laporan penelitian - uhamka

35
LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN DASAR PEMULA GAMBARAN STATUS GIZI , PENGETAHUAN GIZI DAN KEAMANAN MAKANAN, KEBIASAAN SARAPAN DAN KEBIASAAN JAJAN PADA ANAK SD SUKAMANAH DAN SUKAASIH DI KECAMATAN CUGENANG CIANJUR, JAWA BARAT TIM PENGUSUL ALIBBIRWIN,SKM,M.EPID (0309087101) NURASIAH, SKM, MKES (0313077403) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2017

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

LAPORAN PENELITIAN

PENELITIAN DASAR PEMULA

GAMBARAN STATUS GIZI , PENGETAHUAN GIZI DAN KEAMANAN

MAKANAN, KEBIASAAN SARAPAN DAN KEBIASAAN JAJAN PADA ANAK

SD SUKAMANAH DAN SUKAASIH DI KECAMATAN CUGENANG

CIANJUR, JAWA BARAT

TIM PENGUSUL

ALIBBIRWIN,SKM,M.EPID (0309087101)

NURASIAH, SKM, MKES (0313077403)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2017

Page 2: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA
Page 3: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA
Page 4: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA
Page 5: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ……………………………………………………… i

Identitas Usulan Penelitian ……………………………………………………… ii

Abstrak ……………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1

Latar Belakang ……………………………………………………… 2

Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2

Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 3

Urgensi Penelitian ……………………………………………………… 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………… 11

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………… 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………… 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 22

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 24

LAMPIRAN

Page 6: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

IDENTITAS DAN URAIAN PENELITIAN

1. Judul penelitian : Gambaran Status Gizi , Pengetahuan Gizi Dan

Keamanan Makanan, Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan Pada Anak

Sekolah Dasar Di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Jawa Barat

2. TimPeneliti

No Nama Jabatan Bidang Keahlian

Instasi Asal

Alokasi waktu (Jam/Minggu)

1. Alibbirwin, SKM, M.Epid

Ketua Kesehatan Masyarakat

FIKES UHAMKA

9 jam / minggu

2. Nur Asiah, SKM,M.Kes

Anggota Kesehatan Masyarakat

FIKES UHAMKA

9 jam / minggu

3. Objek penelitian : Anak SD kelas 4,5,6 di 4 SD Sukamanah dan Sukaasih yang

ada di Desa Sukamanah Kecamatn Cugenang. Cianjur JAwa Barat.

4. Masa pelaksanaan Mulai :

Mulai : Bulan : September Tahun

:2017Berakhir : Bulan :Mei Tahun :2018

5. Biaya Internal UHAMKA Rp.6.500.000

6. Lokasi penelitian : di Desa Sukamanah Kecamatan Cugenang. Cianjur JAwa

Barat.

7. Instansi lain yang terlibat :Puskesmas di Kecamatan

KecamatanCugenang

8. Temuan yang ditargetkan : gambaran status gizi dan Variabel-

variabelYang diduga berpengaruh dengan Status Gizi anak Sekolah.

9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu

Hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam

meningkatkan Satus Gizi anak Sekolah dan untuk perbaikan regulasi pada

variable yang berhubungan yang efektif untuk meningkatkan Status Gizi.

10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran Arkesmas jurnal lokal ber-ISSN.

Page 7: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

ABSTRAK

Gizi yang baik pada anak sekolah merupakan investasi suatu bangsa, karena di tangan generasi muda bangsa dapat melanjutkan pembangunan yang berkesinambungan. Untuk mencapai status gizi yang balk pada anak sekolah diperlukan perilaku makan yang baik sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu gizi modern.

Masalah status gizi yang dialami oleh anak akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh, meningkatkan angka kesakitan (morbiditas), pertumbuhan tidak normal, tingkat kecerdasan rendah, menurunnya tingkat produktivitas, dan terhambatnya pertumbuhan organ reproduksi (Epridawati, 2012).

Laporan Riskesdas 2013 menunjukkan masih tingginya persentase anak usia 5- 12 tahun yang kurus, pendek (stunting), gemuk dan anemia yaitu masing-masing 11,2%, 30,7%, 18,8% dan 26,4%. Meskipun persentase anak sekolah dasar yang pendek di Indonesia menurun dari 35,8% (Riskesdas 2010) menjadi 30,7% (Riskesdas, 2013), tetapi persentase tersebut masih tergolong sangat tinggi dan merupakan masalah gizi masyarakat .Ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran. dan hasil screening awal rendahnya anak yang berstatus gizi baik di Kecamatan Cugenang Cianjur yaitu 42% maka perlu diketahui bagaimana status gizi, pengetahuan gizi dan keamanan makanan, kebiasaan sarapan pagi dan kebiasaan jajan pada anak SD Sukamananh dan Sukaasih di Kecamatan Cugenang Cianjur , JAwa Barat.

Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain Cross Sectional, Populasi dalam penelitian ini adalah anak SD dari SD SUkamanah dan Sukaasih yang ada di Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang. Sampel dalam penelitian ini yaitu anak kelas 4,5,6 SD dari SD SUkamanah dan Sukaasih yang ada di Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang. Dengan jumlah63 orang dengan pengambilan sampel dengan cara Purposive sampling., dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteriaeksklusi.

Hasil penelitian Proporsi terbesar status gizi tidak normal (gemuk dan kurus) lebih banyak yaitu 35 respoden (55,5%). PRoporsi terbanyak umur sampel adalah 10tahun yaitu 24 siswa dengan persentase 38,1%. Proporsi dari 63 responden yang diteliti, persentase siswa berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 responden (61,9%). Proporsi terbanyak Kebiasaan jajan siswa dalam kategori sering yaitu sebanyak 38 responden (60.3%), proporsi terbanyak Kebiasaan Sarapan pagi siswa dalam kategori jarang yaitu sebanyak 38 responden (60.3%) dan proporsi terbanyak sampel yang mempunyai pengetahuan rendah lebih banyak yaitu 35 responden ( 55,6%).Dari hasil uji bivariate diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan jajan .kebiasaan sarapan,dan pengetahuan dengan status gizi siswa dengan pValue secara berturut-turut 0.862; 0,278 ; 0,954; 0,565 dan 0, 461.

Page 8: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATARBELAKANG

Gizi yang baik pada anak sekolah merupakan investasi suatu bangsa, karena di

tangan generasi muda bangsa dapat melanjutkan pembangunan yang berkesinambungan.

Untuk mencapai status gizi yang balk pada anak sekolah diperlukan perilaku makan yang

baik sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu gizi modern. Perilaku makan yang baik tersebut

didapat melalui pendidikan di rumah tangga atau keluarga dan di lingkungan

sekolah.Anak sekolah sebagian besar waktunya dihabiskan disekolah sehingga peran

sekolah dalam menyediakan makanan yang sehat dan bergizi sangat diharapkan. Namun

sangat disayangkan berdasarkan hasil penelitian dari sekolah yang memiliki kantin,

sebesar 84,30% kantinnya belum memenuhi syarat kesehatan. Dan masih banyaknya

ditemukan pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi persyaratan mutu

kebersihan, kesehatan dan keamanan, sehingga dapat menimbulkan dampak yang tidak

baik bagi kesehatan siswa.

Laporan Riskesdas 2013 menunjukkan masih tingginya persentase anak usia 5-12

tahun yang kurus, pendek (stunting), gemuk dan anemia yaitu masing-masing 11,2%,

30,7%, 18,8% dan 26,4%. Meskipun persentase anak sekolah dasar yang pendek di

Indonesia menurun dari 35,8% (Riskesdas 2010) menjadi 30,7% (Riskesdas, 2013), tetapi

persentase tersebut masih tergolong sangat tinggi dan merupakan masalah gizi masyarakat

.

Dari laporan PBL (Praktek Belajar Lapangan) Mahasiswa Fikes UHAMKA bulan

Februari sampai Maret 2017 di Kecamatan Cugenang, diperoleh informasi anak

sekolah yang berstatus gizi baik berdasarkan IMT/U sebesar 42%. Hal ini tentunya

menjadi perhatian kita karena Kekurangan gizi pada siswa di sekolah akan mengakibatkan

anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan, sehingga anak menjadi sering absen

serta mengalami kesulitan untuk mengikuti dan memahami pelajaran dengan baik

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016 meluncurkan Program

Gizi Anak Sekolah (ProGAS) dengan tujuan umum untuk meningkatkan kualitas

pendidikan dan prestasi belajar peserta didik melalui pemberian pendidikan gizi,

peningkatan asupan gizi melalui sarapan sehat dan pendidikan karakter agar siswa

Page 9: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

mempunyai perilaku dan budaya hidup bersih dan sehat untuk membentuk karakter insan

Indonesia yang tangguh dan berdaya saing . Dalam rangka mencapai status gizi yang baik

pada anak sekolah diperlukan usaha- usaha yang nyata dalam pemenuhan kebutuhan

gizinya. Kebutuhan utama yang harusdiperhatikan adalah terutama kebutuhan energi

dan protein yang diperoleh dari sarapan pagi, makan siang dan malam serta kudapan yang

salah satunya diperoleh dari jajan, disamping zat gizi lainnya. Penanaman pola makan gizi

seimbang harus dilaksanakan pada anak sekolah.

2. RUMUSANMASALAH

Menurut data Laporan Riskesdas 2013 menunjukkan masih tingginya persentase

anak usia 5-12 tahun yang kurus, pendek (stunting), gemuk dan anemia yaitu masing-

masing 11,2%, 30,7%, 18,8% dan 26,4%. Meskipun persentase anak sekolah dasar

yang pendek di

Indonesia menurun dari 35,8% (Riskesdas 2010) menjadi 30,7% (Riskesdas, 2013), tetapi

persentase tersebut masih tergolong sangat tinggi dan merupakan masalah gizi

masyarakat . Dari laporan PBL (Praktek Belajar Lapangan) Mahasiswa Fikes UHAMKA

bulan Februari sampai Maret 2017 di Kecamatan Cugenang, diperoleh informasi anak

sekolah yang berstatus gizi baik berdasarkan IMT/U sebesar 42%. Hal ini tentunya

menjadi perhatian kita karena Kekurangan gizi pada siswa di sekolah akan mengakibatkan

anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan, sehingga anak menjadi sering absen

serta mengalami kesulitan untuk mengikuti dan memahami pelajaran dengan baik. Maka

perlu diketahui bagaimana Gambaran Status Gizi , Pengetahuan Gizi Dan Keamanan

Makanan, Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan Pada Anak Sekolah Dasar Di

Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur JawaBarat

3. TUJUAN PENELITIAN

TujuanUmum

Diketahuinya gambaran Status Gizi , Pengetahuan Gizi Dan Keamanan

Makanan, Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan Pada Anak Sekolah Dasar Di

Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Jawa Barat

Tujuan Khusus

Page 10: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

a. Diketahuinya gambaran Status Gizi , Pengetahuan Gizi Dan Keamanan

Makanan, Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan Pada Anak Sekolah

Dasar Di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Jawa Barat

b. Diketahuinya hubungan antara Pengetahuan Gizi Dan

KeamananMakanan,Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan dengan

Status Gizi Pada AnakSekolah Dasar Di Kecamatan Cugenang Kabupaten

Cianjur Jawa Barat.

4. UrgensiPenelitian

Beberapa alasan yang mendasari pentingnya penelitian untuk melihat

Pengetahuan Gizi Dan Keamanan Makanan, Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan

berpengaruh dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Cugenang

Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Adalah:

1. Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok yang rawan terhadap

masalah gizi dan kesehatan. Sementara itu, anak usia sekolah merupakan aset

negara yang sangat penting karena dapat meningkatkan kualitas SDM di masa

depan. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian secara khusus terkait status gizi

maupun status kesehatan anaksekolah.

2. Masalah status gizi yang dialami oleh anak akan mengakibatkan penurunan daya

tahan tubuh, meningkatkan angka kesakitan (morbiditas), pertumbuhan tidak

normal, tingkat kecerdasan rendah, menurunnya tingkat produktivitas, dan

terhambatnya pertumbuhan organ reproduksi (Epridawati, 2012).

3. Laporan Riskesdas 2013 menunjukkan masih tingginya persentase anak usia 5-12

tahun yang kurus, pendek (stunting), gemuk dan anemia yaitu masing-masing

11,2%, 30,7%, 18,8% dan 26,4%. Meskipun persentase anak sekolah dasar yang

pendek di Indonesia menurun dari 35,8% (Riskesdas 2010) menjadi 30,7%

(Riskesdas, 2013), tetapi persentase tersebut masih tergolong sangat tinggi dan

merupakan masalah gizi masyarakat .

4. Murid sekolah dasar (SD) adalah sumber daya manusia yang kelak akan menjadi

generasi penerus bangsa. Usia anak SD adalah antara 6-12 tahun. Pada permulaan

usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, anak-anak mulai masuk ke dalam dunia

Page 11: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

baru, dimana mulai banyak berhubungan dengan orang-orang di luar

keluarganya dan berkenalan pula dengan suasana dan lingkungan baru dalam

hidupnya. Hal ini banyak mempengaruhi kebiasaan makan anak. (Hidayat et al

1998, Moehji 2003). Kebiasaan jajan memiliki aspek positif dalam memberikan

asupan energi dan gizi bagi anak-anak usia sekolah. Oleh karena itu, dapat

dipahami peran penting makanan jajanan pada pertumbuhan dan prestasi anak

sekolah. Tetapi peran strategi makanan jajanan sering tidak diimbangi dengan

mutu dan keamanan yang baiksehingga dapat menimbulkan dampak negatif.

Aspek negatif dari makanan jajanan berhubungan dengan bahan tambahan pangan

dan proses persiapan yang kurang higienis sehingga banyak terjadi kontaminasi

yang terkandung dalam makanan. Masalah lain yang terdapat pada

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya atau penambahan bahan tambahan

pangan terhadap pangan jajanan (Khomsan 2004, BPOM 2007). Pengetahuan

gizi berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan penentuan jumlah

makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan perlu dimiliki

oleh semua orang dalam pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan anak dapat

diperoleh baik secara internal maupun secara eksternal. Pengetahuan secara

internal yaitu pengetahuan yang berasal dirinya sendiri berdasarkan pengalaman

hidup sedangkan secara eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain

sehingga pengetahuan anak tentang gizi bertambah. (Solihin 2005).

Page 12: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

BAB 2

TINJAUANPUSTAKA

2.1 Status Gizi

Gizi merupakan suatu istilah yang merujuk kepada suatu proses dari organisme

dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pembuangan yang dipergunakan untuk pemeliharaan

hidup, pertumbuhan fungsi organ tubuh dan produksi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat zat gizi.3 status gizi dapat pula diartikan sebagai tanda fisik yang

diakibatkan oleh karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran gizi

melalui variabel variabel tertentu yaitu indikator status gizi. definisi lain menyebutkan

bahwa status gizi adalah suatu keadaan fisik seseorang yang ditentukan dengan salah satu

atau kombinasi dari ukuran ukuran gizitertentu.

Status gizi optimal adalah suatu keadaan dimana terdapat keseimbangan antara

asupan dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas sehari hari. Status

gizi lebih terjadi apabila asupan zat gizi diperoleh dalam jumlah berlebih, sedangkan

status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan zat-zat gizi. Status gizi

seseorang dipengaruhi oleh konsumsi makan yang bergantung pada jumlah dan jenis

pangan yang dibeli, pemasukan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara

perorangan.

Menurut Supariasa (2012), gizi merupakan suatu proses pengolahan makanan yang

dialami oleh manusia meliputi digesti (penguraian), absorpsi (penyerapan), transportasi

(pengedaran), penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak

diperlukan oleh tubuh serta menghasilkan energy.

Gizi adalah sesuatu yang dikonsumsi oleh manusia yang mengandung unsur-unsur

zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia yang akan digunakan dalam proses

pertahanan hidup, pertumbuhan serta perkembangan organ-organ manusia (Sartika,

2010).Status gizi merupakan gambaran seimbang atau tidaknya keadaan seseorang yang

dapat dilihat dalam bentuk variabel-variabel tertentu (Supariasa, 2012). Asupan gizi yang

Page 13: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

cukup akan diperoleh jika pada saat proses perencanaan, pemilihan, pengolahan, dan

penyajian makanan dapat lebih diperhatikan (Sediaoetama, 2000).

Masalah gizi utama di Indonesia terbagi menjadi 2, yaitu gizi kurang

(undernutrition) dan gizi lebih (overnutrition).Gizi kurang terjadi karena kekurangan

konsumsi pangan secara relative dan absolut pada periode tertentu sehingga zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi (Supariasa, 2012). Kekurangan zat gizi secara umum

akan menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh,

perkembangan struktur dan fungsi otak, dan perilaku yang negative (Almatsier, 2009).

Sedangkan gizi lebih merupakan keadaan dimana tubuh seseorang mendapatkan kelebihan

zat gizi dalam periode tertentu (Supariasa, 2012). seseorang mengalami kegemukan bahkan

obesitas dan selanjutnya akan memiliki risiko yang tinggi akan penyakit-penyakit

degenerative, seperti hipertensi, diabetes, jantung coroner, dan lain-lain (Almatsier, 2009).

2. 2. Faktor yang mempengaruhi status gizi

Masalah gizi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti jenis kelamin,

pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan pagi, perilaku merokok, rendahnya aktivitas fisik dan

lain-lain. Penanggulangan masalah gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti

memperhatikan asupan makanan, menyeimbangkan makanan yang dikonsumsi,

peningkatan aktivitas fisik, dan menghindari stress (Almatsier, 2009).

G a n ggu a n gi z i ( a lma t s i e r , 20 03 ) di se ba bka n ole h f a kt or p r

ime r da n se k un de r . f a kto r p r ime r a da l a h b i l a su su na n ma kana n se

se ora n g sa l a h d a l a m k u a n t i t a s d a n a t a u k u a l i t a s y a n g d i s

e b a b k a n o l e h k u r a n g n y a p e n y e d i a a np a n g a n , k u r a n g

b a i k n y a d i s t r i b u s i p a n g a n , k e m i s k i n a n , k e t i d a k t a h u a n ,

k e b i a s a a n m a k a n y a n g s a l a h , d a n s e b a g a i n y a . f a k t o r sekunder

meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai d i se l - se l tu

bu h se t e l a h ma ka n d ik on su msi. mi sa lnya f a kt or - f a k to r ya n

gmenyebabkan terganggunya pencernaan seperti gigi geligi yang tidak baik,kelainan

struktur saluran cerna dan kekurangan enzim. faktor-faktor yangmengganggu absorbsi

zat-zat gizi adalah adanya parasit, penggunaan laksan (o b a t c u c i p e r u t ) , d a n

s e b a g a i n y a . f a k t o r - f a k t o r y a n g m e m p e n g a r u h i e ks kre s i

se h in gga me n ye ba b ka n ba n ya k ke hila n ga n za t - za t gi z i a da l a h

banyakkencing(polyuria),banyakkeringatdan penggunaanobat-obat.

Page 14: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

Masalah status gizi yang dialami oleh anak sekolah akan mengakibatkan

penurunan daya tahan tubuh, meningkatkan angka kesakitan (morbiditas), pertumbuhan

tidak normal, tingkat kecerdasan rendah, menurunnya tingkat produktivitas,

dan terhambatnyapertumbuhan organ reproduksi (Epridawati, 2012).

Status gizi remaja berkaitan dengan berbagai macam faktor yang akan

mempengaruhi perilaku makan remaja. Menurut Worthtington-Robert (2000) faktor-

faktor yang mempengaruhi konsumsi pada remaja terbagi menjadi faktor eksternal dan

faktor internal.Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status

gizi yang berasal dari luar diri manusia.Sedangkan faktor internal adalah faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi status gizi yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri.

Faktor eksternal yang dapat berkaitan dengan perilaku makan diantaranya adalah :

jumlah dan karakteristik keluarga, peranan orang tua, teman sebaya, social budaya, nilai

dan norma, media massa, pengetahuan gizi, dan pengalaman dari masing-masing

individu. Sedangkan faktor internal yang berkaitan dengan perilaku makan individu,

seperti : kebutuhan fisiologi seseorang, body image, nilai dan kepercayaan individu,

pemilihan dan arti makanan, psikososial serta kesehatanindividu.

Hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah faktor

genetik dan faktor lingkungan.Salah satu faktor lingkungan adalah gizi. Pertumbuhan

menunjukkan perubahan secara kuantitas yang dapat dilihat dari berat badan, tinggi

badan dan status gizi, sedangkan perkembangan berhubungan dengan peningkatan

kualitas seperti perkembangan otak yang mempengaruhi prestasi (Ikalor 2013). Masalah

kurang gizi pada anak berpengaruh terhadap perkembangan fisik, mental, produktivitas

pencapaian hasil pendidikan dan fungsi kekebalan tubuh. Anak yang mengalami kurang

gizi akan lesu sehingga menurunkan daya konsentrasi dan tidak bersemangat dalam

mengikuti pelajaran yang akan berdampak pada rendahnya prestasi belajar.

PengetahuanGizi

Makanan merupakan kebutuhan vital yang diperlukan oleh seluruh makhluk

hidup. Bagi manusia makanan tidak hanya berfungsi untuk mengenyangkan, tetapi yang

lebih penting lagi adalah fungsinya dalam memelihara kesehatan tubuh melalui manfaat

zat-zat gizi yang terkandung didalamnya. Untuk memperoleh kesehatan tubuh yang

optimal, perlu diketahui kualitas susunan makanan yang baik dan jumlah makanan yang

seharusnya dimakan. Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan

Page 15: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi ses2.6.eorang dalam

memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al. 1985).

Pengetahuan merupakan kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan

panca indera (Soekanto 1981). Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan

formal,informal dan non formal. Tingkat pengetahuan gizi berpengaruh terhadap sikap

dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan

kejelasan konsep mengenai obyektertentu.

Engel et al. (1994) mendefenisikan pengetahuan adalah informasi yang disimpan di

dalam ingatan yang menjadi penentu utama perilaku seseorang. Menurut Harper et al.

(1985), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada

tiga kenyataan:

1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan

2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,

pemeliharaan dan energi.

3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar

menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

Pengetahuan gizi menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Individu

yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan

pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi

pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion & Khomsan 1995).

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi

individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang

diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati et al. 1992).

Pengetahuan gizi berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan penentuan

jumlah makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan perlu

dimiliki oleh semua orang dalam pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan anak dapat

diperoleh baik secara internal maupun secara eksternal. Pengetahuan secara internal yaitu

pengetahuan yang berasal dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup sedangkan secara

eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain sehingga pengetahuan anak

tentang gizi bertambah (Solihin2005).

Page 16: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

KebiasaanMakan

Kebiasaan makan merupakan cara individu atau kelompok individu memilih

pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik,

dan sosial budaya (Sanjur 1982). Sedangkan menurut Suhardjo (1989) kebiasaan

makan merupakanistilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang

berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata krama makan, frekuensi makan,

pola makanan yang dimakan, kepercayaan tentang makan, distribusi makan antar anggota

keluarga. Kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan

seseorang, pola makanan atau susunan hidangan yang dimakan, pantangan, distribusi

makanan dalam anggota keluarga.

Kebiasaan makan adalah suatu tingkah laku seseorang atau sekelompok orang

dalam memenuhi kebutuhannya akan makan, sikap kepercayaan dan pemilihan makanan.

Faktor- faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan terdiri dari faktor intrinsik dan

ekstrinsik.Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang meliputi

emosi, kesehatan, dan penilaian yang lebih terhadap mutu makanan. Sedangkan faktor

ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar individu antara lain adalah lingkungan

alam, sosial budaya, dan ekonomi.

Kebiasaan sarapanpagi

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas gizi adalah pola makan yang

seimbang dan teratur.Sarapan merupakan hal yang paling penting dilakukan setiap hari

karena dapat berkontribusi pada asupan dan kebutuhan zat gizi harian.Konsumsi sarapan

pada anak memberikan performa belajar yang lebih baik saat di sekolah (Mahoney et al.

2005), namun masih banyak anak yang tidak terbiasa mengonsumsi sarapan.Menurut

penelitian Soedibyo dan Gunawan (2009), prevalensi anak yang tidak biasa sarapan di

Jakarta sebesar 22.4%. Penelitian Hardinsyah dan Perdana (2013) menyatakan bahwa

69.6% anak Indonesia belum mengonsumsi sarapan sesuai dengan anjuran gizi seimbang

(25% kebutuhan sehari). Menunda sarapan dapat menyebabkan kekurangan zat gizi

dalam tubuh di pagi hari dan meningkatkan risiko malnutrisi (Kleinman et al. 2002).

Menunda sarapan akan mengakibatkan konsumsi makanan yang berlebihan di waktu

makan lain terutama makan malam sehingga menyebabkan obesitas (Martin et al. 2000),

sebaliknya berdasarkan penelitian Millimet (2010), sarapan dapat meminimalisasi

kemungkinan gizi lebih dan obesitas. Penelitian Berkey et al. (2003) menunjukkan

Page 17: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

bahwa menunda sarapan dapat memberikan pengaruh negatif dalam menjawab soal dan

kemampuan berpikir, jarang hadir di sekolah, dan masalah psikologi. Masalah yang

dihadapi ketika menunda sarapan adalah penurunan kadar glukosa darah yang

menyebabkan tidak adanya tenaga. Sebaliknya, anak-anak yang mengKosumsi sarapan

memberikan performa yang lebih baik dalam aritmatika, menjawab soal dan kemampuan

berpikir logis.

KebiasaanJajan

Kebiasaan jajan memiliki aspek positif dalam memberikan asupan energi dan gizi bagi

anak- anak usia sekolah. Oleh karena itu, dapat dipahami peran penting makanan jajanan

pada pertumbuhan dan prestasi anak sekolah. Tetapi peran strategi makanan jajanan sering

tidak diimbangi dengan mutu dan keamanan yang baik sehingga dapat menimbulkan

dampak negatif. Aspek negatif dari makanan jajanan berhubungan dengan bahan

tambahan pangan dan proses persiapan yang kurang higienis sehingga banyak terjadi

kontaminasi yang terkandung dalam makanan. Masalah lain yang terdapat pada

penyalahgunaan bahan kimia berbahaya atau penambahan bahan tambahan pangan

terhadap pangan jajanan (Khomsan 2004, BPOM 2007). Konsumsi, ketersediaan

pangan dan kecukupan energi serta zat gizi dapat dipengaruhi oleh sosial ekonomi

keluarga. Salah satu yang dapat faktornya adalah pendapatan keluarga, dimana keluarga

dengan penghasilan rendah akan memiliki kecenderungan untuk membeli bahan pangan

lebih sedikit atau rendah, sedangkan keluarga dengan penghasilan yang lebih tinggi akan

membelanjakan penghasilannya untuk membeli lebih banyak bahan pangan atau

makanan. Penelitian di Bogor oleh Februhartanty et al (2004), menemukan bakteri

Salmonella paratyphi A 25%-50% pada sampel minuman dan 10- 15% bahan kimia

berbahaya pada sampel makanan yang dijual di kaki lima. Kandungan kimiawi yang

digunakan seperti formalin, boraks, rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), methanil

yellow (pewarna kuning pada tekstil) dan pemanis buatan.

Penelitian Kurnia Noviani,2015 mengenai Kebiasaan jajan dan pola makan serta

hubungannya dengan status gizi anak usia sekolah di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta

diketahui Responden yang memiliki kebiasaan jajan sering dengan status gizi normal yaitu

sebanyak 27 responden (81%), dan yang tidak sering jajan dengan status gizi kurus

berjumlah 7 responden (21,9%). Responden dengan pola makan yang baik >80% AKG

dengan status gizi kurus sebesar 9 responden (75%) dan responden yang memiliki pola

makan tidak baik dengan status gizi normal sebesar 34 responden (66%). Hasil analisis

Page 18: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

chi-square hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi diperoleh p 0,781 (p>0,05) yang

berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi.

KerangkaKonsep

Hubungan antara pengetahuan gizi, keamanan pangan serta kebiasaan jajan dan

sarapan pagi terhadap status gizi diduga dipengaruhi oleh karakteristik anak dan

karakteristik keluarga. Karakteristik anak meliputi umur, jenis kelamin, berat badan dan

tinggi badan. Selain karakteristik anak, kerakteristik keluarga juga diduga sebagai faktor

yang mempengaruhi konsumsi makanan jajanan anak. Konsumsi makanan jajanan di

lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku kebiasaan jajan anak.Hal ini diduga

dapat dipengaruhi oleh faktor kesukaan anak dan pengaruh teman sebaya sehingga

menyebabkan meningkatnya frekuensi jajan anak. Kebiasaan jajan yang dilakukan oleh

anak dapat diamati dari jenis jajanan dan frekuensi jajan yang diduga mempengaruhi

asupan zat gizi yang dikonsumsi anak. Selain itu, dapat dipengaruhi oleh lingkungan

keluarga terutama terkait kondisi sosial ekonomi keluarga diduga dapat mempengaruhi

kebiasaan jajan anak-anak. Besarnya keluarga dapat berpengaruh pada distribusi pangan

bagi anggota keluarga dan jumlah pangan yang tersedia dalam sebuah keluarga yang

besar terkadang hanya dapat mencukupi setengahkebutuhan keluarga, sehingga tidak

mampu mencegah terjadinya gangguan gizi pada salah satu anggota keluarga (Suhardjo

1989). Pendapatan keluarga diduga mempengaruhi ketersediaan pangan keluarga.

Keluarga dengan penghasilan rendah memiliki kecenderungan untuk membeli bahan

pangan yang lebih murah, sedangkan keluarga dengan penghasilan yang lebih tinggi

akan membelanjakan penghasilannya untuk membeli lebih banyak bahan pangan atau

makanan yang lebih mahal. Tingkat pengetahuan gizi yang baik diduga berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku seseorang dalam pemilihan pangan dan konsumsi pangan.

Semakin baik pengetahuan anak diharapkan akan mempengaruhi jumlah dan jenis

makanan jajanan yang dibeli. Secara sistematis, kerangka konsep dapat disederhanakan

dalam Gambar1.

Page 19: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran Status Gizi, Pengetahuan Gizi dan Keamanan

Pangan serta Kebiasaan Jajan dan Sarapan Pagi pada Anak Sekolah

di Kecamatan Cugenang, Cianjur Jawa Barat

Karakteristik

responden

Akses Terhadap

Informasi

Kebiasaan sarapan pagi,

kebiasaan jajan

(Jenis dan Frekuensi )

Pengetahuan Gizi

dan Keamanan

Pangan

KontribusiMakananJajanan

dan kebiasaan sarapan

terhadapkecukupanEnergi

STATUS GIZI

(IMT/U)

Karakteristik

keluarga

Page 20: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

BAB 3

METODEPENELITIAN

3.1 Alur Penelitian

3.2 JenisPenelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan desain yang

digunakan adalah cross sectional, yaitu pengambilan data yang berkaitan dengan variabel

dependen dan independen dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan September 2017 sampai dengan bulan Mei

tahun 2018, Penelitian dilakukan pada remaja di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur,

JawaBarat

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa siswi pada Sekolah dasar Sukamanah dan Sukaasih di

Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kelas 4, 5, dan 6.

Sampel sebanyak 63 siswa, Tehnik pengambilan sample adalah Purposive sampling. Penelitian ini

diawali dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak SD yang diizinkan untuk

mengikuti penelitian dari tiap kelas.

3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer, meliputi :

Mulai

Pengumpulan data Primer dan

sekunder

Pengolahan data

Studi Literaturdan studi lapangan

Populasi dansampel

Analisa data dan hubungan variabel

Rumusan Masalah dan tujuan penelitian dan

urgensi penelitian Desain Penelitian

Hasil dan pembahasan

Metode Penelitian,

kuesioner Selesai

Kesimpulan dan saran

Page 21: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

a. Data karakteristik individu, Kebiasaan sarapan pagi, Kebiasaan jajan dan pengetahuan gizi

dan keamananpangan.

b. Data antropometri remaja meliputi berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui pengukuran

secara langsung. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat badan yaitu dengan

menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0.1 Kg dan tinggi badan dengan alat

pengukur tinggi badan (microtoise) dengan ketelitian 0.1 cm.

3.5 PengolahanData

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program perangkat lunak statistic dimana

data yang dikumpulkan akan diolah secara deskriptif. Langkah-langkah pengolahan data dengan

computer adalah sebagai berikut :

3.5.1 Coding

Suatu kegiatan pemberian kode-kode pada seluruh variabel dalam kuesioner agar

mempermudah dalam proses olah data. Coding dapat dilakukan pada saat sebelum atau

setelah pengumpulan data dilaksanakan (Budiarto, 2002).

3.5.2 Editing

Proses pemeriksaan data yang telah dikumpulkan. Kegiatan ini dilakukan untuk

mengkoreksi apakah data yang dikumpulkan terdapat kesalahan atau tidak.Proses

editingsebaiknya dilakukan pada saat pengumpul data masih berada dilapangan, agar jika

ditemukan data yang salah atau meragukan dapat langsung ditelusuri dan dikonfirmasi

kembali kepada responden (Budiarto, 2002).

3.5.3 Processing

Merupakan pemrosesan data agar dapat dianalisis. Data di input kedalam computer untuk

diproses dan di entri menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service

Solution). Kegiatan ini dilakukan setelah proses coding dan editing dilakukan oleh peneliti

(Hastono, 2010). Dalam kegiatan ini, biasanya peneliti dibantu oleh beberapa orang yang

sudah dilatih terlebih dahulu.

3.5.4 Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan lembar data yang sudah di entri apakah terdapat

kesalahan dalam entry data atau tidak (Hastono, 2010).

3.5.5 Scoring

Merupakan proses pemberian skor atau nilai pada data yang telah dikumpulkan dengan

menghitung jumlah skor yang ada pada variabel pengetahuan gizi.

a. PengetahuanGizi

Pengukuran variabel pengetahuan gizi dilakukan dengan pengisian kuesioner. Skor 1

diberikan pada setiap jawaban yang benar dan skor 0 untuk jawaban yang

Page 22: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

salah.Kemudian dibuat variabel Total Skor Pengetahuan.Dari hasil total skor

pengetahuan, didapatkan hasil memiliki distribusi tidak normal, sehingga total skor

pengetahuan dikelompokkan berdasarkan nilai median. Selanjutnya total skor

pengetahuan dikelompokkan menjadi :

Tinggi, jika total skor pengetahuan ≥ nilai median

Rendah, jika total skor pengetahuan <nilai median

b, Kebiasaan sarapanpagi

a. selalu, Frekuensi sering

b. kadang-kadang frekuensinya kadang- kadang ataujarang

c. KebiasaanJajan

Kebiasaan jajan contoh meliputi jenis dan frekuensi jajan dan tingkat kesukaan contoh

membeli makanan jajanan.Jumlah makanan jajanan yang biasa dibeli dikategorikan

menjadi 1-2 jenis, 3-4 jenis, 5-7 jenis dan >7 jenis. Frekuensi jajan contoh

dikategorikan menjadi sering,dan kadang-kadang.

3.6 AnalisisData

AnalisisUnivariat

Analisis univariat merupakan analisis menggunakan satu variabel yang dilakukan

denganmenggunakan tabel yang diberi tambahan penjelas berupa narasi.Analisis univariat

dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel dependen maupun variabel

independen (Hastono, 2007).Analisis univariat pada penelitian ini akan digunakan untuk

beberapa variabel yang terdapat dalam penelitian.

AnalisisBivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel.Analisis ini

digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen atau untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 atau

lebih kelompok.Untuk membuktikan adanya hubungan antara kedua variabel independen dan

dependen peneliti menggunakan metode Chi-Square yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel

dan narasi.Pada prinsipnya, uji Chi-Square dilakukan untuk membandngkan nilai yang didapat

pada saat observasi dengan nilai harapan atau nilai ekspektasi (Hastono, 2007).

Analisa bivariat desain cross sectional menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 5%). Jika nilai Pvalue < 0,05 berarti hasil perhitungan statistic bermakna

(ada hubungan), jika nilai P value ≥ 0,05 berarti hasil perhitungan statistic tidak bermakna (tidak

ada hubungan). Hal tersebut dapat dilihat dari rumus Chi-Square, sebagai berikut:

Page 23: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

= Σ 2

df = (k – 1)(b – 1)

Keterangan: O = Observered (Nilai yang diamati)

E = Expected ( Nilai yang diharapkan)

X2 = Chi-Square k

= jumlah kolom b =

jumlah baris

The image part w ith

relationship ID rId15 w as

not found i…

Page 24: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Dari Tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa dari 63 responden yang diteliti, persentase siswa

berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 responden (61,9%) dan sisanya laki-laki sebanyak

24 responden (38,1%).

Tabel 4.1. jenis kelamin responden

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 24 38.1 38.1 38.1

perempuan 39 61.9 61.9 100.0

Total 63 100.0 100.0

Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel proporsi jumlah perempuan lebih besar daripada

proporsi jumlah laki-laki.

Sebaran Usia Siswa

Tabel 4.2. usia responden (dalam tahun) pembulatan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid 9 14 22.2 22.2 22.2

10 24 38.1 38.1 60.3

11 11 17.5 17.5 77.8

12 12 19.0 19.0 96.8

13 2 3.2 3.2 100.0

Total 63 100.0 100.0

Kategori umur paling banyak dalam penelitian ini yaitu 10 tahun berjumlah 24 siswa (38,1%)

dan yang paling sedikit yaitu umur 13 tahun berjumlah 2 siswa (3,2%).pengkategorian umur

mengacu ke pengelompokkan umur menurut depkes RI, yaitu dikatakan remaja jika berumur 12 tahun

ke atas, jika 5-11 tahun masuk kategori anak-anak. Jadi kategori untuk keperluan analisis bivariatenya

<12 dan >=12

Page 25: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

Tabel 4.3kategori usia

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid < 12 49 77.8 77.8 77.8

>= 12 14 22.2 22.2 100.0

Total 63 100.0 100.0

Kebiasaan Jajan siswa

Tabel 4.4 Kebiasaan jajan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Sering 38 60.3 60.3 60.3

Jarang 25 39.7 39.7 100.0

Total 63 100.0 100.0

Kebiasaan jajan siswa dalam kategori sering yaitu sebanyak 38 responden (60.3), dan

Kebiasaan jajan siswa dalam kategori jarang yaitu sebanyak 25 siswa (39.7).

Kebiasaan sarapan pagi siswa

Tabel 4.5. kebiasaan sarapan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid kadang-kadang 38 60.3 60.3 60.3

Sering 25 39.7 39.7 100.0

Total 63 100.0 100.0

Kebiasaan sarapanpagi siswa dalam kategori sering yaitu sebanyak 25 siswa (39.7%). dan

Kebiasaan Sarapan pagi siswa dalam kategori jarang yaitu sebanyak 38 responden (60.3%).

Page 26: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

Pengetahuan gizi dan makanan jajanan yang sehat

Tabel 4.6. tingkat pengetahuan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah 35 55.6 55.6 55.6

Tinggi 28 44.4 44.4 100.0

Total 63 100.0 100.0

Tingkat pengetahuan gizi dan makanan jajanan siswa SD Sukamanah dan Sukaasih tersebar

dengan nilai minimal 35 dan nilai maksimal 75, dengan nilai mean dan median 50.

Setelah dikelompokan berdasarkan nilai yang didapat ≤ 50 dan >50 maka diperoleh siswa

yang mempunyai pengetahuan rendah lebih banyak yaitu 35 responden (55,6%)

dibandingkan siswA yang memiliki pengetahuan tinggi yaitu 28 (44,4%).

Status Gizi Siswa

Dikategorikan berdasarkan score IMT/U

Table 4.7. status gizi responden

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Normal 28 44.4 44.4 44.4

Kurus 20 31.7 31.7 76.2

obesitas 15 23.8 23.8 100.0

Total 63 100.0 100.0

Pengukuran status gizi (IMT/U) responden dikategorikan menjadi 3 kelompok dan sebagian

besar responden (44,4%) mempunyai status gizi normal. Namun ketika dikategorikan

menjadi 2 yaitu normal dan tidak normal (gemuk dan kurus) maka status gizi tidak normal

menjadi lebih banyak yaitu 35 respoden (55,5%).

Rangkuman karakteristik reponden

Tabel 4.7 Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik n (%)atau median (min – max) Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan

24 (38.1) 39 (61.9)

Umur, tahun Median (min – max)

10 (9 – 13)

Page 27: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

Kategori Umur, tahun 9 10 11 12 13

14 (22.2) 24 (38.1) 11 (17.5) 12 (19) 2 (3.2)

Kebiasaan Jajan Sering Jarang

38 (60.3) 25 (39.7)

Kebiasaan Sarapan Kadang - kadang Sering

38 (60.3) 25 (39.7)

Pengetahuan Median (min – max) Kategori Pengetahuan*

Kurang Baik (≤ 50) Baik (>50)

50 (35 – 75)

35 (55.6) 28 (44.4)

Status Gizi**

Obesitas kurus Normal

15 (23.8) 20 (31.8) 28 (44.4)

*dikategorikan berdasarkan nilai median skor pengetahuan

**dikategorikan berdasarkan z score IMT/U

4.2. Analisis Bivariat

Hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi siswa SD Sukamanah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi hubungan antara kebiasaan jajan dengan status

gizi siswa SD Sukamanah,Cugenang Cianjur

status gizi responden 2

Total tidak normal normal

kebiasaan jajan sering 21 17 38

55.3% 44.7% 100.0%

jarang 14 11 25

56.0% 44.0% 100.0%

Total 35 28 63

55.6% 44.4% 100.0%

Dari table diatas dapat diketahui bahwa dari 38 siswa yang mempunyai kebiasaan jajan sering

terdapat 21 orang (55,3%) yang berstatus gizi tidak normal dan responden yang memiliki

kebiasaan jajan jarang dengan status gizi normal yaitu sebanyak 11 responden (44%).

Hasil analisis chi-square hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi diperoleh p 0,954

(p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi

Page 28: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

Hal ini dimungkinkan sedikitnya sampel yang digunakan dari tiap sekolah.Hasil ini senada

dengan penelitian yang diadakan oleh Kurnia N, 2015 di SD Wonosewu

Bantul Jogjakarta. Hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi siswa SD Sukamanah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi hubungan antara kebiasaan Sarapan dengan status

gizi siswa SD Sukamanah,Cugenang Cianjur

status gizi responden

Total tidak normal normal

kebiasaan

sarapan

kadang-

kadang

20 18 38

52.6% 47.4% 100.0%

sering 15 10 25

60.0% 40.0% 100.0%

Total 35 28 63

55.6% 44.4% 100.0%

Dari table diatas dapat diketahui bahwa dari 38 siswa yang mempunyai kebiasaan jajan sering

terdapat 21 orang (55,3%) yang berstatus gizi tidak normal dan responden yang memiliki

kebiasaan jajan jarang dengan status gizi normal yaitu sebanyak 11 responden (44%).

Hasil analisis chi-square hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi diperoleh p 0,954

(p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi

Hal ini dimungkinkan sedikitnya sampel yang digunakan dari tiap sekolah.Hasil ini senada

dengan penelitian yang diadakan oleh Kurnia N, 2015 di SD Wonosewu

Bantul Jogjakarta.

Page 29: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

Crosstab

status gizi responden

Total tidak normal normal

tingkat pengetahuan kurang baik 18 17 35

51.4% 48.6% 100.0%

baik 17 11 28

60.7% 39.3% 100.0%

Total 35 28 63

55.6% 44.4% 100.0%

Rekapitulasi Analisi Bivariat

Analisis Bivariate

Variabel Status Gizi berdasarkan

IMT/U PR (95% CI) Nilai p#

Tidak Normal Normal Kebiasaan Jajan

Sering Jarang

21 (55.3) 14 (56)

17 (44.7) 11 (44)

0.987

(0.629 – 1.548)

0.954

Kebiasaan Sarapan Kadang - kadang Sering

20 (52.6) 15 (60)

18 (47.4) 10 (40)

0.877

(0.565 – 1.362)

0.565

Pengetahuan Kurang Baik (≤ 50) Baik (>50)

18 (51.4) 17 (60.7)

17 (48.6) 11 (39.3)

0.847

(0.546 – 1.313)

0.461

# X2 test

Dari table diatas dapat dilihat bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antarakebiasaan jajan .

kebiasaan sarapan,dan pengetahuan dengan status gizi siswa denganpValue secara berturut-turut

0.862; 0,278 ; 0,954; 0,565 dan 0, 461. Hal ini senada dengan penelitianNoviani.2015 pada anak SD

Sonosewu Bantul Yogyakarta. Hasil analisis chi-square hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi

diperoleh p 0,781 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan

status gizi. Demikian juga dengan hasil penelitian Trini Maudi, 2016 pada anak SD di Kota

Bogor.Tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara kebiasaan sarapan dengan status gizi.

Penelitian Syaidatul, Lisma, 2016 pada anak SD Sukasenang kelas 4,5, dan 6 Tasikmalaya tidak ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang gizi dengan Status Gizi.Hasil ini dimungkinkan

pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil sedikit dan karena variable-variabel tersebut adalah

factor penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi anak sekolah dasar. Sehingga ada

variable lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi status gizi nya seperti intake makananya, pola

Page 30: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

makan dan penyakit infeksi atau status kesehatan anak sekolah dasar.Namun dengan hasil peneltian ini

dapat diketahui bahwa kebiasaan jajan yang sering pada anak SD kadang menggantikan makanan

utamanya sehingga sangat dianjurkan pihak sekolah untuk memperhatikan kantin dan jajanan yang

tersedia di sekolah dan kebiasaan sarapan pagi yang jarang menyebabkan anak sering jajan

disekolah.Dan banyaknya siswa dengan pengetahuan tentang gizi dan keamanan jajanan yang rendah

harus menjadi perhatian pihak sekolah dan puskesmas serta dinas kesehatan untuk membuat

penyuluhan terkait gizi dan keamanan makanan jajanan.

Page 31: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Proporsi terbesar umur sampel adalah 10tahun yaitu 24 siswa dengan persentase

38,1%. Proporsi dari 63 responden yang diteliti, persentase siswa berjenis kelamin

perempuan sebanyak 39 responden (61,9%). Proporsi terbanyak Kebiasaan jajan siswa dalam

kategori sering yaitu sebanyak 38 responden (60.3%), proporsi terbanyak Kebiasaan Sarapan

pagi siswa dalam kategori jarang yaitu sebanyak 38 responden (60.3%) dan proporsi

terbanyak sampel yang mempunyai pengetahuan rendah lebih banyak yaitu 35 responden (

55,6%).

Status gizi (IMT/U) responden dikategorikan menjadi 3 kelompok dan sebagian besar

responden 28 siswa (44,4%) mempunyai status gizi normal. Namun ketika dikategorikan

menjadi 2 yaitu normal dan tidak normal (gemuk dan kurus) maka status gizi tidak normal

menjadi lebih banyak yaitu 35 respoden (55,5%).

Dari hasil uji bivariate diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan

jajan .kebiasaan sarapan,dan pengetahuan dengan status gizi siswa dengan pValue secara

berturut-turut 0.862; 0,278 ; 0,954; 0,565 dan 0, 461

6.2. Saran

Dengan hasil peneltian ini dapat diketahui bahwa Status Gizi tidak normal (gemuk dan kurus)

memiliki proporsi lebih banyak sehingga harus menjadi perhatian semua pihak karena status gizi anak

sekolah mempeengaruhi prestasi belajarnya.kebiasaan jajan yang sering pada anak SD kadang

menggantikan makanan utamanya sehingga sangat dianjurkan pihak sekolah untuk memperhatikan

kantin dan jajanan yang tersedia di sekolah dan kebiasaan sarapan pagi yang jarang menyebabkan

anak sering jajan disekolah. Dan banyaknya siswa dengan pengetahuan tentang gizi dan keamanan

jajanan yang rendah harus menjadi perhatian pihak sekolah dan puskesmas serta dinas kesehatan

untuk membuat penyuluhan terkait gizi dan keamanan makanan jajanan. Dan memasukkan materi gizi

seimbang dan keamanan makanan jajanan kedalam materi pelajaran disekolah seperti pelajaran IPA,

olahraga dan sebagainya.

Page 32: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

DAFTAR PUSTAKA

Arifin YN. 2014. Hubungan antara karakteristik keluarga dan konsumsi pangan dengan status gizi dan prestasi belajar anak sekolah dasar stunting dan normal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Deni & Dwiriani MC. 2009.Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik,Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya pada Murid Sekolah Dasar di Bogor yang berstatus Gizi Normal dan Gemuk. Jurnal gizi dan pangan, 4 (2), 92-97

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015 www.depkes.go.id [20 Desember 2012]

Dwi Nuraini . 2013 Pengetahuan Gizi Dan Keamanan Pangan Serta Kebiasaan Jajan Anak Di Sd Negeri Sukadamai 03 Bogor Dan Sd Negeri Situgede 04 Bogor (Skripsi) , Institut Pertanian Bogor

Fariza Yulia Kartika Sari, 2015 Keterkaitan Pengetahuan, Perilaku Hidup Bersih- Sehat, Status Gizi Dengan Status Kesehatan Anak Sekolah Dasar ( Skripsi), Institut PertanianBogor.

Gunawan E. 2012. Pengetahuan Gizi Ibu dan Kebiasaan Jajan Siswa serta Kaitannya dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri Cipicung 01 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hardiansyah & Martianto D. 1989a.Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan.Bogor : Wirasari Jakarta.

& Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan KonsumsiPangan.GiziMasyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah, Lwin M, Dwiriani CM, Au C, Aries M, Setiawan B, Madanijah S, Dwiyanti F & Nababan S. 2013. Pendidikan Gizi dan Keamanan Pangan untuk Pengembangan Sekolah Dasar Bersih dan Sehat. Bogor: Pergizi Pangan Indonesia, PT Kraft Food Indonesia dan Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: PT. Gramedia Widiasaranan Indonesia. Moehji S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Papar Sinar. Pratiwi A. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Status Kesehatan Mahasiswa [Skripsi]. Bogor: Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut PertanianBogor.

Kurnia, Noviani, 2015. Hasil penelitian Kebiasaan jajan dan pola makan serta hubungannya dengan status gizi anak usia sekolah di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta, Jurnal gizi dan dietetic Indonesia, volume 4, nomor 2, Mei 2016

Maudi Trini Kusprasetia, 2016 Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Dengan Status Gizi Dan Prestasi Belajar Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Bogor Skripsi Ipb

Monalisa A. 2013. Hubungan antara konsumsi jajanan.higiene dan sanitasi dengan mordibitas dan status gizi anak di SD Negeri Serua 3 Tangerang Selatan dan Negeri Parakan 1 Tangerang Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik

Indonesia. Syaidatul, Lisma, 205) Hubungan Pengetahuan Gizi dan pola makan dengan Staus Gizi

Keluarga pada Anak Sekolah Dasar Sukasenang di Tasikmalaya, (Karyat tulis) , D III Gizi Tasikmalaya Kemenkes RI

Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: untuk keluarga dan masyarakat.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Page 33: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA

Soleman A. 2013. Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Persepsi mengenai Keamanan Pangan Jajanan pada Guru SD di Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Solihin P. 2005.Ilmu Gizi pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Syafitri Y, Syarief H, Baliwati YF. 2009. Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar Negeri

Lawanggintung 01 Kota Bogor. Jurnal gizi dan pangan, 4 (3), 167-175 Syarifah NP. 2010. Kebiasaan Jajan serta Kontribusi Energi dan Zat Gizi Makanan

Jajanan terhadap Kecukupan Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri Pajeleran 01 Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Umardani MW. 2011. Kebiasaan jajan. aktivitas fisik. status gizi dan kesehatan serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Windyaningrum K. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Anemia Anak Usia Sekolah di SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

[WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi.2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI.

Yasmin G & Madanijah Siti. 2010. Prilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah Terkait Gizi dan Keamanan Pangan di Jakarta dan Sukabumi. Jurnal Gizi dan Pangan, 5 (3),148-157

Yuni Yanti Mariza, 2012 Hubungan antara kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan dengan status gizi anak sd di kecamatan pedurungan kota semarang Skripsi Prodi Ilmu Gizi FK Universitas Diponegoro

Page 34: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA
Page 35: LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA