laporan prak oksidasi klmpk 1bd
DESCRIPTION
PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINISTRANSCRIPT
2013ATIOKSIDAN DAN OKSIDASI BIOLOGI
KELOMPOK 1 B-D
MOH AL-FATTAH 1111102000053
KARIMAH YULINTI A 1111102000033
RIAN DESTYANI P 1111102000035
SILVIA ARYANI 1111102000039
SYAIMA 1111102000056
ANI KURNIAWATI 1111102000127
SHUBHAN ASFARI 1111102000086
AHMAD FAUZI 1111102000105
SRI PUJI ASTUTI 1111102000097
NINDYA PUTRI NS 1111102000095
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
NOVEMBER-2013
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Landasan Teori
Enzim polifenol aksidase adalah enzim yang bekerja pada reaksi pencoklatan (browning)
buah-buahan. Pencoklatan enzimatis dapat terjadi karena adanya jaringan tanaman yang terluka,
misalnya pemotongan, penyikatan, dan perlakuan lain yang dapat mengakibatkan kerusakan
integritas jaringan tanaman (Cheng & Crisosto 1995). Adanya kerusakan jaringan seringkali
mengakibatkan enzim kontak dengan substrat. Enzim yang bertanggung jawab dalam reaksi
pencoklatan enzimatis adalah oksidase yang disebut fenolase, fenoloksidase, tirosinase,
polifenolase, atau katekolase. Substrat untuk PPO dalam tanaman biasanya asam amino tirosin
dan komponen polifenolik seperti katekin, asam kafeat, pirokatekol/katekol dan asam klorogenat.
Tirosin yang merupakan monofenol, pertama kali dihidroksilasi menjadi 3,4-
dihidroksifenilalanin dan kemudian dioksidasi menjadi quinon yang akan membentuk warna
coklat.
Penggunaan asam sebagai penghambat pencoklatan enzimatis sering digunakan. Asam
yang digunakan adalah asam yang banyak terdapat dalam jaringan tumbuhan, dalam hal ini asam
askorbat, asam sitrat dan asam malat. Metode penggunaan asam sebagai penghambat
pencoklatan enzimatis ini didasarkan pada pengaruh pH terhadap enzim polifenolase. pH
optimum enzim ini berkisar antara 4,0-7,0 dan aktivitas terkecil pada pH dibawah 3 (Eskin et al.,
1990).
Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6 yang dapat larut
dalam air. Vitamin C merupakan vitamin yang disintesis dari glukosa dalam hati dari semua jenis
mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang sangat
penting untuk sintesis dari prekursor vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia
tidak dapat mensintesis vitamin C dalam tubuhnya sendiri (Padayatti, 2003). Di dalam tubuh,
vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit), korteks anak ginjal, kulit, dan tulang.
Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui mekanisme transport aktif (Sherwood, 2000).
Vitamin C merupakan suatu donor elektron dan agen pereduksi. Disebut anti oksidan,
karena dengan mendonorkan elektronnya, vitamin ini mencegah senyawa-senyawa lain agar
2
tidak teroksidasi. Walaupun demikian, vitamin C sendiri akan teroksidasi dalam proses
antioksidan tersebut, sehingga menghasilkan asam dehidroaskorbat (Padayatty, 2003).
Reaksinya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1.4.2. Reaksi reduksi dan oksidasi asam askorbat (Szent-Györgyi, 1937)
Menurut Padayatty (2003), setelah terbentuk, radikal askorbil (suatu senyawa dengan
elektron tidak berpasangan, serta asam dehidroaskorbat dapat tereduksi kembali menjadi asam
askorbat dengan bantuan enzim 4-hidroksifenilpiruvat dioksigenase.
Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair
pada suhu kamar (25oC) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga mudah
mengalami oksidasi. Minyak goreng yang baik mempunyai sifat tahan panas, stabil pada cahaya
matahari, tidak merusak rasa hasil penggorengan, menghasilkan produk dan rasa yang bagus,
asapnya sedikit setelah digunakan berulang-ulang, serta menghasilkan warna keemasan pada
produk.
Ketengikan yang terjadi pada minyak disebabkan oleh proses oksidasi yaitu :
terbentuknya peroksida dan hidroperoksida sebagai produk primer dan produk sekunder berupa,
aldehid dan keton. Proses oksidasi tersebut terjadi karena adanya kontak antara sejumlah oksigen
dengan minyak yang kemudian terurai menjadi asam-asam lemak bebas. Teroksidasinya asam-
asam lemak tersebut diikuti oleh pergeseran ikatan-ikatan rangkap yang terjadi karena poses
isomerisasi dan membentuk hidroperoksida terkonjugasi. Terbentuknya aldehid dan keton pada
minyak dapat ditandai dengan adanya penyerapan yang kuat pada λ 260 – 270 nm.
3
Proses ketengikan yang terjadi pada minyak nabati dapat dicegah dengan adanya
penambahan antioksidan. Antioksidan merupakan zat aditif yang digunakan untuk menjaga
kestabilan dan kualitas makanan dengan menghambat proses oksidasi pada lipid. Selain itu,
antioksidan juga dapat menghambat proses oksidasi oleh oksigen
Pada umumnya, antioksidan dibagi menjadi dua berdasarkan sumbernya, yaitu :
antioksidan sintetik seperti Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), Propil
Galat (PG) dan antioksidan alami terutama terdapat pada tumbuhan atau sayuran, seperti :
Tokoferol dan Asam Askorbat. Antioksidan ini bekerja secara sinergis sehingga dapat
menghambat terjadinya oksidasi pada minyak. Antioksidan yang digunakan pada makanan tidak
boleh lebih dari 0,01 % (Pokarny, 1971).
Ketengikan pada minyak juga dapat terjadi karena faktor pemanasan. Vieira dan
Regitaro-d’Arce (1999) membandingkan kestabilan minyak jagung yang dipanaskan dalam oven
dan mikrowave, dimana pemanasan minyak jagung dalam mikrowave selama 36 menit sama
dengan pemanasan minyak jagung dalam oven selama 6 hari.
Kestabilan minyak dapat diketahui dengan menentukan besarnya bilangan peroksida
yaitu mengunakan metode iodometri. Kenaikan bilangan peroksida tersebut dapat digunakan
sebagai indikasi bahwa minyak akan menjadi tengik. Hal ini disebabkan karena teroksidasinya
asam lemak tidak jenuh yang diikuti oleh pergeseran ikatan rangkapnya.
Peroksidasi lipid adalah reaksi penyerangan radikal bebas terhadap asam lemak tidak
jenuh jamak (PUFA) yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap. Reaksi ini dapat terjadi
secara alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara endogen
dari proses metabolisme di dalam tubuh. Peroksidasi lipid diinisiasi oleh radikal bebas seperti
radikal anion superoksida, radikal hidroksil dan radikal peroksil. Radikal bebas secara
berkesinambungan dapat dibuat oleh tubuh kita. Setiap radikal bebas yang terbentuk oleh tubuh
dapat memulai suatu reaksi berantai yang akan terus berlanjut sampai radikal bebas ini
dihilangkan oleh radikal bebas lain dan oleh sistem antioksidan tubuh (Halliwell & Gutteridge
1999).
Peroksida lipid selanjutnya mengalami dekomposisi menjadi malondialdehid (MDA).
MDA produk akhir proses peroksidasi lipid dan yang paling sering digunakan untuk mengukur
proses peroksidasi lipid. Pengujian MDA dilakukan dengan TBA (Asam tiobarbiturat) yaitu akan
4
membentuk senyawa warna merah muda dan diukur serapan pada panjang gelombang 532 nm,
juga dapat diukur dengan HPLC ( High Performance Liqiud Chromatography )
Proses peroksidasi lipid
Akibat serangan ROS terhadap asam lemak tidak jenuh jamak (PUFA) pada membran 3 tahap:
1.2. Tujuan
- Memperlihatkan proses oksidasi senyawa fenol olehpolifenol oksidase (PPO) kentang.
- Memperlihatkan efek antioksidan vitamin C terhadap oksidsi fennol oleh PPO kentang.
- Memperlihatkan reaksi oksidasi lipid berupa bau tengik.
5
BAB II
ISI
2.1. Metodologi Praktikum
Alat : Bahan
- Tabung reaksi - jeruk
- Beaker - pisang ambon
- Batang pengaduk - jeruk nipis
- Kain untuk menyaring - vitamin C
- Blender - Apel
- kentang
- minyak kelapa, minyak jagung, minyak jlantah
- Aquades
Prosedur kerja
Uji oksidasi dalam kentang dan pengaruh pemberian vitamin C
6
5 ml Ekstrak
kentang
5 ml Ekstrak
kentang
5 ml Ekstrak
kentang
5 ml Ekstrak
kentang
Menamambahkan 10 tetes larutan
vitamin C
Menamambahkan 10 tetes larutan
vitamin C
Menambahkan 10 tetes
lar. fenol
Menambahkan 10 tetes
lar. fenol
Menambahkan 10 tetes
lar. pirogalol
Menambahkan 10 tetes
lar. pirogalol
Kocok tabung
Menambahkan 10
tetes lar. fenol
Lihat perubahan warna yang terjadi
Uji oksidasi dalam pisang dan pengaruh pemberian vitamin C
7
Potongan pisang
Potongan pisang
Potongan pisang
Potongan pisang
Memasukan potongan pisang ke
dalam aquades
Memasukan potongan pisang ke dalam air
jeruk
Memasukan potongan pisang ke dalam air jeruk nipis
Memasukan potongan pisang ke dalam lar.
Vit. C
Mengamati perubahan warna yang terjadi pada
potongan buah
Kocok tabung
Menambahkan 10
tetes lar. fenol
Lihat perubahan warna yang terjadi
Uji oksidasi dalam apel dan pengaruh vitamin C
8
Mengamati perubahan warna yang terjadi pada
potongan buah
Potongan apel
Potongan apel
Potongan apel
Potongan apel
Memasukan potongan
apel ke dalam
aquades
Memasukan potongan
apel ke dalam air
jeruk
Memasukan potongan
apel ke dalam air jeruk nipis
Memasukan potongan
apel ke dalam lar.
Vit. C
Uji ketengikan lemak
9
Minyak kelapa
Minyak jagung
Minyak jelanta
Meneteskan lar. iodium
Meneteskan lar. iodium
Meneteskan lar. iodium
Menghitung tetesan iodium sampai iodium tidak berubah
warna
Uji peroksida lipid dalam cairan biologis
10
Tabung uji Tabung blanko
1 ml Hemolisat darah 1
1 ml Hemolisat
darah 2
2 ml lar. TCA
Menambahkan 2 ml larutan TCA
10%
Melakukan sentrifugasi (4000 rpm), mengambil
supernatan
Menambahkan larutan TBA 0,67%
Mendidihkan 10 menit, setelah dingin, membaca serapan pada
panjang gel 532 nm
Menambahkan larutan TBA 0,67%
Mendidihkan 10 menit, setelah dingin, membaca serapan pada
panjang gel 532 nm
2.2. Hasil
a) Uji antioksidan dalam kentang dan pengaruh pemberian vitamin c
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4Hasil Busa lebih
banyak, berwarna merah muda.
Busa lebih banyak, berwarna merah muda.
Busa sedikit. Busa sedikit.
Warna yang terbentuk
Peach Kuning muda Coklat tua Coklat
b) Percobaan dengan apel dan pisang
Aquades Vit C Air Jeruk Air Jeruk NipisPisang Teroksidasi Tidak
teroksidasiTidak teroksidasi
Tidak teroksidasi
Apel Teroksidasi Tidak teroksidasi
Tidak teroksidasi
Tidak teroksidasi
c) Uji ketengikan lemak
Minyak Iodium TerpakaiMinyak Jagung 30 tetesMinyak Kelapa 13 tetesMinyak jelantah 2 tetes
d) Hemolisat darah
Darah A : absorbansi = 0,049, Kadar MDA = 3,203x10-7/Mcm
Darah B : absorbansi = 0,182, Kadar MDA = 1,189x10-6/Mcm
Blanko : absorbansi = 0,036, Kadar MDA = 2,353x10-7/Mcm
2.3. Pembahasan
1) Uji oksidasi dalam kentang dan pengaruh pemberian Vitamin C
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati reaksi oksidasi dan pengaruh
antioksidan terhadap reaksi tersebut. Reaksi oksidasi dapat menyebabkan perubahan
11
warna dan bau pada lingkungan terjadinya reaksi, sehingga kedua hal tersebut dapat
dijadikan indikator terjadinya reaksi. Oksidasi pada jaringan hidup secara umum
memberikan pengaruh buruk pada bagian terjadinya reaksi (walau pada beberapa kasus
reaksi oksidasi berpengaruh baik). Untuk meminimailsasi pengaruh dari reaksi ini biasa
dilakukan pencegaha nreaksi dengan beberapa metode. Metode yang umum dilakukan
untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi adalah dengan penambahan antikoksidan
pada system reaksi.
Pengamatan dilakukan terhadap pengaruh oksidasi pada perubahan fisik
(perubahanwarna) lingkungan reaksi yang dilakukan pada jaringan hidup diantaranya
apel, pisang, kentang dan darah. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap reaksi
oksidasi pada minyak serta perubahan fisik akibat dari reaksi tersebut. Selanjutnya
dilakukan pengamatan terhadap aktivitas antioksidan untuk menghambat terjadinya
oksidasi. Antioksidan yang digunakana dalah vitamin C dan perasan air jeruk yang
mengandung asam.
Oksidasi yang terjadi pada apel, pisang dan kentang akan menyebabkan
terjadinya perubahan warna menjadi lebih gelap atau kecoklatan. Oleh karena
perubahan yang dihasilkan berupa perubahan warna, fenomena inisering disebut reaksi
pencoklatan. Reaksi pencoklatan ini bias terjadi karena bantuan enzim (browning
enzimatic) atau tanpa bantuan enzim (browning non-enzimatic). Baik apel, pisang dan
kentang yang mengalami reaksi pencoklatan termasuk dalam proses enzimatik karena
melibatkan enzim yang terkandung dalam jaringannya.
Pencoklatan pada buah apel,pisang dan kentang setelah di kupas disebabkan
oleh aktifitas enzim polifenoloksidase, yang dengan bantuan oksigen dan dikatalis oleh
logam Cu+ yang terkandung akan mengubah gugus monofenol menjadi O-
hidroksifenol, yang selanjudnya diubah lagi menjadi O-kuinon. Gugus O-kuinon inilah
yang membentuk warnacoklat. Reaksi ini terjadi hanyas etelah buah dikupas karena
pada saat itu jaringan terpapar langsung oleh udara sehingga enzim polifenoloksidase
yang terkandung didalamnya berinteraksi langsung oleh oksigen yang ada diudara.
Pada praktikum yang dilakukan, apel, pisang dan kentang yang telah dikupas,
masing-masing diletakkan pada gelas beacker yang berisi aquadest, larutan vitamin C,
12
air perasan jerukdan air perasan jeruk nipis. Pada sampel yang diletakkan pada gelas
beacker yang berisi aquadest, sebagian besar potongan sampel terendam oleh aquadest.
Sehingga bagian yang terendam tidak terpapar langsung oleh oksigen. Akibat dari
kurangnya interaksi dengan udara, maka produksi enzim O-hidroksifenol dari enzim
polifenoloksidase sangat minim, sehingga proses oksidasi terjadi dalam kuantitas yang
kecil. Hal ini yang menyebabkan perubahan warna yang terjadi tidak cukup signifikan.
Akan tetapi bagian sampel yang tidak teren dam oleh aquadest terjadi perubahan warna
yang cukup mencolok. Hal ini terjadi karena bagian yang tidak terendama quadest
berinteraksi dengan oksigen.
Pada sampel (potongan buah apel, pisang dan kentang) yang masing-masing
diletakkan pada larutan vitamin C, air perasan jeruk dan air perasan jeruk nipis
menunjukkan perubahan warna yang jauh lebih minimal sampai tidak ada dibandingkan
dengan yang diletakkan pada aquadest. Hal ini terjadi karena vitamin C merupakan
asam, serta air perasan jeruk dan air perasan jeruk nipis mengandung vitamin C dan
asam lain dapat menghambat terjadinya oksidasi. Vitamin C (asamaskorbat) dan asam
organic lain merupakan zat pengkelat yang berguna untuk mengikat logam Cu+ untuk
mengkatalis reaksi oksidasi. Selain itu sifat asam yang bersifat menurunkan pH juga
akan menurunkan aktivitas enzim polifenoloksidase. Perbedaan intensitas warna pada
akhir percobaan merupakan indicator jumlah dari Vitamin C dan asam organik lain yang
terdapat pada larutan.
2) Uji ketengikan lemak
Uji yang dilakukan selanjutnya adalah uji ketengikan lemak. Jadi ketika miyak
atau lemak dibiarkan di udara akan teroksidasi. Tanda oksidsinya tidak sama seperti
pada buah-bauahan (contohnya apael, pisang ) yang menimbulkan warna coklat
melainkan akan menghasilkan bau tengik.
Ketengikan dapat diartikan sebagai kerusakan atau perubahan bau dan rasa
dalam bahan. Ketengikan diakibatkan oleh reaksi-reaksi yang menyerang lemak bahan.
Ketengikan pada lemak akan menurunkan nilai gizi bahan, hal tersebut disebabkan
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak serta asam-asam lemak esensial dalam bahan
akan rusak.
13
Ketengikan terjadi karena terbentuknya peroksida dan hidroperoksida sebagai
produk primer dan produk sekunder berupa, aldehid dan keton setelah proses oksidasi.
Proses oksidasi tersebut terjadi karena adanya kontak antara sejumlah oksigen dengan
minyak yang kemudian terurai menjadi asam-asam lemak bebas. Teroksidasinya asam-
asam lemak tersebut diikuti oleh pergeseran ikatan-ikatan rangkap yang terjadi karena
poses isomerisasi dan membentuk hidroperoksida terkonjugasi.
Sampel minyak yang digunakan pada praktikum kali ini adalah minyak jagung,
minyak kelapa, dan minyak jlantah (minyak kelapa sawit yang telah digunakan untuk
menggoreng berkali-kali). Dalam uji ini pereaksi yang digunakan adalah Iodium,
dimana iodium ini diteteskan sampai warna iodium hilang. Iodium yang ditambahkan
akan teradisi oleh ikatan rangkap, sehingga ikatan rangkap hilang. Pada minyak yang
telah jenuh (ikatan rangkap yang ada sudah menjadi ikatan tunggal) warna iodium yang
diteteskan akan hilang.
Menurut hasil praktikum, minyak jagung membutuhkan 30 tetes iodium untuk
mengubah semua ikata rangkap menjadi tunggal, pada minyak kelapa dibutuhkan 13
tetes iodium, sedangkan pada minyak jlantah hanya diperlukan 2 tetes. Hal ini
dikarenakan minyak jlantah sudah jenuh karena sudah teroksidasi akibat penggorengan
yang berulang-ulang sedangkan minyak jagung membutuhkan iodium yag banyak
karena ikatan tak jenuh (rangkap) didalamnya masih banyak sehingga membutuhkan
banyak iodium untuk mengadisinya menjadi ikatan tunggal (jenuh).
3) Uji peroksida lipid dalam cairan biologis
Pada uji ini, dilakukan dengan tujuan untuk menetapkan kadar peroksida lipid
dalam cairan biologis. Dalam praktikum ini, cairan biologis yang digunakan adalah
darah dan perhitungan kadar dilakukan dengan penggunaan larutan TBA sebagai
pereaksi untuk mendeteksi adanya proses peroksidasi lipid dan penentuan angka
peroksida.
Hal yang pertama kali dilakukan adalah pengambilan 1 ml darah yang telah
mengalami lisis. Darah yang diambil terdiri dari 2 sampel darah yang berbeda sebagai
14
pengujian. Selain itu juga dibuat larutan blanko. Dari hemolisat darah inilah terdapat
Asam Lemak Jenuh Jamak (PUFA). Asam Lemak Jenuh Jamak (PUFA) ini dapat
mengalami proses peroksiadsi menjadi peroksidasi lipid yang kemudian mengalami
dekomposisi menjadi melondialdehid (MDA). Dengan terbentuknya MDA serta
banyaknya kadar MDA yang terbentuk kita dapat menggambarkan proses peroksidasi
dengan menggunakan larutan TBA yang akan membentuk senyawa berwarna merah
muda dan memilki kemampuan dalam penyerapan cahaya pada A532 nm. Dan dari hasil
pembacaan didapatkan nilai absorbansi yang kemudian data tersebut dapat diolah dalam
perhitungan kadar MDA.
Pada larutan uji yang telah berisi hemolisat darah, selanjutnya dilakukan
penambahan 2 ml larutan asam trikloroasetat (TCA) 10 %. Sedangkan pada blanko
hanya terdapat 2 ml larutan asam trikloroasetat (TCA) 10 %. Pemberian larutan asam
trikloroasetat (TCA) 10 % bertujuan untuk proses pengendapan protein pada darah agar
terpisah sempurna dengan supernatannya.
Selanjutnya adalah ketiga larutan tersebut dilakukan pemusingan/sentrifugasi
dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Dari proses sentrifugasi didapatkan 2
lapisan larutan, dan yang diambil untuk pengujian selanjutnya adalah bagian
supernatannya. Setelah dilakukan pengambilan supernatan, selanjunya adalah
penambahan larutan TBA 0,67 % ke supernatan yang telah diambil untuk mendeteksi
adanya hasil dekomposisi dari peroksidasi lipid menjadi melondialdehid (MDA).
Setelah dilakukan penambahan larutan TBA 0,67 % pada supernatan, campuran larutan
tersebut baik uji maupun blanko didihkan selama 10 menit. Hal ini dilakukan untuk
mempercepat proses degradasi peroksida lipid menjadi MDA. Sehingga MDA bebas
yang berada dalam sistem lipid peroksidasi mudah terdeteksi. Dengan adanya
penambahan larutan TBA sebelumnya, seharusnya MDA akan mementuk senyawa
berwarna merah muda namun dalam praktikum ini tidak demikian. Hal ini kemungkinan
karena begitu kecil atau sedikitnya kadar MDA dalam larutan yang diuji. Setelah larutan
tersebut dingin, dilakukan pembacaan serapan pada λ 532 nm dengan spektrofotometri
UV-Vis tipe Single Beam. Setelah dilakukan pembacaan, didapatkanlah nilai absorbansi
15
dari setiap larutan uji. Kemudian dari data ini dapat diolah untuk dapat menentukan
kadar MDA,
Nilai absorbansi yang dihasilkan pada blanko adalah 0,036 dengan kadar MDA
2,353 x 10-7 Mcm. Pada sampel darah A adalah 0,049 dengan kadar MDA 3,203 x 10-
7/Mcm . Dan pada sampel darah B adalah 0,182 dengan kadar MDA 1,189 x 10-6 Mcm.
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Pencoklatan pada buah apel,pisang dan kentang setelah di kupas disebabkan
oleh aktifitas enzim polifenoloksidase, yang dengan bantuan oksigen dan
dikatalis oleh logam Cu+ yang terkandung akan mengubah gugus monofenol
menjadi O-hidroksifenol, yang selanjudnya diubah lagi menjadi O-kuinon.
Dari keempat bekear yang berisi aquades, vitamin C,perasan jeruk,dan perasan
jeruk nipis, yang memberikan warna coklat (teroksidasi) hanyalah pada
aquades, itupun warna coklat yang terjadi sangat minim hal ini dikarenakan
sebagian besar potongan sampel terendam oleh aquadest. Sehingga bagian
yang terendam tidak terpapar langsung oleh oksigen.
Akibat dari kurangnya interaksi dengan udara, maka produksi enzim O-
hidroksifenol dari enzim polifenoloksidase sangat minim, sehingga proses
oksidasi terjadi dalam kuantitas yang kecil.
Pada uji ketengikan lemak, minyak jlantah hanya membutuhkan 2 tetes iodium
untuk mengubah semua ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal sedangkan
minyak kelapa membutuhkan 13 tetes dan minyak jagung 30 tetes hal ini
dikarenakan minyak jelantah sudah mengalami oksidasi sebelumnya karena
mengalami penggorengan berulang kali.
Pada uji peroksida lipid dalam cairan biologis, cairan biologis yang digunakan
adalah darah yang telah mengalami lisis (hemolisat darah). Dan penetapan
yang digunakan untuk menetukan kadar peroksida lipid tersebut adalah dengan
adanya penambahan larutan TBA yang akan membentuk senyawa berwarna
merah dengan adanya MDA bebas. Namun pada praktikum tidak demikian.
Hal ini kemungkinan karena kecil/sedikitnya kadar MDA yang terbentuk.
Selain itu juga menggunakan rumus penentuan angka peroksidasi dimana
adanya pembacaan larutan terlebih dahulu dengan spektrofotometri dengan λ
17
532 nm untuk didapatkan nilai absorbansi. Dari nilai absorbansi inilah untuk
dapat menentukan kadar peroksidasi lipid.
Nilai absorbansi yang dihasilkan pada blanko adalah 0,036 dengan kadar MDA
2,353 x 10-7 Mcm. Pada sampel darah A adalah 0,049 dengan kadar MDA
3,203 x 10-7/Mcm . Dan pada sampel darah B adalah 0,182 dengan kadar MDA
1,189 x 10-6 Mcm.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren.S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta.
Mardiah E. 1996. Penentuan aktivitas dan inhibisi enzim polifenol oksidase dari apel (Pyrus
malus Linn.). Jurnal Kimia Andalas 2: 2.
Aminah, siti. 2010. BilanganPeroksida Minyak Goreng Curah dan Sifat Organoleptik Tempe
Pada Pengulangan Penggorengan. Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01
Winarno F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor : Gramedia Pustaka Utama.
Eskin, Michael. 1990. Biochemistry of Foods. Inggris : Elsevier Science & Technology Books
Cheng GW, Crisosto CG. 2005. Browning potential, phenolic composition, and
polyphenoloxidase activity of buffer extracts of peach and nectarine skin tissue. J.
Amer. Soc. Horts. Sct. 120 (5):835-838.
19
LAMPIRAN
UJI KADAR PEROKSIDA DALAM CAIRAN BIOLOGIS
UJI ANTI OKSIDAN
Sebelum perlakuan Setelah 15 Menit Setelah 30 Menit
20
UJI KETENGIKAN
M.jagung+8 tts KI M.jagung+1tts KI
M.kelapa+7 tts KI M.kelapa+1 tts KI M. Kelapa+13 tts KI
UJI OKSIDASI
21
22