potang potong adonan di

bentuk menjadi bulat penbentukan dilakukan di atas meja produksi dan dilakukan

oleh 8 pekerja. Dengan posisi kerja berdiri tegak dengan posisi tangan di bawah bahu,

lurus dengan panggul. Setelah itu, adonan yang telah di bentuk di tata dengan rapi

kedalam Loyang kemudian Loyang diantar kebagian pemanggangan oleh I pekerja.

Pemindah Loyang dilakukan dengan menggunakan troli. Sebelum pemanggangan

adonan yang telah di bentuk diolesi terlebih dahulu ngan menggunakan campuran ait,

gula dan telur. Pengolesan silakukan oleh seorang pekerja dengan bantuan kuas.

Setelah pengolesan adonan didiamkan selama 5jam agar adonan mengembang.

Pengembangan dilakukan di ruangan pengovenan dengan di tutupi terpal. Setelah 5

jam apabila cuaca pada hari itu baik maka pengovenan dapat dilakukan pada pukul

14.00 dengan lama pengovenan selama 3 menit dan dilakukan oleh 2 pekerja. Setelah

Page 29: ACARA 1 TTCK A2

dioven, adonan yang telah di oven, di angkat dan didinginkan di ruangan depan

dengan bantuan kipas angina dan sebagian dengan bantuan angina alami. Setelah

pendinginan, apabila roti sudah mulai dingin maka, roti siap di beri selai atau isian,

setelah semua roti diberi selai maka untuk proses selanjutnya roti siap untuk di kemas

dan di simpan pada Loyang-loyang yang sudah bersih.

Dalam praktikum studi waktu dan studi gerak terdapat suatu istilah yang

sangat berpengaruh pada penelitian seperti yang pertama adalah waktu baku atau

waktu standar. Waktu baku adalah  waktu yang dibutuhkan secara wajar bagi seorang

pekerja yang normal untuk menyelesaikan pekerjaan yang dijalankan dengan system

yang terbaik dan dengan waktu yang terbaik.

Kelebihan metode waktu baku:

1. Proses perhitungan lebih cepat

2. Setiap jenis gerakan waktunya diketahui

3. Biayanya lebih murah

Kekurangan motode waktu baku:

1. Dibutuhkan ketelitian bagi seorang pengamat yang melakukan perhitungan,

karena akan mempengaruhi hasil perhitungan.

2. Terjadi ketidak wajaran dalam proses perhitungan waktu yang dapat

disebabkan oleh kondisi pekerja dan situasi tempat kerja ( kondisi pekerjaan)  

Istilah yang kedua yaitu waktu normal, yang di maksud dengan waktu normal

adalah waktu siklus yang diberi faktor penyesuaian atau dengan kata lain, waktu yang

dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan mempertimbangkan

kecakapan pekerja, usaha saat bekerja, kondisi pekerja dan konsistensinya dalam

bekerja. Pertimbangan-pertimbangan seperti kecakapan (skill), effort (usaha),

condition, dan consistensy inilah yang disebut dengan raiting factor. Dan yang

selanjutnya adalah allowance factor. Yang dimaksud dengan allowance factor

merupakan factor kelonggaran di mana pekerja boleh berhenti bekerja ( saat waktu

bukan istirahat). Contohnya pekerja di beri waktu sesaat untuk ke kamar mandi,

minum, mengelap keringat, dll. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk

Page 30: ACARA 1 TTCK A2

kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak

dapat dihindarkan.Ketiga faktor tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1.   Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (personal allowance)

Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum

sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan

teman sekerja sekadar untuk menghilangkan ketegangan dalam kerja. Besarnya

kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari

satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik

sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian ternyata

besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita.

2.   Kelonggaran untuk menghilangkan fatique (fatique allowance)

Rasa lelah tercerminn antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah

maupun kualitas. Jika rasa lelah telah datang dan pekerja harus bekerja untuk

menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih

besar dari normal dan ini akan menambah lelah.  Bila hal ini terus berlangsung maka

anggota tubuh yang bersangkutan tidak akan dapat melakukan kerja sama sekali

walaupun diinginkan. Adapun hal-hal yang diperlukan pekerja untuk menghilangkan

lelah adalah melakukan peregangan otot, pergi keluar ruangan untuk menghilangkan

lelah dan lain sebagainya.

3.   Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan (delay allowance)

Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari hambatan yang

tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk

mengendalikannya.  Perhitungan kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak

terhindarkan dilakukan dengan suatu teknik sampling tersendiri karena besarnya

hambatan untuk kejadian semacam ini sangat bervariasi dari suatu pekerjaan ke

pekerjaan lain bahkan satu stasiun kerja ke stasiun kerja lain. Beberapa contoh

keterlambatan yang tak dapat dihindarkan antara lain: menerima petunjuk dari

pengawas, melakukan penyesuaian mesin, mengasah peralatan potong, dan lain

sebagainya.

Page 31: ACARA 1 TTCK A2

Dengan studi gerakan , bisa dianalisa gerakan-gerakan yang dilakukan oleh

seorang pekerja selama melakukan pekerjaannya. Berdasarkan studi ini, maka kita

bisa membuat Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri, yang merupakan alat dari studi

gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang lebih efisien, yaitu gerakan-

gerakan yang memang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Peta ini

menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan

oleh tangan kanan dan tangan kiri, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang

dibebankan pada tangan kanan dan tangan kiri ketika melakukan suatu pekerjaan.

Secara umum Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri mempunyai kegunaan

yang sebagai berikut :

1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.

2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak

produktif, sehingga akan dapat mempersingkat waktu.

3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.

4. Sebagai alat untuk melatih pekerja baru, dengan cara kerja yang ideal.

Suatu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan ekonomis, sehingga perlu diketahui

prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan tubuh manusia

dan gerakannya.

a. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama pada waktu

istirahat.

b. Kedua tangan sebaiknya bergerak simetris dan berlawanan arah antara satu

dengan yang lain.

c. Gerakan badan harus dihemat, yaitu dengan menggerakkan anggota badan

yang diperlukan saja.

d. Memanfaatkan momentum pada saat bekerja untuk mengurangi kerja otot.

Page 32: ACARA 1 TTCK A2

e. Gerakan yang patah-patah dan perubahan arah yang banyak akan

memperlambat gerakan.

f. Gerakan balistik akan lebih menyenangkan, cepat dan lebih teliti dari pada

gerakan yang dikendalikan.

g. Pekerjaan yang dirancang semudah-mudahnya sesuai dengan irama kerja yang

alamiah pada pekerja.

h. Gerakan mata diusahakan sedikit mungkin.

2. Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan pengaturan tata

letak tempat kerja.

a. Sebaiknya diusahakan bahan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.

b. Tempatkan bahan-bahan di tempat yang mudah, cepat dan enak untuk dicapai.

c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan

prinsip-prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia di

tempat yang dekat untuk diambil.

d. Sebaiknya untuk menyalurkan obyek yang sudah selesai, dirancang

mekanisme penempatan yang baik.

e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga

gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan terbaik.

f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga gerakan-

gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan terbaik.

g. Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga pekerja yang mendudukinya

bersikap pada anatomi yang baik.

h. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa

sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.

3. Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan perancangan peralatan.

a. Tangan dibebaskan dari semua pekerjaan jika pekerjaan dapat menggunakan

alat pembantu yang dapat digerakkan dengan kaki.

b. Peralatan dirancang sedemikian rupa sehingga mempunyai lebih dari satu

kegunaan, mudah dalam pemegangan dan penyimpanan.

Page 33: ACARA 1 TTCK A2

c. Beban yang didistribusikan pada jari yang bekerja sendiri-sendiri harus sesuai

dengan kekuatan masing-masing jari.

d. Roda tangan, palang dan peralatan sejenis diatur sedemikian rupa sehingga

badan dapat melayani dengan posisi yang baik dan menggunakan sedikit

tenaga.

Aplikasi industri dalam sekala besar atas adanya studi waktu dan studi gerak

yang baik adalah sebagai rangka mencapai efisiensi waktu dan peningkatan volume

produksi, dasar penentuan upah standar bagi pekerja, dasar penentuan mesin

produksi, penentuan jumlah tenaga kerja, dan penentuan luas dan tata letak prodiksi.

Contoh aplikasi dari studi gerak dan waktu misalkan pada pabrik rokok Djarum

khususnya pada pembuatan rokok kretek tangan. Para pekerja yang kebanyakam

adalah wanita harus memaksimalkan kerja tangan kanan dan tangan kirinya agar dpat

melinting rokok dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat.

Page 34: ACARA 1 TTCK A2

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pada stasiun kerja pembentukan elemen kerja untuk tangan kanan meliputi

mengambil adonan, memutar-mutar adonan,sedangkan untuk tangan kiri

meliputi memutar-mutar adonan dan meletakkan adonan

2. Pada saat mengambil adonan hanya digunakan tangan kiri sehingga adonan

yang telah diambil hanya sedikit.

3. Waktu siklus stasiun kerja pembentukan sebesar 2,790 s

Waktu normal pada pekerja untuk elemen kerja mengambil adonan adalah

1,10055 s, elemen kerja memutar-mautar adonan adalah 1,4835 s, elemen

kerja meletakkan adonan adalah 0,6072 s

Rating factor sebesar 0,18. Allowance factor sebesar 18%

Waktu baku pada pekerja untuk elemen kerja mengambil adonan adalah1,207

s, elemen kerja memutar-mautar adonan adalah 1,627 s, elemen kerja

meletakkan adonan adalah 0,667 s.

4. Menurut hasil diskusi yang kami lakukan analisa kerja menggunakan tangan

kiri tangan kanan pada stasiun kerja pengolesan mentega sudah cukup baik.

Page 35: ACARA 1 TTCK A2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2000. Pengukuran Waktu Kerja. Dalam

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=9&submit.x=9&submit.y=12&

submit=next&qual=high& submitval=next&fname=%2Fj iunkpe%2F s

1%2 Ftmi%2F2000%2Fj iunkpe-ns-s1 -2000-25495100-12713 -

peningkatan- chapter2.pdf. Diakses pada 22 Maret 2013 pukul 21. 47 WIB.

Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study : Design and Measurement of Work.

New York :John Wiley and Sons.Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Jakarta : Grasindo

Hurst, Kenneth S. 2006. Engineering Design Principles. Elsevier Ltd. England.

Niebel, Benjamin (1993). Motion Study and Time Study. McGraw-Hill Book

Co. New York.

Miller, D. M. dan Schmidt, J. W. 1984. Industrial Engineering and Operational

Research. John willey and Sons. USASupardan. 1996. Ilmu teknologi dan Etika Cetakan Kedua. Jakarta: Gunung Mulia.

Wignjosoebroto, Sritomo, M.Sc. 2003 Ergonomi, Studi Gerak dan Studi

Waktu. Surabaya : Guna Widya.Sutalaksana,dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Teknik Industri Institut Teknologi

Bandung. Bandung

Wignjosoebroto, Iftikar, dkk.1995. Ergonomi, Study Gerak dan Waktu TeknikAnalisa

untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta: Penerbit Guna Widya.