laporan pkl b4t sementara

Upload: deden-gustaman-juhana

Post on 14-Jan-2016

316 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENGUJIAN MUTU CAIRAN REM, DAN VERIFIKASI METODA PENETAPAN KADAR AIR METODA ASTM D 95-051DI LABORATORIUM PELUMAS BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Praktek Kerja lapangan

Disusun Oleh :Deden Gustaman JuhanaNIM. 1112C1001 Fanfan Fauzan RabaniNIM. 1112C1005

PROGRAM STUDI S1 KIMIA KONSENTRASI ANALIS KIMIASEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG2015

LEMBAR PENGESAHANSEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH

Menyetujui,

Kepala Program studi Strata I Dosen Pembimbing

Dra. Euis Yuliani, M.Si. Novi Fitria S.Si., M.T NIP. 196108251992022001 NIK. 01.09.051

Mengetahui, Ketua Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih

Drs. Suryatmana Tanuwidjaja, M.Si. NIP. 195809041993031001

LEMBAR PENGESAHANBALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Rita Citrayati Eny Susilowati S.SiNIP. 090009981 NIP. 0900222863

Mengetahui,Kepala Laboratorium Kimia B4T

Jajuli, S.TNIP. 0900015302

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kerja praktek di laboratorium pelumas Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T).Tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan laporan kerja praktik ini, namun berkat doa dan dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :1. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan materinya.2. Drs. Suryatmana Tanuwidjaja, M.Si. selaku ketua Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih.3. Dra. Euis Yuliani, M.Si. selaku kepala Program Studi Strata I.4. Novi Fitria S.Si., M.T selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan.5. Jajuli, S.T selaku kepala laboratorium Kimia Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.6. Ibu Rita Citrayati dan Ibu Eny Susilowati selaku dosen pembimbing lapangan.7. Bu Tami selaku Staf Administrasi B4T.8. Para Staf Tata Usaha Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih.9. Para Mahasiswa Program Studi Analis Kimia 2011 serta beberapa pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.Penulis mohon maaf jika laporan ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan penulis dalam pendalaman materi dan permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka mencapai kesempurnaan. Penulis berharap laporan ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan manfaat bagi penulis khususnya maupun bagi pembaca pada umumnya.Bandung, Maret 2015 Penulisiv

iii

IDENTITAS MAHASISWA

Nama Mahasiswa: Deden Gustaman JuhanaTempat Tanggal Lahir: Bandung, 07 April 1992Email: [email protected] Kelamin: Laki-lakiGolongan Darah: ANomor Induk Mahasiswa : 1112C1001Nama Kampus: Sekolah Tinggi Analis Bakti AsihAlamat Kampus: Jl. Padasuka Atas No. 233 Bandung

Nama Mahasiswa: Fanfan Fauzan RabaniTempat Tanggal Lahir: Tasikmalaya, 14 Juni 1993Email: [email protected] Kelamin: Laki-lakiGolongan Darah : BNomor Induk Mahasiswa : 1112C1005Nama Kampus: Sekolah Tinggi Analis Bakti AsihAlamat Kampus: Jl. Padasuka Atas No. 233 Bandung

IDENTITAS PERUSAHAAN

Nama Instansi: Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)Alamat Instansi: Jl. Sangkuriang No. 14 Bandung 40135Telp: 022-2504088, 022-2510682, 022-2504828Fax: 022-2502027Website: www.b4t.go.ig, [email protected] B4T: Ir. Suporno, M.Sc. Kepala LaboratoriumKimia: Jajuli, ST.Pembimbing: 1. Rita Citrayati2. Eny Susilowati, S.Si

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHANSekolah Tinggi Analis Bakti AsihiBalai Besar Bahan dan Barang TeknikiiKATA PENGANTARiiiIDENTITAS MAHASISWAivIDENTITAS PERUSAHAANvDAFTAR ISIviDAFTAR GAMBARviiiDAFTAR TABELixDAFTAR LAMPIRANxBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang PKL11.2 Tujuan PKL21.3 Batasan Masalah21.4 Waktu dan Tempat PKL2BAB II PROFIL BALAI BESAR BARANG DAN BAHAN TEKNIK2.1Sejarah Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)32.2Visi dan Misi42.3Tugas dan Fungsi42.4Struktur Organisasi62.5Laboratorium di B4T82.6Aktivitas dan Jaminan Mutu82.7Layanan Jasa Balai Besar Bahan dan Barang Teknik9BAB III TINJAUAN PUSTAKA3.1Cairan rem173.2Fungsi cairan rem173.3Cara kerja cairan rem173.4Kandungan cairan rem183.5Klasifikasi cairan rem18

3.6Verifikasi metode analisis223.7Teknik Sampling223.8Alur Pemeriksaan Sampel23BAB IV PROSEDUR PENGUJIAN4.1Cairan Rem (Brake Fluid) untuk kendaraan bermotor4.1.1Equilibrium Reflux Boiling Point (ERBP)244.1.2Wet ERBP254.1.3Kekentalan Kinematis254.1.4pH274.1.5Kestabilan cairan (Kestabilan pada temperature tinggi)274.1.6Korosi284.1.7Endapan304.1.8Penguapan314.1.9Titik tuang324.1.10Toleransi air (SAE J1703)334.1.11Uji Terhadap Karet334.1.12 Fluiditas dan penampakan pada suhu rendah344.1.13Ketahanan terhadap oksidasi354.2Validasi metoda penetapan kadar air37BAB V DATA PENGAMATAN5.1Cairan Rem (Brake Fluid) DOT-3 untuk kendaraan bermotor395.2Validasi metoda penetapan kadar air41BAB VI PEMBAHASAN6.1Pengujian cairan rem426.2Verifikasi Metoda Penetapan Kadar Air42BAB VII PENUTUP7.1Kesimpulan497.2Saran49DAFTAR PUSTAKA50LAMPIRAN51DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4. Skema Organisasi B4T7Gambar 4.1.3.Temperature Probe Immersion in Constant Temperature Bath27Gambar 4.1.9 Apparatus for Pour Point Test32

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sejarah Singkat Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)4Tabel 2.7.8 Lingkup produk yang dapat disertifikasi oleh B4T-LS Pro14Tabel 2.7.9 Ruang Lingkup Sertifikasi15Tabel 3.8 Alur Pemeriksaan sampel23Tabel 5.1 Data pengamatan pengujian cairan rem DOT-339Tabel 5.2 Data pengamatan verifikasi metoda penetapan kadar air41

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A SNI-06-2769-199251Lampiran B Verifikasi Metoda Penetapan Kadar Air54Lampiran C Gambar57

1

49

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang PKLPKL (Praktek Kerja Lapangan) adalah suatu kegiatan untuk memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mempraktekkan keterampilan yang diperoleh selama kegiatan pendidikan dan sikap profesional dalam bidang laboratorium kimia.Kegiatan PKL ini sebagai suatu upaya dalam menyiapkan tenaga yang profesional pada bidangnya demi terciptanya peningkatan dan memperkokoh keterkaitan dan keterpaduan, antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Salah satu bidang ilmu yang mengalami perkembangan cukup pesat tersebut adalah bidang ilmu kimia.Analisis kimia merupakan salah satu bagian dari ilmu kimia dan suatu rangkaian kegiatan untuk menganalisis atau menguji bahan baku maupun produk. Begitu banyak cakupan yang berhubungan dengan analisis kimia, salah satu diantaranya adalah analisis pelumas. Pelumas merupakan salah satu produk hasil turunan minyak bumi yang banyak digunakan untuk keperluan dalam bidang transportasi ataupun bidang lainnya yang berhubungan dengan mesin dan alat. Semakin banyaknya penggunaan alat yang berbasis mesin berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan pelumas untuk memenuhi permintaan pasar. Dilihat dari klasifikasi pelumas yang beraneka ragam, maka penggunaan pelumas sangat banyak dan luas untuk digunakan pada berbagai jenis mesin. Salah satu contoh dari jenis pelumas yaitu cairan rem yang banyak digunakan untuk kendaraan bermotor. Untuk memenuhi fungsinya, maka cairan rem harus memiliki standar yang dipakai sebagai acuan untuk penentuan kualitas pelumas tersebut sehingga mampu digunakan dengan baik. Penggunaan pelumas akan berpengaruh pada operasi dan efisiensi kendaraan. Oleh karena itu, kualitas cairan rem yang rendah dapat mempengaruhi komponen rem sehingga pengujian kualitas cairan rem ini sangat penting untuk dilakukan. 1.2Tujuan PKLTujuan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yaitu: Melatih keterampilan mahasiswa yang diperoleh dari kampus untuk diterapkan secara nyata di dunia kerja. Meningkatkan kemampuan, memperluas dan memantapkan keterampilan mahasiswa sebagai bekal kerja yang sesuai dengan program studinya. Mengembangkan sikap dan keterampilan mahasiswa dalam memberikan pelayanan, khususnya pelayanan laboratorium. Memperoleh informasi mengenai mutu atau kualitas suatu cairan rem dan untuk keperluan kendaraan bermotor berdasarkan hasil pengujian. Mengetahui cara verifikasi metoda analisis1.3Batasan MasalahAdapun batasan masalah pada kerja praktek ini adalah sebagai berikuta. Analisis yang dilakukan adalah analisis cairan rem berdasarkan SNI 06-2769-1992.b. Verifikasi Metoda analisis penentuan kadar air.1.4Waktu dan Tempat PKLTempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan adalah di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, jalan sangkuriang No. 14 Bandung. Waktu pelaksanaan di Laboratorium Pelumas mulai tanggal 02 Februari 2015 sampai dengan 28 Maret 2015.

BAB IIPROFIL BALAI BESAR BARANG DAN BAHAN TEKNIK

2.1Sejarah Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) didirikan oleh pemerintah Belanda di Batavia (Jakarta) pada tanggal 9 Juli 1909 dengan nama Laboratorium Voor Metal Onderzoek. Laboratorium ini berada dibawah Burgelizke Openbake Waken yang diketuai oleh Ir. De. Vig. Laboratorium ini bertugas memeriksa bahan logam.Setelah berjalan cukup lama, penelitian semakin meluas meliputi bahan-bahan logam, bahan-bahan kimia dan pertambangan, sehingga pada tahun 1912 nama balai berubah menjadi Laboratorium Voor Material Onderzoek. Pimpinan laboratorium diserahkan kepada Prof. Ir. W.H.A. Alpen Van Der Veer. Kemudian pada tahun 1921 laboratorium ini dipindahkan ke kompleks Technische Hoge School (sekarang ITB). Pada bulan Januari 1934 kedudukan laboratorium Voor Material Onderzoek berada dibawah Departemen Van Ekonomische. Selanjutnya berturut-turut pimpinan laboratorium sampai tahun 1942 adalah Prof. W. J. Thamons dan Prof. Ir. C. A. A. Van Der Woude.Adanya perubahan pendudukan pemerintah oleh Jepang, maka laboratorium ini berubah nama menjadi Laboratorium Zeiro Sikendyo dibawah pimpinan Prof. Sakai. Kemudian setelah Prof. Karo bertugas menggantikan Prof. Sakai laboratorium ini berganti nama lagi menjadi Laboratorium Kogio Sikendyo. Setelah kekuasaan disegala bidang diserahkan kepada pemerintah Indonesia sekitar tahun 1949, laboratorium ini berganti nama lagi menjadi Balai Penyelidikan Bahan-Bahan dan laboratorium-laboratorium cabang bersatu kembali di ITB.Pada tahun 1980 berganti nama kembali menjadi Balai Besar Litbang Industri Bahan dan Barang Teknik berdasarkan surat keputusan Menteri Perindustrian No. 221/M/SK/6/1980. Akhirnya tahun 2002 berubah nama menjadi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 781/NPP/Kep/11/2002. Secara ringkas sejarah B4T dapat dilihat pada tabel:TahunKeterangan

1909Didirikan di Batavia (Jakarta sekarang) oleh pemerintah Hindia Belanda dengan nama Laboratorium Voor Metaal Onderzoek di bawah Burgelizke Openbake Warken (Departemen PU sekarang).

1912Diperluas menjadi Laboratorium Voor Metaal OnderzoekMaterials

1921Dipindahkan ke Bandung di kompleks Technische Hoge School (ITB sekarang )

1934Kedudukan balai berada di bawah Van Ekonomische (Departemen Perekonomian / Perdagangan)

1942Berada di bawah kekuasaan pemerintah Jepang berubah nama menjadi Laboratorium Zeiro Sikendya dan kemudian menjadi Laboratorium Kogio Sikendya

1949Berubah nama menjadi Balai Penyelidikan Bahan-bahan yang berkedudukan di bawah Kementerian Kemakmuran

1980Kedudukan balai di bawah Badan Litbang Industri Departemen Perindustrian dan berubah nama menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik

2002Menjadi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yang disingkat B4T

Tabel 2.1 Sejarah Singkat Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)Sumber : http://www.B4T.go.id2.2Visi dan MisiVisiMenjadi lembaga terkemuka dalam bidang penjaminan dan peningkatan mutu bahan dan barang teknik yang didukung oleh penelitian.MisiMemberikan pelayanan teknis yang profesional melalui jasa pengujian, kalibrasi, inspeksi teknik dan litbang terapan untuk meningkatkan mutu produk dan tenaga industri yang diakui secara nasional dan internasional.2.3Tugas dan FungsiBalai Besar PeneLitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik mempunyai tugas dan fungsi yang mencakup pemakaian bahan baku, proses produksi, produk dan peralatan dalam rangka pengembangan industri bahan dan barang teknik. Tugas pokok dan fungsi tersebut diantaranya : 1. Pelaksanaan pemasaran, peningkatan kompetensi tenaga industri dan pemanfaatan teknologi informasi;2. Penelitian, pengembangan, perancangan, perencanaan, dan penyusunan standar serta penerapan standar bidang bahan dan barang teknik;3. Pelaksanaan sertifikasi sistem mutu, sertifikasi produk barang teknik serta sertifikasi produk berkaitan dengan keselamatan dan lingkungan di bidang industri bahan dan barang teknik;4. Pelaksanaan bantuan teknik untuk peningkatan dan pengawasan mutu bahan organik dan anorganik, bahan bangunan, produk logam, barang teknik, barang listrik dan elektronik rumah tangga, motor bakar, kendaraan bermotor, komponen otomotif dan instrumentasi industri;5. Pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan B4T.Kegiatan yang dilakukan Balai Besar Peneitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik diantaranya :1. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi bahan, barang teknik, barang non-teknik, proses peralatan dan barang-barang elektronik, serta penanggulangan pencemaran industri.2. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan desain dan prototip produk serta peralatan industri dan bahan teknik.3. Melaksanakan kegiatan bantuan teknik untuk peningkatan dan pengawasan mutu bahan, proses, peralatan, barang teknik, barang non-teknik dan barang elektronik.4. Melaksanakan kegiatan-kegiatan pengawasan mutu atas bahan, proses, peralatan, barang teknik, barang non-teknik dan barang elektronik.5. Memasyarakatkan hasil penelitian dan pengembangan.Melaksanakan kegiatan penyuluhan termasuk pembinaan teknis dan ekonomis, konsultasi dan informasi.

2.4Struktur OrganisasiStruktur Organisasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) terdiri dari 7 bagian, diantaranya yaitu:1. Bagian Tata Usaha Terdiri dari empat sub bagian, yaitu: Sub bagian Penyusun Sub bagian Kepegawaian Sub bagian Keuangan Sub bagian Umum2. Balai Penelitian Bahan3. Balai Pengembangan BahanTerdiri empat seksi, yaitu: seksi Tekno Eknomi Seksi Pengembangan Teknologi Seksi Percobaan Seksi Pengawasan Mutu dan Normalisasi4. Balai Penelitian Barang Teknik5. Balai Pengembangan Barang TeknikTerdiri dari tiga seksi, yaitu: Seksi Tekno Ekonomi Seksi Pengembangan Tekno seksi Percobaan Seksi pengawasan mutu dan normalisasi6. Unit Perkembangan dan Instrumentasi7. Unit Perpustakaan, Dokumentasi, dan InformasiSkema Organisasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik serta Struktur Organisasi Laboratorium B4T dapat dilihat pada gambar 2.4.

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONALBIDANG INSPEKSI TEKNIKSEKSI INSPEKSI BAHAN DAN BARANG TEKNIK LOGAMSEKSI INSPEKSI BAHAN DAN BARANG TEKNIK NON LOGAMSISTEM ANALISIS KERUSAKAN DAN SISTEM PEMELIHARAANBIDANG PENEMBANGAN JASA TEKNIKSEKSI PEMASARAN DAN KERJASAMASEKSI PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN SARANA RISETSEKSIINFORMASIBIDANG STANDARISASISEKSI PENGUJIANSEKSIKALIBRASISEKSI PENYUSUNAN STANDARBIDANG SERTIFIKASISEKSI SISTEM MUTU DAN LINGKUNGANSEKSI MUTU BAHAN DAN BARANGTEKNIKSEKSI KESELAMATAN DAN KUALIFIKASI PERSONILBALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIKSUBBAGIAN UMUMSUBBAGIAN KEPEGAWAIANSUBBAGIAN KEUANGANSUBBAGIAN PROGRAM DAN PELAPORANBAGIAN TATA USAHA

Gambar 2.4. Skema Organisasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik

2.5Laboratorium di B4TDi B4T terdapat beberapa laboratorium diantaranya :1. Laboratorium Pengujian Bahan : Laboratorim Kimia Laboratorium Semen Laboratorium lingkungan Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Jadi2. Laboratorium uji : Laboratorium pelumas dan Bahan Bakar Laboratorium Aneka Bahan Organik dan cat Laboratorium Kimia Logam Laboratorium Aneka Bahan Anorganik, Batuan dan Mineral3. Labratorium Pengujian Barang Teknik : Laboratorium Logam Laboratorium Metalografi Laboratorium Otomotif dan Komponennya Laboratorium Barang Teknik Laboratorium Listrik dan Elektronika2.6Aktivitas dan Jaminan MutuLaboratorium Pengujian dan Kalibrasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik memiliki kebijakan mutu sebagai berikut :1. Laboratorium Balai Besar Bahan dan Barang Teknik memberikan jasa pengujian dan kalibrasi secara profesional dalam melayani pelanggan.2. Laboratorium Balai Besar Bahan dan Barang Teknik menggunakan sistem manajemen mutu sesuai dengan persyaratan ISO/IEC 17025:2005.3. Laboratorium Balai Besar Bahan dan Barang Teknik memberikan pelayanan pengujian dan kalibrasi yang mengutamakan mutu hasil uji/kalibrasi, harga dan ketepatan waktu untuk memberikan kepuasan pelanggan.4. Semua personil yang terlibat dalam pengujian/kalibrasi memahami dan menerapkan dokumentasi Sistem Manajemen Mutu di dalam pekerjaan sehari-hari.5. Kegiatan pengujian/kalibrasi selalu dilaksanakan berdasarkan sistem mutu yang sesuai dengan ISO/IEC 17025:2005 dan secara berkelanjutan meningkatkan efektivitas sistem manajemen.2.7Layanan Jasa Balai Besar Bahan dan Barang Teknik1.Pengujian Barang TeknikBahan dan Barang Teknik yang dapat diuji mencakup berbagai produk industri logam, komponen otomotif, ban kendaraan bermotor, sepeda motor, accumulator, barangbarang listrik, lampu (Pijar, Swaballast, Fluorescent), baterai kering, produk elektronika (audio/video, elektronika konsumsi, peralatan teknologi informasi), produk karet, barang plastik, pipa besi, pipa baja, pipa PVC atau polietilena, pompa, pengujian tidak merusak, pengujian barang logam dan pengujian metalografi, dalam rangka kesesuaian dengan persyaratan standar yang berlaku seperti SNI, ASTM, British Standard, JIS atau standar lainnya. Kegiatan pengujian barang teknik didukung oleh : Laboratorium Logam Laboratorium Metalografi Laboratorium Otomotif dan komponennya Laboratorium Barang Teknik Laboratorium Listrik dan ElektronikaLaboratorium Pengujian Barang Teknik telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan register No. LP007IDN, sesuai aturan persyaratan standar ISO / IEC 17025.2. KalibrasiPeranan kalibrasi pada kegiatan industri merupakan salah satu tolok ukur jaminan mutusuatu produk, sehingga semua alat ukur ( instrumentasi ) dan bahan ukur sangat perlu dilakukan kalibrasi, sesuai dengan persyaratan standar atau spesifikasi teknis yang berlaku. Laboratorium Kalibrasi B4T memiliki SDM yang profesional dibidangnya dan telah berpengalaman melakukan kalibrasi di lingkungan Industri, BUMN, Instansi Pemerintah maupun Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia. Pada tahun 1994 diakreditasi secara Internasional oleh NATAAustralia, dan pada tahun 2000 diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan register No. LK022IDN, sesuai aturan persyaratan standar ISO / IEC 17025. Layanan jasa kalibrasi yang dapat diberikan meliputi 9 bidang, diantaranya yaitu suhu, tekanan, gaya, massa dan timbangan, alat-alat gelas volumetri, optik atau instrumen analisa, dimensi, kelistrikan, dan kekerasan.3. Inspeksi Teknik Barang LogamInspeksi Teknik Barang Logam meliputi: Pemeriksaan (inspeksi) pada pemeliharaan peralatan pabrik (in service) pemeriksaan (inspeksi) pada pemanufaktur ketel uap (boiler), bejana tekan, alat penukar kalor, tangki penimbun dan konstruksi baja. pemeriksaan peralatan inspeksi (NDT).Layanan jasa inspeksi Teknik Barang Logam yang dapat diberikan meliputi: Inspeksi NTT Non Radiasi: Uji visual, ultrasonic, thickness meter, magnetik particle, penetrant, eddy curent, crack depth meter, accoustic emission, close interval potential surveys, corrosion monitoring, wire rope flow detector, dan fast fourier transform analyzer (vibration, balancing) Inspeksi NDT Radiasi : Pengujian Radiografi X-Ray 225 KV dan 300 KV, serta Radiografi Ir-192 Inspeksi In service : Inspeksi yang dilakukan terhadap instalasi dan peralatan pabrik yang telah pakai (turn around). Lembaga inspeksi Teknik Barang Logam atau B4T - LIT telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) sebagai Lembaga Inspeksi Teknik type A, dengan register No.LI - 006 - IDN sesuai dengan persyaratan standar ISO/IEC 17020.4. Inspeksi Teknik Barang Non LogamKegiatan inspkesi teknik barang non logam difokuskan pada: Inspeksi struktur bangunan sipil Pemeriksaan mutu dan kualitas struktur beton yang telah lama terpasang (existing) ataupun yang baru. Pemeriksaan kerusakan struktur beton (retakan, spalling, korosi dan lain lain pada pada elemen struktur beton). Analisis kerusakan dan rekomendasi perbaikan perkuatan struktur bangunan beton yang mengalami kerusakan dan lain lain. Analisis dan desain bangunan sipilAnalisis gaya-gaya yang bekerja pada struktur beton untuk mengetahui penyebab kerusakan dengan menggunakan program analisis struktur (SAP 90, SAP2000, dan lain-lain), desain ulang bangunan sipil, analisis perbaikan dan perkuatan komponen struktur beton dan lain-lain. Pengujian di laboratoriumbeton dan bahan bangunanPengujian kuat tekan beton, agregat kasar dan halus (tingkat gradasi, kadar lumpur dan lain-lain) material bahan bangunan, tingkat permeabilitas (resapanair), dan lentur material bahan bangunan.5. Analisis KegagalanKegiatan Failure Analysis ditujukan untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan yang spesifik dari peralatan, pelengkap, dan instalasi pabrik serta untuk menentukan tindakan pencegahan agar kerusakan tidak terulang. Manfaat dari analisis kegagalan ini dalam jangka pendek diharapkan dapat memperbaiki desain, proses dan metode pabrik. Dalam jangka panjang dapat dipakai untuk pengembangan material dan sebagai metode mutakhir untuk evaluasi dan memprediksiperfomance material serta untuk memperbaiki sistem pemeliharaan. Layanan jasa failure analysis meliputi analisis kerusakan bahan dan barang teknik layanan in-situ pada industri perminyakan, petrokimia, pembangkit listrik, pemanufaktur, dan industri lainnya. Kegiatan failure analysis didukung oleh Laboratorium Uji Logam, Laboratorium Uji Metalografi, Laboratorium Uji Kimia, dan Uji Tidak Merusak atau NDT,serta pemeriksaan Scanning Electron Microscope (SEM) dan analisis tegangan yang menggunakan Finite Element Method (FEM).6. Konsultasi TeknikJasa Konsultansi Teknik ditujukan untuk memberikan bimbingan teknis yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan industri antara lain : Manajemen Laboratorium ISO 17025 Teknologi Proses Pemeliharaan Mesin atau Peralatan Produksi Peningkatan Mutu Produk sesuai Standar Nasional Indonesia ( SNI ) Menganalisis dan Merekomendasikan Perpanjangan Umur Peralatan Produksi Penggunaan Limbah dan Produk Samping Industri Evaluasi Kinerja IPAL Peningkatan Kemampuan atau Pengembangan Kompetensi SDM Penanganan Permasalahan Industri lainnya.Jenis Industri yang menjadi sasaran konsultansi teknik adalah industri atau UKM logam, mesin, kimia, elektronika, listrik, industri perminyakan, petrokimia, pembangkit listrik atau energi, pemanufaktur, konstruksi, dan industri lainnya. Manfaat konsultansi teknik bagi dunia industri antara lain : Meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan mutu produk Meningkatnya kredibilitas industri dalam transaksi bisnis7. Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu dan LingkunganB4T Quality System Certification ( B4T - QSC ) adalah suatu lembaga sertifikasi di B4T yang memberikan layanan jasa sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004 kepada perusahaan atau organisasi yang telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 atau sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004 melalui kegiatan penilaian sistem, sekaligus memberikan hasil nilai positif kepada perusahaan yang berguna untuk mengadakan perbaikan secara menyeluruh. B4T - QSC adalah lembaga sertifikasi sistem mutu pertama di Indonesia yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional ( KAN ) yaitu sejak tahun 1994. B4T QSC telah diakui internasional melalui kesepakatan yang dinyatakan dalam Pacific Accreditation Cooperation (PAC) and International Accreditation Forum (IAF), penandatanganan Multilateral Recognition Arrangement (MLA) untuk sistem manajemen mutu sejak tahun 2000, negara yang terlibat adalah Amerika, Australia, New Zealand, Singapura, Jepang, Kanada, Thailand, China, Taiwan, Eropa dan sebagainya.8. Sertifikasi ProdukSertifikasi produk ditujukan untuk memberikan jaminan kepastian mutu produk kepada konsumen sesuai persyaratan dan spesifikasi teknik yang berlaku. Lembaga sertifikasi produk atau B4T-LS Pro telah mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada tahun 2005 dengan register No. LSPr-013-IDN, sesuai aturan persyaratan standar pedoman BSN 4001-2000 atau ISO/IEC Guide 65 dan pedoman KAN 402-2001 atau ISO. IEC Guide 27. Pelaksanaan penelitian kesesuaian produk mengacu kepada standar nasional maupun internasional yang berlaku diantaranya : SNI, ASME Code, ANSI, ASTM, API, JIS, British Standar, dan Standar lain yang berlaku. Lingkup produk yang dapat disertifikasi oleh B4T-LS Pro diantaranya dapat dilihat pada tabel 2.7.8. Sertifikasi kesesuaianSertifikasi Produk SNI

Bejana TekananKetel UapAlat Penutup KalorTingkat penimbunPerpipaanLampu PijarSemen Portland PozolanSemen ProtlandSemen Protlan campuranBaterai KerinBan Mobil PenumpangBan Truk dan BusBan Sepeda MotorBaja Tulangan Beton

Tabel 2.7.8 Lingkup produk yang dapat disertifikasi oleh B4T-LS Pro9. Sertifikasi PersonilLembaga Sertifikasi Personil atau B4T-PC merupakan suatu lembaga otonomi dan independen serta mewakili kepentingan industri pengguna jasa baik dari sektor umum atau swasta, lembaga pemerintahan dan lembaga profesi. B4T-PC dalam melaksanakan aktivitasnya didukung oleh sumber daya manusia yang berpengalaman dan berkualifikasi dengan berpedoman pada pedoman mutu B4T - PC, yang dibuat memenuhi persyaratan sesuai aturan standar pedoman KAN5001-2003. Lembaga sertifikasi Personil atau B4T-PC telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)pada tahun2005 dengan registrasi No. LSP-005-IDN, sesuai aturan persyaratan standar pedoman KAN -5001-2003 atau ISO / IEC17024-2003. Ruang lingkup yang dapat disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Personil B4T atau B4T-PC untuk saat ini terdapat pada tabel 2.7.9. Petugas Pengambil Contoh (PPC)Kelompok produk

Bidang padatanBidang semi padatBidang cairanBidang gasBidang barang jadiBahan Kimia dan Produk KimiaBahan KontruksiLogam Dasar dan Produk LogamMesin dan PeralatanPeralatan Listrik dan OptikProduk karet dan plastik

Tabel 2.7.9 Ruang Lingkup Sertifikasi10. Penyusunan StandarKegiatan penyusunan standar merupakan salah satu kegiatan penunjang B4T, dalam bidang pengujian serta membantu industri dalam menyiapkan StandarNasional Indonesia atau SNIuntuk terwujudnya jaminan mutu produk dan jasa, terutama di bidang bahan dan barang teknik. Kegiatannya meliputi penyusunan Standar Nasional Indonesia, baik itu revisi ataupun baru yang disesuaikan dengan kemampuan seluruh pihak yang terkait (khususnya industri dalam negeri), ataupun Standar Nasional yang berlaku dalam rangka mendukung perdagangan global. SNI yang telah disusun diantaranya produk semen, produk cat, produk kimia, produk barang logam, bahan bangunan, alat angkut, kendaraan bermotor, elektronika, barang teknik dan lain-lain.11. Penelitian dan PengembanganAktivitas Penelitian dan Pengembangan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ( B4T) diarahkan pada Litbang yang berkaitan dengan penelitian: Peningkatan mutu Bahan dan Barang Teknik seperti penemuan batu apung sebagai deposituntuk pembuatan bahan bangunan yang ringan dan bermutu tinggi. Diversifikasi penggunaan bahan seperti zeolit sebagai substitusi bahan semen, penggunaan Alumunium-Silikon untuk peralatan masak, dan penggunaan baja karbon rendah untuk pembuatan kopling cakram matahari kendaraan bermotor. Penelitian bahan galian non logam untuk substitusi impor. Penelitian korosi dan monitoring. Penelitian air pengisi ketel Menganalisis kerusakan peralatan produksi melalui failure analysis Menganalisis dan merekomendasikan Perpanjangan umur peralatan serta kajian lainnya dalam rangka preventif dan predictive maintenance Menganalisis keretakan material pada turbin, instalasi reaktor, evaporator, pemanfaatan limbah dan produk samping industri. Perekayasaan atau otomatisasi peralatan produksi UKM seperti ketel uap mini, peralatan mesin pemotong batu aji, mesin press-tangan hidrolik paving block, spring hammer untuk mengganti pertukangan besi dan pembuatan produk dekoratif yang sebelumnya dilakukan secara manual. Pengembangan metode pengukuran atau pengujian dengan fokus teknologi yang akan dikembangkan yaitu underwater welding, instrumentation dan materials.12. Pengujian BahanPengujian Bahan dapat dilakukan pada berbagai produk cat, oli atau pelumas, cairan rem, radiator coolant, bahan bakar dan berbagai produk kimia lainnya, genteng, asbes, bata, beton beserta unsur-unsurnya, semen, pupuk, mineral atau batuan, berbagai jenis air dan limbah Industri dalam rangka kesesuaian dengan persyaratan standar yang berlaku seperti SNI, ASTM, British Standard, JIS, atau standar lainnya. Untuk pengujian mutu produk semen meliputi uji kimia dan uji fisika dilakukan secara regular terhadap seluruh Pabrik Semen di Indonesia. Laboratorium Pengujian Bahan didukung oleh : Laboratorium Semen Laboratorium Kimia Laboratorium Lingkungan Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan JadiLaboratorium Pengujian Bahan telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan register No. LP007IDN, sesuai aturan persyaratan standar ISO / IEC 17025.BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1Cairan RemSistem rem pada kendaraan memiliki fungsi yang amat vital. Sitem rem dirancang untuk mengurangi kecepatan atau memperlambat dan menghentikan kendaraan. Prinsip dasar dari sistem rem kendaraan adalah memanfaatkan tenaga hydraulic untuk menggerakkan master cylinder kemudian akan mengaktifkan rem pada roda.[7]Fluida yang digunakan untuk sistem rem adalah oli yang khusus dan bukan sekedar berfungsi sebagai pelumas saja. Tugas oli rem yang utama adalah menjadi media perantara yang mentransmisikan tenaga hydraulic ke seluruh sistem rem. Kita mengenalnya dengan brake fluid.[6]3.2Fungsi Cairan RemFungsi cairan rem adalah sebagai pelumas pada komponen logam yang bergesekan untuk menghentikan laju kendaraan agar logam tersebut tidak mudah aus, tahan panas, dan tidak berubah bentuk pada suhu tinggi. Fungsi cairan rem yang lain adalah sebagai berikut:[6]1. Untuk mengurangi kecepatan sampai menghentikan kendaraan.2. Mengontrol kecepatan selama berkendara.3. Untuk menahan kendaraan pada saat parkir dan berhenti pada jalan yang menurun atau menanjak.4. Sebagai penyalur tenaga hidrolik tak lain karena memiliki sifat seperti fluida (cairan) dalam sistem tertutup lainnya.3.3Cara Kerja Cairan RemKetika proses pengereman, diperlukan tenaga hidrolik yang diaktifkan oleh silinder master agar dapat menghentikan putaran roda. Cara ini dilakukan dengan menekan tromol atau dapat juga dengan menjepit cakram. Tenaga hidrolik ini disalurkan kesemua sistem melalui cairan rem. Cairan rem memiliki sifat seperti fluida dalam sistem tertutupnya. Kerja dari sistem rem, dari master silinder ke piston mentransfer energi mekanis yang akan menghasilkan panas dari gesekan cairan rem dengan permukaan salurannya.[6]3.4Kandungan Cairan remKandungan cairan rem yang sering digunakan biasanya adalah Polyalkylene Glycol Ether. Cairan rem yang berbahan dasar Polyalkylene Glycol Ether lebih populer termasuk dalam dunia racing. Bahan kimia sebagai bahan dasar cairan rem ini serupa dengan bahan anti beku pada radiator coolant (ethylene glicol) dan bahkan bahan dasar ini termasuk bahan beracun dan perlu seratus tahun bagi alam untuk menguraikannya. Polyalkylene Glycol Ether yang sering digunakan adalah Tri-Ethylene Glycol. Senyawa ini merupakan bahan dasar dari cairan rem. Senyawa ini merupakan senyawa organik, berbentuk cairan dan tidak berwarna dengan bau seperti ether. Memiliki nama IUPAC 2 Methoxyethanol atau lebih dikenal dengan nama Methyl Cellosolve. Senyawa ini dibuat dari serangan nukleofilik metanol pada oksiran terprotonosi melalui proses transfer proton. Senyawa ini bersifat beracun terhadap tulang dan otot. Biasanya cairan rem yang terbuat dari Glykol Ether ditambahi senyawa aditif seperti asam borat yang berfungsi mengikat air agar cairan rem tetap dalam keadaan kering. Cairan rem berbahan dasar glykol, yang digunakan bersama zat aditif tertentu, memberikan keuntungan berupa titik beku yang rendah dan titik didih yang tinggi, dan mempunyai viskositas tetap (kekentalan) terhadap temperatur yang berubah drastis. Cairan rem harus cocok dengan peralatan dari logam dan seal karet yang digunakan oleh sistem ini.[7]3.5Klasifikasi cairan RemCairan rem berdasarkan titik didihnya diklasifikasikan dalam empat kategori:[5] DOT 3 DOT 4 DOT 5.1 DOT 5DOT merupakan singkatan dari Departement Of Transportation (USA). Department Of Transportation (USA) ini menentukan tingkat klasifikasi cairan rem. Semakin tinggi angka yang mengikutinya maka semakin tinggi pula titik didihnya. Karakter dari masing masing cairan rem tersebut adalah sebagai berikut:1. DOT-3Cairan rem berspesifikasi DOT 3, 4 dan 5.1 mengandung Polyglykol ether yang hydroscopik, artinya mempunyai sifat menyerap air. Bila dicampur atau tercampur air, cairan rem tersebut tetap berwujud sama sekalipun sifatnya sudah berubah. Polyglykol hanya berkemampuan setengah silikon dalam menerima tekanan. Untuk mobil racing, dry boiling point menjadi penting. Saat balap, sistem rem bekerja keras, tak jarang cakram rem terlihat merah membara. Meski air akan membuat titik didih cairan rem menurun, namun hal tersebut tidak menjadi penting dalam kendaraan harian. Karena setelah pemakaian beberapa bulan, performa cairan rem kemungkinan hanya mendekati titik didih wet saja. Bila air tercampur atau dicampurkan dengan minyak maka cairan rem tersebut tetap berwujud sama meskipun sifatnya berubah. Saat ini mobil- mobil standar semisal mobil keluaran Jepang, umumnya menggunakan cairan rem klasifikasi DOT-3. Mobil-mobil keluaran eropa atau Amerika Serikat umumnya telah menggunakan DOT-4. Cairan rem DOT-3 merupakan cairan rem konvensional yang digunakan secara luas. Kelebihan dan kekurangan dari tipe ini adalah sebagai berikut:Kelebihan: Cairan rem tipe ini tidak mahal dan lebih mudah didapatkan.Kekurangan: DOT-3 dapat merusak karet alami, sehingga tidak dapat digunakan pada kendaraan yang menggunakan karet alami. DOT-3 merusak cat. DOT-3 menyerap cat (hidroskopik). Jika penutup kemasannya telah dibuka, sebaiknya digunakan pada periode 1 minggu setelah kemasan tersebut dibuka. Oleh karena cairan rem tipe ini dapat menyerap air dengan mudah, maka dapat menimbulkan korosi.2. DOT-4DOT-4 merupakan tipe cairan rem yang banyak digunakan pada mobil model lama. Kelebihan dan kekurangan pada cairan rem tipe ini adalah sebagai berikut.Kelebihan: DOT-4 cukup mudah diperoleh. DOT-4 tidak menyerap air semudah DOT-3 menyerap air. Titik didih DOT-4 lebih tinggi dibandingkan DOT-3, sehingga lebih sesuai untuk pemakaian pada kendaraan yang sistem remnya bersuhu tinggi.Kekurangan: DOT-4 merusak cat. Harganya kira-kira 50% lebih mahal dibandingkan DOT-3. Oleh karena DOT-4 masih dapat menyerap air, masih terdapat kemungkinan menimbulkan korosi.3. DOT-5DOT-5 juga dikenal sebagai cairan rem silikon. Hal ini dikarenakan DOT-5 berbahan dasar silikon. Silikon adalah cairan yang tidak menyerap air (non-hydroscopic), dan mengurangi kemungkinan penyebab korosi sehingga sifat dan kemampuan silikon stabil pada suhu tinggi. Cairan rem ini umumnya digunakan pada kendaraan militer seperti kendaraan tempur. Alasannya adalah silikon tidak merusak cat permukaan luar dari kendaraan yang merupakan hal yang penting dalam penyamaran. Kekurangannya adalah daya pelumasnya kurang baik atau gesekannya besar akibatnya diperlukan tenaga yang lebih besar saat menekan rem agar sistem rem bekerja. Untuk itu sering diistilahkan rem keras atau bagel.Kelebihan: DOT-5 tidak merusak cat. DOT-5 tidak menyerap air, sehingga dapat digunakan pada lingkungan yang lembab. DOT-5 sesuai dengan semua jenis karet rem.Kekurangan: DOT-5 tidak dapat menggantikan DOT-3 ataupun 4. Untuk mengganti tipe cairan rem yang telah digunakan sebelumnya, harus dilakukan pembuatan ulang sistem hidrolik pada kendaraan. Oleh karena DOT-5 tidak menyerap air, kelembaban didalam sistem hidrolik akan mengumpul pada satu bagian. Hal ini dapat mengakibatkan korosi terlokalisasi pada rem tersebut. Pengisian cairan rem tipe ini sebaiknya dilakukan secara hati-hati. Gelembung udara kecil dapat membentuk gelembung udara yang lebih besar. Tipe ini memiliki titik didih rendah dibandingkan DOT-4. Harga cairan rem tipe DOT-5 dua kali lebih mahal dibandingkan DOT-4. Selain itu, cairan rem ini juga lebih sulit ditemukan di toko biasa.4. DOT-5.1Cairan rem tipe DOT-5.1 merupakan cairan rem tipe baru. Sebelumnya, cairan rem tipe ini memiliki bahan dasar glycol, bukan silicon seperti tipe DOT-5. Selain itu, berdasarkan uji performanya, cairan rem tipe ini lebih menyerupai DOT-4 dengan kualitas lebih tinggi, dibandingkan menyerupai DOT-5. Oleh karena itu DOT-5.1 lebih cocok disebut DOT-4.1 atau DOT-6.Kelebihan: Tipe DOT-5.1 memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan tipe yang lain. Titik didihnya lebih tinggi, meskipun dalam keadaan basah maupun kering, jika dibandingkan DOT-3 maupun 4. Pada keadaan kering, titik didihnya adalah kira-kira 275C, sedangkan dalam keadaan basah titik didihnya berkisar antara 175 hingga 200C. DOT-5.1 kompatibel dengan formulasi karet rem.Kekurangan: Bahan utama cairan rem ini bukan silicon, sehingga akan menyerap air. Seperti halnya DOT-3 dan DOT-4, cairan rem ini akan merusak cat.3.6Verifikasi metode analisisValidasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya. Validasi biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan dikembangkan. Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku (misal dari AOAC, ASTM, dan lainnya), namun metode tersebut baru pertama kali akan digunakan di laboratorium tertentu, biasanya tidak perlu dilakukan validasi, namun hanya verifikasi. Tahapan verifikasi mirip dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan tidak selengkap validasi.[1]3.7Teknik Sampling Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sampel dari populasi. Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti, sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan objek yang diamati.[2] Pengambilan sampel cairan rem dilakukan secara acak berdasarkan area (Cluster sampling), Cluster sampling merupakan sistem pengambilan sampel yang dibagi berdasarkan areanya. Setiap area memiliki jatah terambil yang sama.[2] Untuk periode sampling cairan rem dilakukan satu kali dalam satu tahun, dan untuk Quality Control suatu cairan rem dari pabrik/industri sampling dilakukan satu kali dalam satu bulan.

3.8Alur Pemeriksaan Sampel

Sampel Cairan Rem, Pengujian Berdasarkan SNI 06-2769-1992Pengujian :ERBPKestabilan Cairan pada Temperatur Tinggi Wet ERBPPengujian Kekentalan Kinematis Suhu 1000C.Pengujian KorosiPengujian EndapanPengujian pH Sebelum & Sesudah Uji KorosiPengujian Karet:Suhu 700CSuhu 1200CPengujian PenguapanPengujian Titik TuangPengujian Toleransi AirSuhu -400CSuhu -500CSuhu -500CSuhu -400CPengujian FluiditasPengujian Ketahanan Terhadap OksidasiTabel 3.8 Alur Pemeriksaan Sampel

BAB IVPROSEDUR PENGUJIAN

4.1Cairan Rem (Brake Fluid) untuk kendaraan bermotorPengujian Cairan Rem untuk kendaraan bermotor didasarkan pada SNI 06-2769-1992.4.1.1Equilibrium Reflux Boiling Point (ERBP)A. Peralatan1. labu refluks 100 mL yang mempunyai dua leher pendek2. Pendingin (Condensor)3. Termometer ASTM 3C/3F (-50C 4000C)4. Alat pemanas5. Batu didihB.Cara Kerja1. Pasang termometer ke dalam labu dari leher samping hingga ujungnya berada 6,5 mm dari dasar labu.2. Masukkan contoh uji 60 1 mL dan beberapa butir batu didih kedalam labu.3. Pasang pendingin pada labu dan pasang alat pemanas serta alirkan air pada pendingin.4. Panaskan labu sehingga dalam waktu 10 2 menit terjadi pereflukskan.5. Segera pemanasan diatur sehingga kecepatan equilibrium reflux 1-2 tetes tiap detik sepanjang 5 2 menit.6. Catat temperature ERBP dan lakukan 4 kali pembacaan setiap selang waktu 30 detik serta hasilnya dirata-ratakan.7. Koreksi titik didihA = C + K (760 P)A = titik didih (0C)C = titik didih yang diamati (0C)P = tekanan barometer (mmHg)K= faktor koreksi (dalam 0C tiap perbedaan tekanan 1mmHg) Temperature 1000C 1900C, koreksi 0,0390C/mmHg temperature 1900C, koreksi 0,0400C/1 mmHg.4.1.2Wet ERBPA. Peralatan1. labu refluks 100 mL yang mempunyai dua leher pendek2. Pendingin (Condensor)3. Termometer ASTM 3C/3F (-50C 4000C)4. Alat pemanas5. Batu didihB. Cara Kerja1. Campurkan 100 mL contoh uji dengan 3,0 mL air dan diamkan 24 jam.2. Pasang termometer ke dalam labu dari leher samping hingga ujungnya berada 6,5 mm dari dasar labu.3. Masukkan 60 mL contoh uji yang telah dijenuhkan dengan air kedalam labu, pasang pendingin pada labu dan pasang alat pemanas serta alirkan air pada pendingin.4. Panaskan labu sehingga dalam waktu 10 2 menit terjadi perefluksan.5. Segera pemanas diatur sehingga kecepatan equilibrium refluks 1 2 tets tiap detik sepanjang waktu 5 2 menit.6. Catat temperature ERBP dan lakukan 4 kali pembacaan setiap selang waktu 30 detik serta hasilnya dirata ratakan.7. Koreksi titik didih seperti pada penetapan ERBP.4.1.3Kekentalan KinematisA. Peralatan1. Gelas kapiler viscometer Cannon Fenske ukuran 50 atau 100.2. Penjepit viscometer dan rangkanya.3. Viscometer bath + thermostat4. Termometer5. Stop watch6. Karet penghisap7. Gelas piala 50 mLB. Cara kerja1. Panaskan viscometer bath sampai didapat temperature yang diperlukan.2. Masukkan contoh uji yang telah diaduk kedalam gelas piala 50 mL.3. Isap contoh uji dari gelas kimia tersebut kedalam gelas kapiler viscometer sampai tanda batas bawah (hindari adanya gelembung udara).4. Pasang viscometer pada penjepit, kemudian letakkan pada rangkanya dalam viscometer bath yang telah sesuai suhunya dan diamkan 15 menit agar suhu contoh sama dengan suhu penangas.5. Dengan mempergunakan karet penghisap untuk mengatur contoh kira-kira 5 mm di atas tanda batas atas, isap contoh didalam gelas kapiler viskometer dan biarkan contoh mengalir. Pada saat permukaan contoh mencapai tanda batas atas, stop watch dijalankan dan dihentikan pada saat contoh mencapai tanda batas bawah.6. Catat waktu mengalir yang diperoleh.Pekerjaan ini diulangi sehingga diperoleh perbedaan waktu 0,2 detik. Perhitungan : V = t x cV = kekentalan (mm2/s)t = waktu mengalir (detik)c = konstanta gelas kapiler viskometer

Digital Contact ThermometerViscometerBath Liquid LevelLiquid In Glass ThermometerSumber : ASTM D445 Gambar 4.1.3.Temperature Probe Immersion in Constant Temperature Bath4.1.4pHA. Pereaksi Etanol aquadest :Campurkan etanon dan aquadest dengan perbandingan 1 : 1 % volume, sehingga diperoleh larutan campuran kira-kira 50 mL. atur pH ran 7,0 1 dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N.B. Peralatan1. Gelas piala2. Pengukur pHC. Cara kerja1. Campurkan 50 mL contoh uji dengan 50 mL etanol-air dan aduk.2. Celupkan elektroda ke dalam campuran tersebut di atas dan baca pH pada suhu 23 50C.4.1.5Kestabilan cairan (Kestabilan pada temperature tinggi)A. Peralatan1. labu refluks 100 mL yang mempunyai dua leher pendek2. Pendingin (Condensor)3. Termometer ASTM 3C/3F (-50C 4000C)4. Alat pemanas5. Batu didihB. Cara Kerja1. Pasang termometer ke dalam labu dari leher samping hingga ujungnya berada 6,5 mm dari dasar labu.2. Masukkan contoh uji 60 1 mL dan beberapa butir batu didih ke dalam labu.3. Pasang pendingin pada labu dan pasang alat pemanas serta alirkan air pada pendingin.4. Panaskan labu pada suhu 185 20C selama 2 jam. Segera pemanasan diatur kecepatan equilibrium refluk 1-2 tets tiap detik selama 5 2 menit.5. Catat temperature ERBP dan lakukan 4 kali pembacaan setiap selang waktu 30 detik serta hasilnya dirata-ratakan.6. Koreksi titik didih sesuai dengan penetapan ERBP.4.1.6KorosiA. Pereaksi Isopropanol p.a. / etanol p.a.B. Peralatan1. 1 set logam besi bertimah (tinned iron)(ASTM A 624) baja (SAE 1018), aluminium (SAE AA 2024), besi tuang (SAE G 3000), kuningan (SAE CA 260) dan tembaga (SAE CA 114) yang masing-masing logam mempunyai luas 25 5 cm2 (panjang 8 cm, lebar 1,3 cm, dan tebal maks. 0,8 cm) serta dilubangi dengan diameter 4-5 mm dan kira-kira 6 mm dari ujung masing-masing logam.2. Neraca analitis3. Karet rem (SBR)4. Durrometer tipe A5. Botol (tinggi 100 mm dan diameter 75 mm)6. Penjepit 7. Amplas halus ukuran 10008. DesikatorC. Cara kerja1. Bersihkan masing-masing logam (kecuali besi bertimah), dengan ampelas halus dan kemudian semua logam dicuci dengan isopropanol/etanol serta keringkan.2. Taruh logam-logam dalam desikator selama 1 jam, kemudian masing-masing logam ditimbang.3. Ukur panjang, lebar dan tebal serta tentukan luas masing-masing logam.4. Susun masing-masing set logam berurutan besi bertimah, baja, aluminium, besi tuang, kuningan dan tembaga serta diberi mur dan baut baja sehingga masing-masing logam bersentuhan.5. Cuci masing-masing set logam dengan isopropanol/etanol untuk membersihkan akibat kontaminasi dengan tangan.6. Ukur diameter dasar karet rem (jangan menggunakan karet yang ketika dilakukan pengukuran berbeda lebih dari 0,08 mm) serta ukur kekerasan karet rem dengan cara karet rem diberi landasan karet bulat berdiameter 19 mm, tebal minnimal 9 mm dan perbedan kekerasan landasan dengan karet rem maksimal 5 IRDH.7. Logam-logam yang telah disusun disimpan di atas karet rem dan masukkan dalam botol.8. Campurkan 760 mL cairan dengan 40 mL air serta tuangkan dalam botol, dan panaskan dalam oven 100 20C selama 120 2 jam.9. Dinginkan pada temperature 23 50C selama 60-90 menit.10. Pindahkan logam-logam dari botol dengan memakai penjepit serta lepaskan endapan yang melekat pada logam dengan cara mengetuk-ngetuk logam dalam cairan dalam botol.11. Amati logam-logam uji dan endapan Kristal dalam botol, kemudian lepaskan baut, serta logam dicuci dengan air kemudian dengan isopropanol. Amati apakah terjadi korosi sumur.12. Tempatkan logam-logam tersebut dalam desikator selama 1 jam kemudian timbang masing-masing logam.13. Tentukan perbedaan berat dari tiap-tiap logam kemudian perbedaan berat dibagi dengan luas dari tiap-tiap logam yang ditentukan dalam cm2.14. Selanjutnya lepaskan endapan yang menempel pada karet dengan cara mengetuk-ngetuk, kemudian karet rem dari botol diambil dengan cara dijepit.15. Cuci karet rem dengan isopropanol/etanol dan keringkan di udara.16. Tentukan diameter dasar dan kekerasan dari setiap karet rem dalam waktu 15 menit setelah pengambilan dari cairan.17. Amati apakah terjadi pembentukan gel pada botol.18. Uji endapan dengan mengambil 100 mL dari cairan korosi seperti pada butir 4.1.7 dan tentukan persentasi endapan.19. Tentukan juga pH setelah uji korosi seperti butir 4.1.44.1.7EndapanA. Peralatan1. Tabung sentrifuge2. Alat sentrifugeB. Cara Kerja1. Isi tabung sentrifuge dengan contoh yang diperoleh setelah pengujian korosi (4.1.6).2. Tabung sentrifuge yang berisis contoh dibuat seimbang dengan tabung sentrifuge lain.3. Kedua tabung sentrifuge tersebut ditempatkan pada alat sentrifuge secara berhadapan.4. Putar alat sentrifuge dengan kecepatan 1000-1200 rpm, selama 10 menit.5. Amati volume endapan dalam tabung sentrifuge.Perhitungan :

4.1.8PenguapanA. Peralatan1. Cawan petri diameter 10 cm dan tinggi 1,5 cm2. Timbangan analitik3. Desikator4. Gelas ukur 25 mL5. OvenB. Cara kerja1. Panaskan cawan petri dan tutupnya dalam oven 100 20C (dalam oven cawan petri dalam keadaan terbuka). Dinginkan dalam desikator dan timbang cawan petri beserta tutup sampai bobot tetap (A).2. Isi cawan petri dengan 25 1 mL contoh uji. Timbang cawan petri dalam keadaan tertutup (B).3. Masukan cawan petri kedalam oven pada temperature 100 20C selama 168 2 jam.4. Pindahkan cawan petri dari oven kedalam desikator.5. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit dan timbang.Perhitungan :

P = Sisa penguapanC = Berat cawan petri dengan contoh uji setelah pemanasanB = Berat cawan petri dengan contoh uji sebelum pemanasanA = Berat cawan petri tanpa contoh uji. Bahan yang menguap = (100 P)%4.1.9Titik tuangA. Peralatan1. Tabung titik tuang2. Termometer3. Alat pendinginB. Cara Kerja1. Contoh diambil dari hasil sisa uji penguapan, kemudian dimasukkan dalam tabung sampai tanda batas, tutup dengan gabus yang dilengkapi termometer.2. Masukkan tabung tersebut ke dalam alat pendingin. Amati setiap penurunan suhu 2,50C dengan cara contoh dimiringkan selama 5 detik. Catat suhu bila tidak ada gerakan pada permukaan contoh (membeku), ketika dimiringkan selama 5 detik.

THERMOMETERCORKJACKETTEST JARFILL LEVELGASKETDISKCOOLING BATHTitik tuang = titik beku + 2,50C.

Sumber : ASTM D97Gambar 4.1.9 Apparatus for Pour Point Test4.1.10Toleransi air (SAE J1703)A. Peralatan1. Oven2. Tabung sentrifuge3. Alat sentrifugeB. Cara kerja1. Campurkan 96,5 mL contoh uji dengan 3,5 mL aquadest kedalam tabung sentrifuge, tutup rapat sentrifuge dengan aluminium foil.2. Masukkan kedalam alat pendingin suhu -400C selama 22 2 jam.3. Angkat tabung sentrifuge, dinding tabung sentrifuge di bersihkan kemudian tabung sentrifuge dibalik. Catat waktu alir gelembung udara dan amati pemisahan.4. Balik kembali tabung sentrifuge Diamkan 2 jam dalam ruangan, amati kejernihan cairan. kemudian masukkan kedalam oven suhu 60 20C selama 22 2 jam.5. Keluarkan tabung sentrifuge dari dalam oven, amati apakah terjadi pemisahan.6. Masukkan tabung sentrifuge kedalam alat sentrifuge, tabung sentrifuge yang berisis contoh dibuat seimbang dengan tabung sentrifuge lain.7. Kedua tabung sentrifuge tersebut ditempatkan pada alat sentrifuge secara berhadapan.8. Putar alat sentrifuge dengan kecepatan 1000-1200 rpm, selama 10 menit.9. Amati volume endapan dalam tabung sentrifuge.4.1.11Uji Terhadap KaretA. Peralatan1. Oven2. Dua buah botol yang bertutup ulir (tinggi 125 mm, diameter 50mm)3. Jangka sorong4. Durrometer tipe A5. Satu buah karet remB. Cara Kerja1. Ukur diameter dasar karet rem dengan jangka sorong dan kekerasan karet rem dengan durrometer.2. Celupkan dua buah karet rem ke dalam 75 mL contoh uji dalam botol yang bertutup ulir dan taruh botol pada oven temperature 70 20C selama 70 jam.3. Dinginkan botol pada suhu kamar selama 1 jam.4. Karet dikeluarkan dari botol dan segera dicuci dengan isopropanol p.a./etanol p.a.5. Keringkan dengan kain, amati karet dan ukur diameter serta kekerasan karet dalam waktu 15 menit setelah karet dikeluarkan dari contoh uji.6. Catat penurunan kekerasan/pertambahan diameter dari karet.7. Lakukan percoban yang sama pada suhu 120 20C selama 70 jam.4.1.12Fluiditas dan penampakan pada suhu rendahA. Pereaksi Isopropanol p.a./etanol p.a.B. Peralatan1. Botol 125 mL (diameter luas 37 0,5 mm. tinggi 165 3 mm)2. Alat pendinginC. Cara kerja Pada suhu -400C1. Masukkan 100 mL contoh kedalam botol dan tutup botol rapat-rapat.2. Taruh botol pada suhu -40 20C selama 144 4 jam.3. Keluarkan botol dari penangas dan segera bersihkan botol bagian luar dengan kain yang dibasahi dengan isopropanol/etanol.4. Amati apakah terjadi pemisahan, pengendapan atau pembentukan Kristal pada cairan.5. Balikkan botol dan amati waktu yang diperlukan agar gelembung udara naik kepermukaan cairan.6. Taruh botol pada suhu 23 50C selama 4 jam.7. Amati kejernihan dan penampakan cairan dengan cara membandingkan dengan contoh asal. Pada suhu -500C1. Masukkan 100 mL contoh kedalam botol dan tutup botol rapat-rapat.2. Taruh botol pada suhu -50 20C selama 6 2 jam.3. Keluarkan botol dari penangas dan segera bersihkan botol bagian luar dengan kain yang dibasahi dengan isopropanol/etanol.4. Amati apakah terjadi pemisahan, pengendapan atau pembentukan Kristal pada cairan.5. Balikkan botol dan amati waktu yang diperlukan agar gelembung udara naik kepermukaan cairan.6. Taruh botol pada suhu 23 50C selama 4 jam.7. Amati kejernihan dan penampakan cairan dengan cara membandingkan dengan contoh asal.4.1.13Ketahanan terhadap oksidasiA. Pereaksi1. 1 set logam Aluminium dan besi tuang2. Karet rem3. Benzoil peroksida4. Ampelas ukuran 10005. Isopropanon p.a./Etanol p.a.B. Peralatan1. Botol 120 mL2. Tabung reaksi (diameter 22 mm dan panjang 175 mm)3. Oven C. Persiapan benda uji1. Bersihkan masing-masing set logam aluminium dan besi tuang dengan ampelas halus dan kemudian logam dicuci dengan isopropanol/etanol serta keringkan.2. Taruh logam-logam dalam desikator selama 1 jam, kemudian masing-masing logam ditimbang.3. Ukur panjang, lebar dan tebal serta tentukan luas masing-masing logam.D. Cara kerja1. Masukkan 30 1 mL contoh kedalam botol dan tambahkan 60 2 mg benzoil peroksida dan 1,5 0,05 mL air.2. Botol ditutup dan kocok-kocok isi botol, tetapi usahakan agar larutan tidak mengenai tutup botol.3. Taruh botol dalam oven 70 20C selama 120 10 menit dan kocok-kocok setiap 15 menit untuk mempercepat reaksi peroksida.4. Keluarkan botol dari oven dan tanpa membuka tutup botol dinginkan pada suhu 23 50C selama 2 jam (A).5. Taruh 1/8 bagian karet rem ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 10 mL cairan rem yang telah dipersiapkan (A) ke dalam tabung reaksi.6. Taruh masing-masing set logam aluminium dan besi tuang ke dalam masing-masing tabung dengan ujung akhir lempeng logam bersandar pada karet dan larutan menutupi kira-kira panjang logam.7. Tutup tabung dengan gabus dan taruh tegak lurus selama 22 2 jam pada suhu 23 50C.8. Masukkan kedalam oven suhu 70 20C selama 168 2 jam.9. Keluarkan dan lepaskan masing-masing logam serta periksa apakah terdapat endapan gum.10. Logam-logam dibersihkan dengan kain yang dibasahi dengan isopropanol/etanol dan periksa apakah terjadi korosi sumur atau kekerasan pada permukaan logam.11. Taruh logam-logam dalam desikator selama 1 jam pada suhu 23 50C.12. Timbang masing-masing logam.13. Tentukan kehilangan berat akibat korosi.4.2Verifikasi metoda penetapan kadar airA. Peralatan1. Labu destilasi2. Kondensor3. Tabung berskala untuk penampung filtratB. Bahan1. Xylene2. Aquadest3. Sampel C. Cara kerja1. Ukur 100 mL xylene kemudian masukkan kedalam labu destilasi.2. Tambahkan beberapa butir batu didih, sambungkan dengan rangkaian alat destilasi kemudian lakukan proses destilasi.3. Ukur volume air yang diperoleh (blanko pelarut).4. Ukur 50 mL sampel pelumas, kemudian ditambahkan 100 mL xylene dan beberapa butir batu didih.5. Sambungkan dengan rangkaian alat destilasi kemudian lakukan proses destilasi.6. Ukur volume air yang diperoleh dan hitung kadar airnya (blanko contoh).7. Dibuat deret larutan standar dengan kadar air 0,1%, 0,3%, 0,5%, 0,7%, dan 1%. Dengan cara 49,95 mL sampel pelumas ditambahkan 0,05 mL aquadest (0,1%), 49,85 mL sampel pelumas ditambahkan 0,15 mL aquadest (0,3%), 49,75 mL sampel pelumas ditambahkan 0,25 mL aquadest (0,5%), 49,65 mL sampel pelumas ditambahkan 0,35 mL aquadest (0,7%), 49,50 mL sampel pelumas ditambahkan 0,5 mL aquadest (1%).8. Masing-masing deret standar dimasukkan kedalam labu destilasi kemudian ditambahkan 100 mL xylene dan beberapa butir batu didih.9. Ukur volume air yang diperoleh, kemudian hitung kadar airnya.10. Dilakukan pengulangan sebanyak 7 kali pada konsentrasi 0,5%.

BAB VDATA PENGAMATAN

5.1Cairan Rem (Brake Fluid) DOT-3 untuk kendaraan bermotorPengujian Cairan Rem untuk kendaraan bermotor didasarkan pada SNI 06-2769-1992.NoUraianSatuanHasil UjiPersyaratan

Cairan Rem DOT-3SNI-06-2769-1992

1

23

4

5

6

78

Equilibrum Reflux Boiling Point (ERBP)Wet ERBPKekentalan Kinematik, 100CpH sebelum uji korosipH setelah uji korosiKestabilan Cairan-Pada temperatur tinggi, perub ERBP-Kestablian Kimia, perubahan ERBPKorosiPerubahan berat-besi bertimah-Baja-alumunium-besi bertuang-kuningan-tembagaLogam uji-korosi sumur atau goresanCairan-Pembentukan gel/kristal pada dinding gelas/permukaan logamKaret- pelepuhan/pelapukan- Penurunan kekerasan- Pertambahan diameterEndapan (sesudah uji korosi)Penguapan-Bahan yg menguapC

C

mm2/s--

C

C

mg/cm2

-

-

-IRDHmm% v/v

% b/b263

157

1.862910.48.96

3

-

0.0300.0260.0340.0220.0570.045

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada4.10.015dibawah 0.05

49min 205

min 140

min 1.57.0 11.57.0 11.5

maks 5

maks 5

maks 0.2maks 0.2maks 0.1maks 0.2maks 0.4maks 0.4

Tidak boleh ada

Tidak boleh ada

Tidak boleh adamaks 15maks 1.4maks 0.1

maks 80

NoUraianSatuanHasil UjiPersyaratan

Cairan Rem DOT-3SNI-06-2769-1992

910

11

12

13

- endapan kasar/butiran sisa PenguapanTitik tuang (setelah uji Penguapan)Toleransi air, 600C - pemisahan - pengendapanUji terhadap Karet (SBR)Suhu 700C, 120 jam - pelepuhan/pelapukan - pertambahan kekerasan - pengurangan kekerasan - perambahan diameterSuhu 1200C, 70 jam - pelepuhan/pelapukan - pertambahan kekerasan - pengurangan kekerasan - pertambahan diameterFluiditas dan penampakan pada suhu rendah- pada -400C, selama 1444 jam - pemisahan, pengendapan, pembentukan kristal - waktu alir gelembung udara - kejernihan dan penampakan cairan (setelah 2350C)- pada -5020C, selama 62 jam- pemisahan, pengendapan, pembentukan kristal - waktu alir gelembung udara - kejernihan dan penampakan cairan (setelah 2350C)Ketahanan terhadap oksidasi korosi sumur/kekerasan pada lempeng logam- endapan gum, lubang halus Korosi/etching- perubahan massa logam - aluminium - besi tuang-

0C

-% v/v

--IRDHmm

--IRDHmm

-

Seconds-

-

Seconds-

-

mg/cm2mg/cm2Tidak ada

dibawah -40

Tidak adadibawah 0.05

Tidak adaTidak ada3.60.16

Tidak adaTidak ada4.60.152

Tidak ada

4.4Tidak berubah

Tidak ada

10.5Tidak berubah

Tidak ada

0.0220.086Tidak boleh ada

maks -5

tidak boleh adamaks 0.15

Tidak boleh adaTidak boleh adamaks 100.15 1.4

Tidak boleh adaTidak boleh adamaks 150.15 1.4

*)

Tidak boleh ada

maks 10Tidak boleh ada

Tidak boleh ada

maks 35Tidak boleh ada

Tidak boleh ada

maks 0.05maks 0.3

Tabel 5.1 Data pengamatan pengujian cairan rem DOT-3

5.2Verifikasi metoda penetapan kadar airNoParameterHasil

1AkurasiData akurat

2PresisiData presisi

3LinieritasData Linier

Tabel 5.2 Data pengamatan Verifikasi metoda penetapan kadar air

BAB VIPEMBAHASAN

Parameter untuk uji mutu cairan rem yang dilakukan diantaranya yaitu ERBP, wet ERBP, kestabilan pada suhu tinggi, viskositas kinematik, penguapan, titik tuang, korosi, endapan, toleransi air, oksidasi, uji karet, fluiditas dan pH. Sedangkan untuk validasi metoda dilakukan terhadap penentuan kadar air dalam pelumas. 6.1Pengujian cairan rem1. ERBPERBP (Equilibrium Reflux Boiling Point) merupakan salah satu uji cairan rem untuk kendaraan bermotor sesuai dengan SNI 06-2769-1992. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji seberapa besar nilai titik didih murni dari cairan rem. ERBP dilakukan dengan metoda reflux agar selama pemanasan tidak ada sampel cairan rem yang hilang atau volume sampel berkurang. Di mana cairan rem dipanaskan sampai mendidih hingga terjadi perefluksan secara konstan, yaitu terjadi refluks dengan kecepatan equilibrium 1-2 tetes setiap 1 detik dalam waktu 5 menit. Semakin tinggi nilai nilai ERBP maka akan semakin baik mutu dari cairan rem tersebut. Pada sampel cairan rem yang diuji nilai ERBP yang diperoleh yaitu 263C. Nilai ini memenuhi syarat SNI 06-2769-1992 yaitu minimal 205C. 2. Wet ERBPPengujian Wet ERBP hampir sama seperti pengujian ERBP, hanya saja sampel yang diuji merupakan sampel cairan rem yang telah dijenuhkan dengan air. Tujuan dari pengujian wet ERBP ini adalah untuk mengetahui seberapa besar titik didih yang dapat dicapai cairan rem jika terkontaminasi oleh air. Pada wet ERBP suhu yang dipersyaratkan adalah minimal 140C. Syarat suhu wet ERBP lebih rendah dari ERBP, karena adanya pengaruh penambahan air dalam cairan rem yang mengakibatkankan turunnya titik didih dari cairan rem tersebut. Sampel cairan rem yang diuji memiliki nilai Wet ERBP sebesar 157C. Nilai ini memenuhi syarat mutu pada SNI 06-2769-1992 yaitu minimal 1400C.3. Kestabilan pada suhu tinggiTujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kestabilan cairan rem setelah mengalami kondisi pemanasan yang tinggi, karena biasanya mesin kendaraan bermotor bekerja dalam waktu yang relatif lama dan dapat mencapai suhu yang sangat tinggi. Sehingga cairan rem yang digunakan juga harus memiliki kestabilan pada suhu tinggi.Metoda yang digunakan dalam penentuan kestabilan pada suhu tinggi hampir sama dengan penentuan ERBP dan wet ERBP, yaitu menggunakan metoda refluks. Perbedaannya terletak pada perlakuan sebelum proses reflux terjadi, di mana sampel cairan rem ditahan pada suhu 185C selama 2 jam. Kemudian suhu dinaikkan sampai mencapai titik didih maksimumnya, yaitu saat proses reflux mencapai kecepatan equilibrium sebanyak 1-2 tetes tiap detik selama 5 menit. Nilai kestabilan suhu tinggi pada sampel cairan rem yang diuji adalah 244,8C. Syarat SNI 06-2769-1992 untuk kestabilan pada suhu tinggi adalah maksimal memiliki perbedaan suhu 5C dengan ERBP. Pada sampel ini, selisih nilai kestabilan pada suhu tinggi dengan nilai ERBP adalah 3C, sehingga dapat diketahui bahwa nilai kestabilan suhu tinggi memenuhi syarat SNI 06-2769-1992.4. Kekentalan kinematisNilai viskositas merupakan salah satu parameter penting dalam pengujian pelumas, dimana nilai viskositas ini akan menunjukkan kekentalan dari suatu pelumas, semakin tinggi kekentalan suatu pelumas maka akan semakin baik daya lumasnya terhadap benda yang dilumasi. Pengujian viskositas cairan rem ditentukan dengan menggunakan Viskometer Ostwald suhu 1000C, nilai viskositas untuk cairan rem yang dianalisis adalah 1,86 mm2/s dan memenuhi syarat SNI 06-2769-1992 untuk cairan rem. 5. Kekuatan asam (pH)Penentuan nilai pH pada sampel cairan rem dilakukan sebelum dan setelah uji korosi. Penentuan pH ini bertujuan untuk memastikan cairan rem dapat menetralisasi kandungan asam yang dihasilkan akibat terjadinya degradasi setelah uji korosi. Nilai pH sebelum korosi harus memiliki nilai yang lebih besar, karena cairan rem masih mengandung sifat basa yang berasal dari penambahan zat aditif. Sedangkan setelah pemakaian, nilai pH dari cairan rem akan menunjukkan nilai yang kecil (asam), karena adanya peristiwa oksidasi pada cairan rem. Pada sampel cairan rem yang diuji diperoleh nilai pH rata-rata sebelum uji korosi yaitu 10,04 dan nilai pH rata-rata setelah uji korosi yaitu 8,98. Nilai ini masih terdapat pada rentang standar mutu SNI 06-2769-1992 yang mensyaratkan nilai pH sebelum dan sesudah uji korosi yaitu antara 7,00 - 11,5.6. KorosiPenentuan ketahanan terhadap korosi dilakukan menggunakan enam jenis logam yang identik dengan komponen yang sering digunakan pada rem. Secara berurutan jenis logam yang digunakan adalah besi bertimah, baja, alumunium, besi tuang, kuningan dan tembaga. Sebelum dilakukan uji korosi, logam diampelas terlebih dahulu agar logam tidak memiliki lapisan yang dapat menghambat terjadinya pengukuran, misalnya produk korosi dari logam atau lemak yang menempel.Logam direndam dalam media cairan rem yang dikondisikan menyerupai kondisi aslinya pada sistem kendaraan bermotor. Di mana dilakukan penambahan air pada cairan rem dengan pemanasan yang dilakukan pada suhu 100oC selama 120 jam. Kondisi tersebut dapat memudahkan terjadinya korosi pada logam. Selama proses korosi, logam dalam keadaan teroksidasi sehingga beratnya bertambah karena produk korosi mengendap pada permukaan logam. Produk korosi inilah yang terdegradasi dari logam, sehingga logam mengalami kehilangan berat. Kehilangan berat ditentukan dari selisih antara berat logam sebelum dan sesudah korosi.Pada pengujian ini, diperoleh hasil uji korosi perubahan berat pada logam besi bertimah 0,030 mg/cm2, baja 0,026 mg/cm2, aluminium 0,034 mg/cm2, besi tuang 0,022 mg/cm2, kuningan 0,057 mg/cm2, tembaga 0,045 mg/cm2. Serta tidak terdapat korosi sumur dan pembentukan gel, maka cairan rem DOT 3 memenuhi syarat SNI 06-2769-1992.Pada pengujian korosi juga diamati perubahan kekerasan karet rem yang dimasukkan ke dalam media, di mana terjadinya penurunan kekerasan pada karet rem tersebut. Penurunan kekerasan karet rem memiliki nilai maksimal 15. Penurunan kekerasan karet dari hasil pengujian yaitu 4,1. Nilai tersebut memenuhi persyaratan SNI 06-2769-1992.7. EndapanPengujian endapan dilakukan setelah uji korosi, dimana cairan rem yang telah dipakai pada uji korosi disentrifuge dan diukur endapannya dengan melihat skala pada tabung sentrifuge. Menurut SNI 06-2769-1992, cairan rem yang baik adalah yang tidak menghasilkan endapan. Adanya endapan memberikan indikasi bahwa cairan rem tersebut dapat menghasilkan sludge (lumpur) yang akan mengganggu pelumasan pada mesin rem kendaraan bermotor. Pada sampel cairan rem yang dianalisis, perolehan kadar endapan yang terbentuk yaitu dibawah 0,05 hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan SNI 06-2769-1992 mengenai cairan rem.8. Penguapan Uji penguapan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penguapan dari cairan rem pada suhu 100C selama 7 hari. Penguapan ini merupakan indikator cairan rem jika diaplikasikan pada mesin dengan kondisi operasi pada suhu 100C. Pada sampel cairan rem yang diuji, nilai penguapan memenuhi syarat yang tercantum dalam SNI06-2769-1992. Di mana kadar bahan yang menguap mencapai 49 %. Sedangkan untuk syarat mutu SNI 06-2769-1992, maksimal nilai penguapan yaitu 80 %. Nilai penguapan diperlukan untuk menunjukkan ketahanan cairan rem pada suhu kerja selama pemakaian. Cairan rem yang baik tidak mudah menguap, karena jika cairan rem mudah menguap maka sistem pelumasan pada mesin akan menurun.9. Pour Point (Titik Tuang)Pengujian titik tuang dilakukan pada sampel cairan rem dari hasil uji penguapan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui batas suhu terendah dari penggunaan cairan rem, di mana cairan rem tetap dapat mengalir. Jika cairan rem cepat membeku maka sistem pelumasan akan terganggu. Menurut SNI 06-2769-1992 cairan rem memiliki titik tuang yang baik pada kondisi suhu maksimal 5C, hasil yang didapat dari percobaan pada sampel cairan rem DOT 3 didapat hasil dibawah 400C. Maka cairan rem DOT 3 memenuhi syarat dalam SNI 06-2769-1992.10. Toleransi AirPerlakuan awal pada pengujian toleransi air ini hampir sama dengan perlakuan pada penentuan wet ERBP, dimana sampel cairan rem dijenuhkan terlebih dahulu dengan air, kemudian hasil penjenuhan dimasukkan kedalam oven suhu 600C untuk mengetahui pemisahan yang terjadi serta kadar endapan yang terbentuk. Untuk cairan rem yang baik adalah tidak terdapat pemisahan dan endapan yang terbentuk maksimal sebesar 0,15 % v/v. Pada sampel cairan rem yang diuji tidak terdapat pemisahan, dan volume endapan yang diperoleh dibawah 0,05. Sehingga sesuai dengan persyaratan SNI06-2769-1992.11. OksidasiPenentuan uji oksidasi dilakukan menggunakan dua jenis logam, secara berurutan jenis logam yang digunakan adalah aluminium, dan besi tuang. Sebelum dilakukan uji oksidasi, logam diampelas terlebih dahulu agar logam tidak memiliki lapisan yang dapat menghambat pengukuran dan terjadinya proses oksidasi, misalnya produk korosi dari logam atau lemak yang menempel. Sebelum logam direaksikan dengan sampel, pertama sampel dereaksikan terlebih dahulu dengan benzoil peroksida yang bertujuan untuk meningkatkan serta mempercepat proses oksidasi.Logam direndam dalam media cairan rem yang telah direaksikan dengan benzoil peroksida dan air. Pemanasan yang dilakukan pada suhu 235oC selama 222 jam dan 7020C selama 7 minggu. Kondisi tersebut dapat memudahkan terjadinya oksidasi pada logam. Selama proses oksidasi, logam dalam keadaan teroksidasi sehingga beratnya bertambah karena produk korosi mengendap pada permukaan logam. Produk korosi inilah yang terdegradasi dari logam, sehingga logam mengalami kehilangan berat. Kehilangan berat ditentukan dari selisih antara berat logam sebelum dan sesudah korosi.Pada pengujian ini, diperoleh hasil uji oksidasi perubahan berat pada aluminium 0,022 mg/cm2, dan besi tuang 0,086 mg/cm2,. Serta tidak terdapat korosi sumur, maka cairan rem DOT 3 memenuhi syarat SNI 06-2769-1992.12. FluiditasPengujian fluiditas dilakukan untuk mengetahui sifat alir suatu cairan rem, pengujian fluiditas dilakukan pada suhu -4020C selama 1444 jam dan dilakukan pengujian pada suhu -5020C selama 62 jam. Pada pengujian ini diperoleh hasil pengujian pada suhu -4020C waktu alir gelembung 4,4 detik dan pada suhu -5020C waktu alir gelembung 10,5 detik. Pada pengujian kedua suhu tidak ditemukan adanya pemisahan, pengendapan dan kejernihan cairan rem tetap tiodak berubah. Berdasarkan SNI 06-2769-1992 mengenai cairan rem maka cairan rem DOT 3 memenuhi persyaratan mutu.13. Uji KaretPengujian karet dilakukan untuk mengetahui daya tahan karet rem terhadap cairan rem, dari hasil pengujian pada suhu 700C selama 70 jam tidak mengalami pelepuhan dan pertambahan kekerasan melainkan mengalami penurunan kekerasan sebesar 3,6 IRDH dan mengalami pertambahan diameter sebesar 0,16 mm, pada suhu 1200C selama 70 jam tidak mengalami pelepuhan dan pertambahan kekerasan melainkan mengalami kekerasan sebesar 4,6 IRDH dan mengalami pertambahan diameter sebesar 0,152 mm. Berdasarkan pada SNI 06-2769-1992 sampel cairan rem memenuhi persyaratan baku mutu cairan rem.6.2Verifikasi Metoda Penetapan Kadar AirVerifikasi Metoda Analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai peruntukannya. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil RSD0,1% data yang dihasilkan Akurat, dan nilai korelasi (r) 0,998 dan kepekaan analisis (a) 0,001 maka data yang dihasilkan linier.

BAB VIIPENUTUP

7.1KesimpulanDari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil : 1. Sampel cairan rem DOT-3 yang diuji mutunya terhadap semua parameter cairan rem nilainya memenuhi syarat SNI 06-2769-1992 mengenai Cairan rem (Brake Fluid) untuk kendaraan bermotor.2. Verifikasi metoda penetapan kadar air secara destilasi yang diuji terhadap pengujian akurasi, presisi dan linieritas semua data yang dihasilkan dapat diterima, maka metoda yang digunakan sesuai peruntukannya.7.2SaranUji yang dilakukan terhadap cairan rem dapat diterapkan dan diaplikasikan sebagai modul dalam pelaksanaan praktikum perkuliahan, seperti penentuan ERBP, wet ERBP, Kestabilan cairan, dan penguapan karena alat-alat yg digunakan untuk pengujian tersebut sederhana.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. (2015). Validasi Metode Analisis. [Online]. Tersedia : http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/validasi-metode-analisis/ (27 Maret 2015)

2. Anonim. (2010). Sampel (statistika). [Online]. Tersedia : id.wikipedia.org/wiki/sampel_(statistika) (27 April 2015)

3. ASTM. (2010). D 95 051:Standard Test Method For Water in Petroleum Products and Bituminous Materials by Distiliation, An American National Standard.

4. ASTM. (2012). D445 12:Standard Test Method for Kinematic Viscosity of Transparent and Opaque Liquids. BSN.

5. Fitria, N. (2014). Panduan Praktikum Statistika Analitik. STABA: Bandung.

6. Hanna. (2011). Minyak Rem (Brake Fluid). [Online]. Tersedia : https://hannanahan.wordpress.com/2011/10/20/minyak-rem-brake-fluid/ (27 Maret 2015)

7. Rizqiani, A. F dan Nadia, R. N. (2013). Pengujian Mutu Cairan Rem, Oli dan Arang Aktif Di Laboratorium Pelumas Balai Besar Bahan Dan Barang Teknik. POLBAN: Bandung.

8. SAE International J1703. (2013). Surface Vechicle Standard:Motor Vehicle Brake Fluid. USA and Canada.

9. Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2769-1992. (1992). Cairan Rem (Brake Fluid) untuk Kendaraan Bermotor. BSN

LAMPIRAN ASNI-06-2769-1992

CAIRAN REM (BRAKE FLUID) UNTUK KENDARAAN BERMOTORNoUraianSatuanPersyaratan

SNI-06-2769-1992

1

23

4

5

6

78

Equilibrum Reflux Boiling Point (ERBP)Wet ERBPKekentalan Kinematik, -40C *)100CpH sebelum uji korosipH setelah uji korosiKestabilan Cairan-Pada temperatur tinggi, perub ERBP-Kestablian Kimia, perubahan ERBPKorosiPerubahan berat-besi bertimah-Baja-alumunium-besi bertuang-kuningan-tembagaLogam uji-korosi sumur atau goresanCairan-Pembentukan gel/kristal pada dinding gelas/permukaan logamKaret- pelepuhan/pelapukan- Penurunan kekerasan- Pertambahan diameterEndapan (sesudah uji korosi)Penguapan-Bahan yg menguapC

Cmm2/smm2/s--

C

C

mg/cm2

-

-

-IRDHmm% v/v

% b/bmin 205

min 140min 1800min 1.57.0 11.57.0 11.5

maks 5

maks 5

maks 0.2maks 0.2maks 0.1maks 0.2maks 0.4maks 0.4

Tidak boleh ada

Tidak boleh ada

Tidak boleh adamaks 15maks 1.4maks 0.1

maks 80

NoUraianSatuanPersyaratan

SNI-06-2769-1992

910

11

12

13

14

- endapan kasar/butiran sisa PenguapanTitik tuang (setelah uji Penguapan)Toleransi air, 600C - pemisahan - pengendapanUji terhadap Karet (SBR)Suhu 700C, 120 jam - pelepuhan/pelapukan - pertambahan kekerasan - pengurangan kekerasan - perambahan diameterSuhu 1200C, 70 jam - pelepuhan/pelapukan - pertambahan kekerasan - pengurangan kekerasan - pertambahan diameterFluiditas dan penampakan pada suhu rendah- pada -400C, selama 1444 jam - pemisahan, pengendapan, pembentukan kristal - waktu alir gelembung udara - kejernihan dan penampakan cairan (setelah 2350C)- pada -5020C, selama 62 jam- pemisahan, pengendapan, pembentukan kristal - waktu alir gelembung udara - kejernihan dan penampakan cairan (setelah 2350C)Kompabilitas terhadap cairan standar- pada -400C, selama 22 2 jam- Pemisahan atau pengendapan- pada 60 20C, selama 22 2 jam - pemisahan - endapanKetahanan terhadap oksidasi korosi sumur/kekerasan pada lempeng logam- endapan gum, lubang halus Korosi/etching-

0C

-% v/v

--IRDHmm

--IRDHmm

-

Seconds-

-

Seconds-

-

-% v/v

-Tidak boleh ada

maks -5

tidak boleh adamaks 0.15

Tidak boleh adaTidak boleh adamaks 100.15 1.4

Tidak boleh adaTidak boleh adamaks 150.15 1.4

*)

Tidak boleh ada

maks 10Tidak boleh ada

Tidak boleh ada

maks 35Tidak boleh ada

*)

Tidak boleh ada

Tidak boleh adamaks 0.05

Tidak boleh ada

NoUraianSatuanPersyaratan

SNI-06-2769-1992

15

- perubahan massa logam - aluminium - besi tuangUji simulasi (Stroking)- Korosi- Perubahan diameter silinde dan Piston- Kondisi karet : - penambahan diameter dasar Karet rem - rata rata pengurangan Kekerasan karet rem - kelengketan, pelepuhan, pelapukan, keretakan, goresan dan perubahan bentuk- rata rata perubahan diameter luar cup bagian atas- kehilangan volume cairan sampai 24000 langkah- kemacetan maupun gerakan Piston yang tidak lancar- kehilangan volume cairan selama 100 langkah terakhir pengujian- kondisi cairan pada akhir Pengujian : - lumpur, pembentukan gel atau Butiran kasar - endapan- endapan gum yang menempel pada dinding silinder/bagian logam lain- butiran butiran kasar/endapan yang tidak dapat dilepaskan dengan kain yang dibasahi etanol pada silindermg/cm2mg/cm2

-mm

mm

IRDH

-

%

mL

-

mL

-

% v/v-

-

maks 0.05maks 0.3**)Tidak boleh adaTidak boleh ada

maks 0.9

maks 15

Tidak boleh ada

maks 65

maks 36

Tidak boleh ada

maks 36

Tidak boleh ada

maks 1.5Tidak boleh ada

Tidak boleh ada

Catatan untuk SNI 1992 :- Tipe 1 memenuhi syarat seluruhnya dan atau *) dan atau **)- Tipe 1 memenuhi syarat seluruhnya- *) untuk syarat SNI belum diperlukan- **) tidak diperlukan di Indonesia kecuali untuk ekspor- IRDH : International rubber hardness degrec

LAMPIRAN BVERIFIKASI METODA PENETAPAN KADAR AIR

Akurasi

Konsentrasi standarVolume sampelmL Air dalam PenampungFuel Dilluent %V%Recovery

Blanko Contoh50.00.000.000.000

Kadar air 0.1%50.00.050.10100

Kadar Air 0.3%50.00.150.30100

Kadar Air 0.5%50.00.260.52104

Kadar Air 0.7%50.00.340.6897.1

Kadar Air 1.0%50.00.501.00100

Tabel acuan recoveryAnalit pada matrik sampel, %Rata - rata yang diperoleh, %

10098 - 102

>1098 - 102

>197 -103

>0,195 - 105

0,0190 - 107

0,00190 - 107

0,000.1 (1 ppm)80 - 110

0,000.01 (100 ppb)80 - 110

0,000.001 (10 ppb)60 - 115

0,000.000.1 (1 ppb)40 - 120

Kesimpulan:Berdasarkan pada tabel acuan recovery. Persen recovery standar pada konsentrasi 0,1%, 03%, 0,5% dan 0,7% jika dibandingkan dengan analit >0,1% pada tabel acuan recovery maka data akurat, sedangkan pada konsentrasi standar 1,0% jika %recovery dibandingkan dengan tabel acuan recovery pada % analit >1 maka data dapat dikatakan akurat. Presisi

Ke -Pengulangan KA 0.5%mL Air dlm Penampung

10.50.25

20.50.26

30.50.25

40.50.25

50.50.26

60.50.26

70.50.25

Rata - rata0.254

S0.005

RSD2.102

CVH4.44

2/3CVH2.96

Kesimpulan :Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil RSD