final laporan studi kelayakan sosial budaya tpa …

29
MODEL ANALISIS SOSIAL BUDAYA STUDI KELAYAKAN TPA SAMPAH SENTE, KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG-BALI Karya Teknologi Tingkat Lokal yang Dipergunakan sebagai Alat Bantu Perkuliahan Mata Kuliah PDW 406 Antropologi Pariwisata di Program Studi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata Universitas Udayana I Gst Agung Oka Mahagangga,S.Sos,.M.Si /197710102006041004 PROGRAM STUDI S1 DESTINASI PARIWISATA FAKULTAS PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA Oktober 2015

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

MODEL ANALISIS SOSIAL BUDAYA

STUDI KELAYAKAN TPA SAMPAH SENTE,

KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG-BALI

Karya Teknologi Tingkat Lokal yang Dipergunakan sebagai Alat Bantu

Perkuliahan Mata Kuliah PDW 406 Antropologi Pariwisata di Program Studi S1

Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

I Gst Agung Oka Mahagangga,S.Sos,.M.Si /197710102006041004

PROGRAM STUDI S1 DESTINASI PARIWISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

Oktober 2015

Page 2: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

KATA PENGANTAR

Kabupaten Klungkung Provinsi Bali lima tahun terakhir giat melaksanakan

pembangunan sektor pariwisata. Mendukung program pembangunan kepariwisataan

diperlukan pemikiran dan strategi secara lintas sektoral karena sektor pariwisata tidak

dapat berjalan sendiri, namun diperlukan kajian akademis secara komprehensif.

Salah satu kajian yang dilakukan adalah membuat studi kelayakan dari analisis

sosial budaya yang menghasilkan suatu model untuk dapat diaplikasikan oleh

pemegang kebijakan, dalam hal ini pemerintah kabupaten Klungkung. ”Model Sosial

Budaya Studi Kelayakan TPA Sampah Sente, Kecamatan Dawan, Kabupaten

Klungkung” adalah hasil kajian akademis atas kerjasama Pemerintah Kabupaten

Klungkung (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) dengan Program Studi S1 Destinasi

Pariwisata berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK) Pemkab. Klungkung NOMOR :

660.2/539.B/DKP dan SPK Universitas Udayana NOMOR :

3531.B/UN14.1.11.2/PP/2015 untuk melaksanakan pekerjaan Belanja Jasa

Konsultansi Perencanaan Berupa Penyusunan Kajian Kelayakan TPA Sente.

Model ini tidak dipublikasikan (untuk internal pemkab Klungkung) tetapi

untuk kepentingan validasi, keseluruhan laporan telah di-turn it in (termasuk model)

tahun 2015 lalu. ”Model Sosial Budaya Studi Kelayakan TPA Sampah Sente,

Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung” sebagai karya teknologi tingkat lokal

dipergunakan sebagai alat bantu perkuliahan dalam mata kuliah PDW 406

Antropologi Pariwisata untuk membantu mahasiswa memahami kasus-kasus di

lapangan sehubungan dengan pengembangan sektor pariwisata dari aspek sosial

budaya.

Demikian dapat disampaikan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan

terima kasih.

Denpasar, 7 Pebruari 2017

Tim Perancang

Page 3: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

MODEL ANALISIS SOSIAL BUDAYA STUDI DAMPAK TPA SAMPAH

SENTEN KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG

Aktor dalam konteks penelitian ini dimaksudkan sebagai pelaku konkret

praktik sosial di ranah internal dan sekitar TPA Sente. Tafsir merupakan cara

aktor memandang dan mengintepretasi fenomena atau obyek yang selanjutnya

menjadi basis dalam pengambilan keputusan untuk bertindak. Sedangkan persepsi

diartikan sebagai tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi

sensoris yang dilakukan oleh aktor, guna memberikan gambaran dan pemahaman

tentang lingkungan tempat mereka bernaung. Persepsi meliputi semua sinyal

dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari

organ pengindra. Aspirasi merupakan keinginan atau harapan, cita-cita, ambisi,

mimpi yang dimiliki aktor untuk diusahakan agar tercapai.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, teridentifikasi adanya dua

kelompok aktor, yaitu aktor internal dan aktor eksternal. Aktor internal adalah

mereka yang melakukan praktik sosial di lingkungan TPA secara rutin dan

mendapatkan manfaat secara langsung. Manfaat langsung yang diperoleh aktor

internal ini berupa keuntungan ekonomistis, dengan adanya lapangan pekerjaan

yang eksis di ranah TPA, baik formal maupun informal. Pekerjaan formal adalah

aktivitas berulang dan berpola yang dilakukan aktor sebagai perpanjangan tangan

Pemkab, diwakili oleh aparatus Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP).

Sedangkan pekerjaan informal adalah praktik rutin yang dilakukan oleh aktor di

luar katagori aparat DKP.

Identifikasi terhadap tafsir para aktor, terdapat temuan dalam cara pandang

aktor terhadap TPA, yaitu pragmatis, ekonomistis, dan politis. Sedangkan terkait

dengan persepsi aktor terhadap TPA, diperoleh persepsi positif atau negatif,

produktif atau kontraproduktif, solidaritas organis atau solidaritas mekanis

(merujuk konsepsi Durkheim dalam Henselin, 2006), dan sub kultur

(menggunakan konsepsi dari O’Sullivan, 1974). Aspirasi aktor terdiri dari tetap

dioperasionalisasikan, ditutup, atau dioperasionalisasikan sementara dengan

beberapa syarat.

Berikut identifikasi Aktor TPA Sente:

Page 4: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

A. Aktor Internal

1. Formal:

• Mandor

Dapat dikatakan, mandor merupakan aktor internal utama karena

posisinya yang strategis dalam ranah TPA. Mandor merupakan

“penguasa tertinggi” dalam tata relasi aktor internal, yang menentukan

siapa saja yang boleh eksis di TPA, terkait dengan dua kepentingan

utama yang berkaitan dengan TPA Sante, yaitu membuang sampah dan

pemanfaatan sampah secara ekonomis. Praktik membuang sampah

berada dalam pengawasan mandor yang menentukan siapa saja yang

boleh dan tidak boleh melakukannya. Juga dalam konteks jejaring

ekonomi yang muncul dalam konteks pemanfaatan sampah, mandor

mengawasi siapa saja yang boleh eksis dalam tata jaringan tersebut.

Dalam menentukan siapa saja yang boleh dan tidak boleh

membuang sampah, mandor selain mengikuti aturan formal dari

atasannya di DKP, juga dalam praktik pengawasannya mengikuti

feeling tertentu yang terbentuk lewat interaksi intimnya dengan praktik

realitas sehari-hari di TPA. Pihak yang boleh membuang sampah di

TPA Sente adalah siapapun sepanjang mereka adalah masyarakat

Kabupaten Klungkung. Sedangkan pihak luar warga Klungkung, tidak

diperkenankan oleh mandor untuk membuang sampahnya. Kemampuan

mengenali siapa yang merupakan masyarakat Klungkung dan bukan,

dimiliki sang mandor dengan mengandalkan feeling khasnya tersebut.

Mandor juga mengawasi aktor internal lainnya dalam hal

pemanfaatan sampah. Hanya masyarakat sekitar TPA saja yang boleh

melakukan kegiatan tersebut, sedangkan untuk “masyarakat luar” /

pendatang, dilarang melakukan aktivitas di internal TPA. Praktik

pembatasan ini melahirkan sebuah “in group feeling” yang melahirkan

solidaritas organik di kalangan aktor internal TPA. Solidaritas organik

ini menjadi hal yang melahirkan rasa kebersamaan yang kuat, menjadi

Page 5: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

semacam etika tidak tertulis di kalangan mereka dalam melakukan

interaksi internal, sehingga tercipta sub kultur TPA Sente.

Dalam aktivitasnya, mandor berkedudukan di sebuah tempat yang

disebut kantor, yang sengaja di bangun di posisi yang tinggi dan

memiliki banyak jendela, sehingga dapat melakukan pengawasan

menggunakan indera penglihatan. Posisi kantor yang strategis tersebut

menunjang pekerjaan mandor dan perangkatnya dalam hal pengawasan

TPA Sente.

Mandor dibantu oleh delapan orang staf yang bertugas piket secara

bergiliran. Komposisi staf jika ditinjau dari daerah asalnya, terdiri dari

empat orang asal Banjar Sente dan empat lainnya berasal dari Banjar

Dawan. Sang mandor sendiri berasal dari Banjar Dawan.

• Pencatat Sirkulasi Truk

Aktor ini memiliki tugas mencatat truk-truk DKP yang masuk dan

keluar TPA Sente. Ia bekerja di dalam kantor mendampingi mandor,

dan mengevaluasi siapa saja sopir dan kernet truk DKP yang telah dan

tidak melaksanakan tugasnya.

• Operator Bulldozer

Bertugas mengoperasikan dua buah bulldozer yang tersedia di

TPA. Jika ada sampah yang kurang tertata dan berpotensi longsor, tugas

operator untuk meratakannya, sehingga sampah di TPA tetap tertata.

Resiko pekerjaan aktor ini cukup besar, akan tetapi sampai sejauh ini

belum pernah terjadi kecelakaan kerja, karena operator bulldozer juga

memiliki kapasitas dalam mengenali medan kerjanya. Sehingga hapal

bagian mana saja yang bisa dilalui bulldozer dan tempat yang rentan

menjadi route kendaraan yang dioperasikannya tersebut.

• Supir Truk

Supir truk memiliki peran penting karena berposisi sebagai aktor

internal yang transit, dan melakukan fungsi pelintas. Artinya, supir truk

ini memiliki interaksi relatif singkat dengan aktor internal TPA lainnya,

dengan membuang muatan sampah dari truk dan melapor kepada

Page 6: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

petugas pencatat sirkulasi truk dan mandor di kantor, untuk selanjutnya

beroperasi keluar TPA untuk mengangkut sampah di area Kabupaten

Klungkung. Di pundak para sopir inilah citra TPA Sente diemban.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, di beberapa titik route yang

dilalui truk DKP, umumnya masyarakat berpersepsi positif, artinya

mereka tidak pernah menjumpai supir truk DKP yang ugal-ugalan

sehingga sampah tercecer di jalan. Malah para supir sering menyapa

jika berpapasan dengan warga di jalan. Hal ini menumbuhkan respek

masyarakat terhadap para supir, sehingga tidak pernah ada kejadian

yang kontraproduktif antara masyarakat dengan salah satu aparatus

DKP ini.

Untuk seluruh aktor internal, tafsir mereka terhadap TPA Sente adalah

pragmatis dan ekonomistis, yang artinya memandang TPA sebagai pemberi

status sosial dengan memberikan lapangan pekerjaan (pragmatis) dan mampu

memberikan tambahan penghasilan (ekonomistis). Cara pandang ini

melahirkan persepsi positif, produktif, dan solidaritas organis. Persepsi positif

dan produktif terkait dengan nilai ekonomis TPA.

Hal inilah yang melahirkan solidaritas organis di kalangan aktor internal-

formal, yaitu suatu spirit kebersamaan yang berbasis adanya kepentingan

pragmatis-ekonomistis (pekerjaan yang sama dan tambahan penghasilan).

Ikatan sosial yang dibangun berdasarkan solidaritas organis bersifat cair, dan

kurang kuat, dan cenderung formal. Terkait dengan aspirasi aktor di katagori

ini, mereka menginginkan agar TPA Sente tetap beroperasi. Hal ini tentu

dapat dipahami, karena mereka memiliki tafsir pragmatis dan ekonomistis,

sehingga berkepentingan agar TPA jangan ditutup karena akan berpengaruh

terhadap status sosial mereka.

2. Informal

• Pemulung

Berjumlah 25-30 orang, aktor ini yang memanfaatkan sampah

buangan di TPA sehingga memiliki nilai ekonomis. Mereka memilih

Page 7: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

sampah untuk selanjutnya dipilah menjadi dua katagori, yaitu: sampah

plastik dan sampah untuk makanan ternak. Mayoritas pemulung

berjenis kelamin perempuan, dan berasal dari Banjar Dawan, sedangkan

yang berasal dari Banjar Sente hanya berjumlah lima orang.

Sampah yang telah dipilah selanjutnya mereka packaging,

menggunakan karung untuk sampah plastik dan tas kresek untuk

sampah yang dijadikan makanan ternak. Untuk sampah plastik yang

telah dikarungi, selanjutnya menunggu pengepul datang guna ditimbang

beratnya lalu dibayar berdasarkan berat dan kualitas sampah yang

berhasil dikumpulkan. Sedangkan untuk sampah yang diolah sebagai

pakan ternak, mereka mengemasnya sendiri yang dihargai Rp 5000,00

untuk setiap satu tas kresek. Untuk pakan ternak ini (babi dan sapi)

mereka tinggal menunggu pembeli datang, yang umumnya telah

memesannya karena merupakan pelanggan, atau pembeli yang sengaja

datang langsung guna memilih dan jika cocok terjadilah transaksi.

Adanya aktivitas transaksi jual beli ini menjadikan TPA Sente juga

berfungsi sebagai “pasar tak resmi”. Penghasilan para pemulung sekitar

Rp 50.000,00 sampai dengan Rp 75.000,00 perharinya. Untuk kaum

perempuan, umumnya kegiatan memulung merupakan perkerjaan tetap,

artinya mereka setiap hari melakukan aktivitas sebagai pemulung dan

menjual hasilnya. Sedangkan untuk kaum laki-laki, kegiatan memulung

merupakan aktivitas sambilan, yang dilakukan jika ada waktu luang.

Tafsir aktor ini terhadap eksistensi TPA adalah memandang

sebagai ranah ekonomi, sehingga mempersepsikan TPA secara positif

sebagai ruang yang memberikan peluang untuk mencari nafkah.

Sedangkan aspirasi yang berhasil dihimpun dari mereka adalah adanya

keinginan agar TPA Sente tidak ditutup, pemerintah Kabupaten

Klungkung memperhatikan kesehatan mereka karena setiap hari

bergelut dengan sampah dengan memberikan masker dan sepatu boot

serta sarung tangan. Jika pemkab ingin memberikan bantuan, diminta

Page 8: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

agar langsung diberikan kepada mereka, dan mereka akan menunjuk

perwakilan dari pemulung untuk menerimanya.

Tafsir aktor katagori ini terhadap TPA adalah pragmatis

ekonomistis, sehingga mempersepsi TPA secara positif, produktif, dan

melahirkan solidaritas mekanis. Solidaritas mekanis merupakan ikatan

sosial yang kuat karena rasa senasib sepenanggungan, in group feeling

yang kental, sehingga melahirkan semangat kerjasama yang kuat dan

tanpa pamrih. Solidaritas jenis ini bercirikan interaksi yang relatif intim

di kalangan anggotanya.

Adanya keintiman dalam interaksi sosial di antara mereka,

memunculkan embrio subkultur pemulung. Subkultur merupakan

“budaya kecil”, yang tidak bertentangan dengan budaya besar di mana

mereka bernaung, akan tetapi memiliki kekhasan dan memiliki tata

aturan dan tata cara pergaulan spesifik yang hanya dimengerti dan

mengikat mereka. Subkultur pemulung tercipta karena adanya

solidaritas mekanis di kalangan pemulung, dan posisi mereka sebagai

aktor internal yang memandang TPA sebagai “rumah kedua” mereka,

dan katagori sebagai aktor informal semakin mengkondisikan rasa

kebersamaan yang kuat di kalangan mereka.

Senada dengan aspirasi para aktor formal, para pemulung pun

menginginkan TPA untuk terus dioperasikan, karena tafsir pragmatis

dan ekonomistis mereka terhadap TPA.dapat dikatakan, aspirasi mereka

terhadap keberlanjutan TPA lebih kuat dibanding para aktor formal

karena terkait dengan kelangsungan pekerjaan mereka. Berbeda dengan

aktor formal yang merupakan pegawai pemerintah daerah, yang

memiliki peluang lebih besar untuk tetap terus memiliki pekerjaan jika

TPA Sente ditutup dan dipindahkan ke lokasi lainnya, para pemulung

kecil peluangnya untuk dapat melanjutkan profesi mereka jika TPA

dipindah. Hal ini dikarenakan keengganan mereka untuk pindah,

dikarenakan jarak lokasi TPA yang baru kemungkinan akan lebih jauh.

Selain itu, yang terpenting adalah mereka akan menjadi “orang luar” di

Page 9: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

lokasi TPA yang baru. Sehingga subkultur pemulung TPA Sente akan

tidak kompatibel dengan TPA yang baru.

• Pengepul

Aktor ini mengkoordinir para pemulung untuk menjual hasil

aktivitas mereka kepadanya. Hanya ada satu orang pengepul yang

diijinkan untuk bertransaksi ekonomi secara langsung dalam ranah

TPA, dan merupakan warga Banjar Dawan.

Posisi aktor ini cukup unik, karena pengepul walaupun masuk

dalam golongan aktor informal, akan tetapi memiliki persepsi

solidaritas organis, bukan solidaritas mekanis seperti yang dimiliki

kalangan pemulung. Hal ini wajar mengingat kepentingan aktor ini

dengan para aktor internal lainnya berbasis kepentingan pragmatis-

ekonomistis, sehingga sifat interaksinya relatif cair dan formal. Dalam

hal aspirasinya terhadap TPA Sente, pengepul memiliki kesamaan

dengan para aktor internal lainnya, yaitu menginginkan TPA Sente

untuk tetap dioperasikan karena menyangkut keberlangsungan usaha

yang dijalankannya.

B. Aktor Eksternal

• Masyarakat

Yang dimaksud dengan masyarakat dalam konteks ini adalah

mereka yang bertempat tinggal di sekitar TPA Sente, dikatagori menjadi

dua: mereka yang tinggal di banjar-banjar yang dekat dengan TPA, dan

mereka yang memiliki tanah yang langsung berbatasan dengan TPA Sente.

Untuk masyarakat Banjar Dawan, umumnya mereka tidak berkeberatan

atas beroperasinya TPA. Hal ini dapat dipahami karena secara geografis

letak banjar mereka relatif jauh dan terhalang bukit, sehingga tidak

merasakan dampak negatif secara langsung dari beroperasinya TPA Sente.

Page 10: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

Juga, banyak dari masyarakat mereka yang menjadi aktor internal di TPA

Sente, seperti mandor, pemulung, dan pengepul.

Sedangkan Masyarakat Banjar Sente umumnya menolak

keberadaan TPA Sente karena merekalah yang secara langsung merasakan

dan mengalami “gangguan” dari beroperasinya TPA. Masyarakat Banjar

Sente sering mendapat “kiriman” dari TPA berupa asap dan aroma yang

tidak enak. Masyarakat mengkhawatirkan aspek kesehatan mereka karena

hampir selama 20 tahun menerima realitas tersebut.

Untuk masyarakat yang tanahnya berbatasan langsung dengan TPA

sebanyak tiga orang. Keluhan utama mereka adalah ketika pagar pembatas

(diistilahkan mereka: gronjong) jebol, sehingga sampah TPA meluber ke

lahan mereka. Mereka menginginkan agar gronjong diperkokoh dan

dipertinggi, sehingga lahan mereka aman dari luberan sampah. Mereka

juga mengeluhkan turunnya hasil produksi perkebunan yang diupayakan di

lahan mereka, seperti tanaman kelapa yang terus merosot sejak TPA

beroperasi.

Fokus perhatian ditujukan kepada Masyarakat Banjar Sente

mengingat sebagian besar warganya secara tegas menolak keberadaan

TPA Sente. Hal ini dikarenakan tafsir mereka terhadap TPA Sente adalah

politis, yang menganggap keberadaannya karena keinginan sepihak dari

Pemkab Klungkung. Selain itu, terdapat tafsir desakralitas ruang

(pengurangan nilai kesucian dari tempat yang dianggap sakral), karena

lokasi TPA berada di arah Timur Laut yang bagi kosmologi masyarakat

Bali merupakan Utamaning Utama.

Berpijak dari kedua tafsir di atas, melahirkan persepsi masyarakat

secara negatif dan kontraproduktif terhadap TPA Sente. Persepsi negatif

muncul karena keberadaan TPA dianggap sebagai sumber masalah bagi

masyarakat Banjar Sente terkait dengan aroma tidak sedap, polusi asap,

dan munculnya ledakan. Hal ini menjadi kontraproduktif bagi masyarakat

karena munculnya masalah kesehatan, berkurangnya estetika menyangkut

keindahan serta kenyamanan lingkungan, dan munculnya kecemasan

Page 11: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

menyangkut keselamatan terkait dari ledakan yang ditimbulkan TPA

Sente. Posisi aktor eksternal ini realtif kuat dibanding aktor lainnya karena

memiliki kemampuan dalam mempengaruhi kebijakan pemkab, terkait

dengan kapasitas mengorganisir massa dan manajemen isu ke media

massa.

Berikut identifikasi dari aktor, tafsirnya terhadap TPA Sente, persepsi, serta

aspirasinya, disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Identifikasi Aktor, Tafsir dan Persepsi terhadap TPA Sente serta

Aspirasinya. No. Aktor Tafsir Persepsi Aspirasi

1

Internal:

a. Formal:

• Mandor

• Pencatat

• Operator

Bulldozer

• Supir Truk

1. Pragmatis

2. Ekonomistis

1. Positif

2. Produktif

3. Solidaritas Organis

• Tetap

dioperasikan

Internal

a. Formal:

• Mandor

• Pencatat

• Operator

Bulldozer

• Supir Truk

b. Informal:

• Pemulung

1. Positif

2. Produktif

3. Solidaritas Mekanis

4. Sub Kultur

• Tetap

dioperasikan

• Cek dan

bantuan

kesehatan

secara rutin

• Bantuan

perlengkapan

kerja

• Pengepul 1. Positif

2. Produktif

3. Solidaritas

Organik

• Tetap

dioperasikan

Page 12: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

Sumber: Hasil penelitian 2015

4.2.3 Aspek Dampak

Dampak dari perspektif sosial budaya berkaitan dengan adanya perubahan

sosial budaya yang ditimbulkan karena adanya sesuatu hal/ faktor eksternal yang

masuk ke ruang sosial suatu masyarakat. Dampak sosial budaya dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak

positif tercermin dari perubahan perilaku masyarakat yang produktif, sedangkan

dampak negatif terepresentasi dengan adanya perubahan perilaku masyarakat

yang kontraproduktif.

• Dampak Positif

Keberadaan TPA Sente membawa perubahan yang produktif bagi masyarakat

sekitar TPA, terutama bagi mereka yang dikatagorikan sebagai aktor internal,

yaitu:

1. Menciptakan lapangan kerja

2. Terciptanya subkultur TPA yang memperkuat solidaritas mekanis di

kalangan mereka

3. Tersedianya bahan pakan ternak yang berlimpah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan peternak sapi dan babi.

• Dampak Negatif

Terjadi perubahan yang kontraproduktif dengan adanya TPA Sente, terutama

di kalangan aktor eksternal, yang menafsirkan:

2 Eksternal:

• Masyarakat

Banjar

Sente

1. Politis

2. Desakralitas

Ruang

1. Negatif

2. Kontraproduktif

• Ditutup

• Beroperasi

sementara

dengan syarat

Page 13: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

1. Merosotnya kualitas lingkungan tempat mereka tinggal, dengan

membandingkan lingkungan mereka sebelum TPA beroperasi dan setelah

beroperasi.

2. Implikasi dari terdegredasinya kualitas lingkungan terkait dengan problem

kesehatan, masyarakat akan mengkaitkan secara langsung dengan TPA

jika mereka terserang suatu penyakit.

3. Menurunnya self-esteem masyarakat, karena wilayahnya dijadikan TPA.

4. Munculnya suasana disharmonis dalam interaksi sosial skala desa, antara

banjar yang terkena dampak negatif dengan banjar yang merasakan

dampak positif dari keberadaan TPA.

5. Hal ini melahirkan distrust yang memendam konflik laten, sehingga rentan

akan terjadi konflik terbuka jika terjadi momentum yang memicunya,

walau dihasilkan dari gesekan kecil.

V. Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1 Kesimpulan

• Terdapat dua katagori aktor terkait dengan operasionalisasi TPA Sente,

yaitu: aktor internal dan aktor eksternal. Aktor internal terbagi menjadi

dua, aktor formal dan aktor informal.

• Persepsi aktor internal terhadap TPA Sente adalah positif, sedangkan

persepsi aktor eksternal adalah negatif.

• Aspirasi aktor internal menginginkan tetap beroperasinya TPA Sente,

sedangkan aktor eksternal menginginkan ditutupnya TPA, atau jika tetap

dilanjutkan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi Pemkab Klungkung.

• Terkait dengan dampak, keberadaan TPA Sente dirasakan manfaatnya

bagi aktor internal, akan tetapi berdampak negatif bagi aktor eksternal.

• Posisi aktor eksternal, dalam hal ini adalah masyarakat Banjar Sente,

relatif kuat karena memiliki kemampuan untuk mengorganisir massa dan

isu terkait dengan eksistensi TPA Sente.

Page 14: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

• Masyarakat Dusun Sente sangat mengapresiasi secara positif langkah-

langkah yang diambil oleh Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta dalam

menangani permasalahan TPA Sampah Sente.

• Masyarakat Dusun Sente menunggu janji Bupati I Nyoman Suwirta untuk

menutup TPA Sampah Sente tahun 2017.

• Keberadaan TPA Sente menciptakan konflik laten (terpendam), baik

secara horisontal (di internal aktor), maupun secara vertikal (antara aktor

dengan pemerintah daerah).

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan, Pemerintah Kabupaten

Klungkung perlu memperhatikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

• TPA Sente masih dapat dioperasikan sementara, sepanjang aspirasi para

aktor dipenuhi, guna mencegah timbulnya konflik terbuka (baik secara

horisontal maupun vertikal).

• Menyediakan layanan kesehatan gratis yang diperuntukkan bagi para aktor

di TPA Sente secara rutin dengan jadwal yang tetap dan dilaksanakan

secara konsisten, yang tempatnya ditentukan berdasarkan kesepakatan

bersama.

• Melibatkan aparatur desa (disarankan Sekretaris Desa/Sekdes) untuk turut

mengelola berdampingan dengan mandor TPA Sampah Sente sebagai

perwakilan dari Desa Pikat.

• Menyediakan perlengkapan kerja bagi para pemulung, yang penyerahan

dan pengelolaannya diserahkan langsung kepada mereka.

• Memperhatikan kajian teknis untuk mengatasi sampah yang mengotori

tegalan warga, rumah warga dan jalan utama di banjar Sente sampai tahun

2017

• Menambah tenaga kerja administratif di kantor TPA Sente yang berasal

dari Banjar Sente, yang personilnya ditentukan oleh masyarakat setempat

Page 15: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

karena ternyata permasalahan ini sangat peka jika menambah tenaga kerja

bukan dari banjar Sente.

• Perlu diperhatikan di banjar Sente terdapat tokoh masyarakat dan tokoh

politik yang saat ini menjadi anggota DPRD Provinsi Bali (Komisi II)

Ketut Mandia yang kritis dan memahami aspek hukum. Hal ini penting

agar dapat dipilah jangan sampai permasalahan TPA Sampah Sente

dipolitisir oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan politis

• Sebagian besar warga banjar Sente berdomisili di luar banjar mereka

(terutama di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung) sehingga secara

sosial-budaya warga banjar Sente adalah orang-orang yang peka dan sudah

mengenal dunia luar. Kenyataan ini tidak dapat dianggap remeh karena

cara berpikir mereka adalah perpaduan antara pola tradisional dan pola

modern. Dalam praktiknya Pemkab Klungkung dalam mengadakan

pendekatan, komunikasi dan mediasi harus berlandaskan kepada fakta

dengan dasar peraturan perundangan maupun kebijakan yang jelas dan

dapat dipertanggungjawabkan.

Page 16: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Turnitin Originality Report

Kajian Kelayakan TPA Sente by Oka Mahagangga

From Validasi Dosen (Validasi IMISSU Gasal 2015/2016)

Processed on 15-Feb-2016 20:35 WIBID: 632150607Word Count: 5856

Similarity Index10%Similarity by Source

Internet Sources:10%

Publications:0%

Student Papers:4%

sources:

3% match (Internet from 20-Apr-2015)http://crotution.blogspot.com/

1% match (Internet from 07-Jan-2015)http://pucaksari.blogspot.com/

1% match (Internet from 13-Apr-2015)http://staff.unila.ac.id/ekobudisulistio/2013/09/27/dua-metode-penelitian/

1% match (Internet from 06-Oct-2014)http://www.docstoc.com/docs/151650941/Pengaruh-budaya-organisasi-terhadap-kinerja-

pegawai

1% match (student papers from 03-Sep-2013)Submitted to Universitas Negeri Makassar on 2013-09-03

< 1% match (Internet from 18-Dec-2014)http://sharingilmupajak.blogspot.com/2013_11_29_archive.html

< 1% match (Internet from 07-Jun-2015)http://leliadarwitaningrum.blogspot.com/

< 1% match (student papers from 03-Jun-2015)Submitted to Universitas Muhammadiyah Surakarta on 2015-06-03

< 1% match (Internet from 08-Jul-2015)http://digilib.uir.ac.id/dmdocuments/s2%20ip,yupiter.pdf

Page 17: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

< 1% match (student papers from 08-Oct-2013)Submitted to iGroup on 2013-10-08

< 1% match (Internet from 15-Aug-2015)http://semarapurakaja.klungkungkab.go.id/index.php/baca-berita/4/Pendataan-Lansia-

< 1% match (Internet from 03-Feb-2015)http://bambang-rustanto.blogspot.com/2014/11/etika-penelitian-sosial.html

< 1% match (Internet from 03-Oct-2015)

http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.klungkung/Buku%20Putih%20Final.doc

< 1% match (student papers from 01-Jul-2015)Submitted to iGroup on 2015-07-01

< 1% match (Internet from 30-Jan-2016)http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10403/SKRIPSI%20LENGKAP-

FEB-MANAJEMEN-USMAN%20SALEH%20LA%20EDE.pdf?sequence=1

< 1% match (Internet from 09-Jun-2014)http://klungkungtouristdestination.blogspot.com/2010_06_01_archive.html

< 1% match (Internet from 08-Feb-2014)http://jlt-polinema.org/?m=201111

< 1% match (Internet from 19-Nov-2015)http://www.slideshare.net/desacilayung/rpjmdes-cilayung

< 1% match (Internet from 21-Dec-2014)http://ojs.unud.ac.id/index.php/sorot/article/download/7913/5993

< 1% match (Internet from 27-Jan-2015)http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/Bab%204_09-123.pdf

< 1% match (Internet from 17-Jan-2015)http://kopikeliling.com/news/karya-seni-out-of-disorder-karya-takashiro-iwasaki.html

< 1% match (Internet from 14-Oct-2015)http://digilib.unila.ac.id/3433/16/BAB%20III.pdf

< 1% match (Internet from 09-Oct-2014)http://dumadia.wordpress.com/2008/11/

< 1% match (Internet from 30-Dec-2014)http://www.docstoc.com/docs/143307487/ANALISIS-PENGARUH-PERAN-KEPEMIMPINAN-

Page 18: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

25

26

MOTIVASI-DAN-KOMITMEN-ORGANISASI-TERHADAP-KEPUASAN-KERJA-DALAM-MENINGKATKAN-KINERJA-PEGAWAI

< 1% match (Internet from 19-Aug-2012)http://humas.surabaya.go.id/index.php?option=news&det=159

< 1% match (Internet from 04-Jan-2014)http://kpu-

klungkungkab.go.id/asset/bankdata/DAFTAR%20NAMA%20CALON%20KPU%20KLUNGKUNG%20WEB.pdf

paper text:STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA SAMPAH SENTE KABUPATEN KLUNGKUNG. I. GAMBARANUMUM LOKASI PENELITIAN

1Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten yang paling kecil dari 9

(sembilan) Kabupaten dan Kodya di Bali, terletak diantara 115 ° 27 ' - 37 '' 8 °

49 ' 00 ''. Lintang Selatan dengan batas-batas di sebelah Utara Kabupaten

Bangli. Sebelah Timur Kabupaten Karangasem, sebelah Barat Kabupaten

Gianyar, dan sebelah Selatan Samudera India, dengan luas : 315 Km ².Wilayah Kabupaten Klungkung sepertiganya (112,16 Km²) terletak di Pulau

Bali dan dua pertiganya (202,84 Km ²) merupakan kepulauan yaitu Nusa

Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Menurut penggunaan lahan di

Kabupaten Klungkung terdiri dari lahan sawah 4.013 hektar, lahan kering

9.631 hektar, hutan negara 202 hektar, perkebunan 10.060 hektar dan lain-

lain 7.594 hektar (Profil Pemkab Klungkung,

2015). Kabupaten Klungkung terdiri dari 4 (empat)

13kecamatan yaitu Kecamatan Klungkung, Kecamatan Banjarangkan,

Kecamatan Dawan dan Kecamatan Nusa Penida. Salah satu kecamatan yang

menjadi fokus dalam penelitian studi kelayakan sosial budaya TPA sampah adalah Kecamatan Dawan.Lokasi TPA sampah miliki Pemkab Klungkung berada di Dusun

26/banjar Sente, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

1Kecamatan Dawan merupakan Kecamatan yang terletak paling Timur dari 4

(empat) Kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung dengan batas-batas,

sebelah Utara dan Timur Kabupaten Karangasem, sebelah Barat Kecamatan

Klungkung dan sebelah Selatan Samudra Hindia dengan luas 37,38 Km².Menurut penggunaannya luas wilayah Kecamatan Dawan terdiri 16,21 %

lahan sawah, 17,26 % lahan tegalan, 35,50 % lahan perkebunan, 6,93 % lahan

Page 19: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

pekarangan 0,21 % kuburan dan lainnya 23,89 %. Jumlah desa di Kecamatan

Dawan sebanyak 12 desa yaitu Desa Besan, Desa Dawan Kaler, Desa Dawan Kelod,

11Desa Gunaksa, Kampung Kusamba, Desa Kusamba, Desa Paksebali, Desa

Pesinggahan, Desa Pikat, Desa Sampalan Kelod, Desa Sampalan Tengah dan

Desa Sulang.

Jumlah KK di Kecamatan Dawan sebanyak 11.036 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 21.977 jiwa,perempuan 22.341 jiwa dengan total jumlah penduduk 44.318 jiwa (Profil Pemkab Klungkung, 2015). DesaPikat adalah

18merupakan salah satu dari 12 desa yang berada di Kecamatan

Dawan yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Tanaman yang dibudi dayakan meliputitanaman buah (Kelapa)

2dan tanaman pangan (padi, jagung, Kedelai dan juga mulai mengembangkan

dam membudidayakan tanaman rosella dan tanaman jenis toga). Selain

komoditas pertanian, sebagian penduduk juga bekerja dan mengembangkan

sektor industri kecil antara lain pembuatan

Tikar Pandan, Gula Merah,dan Pembuatan Tali Ijuk, Selain itu pembuatan mebel, dan juga bermacam ukirandari dan Pasir, pedagang sayur mayor, pedagang keliling digeluti warga masyarakat Desa Pikat (Profil DesaPikat, 2015). Untuk mendukung usaha peningkatan hasil usaha di bidang pertanian dan usahapenyelamatan lingkungan dimasing-masing Dusun yang ada di Desa Pikat dibentuk kelompok tani dankelompok ternak sesuai dengan usaha masing-masing yang ada di dalam kelompok masyarakat.

2Selain mata pencaharian diatas, penduduk Desa Pikat juga berprofesi

sebagai

PNS, karyawan swasta, wiraswasta, Polri, TNI, tenaga medis, dll. Ada pun jumlah KK di desa Pikatsebanyak 1.104 jiwa, dengan rincian laki-laki 2.286 jiwa dan perempuan 2.200 jiwa dengan total jumlahpenduduk sebanyak 4.536 jiwa (Profil Pemkab Klungkung, 2015). Seperti pada umumnya desa-desa di Bali,Desa Pikat memiliki dua sistem pemerintah desa yaitu desa dinas dan keprebekelan. Desa dinas terdiri dari7 desa dinas yaitu Dusun Cempaka, Dusun Sente, Dusun Gelogor, Dusun Pangi, Dusun Kawan Kanginan,Dusun Intaran Buwug dan Dusun Intaran. Berdasarkan keprebekelan terdiri dari 3 desa adat yaitu desa adatGelogor, desa adat Pikat dan desa adat Pangi. Desa Sente sebagai lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA)sampah di Kabupaten Klungkung berada di desa Pikat, Kecamatan Dawan. Secara kedinasan Dusun Sentemasuk sebagai bagian dari Desa Pikat dan secara keprebekelan banjar adat Sente juga menjadi bagian dariDesa Pekraman Pikat. Profil kependudukan Dusun Sente

4dapat dilihat pada tabel 1. 1 di bawah ini : Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk

Page 20: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

Menurut Jenis Kelamin Dusun Sente Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa) Persentase (%) Laki-Laki 180 47,37 Perempuan 200 52,63 Total : 380 100 Sumber : Hasil Penelitian,2015 Dusun Sente memiliki 91 KK dengan rincian jumlah

24laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel

di atas. Total jumlah penduduk dusun Sente sebanyak 380 jiwa dan memiliki 5 KK miskin. Sebagian besarwarga dusun Sente bekerja/sekolah di luar Kabupaten Klungkung atau tepatnya di Kota Denpasar danKabupaten Badung, tidak lebih dari 80 orang (jiwa) yang sehari-harinya menetap di Dusun Sente. Dari tabeldi atas terlihat mayoritas penduduk dusun Sente bekerja di luar desa mereka dan memiliki tempat tinggal(rumah sendiri, kontrak dan kost) di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Pekerjaaan kebanyakanpenduduk yang tinggal di Dusun Sente adalah petani, pengrajin dan pedagang. Ada pun jumlah pendudukmenurut pekerjaan di dusun Sente

4dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. 2 Jumlah Penduduk Menurut

Jenis Kelamin Dusun Sente No. Pekerjaan Jumlah

(Jiwa) Persentase (%) 1. Petani 60 21,13 2. Pelajar/Mahasiswa 30 10,56 3. Pedagang 8 2,82 4. PegawaiSwasta 15 5,28 5. Wiraswasta/Pengrajin 10 3,52 6. Guru/Dosen 2 0,70 7. TNI - 0,00 8. Polri 2 0,70 9. PNS10 3,52 10. Pensiunan - 0,00 11. Karyawan Swasta 82 28,87 12. Pengrajin 45 15,85 13. Belum Bekerja 51,76 14. Lainnya 15 5,28 TOTAL : 284

4100 Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Dari tabel 1.2 di atas

terlihat hamper 29 % warga penduduk dusun Sente bekerja sebagai karyawan swasta, sisanya sebagaipetani 21,13 %, pengrajin 15,85 % dan diikuti beberapa pekerjaan lainnya. Kemungkinan yang menetap diDusun Sente yaitu berprofesi sebagai petani dan pengrajin atau profesi lainnya. Selebihnya sebagain besarberdomisili di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Terdapat pula seorang anggota DPRD Provinsi Baliyang sebelumnya memiliki usaha jasa advertising di Kota Denpasar. Sebanyak 4 orang warga pendudukDusun Sente tercatat sebagai petugas aktif di TPA Sampah Sente. II. Kajian Teoritis Kajian teoritis dalamparadigma kualitatif sangat berbeda dengan paradigma kuantitatif. Jika pada penelitian kuantitatifmengharuskan peneliti menggunakan teori secara kaku dan membuktikan hipotesis, maka pada penelitiankualitatif kajian teoritis cenderung hanya sebagai dasar pijakan peneliti untuk melangkah ke tahapanpenelitian yang sangat penting yaitu field research (penelitian lapangan). Sangat naif jika penelitian kualitatifdilakukan tanpa turun langsung ke lapangan. Berbekal kajian teoritis, peneliti memiliki frame awal untukselanjutnya melihat fakta dan kenyataan di lapangan sebagai suatu pola yang saling berhubungan yangselanjutnya justru temuan-temuan tersebut merupakan teori- teori kecil sebagai penemuan langsung dilapangan. Teori dalam penelitian kualitatif tidak dapat memaksakan hasil penelitian melainkan memberikandasar pijakan untuk selanjutnya peneliti menemukan sendiri keadaan dilapangan dan tidak menjadi masalahjika bertentangan dengan teori yang ada karena penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan apaadanya sesuai dengan fakta dan kenyataan dilapangan. Ada pun penekanan teoritis pada tahap awal dalampenelitian ini adalah pentingnya studi-studi sosial-budaya dalam permasalahan-permasalahan lingkungantermasuk permasalahan sampah. Mengacu kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

523 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, BAB IV tentang

Page 21: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

Wewenang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 8 dan ayat 1 menegaskan

bahwa “sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan

oleh pemerintah”

. Pada ayat 2 ditegaskan kewenangan pemerintah untuk mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampaksosial. Dampak sosial dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup tidak dapat dianggap remehkarena jika tidak dipahami dan dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan konflik yang pada akhirnyatidak hanya merugikan pemerintah melainkan juga masyarakat. Oleh karena itu diperlukan studi-studiekologi yang berkaitan dengan dampak sosial dari lingkungan hidup yang disebut sebagai studi ekologisosial dan studi ekologi budaya. Studi ekologi sosial merupakan ranah dari ilmu sosiologi (sosiolog)

6sebagai suatu studi terhadap relasi sosial yang berada di tempat tertentu

dan dalam waktu tertentu dan yang terjadinya oleh tenaga-tenaga

lingkungan yang bersifat selektif dan distributif. Studi ekologi

kebudayaan masuk dalam ranah ilmu antropologi budaya (antropolog)

9sebagai suatu studi tentang hubungan timbal balik antara variabel habitat

yang paling relevan dengan inti kebudayaan (Hardjasoemantri, 2009). Studi

Ekologi

sosial dalam penelitian ini adalah menganalisis hubungan- hubungan sosial yang terjadi karena keberadaanTPA Sampah Sente yang disinergikan dengan studi ekologi budaya dalam penelitian berupaya memahamikebudayaan sebagai pola yang disepakati bersama terkait dengan TPA Sampah Sente. Sehinggadiharapkan studi ekologi sosial maupun studi ekologi budaya dapat berdampingan menghasilkan studikelayakan sosial-budaya TPA Sampah Sente dengan luaran berupa rekomendasi kepada pemegangkebijakan dalam hal ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab Klungkung). III. Metode Penelitian Penelitian SosialBudaya TPA Sampah Sente, di Dusun Sente, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkungmenggunakan paradigma penelitian kualitatif. Paradigma kualitatif bermaksud memahami fenomena atausubjek penelitian (bukan objek penelitian terkecuali atau berbeda dengan paradigma kuantitatif) secaranaturalis dengan kombinasi penafsiran emik dan etik termasuk “peneliti sebagai instrumen penelitian”(Moleong, 2005). Paradigma kualitatif memandang realitas sosial secara utuh, holistik, kompleks, dinamisdan penuh makna. Paradigma kualitatif

12dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting) atau disebut juga sebagai

etnografi, karena pada awalnya paradigma ini digunakan

oleh para antropolog analisis kualitatifnya yang kuat (Sugiyono, 2005 : 1). 3.1 Jenis Data Jenis data adalah

10data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang

berwujud bukan angka atau dijelaskan secara naratif

Page 22: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

(Creswell, 1998). Dalam penelitian ini data kualitatif adalah makna dari informasi dan observasi yang diolahsebagai data secara cermat.

15Data kuantitatif adalah data berupa perhitungan angka atau numerik (Creswell,

1998). Dalam penelitian ini data

kuantitatif adalah profil dan demografi penduduk lokal. 3.2 Sumber Data Sumber data penelitian yang utamaadalah

3data primer yaitu data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan

secara lisan, gerak-gerik, atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang

dapat dipercaya

berkenaan dengan variabel yang diteliti. Melengkapi data primer tersebut digunakan pula

3data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis

(tabel, catatan, notulen rapat, dll)

yang

22dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010). Data sekunder diperoleh

dari

profil Kabupaten Klungkung dan monografi desa.

233.3 Metode Pengumpulan Data Penelitian menggunakan metode

pengumpulan data

secara kualitatif yaitu observasi, metode wawancara mendalam, dan studi kepustakaan dapat dilakukansecara simultan dalam community group dari sebuah situasi sosial (Spradley, 1980). Metode pengumpulandata tim peneliti sedari awal berupaya untuk diterima dan dipercaya oleh informan dan lingkungansosialnya. Hal tersebut dapat dicapai dengan menjalin hubungan baik atas dasar kepercayaan denganinforman yang disebut sebagai rapport. 3.4 Teknik Penentuan Informan Teknik penentuan informan (dalammetode kualitatif disebut sebagai subyek penelitian) dilakukan secara

16purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel yang didasarkan atas

tujuan tertentu

(Sugiyono, 2009). Informan terdiri dari

19informan pangkal dan informan kunci; informan pangkal adalah mereka

Page 23: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

yang

pertama kali diminta informasi untuk memberikan informasi terkait permasalahan penelitian dan informankunci yaitu (1) Mereka yang memahami permasalahan secara mendalam, (2) Mereka yang kritis, (3) Merekayang diterima dari berbagai kelompok yang memiliki pandangan obyektif terhadap lingkungan sosialnya(Moleong, 2005). 3.5 Teknik Analisis Data Setelah beragam informasi diperoleh, digabungkan dengan hasilobservasi dan studi pustaka baru kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik

14analisis data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman (1992), kegiatan

analisis data kualitatif terdiri dari beberapa alur

yaitu : komparasi data, verifikasi, penyajian data dengan argumentasi dan interpretasi memakai kerangkabudaya masyarakat setempat. Hubungan beberapa alur tersebut secara sejajar membentuk wawasanumum yang disebut analisis.

8Analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-

menerus. Komparasi data, penyajian data dan verifikasi tampil secara

berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang susul- menyusul

(Miles dan Huberman,1992 : 15). IV. Hasil / Pembahasan 4.1 Aspek Sejarah Tempat Pembuangan Akhir(TPA) di Dusun Sente, Desa Pikat Dawan Kabupaten Klungkung telah beroperasi sejak tahun 1994.Berdasarkan data di lapangan, pada awalnya lokasi tersebut tidak didesain secara sengaja sebagai TPAoleh Pemerintah Kabupaten Klungkung. Lahan tersebut merupakan salah satu aset Puri Klungkung dankebetulan pada saat itu salah seorang tokoh dari Puri Klungkung yang pada saat itu

25menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP)

Pemkab Klungkung, Tjok. Gede Ngurah berinisiatif untuk mengatasi kelangkaan tempat guna mengatasiproblema sampah yang mulai muncul, dengan memanfaatkan lahan aset Puri tersebut sebagai tempatmenampung sampah. Ketika Tjok. Gede Ngurah menjabat sebagai Bupati Klungkung (1998- 2003) menurutdata di lapangan terjadi pembelian aset puri tersebut oleh Pemkab Klungkung. Semula ketika lahan tersebutmasih berfungsi sebagai tegalan terdapat 4 orang penyakap tanah puri yang berasal dari banjar Sente.Ketika terjadi perpindahan kepemilikan dari pihak Puri kepada pihak Pemkab Klungkung, ke-4 orangpenyakap tersebut menjadi pegawai non PNS di TPA Sente. Akhirnya, sampai saat ini lokasi tersebut terusdigunakan sebagai tempat pembuangan sampah yang dari tahun ke tahun semakin besar volumenya.Kemungkinan dengan latar belakang historis yang berkaitan dengan Puri, masyarakat di sekitar TPAsungkan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan ketika di sekitar lingkungan mereka difungsikan sebagaitempat pembuangan sampah. Pada era kepemimpinan Tjok Gede Ngurah sebagai Bupati Klungkung,diperoleh data bahwa dengan tenaga di TPA Sente yang tidak banyak pengelolaan sampah sangat baik.Selain volume sampah yang sedikit, pola pemisahan sampah plastik dan sampah basah masih dengan baikdikontrol secara berkesinambungan. Baru mulai memasuki tahun 2009-2013 TPA Sente dirasakan kurangdiperhatikan dengan indikator bau sampah yang menyengat, sanitasi mulai terasa terganggu, kondisilingkungan mulai berubah seperti pengaruh terhadap air, hasil pertanian/perkebunan menurun, ketertibantruck-truck sampah di badan jalan desa yang menimbulkan kemacetan, dan kesehatan yang mulaidirasakan memburuk. Bahkan ketika ada upacara agama dan upacara adat sangat nyata dirasakan ribuanlalat bangkai (berwarna hijau) bertebaran dan dirasakan sangat mengganggu. Malam hari ratusan anjing liar

Page 24: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

mengorek sampah dan membuat goa-goa disekitar bukit sebagai tempat bersembunyi di siang hari. SampaiPemerintah Desa berkoordinasi dengan Danramil dan Kapolsek bersama masyarakat setempat di malamhari turun menembaki anjing-anjing tersebut. Baru sejak zaman Bupati Suwirta (Bupati Klungkung sekarang)masyarakat merasakan ada perubahan kearah positif dalam pengelolaan sampah di TPA Sente.Indikatornya adalah bau yang dahulu tidak sedap (saat ini secara rutin dilakukan penyemprotan untukmengendalikan lalat dan bakteri lainnya), mulai berkurang dan lalat-lalat yang dahulu sangat banyakjumlahnya terasa sangat berkurang pula. Meskipun sempat terjadi ledakan dipertengahan tahun 2015,pemerintah kabupaten dengan sigap berupaya mengatasinya. Bupati Suwirta langsung turun ke lapangandan mendengarkan aspirasi masyarakat banjar Sente dan Desa Pikat secara keseluruhan. Hasil akhirmediasi antara pemerintah kabupaten Klungkung dan masyarakat adalah TPA Sente akan ditutup padatahun 2017. Secara empiris, berdasarkan observasi langsung di lokasi, kondisi TPA Sente memang tampaktidak disiapkan atau direncanakan secara matang sebagai TPA. Dengan luas sekitar 0,98 hektar (kurangdari 1 Hektar), TPA Sente jauh dari standar luas lahan TPA yang idealnya seluas 4 Ha. Nuansa darurat jugasemakin kentara ketika terlihat adanya kesan tambal sulam dalam menangani volume sampah yang sudahoverload. Gunungan sampah yang tampak meninggi, sering meluber ke lahan yang dimiliki masyarakat danterkadang masuk ke sungai yang mengalir tak jauh dari TPA, terutama ketika musim hujan tiba.Penanganan yang dilakukan Pemkab Klungkung yaitu dengan membangun pagar/beton penahan(gronjong), yang sering jebol karena tidak mampu menahan desakan sampah. Hasil observasi menunjukkanketika musim hujan, gronjong akan selalu jebol karena tidak mampu menahan ketinggian dan volumesampah. Sampah akan berjatuhan di jurang (sisi utara dan sisi timur TPA Sente). Di bawah jurang tersebutterdapat kanal yang menyerupai sungai. Setelah ditelusuri ternyata kanal tersebut bukanlah sungaimelainkan sedari awal adalah jalan setapak penduduk menuju pondok/tegalan mereka. Jalan setapaktersebut disebut sebagai jalan kedokan karena dahulu ada sumber mata air di sekitar lokasi. Kondisi saat inidi atas jalan (saat ini menjadi sungai musiman) sudah dibuatkan jalan aspal (permanen) menuju banjarPasekan. Permasalahannya adalah ketika hujan turun sampah yang jatuh ke jurang dan sungai musimantersebut akan mengalir secara alamiah menuju ke tempat yang lebih rendah. Arah yang dituju adalahkearah timur TPA Sente yang notabene adalah daerah pemukiman warga masyarakat banjar Sente. Faktadi lapangan menunjukkan ternyata sampah-sampah yang terbawa air hujan tersebut melewati tegalan-tegalan milik warga sampai akhirnya menemui dataran tinggi kembali (ada rumah seorang warga) sehinggaair yang disertai sampah tersebut menemui arah buntu. Air beserta sampah-sampah tersebut berputarkearah selatan membanjiri rumah warga hingga sampai di jalan utama banjar Sente. Fakta tersebutdidukung dengan ditemukannya banyak sampah-sampah di tegalan warga, seperti sisa-sisa sampah plastikdan botol-botol (pecah belah) berserakan hingga di jalan utama banjar Sente jika terjadi hujan. Sudahmenjadi hal rutin jika masuk musim penghujan maka keadaan ini akan selalu berulang karena ternyatakanal di bawah jurang TPA Sente yang dianggap sebagai sungai ternyata tidak tembus alias buntu. Ditinjaudari aspek pemilihan lokasi, kemungkinan penetapannya tidak didasarkan kepada pertimbangan akademis.Posisi TPA Sampah Sente lebih tinggi daripada pemukiman Dusun Sente. Sehingga jika terjadi hujan danpenannganan yang tidak baik maka dapat dipastikan akan merambah kepada pemukiman warga. Seberapakali sudah diperbaiki gronjong selalu jebol tidak mampu menahan sampah yang sudah bertumpuk. Bahkanbersebelahan dengan TPA Sampah banjar Sente, di atas perbukitan terdapat Pura yang dahulu merupakanPura Catur Lawa / Pekraman Desa yaitu Pura Batur Poyongan (Payungan) sebagai pengayangan PuraUlun Danu (Puru Ulun Siwi) yang ketinggian sudah sama dengan tumpukan sampah di TPA Sampah Sente.Meskipun saat ini pura tersebut sudah diempon oleh satu klan yaitu warga Pande, namun posisi puramenandakan bahwa Sente adalah daerah ulu (utara/suci) yang sebenarnya sangat tidak patutberdampingan dengan TPA Sampah. Tedapat beberapa pura besar yang digolongkan sebagai CaturLawa/Pekraman Desa di Desa Pekraman Pikat (termasuk banjar adat Sente), yaitu Pura Puncak Sari diBanjar Cempaka,Pura Tengah banjar intaran, Pura Bale Bandung di Banjar Intaran, Pura Batur Poyongan diBanjar Sente, dan Pura Taman Suranadi/semeton aseman di Banjar Cempaka (Banjar Cempaka adalahgabungan 2 banjar yaitu banjar Beruk dan Banjar Aseman). Berdasarkan ulasan di atas tampak luas lahandan penanganan tambal sulam dalam mengatasi melubernya sampah, mengindikasikan adanyaperencanaan yang tidak matang, karena memang pada awalnya lokasi tersebut tidak dimaksudkan sebagai

Page 25: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

TPA secara profesional, akan tetapi secara historisnya berpijak pada kondisi darurat. Artinya, segalapermasalahan yang timbul baik dari dimensi fisik maupun sosial budaya tidak diprediksi sedari awal, danpenanganannya pun bersifat post factum (setelah ada kasus baru ditindaklanjuti). Perkembangan saat ini,TPA Sente sempat mengalami ledakan sehingga menimbulkan keresahan masyarakat sekitarnya, terutamamereka yang bermukim di Banjar Sente. Letaknya yang tidak terlalu jauh dan berada persis di bawah TPAmenyebabkan masyarakat banjar ini merasa sebagai pihak yang paling mendapatkan efek buruk dariberoperasinya TPA Sente. Selama hampir 20 tahun masyarakat merasa kualitas kesehatan merekamenurun, karena banjar mereka hampir selalu diselimuti asap hasil pembakaran sampah. Pun, merekamengeluhkan serbuan lalat dan aroma kurang sedap yang acapkali terhirup. Pasca adanya ledakan,Masyarakat Banjar Sente sempat mengajukan protes yang ditujukan kepada Pemerintah KabupatenKlungkung, dan menuntut agar TPA tersebut ditutup. Berkat kesigapan Pemkab, dengan diadakannyaaudiensi antara pemerintah yang langsung diwakili oleh Bupati Klungkung, aspirasi masyarakat diakomodir,sehingga gejolak sosial tersebut cepat dapat diredam. 4.2 Tafsir, Persepsi, dan Aspirasi Aktor terhadap TPASente Aktor dalam konteks penelitian ini dimaksudkan sebagai pelaku konkret praktik sosial di ranahinternal dan sekitar TPA Sente. Tafsir merupakan cara aktor memandang dan mengintepretasi fenomenaatau obyek yang selanjutnya menjadi basis dalam pengambilan keputusan untuk bertindak. Sedangkanpersepsi

21diartikan sebagai tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan

informasi sensoris

yang dilakukan oleh aktor,

7guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan tempat

mereka bernaung. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang

merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra.

Aspirasi merupakan keinginan atau harapan, cita-cita, ambisi, mimpi yang dimiliki aktor untuk diusahakanagar tercapai. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, teridentifikasi adanya dua kelompok aktor, yaituaktor internal dan aktor eksternal. Aktor internal adalah mereka yang melakukan praktik sosial di lingkunganTPA secara rutin dan mendapatkan manfaat secara langsung. Manfaat langsung yang diperoleh aktorinternal ini berupa keuntungan ekonomistis, dengan adanya lapangan pekerjaan yang eksis di ranah TPA,baik formal maupun informal. Pekerjaan formal adalah aktivitas berulang dan berpola yang dilakukan aktorsebagai perpanjangan tangan Pemkab, diwakili oleh aparatus Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP).Sedangkan pekerjaan informal adalah praktik rutin yang dilakukan oleh aktor di luar katagori aparat DKP.Identifikasi terhadap tafsir para aktor, terdapat temuan dalam cara pandang aktor terhadap TPA, yaitupragmatis, ekonomistis, dan politis. Sedangkan terkait dengan persepsi aktor terhadap TPA, diperolehpersepsi positif atau negatif, produktif atau kontraproduktif, solidaritas organis atau solidaritas mekanis(merujuk konsepsi Durkheim dalam Henselin, 2006), dan sub kultur (menggunakan konsepsi dari O’Sullivan,1974). Aspirasi aktor terdiri dari tetap dioperasionalisasikan, ditutup, atau dioperasionalisasikan sementaradengan beberapa syarat. Berikut identifikasi Aktor TPA Sente: A. Aktor Internal 1. Formal: • Mandor Dapatdikatakan, mandor merupakan aktor internal utama karena posisinya yang strategis dalam ranah TPA.Mandor merupakan “penguasa tertinggi” dalam tata relasi aktor internal, yang menentukan siapa saja yangboleh eksis di TPA, terkait dengan dua kepentingan utama yang berkaitan dengan TPA Sante, yaitumembuang sampah dan pemanfaatan sampah secara ekonomis. Praktik membuang sampah berada dalampengawasan mandor yang menentukan siapa saja yang boleh dan tidak boleh melakukannya. Juga dalamkonteks jejaring ekonomi yang muncul dalam konteks pemanfaatan sampah, mandor mengawasi siapa sajayang boleh eksis dalam tata jaringan tersebut. Dalam menentukan siapa saja yang boleh dan tidak boleh

Page 26: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

membuang sampah, mandor selain mengikuti aturan formal dari atasannya di DKP, juga dalam praktikpengawasannya mengikuti feeling tertentu yang terbentuk lewat interaksi intimnya dengan praktik realitassehari-hari di TPA. Pihak yang boleh membuang sampah di TPA Sente adalah siapapun sepanjang merekaadalah masyarakat Kabupaten Klungkung. Sedangkan pihak luar warga Klungkung, tidak diperkenankanoleh mandor untuk membuang sampahnya. Kemampuan mengenali siapa yang merupakan masyarakatKlungkung dan bukan, dimiliki sang mandor dengan mengandalkan feeling khasnya tersebut. Mandor jugamengawasi aktor internal lainnya dalam hal pemanfaatan sampah. Hanya masyarakat sekitar TPA saja yangboleh melakukan kegiatan tersebut, sedangkan untuk “masyarakat luar” / pendatang, dilarang melakukanaktivitas di internal TPA. Praktik pembatasan ini melahirkan sebuah “in group feeling” yang melahirkansolidaritas organik di kalangan aktor internal TPA. Solidaritas organik ini menjadi hal yang melahirkan rasakebersamaan yang kuat, menjadi semacam etika tidak tertulis di kalangan mereka dalam melakukaninteraksi internal, sehingga tercipta sub kultur TPA Sente. Dalam aktivitasnya, mandor berkedudukan disebuah tempat yang disebut kantor, yang sengaja di bangun di posisi yang tinggi dan memiliki banyakjendela, sehingga dapat melakukan pengawasan menggunakan indera penglihatan. Posisi kantor yangstrategis tersebut menunjang pekerjaan mandor dan perangkatnya dalam hal pengawasan TPA Sente.Mandor dibantu oleh delapan orang staf yang bertugas piket secara bergiliran. Komposisi staf jika ditinjaudari daerah asalnya, terdiri dari empat orang asal Banjar Sente dan empat lainnya berasal dari BanjarDawan. Sang mandor sendiri berasal dari Banjar Dawan. • Pencatat Sirkulasi Truk Aktor ini memiliki tugasmencatat truk-truk DKP yang masuk dan keluar TPA Sente. Ia bekerja di dalam kantor mendampingimandor, dan mengevaluasi siapa saja sopir dan kernet truk DKP yang telah dan tidak melaksanakantugasnya. • Operator Bulldozer Bertugas mengoperasikan dua buah bulldozer yang tersedia di TPA. Jikaada sampah yang kurang tertata dan berpotensi longsor, tugas operator untuk meratakannya, sehinggasampah di TPA tetap tertata. Resiko pekerjaan aktor ini cukup besar, akan tetapi sampai sejauh ini belumpernah terjadi kecelakaan kerja, karena operator bulldozer juga memiliki kapasitas dalam mengenali medankerjanya. Sehingga hapal bagian mana saja yang bisa dilalui bulldozer dan tempat yang rentan menjadiroute kendaraan yang dioperasikannya tersebut. • Supir Truk Supir truk memiliki peran penting karenaberposisi sebagai aktor internal yang transit, dan melakukan fungsi pelintas. Artinya, supir truk ini memilikiinteraksi relatif singkat dengan aktor internal TPA lainnya, dengan membuang muatan sampah dari truk danmelapor kepada petugas pencatat sirkulasi truk dan mandor di kantor, untuk selanjutnya beroperasi keluarTPA untuk mengangkut sampah di area Kabupaten Klungkung. Di pundak para sopir inilah citra TPA Sentediemban. Berdasarkan informasi yang diperoleh, di beberapa titik route yang dilalui truk DKP, umumnyamasyarakat berpersepsi positif, artinya mereka tidak pernah menjumpai supir truk DKP yang ugal-ugalansehingga sampah tercecer di jalan. Malah para supir sering menyapa jika berpapasan dengan warga dijalan. Hal ini menumbuhkan respek masyarakat terhadap para supir, sehingga tidak pernah ada kejadianyang kontraproduktif antara masyarakat dengan salah satu aparatus DKP ini. Untuk seluruh aktor internal,tafsir mereka terhadap TPA Sente adalah pragmatis dan ekonomistis, yang artinya memandang TPAsebagai pemberi status sosial dengan memberikan lapangan pekerjaan (pragmatis) dan mampumemberikan tambahan penghasilan (ekonomistis). Cara pandang ini melahirkan persepsi positif, produktif,dan solidaritas organis. Persepsi positif dan produktif terkait dengan nilai ekonomis TPA. Hal inilah yangmelahirkan solidaritas organis di kalangan aktor internal- formal, yaitu suatu spirit kebersamaan yangberbasis adanya kepentingan pragmatis-ekonomistis (pekerjaan yang sama dan tambahan penghasilan).Ikatan sosial yang dibangun berdasarkan solidaritas organis bersifat cair, dan kurang kuat, dan cenderungformal. Terkait dengan aspirasi aktor di katagori ini, mereka menginginkan agar TPA Sente tetap beroperasi.Hal ini tentu dapat dipahami, karena mereka memiliki tafsir pragmatis dan ekonomistis, sehinggaberkepentingan agar TPA jangan ditutup karena akan berpengaruh terhadap status sosial mereka. 2.Informal • Pemulung Berjumlah 25-30 orang, aktor ini yang memanfaatkan sampah buangan di TPAsehingga memiliki nilai ekonomis. Mereka memilih sampah untuk selanjutnya dipilah menjadi dua katagori,yaitu: sampah plastik dan sampah untuk makanan ternak. Mayoritas pemulung berjenis kelamin perempuan,dan berasal dari Banjar Dawan, sedangkan yang berasal dari Banjar Sente hanya berjumlah lima orang.Sampah yang telah dipilah selanjutnya mereka packaging, menggunakan karung untuk sampah plastik dantas kresek untuk sampah yang dijadikan makanan ternak. Untuk sampah plastik yang telah dikarungi,

Page 27: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

selanjutnya menunggu pengepul datang guna ditimbang beratnya lalu dibayar berdasarkan berat dankualitas sampah yang berhasil dikumpulkan. Sedangkan untuk sampah yang diolah sebagai pakan ternak,mereka mengemasnya sendiri yang dihargai Rp 5000,00 untuk setiap satu tas kresek. Untuk pakan ternakini (babi dan sapi) mereka tinggal menunggu pembeli datang, yang umumnya telah memesannya karenamerupakan pelanggan, atau pembeli yang sengaja datang langsung guna memilih dan jika cocok terjadilahtransaksi. Adanya aktivitas transaksi jual beli ini menjadikan TPA Sente juga berfungsi sebagai “pasar takresmi”. Penghasilan para pemulung sekitar Rp 50.000,00 sampai dengan Rp 75.000,00 perharinya. Untukkaum perempuan, umumnya kegiatan memulung merupakan perkerjaan tetap, artinya mereka setiap harimelakukan aktivitas sebagai pemulung dan menjual hasilnya. Sedangkan untuk kaum laki-laki, kegiatanmemulung merupakan aktivitas sambilan, yang dilakukan jika ada waktu luang. Tafsir aktor ini terhadapeksistensi TPA adalah memandang sebagai ranah ekonomi, sehingga mempersepsikan TPA secara positifsebagai ruang yang memberikan peluang untuk mencari nafkah. Sedangkan aspirasi yang berhasildihimpun dari mereka adalah adanya keinginan agar TPA Sente tidak ditutup, pemerintah KabupatenKlungkung memperhatikan kesehatan mereka karena setiap hari bergelut dengan sampah denganmemberikan masker dan sepatu boot serta sarung tangan. Jika pemkab ingin memberikan bantuan, dimintaagar langsung diberikan kepada mereka, dan mereka akan menunjuk perwakilan dari pemulung untukmenerimanya. Tafsir aktor katagori ini terhadap TPA adalah pragmatis ekonomistis, sehingga mempersepsiTPA secara positif, produktif, dan melahirkan solidaritas mekanis. Solidaritas mekanis merupakan ikatansosial yang kuat karena rasa senasib sepenanggungan, in group feeling yang kental, sehingga melahirkansemangat kerjasama yang kuat dan tanpa pamrih. Solidaritas jenis ini bercirikan interaksi yang relatif intimdi kalangan anggotanya. Adanya keintiman dalam interaksi sosial di antara mereka, memunculkan embriosubkultur pemulung. Subkultur merupakan “budaya kecil”, yang tidak bertentangan dengan budaya besar dimana mereka bernaung, akan tetapi memiliki kekhasan dan memiliki tata aturan dan tata cara pergaulanspesifik yang hanya dimengerti dan mengikat mereka. Subkultur pemulung tercipta karena adanyasolidaritas mekanis di kalangan pemulung, dan posisi mereka sebagai aktor internal yang memandang TPAsebagai “rumah kedua” mereka, dan katagori sebagai aktor informal semakin mengkondisikan rasakebersamaan yang kuat di kalangan mereka. Senada dengan aspirasi para aktor formal, para pemulungpun menginginkan TPA untuk terus dioperasikan, karena tafsir pragmatis dan ekonomistis mereka terhadapTPA.dapat dikatakan, aspirasi mereka terhadap keberlanjutan TPA lebih kuat dibanding para aktor formalkarena terkait dengan kelangsungan pekerjaan mereka. Berbeda dengan aktor formal yang merupakanpegawai pemerintah daerah, yang memiliki peluang lebih besar untuk tetap terus memiliki pekerjaan jikaTPA Sente ditutup dan dipindahkan ke lokasi lainnya, para pemulung kecil peluangnya untuk dapatmelanjutkan profesi mereka jika TPA dipindah. Hal ini dikarenakan keengganan mereka untuk pindah,dikarenakan jarak lokasi TPA yang baru kemungkinan akan lebih jauh. Selain itu, yang terpenting adalahmereka akan menjadi “orang luar” di lokasi TPA yang baru. Sehingga subkultur pemulung TPA Sente akantidak kompatibel dengan TPA yang baru. • Pengepul Aktor ini mengkoordinir para pemulung untuk menjualhasil aktivitas mereka kepadanya. Hanya ada satu orang pengepul yang diijinkan untuk bertransaksiekonomi secara langsung dalam ranah TPA, dan merupakan warga Banjar Dawan. Posisi aktor ini cukupunik, karena pengepul walaupun masuk dalam golongan aktor informal, akan tetapi memiliki persepsisolidaritas organis, bukan solidaritas mekanis seperti yang dimiliki kalangan pemulung. Hal ini wajarmengingat kepentingan aktor ini dengan para aktor internal lainnya berbasis kepentingan pragmatis-ekonomistis, sehingga sifat interaksinya relatif cair dan formal. Dalam hal aspirasinya terhadap TPA Sente,pengepul memiliki kesamaan dengan para aktor internal lainnya, yaitu menginginkan TPA Sente untuk tetapdioperasikan karena menyangkut keberlangsungan usaha yang dijalankannya. B. Aktor Eksternal •Masyarakat Yang dimaksud dengan masyarakat dalam konteks ini adalah mereka yang bertempat tinggal disekitar TPA Sente, dikatagori menjadi dua: mereka yang tinggal di banjar-banjar yang dekat dengan TPA,dan mereka yang memiliki tanah yang langsung berbatasan dengan TPA Sente. Untuk masyarakat BanjarDawan, umumnya mereka tidak berkeberatan atas beroperasinya TPA. Hal ini dapat dipahami karenasecara geografis letak banjar mereka relatif jauh dan terhalang bukit, sehingga tidak merasakan dampaknegatif secara langsung dari beroperasinya TPA Sente. Juga, banyak dari masyarakat mereka yang menjadiaktor internal di TPA Sente, seperti mandor, pemulung, dan pengepul. Sedangkan Masyarakat Banjar Sente

Page 28: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

umumnya menolak keberadaan TPA Sente karena merekalah yang secara langsung merasakan danmengalami “gangguan” dari beroperasinya TPA. Masyarakat Banjar Sente sering mendapat “kiriman” dariTPA berupa asap dan aroma yang tidak enak. Masyarakat mengkhawatirkan aspek kesehatan merekakarena hampir selama 20 tahun menerima realitas tersebut. Untuk masyarakat yang tanahnya berbatasanlangsung dengan TPA sebanyak tiga orang. Keluhan utama mereka adalah ketika pagar pembatas(diistilahkan mereka: gronjong) jebol, sehingga sampah TPA meluber ke lahan mereka. Merekamenginginkan agar gronjong diperkokoh dan dipertinggi, sehingga lahan mereka aman dari luberansampah. Mereka juga mengeluhkan turunnya hasil produksi perkebunan yang diupayakan di lahan mereka,seperti tanaman kelapa yang terus merosot sejak TPA beroperasi. Fokus perhatian ditujukan kepadaMasyarakat Banjar Sente mengingat sebagian besar warganya secara tegas menolak keberadaan TPASente. Hal ini dikarenakan tafsir mereka terhadap TPA Sente adalah politis, yang menganggapkeberadaannya karena keinginan sepihak dari Pemkab Klungkung. Selain itu, terdapat tafsir desakralitasruang (pengurangan nilai kesucian dari tempat yang dianggap sakral), karena lokasi TPA berada di arahTimur Laut yang bagi kosmologi masyarakat Bali merupakan Utamaning Utama. Berpijak dari kedua tafsir diatas, melahirkan persepsi masyarakat secara negatif dan kontraproduktif terhadap TPA Sente. Persepsinegatif muncul karena keberadaan TPA dianggap sebagai sumber masalah bagi masyarakat Banjar Senteterkait dengan aroma tidak sedap, polusi asap, dan munculnya ledakan. Hal ini menjadi kontraproduktif bagimasyarakat karena munculnya masalah kesehatan, berkurangnya estetika menyangkut keindahan sertakenyamanan lingkungan, dan munculnya kecemasan menyangkut keselamatan terkait dari ledakan yangditimbulkan TPA Sente. Posisi aktor eksternal ini realtif kuat dibanding aktor lainnya karena memilikikemampuan dalam mempengaruhi kebijakan pemkab, terkait dengan kapasitas mengorganisir massa danmanajemen isu ke media massa. Berikut identifikasi dari aktor, tafsirnya terhadap TPA Sente, persepsi,serta aspirasinya,

20disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.1

Identifikasi Aktor, Tafsir dan Persepsi terhadap TPA Sente serta Aspirasinya. No. Aktor Tafsir PersepsiAspirasi 1 InternIanlt:ernal a. Formal: • Mandor • Pencatat • Operator Bulldozer • Supir Truk b. Informal: • •Pemulung Pengepul 1. Pragmatis 2. Ekonomistis 1. Positif 2. Produktif 3. Solidaritas Organis 1. Positif 2.Produktif 3. Solidaritas Mekanis 4. Sub Kultur 1. Positif 2. Produktif 3. Solidaritas Organik • • • • • Tetapdioperasikan Tetap dioperasikan Cek dan bantuan kesehatan secara rutin Bantuan perlengkapan kerjaTetap dioperasikan 2 Eksternal: • Masyarakat Banjar Sente 1. Politis 2. Desakralitas Ruang 1. Negatif 2.Kontraproduktif • • Ditutup Beroperasi sementara dengan syarat Sumber: Hasil penelitian 2015 4.2.3 AspekDampak Dampak dari perspektif sosial budaya berkaitan dengan adanya perubahan sosial budaya yangditimbulkan karena adanya sesuatu hal/ faktor eksternal yang masuk ke ruang sosial suatu masyarakat.Dampak sosial budaya dapat diklasifikasikan

17menjadi dua, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif

tercermin dari perubahan perilaku masyarakat yang produktif, sedangkan dampak negatif terepresentasidengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang kontraproduktif. • Dampak Positif Keberadaan TPASente membawa perubahan yang produktif bagi masyarakat sekitar TPA, terutama bagi mereka yangdikatagorikan sebagai aktor internal, yaitu: 1. Menciptakan lapangan kerja 2. Terciptanya subkultur TPAyang memperkuat solidaritas mekanis di kalangan mereka 3. Tersedianya bahan pakan ternak yangberlimpah sehingga dapat memenuhi kebutuhan peternak sapi dan babi. • Dampak Negatif Terjadiperubahan yang kontraproduktif dengan adanya TPA Sente, terutama di kalangan aktor eksternal, yangmenafsirkan: 1. Merosotnya kualitas lingkungan tempat mereka tinggal, dengan membandingkan lingkunganmereka sebelum TPA beroperasi dan setelah beroperasi. 2. Implikasi dari terdegredasinya kualitaslingkungan terkait dengan problem kesehatan, masyarakat akan mengkaitkan secara langsung dengan TPA

Page 29: Final Laporan STUDI KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA TPA …

jika mereka terserang suatu penyakit. 3. Menurunnya self-esteem masyarakat, karena wilayahnya dijadikanTPA. 4. Munculnya suasana disharmonis dalam interaksi sosial skala desa, antara banjar yang terkenadampak negatif dengan banjar yang merasakan dampak positif dari keberadaan TPA. 5. Hal ini melahirkandistrust yang memendam konflik laten, sehingga rentan akan terjadi konflik terbuka jika terjadi momentumyang memicunya, walau dihasilkan dari gesekan kecil. V. Kesimpulan dan Rekomendasi 5.1 Kesimpulan •Terdapat dua katagori aktor terkait dengan operasionalisasi TPA Sente, yaitu: aktor internal dan aktoreksternal. Aktor internal terbagi menjadi dua, aktor formal dan aktor informal. • Persepsi aktor internalterhadap TPA Sente adalah positif, sedangkan persepsi aktor eksternal adalah negatif. • Aspirasi aktorinternal menginginkan tetap beroperasinya TPA Sente, sedangkan aktor eksternal menginginkan ditutupnyaTPA, atau jika tetap dilanjutkan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi Pemkab Klungkung. • Terkaitdengan dampak, keberadaan TPA Sente dirasakan manfaatnya bagi aktor internal, akan tetapi berdampaknegatif bagi aktor eksternal. • Posisi aktor eksternal, dalam hal ini adalah masyarakat Banjar Sente, relatifkuat karena memiliki kemampuan untuk mengorganisir massa dan isu terkait dengan eksistensi TPA Sente.• Masyarakat Dusun Sente sangat mengapresiasi secara positif langkah- langkah yang diambil oleh BupatiKlungkung I Nyoman Suwirta dalam menangani permasalahan TPA Sampah Sente. • Masyarakat DusunSente menunggu janji Bupati I Nyoman Suwirta untuk menutup TPA Sampah Sente tahun 2017. •Keberadaan TPA Sente menciptakan konflik laten (terpendam), baik secara horisontal (di internal aktor),maupun secara vertikal (antara aktor dengan pemerintah daerah). 5.2. Rekomendasi Berdasarkan hasilkajian yang dilakukan, Pemerintah Kabupaten Klungkung perlu memperhatikan beberapa rekomendasisebagai berikut: • TPA Sente masih dapat dioperasikan sementara, sepanjang aspirasi para aktor dipenuhi,guna mencegah timbulnya konflik terbuka (baik secara horisontal maupun vertikal). • Menyediakan layanankesehatan gratis yang diperuntukkan bagi para aktor di TPA Sente secara rutin dengan jadwal yang tetapdan dilaksanakan secara konsisten, yang tempatnya ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama. •Melibatkan aparatur desa (disarankan Sekretaris Desa/Sekdes) untuk turut mengelola berdampingandengan mandor TPA Sampah Sente sebagai perwakilan dari Desa Pikat. • Menyediakan perlengkapan kerjabagi para pemulung, yang penyerahan dan pengelolaannya diserahkan langsung kepada mereka. •Memperhatikan kajian teknis untuk mengatasi sampah yang mengotori tegalan warga, rumah warga danjalan utama di banjar Sente sampai tahun 2017 • Menambah tenaga kerja administratif di kantor TPA Senteyang berasal dari Banjar Sente, yang personilnya ditentukan oleh masyarakat setempat karena ternyatapermasalahan ini sangat peka jika menambah tenaga kerja bukan dari banjar Sente. • Perlu diperhatikan dibanjar Sente terdapat tokoh masyarakat dan tokoh politik yang saat ini menjadi anggota DPRD Provinsi Bali(Komisi II) Ketut Mandia yang kritis dan memahami aspek hukum. Hal ini penting agar dapat dipilah jangansampai permasalahan TPA Sampah Sente dipolitisir oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan politis •Sebagian besar warga banjar Sente berdomisili di luar banjar mereka (terutama di Kota Denpasar danKabupaten Badung) sehingga secara sosial-budaya warga banjar Sente adalah orang-orang yang peka dansudah mengenal dunia luar. Kenyataan ini tidak dapat dianggap remeh karena cara berpikir mereka adalahperpaduan antara pola tradisional dan pola modern. Dalam praktiknya Pemkab Klungkung dalammengadakan pendekatan, komunikasi dan mediasi harus berlandaskan kepada fakta dengan dasarperaturan perundangan maupun kebijakan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.