laporan penelitian karet final

81
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian di Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Sebagai negara agraris dengan luas lahan pertanian yang sangat luas, Indonesia memiliki sekitar 94,1 juta ha lahan yang sesuai untuk pertanian (Kementerian Pertanian, 2010). Dengan potensi tersebut, sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar dalam pendapatan nasional, penyerapan tenaga kerja dan penghasil devisa. Pada tahun 2011 tercatat kontribusi sektor pertanian terhadap PDB atas dasar harga berlaku sebesar 14.7%, berada pada urutan kedua setelah kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 24.33%. Pada tahun yang sama, penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian tercatat sebesar 35.86% dari jumlah penduduk usia 15 tahun yang bekerja menurut lapangan usaha utama (BPS, 2012). Devisa yang dihasilkan oleh sektor pertanian dapat terlihat dari neraca perdagangan sektor pertanian pada tahun 2011. Di luar subsektor Perikanan dan Kehutanan, sampai dengan bulan September tahun 2011, neraca sektor pertanian mengalami surplus sebesar US$ 17.02miliar. Dibandingkan dengan periode 1

Upload: zakky-fathoni

Post on 14-Apr-2017

140 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Penelitian Karet Final

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian di Indonesia memegang peranan yang sangat penting

dalam perekonomian Indonesia. Sebagai negara agraris dengan luas lahan pertanian yang

sangat luas, Indonesia memiliki sekitar 94,1 juta ha lahan yang sesuai untuk pertanian

(Kementerian Pertanian, 2010). Dengan potensi tersebut, sektor pertanian memberikan

kontribusi yang besar dalam pendapatan nasional, penyerapan tenaga kerja dan penghasil

devisa. Pada tahun 2011 tercatat kontribusi sektor pertanian terhadap PDB atas dasar harga

berlaku sebesar 14.7%, berada pada urutan kedua setelah kontribusi sektor industri

pengolahan sebesar 24.33%. Pada tahun yang sama, penyerapan tenaga kerja pada sektor

pertanian tercatat sebesar 35.86% dari jumlah penduduk usia 15 tahun yang bekerja menurut

lapangan usaha utama (BPS, 2012).

Devisa yang dihasilkan oleh sektor pertanian dapat terlihat dari neraca perdagangan

sektor pertanian pada tahun 2011. Di luar subsektor Perikanan dan Kehutanan, sampai

dengan bulan September tahun 2011, neraca sektor pertanian mengalami surplus sebesar US$

17.02miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2010, surplus

tersebutmengalami kenaikan sebesar 44.20%. Surplus perdagangan sektor pertanian tersebut

umumnyaberasal dari surplus perdagangan perkebunan, sementara sub sektor lainnya tercatat

masihdefisit (Kementerian Pertanian, 2012).

Pada sektor pertanian, subsektor perkebunan memberikan kontribusi yang cukup

signifikan pada beberapa daerah, termasuk Propinsi Jambi. Kontribusi sektor pertanian

terhadap terhadap PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 tercatat

sebesar 29.35%. Dari angka tersebut, 16.10% diantaranya merupakan kontribusi dari

subsektor perkebunan atau dengan kata lain subsektor perkebunan memberikan kontribusi

terhadap PDRB sektor pertanian Provinsi Jambi sebesar 54.86% (BPS Jambi, 2012).

1

Page 2: Laporan Penelitian Karet Final

2

Sedangkan komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap

PDRB subsektor perkebunan tersebut adalah karet.Provinsi Jambi merupakan salah satu

Provinsi yang menghasilkan karet alam terbesar di Indonesia dengan luas areal perkebunan

karet yang mengalam peningkatan dari tahun 2010 sebesar 443.682 ha menjadi 650.265 ha

pada tahun 2011 (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2012). Meningkatnya luas areal

perkebunan karet di Provinsi Jambi juga berpengaruh terhadap tingkat produksi karet. Pada

tahun 2000 produksi tanaman karet di Provinsi Jambi hanya sebesar 238.884 ton, dan pada

tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 282.886 ton. Karet alam di Provinsi Jambi dihasilkan

dari beberapa kabupaten yang terdapat di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari, Muaro

Jambi, Sarolangun, Bungo, Tebo, dan Merangin. Melalui produksi karet di daerah-daerah

tersebut mampu menjadikan Jambi sebagai salah satu produsen karet alam terbesar di

Indonesia.

Kondisi perkebunan karet di Provinsi Jambi tidak jauh berbeda dengan kondisi

perkebunan karet di Indonesia pada umumnya. Sebagian besar perkebunan karet yang ada di

Provinsi Jambi merupakan perkebunan karet rakyat, hanya sebahagian kecil saja perkebunan

karet yang dikelola oleh perkebunan besar swasta maupun nasional. Pada tahun 2007, luas

areal perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi adalah seluas 631.589 ha dengan tingkat

produksi sebesar 259.695 kg. sedangkan untuk perkebunan besar yang dikelola oleh

perusahaan perkebunan hanya mempunyai luas areal sebesar 5.318 ha dengan tingkat

produksi sebesar 4.979 kg (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2008 dalam Fathoni, 2009).

Perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi telah diusahakan secara turun temurun,

sehingga karet telah menjadi bagian dari budaya dan kebiasaan masyarakat di Jambi. Pada

tahun 2007, jumlah kepala keluarga yang mengusahakan tanaman karet sebanyak 235.888

kepala keluarga yang tersebar di hampir seluruh wilayah Provinsi Jambi. Dengan kondisi ini,

tanaman karet mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian di Provinsi

Page 3: Laporan Penelitian Karet Final

3

Jambi. Nilai ekspor karet alam dari Provinsi jambi pada tahun 2009 mencapai 299.088.270 kg

dan diharapkan akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.Meskipun tanaman karet

mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian di Provinsi Jambi, di sisi lain

peran tanaman karet untuk meningkatkan kesejahteraan petani masih belum cukup berperan.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi kondisi rendahnya tingkat kesejahteraan petani karet

antara lain kemampuan manajemen petani yang masih rendah, kualitas tanaman karet yang

dihasilkan masih belum cukup baik, lemahnya permodalan, dan tidak efisiennya system

pemasaran karet. Dari aspek pemasaran karet ada beberapa permasalahan yang

mempengaruhi pemasaran karet yaitu: (a) panjangnya saluran pemasaran, (b) keterikatan

petani dengan pedagang pengumpul desa yang cukup kuat, (c) rendahnya bagian harga bokar

yang diterima oleh petani, dan (d) kecendrungan melemahnya daya saing pool lelang karet

(Zulkifli dkk, 2006).

Tanaman karet mempunyai arti penting karena melibatkan sebagian besar

masyarakat petani. Sedikit perubahan yang merugikan sub sektor ini akan berdampak

langsung terhadap penurunan kesejahteraan petani. Salah satu fakta penting dalam aspek

pemasaran karet adalah kenyataan bahwa di pasar domestic dan internasional harga karet

alam cenderung berfluktuasi. Perkembangan harga karet baik itu di pasar domestic dan pasar

internasional akan berpengaruh terhadap bagian harga yahg diperoleh petani.

Terjadinya fluktuasi harga di pasar karet alam akan mengakibatkan instabilitas dan

patut untuk dicari penyebab dan pemecahannya. Salah satu informasi penting yang dapat

membantu dalam membantu menjawab permasalahan ini adalah informasi mengenai

pengaruh harga di tingkat internasional (FOB price) terhadap harga karet alam di tingkat

petani, khususnya mengenai transmisi harga dari harga internasional terhadap harga di tingkat

petani agar mampu memperbaiki tingkat kesejahteraan petani. Dengan demikian, pengukuran

transmisi harga karet alam di pasar internasional dan harga di tingkat petani dapat berguna

Page 4: Laporan Penelitian Karet Final

4

untuk memperbaiki kebijakan liberalisasi pasar, memantau pergerakan harga, melakukan

peramalan harga dan memperbaiki kebijakan investasi infrastruktur pemasaran karet alam di

Provinsi Jambi.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, ada beberapa yang menjadi pertanyaan

dalam penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana keragaman dan korelasi harga karet alam pada pada berbagai tingkatan pasar

di Provinsi Jambi?

2. Bagaimana integrasi dan elastisitas transmisi harga karet alam pada berbagai tingkatan

pasar Provinsi Jambi?

Page 5: Laporan Penelitian Karet Final

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Harga

Harga adalah nilai pertukaran atas manfaat produk yang umumnya dinyatakan dalam

satuan moneter. Harga terbentuk dari kompetensi produk untuk memenuhi tujuan dua pihak,

yaitu produsen dan konsumen. Produsen memandang harga adalah sebagai nilai barang yang

mampu memberikan manfaat keuntungan diatas biaya produksinya. Konsumen memandang

harga adalah sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat atas pemenuhan

kebutuhannya dan keinginannya.

Menurut Moehar (2001) dalam Afriany (2012), harga adalah salah satu faktor yang

sulit dikendalikan dalam perekonomian pasar, harga merupakan tanda atau sinyal yang

mengarahkan keputusan ekonomi sehingga alokasi terhadap sumberdaya yang langka.

Perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran suatu komoditi dalam suatu pasar

menentukan harga pasar komoditi tersebut, dimana jumlah komoditi yang diminta sama

dengan yang ditawarkan. Harga pasar mempunyai dua fungsi utama yaitu 1) sebagai pemberi

informasi tentang jumlah komoditi yang sebaiknya dipasok oleh produsen untuk memperoleh

laba maksimum, dan 2) sebagai penentu tingkat permintaan bagi konsumen yang

menginginkan kepuasan maksimum (Nickholson 1999 dalam Afriany 2012).

Teori dasar pembentukan harga yang berlaku di pasar mengacu pada teori permintaan

dan penawaran yang terjadi. Suatu hipotesis dasar ekonomi permintaan mengatakan bahwa

semakin rendah harga suatu komoditi, semakin banyak jumlah komoditi tersebut diminta,

cateris paribus, sedangkan teori dasar penawaran menyatakan bahwa untuk banyak komoditi,

semakin tinggi harganya semakin besar jumlah yang ditawarkan, cateris paribus. Sehingga

untuk mencapai kesepakatan dalam pertukaran komoditas, perpotongan antara kurva

penawaran dan permintaan akan membentuk harga keseimbangan. Perpotongan antara kurva

5

Page 6: Laporan Penelitian Karet Final

6

permintaan dan penawaran mengindikasikan bahwa harga dan total kuantitas yang ingin

diperjualbelikan oleh konsumen dan produsen berada pada posisi yang sesuai.

Harga kesimbangan atau harga pasar (equilibrium price) adalah tinggi rendahnya

tingkat harga yang terjadi atas kesepakatan antara produsen/penawaran dengan

konsumen/permintaan. Pada harga keseimbangan, produsen bersedia melepas barang/jasa

sedangkan konsumen bersedia membayar harganya. Jika kondisi pasar persaingan sempurna

terjadi pada pasar maka harga pasar berlaku tidak akan dipengaruhi oleh harga lain baik

dalam dimensi waktu dan tempat. Terbentuknya harga pasar dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang mempengaruhi permintaan dan penawaran. Masing-masing faktor dapat menyebabkan

bergesernya jumlah permintaan dan jumlah penawaran. Dengan bergesernya permintaan dan

penawaran akan mengakibatkan bergesernya tingkat harga keseimbangan.

Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari hari, hal ini

terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari

karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal

karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan

meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi

karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam

dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.

Secara fundamental harga karet alam dipengaruhi oleh permintaan (konsumsi) dan penawaran

(produksi) serta stock/cadangan (Anwar, 2006). Masing-masing faktor tersebut juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Page 7: Laporan Penelitian Karet Final

7

Gambar 1. Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga karet alam

Kegiatan perdagangan karet alam antar negara mengikuti sistem yang ada pada

International Commercial Term 2000. Dalam Incoterm 2000 ini terdapat aturan pemenuhan

kewajiban antara importir dan eksportir yang harus dipenuhi pada saat melakukan transaksi

perdagangan. Khusus untuk komoditas karet alam, syarat yang digunakan adalah kelompok

F yakni Free On Board (FOB). Dalam syarat ini importir menanggung selirihnya beban dan

resiko pengangkutan, sedangkan eksportir hanya berkewajiban mengantarkan barang sampai

ke pengangkut atau sampai ke alat angkut (Syarif 2003 dalam Afriany, 2012).

2.2 Konsep Pasar

Pengertian pasar secara umum dan sering dikenal adalah tempat pertemuan pembeli

dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa. Pengertian tersebut adalah

pengertian pasar secara tradisional. Pengertian pasar menurut konsep pemasaran berbeda

dengan pengertian pasar tradisional sehari-hari. Perbedaan tersebut karena pasar menurut

pemasaran dipandang sebagai sasaran atau tujuan kegiatan pemasaran. Oleh karena itu, pasar

bukanlah bersifat tempat yang statis.

Adapun pasar menurut kajian Ilmu Ekonomi memiliki pengertian sebagai tempat atau

proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa

Page 8: Laporan Penelitian Karet Final

8

tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah

yang diperdagangkan. Jadi setiap proses yang mempertemukan antara pembeli dan penjual,

maka akan membentuk harga yang disepakati antara pembeli dan penjual (Nurmawan, 2010)

Menurut segi fisiknya, pasar dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya: 1)

pasar tradisional, 2) pasar raya, 3) pasar abstrak, 4) pasar konkrit, 5) toko swalayan, dan 6)

toko serba ada. Sedangkan berdasarkan jenis barang yang dijual, pasar dibedakan menjadi

beberapa macam, diantaranya: 1) pasar ikan, 2) pasar sayuran, 3) pasar buah-buahan, 4) pasar

barang elektronik, 5) pasar barang perhiasan, 6) pasar bahan bangunan, dan 7) bursa efek dan

saham. Aktivitas usaha yang dilakukan di pasar pada dasarnya akan melibatkan dua subyek

pokok, yaitu produsen dan konsumen. Kedua subyek tersebut masing-masing mempunyai

peranan yang sangat besar terhadap pembentukan harga barang di pasar.

Pasar merupakan kelompok individual (perorangan maupun organisasi) yang

mempunyai permintaan terhadap barang tertentu, berdaya beli, dan berniat merealisasikan

pembelian tersebut. Secara keseluruhan, perilaku pasar bersifat heterogen. Sebagian pasar

berperilaku tertentu sedang sebagian pasar yang lain berperilaku yang lain pula. Pemasar

memerlukan kelompok pasar yang berperilaku lebih seragam. Untuk tujuan tersebut, pasar

dikelompokkan dalam beberapa bagian.

Atas dasar perilaku tujuan pembeliannya, pasar dibedakan menjadi dalam dua

kelompok, yaitu pasar konsumen akhir (end users) dan pasar konsumen antara (intermediate

consumers). Pasar konsumen akhir sering hanya disebut sebagai pasar konsumen, meliputi

pribadi atau rumah tangga. Tujuan pasar konsumen mengkonsumsi barang adalah untuk

keperluan sendiri dan untuk rumah tangganya. Pasar konsumen antara sering dikenal sebagai

pasar produsen, pasar indistri atau pasar organisasional. Tujuan pasar industrial

mengkonsumsi barang adalah untuk keperluan (diproses atau dijual) ke pihak lain.

Page 9: Laporan Penelitian Karet Final

9

Perilaku pasar adalah pola kebiasaan pasar meliputi proses (mental) pengambilan

keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional terhadap produk tertentu,

konsisten selam periode waktu tertentu. Kegiatan-kegiatan perilaku meliputi tindakan

penilaian, keyakinan, usaha memperoleh, pola penggunaan, maupun penolakan suatu produk.

Struktur pasar memiliki pengertian penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar

berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam

industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam

kegiatan industri.

Pada analisa ekonomi, pasar dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar

persaingan tidak sempurna (yang meliputi monopoli, oligopoli, monopolistik dan

monopsoni). Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan

dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa banyaknya/tidak

terbatas. Ciri-ciri pokok dari pasar persaingan sempurna adalah a) Jumlah perusahaan dalam

pasar sangat banyak, b) Produk/barang yang diperdagangkan serba sama (homogen), c)

Konsumen memahami sepenuhnya keadaan pasar, d) Tidak ada hambatan untuk

keluar/masuk bagi setiap penjual, e) Pemerintah tidak campur tangan dalam proses

pembentukan harga, dan f) Penjual atau produsen hanya berperan sebagai price taker

(pengambil harga).

Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di

mana hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeli atau

konsumen. Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah 1) hanya ada satu produsen yang menguasai

penawaran; 2) tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip (close substitute); 3)

produsen memiliki kekuatan menentukan harga; dan 4) tidak ada pengusaha lain yang bisa

memasuki pasar tersebut karena ada hambatan berupa keunggulan perusahaan.

Page 10: Laporan Penelitian Karet Final

10

Pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran, di mana

terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai seluruh permintaan pasar. Ciri-ciri dari

pasar oligopoli adalah: 1) Terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai pasar, 2)

Barang yang diperjual-belikan dapat homogen dan dapat pula berbeda corak (differentiated

product), seperti air minuman aqua, 3) Terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi

perusahaan di luar pasar untuk masuk ke dalam pasar, dan 4) Satu di antaranya para

oligopolis merupakan price leader yaitu penjual yang memiliki/pangsa pasar yang terbesar.

Penjual ini memiliki kekuatan yang besar untuk menetapkan harga dan para penjual lainnya

harus mengikuti harga tersebut, contoh dari produk oligopoli: semen, air mineral.Pasar

duopoli adalah suatu pasar di mana penawaran suatu jenis barang dikuasai oleh dua

perusahaan. Contoh: Penawaran minyak pelumas dikuasai oleh Pertamina dan Caltex.

Pasar monopolistik adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan

penawaran di mana terdapat sejumlah besar penjual yang menawarkan barang yang sama.

Pasar monopolistik merupakan pasar yang memiliki sifat monopoli pada spesifikasi

barangnya. Sedangkan unsur persaingan pada banyak penjual yang menjual produk yang

sejenis. Contoh: produk sabun yang memiliki keunggulan misalnya untuk kecantikan,

kesehatan dan lain-lain. Ciri-ciri dari pasar monopolistik adalah: 1) Terdapat banyak

penjual/produsen yang berkecimpung di pasar, 2) Barang yang diperjual-belikan merupakan

differentiated product, 3) Para penjual memiliki kekuatan monopoli atas barang produknya

sendiri, 4) Untuk memenangkan persaingan setiap penjual aktif melakukan promosi/iklan,

dan 5) Keluar masuk pasar barang/produk relatif lebih mudah.

Pasar monopsoni merupakan bentuk pasar yang dilihat dari segi permintaan atau

pembelinya. Dalam hal ini pembeli memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Dalam

pengertian ini, pasar monopsoni adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan

penawaran di mana permintaannya atau pembeli hanya satu perusahaan.

Page 11: Laporan Penelitian Karet Final

11

Agribisnis komoditas pertanian pada umumnya merupakan suatu sistem yang

sedikitnya melibatkan tiga pelaku utama yaitu : produsen atau petani, pelaku pemasaran atau

pedagang, dan konsumen. Perilaku konsumen yang diwujudkan dalam pola konsumsi akan

menentukan kualitas dan kuantitas produk yang perlu dipasarkan. Di lain pihak, pola

produksi yang dilakukan petani akan menentukan banyaknya produk yang dapat dipasarkan.

Pola produksi tersebut pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi iklim dan berbagai faktor

lain yang mempengaruhi petani dalam melakukan kegiatan produksi.

Hubungan antara produsen dan konsumen biasanya “dijembatani” oleh pelaku

pemasaran atau pedagang yang mempertemukannya dalam suatu sistem pasar. Ini dilakukan

pedagang melalui pemasokan produk menurut tempat, waktu, dan kualitas yang disesuaikan

dengan kebutuhan konsumen dan penawaran yang dilakukan petani. Berdasarkan hal tersebut

maka dalam kegiatannya pedagang sebenarnya memiliki dua peran yaitu sebagai konsumen

antara yang dihadapi petani, dan sebagai produsen antara yang dihadapi konsumen. Sebagai

konsumen antara pedagang menurunkan permintaan konsumen kepada petani, sedangkan

sebagai produsen antara pedagang meneruskan penawaran petani kepada konsumen.

Dalam perdagangan komoditas pertanian umumnya dilibatkan berbagai kelompok

pedagang seperti pedagang desa, pedagang kecamatan, pedagang kabupaten, pedagang antar

provinsi dan pedagang pengecer di daerah konsumen. Di tingkat desa sistem pasar yang

terbentuk seringkali mengarah pada pasar yang bersifat monopsoni atau oligopsoni

(Baharsyah, 1980; Rao dan Subbarao, 1987; Saptana et al., 2001). Sistem pasar demikian

dapat terjadi akibat kurangnya kompetisi di antara pedagang desa akibat jumlah pedagang

yang terbatas. Kalaupun jumlah pedagang yang terlibat cukup banyak tetapi dalam

kegiatannya para pedagang tersebut seringkali dikendalikan oleh satu atau beberapa pedagang

tertentu. Hal ini menyebabkan terbentuknya sistem pasar monopsoni/oligopsoni yang

terselubung dimana walaupun keadaan pasar tampaknya bersaing sempurna karena jumlah

Page 12: Laporan Penelitian Karet Final

12

pedagang yang banyak tetapi sebenarnya dikuasai oleh pedagang-pedagang tertentu

(Azzaino, 1984; Sudaryanto et al., 1993).

Kondisi pasar seperti disebutkan di atas tidak menguntungkan bagi petani karena

harga yang diterima petani akan dikendalikan oleh para pedagang yang memiliki kekuatan

monopsoni. Pada kondisi pasar tersebut petani cenderung menerima harga yang rendah akibat

perilaku pedagang yang berusaha memaksimumkan keuntungannya. Berdasarkan hal tersebut

maka dapat dikatakan bahwa pemasaran komoditas dengan kekuatan monopsoni/oligopsoni

tidak efisien karena kepentingan petani sebagai produsen dapat dirugikan.

Sistem pemasaran dikatakan efisien apabila dapat memberikan kepuasan maksimum

bagi produsen, konsumen dan pelaku pemasaran dengan penggunaan sumber ekonomi

serendah-rendahnya (FEDS Staff, 1992; Hasan, 1986; Saefuddin, 1984; Rhodes, 1993).

Secara teoritis efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi rasio antara luaran dan masukan

yang digunakan dalam kegiatan pemasaran. Masukan yang dimaksud adalah berbagai

sumberdaya ekonomi yang digunakan sedangkan luaran yang diperoleh berupa jasa-jasa

pemasaran yang dihasilkan dari pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh

pedagang (penyimpanan, sortasi dan grading, pengemasan, pengangkutan, dan sebagainya).

Akan tetapi pengukuran efisiensi pemasaran berdasarkan konsepsi tersebut sulit dilakukan

karena jasa-jasa pemasaran yang dilakukan oleh pedagang sulit diukur secara kuantitatif.

2.3 Transmisi Harga

Beberapa indikator empirik yang sering digunakan dalam pengkajian efisiensi

pemasaran di antaranya adalah margin pemasaran dan transmisi harga dari pasar konsumen

kepada petani atau ke pasar produsen. Sistem pemasaran semakin efisien apabila besarnya

marjin pemasaran yang merupakan jumlah dari biaya pemasaran dan keuntungan pedagang

semakin kecil. Dengan kata lain, perbedaan antara harga yang diterima petani dan harga yang

Page 13: Laporan Penelitian Karet Final

13

dibayar konsumen semakin kecil. Adapun transmisi harga yang rendah mencerminkan

inefisiensi pemasaran karena hal itu menunjukkan bahwa perubahan harga yang terjadi di

tingkat konsumen tidak seluruhnya diteruskan kepada petani, dengan kata lain transmisi

harga berlangsung secara tidak sempurna. Pola transmisi harga seperti ini biasanya terjadi

jika pedagang memiliki kekuatan monopsoni sehingga mereka dapat mengendalikan harga

beli dari petani.

Pada pasar persaingan sempurna selisih antara harga yang dibayar konsumen dan

harga yang diterima petani lebih rendah dibanding pada kondisi pasar monopsoni, dengan

kata lain, marjin pemasaran akan semakin besar jika terdapat kekuatan monopsoni. Pada

kondisi pasar monopsoni transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani juga

berlangsung secara tidak sempurna. Pola transmisi harga seperti ini menyebabkan korelasi

harga di tingkat konsumen dan di tingkat petani akan semakin rendah dan fluktuasi harga di

pasar produsen akan lebih rendah daripada di pasar konsumen.

Dalam pemasaran komoditas pertanian transmisi harga dari pasar konsumen ke pasar

produsen yang relatif rendah merupakan salah satu indikator yang mencerminkan adanya

kekuatan monopsoni atau oligopsoni pada pedagang. Hal ini karena pedagang yang memiliki

kekuatan monopsoni atau oligopsoni dapat mengendalikan harga beli dari petani sehingga

walaupun harga di tingkat konsumen relatif tetap tetapi pedagang tersebut dapat menekan

harga beli dari petani untuk memaksimumkan keuntungannya. Begitu pula jika terjadi

kenaikan harga di tingkat konsumen maka pedagang dapat meneruskan kenaikan harga

tersebut kepada petani secara tidak sempurna, dengan kata lain kenaikan harga yang diterima

petani lebih rendah dibanding kenaikan harga yang dibayar konsumen. Pola transmisi harga

seperti ini tidak menguntungkan bagi petani karena kenaikan harga yang terjadi di tingkat

konsumen tidak sepenuhnya dapat dinikmati petani, sebaliknya jika terjadi penurunan harga.

Page 14: Laporan Penelitian Karet Final

14

Dalam jangka panjang harga komoditas cenderung naik akibat naiknya permintaan

konsumen. Namun laju kenaikan harga di tingkat konsumen dapat berbeda dengan laju

kenaikan harga di tingkat petani, dan tergantung kepada perilaku pedagang dalam melakukan

transmisi harga dari konsumen kepada petani. Pada pasar yang bersaing sempurna pedagang

akan meneruskan setiap kenaikan harga di tingkat konsumen dengan besaran yang relatif

sama kepada petani, dengan kata lain kenaikan harga di tingkat konsumen relatif sama besar

dengan kenaikan harga di tingkat petani. Tetapi pada pasar dengan kekuatan

monopsoni/oligopsoni kenaikan harga di tingkat petani akan lebih kecil dibanding kenaikan

harga di tingkat konsumen akibat perilaku pedagang yang berusaha memaksimumkan

keuntungannya dengan memberikan informasi harga yang tidak sempurna untuk menekan

harga beli dari petani.

Variasi transmisi harga tersebut secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

Pertama, adanya kekuatan monopsoni/oligopsoni pada pedagang sehingga mereka memiliki

kekuatan untuk mengendalikan harga beli dari petani atau harga di tingkat produsen. Adanya

kekuatan monopsoni pada pedagang menyebabkan kenaikan harga yang terjadi di tingkat

konsumen tidak selalu diteruskan kepada petani secara sempurna. Kekuatan

monopsoni/oligopsoni tersebut dapat terbentuk melalui beberapa cara yaitu : (a) kerjasama di

antara para pedagang dalam menentukan harga pembelian dari petani, (b) menciptakan

hambatan bagi pedagang lain untuk terlibat dalam pemasaran komoditas yang bersangkutan,

dan (c) menciptakan ketergantungan petani untuk hanya memasarkan hasil panennya kepada

para pedagang tertentu. Cara yang terakhir tersebut biasanya ditempuh pedagang dengan

memberikan pinjaman modal atau pinjaman input usahatani kepada para petani dengan

kesepakatan petani harus menjual hasil panennya kepada pedagang yang memberikan

pinjaman modal. Kedua, rantai pemasaran yang semakin panjang yang memungkinkan

terjadinya akumulasi bias transmisi harga yang semakin besar. Rantai pemasaran yang

Page 15: Laporan Penelitian Karet Final

15

semakin panjang antara lain dapat disebabkan oleh jarak pemasaran yang semakin jauh antara

daerah produsen dan daerah konsumen. Jarak pemasaran yang lebih jauh dapat terjadi karena

produksi komoditas terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu sedangkan daerah konsumennya

relatif tersebar dalam lingkup wilayah yang lebih luas (Irawan, 2007).

Page 16: Laporan Penelitian Karet Final

16

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini secara

umum bertujuan untuk melakukan analisis transmisi harga karet alam di pasar internasional

dan harga di tingkat petani dapat berguna untuk memperbaiki kebijakan liberalisasi pasar,

memantau pergerakan harga, melakukan peramalan harga dan memperbaiki kebijakan

investasi infrastruktur pemasaran karet alam di Provinsi Jambi. Sedangkan secara khusus

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan keragaman dan korelasi harga karet alam pada berbagai tingkatan pasar

di Provinsi Jambi.

2. Menganalisis integrasi dan elastisitas transmisi harga karet alam pada berbagai tingkatan

pasar Provinsi Jambi.

3.2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

1. Informasi bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan dalam pemasaran karet alam

baik pada tingkat petani maupun pedagang perantara maupun eksportir di Provinsi

Jambi.

2. Referensi dan masukan bagi pihak yang terkait dalam meramalkan harga karet di

Provinsi Jambi berdasarkan transmisi harga karet alam pada berbagai tingkat pasar

karet alam.

3. Bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam perbaikan pemasaran karet

alam di Provinsi Jambi dalam upaya meningkatkan pendapatan petani karet rakyat.

1666

Page 17: Laporan Penelitian Karet Final

17

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Provinsi Jambi yang difokuskan pada harga karet

di tingkat petani, harga di tingkat pedagang, harga di pasar lelang dan harga internasional

(harga FOB). Lokasi yang diambil adalah di Kabupaten Batanghari dengan pertimbangan

bahwa di Kabupaten Batanghari mempunyai variasi harga karet alam baik di tingkat

pedagang dan di pasar lelang. Pada tingkat harga pasar lelang, harga karet ditetapkan

berdasarkan proses lelang antara pedagang dan mengacu kepada harga indikasi dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi.

Hasil penelitian ini akan menghitung besarnya korelasi antar pasar karet mulai dari

pasar desa, pasar lelang, dan pasar internasional. Selanjutnya juga akan dianalisis elastisitas

transmisi harga antara pasar karet internasional dengan harga karet di tingkat petani.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01Mei 2012 sampai

tanggal 30 Juni 2012 dengan mengamati data dari tahun 2007 – 2011. Adapun data yang

diperlukan untuk menjelaskan aspek yang diteliti meliputi :

1. Perkembangan Luas Perkebunan Karet di Indonesia dan Provinsi Jambi (per tahun).

2. Perkembangan Produksi Karet di Indonesia dan Provinsi Jambi (pertahun).

3. Data Perkembangan Harga Karet pada level FOB.

4. Data Perkembangan Harga Karet di pasar lelang karet.

5. Volume Ekspor karet Provinsi Jambi (per tahun).

6. Data Jumlah Dan Kapasitas Pabrik Crumb Rubber (per tahun).

7. Data Penunjang Lain yang dianggap perlu.

17

Page 18: Laporan Penelitian Karet Final

18

4.2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan deret waktu (time series

data) menurut kurun waktu tertentu yaitu dari minggu pertama bulan Januari tahun 2007

sampai minggu keempat bulan Desember tahun 2011, yang berasal dari survey yang telah

diproses dan dianalisis oleh instansi yang bersangkutan. Adapun data dalam penelitian ini

diperoleh dari sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Provinsi Jambi, Dinas

Perkebunan Provinsi Jambi, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, dan KUD Pasar Lelang

Karet Desa Penerokan Kabupaten Batanghari.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur pada instansi terkait

yaitu mengutip dan menyalin data dari instansi terkait yang dimaksudkan untuk memperoleh

sumber pengetahuan bersifat teoritis yang berhubungan dengan objek penelitian dan laporan-

laporan hasil penelitian.

4.3. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui keragaman dan perilaku pasar karet di lokasi penelitian akan

digunakan analisis deskriptif yaitu menjelaskan praktek penentuan harga yang dilakukan oleh

pedagang meliputi cara pengujian dan pemotongan harga. Untuk mengamati perilaku pasar

juga dilakukan analisis kuantitatif yaitu analisis korelasi utnuk menganalisis keterpaduan

pasar secara horizontal. Keterpaduan pasar secara horizontal adalah hubungan harga antara

dua pasar pada level yang sama dengan menghitung nilai korelasinya dengan rumus:

Dimana r = korelasi harga karet pada pasar X

xi = harga karet pada pasar X X x = harga rata-rata pada pasar X

yi = harga karet pada pasar Y y = harga rata-rata pada pasar X

r= ∑ ( x i− x )( yi− y )

√ [∑ (xi− x )2 ][∑ ( yi− y )2 ]

Page 19: Laporan Penelitian Karet Final

19

Setelah dilakukan perhitungan maka dilakukan interpretasi sebagai berikut: apabila

nilai r terletak antara 0 sampai dengan |1|. Apabila nilai semakin mendekati |1| maka semakin

kuat hubungan variable X dan variabel Y. Apabila nilai r mendekati 1 maka variabel X

berhubungan positif dengan variabel Y atau semakin besar nilai X akan semakin besar nilai

Y. Sebaliknya, apabila nilai r mendekati -1 maka variabel X berhubungan negatif dengan

variabel Y.

Untuk menganalisis keterpaduan pasar secara vertikal yaitu hubungan antara harga di

tingkat petani dengan harga di tingkat internasional (harga ekspor) karet alam akan digunakan

elastisitas transmisi harga dengan formula:

Pf = boPeb1

Selanjutnya formula tersebut dimodifikasi menjadi:

Log Pf = Log bo + b1 log Pe

dimana: Pf = harga karet di tingkat petani,

Pe = harga karet di tingkat eksportir,

bo = konstansta, dan

b1 = elastisitas transmisi harga.

Setelah nilai b1 didapat maka dilakukan pengujian parameter dengan menggunakan

uji t dengan cara membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel yang mempunyai hipotesis

sebagai berikut:

Ho: b1 = 1, harga karet pada tingkat petani memiliki keterpaduan secara sempurna

dengan harga pada tingkat eksportir

H1: b1 < 1, harga karet di tingkat petani memiliki keterpaduan tidak sempurna

dengan harga pada tingkat eksportir.

Page 20: Laporan Penelitian Karet Final

20

4.4. Prosedur Ekonometrika Time Series

4.4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test)

Sebelum melakukan analisis data harga pada masing-masing pasar karet (data time

series) terlebih dahulu perlu diketahui apakah data yang diperoleh stasioner atau tidak. Ini

sangat berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari regresi yang akan dilakukan. Untuk

menguji stasionaritas data yang akan digunakan dalam penelitian ini digunakan Uji Akar

Unit Dickey – Fuller (uji ADF). Uji akar unit Dickey –Fuller pada masing – masing variabel

dapat dilihat pada persamaan berikut :

∆LPhekspor = ØLogPheksport-1 + et

∆LPhindikasi = ØlogPhindikasit-1 + et

∆LPhplk = ØlogPhplkt-1 + et

∆LPhpetani = ØlogPhpetanit-1 + et

dimana:

∆Lphekspor : perubahan harga karet ekspor pada waktu t

∆Lphindikasi : perubahan harga karet indikasi pada waktu t

∆LPhplk : perubahan harga karet pasar lelang pada waktu t

∆Lphpetani : perubahan harga karet petani pada waktu t

Kriteria hipotesis :

Ø = 0 : Data yang diperoleh tidak stasioner

Ø < 0 : Data yang diperoleh stasioner

4.4.2. Uji Kointegrasi

Pengujian kointegrasi diperlukan apabila dari uji stasionaritas, data harga karet pada

tingkat pasar yang diperoleh menunjukkan bahwa data tidak stasioner. Uji kointegrasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji kointegrasi Johannsen (Johannsen test), untuk

melakukan uji Johannsen ini dapat dilihat pada persamaan berikut :

Page 21: Laporan Penelitian Karet Final

21

et = LPpetani – β0 – β1LogPekspor - β1LogPindikasi - β1LogPplk

Kriteria hipotesis :

H0 : Harga karet pada masing-masing pasar terkointegrasi (mempunyai hubungan

jangka panjang)

H1 : Harga karet pada masing-masing pasar tidak terkointegrasi (tidak mempunyai

hubungan baik jangka pendek maupun jangka panjang).

4.4.3. Error Correction Model

Dari beberapa metode di atas apabila data yang ditemui tidak stasioner, namun

memiliki kointegrasi maka diperlukan adanya penyesuaian (adjusment). Penyesuaian tersebut

dapat dilakukan dengan model ECM (Widaryono,2007). ECM mempunyai beberapa

kegunaan, namun penggunaan yang paling utama bagi pekerjaan ekonometrika adalah dalam

mengatasi masalah data time series yang tidak stasioner dan masalah regresi semu. Model

ECM dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut :

LPpetani = α0 + α2LPekspor + α2Lpindikasi + α3Lpplk + α4(LPpetanit-1 – β0 –

β1LPeksport-1–β2LPindikasit-1–β3LPplkt-1)

dimana :

∆Lphekspor : perubahan harga karet ekspor pada waktu t

∆Lphindikasi : perubahan harga karet indikasi pada waktu t

∆LPhplk : perubahan harga karet pasar lelang pada waktu t

∆Lphpetani : perubahan harga karet petanir pada waktu t

α1 : koefisien jangka pendek

β1 : koefisien jangka panjang

α2 : kecepatan penyesuaian.

Page 22: Laporan Penelitian Karet Final

22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0045’-2045’ LS dan 101010’-104055’ BT

di bagian tengah pulau Sumatera, sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah

timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah selatan

berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi

Sumatera Barat. Posisi Provinsi Jambi berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi

yaitu IMS-GT (Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle) (Bappeda, 2011)

Provinsi Jambi berada di bagian tengah Pulau Sumatera mempunyai topografi wilayah

yang bervariasi mulai dari ketinggian 0m dpp di bagian timur sampai pada ketinggian di atas

1000 m dpl, ke arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat

merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu

dan Sumatera Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.

Pada dataran rendah didominasi oleh tanah-tanah yang penuh air dan rentan terhadap banjir

pasang surut serta banyaknya sungai besar dan kecil yang melewati wilayah tersebut.

Wilayah ini didominasi oleh tanah gley humus rendah dan orgosol yang bergambut. Di

bagian tengah didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning yang mempunyai tingkat

kesuburan relatif rendah. Daya dukung lahan cukup baik terutama pada lahan kering yang

sangat potensial untuk pengembangan tanaman keras dan perkebunan. Sedangkan pada

bagian barat didominasi oleh dataran tinggi lahan kering perbukitan dengan dengan jenis

tanah latosol dan andosol.

Adapun penggunaan lahan di Provinsi Jambi secara umum terdiri dari: (1) lahan

pemukiman seluas 43.631 ha, (2) sawah tadah hujan seluas 136.662 ha, (3) tegalan/ ladang

seluas 117.516 ha, (4) kebun campuran seluas 112.787 ha, (5) kebun karet seluas 1.284.003

22

Page 23: Laporan Penelitian Karet Final

23

ha, (6) kebun sawit seluas 936.565 ha, (7) kebun kulit manis seluas 93.609 ha, (8) kebun teh

seluas 4.691 ha, (9) semak dan alang-alang seluas 87.177 ha, (10) hutan lebat seluas

1.634.492 ha, (11) hutan belukar seluas 413.406 ha, (12) hutan sejenis tercatat seluas 187.704

ha, dan (13) lain-lain seluas 47.757 ha. Apabila dilihat dari total luas penggunaan lahan, luas

areal lahan terluas adalah untuk komoditas perkebunan yang terdiri dari 5 komoditi utama

perkebunan yaitu karet, kelapa sawit, kelapa dalam, kopi, dan cassiavera.

Untuk tanaman karet, pada tahun 2006 luas perkebunan karet di Provinsi Jambi

mencapai 630.211 ha. Pada tahun 2011 luas perkebunan karet di Provinsi Jambi mengalami

peningkatan menjadi 653.160 ha. Sedangkan untuk tingkat produksi tanaman karet pada

tahun 2011 adalah sebesar 298.786 ton. Untuk jumlah petani tanaman karet, terjadi

peningkatan jumlah petani karet dalam kurun waktu 2006-2011 sebesar 8,56% dimana pada

tahun 2006 jumlah petani karet berjumlah 228.576 KK, dan pada tahun 2011 meningkat

menjadi 249.978 KK. Sedangkan dari sisi ekspor karet di Provinsi Jambi mengalami

peningkatan untuk kurun waktu 2006-2009 sebesar 0,80% yaitu sebesar 250.781,28 ton pada

tahun 2006 menjadi 252.794,76 ton di tahun 2009.

5.2. Perkembangan Harga Karet Alam Pada Berbagai Tingkat Pasar di Provinsi Jambi

Provinsi Jambi merupakan salah satu wilayah yang sangat berpotensi untuk

meningkatkan devisa negara dengan luas perkebunan karet maupun hutan karet yang masih

cukup luas. Pada saat ini sub sektor perkebunan karet ini merupakan sub sektor andalan yang

sudah familiar di kalangan petani masyarakat Jambi. Hampir di setiap kabupaten

mengusahakan tanaman karet sebagai sumber penghidupan.

Faktor harga merupakan faktor yang sangat menentukan prospek pengembangan karet

alam khususnya di Indonesia yang didukung dengan luas areal tanam maupun areal kosong

yang berpotensi untuk ekspansi karet itu sendiri. Hingga sekarang ini Indonesia masih

Page 24: Laporan Penelitian Karet Final

24

menempati urutan kedua dalam hal produksi karet di dunia, namun dalam hal penentuan

harga yang masih dan terus perlu untuk diperjuangkan secara komprehensif karena Indonesia

masih tergantung kepada harga karet negara luar seperti Singapura dan negara lain. Negara

luar yang dalam notabene lahan yang terbatas namun mampu menjadi acuan dalam penentuan

harga karet bagi Indonesia. Sehingga dengan demikian bahwa harga karet Indonesia sangat

tergantung pada harga karet luar disamping faktor internal lainnya di negeri kita ini seperti

pajak (pungutan ekspor), nilai tukar rupiah yang tak kunjung bernilai tinggi, kualitas crumb

rubber yang masih tidak konsisten, pola pikir petani karet kita yang perlu disadarkan akan

kualitas bokarnya, dan faktor – faktor lainnya.

Jika dilihat berdasarkan proses saluran pemasaran karet dari petani/produsen sampai ke

tangan konsumen tentunya sarat dengan faktor penghambat maupun faktor pendukung yang

pada intinya akan memangkas harga yang diterima di setiap tingkatan atau lembaga yang

berperan di dalam proses tersebut. Dengan demikian harga yang diterima petani akan tetap

mendapat potongan selama petani tidak menghasilkan crumb rubber sendiri yang akan dapat

mensejajarkan harga yang mereka peroleh dengan harga yang diterima perusahaan.

Periode dalam penelitian ini dimulai pada Januari 2009 sampai Juni 2012 mencoba

melihat bagaimana tren perkembangan harga pada berbagai tingkatan mulai dari tingkat

ekspor hingga ke petani produsen. Dimana patokan harga yang digunakan adalah harga

Belawan, Satuan US Cents per ton, exchange rate (nilai tukar) selama periode tersebut.

5.2.1 Harga Di Tingkat Ekspor

Berdasarkan patokan harga karet Belawan selama periode Januari 2009 sampai dengan

Juni 2012 harga karet di tingkat ekspor mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal

ini dapat dilihat pada Gambar 2 dimana selama periode Januari 2009 sampai dengan Juni

2012 pekembangan harga ekspor menunjukkan tren yang meningkat. Secara rata-rata terjadi

Page 25: Laporan Penelitian Karet Final

25

peningkatan harga ekspor sebesar Rp. 23,275 per kg karet alam dengan kadar karet kering

100%. Berdasarkan garis tren yang diestimasi terlihat bahwa kenaikan harga tersebut cukup

signifikan dengan R2 = 0.7534. Meskipun demikian, selama periode tersebut terjadi fluktuasi

harga dari waktu ke waktu. Harga tertinggi yang terjadi dalam periode tersebut adalah

Rp.50509,23 per kg yaitu harga rata-rata pada bulan Februari 2011 dengan harga ekspor US$

5.67 per kg dan nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 8.912,56. Sedangkan harga

terendah dalam periode yang sama adalah Rp. 16.021 per kg.

Jan-09

Mar-

09

May

-09Ju

l-09

Sep-09

Nov-09

Jan-10

Mar-

10

May

-10Ju

l-10

Sep-10

Nov-10

Jan-11

Mar-

11

May

-11Ju

l-11

Sep-11

Nov-11

Jan-12

Mar-

12

May

-120

10000

20000

30000

40000

50000

60000

f(x) = 23.2749425337114 x − 915206.608565416R² = 0.753391465191465

HX Linear (HX)

Gambar 2. Tren Perkembangan Harga Ekspor Karet Alam Periode Januari 2009 Sampai Juni 2012 Di Provinsi Jambi

Harga tertinggi yang terjadi di tingkat ekspor pada Februari 2011 sangat mempengaruhi

harga di tingkat bawahnya yaitu di tingkat harga kesepakatan Gapkindo (indikasi), Pool

lelang, dan petani. Dimana pada saat itu masing-masing harga pada ke tiga tingkat pasar

tersebut merupakan harga yang tertinggi selama periode yang sama. Masing-masing harga

tersebut yaitu pada tingkat harga kesepakatan harga yang disepakati dan menjadi harga

tertinggi yaitu Rp. 43.150 per kg. Kemudian pada tingkat pool lelang harga yang diterima

perusahaan yaitu Rp.24.750 per kg sementara pada tingkat petani sebagai produsen harga

Page 26: Laporan Penelitian Karet Final

26

yang diterima dan sekaligus sebagai harga tertinggi pada periode tersebut adalah Rp. 14.550

per kg. Namun jika dilihat berdasarkan harga terendah yang terjadi di tingkat ekspor pada

periode tersebut rata-rata harga pada bulan Juli 2009 justru pada tingkat pasar berikutnya

terjadi pada bulan yang berbeda yaitu pada bulan Maret 2009. Berikut gambar tren

perkembangan rata-rata dan fluktuasi harga pada beberapa waktu di tingkat ekspor.

5.2.2 Harga Indikasi

Harga kesepakatan merupakan harga yang disepakati oleh beberapa perusahaan yang

bergabung dalam suatu wadah (Gapkindo) dimana harga yang ditetapkan disepakati 85% dari

harga ekspor dalam Rp/ka dengan kadar karet kering 100%. Harga yang ditetapkan tersebut

kemudian diinformasikan melaluiDinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi. Pada

kenyataannya bahwa harga indikasi yang ditetapkan tidak berlaku di pasaran. Berdasarkan

hasil pengamatan bahwa harga yang disepakati di Provinsi Jambi selama periode Januari

2009 sampai dengan Juni 2012 menunjukkan tren perkembangan yang juga cukup meningkat

dari waktu ke waktu seperti pada tren perkembangan harga di tingkat ekspor dengan rata-rata

harga selama periode tersebut adalah RP.26.192 per kg dengan kadar karet kering 100%. Hal

ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Berdasarkan Gambar 3 tersebut terlihat bahwa tren perkembangan harga kesepakatan

yang meningkat di mulai dari bulan Januari 2009 sampai Juni 2012. Dimana rata-rata harga

peningkatan harga yang terjadi selama Januari 2009 sampai Juni 2012 adalah Rp.17,56 per kg

karet alam dengan kadar karet kering 100%. Berdasarkan hasil estimasi terhadap garis tren

menunjukkan bahwa peningkatan harga tersebut cukup signifikan dengan nilai R2 = 0,5794.

Selama periode tersebut terjadi fluktuasi harga dari waktu ke waktu dan berdasarkan hasil

pengamatan kesepakatan para pengusaha terhadap harga karet alam bahwa puncak harga

tertinggi yang tercapai adalah pada bulan Februari 2011 yaitu mencapai Rp.43.150 per kg

Page 27: Laporan Penelitian Karet Final

27

dengan nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 8.912,56 dan dengan harga ekspor US$

5.67 per kg. Pada bulan tersebut peningkatan harga juga terjadi di tingkat pool lelang dan

petani dan menjadi puncak harga tertinggi pada masing-masing tingkat pasar tersebut.

Jan-09

Mar-

09

May

-09Ju

l-09

Sep-09

Nov-09

Jan-10

Mar-

10

May

-10Ju

l-10

Sep-10

Nov-10

Jan-11

Mar-

11

May

-11Ju

l-11

Sep-11

Nov-11

Jan-12

Mar-

12

May

-120

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

50000

f(x) = 17.5596180994289 x − 683863.683816922R² = 0.579410591410431

HI Linear (HI)

Gambar3. Tren Perkembangan Harga Indikasi Karet Alam Periode Januari 2009 Sampai Juni 2012 Di Provinsi Jambi

Kemudian pada bulan berikutnya harga kesepakatan kembali turun sampai bulan Juni

2012 yaitu Rp. 24.300 per kg dengan kadar karet kering 100% dan pada saat itu nilai tukar

rupiah terhadap US$ sebesar Rp.9451,14 dan harga ekspor US$ 2.96 per kg. Harga

kesepakatan terendah yang pernah terjadi adalah pada bulan Maret 2009 yaitu Rp.11.500 per

kg karet alam dengan kadar karet kering 100% dan hal ini juga terjadi harga di tingkat pool

lelang dan petani dengan nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp.11849,55 dengan harga

ekspor US$ 1,4 per kg.

5.2.3 Harga Di Tingkat Pool Lelang

Harga ditingkat Pool lelang merupakan turunan harga setelah harga yang disepakati

(indikasi) di Gabkindo Provinsi Jambi. Pool lelang menerima bokar dari petani sebagai

Page 28: Laporan Penelitian Karet Final

28

produsen tentunya sangat berperan penting dalam menentukan besarnya harga yang diterima

petani dan sekaligus berperan sebagai penentu kualitas dari crumb rubber SIR20 yang akan

diekspor. Selama periode Januari 2009 sampai Juni 2012 rata–rata harga karet ditingkat pool

lelang adalah Rp.14.540,08 per kg. Tinggi rendahnya harga yang berlaku di tingkat pool

lelang merupakan penawaran harga tertinggi yang berasal dari beberapa perusahaan atau

industri crumb rubber. Harga tersebut ditentukan setelah adanya penilaian penaksir kualitas

pada tingkat pool lelang, yang pada dasarnya mempertimbangkan kadar kotoran dan kadar air

yang bersumber dari bokar yang diproduksi oleh petani.

Tren perkembangan harga karet alam di tingkat pool lelang di Provinsi Jambi

berdasarkan pada patokan harga ekspor di Pelabuhan Belawan menunjukkan tren

perkembangan harga yang meningkat selama periode Januari 2009 sampai Juni 2012. Hal ini

dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut:

Jan-09

Mar-

09

May

-09Ju

l-09

Sep-09

Nov-09

Jan-10

Mar-

10

May

-10Ju

l-10

Sep-10

Nov-10

Jan-11

Mar-

11

May

-11Ju

l-11

Sep-11

Nov-11

Jan-12

Mar-

12

May

-120

5000

10000

15000

20000

25000

30000

f(x) = 11.3193838489821 x − 443179.957184934R² = 0.62617364734736

HPLK Linear (HPLK)

Gambar4. Tren Perkembangan Harga Karet Alam Di Tingkat Pool Lelang Periode Januari 2009 Sampai Juni 2012 Di Provinsi Jambi

Pada Gambar 4 di atas terlihat bahwa selama periode tersebut secara rata-rata terjadi

peningkatan harga alam dengan kadar karet kering 100% sebesar Rp.11,319 per kg per bulan.

Berdasarkan garis tren yang diestimasi bahwa peningkatan harga tersebut cukup signifikan

dengan R2 sebesar 0,6262. Selama pada periode tersebut juga terjadi fluktuasi harga dan

Page 29: Laporan Penelitian Karet Final

29

mencapai puncak harga tertinggi pada bulan Februari 2011 yaitu sebesar Rp. 24.750 per kg

karet alam dengan kadar karet kering 100%. Harga tertinggi tersebut terjadi pada saat nilai

tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 8.912,56 dan dengan harga ekspor US$ 5.67 per kg.

Kemudian harga penawaran terendah yang pernah terjadi selama pada periode yang sama di

tingkat pool lelang adalah Rp. 5.489 per kg karet alam pada bulan Maret 2009 dengan nilai

tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 11.849,55 dan dengan harga ekspor US$ 1,4 di

pelabuhan Belawan. Hal yang berbeda terjadi dimana pada saat harga terendah tersebut

terjadi di pool lelang juga terjadi di tingkat petani namun harga terendah di petani lebih tinggi

dibandingkan dengan harga terendah di tingkat pool lelang yaitu Rp.5.750 per kg dengan

nilai tukar (exchange rate) dan harga karet dalam US$ yang sama.

Adapun perbedaan harga terendah yang terjadi antara harga di tingkat pool lelang

dengan harga terendah di tingkat petani pada periode tersebut mencerminkan bahwa

perubahan harga yang terjadi di satu tingkat pasar dengan tingkat pasar di bawahnya tidak

selalu menunjukkan perubahan yang searah. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang

terjadi selama periode tertentu seperti faktor spasial atau demografis antara petani dengan

pool lelang disamping faktor lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap perkembangan

harga mulai dari tingkat ekspor hingga tingkat pool lelang menunjukkan bahwa tinggi

rendahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar tidak selamanya menunjukkan dampak besar

terhadap perubahan harga karet alam di domestik pada berbagai tingkat pasar.

5.2.4 Harga Di Tingkat Petani

Tingkat pasar terakhir dalam pemasaran karet alam adalah petani sebagai produsen

karet yang sangat berperan besar dalam perdagangan karet alam. Harga yang diterima petani

pada umumnya adalah rendah karena telah mengalami pemotongan harga dari tingkat pasar

sebelumnya. Skala usahatani tentunya tidak terlepas dalam permasalahan tinggi rendahnya

Page 30: Laporan Penelitian Karet Final

30

harga yang akan diterima petani karet disamping faktor lainnya seperti volume produksi yang

kecil, tidak adanya negosiasi harga, keterikatan sosial dengan pedagang desa (tengkulak

desa), pola pikir petani yang sulit dirubah, serta kebutuhan yang mendesak akibat dari

pendapatan yang tidak proporsional dengan segala tingkat kebutuhan keluarga.

Harga rata-rata bahan olah karet yang diterima petani di Provinsi Jambi selama periode

pengamatan Januari 2009 sampai Juni 2012 adalah Rp. 11.618 per kg. Bardasarkan

perkembangan harga di tingkat petani selama periode tersebut menunjukkan tren yang

meningkat dan cukup menjanjikan sampai periode Juni 2012. Secara rata-rata terjadi

peningkatan harga karet alam di tingkat petani sebesar Rp.6 per kg per bulan, seperti

ditunjukkan pada Gambar 5 berikut.

Jan-09

Mar-

09

May

-09Ju

l-09

Sep-09

Nov-09

Jan-10

Mar-

10

May

-10Ju

l-10

Sep-10

Nov-10

Jan-11

Mar-

11

May

-11Ju

l-11

Sep-11

Nov-11

Jan-12

Mar-

12

May

-120

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000f(x) = 6.00610554229201 x − 231249.838544723R² = 0.634010412537679

HP Linear (HP)

Gambar5. Tren Perkembangan Harga Karet Alam Di Tingkat Petani Periode Januari 2009 Sampai Juni 2012 Di Provinsi Jambi

Berdasarkan estimasi terhadap garis tren peningkatan harga tersebut cukup signifikan

dengan R2 = 0,634. Selam pada periode tersebut puncak harga tertinggi terjadi pada bulan

Februari 2011 sama seperti pada tingkat pasar lainnya yaitu Rp. 14.450 per kg karet alam

dengan kadar karet kering 100% dengan nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 8.912,56

Page 31: Laporan Penelitian Karet Final

31

dan dengan harga ekspor US$ 5.67 per kg. Kemudian harga terendah terjadi pada bulan

Maret 2009 lebih tinggi dari harga terendah pada tingkat pool lelang yaitu sebesar Rp. 5.750

per kg dengan nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp. 11.849,55 dan dengan harga

ekspor US$ 1,4.

Berdasarkan Gambar 5 juga terlihat bahwa selama periode tersebut harga yang diterima

petani mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan perubahan yang

menjanjikan meskipun dari harga tertinggi yang pernah terjadi harga kembali turun, namun

penurunan harga tersebut lebih tinggi dari harga sebelumnya yaitu petani menerima harga

lebih tinggi dari harga pada awal periode Januari 2009 yaitu sekitar naik 50% sebesar Rp.

12.305 per kg karet alam dengan kadar karet kering 100%. Harga tersebut terjadi pada saat

nilai tukar rupiah terhadap US$ adalah Rp. 9.451,14 dengan harga ekspor US$ 2,9 per kg.

Adapun peningkatan harga tersebut dimulai pada bulan Nopember 2009 dimana harga mulai

meningkat di atas Rp.10.000 per kg sampai bulan Juni 2012. Jika dilihat berdasarkan nilai

tukar rupiah terhadap US$, peningkatan harga karet tersebut tidak searah dengan penurunan

nilai tukar rupiah yang terjadi selama periode tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa harga

tidak sepenuhnya di pengaruhi oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap US$.

5.3. Elastisitas Transmisi Harga Karet Alam Pada Berbagai Tingkat Pasar di Provinsi Jambi

Untuk menentukan besarnya perubahan harga atau yang sering disebut elastisitas

transmisi harga dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya yang terjadi selama Januari 2009

sampai Juni 2012 akan ditentukan berdasarkan tingkatan yang dilihat berdasarkan besar

kecilnya nilai dari koefisien regresi faktor yang mempengaruhi harga ditingkat satu dengan

harga ditingkat lainnya. Besarnya koefisien tersebut merupakan indikator besar kecilnya

perubahan harga yang terjadi akibat adanya perubahan harga positif dan negatif ditingkat

konsumen terhadap produsen.

Page 32: Laporan Penelitian Karet Final

32

Elastisitas transmisi harga merupakan perbandingan perubahan nisbi harga dari tingkat

konsumen ke tingkat produsen. Jika Et>1 hal ini berarti bahwa jika terjadi perubahan harga

sebesar 1% ditingkat konsumen pada volume dan harga yang konstan maka akan

mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari 1% ditingkat produsen dan sebaliknya jika

Et<1. Kemudian jika Et=1 maka perubahan ditingkat konsumen akan mengakibatkan

perubahan yang sama ditingkat produsen. Kemungkinan ataupun kondisi yang sering terjadi

adalah kondisi Et<1 yang artinya bahwa jika perubahan terjadi di konsumen maka pada

volume dan harga input yang konstan tidak akan melebihi perubahan nisbi ditingkat

produsen. Besarnya Et harga dapat ditentukan dengan menggunakan konsep model

pendekatan Cobb Douglas dimana koefisien Cobb Dougls merupakan parameter dari Et

harga. Kriteria dalam penentuan Et dengan konsep model fungsi Cobb Douglas dengan

rumus Ln Y = bo + b1 Ln X1 dengan merubah terlebih dahulu harga internasional ke dalam

rupiah dan menentukan apakah terjadi autokorelasi dalam regresi pada saat analisis sebagai

indikatornya adalah nilai dari DW (Durbin Watson).

5.3.1 Elastisitas Transmisi Harga Kesepakatan (Indikasi) Dengan Harga Ekspor

Berdasarkan hasil analisis maka fungsi harga harga kesepakatan denganharga ekspor

adalah sebagai berikut:

Log HI = - Log 0,603 + Log 1,12 HXdengan R2 = 0,983

Atau HI = 0,24HX1,12

Dengan demikian maka elastisitas transmisi (Et) harga kesepakatan (indikasi) dengan harga

ekspor adalah Et = 1,12. Hal ini berarti bahwa jika terjadi perubahan harga 1% di tingkat

pasar ekspor selama periode Januari 2009 sampai Juni 2012 dengan volume dan faktor lain

adalah konstan maka akan terjadi perubahan harga lebih besar dari 1% yaitu 1,12% di tingkat

Page 33: Laporan Penelitian Karet Final

33

atau pada harga yang disepakati oleh para pengusaha karet di pasar domestik. Hal ini

menunjukkan bahwa informasi perubahan harga yang terjadi di tingkat ekspor akan

ditransmisikan dengan cepat terhadap perubahan harga kesepakatan.

Besarnya perubahan harga yang terjadi pada penentapan harga kesepakatan sebagai

akibat dari perubahan di tingkat ekspor adalah 98,3% (R2 = 0,983) secara keseluruhan di

pengaruhi oleh perubahan harga ekspor. Sementara sisanya 1,7% dipengaruhi oleh faktor lain

yang tidak dimasukkan dalam model analisis.

5.3.2 Elastisitas Transmisi Harga Pool Lelang (HPLK) Dengan Harga Indikasi (HI) dan HargaEkspor(HX)

Berdasarkan hasil analisis maka elastisitas transmisi harga pool lelang terhadap harga

ekspor adalah sebagai berikut:

Log HPLK = - Log 1,6 + Log 1,284HX dengan R2 = 0,974

Atau HPLK = 0,025HX1,284

Dengan demikian jika terjadi perubahan harga di tingkat ekspor sebesar 1% maka harga

akan berubah lebih besar dari 1% yaitu 1,284% ditingkat pool lelang. Hal ini juga

menunjukkan bahwa perubahan harga yang terjadi di tingkat ekspor akan secapat mungkin

tersampaikan ke tingkat pool lelang. Besarnya perubahan harga yang terjadi pada penentapan

harga pool lelang sebagai akibat dari perubahan di tingkat ekspor adalah 97,4% (R2 = 0,974)

secara keseluruhan di pengaruhi oleh perubahan harga ekspor. Sementara sisanya 2,6%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model analisis.

Kemudian jika dilihat dari perubahan harga yang terjadi pada tingkat harga indikasi

terhadap perubahan yang terjadi di tingkat pool lelang, maka elastisitas transmisinya adalah

Log HPLK = -Log 0,909 + Log 1,147HI dengan R2 = 0,991

Atau HPLK = 0,12HI1,14

Page 34: Laporan Penelitian Karet Final

34

Dengan demikian bahwa elastisitas transmisi harga dari harga kesepakatan(HI) terhadap

besarnya harga di tingkat pool lelang (HPLK) adalah 1,14 yang berarti bahwa jika terjadi

perubahan harga kesepakatan sebesar 1% maka harga akan berubah lebih dari 1% yaitu

1,14% di tingkat pool lelang dengan rata – rata pengakuan kadar karet kering 100%. Kondisi

demikian jarang sekali terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga yang terjadi di

tingkat atau harga kesepakatan akan secara cepat tersampaikan ke tingkat pool lelang.

5.3.3 Elastisitas Transmisi Harga Petani (HP) Dengan Harga Indikasi (HI)Dan Harga Ekspor (HX)

Dari hasil analisis maka fungsi harga dari tingkat harga petani dengan tingkat harga

ekspor adalah:

Log HP = Log 0,361 + Log 0,827HX dengan R2 = 0,886

Atau HP = 2,29HX0,827

Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga ditingkat ekspor sebesar 1% akan

mengakibatkan perubahan harga kurang dari 1% ditingkat petani yaitu 0,827% dengan

catatan bahwa volume dan harga selama periode ini adalah konstan. Kemudian nilai dari R2

sebesar 0,886 yang berarti bahwa 88,6% perubahan harga di tingkat petani dipengaruhi oleh

perubahan harga di tingkat ekspor dan selebihnya 11,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang

tidak dimasukkan dalam model selama periode tersebut.

Jika dilihat berdasarkan atau dikaitkan denga perubahan harga yang terjadi di tingkat

Gapkindo atau harga kesepakatan maka elastisitas perubahan harga yang terjadi adalah

Log HP = Log 0,751 + Log 0,751HI dengan R2 = 0,932

Atau HP = 5,63HI0,751

Berdasarkan fungsi harga tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai elastisitas harga

atau fleksibilitas transmisi harga yang terjadi antara harga yang disepakati dengan harga

ditingkat petani adalah sebesar 0,751. Dengan demikian jika terjadi perubahan harga sebesar

Page 35: Laporan Penelitian Karet Final

35

1% ditingkat harga kesepakatan maka harga akan mengakibatkanperubahan harga kurang dari

1% ditingkat petani yaitu 0,751 % dengan harga dan volume yang konstan. Dalam hal ini

nilai R2 adalah 0,932 yang berarti bahwa 93,2% perubahan harga di tingkat petani di

pengaruhi oleh perubahan harga yang disepakati (harga terindikasi) dan selebihnya

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak disebutkan dalam model selama periode tersebut.

5.3.4 Elastisitas Transmisi Harga Pool lelang Dengan Harga Petani

Komponen harga yang diterima petani secara spasial dekat dengan harga ditingkat pool

lelang, maka koefisien elastisitas transmisi adalah sebagai berikut:

Log HP = Log 1,362 + Log 0,651HPLK dengan R2 = 0,930

Atau HP = 23,014HPLK0,651

Dengan demikian bahwa elastisitas transmisi harga dari harga pool lelang terhadap besarnya

harga di tingkat petani adalah 0,651. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi perubahan harga

sebesar 1% di tingkat pool lelang maka harga akan berubah kurang dari 1% yaitu 0,651 di

tingkat petani dengan kadar karet kering 100% selama periode Januari 2009 sampai Juni

2012 pada volume dan faktor lainnya konstan. Hal ini terjadi karena kenaikan biaya input

yang digunakan pool lelang seperti bahan bakar, biaya upah tenaga kerja dan biaya lainnya.

Disamping hal itu rendahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar (U$$/R) yang tak kunjung

selesai mulai dari krisis monetar hingga sekarang ini, besarnya hambatan komunikasi yang

secara spasial antara pool lelang dengan pedagang prosesor lainya dan perubahan relatif

harga yang tidak proporsional ditingkat petani dengan tingkat pool lelang demikian harga

yang diterima petani rendah.Selain itu adanya keterikatan atau hubungan sosial antara petani

dengan tengukulak juga sangat mempengaruhi penerimaan harga di tingkat petani karena

adanya biaya tertentu yang memungkinkan adanya potongan harga.

Page 36: Laporan Penelitian Karet Final

36

5.4. Analisis Integrasi Pasar Karet

Dalam proses analisis integrasi pasar karet, perlu diketahui terlebih dahulu apakah

data yang diperoleh tersebut stationer atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menghindari hasil

regresi yang menyesatkan (semu). Untuk mengetahui stasioneritas data maka terlebih dahulu

dilakukan uji ADF.

5.4.1. Uji Akar Unit (Unit Root)

Uji ADF dilakukan dengan melihat kriteria Akaike Info Criterion (AIC) paling kecil

untuk menentukan panjang lag optimal (Widarjono, 2007). Setelah diketahui AIC paling

kecil selanjutnya nilai ADF test yang diperoleh dibandingkan dengan nilai kritis McKinnon

pada derajat kepercayaan 5%. Uji ADF yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

interval lag 1 – 4.

Berdasarkan uji ADF yang dilakukan, diketahui bahwa pada tingkat level H0 tidak

dapat ditolak dan menunjukkan bahwa data tidak stasioner, akan tetapi pada tingkat first

difference H0 ditolak dan menunjukkan bahwa data stasioner. Hasil uji ADF untuk masing-

masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Uji ADF

Variabel Level First Difference

ADF Critical value ADF Critical Value

Lhekspor -1.863295 -2.936942 -3.793111 -2.936942

Lhindikasi -1.879115 -2.935001 -2.777407 -2.938987

Lhplk -1.884018 -2.935001 -5.837720 -2.936942

Lhpetani -3.822218 -2.938987 -2.623474 -2.938987

Keterangan

1. Model yang digunakan adalah model intercept tanpa trend

2. Regresi ADF diset dengan menggunakan Automatic Lag decision dengan interval 1-4

3. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%

Page 37: Laporan Penelitian Karet Final

37

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tiga variabel yaitu harga ekspor, harga

indikasi, dan harga pasar lelang karet tidak stasioner pada tingkat level, sedangkan untuk

harga petani stasioner pada tingkat level. Sedangkan pada tingkat first difference tiga variabel

tersebut stasioner, dan harga di tingkat petani menjadi tidak stasioner pada tingkat first

difference. Stasioneritas data diketahui dengan melihat hasil uji ADF yang dibandingkan

dengan nilai kritis McKinnon. Dari hasil yang diperoleh, variabel-variabel penelitian telah

lolos uji akar unit dan selanjutnya dapat dilakukan pengujian kointegrasi.

5.4.2. Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi yang digunakan dalam analisis ini adalah uji Johansen yang dilakukan

antara variabel harga ekspor, harga indikasi, harga pasar lelang karet dan harga karet di

tingkat petani. Hasil uji kointegrasi Johansen dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel2. Uji Kointegrasi Johansen

Hypothesized Max-Eigen 5 Percent 1 PercentNo. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value

None ** 0.642368 38.04532 27.07 32.24At most 1 0.258558 11.06886 20.97 25.52At most 2 0.236098 9.964703 14.07 18.63At most 3 0.048376 1.834672 3.76 6.65

*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels

Dari hasil uji Johansen diketahui bahwa trace statistic mempunya nilai yang lebih

besar dari nilai kritis 1% dan 5%. Hal ini berarti terjadi kointegrasi antara variabel-variabel

tersebut nilai kritis 1% dan 5%, sehingga analisis ECM dapat dilakukan.

5.4.3. Analisis Error Correction Model (ECM)

Hasil analisis ECM dengan menggunakan Engle Granger diperoleh koefisien regresi

untuk jangka pendek antara variabel harga di tingkat pasar ekspor, harga indikasi, harga pasar

Page 38: Laporan Penelitian Karet Final

38

lelang karet, dan harga di tingkat petani. Maka persamaan ECM antara variabel tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Δlhpetanit = 1.406216 - 0.759891ΔLheksport + 1.169715ΔLhindikasit + 0.217222ΔLhplkt

+ 1.000002Ct

Dari model diatas dapat dilihat bahwa harga ekspor mempunyai pengaruh negative

dan memiliki keseimbanngan jangka pendek dengan harga di tingkat petani. Sedangkan untuk

harga indikasi dan harga pasar lelang karet mempunyai pengaruh positif dan memiliki

keseimbangan jangka pendek dengan harga di tingkat petani. Dari kriteria statistik penelitian

ini menemukan bahwa variabel harga ekspor, harga indikasi, dan harga pasar lelang karet

signifikan berkointegrasi dengan harga di tingkat petani. Kecepatan penyesuaian perubahan

harga di tingkat ekspor, indikasi, dan pasar lelang karet terhadap harga di tingkat petani

ditunjukkan oleh koefisien λ yang bernilai 1.000002, artinya perubahan harga di tingkat

masing-masing pasar akan menyebabkan perubahan harga karet di tingkat petani dalam

jangka panjang memerlukan waktu 1 bulan kemudian.

Persamaan regresi jangka pendek sebelumnya akan disesuaikan oleh koefisien α2(Yt-

1 – β0 – β1Xt-1). β0 dan β1 pada koefisien α2 dapat dihitung menggunakan persamaan pada

lampiran 1, setelah itu diperoleh persamaan untuk jangka panjang ECM yang dirumuskan

sebagai berikut:

Δlhpetanit = 1.406216 - 0.759891Δlhekspor t + 1.169715Δlhindikasi t + 0.217222ΔLhplk

t + 1.000002(hpetanit-1 – 1.406212 – 0.2401105 hekspor t-1 – 2.169711hindikasi

t-1 – 1.21722 hplk t-1)

Persamaan ECM di atas menunjukkan integrasi pasar karet di tingkat petani di

Provinsi Jambi dengan harga ekspor, harga indikasi, dan harga pasar lelang karet dalam

Page 39: Laporan Penelitian Karet Final

39

jangka pendek dan jangka panjang terintegrasi. Hal ini berarti fluktuasi harga karet di tingkat

petani dipengaruhi oleh fluktuasi harga ekspor, harga indikasi, dan harga di pasar lelang

karet.

5.5. Elastisitas Transmisi Harga

Elastisitas transmisi harga menunjukkan seberapa besar pengaruh perubahan harga

karet di tingkat ekspor, tingkat harga indikasi, dan tingkat pasar lelang akan menyebabkan

perubahan harga karet di tingkat petani di Provinsi Jambi. Dalam penelitian ini digunakan

analisis regresi dengan persamaan non linear yang dilinearkan. Besarnya elasitisitas transmisi

harga ini dapat dilihat dari persamaan linear jangka panjang yang diperoleh dari persamaan

ECM jangka pendek yang telah dilakukan. Besarnya elastisitas transmisi harga ditunjukkan

oleh koefisien β1, β2, β3 pada hasil persamaan Error Correction Model yang diperoleh.

Untuk memperoleh persamaan jangka panjang yang mempunyai keseimbangan, maka

persamaan jangka pendek disesuaikan dengan koefisien α4. Koefisien elastisitas transmisi

harga dalam jangka pendek dan jangka panjang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Elastisitas Transmisi Harga

Variabel Elastisitas Jangka Pendekharga petani

Elastisitas Jangka PanjangHpetani

hekspor 0.759891 0.2401105hindikasi 1.169715 2.169711

hplk 0.217222 1.21722

Tabel diatas menunjukkan koefisien elastitisitas transmisi harga karet di tingkat

ekspor terhadap harga karet di tingkat petani pada jangka pendek sebesar 0.759891. Hal ini

berarti dalam jangka pendek, perubahan harga karet di tingkat ekspor sebesar 1% akan

menyebabkan perubahan harga karet di tingkat petani sebesar 0.75%. Sedangkan dalam

jangka panjang, elastisitas transmisi harga karet menjadi sebesar 0,24011 yang berarti

perubahan harga karet di tingkat ekspor sebesar 1% akan menyebabkan perubahan harga

Page 40: Laporan Penelitian Karet Final

40

karet di tingkat petani sebesar 0,24011% dalam jangka panjang. Dari hasil analisis juga dapat

diketahui bahwa elastisitas transmisi harga karet di tingkat ekspor terhadap harga karet di

tingkat petani dalam jangka pendek dan jangka panjang bersifat inelastis (β1 < 1).

Untuk koefisien elastisitas transmisi harga karet pada tingkat harga indikasi terhadap

harga karet di tingkat petani dalam jangka pendek adalah sebesar 1,169715. Hal ini berarti

perubahan harga karet di tingkat harga indikasi sebesar 1% akan menyebabkan perubahan

harga karet di tingkat petani sebesar 1,16%. Sedangkan dalam jangka panjang elastisitas

transmisi harga karet indikasi terhadap harga karet di tingkat petani adalah sebesar 2,169715,

artinya perubahan harga indikasi sebesar 1% akan menyebabkan perubahan harga karet di

tingkat petani sebesar 2,16%. Hasil koefisien elastisitas transmisi harga indikasi terhadap

harga karet di tingkat petani baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang bersifat

elastis (β2 > 1).

Berdasarkan hasil analisis elastisitas transmisi harga, untuk elastisitas transmisi harga

karet pada tingkat pasar lelang karet terhadap harga karet di tingkat petani dalam jangka

pendek adalah sebesar 0,21722. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga karet di tingkat

pasar lelang karet sebesar 1% dalam jangka pendek akan menyebabkan perubahan harga

karet di tingkat petani sebesar 0,217%. Sedangkan untuk jangka panjang, nilai elastisitas

transmisi harga karet di pasar lelang karet terhadap harga karet petani adalah sebesar

1,21722. Nilai ini menunjukkan bahwa perubahan harga karet di tingkat pasar lelang sebesar

1% akan menyebabkan perubahan harga karet di tingkat petani sebesar 1,217%.

Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa elastisitas transmisi harga karet pasar

lelang terhadap harga karet petani bersifat inelastis dalam jangka pendek, akan tetapi dalam

jangka panjang elastisitas transmisi harga berubah menjadi elastis. Perbedaan elastisitas

transmisi harga karet dalam jangka pendek dan jangka panjang ini disebabkan karena dalam

jangka panjang perubahan harga di tingkat pasar lelang dapat diantisipasi oleh petani karet

Page 41: Laporan Penelitian Karet Final

41

dengan melakukan berbagai tindakan penyesuaian seperti menghasilkan bahan olah karet

yang lebih bersih dan mempunyai kadar karet kering yang cukup tinggi.

5.6. Uji Diagnosis

Uji diagnosis dilakukan untuk mengetahui validitas dari model ECM yang telah

diperoleh. Model ECM dikatakan valid apabila variabel yang diteliti tidak memenuhi kriteria

metode OLS untuk regresi biasa. Berdasarkan hasil iji diagnosis diketahui bahwa model

ECM yang diperoleh adalah valid karena tidak memenuhi kriteria metode OLS untuk regresi

biasa. Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengetahui validitas model tersebut adalah

dengan melakukan uji normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut di

bawah ini.

Tabel 5. Uji Normalitas Model

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa model ECM adalah valid. Hal ini

ditunjukkan dari nilai Jarque-Bera yaitu sebesar 2,708 yang tidak sama dengan 0. Dengan

demikian model tersebut layak untuk dilakukan peramalan.

Page 42: Laporan Penelitian Karet Final

42

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan

1. Pasar karet alam di Provinsi Jambi dipengaruhi oleh beberapa tingkat harga pasar

yaitu pasar ekspor Belawan, harga karet indikasi yang ditetapkan oleh Pemerintah,

dan harga karet di tingkat pasar lelang.

2. Harga karet di tingkat ekspor mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal

ini dapat dilihat pada perkembangan harga ekspor menunjukkan tren yang meningkat.

Page 43: Laporan Penelitian Karet Final

43

Berdasarkan garis tren yang diestimasi terlihat bahwa kenaikan harga tersebut cukup

signifikan dengan R2 = 0.7534.

3. Harga kesepakatan merupakan harga yang disepakati oleh beberapa perusahaan yang

bergabung dalam suatu wadah (Gapkindo) dimana harga yang ditetapkan disepakati

85% dari harga ekspor dalam Rp/ka dengan kadar karet kering 100%. Berdasarkan

hasil pengamatan bahwa harga yang disepakati di Provinsi Jambi selama periode

Januari 2009 sampai dengan Juni 2012 menunjukkan tren perkembangan yang juga

cukup meningkat dari waktu ke waktu seperti pada tren perkembangan harga di

tingkat ekspor dengan rata-rata harga selama periode tersebut adalah Rp.26.192 per

kg dengan kadar karet kering 100%.

4. Harga ditingkat Pool lelang merupakan turunan harga setelah harga yang disepakati

(indikasi) di Gabkindo Provinsi Jambi. Tinggi rendahnya harga yang berlaku di

tingkat pool lelang merupakan penawaran harga tertinggi yang berasal dari beberapa

perusahaan atau industri crumb rubber. Tren perkembangan harga karet alam di

tingkat pool lelang di Provinsi Jambi berdasarkan pada patokan harga ekspor di

Pelabuhan Belawan menunjukkan tren perkembangan harga yang meningkat dimana

peningkatan harga tersebut cukup signifikan dengan R2 sebesar 0,6262.

5. Perkembangan harga di tingkat petani selama periode Januari 2009 sampai Juni 2012

tersebut menunjukkan tren yang meningkat dan cukup menjanjikan. Berdasarkan

estimasi terhadap garis tren peningkatan harga tersebut cukup signifikan dengan R2 =

0,634. . Harga yang diterima petani pada umumnya adalah rendah karena telah

mengalami pemotongan harga dari tingkat pasar sebelumnya.

6. Uji kointegrasi yang digunakan dalam analisis ini adalah uji Johansen yang dilakukan

antara variabel harga ekspor, harga indikasi, harga pasar lelang karet dan harga karet

di tingkat petani. Dari hasil uji Johansen diketahui bahwa trace statistic mempunya

nilai yang lebih besar dari nilai kritis 1% dan 5%. Hal ini berarti terjadi kointegrasi

antara variabel-variabel tersebut.

7. Berdasarkan persamaan ECM menunjukkan integrasi pasar karet di tingkat petani di

Provinsi Jambi dengan harga ekspor, harga indikasi, dan harga pasar lelang karet

dalam jangka pendek dan jangka panjang terintegrasi. Hal ini berarti fluktuasi harga

karet di tingkat petani dipengaruhi oleh fluktuasi harga ekspor, harga indikasi, dan

harga di pasar lelang karet.

Page 44: Laporan Penelitian Karet Final

44

8. Berdasarkan hasil analisis elastisitas transmisi harga, diketahui bahwa elastisitisas

harga karet ekspor terhadap harga petani bersifat inelastis, sedangkan untuk harga

indikasi dan pool lelang karet bersifat elastis.

VI.2. Saran

1. Perlu dianalisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang diperkirakan

berpengaruh terhadap harga karet di tingkat petani selain harga di tingkat ekspor,

harga indikasi, dan harga pool lelang karet di Provinsi Jambi.

2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai elastisitas transmisi harga untuk

mengetahui penyebab elastisitas harga di tingkat ekspor bersifat inelastis terhadap

harga di tingkat petani, sedangkan harga indikasi dan harga pool lelang karet bersifat

elastis dalam jangka panjang dan jangka pendek terhadap harga karet di tingkat

petani.

Page 45: Laporan Penelitian Karet Final

45

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, Witono et al. 2006. Integrasi Pasar Kentang di Indonesia Analisis Korelasi Dan Kointegrasi. Jurnal Informatika Pertanian, Volume 15, 2006. From:www.litbang.deptan.go.id/warta-ip/pdf-file/1.witonoipvol-15.pdf. (Diakses Desember 2009)

Asmara, Rosihan et al. 2007. Analisis Integrasi Pasar Dalam Sistem Pemasaran Bawang Merah. Jurnal Penelitian, 15 Juli 2007. From http://rosihan.com/?p=80. (Diakses Desember 2009).

Badan Pusat Statistik Kota Jambi. 2008.KotaJambi Dalam Angka Tahun2008.BPS Jambi. Jambi

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2008. Jambi Dalam Angka Tahun 2008. BPS Jambi. Jambi

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi.2012.PDRB Provinsi Jambi Menurut Lapangan Usaha 2007-2011. BPS Jambi. Jambi

Badan Pusat Statistik Indonesia.2012. Statistik Indonesia Tahun 2012. Jakarta.

Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2010. Jumlah dan Kapasitas Indusrtri Pengolahan Karet di Provinsi Jambi Tahun 2009. Jambi.

Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2012.Statistik Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2011. Jambi.

Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi. 2010. Perkembangan Harga Crumb Rubber di Provinsi Jambi Tahun 2009. (tidak dipublikasikan).

Fathoni, Zakky. 2009. Evaluation of Market System and Market Integration for Rubber Cultivation Jambi Province-Indonesia.TesisMME DevelopmentEconomicsWageningenUniversity and Research. Belanda (tidak dipublikasikan). 71 Halaman.

Fitrianti, Wanti. 2009. Analisis Integrasi Pasar Karet Alam Antara Pasar Fisik di Indonesia Dengan Pasar Berjangka Dunia. Kumpulan Tesis, 2009. From:iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/58482/1/2009wifi_abstract.pdf. (Diakses Oktober 2010)

Gilarso,T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Kanisius. Yogjakarta.

Hanafiah, A.M dan Saefuddin, A.M. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan Indonesia. UI Press. Jakarta

Irawan, Andi dan Rosmayanti, Dewi. 2007. Analisis Integrasi Pasar Beras di Bengkulu. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 25 No.1. Mei 2007 : 37 – 54.

Page 46: Laporan Penelitian Karet Final

46

Kementerian Pertanian. 2010.Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-201. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2012. Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2011. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Kohls Richard L. dan Uhl Joseph N. 2002. Marketing of Agricultural Product. Pretince-Hall.New Jersey.

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium 2. Phenhalindo. Jakarta.

Masyrofie. 1992. Pengantar Tataniaga Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Wijanarko Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasinya untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia. Jogjakarta

Yuprin, 2009. Analisis Pemasaran Karet di Kabupaten Kapuas. Jurnal Wacana Vol 12 No.3 Juli 2009.

Page 47: Laporan Penelitian Karet Final

47

CURRUCULUM VITAE

1. IDENTITAS DIRI1. Nama Lengkap Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI, M.Sc.2. NIP 1956080919840310023. Pangkat/Golongan Pembina Utama Muda/ Ivc4. Jabatan Fungsional Guru Besar5. Tempat/Tanggal lahir Bangkinang, Riau / 9 Agustus 19566. Jenis Kelamin Laki-laki7. Agama Islam8. Alamat Kantor dan

Nomor TeleponFakultas Pertanian Universitas JambiJl. Raya Jambi – Ma. Bulian, KM15.Kampus Pinang Masak, Mendalo Jambi. Telp. (0741) 53051

9. Alamat Rumah dan Nomor Telepon

Perumahan Puri Mayang, Cluster Bougenville Blok E.8Mayang Mengurai, Kota Baru - Jambi 36131.HP: 0812.741 9640; e-mail: [email protected]

2. PENDIDIKANNo. Nama

PendidikanProgram Studi Tempat

PendidikanTahun Lulus

1 SMA Negeri I Paspal Jambi 1975

2 S1 (Sarjana) Sosial ekonomi Fakultas Pertanian UNJA

Maret 1983

3. S2 (Magister) Agricultural Economics

Univ. of. Kentucky, USA.

Mei 1988

4. S3 (Doktor) Ekonomi Pertanian IPB, Bogor Maret 2000

3. PENGALAMAN PENGABDIAN 1. Penyelenggaraan Penyuluhan Kota Jambi menurut Undang-undang Sistem

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. 2006.2. Penguatan dan Pemberdayaan P3A dalam O&P Prasarana Sumberdaya Air. 2007.3. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Di Sektor Pertanian. Dalam upaya

Pemberdayaan Petani Pada Era Otonomi Daerah. 20074. Potensi, Peluang dan Masalah Pemanfaatan Sumberdaya Alam untuk Mendukung

Ketahanan Pangan. 2009.5. Konstruksi Kemitraan Pemasaran Bahan Olah Karet (Bokar) Rakyat Di Desa Bukit

Sari Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. 2011

Publikasi dan Pengalaman Penelitian 1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Agroindustri Berbasis Ekonomi

Kerakyatan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pangan Indonesia 2005, Jambi 26 Mei 2005.

Page 48: Laporan Penelitian Karet Final

48

2. Kajian Teknis Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Irigasi Kabupaten. Proyek NSIAPS Propinsi Jambi. Kerjasama Fakultas Pertanian UNJA dengan Bappeda Propinsi Jambi. 2006.

3. Peran Perguruan Tinggi Dalam Revitalisasi Pertanian. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional POPMASEPI Indonesia Wilayah Sumatra.Jambi, 28 Mei 2006.

4. Analisis Pemasaran Bokar: Suatu Kajian terhadap Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani Karet di Provinsi Jambi. Makalah disampaikan pada Seminar Pengembangan Perkebunan Karet sebagai Komoditi Unggulan Ekspor Provinsi Jambi. Jambi, 14 Desember 2006.

5. Penyusunan ROADMAP Komoditi Karet Provinsi Jambi Tahun 2008 – 2025. Fakultas Pertanian Universitas Jambi dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Tahun 2007.

6. Pewilayahan Komoditas di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Kerjasama Pemerintah Kabuaten Tebo dengan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, 2008.

7. Kajian Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan yang Terintegrasi Dengan Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Kerinci Dan Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. DP2M Ditjen Dikti Depdiknas. 2009.

8. Konstruksi Model Kemitraan Pemasaran Bokar Hibah Stranas, Lembaga Penelitian UNJA, Tahun 2010.

9. Kajian Ekonomi Pengembangan Usahatani Padi Metoda System of rice Intensification di Provinsi Jambi. 2011.

10. Peningkatan Efisiensi Pemasaran Bahan Olah Karet Rakyat Melalui Kemitraan Antara Petani dan Industri Crumb Rubber. Makalah Utama Disampaikan pada Seminar Nasional Bidang Perkebunan. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. 2011.

11. Kemitraan Pemasaran Bahan Olah Karet: Dinamika dan Kendala. Makalah Utama disampaikan pada Simposium Nasional Ekonomi Karet. Kerjasama antara Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) dengan Fakultas Pertanian Universitas Jambi. 2012.

Demikianlah Curriculum Vitae ini disusun berdasarkan bukti otentik yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.

Dibuat di Jambi, Desember 2012

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI, M.Sc.

CURRICULUM VITAE

Page 49: Laporan Penelitian Karet Final

49

A. IDENTITAS PRIBADI

Nama Zakky Fathoni, SP, M.ScTempat/Tgl. Lahir Jambi/ 8 September 1981Pekerjaan Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UNJANIP 19810908 200501 1 003Pangkat/ Golongan Penata Muda/ IIIaJabatan Fungsional Asisten AhliAlamat Kantor Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Kampus Pinang Masak Universitas Jambi KM 13 Mendalo Darat Telp/Fax. 0741-583051

Alamat Rumah Jl. Kamboja II No. 25 RT.07 Kelurahan Sungai Putri Kecamatan Telanaipura Kota Jambi Kode Pos 36122Telp/ HP. 081366061424Email: [email protected]

B. PENDIDIKAN UNIVERSITAS

No.

Strata Tempat Tahun Lulus

Gelar Bidang Studi

1 S1 UNJA Jambi 2004 SP SEP/ Agribisnis2 S2 Wageningen

University, The Netherlands

2009 M.Sc Management, Economic, and Consumer Studies

C. KURSUS / PELATIHAN / WORKSHOP

Waktu Kegiatan dan TempatPeserta/

Pemakalah/ Nara Sumber

Pelaksana, Tempat

8- 18 November 2010

Kursus Dasar-dasar Lingkungan Setara Amdal A

Peserta PPLH Univeristas Jambi

21-22 November 2010

Workshop Perkuatan Kerjasama PPLH Universitas Jambi dengan PSL Universitas se Provinsi Jambi

Peserta PPLH Universitas Jambi

25-26 November

Workhsop Perkuatan Kerjasama PPLH

Panitia PPLH Universitas Jambi

Page 50: Laporan Penelitian Karet Final

50

2010 Universitas Jambi dengan LSM se Provinsi Jambi

10-12 Mei 2010

Pelatihan Metodologi Penelitian

Peserta LEMLIT UNJA

14-15 Desember 2010

Pelatihan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Peserta PPSML-UI. Jakarta

D. Pengalaman PenelitianTahun Kegiatan Penelitian Keterangan2009 Analysis of Rubber Market System and

Market Integration in Jambi Province Indonesia

Thesis Research in Wageningen University The Netherlands

2010 Analisis Optimasi Faktor Produksi dengan Pola Tanam Usahatani Sayuran di Kecamatan Jambi Selatan

Lembaga Penelitian Universitas Jambi

2011 Analisa Ekonomi Usahatani Padi Sawah dengan Menggunakan Metode SRI di Provinsi Jambi

Lembaga Penelitian Universitas Jambi

2012 Identifikasi Aspek Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Lingkungan Perkebunan PT. Dasa Anugerah Sejati

Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Jambi dengan PT. DAS

2012 Identifikasi Aspek Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Lingkungan Perkebunan PT. Rigunas Agri Utama

Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Jambi dengan PT. RAU

E. Pernyataan Kebenaran : Saya menyatakan bahwa Curriculum Vitae di atas adalah benar, sesuai kualifikasi, kemampuan dan pengalaman saya.

Jambi, Desember 2012Yang menyatakan

Zakky Fathoni, SP, M.Sc

CURICULLUM VITAE

Page 51: Laporan Penelitian Karet Final

51

1. Nama Lengkap : Melli Suryanty, SP., MPd.

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Pekerjaan : Staf Pengajar pada Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jambi

4. Alamat Kantor : Jl. Raya Jambi – Ma. Bulian Km. 15 Mendalo

Jambi (36361) Telp/Fax. 0741- 583051.

E-mail : [email protected].

5. Alamat Rumah : Jl. Dr. Tazar No.29 RT.16/03 Kelurahan Buluran Kenali,

Telanaipura, Kota Jambi

6. Pendidikan : Nama Pendidikan Tempat Tamat Gelar/

IjazahBidang Ilmu

SDSMPSMASarjana (S1)Pascasarjana (S2)

TanjabtimBukittinggiBukittinggiIPBUNJ

19901993199620012006

IjazahIjazahIjazahSPMPd

--Fisika/A1AgribisnisManajemen Pendidikan

7. Pengalaman Penelitian :

Analisis Perilaku Konsumen Mahasiswa di Kota Bogor Terhadap Produk Makanan

Jajanan Kampus (Studi Kasus pada Mahasiswa IPB, Universitas Ibn Khaldun,

Universitas Pakuan, Akademi Kimia Analisis, dan Akademi Manajemen Kesatuan).

Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Manajemen Berbasis Sekolah dalam Rangka Mengoptimalkan Mutu Pendidikan di

SMP Negeri 1 Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Propinsi

Jambi. Tesis. PPs-Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Kajian Portofolio Produk PT. Bank Ekspor Indonesia (Persero). Jurnal Sosio

Ekonomika Bisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jambi, ISSN 1412-8241. Volume 8

No.1, Januari–Juli 2007.

Penggunaan Linear Proggramming Dalam Penentuan Keuntungan Maksimum

Usahatani Sayuran Dengan Variasi Pola Rotasi Tanaman Di Kelurahan Pal Merah

Jambi Selatan. DRK.2010

Analisis Efisiensi Ekonomis Penggunaan Faktor Produksi Pada Ushatani Jagung

Hibrida di KecamatanKumpeh kabupaten Muaro Jambi. Prosiding Seminar Nasional.

BKS-PTN Wilayah Barat Volume II. ISBN 978-979-8389-18-4. Mei 2011.

Page 52: Laporan Penelitian Karet Final

52

Kajian Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten

Kerinci. Laporan Penelitian DRK dibiayai oleh DIPA UNJA. 2011

8. Pernyataan Kebenaran : Saya menyatakan bahwa Curriculum Vitae di atas adalah benar, sesuai kualifikasi, kemampuan dan pengalaman saya

Jambi, Desember 2012Yang menerangkan,

Melli Suryanty, SP., MPd.NIP. 19780516 200604 2 003