laporan penelitian pendapatan dan kelayakan …
TRANSCRIPT
i
LAPORAN PENELITIAN
PENDAPATAN DAN KELAYAKAN DARI BERBAGAI
USAHA TANAMAN WORTEL (Daucus corata) (Studi Kasus Petani Wortel Di Desa Citeko, Cisarua, Jawa Barat)
Peneliti :
IR. ASMAH YANI. M. Si (Ketua)
IR. WAYAN RAWINIWATI. M.Si (Anggota)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2020
DIBIAYAI OLEH UNIVERSITAS NASIONAL
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pendapatan Dan Kelayakan Dari Berbagai Usaha Tanaman
Wortel (Daucus corata)(Studi Kasus Petani Wortel Di Desa
Citeko, Cisarua, Jawa Barat)
Pelaksana :
a. Nama Lengkap : Ir. Asmah Yani. M.Si
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 19580812 198803 2 001
d. Pangkat/Golongan : Pembina/IV-A
e. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
f. Fakultas/Jurusan : Pertanian/Agroteknologi
g. Pusat Penelitian : PPM Universitas Nasional
h. Alamat : Jl. Sawo Manila, Pasar Minggu, Jaksel
i. Telepon/Fax : 021-7806700, 021-7802719
j. Alamat Rumah : Pondok Bambu Kuning F1/3 Bojong Gede
k. k Telepon/Hp : 021-8780542 , 08159783071
l. E-mail : [email protected]
m. Anggota : Ir. Wayan Rawiniwati, M.Si
n. Mahasiswa yang Terlibat : Gaudensia I. Jehamat (163112500150003)
Sarah Salsabila (163112500150019)
o. Biaya : Rp. 8.000.000,-
Jakarta, 21 September 2020
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian,
Ir. IGS. Sukartono. M.Agr
NID. 01038900273
Ketua Pelaksana
Ir. Asmah Yani, M.Si
NIP. 19580812 198803 2001
Menyetujui,
Wakil Rektor Bidang PPMK
Prof. DR. Ernawati Sinaga, MS. Apt
NIP. 19550731 198103 2 001
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kekhadirat Allah SWT, karena atas
berkah dan ridhoNya laporan penelitian dengan judul “ Pendapatan dan Kelayakan
Dari Berbagai Usaha Tanaman Wortel (Daucus corata) ” dapat penulis selesaikan.
,Penulis tertarik melakukan penelitian ini karena melihat sampai sekarang wortel
masih merupakan salah satu komoditi hortikultura yang masih banyak
dibudidayakan petani akan tetapi harganya masih fluktuatif, kadang harganya tinggi
tapi sering sekali harganya anjlok sehingga berdampak pada aspek penawaran dan
permintaan oleh masyarakat konsumen. Alhamdulillah, penelitian ini
mendapatkan fasiltas pendanaan dari Universitas Nasional. Untuk fasilitas yang
didapat tak lupa penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Ir. Nonon Saribanon selaku Ketua LPPM Universitas Nasional.
2. Ir. Tri Waluyo. M. Agr selaku Kepala Biro PPM Universitas Nasional.
3. Ir. IGS. Sukartono. M. Agr selaku Dekan Fakultas Pertanian UNAS.
4. Semua petani wortel yang ada di Desa Citeko, Cisarua, Bogor.
4. Rekan sejawat di Fakultas Pertanian Universitas Nasional.
Semoga laporan penelitian ini dapat dapat menambah wawasan penulis
dalam menggali potensi dan pemanfaatan sumberdaya lokal dalam usahatani wortel
yang effisien dan menguntungkan sehingga dapat dikembangkan oleh masyarakat
secara lebih luas.
Jakarta, 21 September 2020
Penulis ,
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Permasalahan Penelitian ………………………………………………...3
Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 3
Urgensi Penelitian ..................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 6
Teori Pendapatan Usahatani ...................................................................... 6
Tanaman Wortel ........................................................................................ 7
Faktor Produksi Dalam Usahatani ............................................................ 8
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 11
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 11
Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………….... 15
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………..30
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN………………………………………….. 31
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN…………………………………………. 32
DAFTAR PUSTAK……………………………………………………………...33
LAMPIRAN ……………………………………………………………………..34
iv
ABSTRAK
Meningkatnya konsumsi wortel menunjukkan bahwa komoditas wortel memiliki
potensi besar untuk diusahakan. Ada petani yang membudidayakan wortel, ada
yang mengusahakan benih wortel karena input utama yang digunakan dalam
kegiatan usahatani wortel adalah benih.. Saat ini permintaan akan benih wortel
mulai meningkat, sehingga masyarakat di Desa Citeko melakukan pengadaan benih
wortel sendiri. Ada kelompok wanita tani yang mengolah wortel menjadi kerupuk
wortel. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi wortel konsumsi dan benih
wortel berbeda. Untuk memproduksi wortel konsumsi dibutuhkan waktu tiga bulan
sedangkan untuk benih wortel dibutuhkan waktu enam bulan, sedangkan untuk
usaha kerupuk wortel waktunya lebih singkat karena tergantung panas matahari.
Bertambahnya waktu dalam proses produksi maka biaya yang dibutuhkan juga
bertambah. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan pendapatan dari masing –
masing usaha. Desa Citeko petani wortel selain membudidayakan tanaman wortel
untuk dimanfaatkan umbi wortelnya, juga ada yang membudidayakan wortel untuk
pengadaan benih yang dapat mereka jual dalam bentuk benih nantinya, juga ada
yang memanfaatkan wortel untuk diolah menjadi kerupuk wortel guna memberikan
nilai tambah komoditi wortel dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan.
Penelitian ini dilakuka di Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor pada
semester genap tahun 2019/2020 , degan responden petani wortel di Desa tersebut.
Data yag diperleh ditabulasi dan dianalisis meggunakan perangkat analisa
pendapatan dengan rumus I= TR-TC guna mengetahui kelayakan usaha dan mana
usaha yang lebih menguntungkan. Dari hasil penelitian didapat bahwa usaha benih
wortel jauh lebih menguntungkan disbanding usahatani wortel untuk konsumsi
ataupun olahan kerupuk wortel, hal ini terlihat dari R/C ratio yang didapat. R/C
=2,01 untuk usahatani wortel, R/C=2,41 untuk usaha pengadaan benih wortel dan
R/C=2,09 untuk usaha kerupuk wortel.
Key words : usahatani, wortel, kelayakan usaha
v
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Hortikultura memegang peranan penting dalam sektor pertanian dan
perekonomian nasional yang dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB).
Kontribusi PDB hortikultura atas harga konstan selama kurun waktu 5 tahun, dari
tahun 2010 sebesar 110,4 triliyun rupiah, tahun 2011 sebesar 120,1 triliyun rupiah,
tahun 2012 sebesar 117,4 triliyun rupiah, tahun 2013 sebesar 118,2 triliyun rupiah
dan tahun 2014 sebesar 123,2 triliyun rupiah (Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian, 2015). Tanaman hortikultura adalah jenis tanaman yang memiliki
banyak manfaat dan nilai jual yang tinggi. Tanaman ini terdiri dari beragam jenis
yaitu olerikultura (kangkung, wortel, dan kubis ), furtikultur (jeruk, apel, mangga,
dan durian), florikultura ( anggrek, melati, dan kamboja ), biofarmaka ( jahe, kunyit,
dan daun sirsak). Penyebaranya hampir diseluruh Indonesia dengan jenis tanaman
yang berbeda dimasing-masing wilayah (Sudarma, 2013).
Salah satu tanaman hortikultura adalah wortel. Tanaman ini memiliki
perananan penitng dalam penyediaan bahan pangan bagi manusia. Prospek
pengembangan budidaya wortel di Indonesia sangat baik dan memiliki nilai tambah
ekonomi yang cukup tinggi. Wilayah nusantara cocok untuk wortel dan akan
berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi
masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis , pengurangan
impor dan peningkatan ekspor.
Perkembangan usahatani wortel di Indonesia dalam lima tahun terakhir
sangat tinggi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2017) produksi wortel
ditahun 2013 sebesar 512.112 ton dengan luas panen 30.070 ha dan produktivitas
15,97 ton/ha. Produksi wortel mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga
pada tahun 2017 produksi wortel di Indonesia menjadi 537.342 ton dengan luas
panen sebesar 30.654 dan produktivitas 17,53 ton/ha. Meskipun terjadi penurunan
2
produksi pada tahun 2014 dan tahun 2016 namun tetap menunjukan nilai positif dan
mengalami peningkatan kembali pada tahun 2017. Produksi wortel yang meningkat
beberapa tahun terakhir menunjukan bahwa konsumsi wortel pada masyarakat
bertambah. Konsumsi wortel per kapita mengalami peningkatan dari tahun 2013
sebesar 0.991 kg/kapita menjadi 2.920 kg/kapita ditahun 2017 (Statistik Konsumsi
Pangan 2017). Meningkatnya konsumsi wortel di Indonesia menunjukkan bahwa
komoditas wortel memiliki potensi besar untuk diusahakan.
Salah satu tempat yang menghasilkan wortel yang cukup besar di Pulau
Jawa adalah Provinsi Jawa Barat. Luas panen tanaman wortel di Jawa Barat sebesar
6.772 ha, dan produksi wortel pada tahun 2014 mencapai 125.646 ton.
(Kementerian Pertanian, 2014). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2018),
luas panen tanaman wortel di Jawa Barat rata-rata 8.087 ha, produksi wortel
163.224 ton, dengan hasil 20,18 ton/ha. Faktor alam dan iklim yang mendukung
menjadikan Jawa Barat cocok untuk dijadikan sebagai kawasan sentra dalam
pembudidayaan wortel. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pola hidup sehat dan pentingnya nilai gizi, permintaan wortel untuk konsumsi akan
terus berkembang pada masa yang akan datang. Meningkatnya konsumsi wortel
menunjukkan bahwa komoditas wortel memiliki potensi besar untuk diusahakan.
Dibutuhkan supply yang cukup guna memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat
yang meningkat.
Input utama yang digunakan dalam kegiatan usahatani wortel adalah benih
sebagai komponen yang membedakan antara komoditas wortel yang dihasilkan
sehingga dapat mempengaruhi harga jual. Saat ini permintaan akan benih wortel
mulai meningkat, sehingga masyarakat di Desa Citeko melakukan pengadaan benih
wortel sendiri. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi wortel konsumsi dan
benih wortel berbeda. Untuk memproduksi wortel konsumsi dibutuhkan waktu tiga
bulan sedangkan untuk benih wortel dibutuhkan waktu enam bulan. Meskipun
demikian, tahapan dalam proses produksi tidak berbeda. Bertambahnya waktu
produksi maka biaya yang dibutuhkan juga bertambah. Hal ini menyebabkan
terjadinya perbedaan pendapatan dari masing – masing usahatani. Desa Citeko
3
petani wortel selain membudidayakan tanaman wortel untuk dimanfaatkan umbi
wortelnya, juga ada yang membudidayakan wortel untuk pengadaan benih yang
dapat mereka jual dalam bentuk benih nantinya, juga ada yang memanfaatkan
wortel untuk diolah menjadi kerupuk wortel guna memberikan nilai tambah
komoditi wortel dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan.
Harga sayuran dan benih di tingkat petani selalu lebih rendah dibandingkan
dengan harga sayuran dan benih di tingkat pemasok. Dalam usaha tani wortel dan
usahatani pengadaan benih wortel, pada umumnya petani menggunakan faktor
produksi secara berlebihan dengan harapan akan memperoleh hasil yang maksimal
(Asri, 2013). Penggunaan faktor produksi yang berlebihan akan meningkatkan
biaya produksi yang pada akhirnya akan mengurangi pendapatan usaha tani jika
tambahan biaya yang dikeluarkan lebih tinggi daripada tambahan penerimaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pendapatan dan Kelayakan Dari
Berbagai Usaha Tanaman Wortel” di Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat.
Permasalahan Penelitian
Berdasarkan paparan yang sudah dikemukakan di atas dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut
1. Bagaimana pendapatan petani dari usahatani wortel, petani yang melakukan
pengadaan benih wortel, dan petani yang mengolah wortel menjadi kerupuk
wortel ?
2. Apakah berbagai usaha yang dilakukan petani layak dan menguntungkan ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas dapat
diketahui tujuan untuk :
4
1. Mengetahui bagaimana pendapatan dari petani wortel, petani yang
mengusahakan pengadaan benih wortel, dan petani yang mengolah wortel
menjadi kerupuk wortel.
2. Mengetahui apakah berbagai usaha dari tanaman wortel secara finansial
menguntungkan sehingga layak dilakukan oleh petani.
3. Menambah wawasan penulis dalam memperluas bahan ajar mata kuliah Dasar
Ekonomi Pertanian.
4. Membuat makalah ilmiah yang di presentasikan di tingkat nasional dan jurnal
ilmiah yang dipublikasikan.
Urgensi Penelitian
Usahatani adalah suatu organisasi dimana petani sebagai usahawan
yang mengorganisir lahan atau tanah, tenaga kerja dan modal yang
ditujukan pada produksi dalam lapangan pertanian, bisa berdasarkan pada
pencarian pendapatan maupun tidak. Sebagai usahawan dimana petani
berhadapan dengan berbagai permasalahan yang perlu segera diputuskan.
Salah satu permasalahan tersebut adalah apa yang harus ditanam petani agar
nantinya usaha yang dilakukan tersebut dapat memberikan hasil yang
menguntungkan, dengan kata lain hasil tersebut sesuai dengan yang
diharapkan (Shinta, 2011).
Pengelolaan usahatani yang efisien akan mendatangkan pendapatan
yang positif atau suatu keuntungan, usahatani yang tidak efisien akan
mendatangkan suatu kerugian. Usahatani yang efisien adalah usahatani
yang produktivitasnya tinggi. Ini bisa dicapai jika manajemen pertaniannya
dikelola dengan baik.
Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
adalah salah satu sentra penghasil tanaman wortel. Petani wortel disini
membudidayakan tanaman wortel untuk dimanfaatkan umbi wortelnya. Ada
juga petani yang kreatif dengan membudidayakan wortel untuk pengadaan
5
benih, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual ke petani lain yang
bukan saja di sekitar Cisarua tapi sudah sampai ke Nusa Tenggara Timur,
Ambon, Maluku yang membeli benih wortel produksi desa Citeko. Wortel
sebagai produk hortikultura sesuai dengan karakteristiknya mudah rusak,
bersifat musiman dan harganya fluktuatif, sehingga pada saat harga wortel
turun bahkan sampai Rp. 1000,- per-kg maka petani di desa Citeko
mengolah wortel menjadi kerupuk wortel. Hal ini menjadi sangat menarik
karena petani di desa Citeko ada yang berusaha tani untuk memanfaatkan
umbi wortel untuk dijual, ada yang memproduksi benih juga untuk dijual,
dan ada yang mengolah wortel untuk dibuat kerupuk wortel. Mana yang
paling menguntungkan inilah yang akan diteliti lebih jauh.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Pendapatan Usahatani
Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani
tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat
produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.
Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan
pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi (Hernanto
1996).
Menurut Daniel (2002) produktivitas tidak lain merupakan konsepsi
efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya
hasil (output) yang diperoleh dari satuan input yang diberikan. Sementara kapasitas
tanah adalah kemampuan tanah untuk menyerap tenaga dan modal untuk
memberikan hasil. Dalam ekonomi pertanian, kita tidak hanya membicarakan atau
memperhitungkan produktivitas dari suatu usahatani saja (produktivitas fisik) tetapi
juga harus mempertimbangkan faktor ekonominya.
Peningkatan keuntungan dapat dicapai oleh petani dengan melakukan
usahataninya secara efisien. Konsep efisien ini dikenal dengan konsep efisien teknis
(Technical Efficiency), efisien harga (Price Efficiency), dan efisiensi ekonomi
(Economic Efficiency). Dalam ilmu ekonomi, cara berpikir demikian disebut
dengan pendekatan memaksimalkan keuntungan atau profit maximization.
Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan kotor dan pendapatan bersih.
Pendapatan kotor usahatani (Gross Farm Income) didefinisikan sebagai nilai
produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual, pendapatan
bersih (Net Farm Income) didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan kotor
usahatani dan pengeluaran usahatani.
Pendapatan usahatani adalah besarnya manfaat yang diterima oleh petani
yang dihitung berdasarkan dari nilai produksi dikurangi dengan semua jenis
pengeluaran yang digunakan untuk produksi. Untuk itu pendapatan usahatani
dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi, biaya pemeliharaan, biaya pasca panen,
7
pengolahan dan distribusi serta nilai produksi. Pendapatan usahatani dapat diartikan
sebagai balas jasa yang diterima petani sebagai akibat dari perpaduan faktor-faktor
produksi dalam usahatani. Secara teknis, pendapatan usahatani dihitung dari hasil
pengurangan antara total biaya penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi (Soekartawi, 2005).
Tanaman Wortel (Daucus carota)
Wortel (Daucus carota) merupakan jenis sayuran semusim berbentuk
semak (perdu) yang tumbuh tegak dengan ketinggian antara 30 cm - 100 cm atau
lebih, tergantung jenis dan varietasnya.Tanaman ini akan tumbuh dengan baik pada
tanah yang berstruktur gembur dan subur. Tanah yang gembur akan membantu
membantu wortel merubah bentuknya menjadi umbi sedangkan tanah yang subur
(banyak mengandung humus) diperlukan untuk memenuhi zat – zat yang
dibutuhkan wortel untuk pertumbuhanya. Wortel digolongkan sebagai tanaman
semusim karena hanya berproduksi satu kali dan kemudian mati.Untuk
pertumbuhan dan produksi umbi dibutuhkan suhu udara optimal antara 16,6 – 21,10
(Rahmi dkk 2011). Jenis sayuran ini banyak mengandung β-karoten yang dapat
menangkal radikal bebas penyebab kanker dan sebagai antioksidan dalam
mengurangi efek radikal bebas (Agustina,2019). Dalam tubuh, β-karoten diubah
menjadi vitamin A yang dapat membantu menjaga kesehatan mata.
Taksonomi tanaman wortel secara lebih lengkap adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferales /Apiaceae /Ammiaceae
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carota L.
Tanaman wortel yang ditanam pada suhu melebihi 21,10C akan
menghasilkan umbi yang pendek dan warna umbi kurang bagus Samadi (2014).
8
Varietas – varietas wortel terbagi menjadi tiga, yang dikelompokan berdasarkan
pada bentuk umbi yaitu :
1. Imperator ,yaitu golongan wortel yang bentuk umbinya bulat
panjang dengan ujung runcing (menyerupai kerucut), panjang umbi
20-30 cm dan rasa yang kurang manis sehingga kurang disukai
masyarakat
2. Chantenay, yaitu golongan wortel yang umbinya bukat panjang
dengan ujung tumpul, tidak berakar serabut, panjang antara 15-20
cm dan rasa yang manis sehingga disukai oleh masyarakat. Tipe ini
paling banyak dikembangkan karena memberikan hasil produksi
umbi paling baik
3. Nantes, yaitu golongan wortel yang bentuk umbinya peralihab
antara tipe Imperator dan Chantenay dengan bentuk bulat pendek
dengan panjang 5-6 cm atau berbentuk bulat panjang dengan
panjang 10 – 15 cm.
Faktor-Faktor Produksi dalam Usahatani
Menurut Hermanto dalam Suratiyah (2008) ada lima unsur pokok dalam
usaha tani yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi, yaitu sebagai berikut:
1) Tanah Usahatani
Tanah usaha tani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah. Tanah
tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa,
bagi hasil, pemberian negara, warisan atau wakaf. Penggunaan tanah dapat
diusahakan secara monokultur maupun polikultur atau tumpangsari.
2) Tenaga Kerja
Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-
anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat
kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal
dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan).
9
3) Modal
Dalam usahatani modal merupakan barang ekonomi yang digunakan untuk
memperoleh pendapatan dan untuk mempertahankan pendapatan keluarga tani.
Modal dalam usaha tani digunakan untuk membeli sarana produksi serta
pengeluaran selama kegiatan usaha tani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari
milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, pelepas uang/famili/tetangga),
hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.
Menurut Hernanto (1996) modal adalah barang atau uang yang
bersamasama faktor produksi lain (tanah dan tenaga kerja) menghasilkan barang-
barang yaitu berupa produksi pertanian. Adapun modal dapat dibedakan menjadi
dua sifat, antara lain:
a. Modal tetap yaitu barang yang tidak habis dalam sekali produksi misal peralatan
pertanian, bangunan, yang dihitung biaya perawatan dan penyusutan selama per
musim tanam.
b. Modal bergerak yaitu barang yang langsung habis dalam proses produksi seperti
benih, pupuk, obat-obatan dan sebagainya.
4) Pengelolaan atau Manajemen Usahatani
Pengelolaan usaha tani adalah kemampuan petani untuk menentukan,
mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya
dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana
yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis
perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil. Prinsip teknis
tersebut meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan; (b) perkembangan
teknologi; (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara budidaya dan alternatif
cara lain berdasar pengalaman orang lain. Prinsip ekonomis antara lain: (a)
penentuan perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c) pemasaran hasil;
(d) pembiayaan usaha tani; (e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin
dari keputusan yang diambil agar resiko sangat tergantung kepada: (a) perubahan
sosial serta (b) pendidikan dan pengalaman petani.
5) Produksi
10
Produksi adalah hasil produksi fisik, yang diperoleh petani dari hasil
usahatani, dalam satu musim tanam dan diukur dalam Kg per hektar permusim
(khusus untuk jenis tanaman yang diusahakan). Produksi tersebut juga dapat
dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan
komoditas berupa kegiatan usaha tani maupun usaha lainnya.
11
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus s/d September 2020
bertempat di Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan petani yang membudidayakan wortel
yaitu sebanyak 30 orang, petani yang usahatani pegadaan benih wortel sebanyak 10
orang dan petani yang mengolah wortel menjadi kerupuk wortel sebanyak 5 orang
yang ada di Desa Citeko. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random)
sebanyak 20 orang untuk petani wortel, petani yang mengusahakan benih wortel
dan kerupuk wortel diambil semua, sehingga masing-masing sampelnya 10 orang
dan 5 orang dari masing-masing populasi yang diwawancarai dari berbagai usaha
yang berbasis tanaman wortel.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
melalui metode observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di
lapangan Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya guna mendapat data primer. Data
sekunder digunakan sebagai data pelengkap atau penunjang yang diperoleh dari
berbagai instansi yang berhubungan dengan usahatani wortel, Database
Kementerian Pertanian RI dan jurnal-jurnal ilmiah.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan Data
Data primer yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasi, kemudian dilakukan
analisis secara deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif yang terkumpul
dikelompokkan dan disusun, sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan
analisis usahatani meliputi biaya variable, biaya tetap untuk mengetahui total biaya
12
produksi (TC), sehingga diperoleh pendapatan usahatani yang merupakan selisih
antara total biaya produksi dengan penerimaan (TR), perbandingan antara
penerimaan dengan biaya produksi sehingga mendapatkan nilai R/C rasio.
Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis Biaya Usahatani
Analisis biaya usahatani budidaya bawang putih memiliki komponen biaya
usahatani yang terdiri atas biaya tetap dan biaya 12ariable, diantaranya sebagai
berikut:
1. Biaya tetap, yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa
produksi. Biaya tetap yang tergolong dalam kelompok ini antara lain : pajak
tanah, biaya alat kerja, dan lain sebagainya.
2. Biaya variabel, yaitu biaya yang besar kecilnya sangat tergantung pada skala
produksi. Yang termasuk biaya variabel antara lain : benih, pupuk, pestisida,
upah tenaga kerja, biaya panen, biaya pasca panen, biaya transportasi dan lain
sebagainya.
Soekartawi (2005), menyebutkan total biaya ditentukan dengan
menggunakan rumus :
Keterangan :
TC = Total Cost (Total Pengeluaran)
TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap)
TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)
Penerimaan Usahatani
Penerimaan adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan
sebelum dikurangi biaya produksi. Soekartawi (2005) menyebutkan total
penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
TC = TFC + TVC
13
Keterangan :
TR = Total Revenue ( Total penerimaan )
P = Price ( Harga jual produk pertanaman )
Q = Quantiy ( Total produksi )
Analisis Kelayakan Finansial Usahatani
Tujuan melakukan analisis finansial usahatani untuk mengetahui
keuntungan yang diperoleh dan mengetahui layak atau tidak layaknya usahatani.
Soekartawi (2005), untuk mengetahui pendapatan petani dapat dianalisis dengan
menggunakan analisis pendapatan yang persamaan matematiknya sebagai berikut:
Keterangan :
I = Income / Pendapatan
TR = Total Revenue / Total Penerimaan
TC = Total Cost / Total Biaya
FC = Fixed Cost / Biaya Tetap
VC = Variabel Cost / Biaya Variabel
Analisis Efisiensi (R/C) Rasio
Menurut Soekartawi (2005) untuk mengetahui efisiensi usahatani bawang
putih dapat dianalisis dengan analisis efisiensi yang secara sistematis ditulis sebagai
berikut:
TR = P x Q
R C⁄ Rasio = TR
TC
I = TR - (FC +VC)
I = TR - TC
14
Keterangan:
TR = Total Revenue / Total Penerimaan
TC = Total Cost / Total Biaya
Kriteria:
1. Apabila R/C Rasio = 1, maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas.
2. Apabila R/C Rasio > 1, maka usahatani yang dilakukan efisiensi.
3. Apabila R/C Rasio < 1, maka usahatani yang dilakukan tidak efisiensi.
15
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko
merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko
memiliki potensi lahan untuk usahatani sayuran. Kondisi geografis Desa Citeko
diantaranya: memiliki jenis tanah instand, dengan ph tanah pada kisaran 5-6, curah
hujan basah dengan kemiringan lahan antara 15-30%, ketinggian daerah lebih dari
1000 mdpl.
Desa Citeko terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Luas wilayah
Desa Citeko. Luas wilayah Desa Citeko 461 Ha, dengan ketinggian 800 meter diatas
permukaan laut. Batas – batas administratif pemerintah Desa Citeko, Kecamatan
Cisarua sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Desa Kopo dan Kelurahan Cisarua
• Sebelah Timur : Desa Cibeureum
• Sebelah Selata : Kabupaten Cianjur
• Sebelah Barat : Desa Kuta Kecamatan Megamendung Bogor
Keadaan topografi Desa Citeko termasuk daerah dataran tinggi. Luas wilayah
Desa Citeko 461 Ha dengan ketinggian 800 meter diatas permukaan laut.
Banyaknya curah hujan di daerah ini adalah 264 mm dengan suhu udara 250 C – 310
C. Berdasarkan data profil desa, Desa Citeko tercatat memiliki jumlah penduduk
sebanyak 12.441 jiwa yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Jumlah penduduk
berjenis kelamin laki-laki ialah sebanyak 6.523 jiwa dan jumlah penduduk dengan
jenis kelamin wanita ialah sebanyak 5.918 jiwa.
16
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase(%)
1. Laki – laki 6.523 52.43
2. Perempuan 5.918 47.57
Jumlah 12.441 100
Sumber : Data Monografi Desa Citeko 2019
Sebagai daerah penelitian pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk
di Desa Citeko adalah sektor pertanian. Komposisi penduduk Desa Citeko menurut
mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Sumber : Data Monografi Desa Citeko 2019
Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat diketahui kondisi mata pencaharian penduduk
di Desa Citeko pada tahun 2019 dimana sebagian besar penduduknya mempunyai
mata pencaharian di bidang pertanian yaitu sebanyak 365 rang, dimana sebanyak
85 orang bekerja sebagai petani dan sisanya sebagai buruh tani sebanyak 280 orang.
Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting di Desa
Citeko yaitu menyerap tenaga kerja.
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Presentase (%)
1 PNS/ABRI/POLRI 66 5.44
2 Swasta 250 20.58
3 Pedagang 135 11.11
4 Petani 85 7.00
5 Pertukangan 90 7.40
6 Buruh tani 280 23.04
7 Pensiunan 59 4.85
8 Jasa 250 20.58
Jumlah 1.215 100
17
Usahatani Wortel Di Desa Citeko
Usahatani Wortel
Usahatani wortel di Desa Citeko sudah lama dilakukan oleh petani disana,
dank arena banyaknya petani yang membudidayakan wortel ini sehingga ada
dibentuk Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Bunga Wortel yang sejak berdiri
sampai sekarang ketua Gapoktan nya adalah Bapak H. Ukar. Petani di Desa Citeko
tidak hanya membudidayakan tanaman wortel saja tapi juga tanaman yang lain
seperti ubi jalar, terong, cabai, tomat, daun bawang, lobak. Produksi yang mereka
hasil kana da yang langsung di jual ke pasar oleh petani, ada juga yang di drop ke
tempat ketua Gapoktan dan nanti ada pembeli yang mengambil untuk di jual ke
pasar, dan paling banyak mereka menjual secara borongan dimana tengkulak yang
melakukan panen di lahan. Hal ini dilakukan oleh petani walau dengan harga yang
lebih rendah jika mereka menjual langsung ke pasar, akan tetapi mereka menjadi
tidak repot harus mengangkut hasil produksinya ke pasar.
Usahatani Benih Wortel
Petani wortel yang ada di Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor ini pertama sekali budidaya wortel mendapat benihnya dari petani wortel
yang ada di Cipanas. Akan tetapi karena diduga faktor kesuburan tanah atau iklim
nya yang sesuai wortel yang dihasilkan oleh petani wortel di Desa Citeko ini
rasanya lebih enak disbanding dengan wortel dari daerah asal benihnya. Kenyataan
inilah makin membuat petani di desa Citeko gencar membudidayakan wortel ini
dan pada akhirnya berusaha menghasilkan benih sendiri dari usahatani wortel
mereka. Awalnya dimotori oleh Pak H. Ukar yang pertama mengusahakan
budidaya benih wortel ini dan karena dianggap menguntungkan kegiatan ini
18
berlanjut, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan petani Desa Citeko saja akan
tetapi menjualnya sampai ke luar Pulau Jawa. Kesuksesan Pak H. Ukar dalam
membudidayakan benih wortel ini mengantarkan beliau menjadi pembicara di
berbagai pertemuan baik Nasional bahkan sempat dilibatkan dalam kunjungan ke
Thailand dari Pemerintah Kabupaten Bogor untuk mengikuti study banding tentang
pertanian disana.
Usaha Pengolahan Kerupuk Wortel
Dalam pengolahannya, tak jarang anggota KWT ini memanfaatkan bahan
baku wortel hasil dari panen para petani yang kurang layak untuk dijual di pasaran
langsung jika sedang terjadi panen, misalnya seperti harga jual yang rendah dan
kualitas hasil panen yang sedang menurun. Namun jika para petani sedang tidak
panen, bahan baku wortel terpaksa dibeli di pasar yang mana harganya lebih mahal
daripada membeli langsung dari petani.
Produksi kerupuk wortel ini dilakukan jika hanya ada pesanan dan modal
untuk membuatnya. Oleh sebab itu usaha kerupuk wortel ini masih terbilang belum
konsisten dalam menjalankannya.
Pada proses pengolahan kerupuk wortel, bahan-bahan yang digunakan
cukup mudah antara lain ialah wortel, tepung sagu, bawang merah, bawang putih,
penyedap rasa serta garam. Untuk setiap pembuatan 1 kg wortel, dibutuhkan sekitar
½ kg tepung sagu, 4 siung bawang putih, 3 siung bawang merah ½ sdt penyedap
rasa dan 1 sdm garam. Untuk pembuatan 1 kg wortel dapat menghasilkan sekitar
250–500 gram kerupuk wortel mentah. Berat yang diperoleh juga dipengaruhi oleh
19
bentuk dan ukuran besar kecilnya kerupuk wortel. Berikut tahap-tahap mengolah
wortel menjadi kerupuk wortel untuk hitungan 1 kg wortel, yaitu :
1) Umbi wortel dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dicuci sampai bersih.
2) Setelah bersih, umbi wortel kemudian diparut dan diperas sarinya untuk
dipisahkan. Sari wortel yang tidak terpakai bisa dimanfaatkan untuk
dijadikan sirup wortel sehingga tidak ada bahan yang terbuang sia-sia.
3) Setelah itu dilakukan pencampuran bahan baku meliputi wortel yang sudah
diparut, bawang putih dan bawang merah yang telah dihaluskan, serta
tepung sagu hingga terbentuk adonan.
4) Kemudian adonan diberi bumbu penyedap rasa dan garam secukupnya.
Untuk pengolahan 1 kg wortel dibutuhkan penyedap rasa sekitar 1 sdt dan
garam sekitar 1 sdm.
5) Lalu adonan dipotong dan dicetak tipis-tipis hingga membentuk kerupuk.
6) Setelah adonan jadi, dilanjutkan dengan proses pengukusan. Tujuan dari
pengukusan ini adalah untuk mematangkan adonan produk. Lamanya proses
pengukusan adonan yaitu ± 10 menit. Adonan yang telah masak ditandai
dengan seluruh bagiannya berwarna oranye bening serta teksturnya kenyal.
7) Adonan kerupuk yang sudah dikukus kemudian dikeringkan dengan cara
dijemur di bawah sinar matahari untuk menghasilkan kerupuk wortel
mentah. Karena pengeringan dilakukan dengan cara dijemur, maka lama
waktu pengeringan bergantung pada cuaca, jika cuaca sedang terik dan
mendapat sinar matahari yang cukup, maka waktu pengeringan dalam 1 hari
pun sudah cukup. Hal ini dilakukan dengan tujuan penghematan biaya.
8) Setelah kerupuk kering, kerupuk wortel siap dikemas dalam bentuk
mentahan maupun digoreng terlebih dahulu.
Bahan-bahan serta proses pembuatannya yang mudah dan murah membuat
usaha kerupuk wortel ini layak untuk dikembangkan sekaligus menjadi alternatif
bagi masyarakat yang tidak menyukai sayuran agar tetap bisa mengonsumsi
sayuran dalam bentuk camilan yang sehat dan bergizi. Berikut skema pembuatan
kerupuk wortel dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
20
.
Gambar 2. Bagan Pengolahan Kerupuk Worte
Umbi Wortel
Pencucian
Umbi Wortel Diparut dan
Diperas Sarinya
Pencampuran Semua
Bahan
Pemotongan dan
Pencetakan
Pengukusan
Pengeringan
Pengemasan
21
Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Wortel, Benih Wortel dan
Kerupuk Wortel
Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam
melakukan proses produksi wortel dan benih wortel dalam satu kali musim tanam
yang meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya ini dihitung berdasarkan jumlah
nilai uang yang dikeluarkan oleh petani untuk membiayai kegiatan usahataninya.
Biaya variabel dalam penelitian ini meliputi biaya benih, bibit, pupuk dan obat-
obatan, peralatan sekali pakai dan tenaga kerja sedangkan biaya tetap meliputi biaya
penyusutan peralatan. Rata-rata biaya variabel pada usahatani wortel dan
pengadaam benih wortel dan kerupuk wortel dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 3. Perbandingan Biaya Variabel Usahatani Wortel dengan Pengadaan
Benih Wortel
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa biaya variabel dari ke tiga jenis
usaha ini berbeda. Pada usahatani wortel besarnya biaya variabel yang dikeluarkan
yaitu Rp. 15,125,660 per hektar sedangkan pada usahatani benih wortel sebesar Rp.
19,984,637 per hektar dan usaha kerupuk wortel sebesar Rp 527,566,62 per bulan.
Usahatani pengadaan benih wortel memiliki biaya variabel lebih besar dari
No Uraian Wortel Benih Wortel Kerupuk Wortel
Nilai (Rp/ha) Nilai (Rp/ha) Nilai (Rp)
1 Biaya Benih 2,298,113 1,263,158
2 Biaya Bibit 125,989
3 Biaya Pupuk dan Pestisida 1,986,038 849,412
4 Biaya Ajir 270,056
5 Biaya Botol 42,938
6 Biaya Tali 31,638
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Biaya Tenaga Kerja
Minyak Goreng
Penyedap Rasa
Wortel
Bawang Putih
Bawang Merah
Sagu
Garem
Gas
10,841,509
17,401,446
221,000
14,000
83,000
23,333,31
21,733,31
39,000
13,500
112,000
Jumlah 15,125,660 19,984,637 527,566,62
22
usahatani wortel karena adanya biaya benih, ajir, tali, botol dan biaya tenaga kerja
yang cukup besar. Biaya benih yang dikeluarkan oleh petani wortel lebih besar
karena perbedaan harga benih, pola tanam, dan luas lahan petani. Harga benih
wortel pada tingkatan petani di Desa Citeko sebesar Rp. 120.000 - Rp. 150.000 per
200 gram. Pada usahatani pengadaan benih wortel terdapat biaya variabel bibit
sebesar Rp. 125,989 per hektar dengan jumlah bibit yang digunakan sebanyak
125,989 kg/ha, dimana bibit tersebut merupakan umbi wortel yang akan digunakan
dalam tahapan pengadaan benih wortel. Harga bibit wortel pada tingkatan petani
berkisar Rp. 2.000 – Rp. 3.000 per kg.
Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh petani wortel adalah biaya
pupuk kandang. Besarnya biaya pupuk yang dikeluarkan oleh petani wortel
disebabkan karena petani wortel menggunakan pupuk dengan dosis yang cukup
banyak meskipun tidak menggunakan pupuk tambahan seperti Set A, SP36, dan
Kompos. Jenis pupuk yang digunakan oleh petani wortel yaitu pupuk kandang
dengan dosis 1,872 kg/ha, pupuk TSP sebanyak 87 kg/ha, NPK Phonska sebanyak
94 kg/ha, Urea sebanyak 98 kg/ha, Supergro sebanyak 94 ml/ha sedangkan pada
petani yang melakukan usahatani benih wortel menggunakan pupuk dengan dosis
yang sedikit sehingga biaya yang dikeluarkan tidak begitu besar. Pupuk yang
digunakan oleh petani yang melakukan pengadaan benih wortel yaitu pupuk
kandang sebanyak 525,423 kg/ha, TSP sebanyak 32 kg/ha, NPK Phonska sebanyak
41 kg/ha, SP36 sebanyak 5 kg/ha, Set A sebanyak 34 kg/ha, Urea sebanyak 51
kg/ha, Kompos sebanyak 14 kg/ha. Selain itu, sebagian lahan petani yang
digunakan untuk usahatani wortel kondisinya tidak bagus yang bisa dilihat dari
warna tanah yang menguning dan teksturnya yang keras, sehingga untuk
memperbaiki kondisi tersebut petani memperbanyak penggunaan pupuk kandang.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Rosadi, dkk (2019), yang mengatakan
bahwa penambahan bahan organik ke tanah dapat meningkatkan kapasitas tukar
kation tanah dan mengurangi kehilangan unsur hara yang ditambahkan melalui
pemupukan sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah. Kegiatan
pemberantasan hama pada kedua usahatani ini tidak mutlak dilakukan dan
23
dilakukan ketika tanaman terkena hama penyakit sehingga menyebabkan
penggunaan sarana produksi obat – obatan sedikit. Jenis pestisida yang digunakan
dalam usahatani wortel lebih banyak dari usahatani pengadaan benih wortel.
Pestisida tersebut yaitu Curacron sebanyak 660 ml/ha, Antracol sebanyak 0.566
kg/ha, Dithane sebanyak 0.188 kg/ha sedangkan dalam usahatani pengadaan benih
wortel, petani hanya menggunakan 2 jenis pestisida seperti Curacron sebanyak
480,23 ml/ha dan Antracol sebanyak 1 kg/ha. Perbedaan jenis pupuk dan dosis yang
digunakan mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan petani.
Tenaga kerja menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan
keberhasilan usahatani. Usahatani wortel dan pengadaan benih wortel
menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, dimana tenaga kerja ini masih
merupakan anggota keluarga atau tanggungan petani tersebut dan tenaga kerja
diluar keluarga untuk membantu petani menyelesaikan pekerjaan yang tidak dapat
diselesaikan sendiri. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani wortel dan
pengadaan benih wortel adalah tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja pria
digunakan dari tahapan awal budidaya wortel sampai pada saat pemanenan
sedangkan untuk tenaga kerja wanita digunakan pada saat penyiangan pertama dan
kedua. Jam kerja yang dipakai pada usahatani wortel dan pengadaan benih wortel
berbeda-beda mulai dari 5 jam kerja sampai 7 jam kerja. Pemberian upah tenaga
kerja pria berkisar Rp. 50,000 – Rp. 80,000 sedangkan untuk tenaga kerja wanita
berkisar Rp. 20,000 – Rp. 40,000.
Besarnya rata-rata biaya tenaga kerja per hektar yang dikeluarkan pada
usahatani wortel dan usahatani pengadaan benih wortel dapat dilihat pada tabel.
Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada
usahatani wortel sebesar Rp. 10,841,509 per hektar sedangkan pada usahatani
pengadaan benih wortel sebesar Rp. 17,401,446 per hektar. Biaya terbesar
dikeluarkan oleh petani yang melakukan usahatani pengadaan benih wortel karena
tahapan produksi yang dilakukan dalam usahatani ini lebih banyak sehingga
membutuhkan tenaga kerja, waktu dan biaya yang lebih banyak. Pada uahatani
wortel dan pengadaan benih wortel biaya paling besar dikeluarkan pada saat proses
24
pengolahan lahan. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pengolahan
lahan karena proses ini masih menggunakan cangkul. Penyiangan pada usahatani
wortel dan pengadaan benih wortel dilakukan dua kali menggunakan tenaga kerja
wanita. Penyiangan pertama membutuhkan waktu yang lebih lama dikarenakan
gulma yang terdapat pada bedangan cukup banyak diawal pertumbuhan wortel
dibandingkan dengan penyiangan kedua. Pada usahatani pengadaan benih wortel
terdapat tahapan pembuatan bedengan benih dan pemupukan bedengan benih.
Bedengan ini yang nantinya akan digunakan untuk menanam umbi wortel yang
telah disortasi. Sebagian besar proses pemanenan pada usahatani wortel dan
pengadaan benih wortel tidak dilakukan sendiri oleh petani. Pemanenan pada
usahatani wortel juga dilakukan oleh tengkulak (panen bukti) sehingga tidak
membutuhkan tenaga kerja. Penjermuran pada usahatani pengadaan benih wortel
tidak membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Waktu yang diperlukan untuk
penjemuran sekita 4 - 5 hari tergantung cuaca. Biaya paling kecil dikeluarkan oleh
usahatani pengadaan benih wortel adalah pengemasan sebesar Rp. 67,232 karena
pengemasan ini bisa dilakukan sendiri oleh petani dan tidak membutuhkan tenaga
kerja luar keluarga. Beberapa tahapan lain dalam usahatani ini tidak membutuhkan
tenaga kerja yang banyak sehingga tidak mempengaruhi besar biaya yang
dikeluarkan. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih banyak jika dibandingkan
penggunaan tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini dilakukan karena rata-rata petani
hanya memiliki satu anggota keluarga yang dapat membantu dalam proses
usahatani. Tabel di atas menunjukan bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
oleh usahatani pengadaan benih wortel lebih besar dibandingkan usahatani wortel.
Biaya tetap yang dikeluarkan petani pada usahatani wortel dan pengadaan
benih wortel adalah biaya penyusutan peralatan seperti cangkul, parang, sabit,
gunting, dll. Biaya penyusutan yang diperoleh dihitung dengan cara jumah unit
peralatan dikali dengan harga per unit, selanjutnya dibagi dengan umur ekonomis
dari peralatan tersebut. Umur ekonomis dari alat-alat tersebut berbeda tergantung
penggunaannya. Peralatan tersebut biasanya digunakan sampai rusak dan tidak
dujual kembali, sehingga tidak memiliki nilai sisa (sama dengan nol).
25
Tabel 3 menunjukan bahwa biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani
pada usahatani benih wortel sebesar Rp. 20,541,293 per hektar sedangkan biaya
produksi pada usahatani wortel sebesar Rp. 15,570,592 per hektar. Hal ini
disebabkan karena biaya biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan yang dikeluarkan
pada usahatani pengadaan benih wortel besar, terdapat biaya tambahan seperti bibit,
ajir, botol dan tali. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan petani wortel tidak
melakukan usahatani pengadaan benih wortel.
Penerimaan Usaha Wortel
Penerimaan usahatani diperoleh dengan mengkalikan hasil produksi dalam
satu kali musim tanam dengan harga yang berlaku saat itu. Penerimaan usahatani
dapat dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh dan harga yang berlaku (Yasa,
2017). Harga jual wortel ditingkatan petani pada saat melakukan penelitian cukup
rendah yaitu sebesar Rp. 2.000 – 3000 per kilogram, sedangkan untuk harga benih
wortel dijual dengan harga Rp. 120.000- 150.000 per 200 gram.
Tabel 4. Perbandingan Penerimaan Usahatani Wortel dengan Pengadaan
Benih Wortel dan Usaha Kerupuk Wortel.
Dari Tabel 4 diketahui bahwa penerimaan usahatani pengadaan benih wortel
sebesar Rp. 56,469,740 per hektar sedangkan untuk usahatani wortel yaitu sebesar
Rp. 31,165,094 per hektar dan penerimaa dari usaha kerupuk wortel sebesar Rp
378,600,00. Penerimaan dari usahatani pengadaan benih wortel lebih besar dari
usahatani wortel . Lebih besar lagi penerimaan yang di dapat dari usaha pengolahan
kerupuk wortel yaitu sebesar Rp 378,600,00 perbulan. Hal ini disebabkan karena
harga jual benih wortel lebih mahal dan juga petani memperoleh penerimaan
tambahan dari hasil penjualan wortel yang tidak masuk dalam kriteria untuk
pembenihan. Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuriana, dkk (2019),
No Uraian Penerimaan (Rp/ha)
1 Wortel 31,165,094
2
3
Pengadaan Benih Wortel
Kerupuk Wortel
56,469,740
378,600,00
26
bahwa besarnya penerimaan usahatani dipengaruhi oleh besarnya produksi dan
harga yang didapatkan petani, sehingga besarnya produksi akan menentukan
besarnya pendapatan yang akan diterima petani, apabila tingkat pendapatan petani
tinggi maka peluang untuk mengembangkan usahatani akan besar.
Selain itu , harga jual benih wortel relatif stabil dibandingkan harga wortel
yang selalu berfluktuasi. Metode penjualan hasil produksi wortel biasanya dalam
bentuk borongan (tengkulak membeli wortel saat masih berada didalam tanah atau
belum dipanen) dan dalam bentuk bukti (wortel sudah dipanen), sehingga dengan
sistem penjualan seperti ini akan mempengaruhi penerimaan dari petani. Beberapa
petani melakukan penjualan dengan sistem borongan dan penerimaanya menjadi
sangat kecil. Faktor lain yang dapat mempengaruhi penerimaan petani wortel
adalah kualitas wortel yang dihasilkan seperti bentuk dan ukuran wortel. Bentuk
dan ukuran wortel yang dihasilkan akan mempengaruhi berat umbi wortel.
Rendahnya kualitas wortel disebabkan karena beberapa faktor seperti kondisi tanah
yang tidak gembur sehingga menyebabkan umbi wortel menjadi tidak lurus
sempurna, pendek, dan terdapat bintil-bintil.
Analisis Perbandingan Biaya dan Pendapatan
Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan usahatani dengan total
biaya usahatani yang dikeluarkan. Pendapatan bisa menjadi salah satu tolak ukur
keberhasilan usahatani. Keberhasilan dari suatu usahatani dapat dilihat dari
keuntungan usahataninya, keuntungan usahatani berarti mengukur imbalan yang
diperoleh petani dan penggunaaan faktor-faktor produksi, pengelolaan dan modal
yang digunakan petani selama proses produksi usahatani.
27
Tabel 5. Perbandingan Biaya dan Pendapatan Usahatani Wortel, Pengadaan
Benih Wortel dan Kerupuk Wortel.
Tabel 5 menunjukan bahwa usahatani wortel, pengadaan benih wortel dan
kerupuk wortel memiliki pendapatan yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan pendapatan usahatani pengadaan benih wortel sebesar Rp.
35,928,447 per hektar lebih besar daripada petani wortel yaitu sebesar Rp.
15,594,502 per hektar. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan rata-rata produksi,
penerimaan, dan harga jual. Apabila jumlah produksi tinggi maka pendapatan
petani semakin tinggi yang tentunya juga dipengaruhi oleh harga jual. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Azzura, dkk ( 2017), bahwa faktor-faktor yang
meempengaruhi pendapatan petani adalah produksi, harga jual produk, dan
penerimaan. Semakin tinggi harga jual produknya, maka semakin besar pula
penerimaan yang diterima oleh petani tersebut dan semakin besar jumlah
penerimaan yang diterima oleh petani, maka semakin besar pendapatan yang
diperoleh petani tersebut. Meskipun pendapatan dari usahatani pengadaan benih
wortel lebih tinggi daripada usahatani wortel, petani di Desa Citeko belum
memperoleh pembinaan khusus dalam melakukan perbanyakan benih, sehingga
yang dilakukan petani hanya berdasarkan pengalaman.
Analisis Kelayakan Berbagai Usaha Dari Wortel
Analisis usaha bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha ditinjau dari
modal tetap, modal kerja, investasi, biaya tetap, total biaya dan pendapatan. Hasil
perhitungan dan analisis ini akan dilihat melalui parameter kelayakan usaha biaya
No Uraian Komoditi Usahatani
Wortel
(Rp/ha)
Benih Wortel
(Rp/ha)
Kerupuk
Wortel
(Rp/bln)
1 Biaya Produksi 15,570,592 20,541,293 180,946,11
2 Nilai Produksi 31,165,094 56,469,740 378,600,00
3 Pendapatan 15,594,502 35,928,447 197,653,89
28
tetap yang diperhitungkan melalui biaya penyusutan dari modal tetap (Rahmi,
2013).
Dari analisis ini dapat dilihat biaya-biaya yang dikeluarkan anggota KWT
Citeko Asri untuk mengolah kerupuk wortel dimana biaya-biaya tersebut terdiri
dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Dimana biaya tetapnya berupa peralatan dan biaya variabel berupa bahan-
bahan masak sedangkan biaya tidak tunai berupa biaya penyusutan peralatan.
Setiap melakukan usahatani, petani selalu mengharapkan keuntungan yang
besar. Kelayakan usaha dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan Return
Cost Ratio (perbandingan penerimaan atas biaya) dan Benefit Cost Ratio
(perbandingan antara nilai keuntungan yang diperoleh terhadap besarnya biaya
yang dikeluarkan). dijalankan.
Tabel 6. Perbandingan R/C Ratio, B/C Ratio dan Payback Period Usahatani
Wortel dengan Pengadaan Benih Wortel
Dari perhitungan yang dilakukan menggunakan rumus diperoleh nilai R/C
ratio usahatani wortel sebesar 2.01 sedangkan nilai R/C usahatani pengadaan benih
wortel sebesar 2.41. Nilai R/C dari kedua usahatani ini bernilai lebih dari 1 yang
menunjukan bahwa usahatani bisa dikatakan menguntungkan.. Meskipun demikian,
nilai R/C ratio yang terbesar adalah usahatani pengadaan benih wortel. Artinya
setiap pengeluaran biaya sebesar Rp.100 maka penerimaan sebesar Rp.241 dan
setiap pengeluaran sebesar Rp.100 akan memberikan keuntungan sebesar Rp.174
sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Hal ini menunjukan bahwa usahatani
pengadaan benih wortel lebih menguntungkan dibandingkan usahatani wortel.
No Uraian Wortel Benih wortel Kerupuk
Wortel
Per ha Per ha Per Bln
1 Total penerimaan
usahatani
31,165,094 56,469,740 378.600
2 Total Biaya Usahatani 15,570,592 20,541,293 180.946,11
3 Total Pendapatan
Usahatani
15,594,502 35,928,447 197.653.89
4 Nilai R/C 2.01 2.41 2,09
29
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikawati (2019) yang mengatakan
bahwa jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu maka usahatani layak untuk
dilanjutkan.
Pendapatan merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam
suatu usaha. Pendapatan dapat menunjukkan maju atau tidaknya suatu usaha
dengan dilihat dari keuntungan yang didapatkan setiap bulannya, dengan adanya
analisis biaya dan pendapatan, seseorang juga dapat mengevaluasi baik pengeluaran
maupun pemasukkan pada suatu usaha yang dijalankannya. Analisis ini digunakan
untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang didapatkan KWT Citeko Asri
dalam menjalankan usaha kerupuk wortel pada setiap bulannya.
Kerupuk wortel yang dijual oleh setiap responden KWT memiliki harga jual
yang berbeda-beda baik dalam bentuk mentahan maupun yang sudah matang.
Harga rata-rata kerupuk wortel yang masih mentah yaitu Rp. 38.800/kg sedangkan
harga kerupuk wortel yang sudah matang yaitu Rp. 11.600/ons. Dalam
pemasarannya, anggota KWT ini hanya bergantung pada pemesanan langsung dan
warung saja dikarenakan terkendala oleh modal biaya dan akses untuk pemasaran
yang lebih luas lagi.
Pada Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa dari hasil penjualan kerupuk wortel
diperoleh penerimaan sebesar Rp. 378.600 per bulan dan rata-rata total biaya dalam
satu bulannya yang dikeluarkan oleh KWT untuk mengolah kerupuk wortel yaitu
Rp. 180.946,11. Sehingga dalam satu bulan memproduksi kerupuk wortel, KWT
Citeko Asri dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp. 197.653.89 dengan R/C
Ratio >1 yaitu 2,09. Artinya bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp. 1,- maka
akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,09,- sehingga semakin besar keuntungan
yang diperoleh maka semakin besar pula R/C Ratio yang didapat. Dari hasil
penelitian Wibowo (2015) juga mengatakan bahwa usaha olahan wortel memiliki
potensi untuk dikembangkan dengan R/C Ratio yang didapat yaitu sebesar 1,33.
Melihat adanya hasil peningkatan dari usaha pengolahan kerupuk wortel yang
dijalankan oleh KWT Citeko Asri menunjukkan bahwa semakin adanya
perkembangan dari tahun-tahun sebelumnya.
30
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Rata-rata biaya total produksi yang dikeluarkan pada usahatani wortel
sebesar Rp. 15,570,592 per hektar , dan untuk usahatani pengadaan benih
wortel sebesar Rp. 20,541,293 per hektar, sedangkan biaya untuk usaha
kerupuk wortel sebesar Rp 180, 946,11,-per bulan. Rata-rata pendapatan
yang diperoleh petani dalam usahatani wortel sebesar Rp. 15,594,502 per
hektar dan untuk usahatani pengadaan benih wortel sebesar Rp. 35,928,447
per hektar,sedangkan pendapatan untuk usaha kerupuk wortel sebesar Rp
197,653,89,- perbulan.
2. R/C ratio usahatani wortel sebesar 2,01, R/C ratio pengadaan benih wortel
yaitu sebesar 2,41 sedangkan R/C ratio pada usaha kerupuk wortel sebesar
2.09. Hal ini menunjukan bahwa usahatani pengadaan benih wortel lebih
menguntungkan dan layak untuk dijalankan karena nilai R/C ratio nya lebih
tinggi disbanding dengan usaha budidaya wortel dan usaha kerupuk wortel.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan hasil R/C ratio
B/C ratio usahatani pengadaan benih wortel lebih menguntungkan dibandingkan
dengan usahatani wortel. Sebaiknya petani di Desa Citeko melakukan usahatani
pegadaan benih wortel, karena dengan usahatani ini petani bisa memperoleh
pendapatan yang lebih besar dari usahatani wortel. Perlu adanya pengkajian
lanjutan dalam usahatani wortel dan pengadaan benih wortel dari segi pemasaran
maupun dari segi pengembangan usahatani pengadaan benih wortel.
Diharapkan anggota KWT Citeko Asri untuk lebih fokus dalam
mengembangkan usaha pengolahan kerupuk wortelnya mengetahui usaha ini cukup
menjanjikan untuk dikembangkan lebih besar lagi. Untuk strategi pemasaran
diharapkan juga para anggota KWT Citeko Asri untuk lebih aktif mencari informasi
pemasaran. Selain itu, pemasaran juga dapat dilakukan melalui media sosial guna
mempermudah dalam memasarkan maupun dalam pengenalan produk kepada
31
RINCIAN BIAYA PENELITIAN
No. Jenis Kegiatan Biaya
1. Penelusuran literatur pendukung 300.000
2. Uji coba kuesioner dan penggandaan
kuesioner
500.000
3. Transportasi dan konsumsi 3. 500.000
4. Pengambilan dokumentasi 500.000
10. Pengolahan, tabulasi data dan analisa data 1.000.000
11. Pelaporan 700.000
12. Publikasi 1.500.000
Total Biaya 8.000.000
Terhitung : Delapan Juta Rupiah
32
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
KEGIATAN
2020
Maret April Mei Juni –
Juli Agust Sept
Perizinan lokasi
penelitian. x x
Uji coba
kuesioner x x
Pengumpulan
data dan
observasi
lapang
x x x x x x
Pengolahan dan
Analisis Data
x x x xx
x x x x
Pelaporan
x x x x
Seminar dan
Publikasi
x x x x
33
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A., N. Hidayati1., P. Susanti. 2019. Penetapan Kadar β-Karoten Pada
Wortel (Daucus carota, L) Mentah Dan Wortel Rebus Dengan
Spektrofotomrtri Visibel. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis. 5 (1)
Badan Pusat Statistik. 2018. Produksi Tanaman Sayuran Wortel. Indonesia
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara: Jakarta.
Hernanto. 1996. Ilmu Usahatani. PT. Penebar Swayada: Jakarta.
Ikawati, R., I.A.Primasari. 2019. Analisis Kelayakan Finansial Brownies Siapi-Api
Sebagai Produk Oleh-Oleh Dari Hutan Mangrove Baros Bantul. Jurnal
Teknologi Pertanian 2 (2) : 79-87.
Kementerian Pertanian. 2017. Pusat Data dan Informasi Pertanian. Tim Penyusun.
http://www.pertanian.go.id (Diakses 5 Desember 2018).
Kementrian Pertanian. 2018. Bulletin Konsumsi Pangan. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. 4(2) :35.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Analisis PDB Sektor Pertanian
Tahun 2015. Jakarta .
Rosadi, A.P., D. Lamusu dan L. Samaduri. 2019. Pengaruh Pemberian Pupuk
Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Jagung Bisi 2 Pada Dosis Yang
Berbeda. Jurnal Babasal Agrocyc 1 (1) : 7-13
Samadi, B. 2014. Budidaya Wortel Secara Organik. Jakarta : Pustaka Mina
Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press: Malang.
Soekartawi. 2005. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Sudarma. 2013. Pembibitan Palawija dan Hortikultura. Bola Bintang Publishing :
Klaten.
Suratiyah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta. Zuriana, E., Edison.,
Y. Damayanti. 2019. Analisis Usahatani Kentang Di Kecamatan Kayu Aro
Kabupaten Kerinci. Jurnal Sosio Ekonomi Bisnis 22 (1) : 1-9.
34
Lampiran 1. Peta Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.