laporan praktikum ttck acara 2-koreksi

52

Upload: wahyoe93

Post on 14-Nov-2015

66 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

referensi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSistem kerja merupakan gabungan dari beberapa atau seluruh komponen kerja yang saling berinteraksi satu dengan yang lain, dimana komponen-komponen tersebut antara lain adalah hardware, operator, software, lingkungan fisik dan organisasi. Sistem kerja yang baik tidak terlepas dari work place (tempat kerja) maupun langkah-langkah operasional tugas yang harus dilakukan dalam suatu pekerjaan.Aktivitas pemindahan bahan secara manual (manual material handling/MMH) merupakan aktivitas yang masih banyak dijumpai di berbagai industri di negara-negara berkembang, terutama Indonesia. Akan tetapi aktivitas MMH ini diidentifikasi beresiko besar sebagai penyebab utama penyakit tulang belakang (Low Back Pain). Beban kerja yang berat, postur kerja yang salah dan perulangan gerakan yang tinggi, serta adanya getaran terhadap keseluruhan tubuh merupakan keadaan yang memperburuk penyakit tersebut.Oleh karena itu dilakukan praktikum analisis ketidaknyamanan kerja dan postur kerja ini pada Omahe Bakpia guna mengidentifikasi ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pekerja beserta analisisnya.

B. Tujuan1. Praktikan dapat mengidentifikasi ketidaknyamanan terhadap kerja.2. Praktikan dapat melakukan analisis postur/sikap tubuh pekerja saat bekerja.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja meliputi : flexion, extension, abduction, adduction, rotation, pronation dan supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh (the median plane). Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh. Supination adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota tubuh (Tayyari, 1997).Ada empat kriteria yang dapat dijadikan sebagai pengukur yang baik tentang kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologi, dan sosiologis. Artinya suatu sistem kerja dinilai baik jika sistem ini memiliki efisiensi dan produktifitas yang tinggi, yang diukur dari waktu penyelesaian yang sangat singkat, tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikannya sangat sedikit dan akibat-akibat psikologi dan sosiologi yang ditimbulkan sangat minim (Sutalaksana, 1982). Tata letak tempat kerja yang ergonomis menekankan pada efektifitas kerja manusia pada perancangan produk, alat, mesin maupun sistem yang berbeda-beda. Lingkungan kerja yang tidak ergonomis dapat mempengaruhi postur kerja yang tidak alamiah timbul (Wignjosoebroto,1992):1. Kecelakaan kerja 2. Kesalahan kerja 3. Kemampuan adaptasi terhadap kondisi darurat kurang 4. Terjadinya cedera atau luka pada otot Metode OWAS (Ovako Working Postural Analysis system) adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui komplikasi rangka otot sehingga menyebabkan rasa sakit dan nyeri pada tubuh. OWAS adalah suatu metode ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi postural stress yang terjadi pada seseorang ketika sedang bekerja. Kegunaan dari metode OWAS adalah untuk memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja, sehingga performance kerja dapat ditingkatkan terus. Hasil yang diperoleh dari metode OWAS, digunakan untuk merancang metode perbaikan kerja guna meningkatkan produktifitas. Metode OWAS dibuat oleh O. Karhu yang berasal dari negara Finlandia pada tahun 1977 untuk menganalisa postural stress pada bidang pekerjaan manual (Diyan, 2010).OWAS merupakan metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan beban berat yang diangkat. Masing-masing anggota tubuh tersebut diklasifikasikan menjadi sikap kerja. Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa dan dievaluasi (Karhu, 1981):a. Sikap punggung1. Lurus2. Membungkuk3. Memutar atau miring kesamping4. Membungkuk dan memutarataumembungkukkedepan dan menyamping. Klasifikasisikapkerjabagianpunggung.b. Sikaplengan1. Kedualenganberada di bawahbahu2. Satu lenganberada pada ataudiatasbahu3. Kedualengan pada ataudiatasbahuKlasifikasisikapkerjabagianlenganc. Sikap kaki1. Duduk2. Berdiribertumpu pada kedua kaki lurus3. Berdiribertumpu pada satu kaki lurus4. Berdiribertumpu pada kedua kaki denganlututditekuk5. Berdiribertumpu pada satu kaki denganlututditekuk.6. Berlutut pada satuataukedualutut7. Berjalan

Klasifikasisikapkerjabagian kaki:a. Berat beban1. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W10 Kg )2. Berat beban adalah 10 Kg 20 Kg (10 KgW 20 Kg )3. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg(W 20 Kg )Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiridari empat level skala sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja.Kategori 1 : Pada sikap ini tidak masalah pada sistem muskuloskeletal.Tidak perlu perbaikan.Kategori 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan datang Physical FaktorPsychosocial Faktor.Kategori 3 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal, postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan. Perlu perbaikan segera mungkin.Kategori 4 : Pada sikap ini sangat berbahaya pada sistem muskuloskeletal,postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas. Perlu perbaikan secara langsung / saat ini juga. Berikut tabel merupakan tabel kategori tindakan kerja OWAS secara keseluruhan, berdasarkan kombinasi klasifikasi sikap dari punggung, lengan, kaki dan berat beban.

Tabel 1.KategoriTindakanKerja OWASTabel diatas menjelaskan klasifikasi postur-postur kerja ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur kerja dengan kode 2352, artinya postur kerja ini merupakan postur kerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4, yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal. Perlu perbaikan secara langsung atau saat ini (Anonim, 2010).Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah salah satu metode yang digunakan untuk menilai postur dalam kaitannya dengan gejala musculeskeletal disorders. REBA dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator (pekerja). Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja (Juwita, 2009).Pengembangan REBA menurut terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudutsudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja (Nur, 2009).Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapantahapan sebagai berikut (Nur, 2009) :1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.2. Penentuan sudutsudut dari bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masingmasing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masingmasing tabel.Gambar 1. Tabel dan Range pergerakan punggung

Gambar 2. Tabel dan Range pergerakan leher

Gambar 3. Tabel dan Range pergerakan kaki

Gambar 4. Tabel dan Range pergerakan lengan atas

Gambar 5. Tabel dan Range pergerakan lengan bawah Gambar 6. Pergelangan tangan

Gambar 7. Tabel A skor REBAGambar 8. Tabel B skor REBA

Gambar 9.Tabel C skor REBAGambar 10. Tabel level resiko dan tindakan

Gambar 11. Contoh REBA Scoring

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan1. Alata. b. Penggarisc. Pensild. Penghapuse. Kalkulatorf. Pulpen2. 3. Bahana. Kertasb. Foto postur pekerjaB. Prosedur Praktikum1. Metode OWAS dan REBASalah satu karyawan yang ada di stasiun kerja yang bekerja dengan postur kerja yang diperkirakan kurang nyaman diamati.

Pekerjaan tersebut dibagi berdasarkan elemen-elemen kerjanya.

Waktu tiap elemen dicatat dalam 1 hari.

Postur kerja dari pekerja didokumentasikan.

Postur kerja diobservasi, skor diberikan sesuai dengan pergerakan masing-masing anggota badan menggunakan OWAS dan REBA.

Metode OWAS dan REBA dibandingkan, disumpulkan aplikasinya dan dibahas dalam laporan.

2.Analisis What-IfStasiun kerja terpilih diamati area kerjanya.

Tabel What-If Analysis dibuat.

Kolom Number diisi dengan urutan nomor.Kolom What-if diisi dengan kemungkinan resiko bahaya yang terjadi pada stasiun kerja tersebut.Kolom Answer diisi dengan kemungkinan akibat yang mungkin timbul karena bahaya yang terjadi.Kolom Likelihood diisi dengan tingkat frekuensi kemungkinan terjadinya resiko bahaya.Kolom Consequence diisi dengan tingkat konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan akibat bahaya yang terjadi.Kolom recommendation diisi dengan rekomendasi dari penganalisis mengenai tindakan preventif yang harus dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya bahaya.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. PembahasanPraktikum teknik tata cara kerja acara 2 yang berjudul Analisis Kenyamanan kerja dan Postur Kerja ini bertujuan agar dalam praktikum ini praktikan Praktikan dapat mengidentifikasi ketidaknyamanan akibat kerja dan dapat melakukan analisis postur/sikap tubuh pekerja saat bekerja.Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) merupakan suatu metode untuk mengevaluasi dan menganalisa sikap kerja yang tidak nyaman dan berakibat pada cidera musculoskeletal. Prinsip metode OWAS adalah melakukan klasifikasi sederhana dan sistematis postur kerja yang dikombinasikan dengan tugas kerja pengamatan. Bagian sikap kerja dari pekerja yang diamati dalam metode OWAS meliputi pergerakan tubuh dari bagian punggung (back), lengan (arms), kaki (legs) dan beban (load). Metode OWAS ini dipakai karena memiliki kegunaan berupa dapat memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja, sehingga performance kerja dapat ditingkatkan terus. Hasil yang diperoleh dari metode OWAS digunakan untuk merancang metode perbaikan kerja untuk meningkatkan produktivitas.Sebelum melakukan analisis atau penilaian kerja dengan metode OWAS dan beberapa hal yang harus dilakukan yang pertama memilih salah satu elemen kerja pada semua stasiun kerja pada industri yang diamati dan karyawan tersebut bekerja dengan postur kerja yang ekstrim tau bahkan membahayakan (bisa diamati melalui foto atau video). Kemudian menimbang atau memperkirakan berat bahan yang ditangani dan menetapkan metode kerja yang standar. Setelah semua data tersebut telah tersedia maka baru dilakukan observasi kerja baik dengan metode OWAS.Cara penilaian dalam metode OWAS dimulai dari melakukankunjungan/observasi ke industri untuk pengambilan data postur, beban (tenaga), dan elemen kerja di tiap-tiap stasiun kerja. Setelah melakukan observasi untuk semua pergerakan dan memperoleh skor masing-masing pergerakan, masukkan dalam tabel kategori tindakan OWAS untuk mengetahui level (kategori) sikap.Pergerakan pertama yang dianalisis pada OWAS yaitu pergerakan tubuh bagian punggung (back) yang memiliki skor 1 untuk keadaan punggung lurus/tegak, skor 2 untuk punggung bungkuk ke depan, skor 3 untuk punggung miring kesamping, skor 4 untuk punggung bungkuk kedepan dan miring kesamping. Sedangkan untuk pergerakan tubuh bagian lengan(arms) memiliki skor 1 apabila kedua tangan dibawah bahu, skor 2 apabila satu tangan pada atau diatas bahu, skor 3 apabila kedua tangan pada atau diatas bahu. Kemudian untuk pergerakan tubuh bagian kaki memiliki skor 1 apabila dalam posisi duduk, skor 2 apabila berdiri dengan kedua kaki lurus, skor 3 apabila berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus, skor 4 apabila berdiri/jongkok dengan kedua lutut, skor 5 berdiri/jongkok dengan satu lutut, skor 6 apabila berlutut pada satu atau dua lutut, dan skor 7 apabila berjalan atau bergerak. Penilaian yang terakhir yaitu beban yang dibawa oleh pekerja yang memiliki skor 1 untuk beban dibawah 10kg, skor 2 untuk beban dengan berat antara 10-20kg, dan skor 3 untuk beban dengan berat lebih dari 20kg.Setelah itu, skor yang diperoleh di tabel kategori tindakan OWAS, menunjukkan kategori berat ringannya beban pekerjaan dan rekomendasi dari masing-masing kategori. Dari hasil analisis tersebut nantinya akan diperoleh salah satu dari 4 (empat) level sikap kerja yang meliputi : pekerjaan normal/ ringan (kategori 1), pekerjaan agak berat (kategori 2), pekerjaan berat (kategori 3), dan pekerjaan sangat berat (kategori 4). Untuk kategori pekerjaan ringan/normal (skor 1) belum dibutuhkan perbaikan terhadap posisi pekerja, untuk kategori pekerjaan agak berat (skor 2) diperlukan perbaikan di masa yang akan datang, untuk pekerjaan berat (skor 3) berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan sesegera mungkin, sedangkan untuk pekerjaan sangat berat (skor 4) juga berbahaya bagi sistem muskuloskeletal sehingga diperlukan perbaikan secara langsung saat itu juga.Setelah satu elemen selesai maka dilanjutkan pada elemen kerja yang lain dengan tahap yang sama dengan langkah diatas sampei semua elemen kerja pada stasiun kerja yang dipilih selesai dia analisis dengan metode ini.Cara penilaian diatas merupakan OWAS dengan kategori yang tidak berdasarkan waktu, sedangkan untuk penilaian skor OWAS yang berdasarkan waktu (jika waktu kerja pada postur tersebut kurang dari 8 jam sehari/ 100% working time) dapat diperoleh dengan membagi waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut (berdasarkan PPO) dengan waktu total keseluruhan, kemudian dikalikan 100% untuk dicocokkan dengan tabel OWAS yang berdasarkan waktu, namun yang dinilai hanya 3 kategori yaitu back, arms dan legs, untuk beban menyesuaikan dengan OWAS yang tidak berdasarkan waktu. Pada tabel yang terdapat pilihan dapat ditentukan mana yang seharusnya dipilih dengan cara apabila hasil bagi waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut (berdasarkan PPO) dengan waktu total keseluruhan lebih dari 5% maka dipilih 2, dan apabila kurang dari 5% maka dipilih 1.Metode OWAS biasa digunakan untuk mengevaluasi postural stress yang terjadi pada seseorang ketika sedang bekerja. Dengan metode ini, maka akan terlihat sikap kerja mana yang tidak nyaman dan berakibat pada cidera musculoskeletal dan dapat mengetahui komplikasi rangka otot yang dapat menyebabkan rasa sakit dan nyeri pada tubuh. Hasil dari metode OWAS ini akan digunakan juga untuk memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja, sehingga performance kerja dapat selalu ditingkatkan. Oleh karena itu akan dapat melakukan perancangan metode perbaikan kerja untuk meningkatkan produktivitas.Pada stasiun kerja pertama yaitu pencampuran adonan kulit, didapatkan elemen kerja yang paling kritis yaitu mencampurkan adonan. Saat mencampurkan adonan pekerja membungkuk (skor 2), kedua tangannya dibawah bahu (skor 1) dan bediri dengan kedua kaki lurus serta beban yang dibawa kurang dari 10kg sehingga didapatkan final skor berdasarkan tabel OWAS yaitu 1 dan termasuk kategori pekerjaan ringan. Sedangkan untuk penilaian OWAS yang berdasarkan waktu, pertama-tama waktu untuk mengambil adonan sekali dibagi dengan waktu totalnya dan dikalikan 100%. Waktu yang digunakan berdasarkan peta proses operasi (PPO), untuk elemen kerja mengambil adonan didapatkan hasil 3.14% (diantara 0-20% pada tabel) sehingga didapatkan dari tabel nilai untuk back 1, arm 1, dan leg 1, dengan tabel yang sebelumnya juga bisa didapatkan skor loadnya yaitu 1 sehingga final skor fase kerjanya 1.Kemudian pada stasiun kerja kedua yaitu pemipihan adonan didapatkan 3 elemen kerja yang paling kritis, yang pertama adalah mengambil adonan. Kajiannya yaitu saat mengambil adonan badan pekerja membungkuk sambil miring kesamping sehingga mempunyai skor 4, tangan dibawah bahu semua (skor 1), pekerja dalam posisi duduk (skor 1) dan beban yang dibawa kurang dari 10kg saat sekali pemipihan sehingga didapatkan final skor 2 dan termasuk pekerjaan kategori agak berat. Yang kedua adalah memasukkan adonan, pekerjanya dalam keadaan membungkuk kedepan (skor 2), kedua tangan diatas bahu (skor 3), dan pekerja dalam keadaan duduk (skor 1 ) dan beban yang dibawa kurang dari 10 kg (skor 1 ) sehingga didapatkan final skor 3 dan termasuk pekerjaan kategori berat. Yang ketiga yaitu saat pekerja mengeluarkan/menarik adonan, saat itu pekerja membungkuk kebelakang karena menarik adonannya sehingga diperoleh skor 2, tangan pekerja pada bahu dan pekerja duduk (skor 1) sehingga didapatkan final skor 3 dan termasuk pekerjaan kategori berat.Pada elemen mengambil adonan didapat persentase waktu 0,23 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada elemen memasukkan adonan didapat persentase waktu 0,21 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada elemen menarik adonan didapat persentase waktu 11,20 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada elemen menggulung adonan didapat persentase waktu 0,28 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1 sesuai dengan skor awal. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada elemen meletakkan adonan didapat persentase waktu 0,26 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan.Untuk stasiun kerja selanjutnya yaitu pengukusan kacang hijau, elemen kerja paling kritisnya yaitu saat pekerja mengangkat dandang yang berisi kacang hijau yang sudah selesai direbus dari dapur untuk dibawa ke stasiun kerja penggilingan kacang hijau. Saat mengangkat, pekerja dalam keadaan bungkuk (skor 2), kedua tangannya berada dibawah bahu (skor 1), kaki pekerja berjalan/bergerak (skor 7) dan beban yang dibawa lebih dari 20 kg kacang hijau, sehingga final skornya 3 dan termasuk pekerjaan berat. Sedangkan penilaian OWAS yang berdasarkan waktu, didapatkan hasil 6,67% lalu melalui tabel didapatkan skor untuk back 2, arm 1, dan leg 7 dan beban 3. Sehingga final skornya 1 dan termasuk pekerjaan ringan, berbeda dengan penilaian OWAS yang tanpa waktu (skor 3 dan termasuk pekerjaan berat), hal ini disebabkan karena meskipun pekerjaannya berat namun dilakukan dalam waktu yang cukup singkat maka termasuk pekerjaan yang ringan.Kemudian pada stasiun kerja pemotongan adonan kulit didapatkan elemen kerja yang paling kritis yaitu memotong adonan, saat itu pekerja membungkuk dengan tangan yang berada dibawah bahu sambil duduk dan membawa beban dibawah 10 kg (skor: 2-1-1-1) sehingga didapatkan final skornya 2 dan termasuk pekerjaan agak berat. Kemudian untuk penilaian OWAS yang berdasarkan waktu didapatkan hasil 0.83% sehingga bisa diperoleh skor untuk back nya 2, arm 1, legs 1, load 1, maka final skornya adalah 1 dan termasuk pekerjaan yang ringan.Pada stasiun kerja penggabungan sol dan kulit didapatkan elemen kerja yang paling kritis yaitu menggabungkan sol dan kulit bakpia, saat itu pekerja membungkuk dengan tangan yang berada dibawah bahu sambil duduk dan membawa beban dibawah 10 kg (skor: 2-1-1-1) sehingga didapatkan final skornya 1 dan termasuk pekerjaan ringan. Kemudian untuk penilaian OWAS yang berdasarkan waktu didapatkan hasil 4.16% sehingga bisa diperoleh skor untuk back nya 2, arm 1, legs 1, load 1, maka final skornya adalah 1 dan termasuk pekerjaan yang ringan.Selanjutnya, stasiun kerja penggilingan kacang hijau didapatkan elemen kerja yang paling kritis yaitu saat pekerja mengambil kacang hijau kukus yang masih didandang (dibawah) menggunakan gayung untuk dimasukkan ke mesin penggiling. Saat itu pekerja memebungkuk ke bawah sambil miring kesamping sehingga didapatkan skor 4, tangan pekerja keduanya dibawah bahu (skor 1 ), kaki pekerja bediri/jongkok dengan kedua lutut (skor 4) dan beban yang dibawa untuk sekali mengambil kurang dari 10kg (skor 1) sehingga didapatkan final skornya yaitu 4 dan termasuk kategori pekerjaan sangat berat. Kemudian untuk penilaian OWAS yang berdasarkan waktu didapatkan hasil 2.10% sehingga bisa diperoleh skor untuk back nya 2, arm 1, legs 2, load 1, maka final skornya adalah 1 dan termasuk pekerjaan yang ringan. berbeda dengan penilaian OWAS yang tanpa waktu (skor 4 dan termasuk pekerjaan sangat berat), hal ini disebabkan karena meskipun pekerjaannya berat namun dilakukan dalam waktu yang cukup singkat maka termasuk pekerjaan yang ringan.Selanjutnya stasiun kerja pengkumbuan kacang hijau didapatkan elemen kerja yang paling kritis taitu saat pekerja mengambil kumbu yang sudah selesai dikumbu untuk dimasukkan ke dalam baskom besar, saat ity pekerja dalam keadaan bungkuk (skor 2 ), kedua tangan dibawah bahu (skor 1), kaki pekerja berdiri atau jongkok dengan kedua lutut dan beban yang dibawa kurang dari 10 kg sehingga didapatkan final skor 3 dan termasuk pekerjaan berat. Kemudian untuk penilaian OWAS yang berdasarkan waktu didapatkan hasil 3.33% sehingga bisa diperoleh skor untuk back nya 2, arm 1, legs 2, load 1, maka final skornya adalah 1 dan termasuk pekerjaan yang ringan. Hal ini berbeda dengan penilaian OWAS yang tanpa waktu (skor 3 dan termasuk pekerjaan berat), hal ini disebabkan karena meskipun pekerjaannya berat namun dilakukan dalam waktu yang cukup singkat maka termasuk pekerjaan yang ringan.Kemudian pada stasiun kerja pengisian bakpia didapatkan elemen kerja yang paling kritis yaitu saat pekerja mengisi bakpia (merakit kulit dan isi). Saat itu pekerja membungkuk dengan tangan yang berada dibawah bahu sambil duduk dan membawa beban dibawah 10 kg (skor: 2-1-1-1) sehingga didapatkan final skornya 2 dan termasuk pekerjaan agak berat. Kemudian untuk penilaian OWAS yang berdasarkan waktu didapatkan hasil 1.67% sehingga bisa diperoleh skor untuk back nya 1, arm 1, legs 1, load 1, maka final skornya adalah 1 dan termasuk pekerjaan yang ringan.Pada stasiun kerja pengovenan bakpia didapatkan elemen kerja yang paling kritis yaitu saat pekerja membolak balik bakpia yang dioven, saat itu pekerja membungkuk (skor 2), kedua tangannya dibawah bahu (skor 1), sambil berdidi (skor 2) dan beban yang dibawa kurang dari 10 kg (skor 1) sehingga didapatkan final skor 2 dan termasuk pekerjaan agak berat. Kemudian untuk penilaian OWAS yang berdasarkan waktu didapatkan hasil 4.22% sehingga bisa diperoleh skor untuk back nya 1, arm 1, legs 1, load 1, maka final skornya adalah 1 dan termasuk pekerjaan yang ringan. Stasiun kerja yang terakhir yaitu pengemasan yang didapatkan elemen kritisnya yaitu saat pekerja mengambil bakpia untuk dimasukkan ke dalam plastik. Saat itu pekerja dalam keadaan membungkuk sambil miring kesamping (skor 4), kedua tangannya dibawah bahu (skor 1), posisi kaki sambil duduk/ berdiri/jongkok dengan kedua lutut (skor 6) dan beban yang dibawa kurang dari 10 kg (skor 1) sehingga didapatkan final skornya adalah 4 dan termasuk pekerjaan sangat berat. Kemudian untuk penilaian OWAS yang berdasarkan waktu didapatkan hasil 66.6% sehingga bisa diperoleh skor untuk back nya 3, arm 1, legs 4, load 1, maka final skornya adalah 3 dan termasuk pekerjaan yang berat.Untuk kategori pekerjaan ringan/normal (skor 1) belum dibutuhkan perbaikan terhadap posisi pekerja, untuk kategori pekerjaan agak berat (skor 2) diperlukan perbaikan di masa yang akan datang, untuk pekerjaan berat (skor 3) berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan sesegera mungkin, sedangkan untuk pekerjaan sangat berat (skor 4) juga berbahaya bagi sistem muskuloskeletal sehingga diperlukan perbaikan secara langsung saat itu juga.Untuk OWAS dengan stasiun kerja terpilih, prisip kerjanya adalah menganalisa postur kerja tiap elemen kerja pada stasiun keja agar dapar memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja.Tahap pertama dalam menganalisa OWAS pada stasiun kerja pemipihan adalah mengidentifikasi elemen kerja yang terdapat pada stasiun tersebut. Setelah didapat elemen kerja, yaitu mengambil adonan, memasukkan adonan, menarik adonan, menggulung dan meletakkan adonan, praktikan mengamati postur kerja pada tiap elemen kerja. Pada setiap elemen kerja memiliki beban kurang dari 10 kg sehingga tiap elemen diberi skor 1. Pada elemen kerja mengambil adonan, postur kerja bagian punggung bergerak miring ke samping sehingga skornya 3, bagian lengan kedua tangan bergerak di bawah bahu sehingga diberi skor 1 dan bagian kaki jongkok dengan kedua lutut sehingga diberi skor 4. Final skor pada elemen kerja didapat dari tabel kategori tindakan OWAS berdasarkan penilaian pada tiap bagian diatas, yaitu sebesar 3 yang menandakan pekerjaan mengambil adonan adalah kategori pekerjaan berat. Pada elemen memasukkan adonan, postur kerja bagian punggung bergerak lurus/tegak ke depan sehingga skornya 1, bagian lengan kedua tangan bergerak di atas bahu sehingga diberi skor 3 dan bagian kaki jongkok dengan kedua lutut sehingga diberi skor 4. Final skor pada elemen kerja didapat dari tabel kategori tindakan OWAS berdasarkan penilaian pada tiap bagian diatas, yaitu sebesar 2 yang menandakan pekerjaan memasukkan adonan adalah kategori pekerjaan agak berat. Pada elemen menarik adonan, postur kerja bagian punggung bergerak bungkuk ke depan sehingga skornya 2, bagian lengan kedua tangan bergerak dibawah bahu sehingga diberi skor 1 dan bagian kaki jongkok dengan kedua lutut sehingga diberi skor 4. Final skor pada elemen kerja didapat dari tabel kategori tindakan OWAS berdasarkan penilaian pada tiap bagian diatas, yaitu sebesar 3 yang menandakan pekerjaan menarik adonan adalah kategori pekerjaan berat. Untuk elemen menggulung adonan, postur kerja bagian punggung bergerak bungkuk ke depan sehingga skornya 2, bagian lengan kedua tangan bergerak dibawah bahu sehingga diberi skor 1 dan bagian kaki jongkok dengan kedua lutut sehingga diberi skor 4. Final skor pada elemen kerja didapat dari tabel kategori tindakan OWAS berdasarkan penilaian pada tiap bagian diatas, yaitu sebesar 3 yang menandakan pekerjaan menggulung adonan adalah kategori pekerjaan berat. Sedangkan pada elemen meletakkan adonan, postur kerja bagian punggung bergerak miring ke samping sehingga skornya 3, bagian lengan kedua tangan bergerak di bawah bahu sehingga diberi skor 1 dan bagian kaki jongkok dengan kedua lutut sehingga diberi skor 4. Final skor pada elemen kerja didapat dari tabel kategori tindakan OWAS berdasarkan penilaian pada tiap bagian diatas, yaitu sebesar 3 yang menandakan pekerjaan meletakkan adonan adalah kategori pekerjaan berat. Untuk skor pada fase kerja berdasarkan waktu didapat dari menghitung persentase lamanya postur kerja tersebut dalam 1 hari dibagi lama proses produksi dalam 1 hari. Berdasarkan persentase waktu kerja didapatkan skor baru pada tiap elemen untuk mencari skor fase kerja dengan bantuan tabel kategori tindakan OWAS dan skor pengamatan. Pada elemen mengambil adonan didapat persentase waktu 0,23 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada elemen memasukkan adonan didapat persentase waktu 0,21 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada elemen menarik adonan didapat persentase waktu 11,20 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada elemen menggulung adonan didapat persentase waktu 0,28 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1 sesuai dengan skor awal. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada elemen meletakkan adonan didapat persentase waktu 0,26 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan.Hasil yang didapat berdasarkan analisa OWAS dengan waktu dan tanpa waktu dapat dilihat bahwa berdasarkan waktu keempat elemen kerja tersebut (mengambil, memasukkan, menarik, menggulung dan meletakkan) merupakan pekerjaan ringan. Hal ini dikarenakan dalam 1 hari produksi, keempat elemen tersebut hanya dilakukan kurang dari 20% lama produksi dalam sehari. Karena elemen tersebut hanya dilakukan sebentar, maka pekerjaan tersebut tidak mengakibatkan ketidaknyamanan bagi perkeja. Sedangkan bagi OWAS tanpa waktu, elemen tersebut dikatakan pekerjaan yang berat dan agak berat karena postur tumbuh pekerja yang tidak nyaman saat prosesnya seperti badan bergerak miring dan kedua lengan diatas bahu. Dari kedua analisis OWAS ini, dapat dikatakan bahwa elemen kerja tersebut merupakan pekerjaan ringan sesuai dengan OWAS dengan waktu karena lama pekerja melakukan postur kerja tersebut merupakan pengaruh yang besar dalam menentukan ketidaknyamanan pekerja. Waktu untuk melakukan postur ini hanya sebentar sehingga untuk dilakukan secara berulang tidak memberikan efek ketidaknyamanan bagi pekerja.Rapid Entire Body Assessment(REBA) adalah sebuah metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA memiliki kesamaan yang mendekati metode RULA(Rapid Upper Limb Assessment),tetapi metode REBA tidak sebaik metode RULA yang menunjukkan pada analisis pada keunggulan yang sangat dibutuhkan dan untukpergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan, REBA lebih umum, dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang didalamnya termasuk faktor-faktor dinamis dan statis bentuk pembebanan interaksi pembebanan perorangan.Metode REBA telah mengikuti karakteristik, yang telah dikembangkan untuk memberikan jawaban untuk keperluan mendapatkan peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan fisik para pekerja. Analisa dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah interferensi untuk mendemonstrasikan resiko yang telah dihentikan dari sebuah cedera yang timbul. Hal ini memberikan sebuah kecepatan pada penilaian sistematis dari resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari pekerjaannya.Prinsip kerja dari metode REBA adalah melakukan penilaian terhadap dampak fisik pekerja menggunakan tabel skoring dan pengamatan,metode REBA juga dilengkapi dengan faktorcoupling, beban eksternal aktivitas kerja. Dalam metode ini, segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua group, yaitu group A dan group B. Group A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sedangkan group B terdiri dari lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.Penilaian REBA sendiri dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dan leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.2. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan nilai. Perhitungan nilai melalui metode REBA ini dimulai dengan menganalisis posisi neck, trunk, dan leg dengan memberikan score pada masing-masing komponen. Ketiga komponen tersebut kemudian dikombinasikan ke dalam sebuah tabel untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian pertama atau score A dan ditambah dengan score untuk force atau load. Selanjutnya dilakukan scoring pada bagian upper arm, lower arm, dan wrist kemudian ketiga komponen tersebut dikombinasikan untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian kedua atau score B dan ditambah dengan coupling score. Setelah diperoleh grand score A dan grand score B, kedua nilai tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C, melalui tabel kombinasi akhir ini kemudian ditambahkan dengan activity score akan didapat nilai akhir yang akan menggambarkan hasil analisis postur kerja.3. Dari final REBA score dapat diperoleh skala dari level tiap aksi yang akan memberikan pannduan untuk resiko dari tiap level dan aksi yang dibutuhkan. Perhitungan analisis postur ini dilakukan untuk kedua sisi tubuh, kiri dan kanan.Rapid Entire Body Assessment(REBA) adalah sebuah metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA memiliki kesamaan yang mendekati metode RULA(Rapid Upper Limb Assessment),tetapi metode REBA tidak sebaik metode RULA yang menunjukkan pada analisis pada keunggulan yang sangat dibutuhkan dan untuk pergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan, REBA lebih umum, dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang didalamnya termasuk faktor-faktor dinamis dan statis bentuk pembebanan interaksi pembebanan perorangan.Metode REBA telah mengikuti karakteristik, yang telah dikembangkan untuk memberikan jawaban untuk keperluan mendapatkan peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan fisik para pekerja. Analisa dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah interferensi untuk mendemonstrasikan resiko yang telah dihentikan dari sebuah cedera yang timbul. Hal ini memberikan sebuah kecepatan pada penilaian sistematis dari resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari pekerjaannya.Prinsip kerja dari metode REBA adalah melakukan penilaian terhadap dampak fisik pekerja menggunakan tabel skoring dan pengamatan, metode REBA juga dilengkapi dengan faktorcoupling, beban eksternal aktivitas kerja. Dalam metode ini, segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua group, yaitu group A dan group B. Group A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sedangkan group B terdiri dari lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Penilaian REBA sendiri dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dan leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.2. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan nilai. Perhitungan nilai melalui metode REBA ini dimulai dengan menganalisis posisi neck, trunk, dan leg dengan memberikan score pada masing-masing komponen. Ketiga komponen tersebut kemudian dikombinasikan ke dalam sebuah tabel untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian pertama atau score A dan ditambah dengan score untuk force atau load. Selanjutnya dilakukan scoring pada bagian upper arm, lower arm, dan wrist kemudian ketiga komponen tersebut dikombinasikan untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian kedua atau score B dan ditambah dengan coupling score. Setelah diperoleh grand score A dan grand score B, kedua nilai tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C, melalui tabel kombinasi akhir ini kemudian ditambahkan dengan activity score akan didapat nilai akhir yang akan menggambarkan hasil analisis postur kerja.3. Dari final REBA score dapat diperoleh skala dari level tiap aksi yang akan memberikan pannduan untuk resiko dari tiap level dan aksi yang dibutuhkan. Perhitungan analisis postur ini dilakukan untuk kedua sisi tubuh, kiri dan kanan.Dari hasil Penilaian REBA didapatkan 2 skor dari sisi kiri dan sisi kanan pada tiap elemen kerja dari stasiun penggilingan kulit, pada stasiun penggilingan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada skor REBA dari kedua sisi. Pada sisi kanan di elemen kerja pertama yaitu proses mengambil adonan, dari penilaian setelah melakukan scoring dengan menilai bagian tubuh neck, trunk, dan leg dan digabungkan dengan nilai force load maka didapatkan score A yaitu 3, pada penilaian leg di proses penggilingan pekerja melakukan proses dengan duduk sedangkan tidak terdapat penilaian skor pada pekerja duduk di REBA maka diasumsikan pekerja berdiri pada semua elemen pekerjaan dan untuk force load sendiri pada semua elemen kerja memiliki score 0 karena kulit yang digiling pada stasiun kerja terpilih memiliki berat kurang dari 5 kg ,selanjutnya dilakukan scoring pada bagian upper arm,lower arm , dan wrist dan didapatkan score B yang ditambah dengan coupling score yaitu dengan skor 3 kemudian kedua skor tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C untuk mencari score C yang didapat yaitu 3 lalu untuk mencari nilai akhir score C ditambah dengan activity score dari elemen kerja pada proses mengambil adonan dan didapat nilai akhir sebesar 3, dari nilai akhir pada elemen kerja sisi kanan pengambilan adonan dapat disimpulkan bahwa elemen tersebut memiliki resiko yang rendah jadi mungkin diperlukan perbaikan postur dalam bekerja untuk memperbaiki ketidaknyamanan pekerja kemudian elemen kerja selanjutnya yaitu elemen kerja memasukkan adonan penilaian setelah melakukan scoring sama seperti pada penilaian elemen kerja pertama dan didapatkan score A yaitu 2, selanjutnya dilakukan scoring untuk score B dan didapatkan skor 5 kemudian kedua skor tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C untuk mencari score C yang didapat yaitu 4 lalu untuk mencari nilai akhir score C ditambah dengan activity score dari elemen kerja pada proses memasukkan adonan dan didapat nilai akhir sebesar 4, dari nilai akhir pada elemen kerja sisi kanan memasukkan adonan dapat disimpulkan bahwa elemen tersebut memiliki resiko sedang jadi pada elemen ini diperlukan perbaikan postur dalam bekerja untuk memperbaiki ketidaknyamanan pekerja lalu elemen kerja selanjutnya yaitu elemen kerja menarik adonan penilaian setelah melakukan scoring sama seperti pada penilaian elemen kerja pertama dan kedua,didapatkan score A yaitu 1 selanjutnya dilakukan scoring untuk score B dan didapatkan skor 4 kemudian kedua skor tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C untuk mencari score C yang didapat yaitu 2 lalu untuk mencari nilai akhir score C ditambah dengan activity score dari elemen kerja pada proses menarik adonan dan didapat nilai akhir sebesar 3 karena pada elemen kerja ini terdapat nilai activity score +1 karena pada proses penarikan adonan terdapat pengulangan kegiatan lebih dari 4 kali dalam 1 menit, dari nilai akhir pada elemen kerja sisi kanan menarik adonan dapat disimpulkan bahwa elemen tersebut memiliki resiko yang rendah jadi mungkin diperlukan perbaikan postur dalam bekerja untuk memperbaiki ketidaknyamanan pekerja. Elemen kerja ke empat yaitu elemen kerja Menggulung Adonan setelah melakukan scoring,didapatkan score A yaitu 3 selanjutnya dilakukan scoring untuk score B dan didapatkan skor 3 kemudian kedua skor tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C untuk mencari score C yang didapat yaitu 3 lalu untuk mencari nilai akhir score C ditambah dengan activity score makan didapatkan nilai akhir skor 3. dari nilai akhir pada elemen kerja sisi kanan menggulung adonan dapat disimpulkan bahwa elemen tersebut memiliki resiko yang rendah jadi mungkin diperlukan perbaikan postur dalam bekerja untuk memperbaiki ketidaknyamanan pekerja. Lalu elemen kerja terakhir yaitu elemen kerja meletakkan adonan, setelah melakukan scoring sama seperti pada penilaian elemen kerja sebelumnya,didapatkan score A yaitu 3 selanjutnya dilakukan scoring untuk score B dan didapatkan skor 3 kemudian kedua skor tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C untuk mencari score C yang didapat yaitu 3 lalu untuk mencari nilai akhir score C ditambah dengan activity score dari elemen kerja pada proses mengambil adonan dan didapat nilai akhir sebesar 3, dari nilai akhir pada elemen kerja sisi kanan meletakkan adonan dapat disimpulkan bahwa elemen tersebut memiliki resiko yang rendah jadi mungkin diperlukan perbaikan postur dalam bekerja untuk memperbaiki ketidaknyamanan pekerja. Kemudian selanjutnya dilakukan penilaian REBA pada sisi kiri di setiap elemen pada stasiun penggilingan kulit,secara keseluruhan dari elemen kerja pada sisi kiri terdapat kesamaan elemen dan nilai akhir pada semua elemen menunjukkan hasil yang sama persis dengan penilaian REBA pada sisi kanan dikarenakan pada proses penggilingan kulit dilakukan dengan kedua sisi yang memiliki kerja/kegiatan yang hampir sama dari elemen kerja awal hingga akhir akan tetapi pada penilaian skor terdapat sedikit perbedaan pada elemen pertama dan terakhir yaitu pada skor B, pada sisi kanan elemen pertama dan terakhir skor yang didapatkan adalah 3 sedangkan pada sisi kiri skor yang didapatkan adalah 4 hal tersebut diakibatkan pada saat pekerja melakukan pengambilan adonan dan meletakkan adonan, tempat / meja adonan berada di sisi kanan sehingga mengakibatkan tangan kiri harus mengambil ke arah yang berlawanan dan pergelangan tangan harus berputar sehingga terjadi penambahan skor +1 untuk sisi kiri pada skor B elemen pertama dan terakhir.What if Analysis adalah metode ide terstruktur menentukan hal-hal apa yang bisa salah dan menilai kemungkinan dan konsekuensi dari situasi yang terjadi. Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini membentuk dasar untuk membuat penilaian mengenai batas wajar risiko tersebut dan menentukan program tindakan yang direkomendasikan bagi yang risiko dinilai tidak dapat diterima.Cara penilaiannya adalah dengan melakukan analisis yang efektif termasuk memilih batas-batas review, melibatkan individu-individu yang tepat, dan memiliki informasi yang benar. Batas-batas review mungkin merupakan satu peralatan, koleksi peralatan yang berhubungan atau keseluruhan fasilitas. Langkah selanjutnya yang paling penting adalah mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Salah satu cara penting untuk mengumpulkan informasi tentang proses yang ada atau bagian dari peralatan ini untuk setiap anggota tim review untuk mengunjungi dan berjalan melalui operasi. Setelah itu, tim memiliki kesempatan untuk meninjau paket informasi, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis. Analisis tersebut meliputi: 1. Mengembangkan What-if QuestionsMenggunakan dokumen yang tersedia dan pengetahuan dari tim review, What-if Questions dapat dirumuskan sekitar kesalahan manusia, gangguan proses, dan kegagalan peralatan. Kesalahan ini dan kegagalan dapat dianggap selama operasi produksi normal, selama konstruksi, selama kegiatan pemeliharaan, serta selama situasi de-bugging.2. Menentukan JawabanSetelah yakin bahwa tim review telah selesai menetukan What-if skenario, fasilitator kemudian memiliki tim untuk menjawab pertanyaan, Apa yang akan menjadi hasil dari situasi yang terjadi?3. Menilai Risiko & Rekomendasi Membuat Tanpa mempertimbangkan jawaban atas What-if Questions, tugas selanjutnya adalah membuat keputusan mengenai kemungkinan dan keparahan situasi itu. Dengan kata lain apa risiko yang mungkin terjadi. Tim mengkaji kebutuhan untuk membuat penilaian mengenai tingkat risiko dan batas wajar penerimaan resiko tersebut.Pada tabel What-If Anaysis praktikum ini, terdapat 7 kolom yang menjelaskan kriteria-kriteria yang harus ada pada tabel tersebut. Di antaranya adalah nomor, kasus What-If, jawaban (answer), ukuran kemungkinan terjadi (likelihood), ukuran konsekuensi yang mungkin timbul (consequence), rekmendasi dari pembuat tabel (recommendation). Sekiranya ada 6 kasus What-If yang diutarakan praktikan atas kasus-kasus bahaya yang mungkin terjadi pada stasiun kerja pemipihan di Industri Omahe Bakpia. Meski demikian, praktikan tidak berharap kasus-kasus bahaya yang disampaikan dalam tabel tersebut terjadi sungguhan di industri yang bersangkutan.hal ini justru semata-mata untuk mengantisipasi adanya kendala yang tidak diharapkan sehingga pihak perusahaan lebih siap menghadapi hal tersebut dengan melakukan tindakan preventif yang diperlukan. Yang pertama yaitu mesin konslet. Mesin yang digunakan untuk memipihkan adonan kulit bakpia menggunakan listrik sebagai sumber energi sehingga dapat sewaktu-waktu mengalami kerusakan atau hubungan arus pendek (konslet). Dengan begitu, kolom likelihood diisi dengan ukuran almost certain. Ketika mesin tersebut konslet, kemungkinan pekerja yang menangani operasi pemipihan dapat mengalami cedera sehingga pada kolom answer diberi keterangan pekerja cedera. Kemungkinan berbahaya tersebut dapat menyebabkan kerugian berupa cedera sedang pada pekerja, perlu penanganan medis, dan kerugian finansial cukup besar sehingga pada kolom consequence diisi dengan ukuran moderate. Praktikan menambahkan rekomendasi untuk melakukan pembenahan pada sistem listrik pada kolom recommendation. Baris kedua merupakan kemungkinan kasus mesin menggilas tangan pekerja. Pekerja dapat saja mengalami cedera, bahkan cacat fisik karenanya. Hal tersebut disampaikan pada kolom answer pada baris tersebut. Karena kemungkinan tersebut dapat saja sering terjadi, maka pada kolom likelihood diisi ukuran likely. Kasus tersebut dapat mengakibatkan cedera sedang pada pekerja, perlu penanganan medis, dan kerugian finansial cukup besar sehingga pada kolom consequence diisi ukuran moderate. Direkomendasikan kepada pekerja untuk lebih hati-hati mengoperasikan mesin pemipihan. Analisis ketiga ialah kemungkinan serangga beracun menghinggapi pekerja. Pekerja dapat mengalami cedera, atau melakukan refleks yang menimbulkan bahaya bagi pekerja lain atau bagi operasi yang sedang ditanganinya. Hal tersebut dijelaskan pada kolom answer pada baris ketiga. Kemungkinan terjadinya tidak sering, untuk itu pada kolom likelihood diisi dengan ukuran unlikely. Dampak yang ditimbulkan yaitu tidak mengakibatkan cedera pada pekerja dan kerugian finansial kecil sehingga pada kolom consequence cukup diisi dengan ukuran insignificant. Direkomendasikan untuk dibuatkan penyaring atau pembasmi serangga di sekitar lokasi produksi untuk menghindari hal tersebut. Hal itu dijelaskan di kolom recommendation, masih pada baris ketiga. Pada baris keempat, kemungkinan lain yang divisualisasikan oleh praktikan berupa tersenggolnya air panas yang dibawa oleh pekerja lain. Hal tersebut mengakibatkan pekerja pada stasiun kerja pemipihan mengalami cedera, yang dijelaskan pada kolom answer pada baris keempat. Kemungkinan tersebut dapat terjadi sekali-sekali terjadi sehingga pada kolom likelihood diisi dengan ukuran possible. Sementara itu, konsekuensinya dapat cedera sedang pada pekerja, perlu penanganan medis, dan kerugian finansial cukup besar sehingga pada kolom consequence ditulis ukuran moderate. Diperlukan langkah pengendalian yang terencana sebagai rekomendasi. Hal tersebut dijelaskan pada kolom recommendation, masih pada baris keempat. Kasus kelima yaitu mesin menimbulkan suara bising. Mesin yang digunakan untuk memipihkan adonan kulit bakpia menggunakan motor penggerak yang dapat menimbulkan suara bising sehingga dapat mengganggu pendengaran pekerja, yang disampaikan pada kolom answer di baris kelima. Hal tersebut dapat terjadi sewaktu-waktu sehingga pada kolom likelihood diisi dengan ukuran almost certain. Konsekuensinya, cedera sedang pada pekerja, perlu penanganan medis, dan kerugian finansial cukup besar sehingga pada kolom consequence diisi dengan ukuran moderate. Praktikan menambahkan rekomendasi untuk memberikan fasilitas penutup telinga kepada pekerja. Hal tersebut disampaikan pada kolom recommendation, masih pada baris kelima. Kemungkinan bahaya yang terakhir adalah robohnya atap pabrik yang hanya tersusun dari kayu sehingga dapat menimbulkan cedera pada pekerja, seperti disampaikan pada kolom answer di baris terakhir. Kemungkinan terjadinya jarang sehingga pada kolom likelihood diisi dengan ukuran unlikely. Hal tersebut dapat berakibat cedera berlebih pada lebih dari 1 orang pekerja sehingga pada kolom consequence diisi dengan ukuran major. Diperlukan konstruksi pabrik yang terencana sebagai rekomendasi pada kolom recommendation di baris terakhir.Metode lain untuk mengukur ketidaknyamanan kerja dan postur kerja ialah dengan HAZOP (Hazard & Operability Analysis). Proses HAZOP didasarkan pada prinsip bahwa pendekatan tim untuk analisis bahaya akan mengidentifikasi masalah lebih dari ketika individu yang bekerja secara terpisah menggabungkan hasil. HAZOP Tim terdiri dari individu dengan berbagai latar belakang dan keahlian. Keahlian dibawa bersama-sama selama sesi HAZOP dan melalui upaya brainstorming kolektif yang merangsang kreativitas dan ide-ide baru, tinjauan menyeluruh dari proses di bawah pertimbangan dibuat. Metode lain ialah menggunakan AEA. AEA adalah singkatan untuk analisis tindakan kesalahan. Tujuan utama dari melakukan AEA adalah untuk mengidentifikasi kesalahan manusia selama operasi kritis dan mengurangi risiko ke tingkat yang dapat diterima melalui tindakan pengurangan risiko. Hal ini dicapai dengan mengidentifikasi mode kegagalan manusia dalam prosedur, penyebab, konsekuensi, risiko, dan kebutuhan untuk pengurangan risiko. Kelebihan dan kelemahan metode ini adalah AEA membutuhkan prosedur rinci akan tersedia, sehingga analisis ini tidak cocok untuk tindakan berdasarkan perilaku berbasis pengetahuan. AEA mengasumsikan penjelasan prosedur yang benar dan tidak akan membahas langkah-langkah yang hilang, langkah yang tidak perlu, salah langkah, langkah-langkah dieksekusi dalam urutan yang salah dan waktu. AEA telah penekanan pada kesalahan manusia dan penyebabnya.AEA tidak cocok untuk menganalisis prosedur dengan tingkat tinggi pemecahan masalah dan pengambilan keputusan (jika kemudian). AEA mempertimbangkan setiap mode kesalahan tindakan sebagai kejadian yang independen ketika menganalisis konsekuensi. Selain itu, metode yang dapat mengukur kenyamanan kerja yaitu metode fisiologi. Dalam suatu kerja fisik, manusia akan menghasilkan perubahan dalam konsumsi Oksigen, Heart Rate, Temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh. Kerja fisik ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller : 1. Kerja total seluruh tubuh, yang menngunakan sebagian besar otot biasanya melibatkan dua per tiga atau tiga seperempat otot tubuh.2.Kerja otot yang membutuhkan energi Expenditure karena otot yang digunakan lebih sedikit.3. Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian otot.Metode Pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar :1. Konsep Horse-Power oleh Taylor, tetapi tidak memuaskan.2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi Oksigen.Studi Pengukuran fisiologis ditujukan untuk mengatasi :1. Pengetahuan baru tentang performans manusia.2. Lebih memantau perilaku / sifat para atlit juara.3. Membantu kendala fisik seseorang

BAB VKESIMPULAN

1. Ketidaknyamanan kerja dalam industri yang diamati dapat diidentifikasi melalui postur tubuh pekerja ketika bekerja menggunakan analisis OWAS, baik dengan memperhitungkan waktu maupun tidak. Analisis ini dilakukan berdasarkan pergerakan tubuh pekerja bagian punggung, lengan, kaki, dan beban fisik yang ditanggung pekerja ketika bekerja. Selain itu, dilakukan juga analisis postur tubuh menggunakan REBA (Rapid Entire Body Assessment) yang dapat mengevaluasi resiko cidera musculoskelatal yang diasosiasikan dengan operasi penanganan bahan secara manual. 2. Hasil yang didapat berdasarkan analisis OWAS dengan waktu, keempat elemen kerja tersebut (mengambil, memasukkan, menarik, menggulung dan meletakkan) merupakan pekerjaan ringan. Hal ini dikarenakan dalam 1 hari produksi, keempat elemen tersebut hanya dilakukan kurang dari 20% lama produksi dalam sehari. Karena elemen tersebut hanya dilakukan sebentar, maka pekerjaan tersebut tidak mengakibatkan ketidaknyamanan bagi perkeja. Untuk OWAS tanpa waktu, elemen tersebut dikatakan pekerjaan yang berat dan agak berat karena postur tumbuh pekerja yang tidak nyaman saat prosesnya seperti badan bergerak miring dan kedua lengan diatas bahu. Dari kedua analisis OWAS ini, dapat dikatakan bahwa elemen kerja tersebut merupakan pekerjaan ringan sesuai dengan OWAS dengan waktu karena lama pekerja melakukan postur kerja tersebut merupakan pengaruh yang besar dalam menentukan ketidaknyamanan pekerja. Waktu untuk melakukan postur ini hanya sebentar sehingga untuk dilakukan secara berulang tidak memberikan efek ketidaknyamanan bagi pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Metode Ovako Working Posture Analysis (OWAS). Dalam http://lpskeuntirta.blogspot.com/2010/12/metode-ovako-working-posture-analysis.html. Diakses Rabu 27 Maret 2013 pukul 19.10 WIB.Garndjean,E. 1993.Fittingthe Task to the Man, 4th edition. Taylor and Francis Inc. London.Karhu, O., Harkonen, R., Sorvali, P. And Vepsailanen, P. 1981. Observing Works Posture in Industry: Example of OWAS Application. APPLIED ERGONOMICS. 12 Page 13-17. Finland.Nur. 2009. Rapid Entire Body assessment (REBA). Dalam http://nur-w.blogspot.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html. Diakses Rabu 27 Maret 2013 pukul 19.10 WIB.Santoso, Gempur. 2004 . Ergonomi, Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta: Prestasi Pustaka PublisherSutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J.H. 1982. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Tayyari, F., Smith, J. L. 1997. Occupational Ergonomics: Principles and Applications. Chapment & Hall. London.Wignjosoebroto, S. 1992. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Institut Teknologi Sepuluh November. Jakarta: Penerbit Guna Widya.