12.10.24 laporan antara fs pembangunan pabrik komoditi karet

116

Upload: widiana-safaat

Post on 28-Oct-2015

178 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

 

Page 2: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

1  

         

1.1. LATAR BELAKANG 

Karet merupakan  komoditi  ekspor  yang mampu memberikan  kontribusi  didalam 

upaya  peningkatan  devisa  Indonesia.    Namun  sebagai  negara  dengan  luas  areal 

terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa 

kendala,  yaitu  rendahnya  produktivitas,  terutama  karet  rakyat  yang  merupakan 

mayoritas  sebesar 91% areal karet nasional dan  ragam produk olahan yang masih 

terbatas,  yang  didominasi  oleh  karet  lemah  (crumb  rubber).  Data  tahun  2011 

menunjukan bahwa Kondisi agribisnis karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara 

dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun  lambat 

yaitu  1,58%/tahun,  sedangkan  areal  perkebunan  negara  dan  swasta  sama‐sama 

menurun  0,15%/th.  Oleh  karena  itu,  tumpuan  pengembangan  karet  akan  lebih 

banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan 

tidak  produktif mencapai  sekitar  400  ribu  hektar  yang memerlukan  peremajaan. 

Persoalannya  adalah  bahwa  belum  ada  sumber  dana  yang  tersedia  untuk 

peremajaan. Di  tingkat hilir,  jumlah pabrik pengolahan karet  sudah  cukup, namun 

selama  lima  tahun mendatang  diperkirakan  akan  diperlukan  investasi  baru  dalam 

industri  pengolahan,  baik  untuk  menghasilkan  crumb  rubber  maupun  produk‐

produk  karet  lainnya  karena  produksi  bahan  baku  karet  akan  meningkat  . 

Berdasarkan  data  Badan  Pusat  Statistik  (BPS  )  Kebutuhan  karet  domestik  hanya 

460.000  ton, naik 4.78% dibandingkan de‐ngan  kebutuhan  karet  lokal pada  tahun 

lalu 439.000  ton. Total produksi karet dunia pada  tahun  ini diperkirakan mencapai 

10,97 juta ton naik dibandingkan dengan tahun lalu 10,22 juta ton. 

PPPEEENNNDDDAAAHHHUUULLLUUUAAANNN

Page 3: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

2  

Kabupaten  Lingga  di  Provinsi  Kepulauan  Riau merupakan  salah  satu  daerah  yang 

berpotensi  sebagai  penghasil  karet  yang  cukup  besar.  Data  statistik  tahun  2012 

menunjukan bahwa  luas  total  area perkebunan  karet di Kapupaten  Lingga  adalah 

sebesar   10.216,95 Ha  , dengan    rata  rata produksi 849,24 Kg/Ha  tersebar di area 

seperti di Lingga , Lingga utara, Singkep, Singkep Barat dan Senayang.  

Dengan melihat potensi unggulan Kabupaten  Lingga  yakni   produksi karet dengan 

tujuan  menghasilkan  produk  olahan  yang  efisien,  bernilai  tambah  tinggi,  ramah 

lingkungan, sesuai potensi sumberdaya yang ada dan sesuai kondisi sosial ekonomi 

dan  budaya  daerah. Dan  juga  Berdasarkan  hasil  kajian  yang  telah  dilakukan  oleh 

BAPPEDA  Kabupaten  Lingga  mengenai  Potensi  Perkebunan  Karet  menyimpulkan 

bahwa  potensi  sumberdaya  lahan  dan  perkebunan  karet  yang  dimiliki  oleh 

Kabupaten  Lingga  sangat  potensial  untuk  dilakukan  pengembangan.  Untuk 

mencapai pengembangan perkebunan karet yang efektif dan efisien, selaras, serasi 

seimbang  dan  berkelanjutan, maka  perlu  perencanaan  yang matang.  Berdasarkan 

pemaparan  diatas  Pemerintah  Kabupaten  Lingga melalui  BAPPEDA merasa  perlu 

untuk  dilakukan  penyusunan  Feasibility  Study  (studi  kelayakan)    Pembangunan 

Pabrik Komoditi Perkebunan Karet.  

Studi kelayakan  ini dilakukan sebagai salah satu  langkah dalam pengembangan dan 

untuk menaikkan produksi karet  serta dan  juga diharapakan dapat menarik minat 

investor  untuk  berinvestasi.    Jika  dinyatakan  Layak  dari  hasil  studi  ini,  maka 

pembangunan  Pabrik  Komoditi  Perkebunan    Karet  nantinya  diharapkan  dapat 

meningkatkan perekonimian , dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Lingga. 

   

1.2. MAKSUD , MANFAAT DAN TUJUAN KEGIATAN   

Kegiatan  Penyusunan  Feasibility  Study  (studi  kelayakan)    Pembangunan 

Pabrik  Komoditi  Perkebunan  Karet.    dimaksudkan  dihasilkan  sebuah 

dokumen  yang  berisi  informasi  yang  komprehensif  namun  disajikan  secara 

ringkas dan padat mengenai kelayakan pembangunan pabrik komoditi karet 

Page 4: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

3  

di  Kabupaten  Lingga  yang  nantinya  dapat  dijadikan  acuan  bagi  dinas  atau 

instansi  terkait  dan  juga  investor  sehingga  dapat  menarik  minat  calon 

investor untuk menanamkan modalnya.  

Secara rinci manfaat dilakukan kegiatan ini dijabarkan sebagai berikut : 

I. bagi Pemerintah  sebagai Policy Maker dan pemberi  insentif bagi 

terlaksananya  pembanguan  Pabrik  komoditi  perkebunan  karet, 

apabila pembangunan pabrik karet ttersebut memenuhi berbagai 

aspek kelayakan; 

II. sebagai  rekomendasi  bagi  pemrakarsa  pekerjaan  ,  apakah 

pekerjaan tersebut perlu dilaksanakan atau tidak. 

III. sebagai bahan evaluasi bagi calon pemberi pinjaman dalam hal ini 

minat Investor untuk menanamkan modalnya, dan  

IV. sebagai    bahan  dasar  rekomendasi  bagi  pemerintah  dalam 

pembuat dan dalam menyusun perencanaan untuk program . 

 

Tujuan  utama  yang  ingin  dicapai  dari  Penyusunan  Feasibility  Study  (studi 

kelayakan)    Pembangunan  Pabrik  Komoditi  Perkebunan    Karet  ini  adalah 

meninjau  sejauh  mana  kelayakan  proyek  pembangunan  pabrik  komoditi 

perkebunan  karet  dapat  dilaksanakan  dilihat  dari  aspek  manajemen 

operasional, pemasaran, teknis, ekonomis dan finansial untuk mempertajam 

arah  dan  strategi  pengembangan  Komoditi  Perkebunan  Karet  Kabupaten 

Lingga  dikaitkan  dengan  visi,  misi,  tujuan  dan  sasaran  pembangunan 

Kabupaten  Lingga  dalam  jangka  menengah  dan  jangka  panjang  dan  juga 

untuk meningkatkan nilai  jual dari komoditi karet tersebut yang semula dari 

bahan  mentah  dikembangkan  menjadi  bahan  baku  atau  mungkin 

ditingkatkan  lagi  menjadi  bahan  jadi  Selain  itu  juga  digunakan  sebagai 

dokumen untuk acuan bagi dinas atau instansi terkait dan investor sehingga 

Page 5: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

4  

dapat menarik minat calon  investor dalam berinvestasi.   Secara rinci tujuan 

pekerjan ini adalah : 

(1) Menganalisis  faktor‐faktor  yang  mempengaruhi  kelayakan  proyek  pembangunan 

pabrik komoditi perkebunan karet.  

(2) Menyajikan  rencana  pembangunan,  pembiayaan  dan  penghasilan  yang  dapat 

dipertanggungjawabkan dalam hal pembangunan pabrik komoditi perkebunan karet. 

(3) Menghitung berbagai kemungkinan pengaruh perubahan berbagai  faktor  terhadap 

kelayakan investasi pembangunan komoditi perkebunan karet. 

(4) Memberikan  masukan/rekomendasi  kepada  pemrakarsa  dalam  rangka 

implementasi  keinginan  perusahaan  untuk  pembangunan  pabrik  komoditi 

perkebunan karet. 

(5) Mengkaji  struktur modal  jika  proyek  sebagian  dibiayai  dari  pinjaman  dan  berapa 

besar pengaruhnya terhadap kelayakan proyek  

(6) Mengkaji sejauh mana sumbangan pembangunan pabrik komoditi perkebunan karet. 

(7) Upaya dalam meningkatkan nilai dari komoditi karet tersebut, missal: yang semula 

di  ekspor  berupa  bahan  mentah,  bias  berubah  berupa  bahan  baku  atau  bahan 

setengah jadi.  

 

1.3. SASARAN  KEGIATAN 

Sasaran yang akan di capai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah : 

1. Mendapatkan hasil yang layak untuk pembangunan Pabrik komoditi perkebunan 

karet. 

2. Memberikan  informasi  dini  mengenai  permasalahan  dan  kendala  dan 

memberikan rekomendasi untuk solusinya terkait dengan pembangunan pabrik 

komoditi perkebunan karet dan juga pengembangannya. 

3. Mendapatkan Lokus Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan karet yang baik, 

efisien dan tepat guna. 

 

 

 

Page 6: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

5  

1.4. LOKASI KEGIATAN 

Studi ini dilakukan di Kabupaten Lingga , Provinsi Kepulauan riau. 

 

Gambar 1.1 Lokasi Kegiatan 

 

1.5. RUANG LINGKUP PEKERJAAN 

Penyusunan  Feasibility  Study  (studi  kelayakan)    Pembangunan  Pabrik 

Komoditi Perkebunan  Karet ini mencakup beberapa kegiatan pokok, yaitu : 

1. Pemahaman terhadap kebijakan pembangunan Kabupaten Lingga jangka 

menengah dan  jangka panjang  yang disinkronkan dengan  visi dan misi 

daerah. 

2. Pemahaman tentang pengembangan hasil komoditi perkebunan karet. 

Page 7: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

6  

3. Identifikasi  permasalahan  atau  kendala  yang  dihadapi  serta  di  ikuti 

dengan  langkah  yang  perlu  di  ambil  (solusi)  dalam mengatasi  kendala 

dalam  Pembangunan  Pabrik  Komoditi  Karet  tersebut  terutama  dalam 

penentuan  lokus   dari pembangunan pabrik  tersebut  yang disesuaikan 

dengan RTRW. 

4. Analisa  mengenai  dampak  yang  ditimbulkan  baik  itu  terhadap  sosial 

ekonomi, serapan tenaga kerja dan juga terhadap lingkungan. 

5. Analisis kelayakan ekonomi (Economic Feasibility Analysis) Pembangunan 

Pabrik Komoditi  Karet di  Kabupaten Lingga. 

6. Analisis  kelayakan  usaha/keuangan  (Financial  Feasibility 

Analysis)Pembangunan Pabrik Komoditi  Karet di  Kabupaten Lingga. 

7. Penyusunan  rekomendasi/indikasi  program  penunjang  dalam 

mendukung  pasca  pembangunan  pabrik  karet  tersebut  serta  dalam 

mengatasi dampak yang ditimbulkannya. 

 

1.6. HASIL KELUARAN 

Hasil keluaran   yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan   Feasibility Study 

(studi kelayakan)   Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan   Karet adalah 

dokumen/konsep  yang berisi  analisis  kelayakan pembangunan pabrik  karet 

yang komprehensif. 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

7  

 

BAB I 

 

2.1.  Umum 

Gambaran  Umum  kondisi  daerah  Kabupaten  Lingga memberikan  gambaran 

awal  tentang  kondisi  daerah  dan  capaian  pembangunan  Kabupaten  Lingga  secara 

umum.  Gambaran  umum  tersebut  menjadi  pijakan  awal  penyusunan  rencana 

pembangunan  5  (lima)  tahun  kedepan melalui  pemetaan  secara  objektif  kondisi 

daerah  dari  aspek  geografi  dan  demografi,  kesejahteraan masyarakat,  pelayanan 

umum, dan daya saing daerah. 

Sebagaimana kita ketahui bersama, Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa 

abad  silam  sebagai Kerajaan Melayu  Lingga dan mendapat  julukan  “Negeri Bunda 

Tanah Melayu”. Pada kurun waktu 1722‐1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang 

berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaan dan Kerajaan 

Melayu Riau di Pulau Bintan. 

Sebelum  ditandatanganinya  Treaty  of  London, maka  kedua  Kerajaan Melayu 

tersebut  dilebur menjadi  satu  sehingga  kerajaan  tersebut menjadi  semakin  kuat. 

Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah 

meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura, dan sebagian kecil wilayah 

Indragiri  Hilir.  Pusat  kerajaan  terletak  di  wilayah  Pulau  Penyangat  dan  menjadi 

terkenal  di  seluruh  wilayah  nusantara  dan  juga  kawasan  Sepenanjung  Malaka. 

Setelah  Sultan  Riau  meninggal  pada  tahun  1911,  Pemerintah  Hindia  Belanda 

menempatkan amir‐amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan 

Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda 

akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan  Indragiri untuk dijadikan sebuah 

karesidenan  yaitu:  Afdelling  Tanjungpinang  yang meliputi  Kepulauan  Riau‐Lingga, 

GGGAAAMMMBBBAAARRRAAANNN UUUMMMUUUMMM LLLOOOKKKAAASSSIII KKKEEEGGGIIIAAATTTAAANNN

Page 9: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

8  

Indragiri Hilir, dan Kateman  yang  kedudukannya berada di wilayah Tanjungpinang 

dan sebagai penguasanya ditunjuk seorang Residen. 

Berdasarkan  Surat  Keputusan  dari  delegasi  Republik  Indonesia  (RI)  maka 

Provinsi Sumatera Tengah pada tanggal 18 Mei 1950 menggabungkan diri ke dalam 

Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang 

dikepalai  oleh  Bupati  sebagai  kepala  daerah  dengan  membawahi  empat  daerah 

kewedanan sebagai berikut: 

1. Kewedanan  Tanjungpinang  meliputi  wilayah  Kecamatan  Bintan  Selatan 

(termasuk  Kecamatan  Bintan  Timur,  Galang,  Tanjungpinang  Barat,  dan 

Tanjungpinang Timur sekarang). 

2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro. 

3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep, dan 

Kecamatan Senayang. 

4. Kewedanan  Pulau  Tujuh  meliputi  wilayah  Kecamatan  Jemaja,  Siantan,  Midai, 

Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur. 

Berdasarkan  Undang‐Undang  Nomor  53  Tahun  1999  dan  Undang‐Undang 

Nomor 13 Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten 

yang  terdiri  dari:  Kabupaten  Kepulauan  Riau,  Kabupaten  Karimun  dan  Kabupaten 

Natuna.  Wilayah  Kabupaten  Kepulauan  Riau  hanya  meliputi  9  kecamatan  saja, 

meliputi: Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Senayang, Kecamatan 

Teluk  Bintan,  Kecamatan  Bintan  Utara,  Kecamatan  Bintan  Timur,  Kecamatan 

Tambelan, Kecamatan  Tanjungpinang Barat, dan Kecamatan  Tanjungpinang  Timur. 

Kemudian dengan diterbitkannya Undang‐Undang Nomor 5 tahun 2001, maka Kota 

Administratif  Tanjungpinang  berubah  menjadi  Kota  Tanjungpinang  yang  mana 

statusnya  sama  dengan  kabupaten  yang  membawahi  Kecamatan  Tanjungpinang 

Barat dan Tanjungpinang Timur. Dengan demikian, maka Kabupaten Kepulauan Riau 

hanya meliputi  Kecamatan  Singkep,  Lingga,  Senayang,  Teluk  Bintan,  Bintan Utara, 

Bintan Timur dan Tambelan. Pada akhir  tahun 2003 dibentuklah Kabupaten Lingga 

Page 10: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

9  

sesuai dengan Undang‐Undang Nomor 31 Tahun 2003  tanggal 18 Desember 2003, 

yang mana memiliki wilayah Kecamatan Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara 

dan Senayang. 

 

2.2.  Aspek Geografis dan Demografi 

 

Aspek  geografi  dan  demografi  mengambarkan  karateristik  lokasi  wilayah 

pengembangan wilayah, kerentanaan wilayah dan domegrafi Kabupaten Lingga. 

Kabupaten  Lingga‐  Provinsi  Kepulauan  Riau  dengan  luas  wilayah  daratan 

dan  lautan  berdasarkan  dengan  Undang‐Undang  Republik  Indonesia  Nomor 

31Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau. 

Berdasarkan  UU  RI  seperti  tersebut  di  atas,  wilayah  Kabupaten  Lingga 

mempunyai  luas wilayah daratan dan  lautan mencapai 211.772 km2 dengan  luas 

daratan  2.117,72  km2      (1 %)  dan  lautan  209.654  Km2    (99%),  dengan  jumlah 

pulau 531 buah pulau besar dan kecil, serta 

447  buah  pulau  diantaranya  belum  berpenghuni.  Namun,  berdasarkan  data 

eksisting  luas wilayah  Kabupaten  Lingga  sebesar  455.086,60  Km2    yang  terdiri 

dari  luas  daratan  sebesar2.235,51  Km2    (4,91%),  dan  lautan  sebesar  432.731,50 

Km2   (95,09%). 

Secara  administrasi,  pemerintahan  Kabupaten  Lingga  terdiri  dari  9 

Kecamatan  (Kecamatan  Singkep,  Kecamatan  Singkep  Pesisir,  Kecamatan  Singkep 

Selatan,  Kecamatan  Singkep  Barat,  Kecamatan  Lingga,  Kecamatan  Lingga  Timur, 

Kecamatan Lingga Barat, Kecamatan Lingga Utara, dan Kecamatan Senayang), dan 

59 Desa/Kelurahan  

Kabupaten Lingga  terletak di antara   0° 00’  ‐ 1° 00’ Lintang Selatan dan 103° 30’  ‐ 

105°00’ 

Bujur Timur.  Adapun batas wilayah Kabupaten Lingga, antara lain: 

Page 11: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

10  

a. Sebelah Utara  : Kecamatan Galang Kota Batam dan  Laut  Natuna. 

b. Sebelah Timur          : Laut Natuna. 

c. Sebelah Selatan    : Laut Bangka dan Selat  Berhala. 

d. Sebelah Barat  : Laut Indragiri (Provinsi Riau). 

 Gambar 2.1. Peta Wilayah Kabupaten Lingga 

 

Sumber: Dokumen LPPD Kab. Lingga, 2010  

 

2.2.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 

Karateristik lokasi dan wilayah pada sub bab ini menjelaskan tentang luas dan 

batas wilayah serta letak dan kondisi geografis Kabupaten Lingga. 

Page 12: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

11  

 

a. Luas dan Batas Wilayah 

Berdasarkan  Undang‐Undang  Republik  Indonesia  Nomor  31  Tahun  2003 

tentang  Pembentukan  Kabupaten  Lingga  di  Provinsi  Kepulauan  Riau,  Kabupaten 

Lingga  mempunyai  luas  wilayah  daratan  dan  lautan  mencapai  211.772  km2 

dengan  luas  daratan  2.117,72  km2      (1  %)  dan  lautan  209.654  Km2    (99%), 

dengan  jumlah pulau 531 buah pulau besar dan kecil, serta 

447  buah  pulau  diantaranya  belum  berpenghuni.  Namun,  berdasarkan  data 

eksisting  luas wilayah  Kabupaten  Lingga  sebesar  455.086,60  Km2    yang  terdiri 

dari  luas  daratan  sebesar  2.235,51  Km2    (4,91%),  dan  lautan  sebesar 

432.731,50 Km2   (95,09%).  

 

              Tabel 2.1 Pembagian Dan Luas Wilayah Kabupaten Lingga 

No  Kecamatan Banyaknya Luas Daratan 

Km2 Kelurahan Desa

1  Singkep Barat  1 8 337,10

2  Singkep 2 9 491,90

3  Lingga 1 17 609,51

4  Lingga Utara  1 7 283,21

5  Senayang  1 10 396,00

  Jumlah 6 51 2.177,72

 Sumber : BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009. 

 

Gambar 2.2. Luas Daratan Menurut Kecamatan di Kabupaten Lingga 

Page 13: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

12  

 

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009 

 

Dari  Kecamatan  yang  ada  di  Kabupaten  Lingga,  terluas  adalah  Kecamatan 

Lingga yaitu 609,51 km2 (29% dari total luas daratan) yang terdiri dari 17 Desa dan 1 

Kelurahan,  kemudian  Kecamatan  Singkep  yaitu  491,90  km2    (23%  dari  total  luas 

daratan) yang terdiri dari 9 Desa dan 2 Kelurahan. Tabel 2.2  berikut ini menunjukkan 

jumlah Desa/Kelurahan yang ada dimasing‐masing Kecamatan.  

 

Tabel 2.2 Desa/Kelurahan Yang Ada di Kabupaten Lingga 

No  Kecamatan  Desa/Kelurahan 

1  Singkep Barat  Raya Sungai Buluh 

Bakong Sungai Raya 

Kuala Raya Sungai Harapan 

Marok Tua Jagoh

Posek

2  Singkep Dabo Berhala 

Dabo Lama Tanjung Harapan 

Berindat Batu Berdaun 

Kote Batu Kacang 

Page 14: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

13  

No  Kecamatan  Desa/Kelurahan 

Lanjut Sedamai 

Marok Kecil

3  Lingga  Daik Panggak Darat 

Pekajang Panggak Laut 

Kelombok Musai

Mapar Kerandi 

Penuba Pekaka 

Selayar Keton

Kelumu Sei Pinang 

Mentuda Bukit Langkap 

Merawang Kudung 

4  Lingga Utara  Pancur Resun

Bukit Harapan Sekanah 

Duara Teluk

Limbung Linau

5  Senayang  Senayang Mensanak 

Mamut Tanjung Kelit 

Pasir Panjang Pulau Batang 

Rejai Benan

Temiang Batu Belubang 

Pulau Medang

 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009 

 

b. Letak dan Kondisi Geografis  

Secara Geografis Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’  ‐ 1° 00’ Lintang 

Selatan dan 103° 30’ ‐ 105°00’ Bujur Timur. 

Topografi 

Jika  dilihat  dari  topografinya,  sebagian  besar  daerah  di  Kabupaten  Lingga 

adalah  berbukit‐bukit.  Berdasarkan  data  dari  Badan  Pertanahan  Nasional  (BPN), 

terdapat 73.947 ha yang berupa daerah berbukit‐bukit, sementara daerah datarnya 

hanya  sekitar  11.015  ha.  Pada  dasarnya,  wilayah  Kebupaten  Lingga  memiliki 

Page 15: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

14  

kemiringan  yang  ideal  untuk  dikembangkan  sebagai  kawasan  perkotaan,  karena 

hampir mencapai 65 %, wilayah Kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0‐2 %, 

disusul oleh wilayah dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17 %. 

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.3  dan Tabel 2.4 berikut ini: 

 

Tabel 2.3 Tinggi Rata‐Rata Dari Permukaan Laut Menurut Kecamatan  

No  Kecamatan  Tinggi (m dpl) 

1.  Singkep Barat  0‐415 

2.  Singkep  0‐519 

3.  Lingga   0‐1.272 

4.  Lingga Utara  0‐800 

5.  Senayang  0‐200 

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009 

 

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah podsolik 

merah kuning,  litosol, dan organosol. Adapun  lapisan  tanahnya berstruktur  remah 

sampai gumpal. Sedangkan  lapisan bawahnya berselaput  liat dan teguh. Sementara 

untuk  jenis batu‐batuannya, batuan Pluton Asam (Acid Pluton) yang berupa batuan 

sejenis  granit  tersebar  pada  kawasan  Gunung  Daik  di  bagian  barat  Pulau  Lingga, 

selain  itu  terdapat  juga  batuan  endapan  dari  Zaman  Prateseiser  yang  tersebar  di 

seluruh Pulau Lingga. 

Tabel 2.4. Kelas Lereng Dengan Luas Penyebaran Di Kabupaten Lingga 

No  Kecamatan 0 ‐ 2%  2 ‐ 15% 15 ‐ 40% > 40%  Jumlah (Ha)

Luas (Ha)  %  Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha)   %  Luas (Ha) %

1  Singkep Barat  13,810.34  40.97  4,790.96 14.20 11,203.17 33.18 3,905.53  11.56  33,798.34 100

2  Singkep  31,250.60  63.53  13,696.30 27.81 3,726.88 7.56 516.22  1.05  49,288.90 100

3  Lingga  35,281.80  57.89  1,421.89 2.33 3,354.13 5.50 20,893.18  34.24  61,016.71 100

4  Lingga Utara  16,571.13  58.51  ‐ ‐ 1,478.35 5.21 10,271.52  36.19  28,384.72 100

5  Senayang  39,247.41  99.11  ‐ ‐ 352.59 0.89 ‐  ‐  39,700.00 100

Jumlah  136,161.28  64.30  19,909.15 9.39 20,115.12 9.48 35,586.45  16.77  212,188.68 100

Page 16: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

15  

 Sumber: Bakosurtanal dan Hasil Analisis, 2009 

Geomorfologi 

Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah penyelidikan 

dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu: 

1) Dataran   

Merupakan  daerah  dataran  aluvial  sungai  dengan  kemiringan  lereng 

medan antara 0‐5% (0‐30), ketinggian wilayah antara 18‐45 meter di atas 

permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi  ini 

mempunyai tingkat erosi sangat rendah. Penyebaran satuan ini adalah di 

bagian  timur  daerah  pemetaan,  yaitu  sekitar  Kecamatan  Senayang, 

Kecamatan Lingga Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat.  

 

2) Perbukitan berelief halus 

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus 

dengan kemiringan lereng medan 5‐15% (3‐80), ketinggian wilayah antara 

45‐144 meter  di  atas  permukaan  laut.  Pada  daerah  yang  termasuk  ke 

dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah. Penyebaran 

satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di Kecamatan Singkep 

Barat dan Kecamatan Singkep. 

3) Perbukitan berelief sedang 

Satuan  morfologi  ini  mempunyai  bentuk  permukaan  bergelombang 

sedang  dengan  kemiringan  lereng  medan  15‐30%  (8‐170)  dengan 

ketinggian wilayah 150‐400 meter di atas permukaan  laut. Pada daerah 

yang  termasuk  dalam  satuan  morfologi  ini  mempunyai  tingkat  erosi 

rendah  sampai menengah. Penyebaran  satuan  ini antara  lain di daerah 

sekitar  sebagian  di  Kecamatan  Singkep  Barat  dan  Kecamatan  Singkep 

serta sebagian di Kecamatan Lingga. 

4) Perbukitan berelief agak kasar 

Page 17: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

16  

Satuan morfologi  ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak 

kasar  dengan  kemiringan  lereng  30‐50%  (17‐270),  dengan  ketinggian 

wilayah  200‐550  meter  di  atas  permukaan  laut.  Pada  daerah  yang 

termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah. 

Penyebaran satuan  ini antara  lain di daerah sekitar Kecamatan Singkep, 

dan  sebagian  kesil  terdapat  di  Kecamatan  Singkep  Barat,  Kecamatan 

Lingga dan Kecamatan Lingga Utara.  

5) Perbukitan berelief kasar 

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar 

dengan  kemiringan  lereng  50‐70%  (27‐360),  dengan  ketinggian wilayah 

225‐644  meter  di  atas  permukaan  laut.  Pada  daerah  yang  termasuk 

dalam  satuan morfologi  ini mempunyai  tingkat erosi  tinggi. Penyebaran 

satuan  ini antara  lain sebagian besar di Kecamatan Lingga dan sebagian 

kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan 

Singkep. 

6) Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak 

Satuan  morfologi  ini  mempunyai  bentuk  permukaan  bergelombang 

sangat  kasar  dengan  kemiringan  lereng  lebih  besar  dari  70%  (>360), 

dengan ketinggian wilayah 262‐815 meter di atas permukaan  laut. Pada 

daerah  yang  termasuk  dalam  satuan morfologi  ini mempunyai  tingkat 

erosi  sangat  tinggi,  terutama  erosi  vertikalnya.  Penyebaran  satuan  ini 

antara lain terdapat di sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di 

Kecamatan  Lingga  Utara  serta  sebagian  kecil  di  sekitar  Kecamatan 

Singkep. 

 

Iklim dan Hidrologi 

Kabupaten  Lingga mempunyai  iklim  tropis  dan  basah  dengan  variasi  curah 

hujan  rata‐rata  216,7  mm  sepanjang  tahun  2009.  Setiap  bulannya  curah  hujan 

Page 18: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

17  

cenderung  bervariasi.  Sementara  pada  bulan  desember merupakan  bulan  dengan 

curah hujan paling banyak.  

    Berdasarkan data‐data yang ada maka dapat diketahui bahwa iklim di daerah 

Lingga mempunyai sifat‐sifat yaitu suhu rata‐rata 26,8  ⁰C; kelembaban relatif rata‐

rata 84%; Kecepatan angin rata‐rata 5 knot; tekanan udara rata‐rata 1009,4 millibar; 

jumlah  curah  hujan  rata‐rata  13,5 mm/hari.  Kabupaten  Lingga  dialiri  oleh  sungai‐

sungai  yang menjadi potensi  sumber air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi 

pertanian ataupun kegiatan yang lainnnya. Di Kabupaten Lingga mempunyai potensi 

air yang surplus sepanjang tahun, dengan  jumlah curah hujan yang berkisar antara 

2000‐3500 mm/thn dengan kondisi air surplus maka potensi sumber daya air cukup 

besar yang dapat dimanfaatkan, berikut merupakan uraian potensi ketersediaan air 

lahan. 

Tabel 2.5. Potensi Ketersediaan Air Lahan Di Kabupaten Lingga 

Nama Daerah Curah Hujan 

(mm/th) 

Air Tersedia 

(mm) 

Kondisi Air (mm/th) 

Defisit  Surplus 

Lingga  2600,7  64  0  968 

Singkep  2600,7  82,2  0  968 

Senayang  2600,7  62,7  0  968 

 Sumber: Hasil Analisis, 2009 

Kemampuan Lahan  

  Berbagai  aspek  geologi  tata  lingkungan  yang  ditemui  di  Kabupaten  Lingga 

antara  lain,  kemampuan  lahan  hidrogeologi,  kemampuan  lahan  morfologi, 

kestabilan  lereng,  kemampuan  lahan  pertambangan,  dan  kemampuan  lahan 

bencana  alam.  Sebagai  dasar  dalam  melakukan  analisis  kemampuan  lahan 

digunakan  sebagai  pedoman  adalah  peta  geologi  kuarter  yang  merupakan  peta 

geologi  yang  memperlihatkan  proses  pembentukan  alam  pada  periode  kuarter 

sampai sekarang sehingga informasi yang diperoleh akan lebih relevan. Karakteristik 

lahan mencerminkan  potensi,  kendala  dan  limitasi  yang  berperan  sebagai  faktor 

penunjang dan penghambat dalam pengembangan pola tataguna lahan, yaitu:  

Page 19: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

18  

a. Lahan yang dapat dikembangkan (disebut wilayah kemungkinan), merupakan 

wilayah yang mempunyai kendala relatif kecil. Kemungkinan kesuaian  lahan 

wilayah ini antara lain kesesuaian lahan untuk permukiman serta kesesuaian 

lahan pertanian lahan basah dan kering. 

b. Lahan yang mungkin dikembangkan dengan berbagai konsekuensi ekonomi 

dan  fisik  (Wilayah  Kendala).  Wilayah  kendala  dalam  pemanfaatan  lahan 

sebaiknya diprioritaskan sebagai kawasan hutan produksi, perkebunan, dan 

persawahan.  

c. Lahan yang tidak mungkin dikembangkan, karena merupakan limitasi mutlak 

yang  berkonsekuensi  luas  secara  ekonomi maupun  fisik  (Wilayah  Limitasi). 

Wilayah ini harus dikonservasi atau dikembangkan sebagai kawasan lindung. 

Tabel 2.6. Karakteristik Lahan Berdasarkan Kawasan 

URAIAN 

KAWASAN DAYA DUKUNG LAHAN (Ha) 

SINGKEP BARAT  SINGKEP  LINGGA  LINGGA UTARA  SENAYANG  TOTAL 

Luas (Ha)  %  Luas (Ha)  %  Luas (Ha)  %  Luas (Ha)  %  Luas (Ha)  %  Luas (Ha)  % 

KAWASAN 

LINDUNG  9,230.30  28.01   2,038.02  6.19  14,421.67  43.77  2,817.10  8.55  4,441.41   13.48   32,948.50 

16 

Hutan Lindung   6,204.19  27.53   2,038.02  9.04  13,202.66  58.59  1,088.41  4.83  ‐   ‐   22,533.28  68.39

Hutan Bakau   3,026.10  13.43   ‐  ‐  1,219.01  ‐  1,728.69  ‐  4,441.41   ‐   10,415.22  46.22

KAWASAN 

BUDIDAYA  24,479.70  13.69   47,151.98  26.37  46,529.34  26.02  25,503.89  14.26  35,158.59   19.66   178,823.50 

50 

Hutan Produksi   8,091.89  35.91   16,160.03  71.72  22,216.53  98.59  12,489.93  55.43  ‐   ‐   58,958.38  55.69

Pesawahan   475.15  2.11   2,351.17  10.43  1,589.73  7.06  1,205.35  5.35  6,508.59   28.88   12,129.99  11.46

Perkebunan   3,492.56  15.50   799.37  3.55  7,881.25  34.98  1,205.35  5.35  21,394.98   94.95   34,773.51  32.85

Permukiman   1,017.10  4.51   554.15  2.46  266.57  1.18  476.31  2.11  73.02   0.32   2,387.15  3.27

Pertanian  Lahan 

Basah  4,483.00  19.90   15,357.26  68.15  10,071.26  44.70  3,198.00  14.19  4,908.00   21.78   38,017.52 

52.11

Pertanian  Lahan 

Kering  6,920.00  30.71   11,930.00  52.94  4,504.00  19.99  6,928.95  30.75  2,274.00   10.09   32,556.95 

44.62

T O T A L   33,710.00  15.92   49,190.00  23.23  60,951.00  28.78  28,321.00  13.37  39,600.00   18.70   211,772.00  100 

Sumber: Hasil Analisis, 2009 

 

 

 

Page 20: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

19  

a) Kemampuan Lahan Morfologi‐Kestabilan Lereng 

Kestabilan  lereng erat  kaitannya dengan morfologi dan  sifat batuan/tanah. 

Untuk wilayah  Kabupaten  Lingga,  sifat  tanah/batuan  pada  umumnya  juga 

dapat  dikatakan  stabil,  kecuali wilayah  yang  terdiri  dari  endapan  lempung 

laut (M), serta endapan sungai yang muda.  

 

b) Kemampuan Lahan Sumber Air 

Kemampuan  lahan  hidrogeologi  didasarkan  kondisi  topografi  (morfologi), 

jenis  batuan  dan  pola  aliran  sungai,  juga  kenampakannya  di  lapangan. 

Kemampuan lahan hidrogeologi Kabupaten Lingga adalah kemampuan lahan 

mata  air,  kemampuan  lahan  air  tanah  dangkal  dan  kemampuan  lahan  air 

daerah pantai. 

c) Kemampuan Lahan Mata Air 

Suatu  wilayah  yang  berfungsi  sebagai  tempat  munculnya  mata  air  di 

permukaan. Biasanya pada lereng punggung perbukitan, dicirikan oleh mulai 

berkembangnya  sungai  di  beberapa  tempat  dapat  pula  dikontrol  oleh 

perselingan litologi. 

Pola aliran meandering mulai sedikit tampak tetapi disini proses sedimentasi 

umumnya  belum  terjadi  kecuali  pada  sungai‐sungai  yang  agak  besar, 

kemampuan  lahan mata air berpengaruh regional dalam kesetimbangan air 

khususnya air permukaan. 

Wilayah di Kabupaten Lingga yang memiliki kemampuan sebagai lahan mata 

air  adalah  diantaranya  Sungai  Sergang  di  Kecamatan  Singkep,  Pelakak 

Kecamatan  Singkep,  Pulau  Penuba  Kecamatan  Lingga,  Kampung  Putus 

Kecamatan  Lingga,  sekitar  Sungai  Keton  Kecamatan  Lingga,  Kudung 

Kecamatan  Lingga,  Teluk  tebing  Kecamatan  Lingga  Utara,  dan  sekitar 

Limbong dan Sungai Limbong Kecamatan Lingga Utara. 

 

Page 21: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

20  

d) Kemampuan Lahan Air Tanah Bebas 

Kemampuan  lahan  air  tanah  bebas  adalah  suatu wilayah  yang  didominasi 

oleh kedalaman muka air tanah bebas sampai dangkal. Biasanya pada daerah 

landaian  sampai  dataran,  dicirikan  oleh  pola  aliran  sungai  yang  kadang 

meandering dengan diisi oleh proses sedimentasi fluvial. Proses erosi lateral 

sudah nyata berkembang membentuk penampang sungai U. 

Kemampuan  lahan  air  tanah  bebas mempunyai  pengaruh  atas  ketersedian 

air  tanah  dangkal  yang  sangat  bermanfaat  untuk  kehidupan.  Litologi  di 

daerah ini berupa endapan aluvial yaitu endapan limpah banjir dan endapan 

sungai  muda  (sungai  aktif).  Batuan  di  daerah  zona  air  tanah  bebas  ini 

umumnya  telah  lapuk  menjadi  lempung  (tanah  liat)  berwarna  abu‐abu 

kecoklatan.  Sebagian  besar wilayah  di  Kabupaten  Lingga mempunyai  zona 

lahan air tanah bebas (zona air tanah dangkal). 

e) Kemampuan Lahan Hidrologi Pantai 

Kemampuan  lahan  hidrologi  pantai  adalah  suatu  wilayah  yang  berfungsi 

sebagai daerah pantai serta fungsi pelestarian air tanah tawar. Fisiografinya 

datar  serta  litologinya  aluvium  pantai.  Bentuk  sungai  menganyam  dan 

dimuaranya terbentuk endapan delta ataupun tidak. Proses sedimentasi kuat 

dan arus lemah.   

Kemampuan  lahan  hidrologi  pantai  sangat mempengaruhi  tata  air  dengan 

fungsi penahan  intrusi  air  laut dan  abrasi  air  laut,  yang  termasuk  kawasan 

pantai adalah sepanjang pantai timur dan utara Lingga termasuk Kecamatan 

Lingga Utara, Kecamatan Lingga bagian Selatan. Kemampuan lahan hidrologi 

pantai ini dibagi dua zona, yaitu zona pantai sendiri dan zona rawa.  

 

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah 

Kabupaten Lingga memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan demi 

kesejahteraan  masyarakat  serta  kemajuan  pembangunan  Kabupaten  Lingga  itu 

Page 22: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

21  

sendiri,  salah  satunya  adalah  potensi  sektor  pertanian.  Luas  wilayah  daratan 

Kabupaten Lingga untuk potensi  lahan pertanian dan perkebunan pada tahun 2008 

adalah seluas 78.232 ha. Potensi lahan pertanian terdiri potensi lahan sawah seluas 

2.250 ha, potensi  lahan perkebunan seluas 46.112 ha dan potensi  lahan pertanian 

seluas  29.870  ha,  sedangkan  potensi  lahan  yang  sudah  dimanfaatkan  baru  seluas 

21.610 ha yang terdiri dari perkebunan seluas 15.477 ha dan pertanian seluas 6.133 

ha. Sisa lahan seluas 56.622 ha belum dimanfaatkan secara optimal.  

Potensi  perkebunan  di  Kabupaten  Lingga  didominasi  oleh  komoditas  sagu 

yang luas lahannya mencapai 1.323 Ha dengan produksi yang dihasilkan seluruhnya 

adalah 12.439,564 Ton pada tahun 2009. Potensi perkebunan lainnya yang menjadi 

unggulan yaitu karet dengan  luas  lahan perkebunan mencapai 9.275,15 Ha dengan 

hasil  produksi  perkebunan  karet  seluruhnya  sebanyak  3.118,082  Ton.  Kemudian 

kelapa dengan  luas  lahan perkebunan mencapai 2.787,46 Ha dengan hasil produksi 

perkebunan  kelapa  sebanyak  1.160,698  Ton.  Pada  tahun  2009  pemerintah 

Kabupaten Lingga juga mulai mengembangkan tanaman Lada. Luas lahan yang telah 

digunakan seluas 73,87 Ha dan telah berproduksi sebesar 31.542 ton.  

Selain  potensi  sumber  daya  alam  Kabupaten  Lingga  tersebut,  potensi 

pengembangan wilayah  juga menjelaskan  rencana  pola  ruang wilayah  Kabupaten 

Lingga  yang  merupakan  peruntukan  rencana  distribusi  peruntukan  ruang  dalam 

wilayah  Kabupaten  Lingga  untuk  melaksanakan  cita‐cita  pembangunan,  yang 

meliputi peruntukkan  ruang untuk  fungsi  lindung dan  rencana peruntukkan  ruang 

untuk  fungsi  budidaya.  Rencana  pola  ruang wilayah  Kabupaten  Lingga  dijelaskan 

pada Tabel 2.7  berikut ini: 

 

 

 

 

 

Page 23: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

22  

Tabel 2.7. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lingga Tahun 2011‐2031 

No  POLA RUANG 

RINCIAN LUASAN TIAP KECAMATAN (Ha) TOTAL 

(Ha) % 

LINGGALINGGA 

UTARA SENAYANG SINGKEP

SINGKEP 

BARAT 

I  KAWASAN LINDUNG       

  1. Hutan Lindung  18.859 ‐ ‐ 5.573 957  25.389 11,99

  2. Hutan bakau  2,788 2.308 13.518 1.331 8.648  28.593 13,50

  3. Perlindungan 

Setempat 

1.046 177 208 2.540 331  2.765 1,31

  4. Resapan Air  1.801 ‐ ‐ 2.540 1.259  5.600 2,64

  5. Hutan Kota  1.674 ‐ ‐ 315 ‐  1.989 0,94

  6. Cagar Budaya  157 ‐ ‐ ‐ ‐  157 0,07

  7. Kawasan Lindung 

Lainnya 

96,00 3,00 305,00 11,00 68,00  483 0,23

  LUAS KAWASAN 

LINDUNG 

  64.977 30,68

         

II  KAWASAN 

BUDIDAYA 

     

  1. Hutan Produksi 

Terbatas 

4.415 3.172 4.747 1.968 1.169  15.471 7,31

  2. Hutan Produksi 

Konversi 

3.457 4.292 369 ‐ ‐  8.118 3,83

  3. Hutan Tanaman 

Rakyat 

3.698 802 3.022 163 4.453  12.138 5,73

  4. Industri  164 ‐ ‐ ‐ 384  548 0,26

  5. Pusat Pemerintah  121 ‐ ‐ ‐ ‐  121 0,06

  6. Pemukiman 

Perkotaan 

5.156 164 779 3.056 643  9.798 4,63

  7. Pemukiman 

Pedesaan 

1.210 1.599 1.515 1.400 1.073  6.797 3,21

  8. Perkebunan  9.845 12.755 20.493 15.660 18.247  77.000 36,36

Page 24: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

23  

  9. Perikanan  538 74 267 ‐ 443  1.322 0,62

  10. Tanaman 

Pangan 

3.647 40 ‐ ‐ 2.001  5.688 2,69

  11. Hortikultura  860 1.489 ‐ ‐ 2.874  5.223 2,47

  12. Peternakan  121 ‐ 1.355 614 381  2.471 1,17

  13. Pariwisata  706 269 788 549 45  2.357 1,11

  14. TNI AL  ‐ ‐ ‐ 200 ‐  200 0,09

  15. TPST  5 ‐ ‐ 5 ‐  10 0,00

  16. TPU  7 ‐ ‐ 4 ‐  11 0,00

  17. PLTGB  ‐ ‐ ‐ ‐ 6  6 0,00

  LUAS KAWASAN 

BUDIDAYA 

    147.278 69,55

JUMLAH TOTAL            211.772  100,00 

Sumber: RTRW Kab. Lingga 2011‐2031 

 

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana 

Di beberapa wilayah Kabupaten  Lingga  yang meliputi Kecamatan  Lingga dan 

sebagian  kecil  di  Kecamatan  Lingga  Utara  serta  Kecamatan  Singkep,  terindikasi 

termasuk  wilayah  rawan  bencana,  terutama  wilayah  yang  memiliki  kemiringan 

lereng  lebih  besar  dari  70%  (>360),  ketinggian  wilayah  262‐815  meter  di  atas 

permukaan  laut, dan tingkat erosi sangat tinggi terutama erosi vertikalnya. Dengan 

rasio  luas  daratan  2.117,72  km2  (1  %)  dan  lautan  209,654  km2  (99%).  Dapat 

dipastikan  ancaman  abrasi  laut  didukung  dengan  perubahan  cuaca  yang  ekstrim 

dapat saja terjadi. 

Aktivitas  penambangan  timah,  pembabatan  hutan  dan  pembangunan  yang 

terus meningkat, akan menuntut dibukanya  jaringan  jalan  lintas wilayah perkotaan 

pedesaan dan fasilitas publik lainnya, sehingga dapat dipastikan jika tidak dilakukan 

pengendalian secara baik maka akan mempercepat kerusakan ekosistem lingkungan 

hidup. Kerusakan ekosistem dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang  tidak 

terkendali akan cenderung menimbulkan bencana longsor dan banjir.  

Page 25: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

24  

Bencana gempa bumi, air pasang, angin ribut walaupun tidak dapat diprediksi 

kejadiannya  juga masih menjadi tantangan di masa 20 tahun mendatang, sehingga 

upaya‐upaya penanggulangan bencana dan penyadaran masyarakat bahwa wilayah 

Kabupaten Lingga merupakan daerah yang rawan bencana harus terus dilakukan. 

 

2.1.4. Demografi 

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari suatu pembangunan. 

Pembangunan  yang  dilaksanakan  adalah  dalam  rangka  membentuk  manusia 

Indonesia  seutuhnya.  Untuk  itu,  maka  pemerintah  pusat  telah  melaksanakan 

berbagai usaha dalam rangka untuk memecahkan masalah kependudukan. Masalah 

kependudukan apabila  tidak diantisipasi  secara dini maka akan menjadi bumerang 

bagi pemerintah Indonesia, khususnya Kabupaten Lingga. 

Berdasarkan  data  penduduk  tahun  2009,  penduduk  Kabupaten  Lingga 

berjumlah 91.600  jiwa yang terdiri dari  jenis kelamin  laki‐laki 50.180  jiwa (51,66 %) 

dan  jenis  kelamin  perempuan  46.964  jiwa  (48,34  %)  dengan  jumlah  penduduk 

terbesar terdapat di Kecamatan Singkep (30.503  jiwa) sedangkan  jumlah penduduk 

terkecil  terdapat  di  Kecamatan  Lingga Utara  (11.517  jiwa),  dengan  jumlah  rumah 

tangga  (Kepala Keluarga)  sebanyak 19.344 Kepala Keluarga  (KK).  Jumlah penduduk 

Kabupaten  Lingga  tersebar  di  5  Kecamatan  dan  51  Desa  dan  6  Kelurahan  di 

Kabupaten Lingga.  

Dilihat dari  jumlah  rumah  tangga, Kecamatan Singkep merupakan kecamatan 

dengan  jumlah  Kepala  Keluarga  (KK)  terbanyak  karena  kecamatan  ini merupakan 

kecamatan  yang  memiliki  jumlah  penduduk  terbanyak.  Jumlah  rumah  tangga  di 

Kecamatan  Singkep  adalah  sebanyak  6.228  Kepala  Keluarga  dan  Kecamatan  yang 

jumlah  rumah  tangganya  paling  sedikit  adalah  Kecamatan  Lingga  Utara  dengan 

jumlah rumah tangga sebanyak 2.675 Kepala Keluarga. Untuk  lebih  jelasnya  jumlah 

penduduk dan rumah tangga di Kabupaten Lingga dapat dilihat pada Tabel 2.8. 

 

Page 26: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

25  

Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Dan Kepala Keluarga Kabupaten Lingga 

No  Kecamatan 

Luas Wilayah 

daratan 

(Km2) 

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah 

Kepala 

Keluarga 

(KK) 

Rata‐rata 

Angka 

Kelahiran 

Laki‐

laki*) Perempuan*)  Total 

1  Singkep Barat  337,10 8,268 7,817 16,085 2,628  6

2  Singkep  491,90 15,228 14,520 29,748 6,228  5

3  Lingga  609,51 8,673 8,015 16,688 3,884  4

4  Lingga Utara 283,21 5,849 5,427 11,276 2,675  4

5  Senayang  396,00 10,383 9,603 19,986 3,929  5

Jumlah  22.117,72 48,401 45,382 93,783 19,344  5

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga dalam Angka tahun 2009 dan Hasil Analisis, 2009. 

  *) Data Aggregat Kependudukan tahun 2009 

 

Jumlah  penduduk  di  Kabupaten  Lingga meningkat  yaitu  sebesar  3,04%  bila 

dibandingkan  tahun  2004,  dimana  pada  tahun  2009  berjumlah  93,783  jiwa, 

sedangkan  pada  tahun  2004  berjumlah  80,289  jiwa.  Dengan  tingkat  kepadatan 

penduduk 44 jiwa per km2. 

Jumlah penduduk yang begitu besar dan  terus bertambah  setiap  tahun  tidak 

diimbangi  dengan  persebaran  penduduk.  Menurut  hasil  Sensus  Penduduk  2010 

penduduk dari Kabupaten Lingga tercatat 86.244  jiwa dengan kepadatan penduduk 

41 jiwa per km2. Dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2000 penduduk 

Kabupaten Lingga bertambah sebanyak 9.892 jiwa. 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 27: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

26  

Gambar 2.3 LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK 

KABUPATEN LINGGA, 1990 ‐ 2010 

 

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011 

 

2.3. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 

Aspek  kesejahteraan  masyarakat  menjelaskan  tentang  perkembangan 

kesejahteraan Kabupaten Lingga, ditinjau dari sisi kesejahteraan masyarakat 

dan  pemerataan  ekonomi,  kesejahteraan  sosial,  serta  seni  budaya  dan 

olahraga.  

a. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 

Gambaran  umum  ditinjau  dari  kesejahteraan  masyarakat  dan 

pemerataan  ekonomi  didasarkan  atas  indikator  pertumbuhan  ekonomi, 

PDRB  perkapita  dan  pendapatan  perkapita  serta  penduduk miskin.  Laju 

pertumbuhan ekonomi merupakan suatu  indikator ekonomi makro yang 

dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan 

ekonomi  Kabupaten  Lingga  pada  tahun  2009  adalah  sebesar  6,63%, 

mengalami  perlambatan  jika  dibandingkan  dengan  tahun  sebelumnya 

yaitu sebesar 6,65%.   

 

 

1.23

0.24

0.82

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1990 2000 2010

Page 28: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

27  

Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun 2005‐2009 

 

Sumber: LKPJ‐AMJ Tahun Anggaran 2005‐2010 

 Ket:  

 *) Angka Perbaikan 

**) Angka Sementara 

 

  Jika  dilihat  pertumbuhan  ekonomi  menurut  lapangan  usaha  pada  tahun 

2005‐2009  hampir  seluruh  sektor mengalami  pertumbuhan  positif.  Bahkan  untuk 

beberapa  sektor  laju  pertumbuhannya  mencapai  lebih  dari  10%.  Namun,  perlu 

diperhatikan  bahwa  walaupun  secara  persentase,  kenaikan  laju  pertumbuhan 

beberapa sektor tersebut cukup besar namun secara besaran nominal nilainya masih 

sangat kecil.  

  Laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha untuk 3 sektor tertinggi 

adalah  sektor  Bangunan  (13,16%),  Pengangkutan  dan  Komunikasi  (12,03%),  dan 

Keuangan,  Persewaan  dan  Jasa  Perusahaan  (11,60%).  Sektor  bangunan  terjadi 

pertumbuhan  setiap  tahunnya  dikarena  meningkatnya  pembangunan  fisik  di 

Kabupaten  Lingga,  seperti  pembangunan  gedung  sekolah,  gedung  perkantoran, 

pustu,  polindes,  pembangunan  infrastruktur  jalan,  jembatan  dan  dermaga  serta 

pembangunan fisik lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.9  berikut ini. 

 

 

6.05

6.5

6.716.65 6.63

2005 2006 2007 2008* 2009**

Page 29: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

28  

Tabel 2.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga  

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005‐2009 (%) 

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008*  2009**

1. Pertanian  4,15 5,60 5,35 4,37  3,56

2. Pertambangan & Penggalian  7,47 10,07 10,67 10,72  10,73

3. Industri Pengolahan  6,13 (3,30) (1,19) (0.97)  (0,08)

4. Listrik,Gas & Air Bersih  6,25 5,16 4,77 6,69  5,80

5. Bangunan  8,09 12,15 13,01  13,15  13,16

6. Perdagangan, Hotel & Restoran  8,79 11,88 11,05 11,29  11,26

7. Pengangkutan & Komunikasi  9,28 13,16 11,46 12,06  12,03

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,44 13,42 11,25 11,66  11,60

9. Jasa‐Jasa  4,71 10,81 10,43 10,67  10,66

PDRB  6,05 6,50 6,71 6,65  6,63

       Sumber: LKPJ‐AMJ Tahun Anggaran 2005‐2010 

Keterangan: 

*) Angka Perbaikan 

**) Angka Sementara 

 

 

Tabel 2.10  menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peranan yang sangat 

besar dalam penciptaan nilai tambah pada perekonomian Kabupaten Lingga dalam 

kurun waktu empat tahun terakhir, dengan kontribusi diatas 37%, namun memiliki 

kecenderungan  sumbangan  yang  terus  menurun  dari  41,63%  pada  tahun  2005 

menjadi 37,01 pada tahun 2009. Subsektor yang memegang peranan penting pada 

sektor  ini  adalah  perikanan.  Kemudian  kontributor  terbesar  kedua  adalah  sektor 

perdagangan, hotel dan  restoran  yaitu 22,00%. Berbeda dengan  sektor pertanian, 

sektor  ini  memiliki  kecendrungan  yang  positif,  yaitu  18,71%  pada  tahun  2005 

menjadi 22,00% pada  tahun 2009. Hal  ini mengindikasikan bahwa sektor  ini masih 

menjanjikan untuk diminati oleh para pedagang karena wilayah Kabupaten  Lingga 

merupakan  daerah  persimpangan  atau  transit  perjalanan  laut.  Sub  sektor 

perdagangan  besar  dan  eceran  merupakan  kontributor  terbesar  terhadap 

Page 30: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

29  

pembentukan  nilai  tambah  di  sektor  ini.  Sedangkan  sektor  yang  paling  kecil 

memberikan kontribusi pembentukan PDRB adalah sektor Listrik, Gas dan Air bersih 

yang hanya 0,22%. 

 

Tabel 2.10 Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga 

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005‐2009 (%) 

Lapangan Usaha  2005 2006 2007  2008*  2009**

1. Pertanian  41,63 40,41 39,26  38,16  37,01

2. Pertambangan & Penggalian  1,58 1,64 1,72  1,77  1,82

3. Industri Pengolahan  15,82 14,16 12,92  11,66  10,73

4. Listrik,Gas & Air Bersih  0,24 0,24 0,23  0,23  0,22

5. Bangunan  5,97 6,98 7,92  8,57  9,12

6. Perdagangan, Hotel & Restoran  18,71 19,53 20,24  21,18  22,00

7. Pengangkutan & Komunikasi  7,98 8,60 8,95  9,49  9,88

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,60 3,79 3,90  3,98  4,13

9. Jasa‐Jasa  4,46 4,66 4,86  4,97  5,09

PDRB  100,00 100,00 100,00  100,00  100,00

       Sumber: LKPJ‐AMJ Tahun Anggaran 2005‐2010 

Keterangan: 

           *) Angka Perbaikan 

        **) Angka Sementara 

 

Pengeluaran Rumah Tangga 

Salah  satu  survei  yang  diselenggarakan  BPS  setiap  tahun  dan  sangat 

dibutuhkan pemerintah sebagai alat monitoring program pembangunan khususnya 

bidang  sosial  adalah  Survei  Sosial Ekonomi Nasional  (Susenas). Data  yang dicakup 

pada  kegiatan  Susenas  ini  diantaranya  adalah  pengeluaran  rumah  tangga  dan 

konsumsi  rumah  tangga  yang  dibedakan menjadi  konsumsi makanan  dan  bukan 

makanan. 

Data  pengeluaran  yang  dibedakan menurut  kelompok makanan  dan  bukan 

makanan  ini dapat digunakan untuk melihat pola pengeluaran penduduk. Dari data 

Page 31: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

30  

pengeluaran  (sebagai  proksi  dari  pendapatan)  dapat  pula  dihitung  tingkat 

ketimpangan  pendapatan.  Pada  kondisi  pendapatan  terbatas,  pemenuhan 

kebutuhan  makanan  akan  menjadi  prioritas  utama  sehingga  pada  kelompok 

masyarakat  berpendapatan  rendah  akan  terlihat  bahwa  sebagian  besar 

pendapatannya  digunakan  untuk membeli makanan.  Seiring  dengan  peningkatan 

pendapatan  maka  lambat  laun  akan  terjadi  pergeseran  pola  pengeluaran,  yaitu 

penurunan  porsi  pendapatan  untuk makanan  dan  peningkatan  porsi  pendapatan 

untuk bukan makanan. 

Secara  umum,  pengeluaran  rata‐rata  perkapita  di  Kabupaten  Lingga 

mengalami kenaikan,  yaitu dari Rp 347.195 pada  tahun 2009 menjadi Rp 367.094 

pada  tahun  2010.  Dari  data  susenas  2010  tercatat  bahwa  penduduk  Kabupaten 

Lingga menghabiskan  sekitar 61.36% dari pendapatannya untuk belanja makanan, 

angka  ini  cenderung  menurun  dari  tahun  sebelumnya  yang  sebesar  64.19%. 

Sedangkan 38,64% sisanya digunakan untuk belanja non makanan yang  jika dilihat 

persentasenya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. 

 

Distribusi Pendapatan 

Salah  satu  indikator  ekonomi makro  untuk menilai  tingkat  ketidakmerataan 

(ketimpangan) pendapatan penduduk adalah dengan menggunakan Indeks Gini atau 

Gini  ratio  dan  Kriteria  Bank Dunia.  Semakin  kecil  indeks Gini maka  semakin  kecil 

ketimpangan  distribusi  pendapatan.  Pada  tahun  2010,  40%  penduduk  yang 

berpengeluaran  rendah  menerima  21.53%  dari  seluruh  pendapatan.  Angka  ini 

meningkat  dari  tahun  sebelumnya  yaitu  sebesar  21.28.  Peningkatan  juga  terjadi 

pada kelompok penduduk berpengeluaran  sedang yaitu dari 38.97 menjadi 39.49. 

Sedangkan  pada  kelompok  penduduk  berpengeluaran  tinggi  terjadi  penurunan 

persentase yaitu dari 39.75 pada tahun 2009 menjadi 38.99 pada tahun 2010. 

Page 32: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

31  

Indeks  gini  mengalami  penurunan  yaitu  sebesar  0.308  pada  tahun  2009 

menjadi  0.303  pada  tahun  2010.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  pola  distribusi 

pengeluaran penduduk cenderung membaik. 

 

Penduduk Miskin 

Indikator  jumlah  danpersentase  penduduk  miskin  merupakan  salah  satu 

indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk. Mengindentifikasi 

seseorang  dikatakan  miskin  bukanlah  hal  yang  mudah.  Hal  ini  disebabkan 

karakteristik  penduduk miskin  antar  daerah  seringkali  berbeda.  Sementara  di  sisi 

lain, penentuan kriteria penduduk miskin juga menuntut agar keterbandingan antar 

daerah dapat dilakukan.  

Berdasarkan  data  yang  tersaji  dalam  table  2.11  ini,  jumlah  rumah  tangga 

miskin  dan  penduduk miskin  di  Kabupaten  Lingga  terjadi  penurunan,  dari  7.026 

rumah tangga miskin menurun menjadi 6.810 rumah tangga miskin pada tahun 2009, 

begitu juga dengan jumlah penduduk miskin dari 24.352 jiwa turun menjadi 21.417 

jiwa pada tahun 2009.  

 

Tabel 2.11 Banyaknya Rumah Tangga Miskin Dan Penduduk Miskin Menurut Kecamatan 

 Di Kabupaten LinggaTahun 2005‐2009 

Kecamatan  

Jumlah 

Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Miskin 

2005 2009 2005  2009

1.  Singkep Barat  888 711 2.841  2.061

2.  Singkep  1.223 1.165 3.750  3.108

3.  Lingga  1.430 1.454 4.964  4.593

4.  Lingga Utara  1.053 1.009 3.304  3.235

5.  Senayang 2.432 2.471 9.493  8.420

Jumlah  7.026 6.810 24.352  21.417

 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009  

 

Page 33: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

32  

b. Kesejahteraan Sosial 

Pada  fokus kesejahteraan  soaial Kabupaten  Lingga diukur dengan  sejumlah 

indikator  yang  terkait  dengan  pendidikan,  kesehatan,  ekonomi  dan  sosial.  Bidang 

pendidikan,  kesehatan  dan  ekonomi  secara  langsung  terkait  dengan  Indeks 

Pembangunan Manusia (IPM). 

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 

Sejak  terbentuknya  Lingga  menjadi  Kabupaten  pada  tahun  2003  dan 

dikeluarkannya  nilai  IPM  tahun  2004,  nilai  IPM  Kabupaten  Lingga  telah mencapai 

67,7. Meskipun tergolong baru, tingkat pencapaian angka  IPM tahun 2004  ini telah 

memposisikan  Kabupaten  Lingga  pada  peringkat  ke‐236  dari  total  sebanyak  434 

Kabupaten/Kota Se‐Indonesia.  

 

Gambar 2.5  Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun 2004‐2009 

  Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2008 dan 2009 

 

Jika  dilihat  pada  gambar  2.5  nilai  IPM  Kabupaten  Lingga  dari  tahun  2004  s.d 

2009  meningkat  dari  67,7%  tahun  2004,  meningkat  sebesar  69,4%  tahun  2005, 

meningkat sebesar 69,6% pada tahun 2006, tahun 2007 meningkat sebesar 69,7%, dan 

meningkat sebesar 70,4% pada tahun 2008 serta meningkat sebesar 71.05 pada tahun 

2009.  Peningkatan  angka  IPM  yang  sangat  signifikan  diduga  dipengaruhi  oleh 

meningkatnya penduduk masuk ke Kabupaten Lingga yang berprofesi sebagai pegawai 

67.7

69.4 69.6 69.7

70.7471.05

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 34: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

33  

negeri  dan  tenaga  pegawai  daerah  lainnya,  utamanya  dibagian  pemerintahan, 

pendidikan dan kesehatan. Selain  itu, berbagai program pemerintah yang menyentuh 

masyarakat sudah mulai digulirkan.  

Secara  persentase,  IPM  Kabupaten  Lingga  meningkat  dari  tahun  ke  tahun, 

namun  secara  peringkat  terjadi  penurunan.  Pada  tahun  2008  dengan  IPM  sebesar 

70,74. menempatkan  Kabupaten  Lingga  berada  pada  peringkat  lima  diantara  tujuh 

Kabupaten/Kota  di  Provinsi  Kepulauan  Riau.  Sedangkan  untuk  peringkat  nasional, 

Kabupaten  Lingga  berada  pada  peringkat  220  diantara  440  Kabupaten/Kota  di 

Indonesia, Sedangkan pada tahun 2009 dengan  IPM sebesar 71,05 turun satu  level ke 

peringkat  6  dari  tujuh  Kabupaten/Kota  di  Provinsi  Riau,  dan  untuk  nasional  berada 

pada  peringkat  231  dari  497  Kabupaten/Kota  di  Indonesia.  Selengkapnya,  IPM 

kabupaten Lingga dapat dilihat pada Tabel 2.12 berikut ini. 

 

Tabel 2.12 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota/Propinsi Se‐Kepulauan Riau, 

Dan Indonesia, Serta Peringkatnya Tahun 2009 

Kabupaten/ 

Kota/Propinsi 

Angka 

Harapan 

Hidup 

(tahun) 

Angka Melek 

Huruf 

(persen) 

Rata2 Lama 

Sekolah 

(tahun) 

Rata2 

Pengeluaran per 

Kapita Riil 

Disesuaikan 

(Rp 000) 

 

IPM 

Peringkat dari 

semua kabupaten/ 

kota/propinsi di 

Indonesia 

Karimun  69,86  95,19 7,81 636,34 73,15  133 

Bintan  69,66  94,50 8,00 644,59 73,66  111 

Natuna  68,21  95,92 6,93 615,21 70,11  290 

Lingga  70,02  91,11 7,22 625,42 71,05  231 

Kep. Anambas  67,23  90,00 5,35 626,35 67,94  393 

Batam  70,76  98,85 10,71 648,13 77,51  16 

Tanjungpinang  69,56  97,31 9,24 633,65 74,31  88 

Prop. Kepri  69,75  96,08  8,96  641,63  74,54  6 

Indonesia  69,21  92,58 7,72 631,50 71,76  ‐ 

   Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009          

 

 

Page 35: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

34  

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) 

Berdasarkan  data  yang  bersumber  dari  Kabupaten  Lingga  Dalam  Angka 

Tahun 2009 menunjukkan bahwa  jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial 

yang ada di Kabupaten Lingga sebanyak 981 orang, terbanyak adalah dewasa cacat 

yaitu  288  orang,  kemudian  lansia  terlantar  berjumlah  249  orang,  tuna  daksa 

sebanyak 131 orang, dan 93 orang penyandang tuna netra.  

Berdasarkan sebarannya, Kecamatan Singkep memiliki penyandang masalah 

kesejahteraan sosial terbanyak yaitu 307 orang, kemudian Kecamatan Lingga Utara 

sebanyak 230 orang, 187 orang di Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep Barat 138 

orang dan 119 orang di Kecamatan Senayang.  

 

Angkatan Kerja  

Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya  roda pembangunan.  Jumlah 

dan  komposisi  tenaga  kerja  akan  terus  mengalami  perubahan  seiring  dengan 

berlangsungnya  proses  demografi.  Angkatan  Kerja  adalah  penduduk  berumur  15 

tahun ke atas yang bekerja, sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. 

Penduduk berumur kurang dari 15 tahun meskipun telah melakukan pekerjaan guna 

memenuhi  suatu  kebutuhan  hidup  tidak  dikategorikan  sebagai  angkatan  kerja. 

Angkatan kerja merupakan bagian dari aspek demografi penduduk yang mempunyai 

kecenderungan  bertambah  atau menurun  sejalan  dengan  perubahan  yang  dialami 

oleh  penduduk  itu  sendiri.  Hal  ini  terjadi  karena  faktor  alamiah  sepeti  kelahiran, 

kematian  maupun  perpindahan  yang  menyebabkan  jadi  bergesernya  pola 

kependudukan secara keseluruhan. 

 

 

 

 

 

Page 36: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

35  

Tabel 2.13 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas  

Menurut Kegiatan Utama Dan Jenis Kelamin  

Uraian  Laki ‐ laki  Perempuan   Lk + Pr 

1.  Angkatan Kerja  83,44 34,17  57,26

   1. Bekerja 79,02 31,03  53,52

   2. Mencari Pekerjaan  4,42 3,14 3,74

2.  Bukan Angkatan Kerja  16,56 65,83  42,74

   1. Sekolah 7,80 4,60 6,10

   2. Mengurus Rumah Tangga 4,62 59,63  33,85

   3. Lainnya 4,14 1,61 2,79

Jumlah  100,00 100,00  100,00

 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009  

 

Berdasarkan  data  yang  dilansir  oleh  Badan  Pusat  Statistik,  pada  tahun  2009 

terdapat  57,26%  penduduk  angkatan  kerja  dan  42,74%  penduduk  bukan  angkatan 

kerja. Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, ditahui bahwa penduduk laki‐laki 

yang  bekerja  sebanyak  79,02%  sementara  penduduk  perempuan  yang  bekerja 

sebanyaj 31,03%.  

Berdasarkan  Tabel‐2.14,  penduduk  di  Lingga  yang  bekerja,  sebagian  besar 

bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan (39,54%) dan sektor 

Jasa  Kemasyarakatan,  Sosial,  dan  Perorangan  (20,34%)  .  Sementara  lapangan  kerja 

yang  paling  sedikit  dijadikan mata  pencaharian  oleh  penduduk  Lingga  yaitu  sektor 

Listrik, gas dan air minum yaitu 0,15%. 

 

 

 

 

 

 

 

Page 37: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

36  

Tabel 2.14 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja 

 Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin  

Lapangan Usaha Laki‐

Laki Perempuan  Lk + Pr 

1

. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 

47,59  21,47  39,54 

2

. Pertambangan dan Penggalian  

5,18  0,55  3,76 

3

. Industri Pengolahan 

6,96  16,07  9,76 

4

. Listrik, Gas dan Air Minum  

0,22  0,00  0,15 

5

. Konstruksi  

5,56  0,00  3,85 

6

. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan Dan Hotel 

11,91  25,21  16,00 

7

. Transportasi, Pergudangan dan komunikasi  

6,55  3,57  5,64 

8

Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha Persewaanan Jasa 

Perusahaan  1,11  0,61  0,96 

9

.  Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan  14,91  32,52  20,34 

Jumlah 100,00 100,00  100,00

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009  

 

Dari jenis pekerjaan yang ada di Kabupaten Lingga, wiraswasta adalah yang 

paling banyak dijalankan oleh penduduk. Error! Reference source not

found. menunjukkan penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 4.161 

jiwa atau 8,68 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga. 

Kemudian  diikuti  oleh  jenis  pekerjaan  sebagai  buruh/nelayan  perikanan  sebanyak 

EKONOMI-BAPPEDA
Highlight
Page 38: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

37  

3.989  jiwa atau 8,32 % dari keseluruhan  jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten 

Lingga. 

 

Tabel 2.15 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kabupaten Lingga Tahun 2009 

(Penduduk Usia Kerja/Usia 15 Tahun Ke Atas) 

No  Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase 

1  Wiraswasta  4.161 8,68 

2  Buruh/ Nelayan Perikanan 3.989 8,32 

3  Nelayan/ Perikanan  3.687 7,69 

4  Buruh Harian Lepas  2.049 4,27 

5  Karyawan Swasta  981 2,05 

6  Pegawai Negeri Sipil  639 1,33 

7  Guru  575 1,20 

8  Karyawan Honorer  525 1,10 

9  Petani/ Pekebun  437 0,91 

10  Pembantu Rumah Tangga 437 0,91 

11  Lainnya 30.456 63,53 

Jumlah  47.936 100,00 

Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2009 

 

Pendidikan yang ditamatkan  

Tingkat  pendidikan  yang  ditamatkan  merupakan  ukuran  kualitas  sumber 

daya manusia yang selanjutnya dapat dijadikan ukuran keberhasilan baik dari sudut 

sosial maupun ekonomi.  

Di  Kabupaten  Lingga  persentase  penduduk  berusia  15  tahun  keatas  yang 

menamatkan hingga ke  jenjang SLTP  sampai perguruan  tinggi hanya  sebesar 36%. 

Tingkat pendidikan penduduk di dominasi oleh  tamatan SD/MI dan SMU/MA/SMK 

yaitu masing‐masing  sebesar  30,13%  dan  20,90%.  Hal  ini  dapat  dilihat  padaTabel 

2.16 . berikut ini. 

 

Page 39: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

38  

 

 

Tabel 2.16 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi 

Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin, 2009 (%) 

Pendidikan Tertinggi 

yang Ditamatkan Laki‐Laki  Perem‐puan 

Laki‐Laki + 

Perempuan 

Tidak/belum pernah bersekolah  

Tidak/belum tamat SD 

SD/MI 

SMP/MTs 

SMU/MA/SMK 

Akademi/universitas  

9,72

19,21            

29,78 

14,09 

23,55 

3,67 

22,45

16,85 

30,51 

9,77 

18,00 

2,43 

15,80 

18,08 

30,13 

12,02 

20,90 

3,08 

Jumlah  100,00 100,00 100,00 

 Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009 

 

Kesehatan 

Pembangunan  bidang  kesehatan  di  kabupaten  Lingga  bertujuan  agar  semua 

lapisan  masyarakat  dapat  memperoleh  pelayanan  kesehatan  secara  merata  dan 

murah.  Pembangunan  di  bidang  kesehatan  bertujuan  agar  semua  lapisan 

masyarakat  dapat  memperoleh  pelayanan  kesehatan  secara  merata  dan  murah. 

Dengan  tujuan  tersebut  diharapkan  akan  meningkatkan  derajat  kesehatan  dan 

kesejahteraan masyarakat. Selain  itu, pembangunan kesehatan  juga memuat mutu 

dan upaya  kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang 

didukung oleh sumberdaya yang memadai. 

 

Sarana dan Tenaga Kesehatan  

Pembangunan tersebut diarahkan kepada peningkatan fasilitas kesehatan dan 

akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai, 

seperti  rumah  sakit,  puskesmas,  tenaga  kesehatan  dan  ketersediaan  obat.  Jika 

dilihat  pada  Tabel  2.17  bahwa  pada  tahun  2009  jumlah  sarana  kesehatan  yang 

ASUS
Highlight
ASUS
Highlight
Page 40: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

39  

terdapat di Kabupaten Lingga terdiri dari: Rumah Sakit 1 buah, Puskemas sebanyak 7 

buah, Puskesmas Pembantu sebanyak 36 buah, Puskesmas Keliling sebanyak 7 buah, 

dan  polindes  45  buah.  Satu‐satunya  Rumah  Sakit  yang  ada  Di  Kabupaten  Lingga 

terdapat  di  Kecamatan  Lingga,  sedangkan  untuk  Puskesmas  dan  Puskesmas 

Pembantu, serta polindes sudah tersebar di masing‐masing Kecamatan.  

 

Tabel 2.17 Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, 

Balai Pengobatan/Klinik, Dan Polindes Menurut Kecamatan Tahun 2006‐2009 

 

Kecamatan 

 

Rumah 

Sakit 

Puskesmas  Puskesmas Pembantu  Puskesmas Keliling  Balai Pengobatan  Polindes 

Singkep Barat  ‐  1  7 1 ‐  7

Singkep  ‐  2  4 3 ‐  4

Lingga  1  1  12 1 ‐  10

Lingga Utara  ‐  1  6 ‐ ‐  6

Senayang  ‐  2  7 2 ‐  18

2009   1  7  36 7 ‐  45

2008  1  5  37 9 ‐  44

2007  1  5  39 2 ‐  43

2006  1  5  35 3 ‐  44

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009  

 

Untuk menunjang  sarana  kesehatan  yang  ada,  diperlukan  tenaga  kesehatan 

yang  sesuai dengan  kebutuhannya,  Jumlah  tenaga  kesehatan dari  tahun  ke  tahun 

terjadi peningkatan. Hal ini untuk mengakomodir pemenuhan kebutuhan kesehatan 

yang  semakin meningkat,  dengan  diikuti meningkatnya  sarana  kesehatan.  Tenaga 

kesehatan tersebut terdiri dari dokter dan paramedis, dokter yang tersedia sebanyak 

31 orang,  terdiri  dari  dokter  umum  18 orang, dokter  gigi  sebanyak  10  orang  dan 

spesialis 3 orang,  sedangkan paramedis  terdiri dari perawat  (163 orang), Perawat 

Gigi (6 orang), AA (3 orang), sanitasi (4 orang), dan Bidan (72 orang). 

ASUS
Highlight
ASUS
Highlight
Page 41: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

40  

 

 

Tabel 2.18 Banyaknya Dokter Dan Paramedis Menurut Kecamatan Tahun 2006‐2009 

Kecamatan Dokter  Paramedis 

Spesialis  Umum Gigi Perawat Perawat Gigi AA  Sanitasi  Bidan

Singkep Barat  ‐  2  3 17 ‐ 1  ‐  10

Singkep  ‐  7  2 57 2 1  ‐  22

Lingga  3  5  1 58 1 1  2  14

Lingga Utara  ‐  2  1 10 1 ‐ ‐  10

Senayang  ‐  2  3 21 2 ‐ 2  16

2009  3  18 10 163 6 3  4  72

2008  ‐  7  8 133 3 3  1  48

2007  ‐  13 7 99 3 2  1  48

2006  6  8  4 96 3 1  2  31

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009  

Lingga Tahun 2009 

 

Pekerjaan Umum 

Semakin  meningkatnya  usaha  pembangunan,  maka  akan  pula  menuntut 

peningkatan  pembangunan  jalan  untuk  memudahkan  mobilitas  penduduk  dan 

memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain. Panjang jalan dan 

jalan  yang  diaspal  di  Kabupaten  Lingga  terjadi  peningkatan,  pada  tahun  2009 

panjang  jalan  yaitu  504,65  km,  dimana  tahun  sebelumnya  hanya  488,6  km. 

Sedangkan  jalan  yang diaspal  sebesar 46,70% pada  tahun 2009 dari  total panjang 

jalan yang ada, dan tahun sebelumnya sebesar 46,56%. 

Page 42: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

41  

Table 2.19 Panjang Jalan Dirinci Menurut Kecamatan Dan Status Jalan Tahun 2007‐2009 

Kecamatan 

Status Jalan Jumlah

Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten  Panjang Jalan Persentase

2009  2008  2007 2009 2008 2007 2009 2008 2007  2009 2008 2007 2009 2008 2007

Singkep Barat ‐  ‐  39,50 22,4 22,4 4,00 82,47 77,22 36,90  104,87 99,62 80,40 20,78 20,38 12,09

Singkep  25,7  25,7  23,10  18  18  25,60  76,5  76,2  123,60  120,2  119,9  172,3  23,82  24,53  25,90 

Lingga 15,9  13,9  ‐ 45,1 45,1 18,90 86,29 79,99 275,55  147,29 138,99 294,45 29,19 28,43 44,26

Lingga Utara 12,8  12,8  61,70 ‐ ‐ ‐ 74,89 72,89 11,80  87,69 85,69 73,50 17,38 17,53 11,05

Senayang ‐  ‐  ‐ ‐ ‐ ‐ 44,6 44,6 44,60  44,6 44,6 44,60 8,84 9,12 6,70

Jumlah 54,4  52,4  124,30 85,5 85,5 48,50 364,75 350,9 492,35 504,65 488,8 665,25 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009  

 

 

Page 43: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

42  

Table 2.20 Panjang Jalan Dirinci Menurut Kecamatan Dan Kondisi Akhir Tahun 2008‐2009  

Kecamatan 

Kondisi Jumlah 

Baik  Sedang  Rusak  Rusak 

2008  2009  2008 200

9 2008  2009  2008  2009  2008  2009 

Singkep Barat  17,05  29,5  ‐ ‐ 53,06 48,86 7,11 4,1  77,22  82,46

Singkep  52,64  52,94  ‐ ‐ 19,17 19,17 4,39 4,39  76,20  76,50

Lingga  53,46  67,16  ‐ ‐ 16,54 17,34 9,99 1,79  79,99  86,29

Lingga Utara  5,6 13,5  ‐ ‐ 27,4 27 39,89 34,39  72,89  74,89

Senayang  ‐ 4  ‐ ‐ 10 10 34,6 30,6  44,60  44,60

Jumlah  128,75  167,

‐  ‐  126,1

122,3

95,98  75,2

350,9

364,7

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009  

 

Perhubungan 

Angkutan  laut merupakan sarana perhubungan yang sangat vital dan strategis bagi 

masyarakat  Kabupaten  Lingga  sebagai  daerah  kepulauan.  Oleh  karena  itu,  maka 

pembangunan  di  bidang  pelayaran  terus  ditingkatkan  dan  diperluas  termasuk 

penyempurnaan  manajemen  dan  dukungan  fasilitas  pelabuhan.  Di  Pelabuhan  Dabo 

Singkep,  angkutan barang  luar negeri  yang dimuat pada  tahun 2010 mencapai 853.935 

ton. Berbeda dengan angkutan barang antar pulau, maka pada  tahun 2010 barang yang 

dibongkar pada angkutan antar pulau tercatat sebesar 105.078 ton.  

 

Tabel 2.21 Nama Pelabuhan Laut Menurut Kelas Dan Peranannya 

Pelabuhan Laut  Kelas Peranannya 

Dabo Singkep  Kanpel Kelas IV Umum 

Sungai Buluh  Satuan Kerja Umum 

Penuba  Satuan Kerja Umum 

Daik Lingga  Satuan Kerja Umum 

Kuala Raya  Satuan Kerja Umum 

Pulau Mas  Pos Kerja Umum 

Senayang  Kanpel Kelas V Umum 

Pancur  Satuan Kerja Umum 

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009  

Page 44: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

43  

Selain  angkutan  laut,  terdapat  juga  angkutan  udara.  Lalu  lintas  pesawat  dan 

penumpang  dari  dan  ke  Kabupaten  Lingga melalui  Bandara  Dabo  Singkep  tahun  2010 

terlihat  cukup  berfluktuasi.  Jika  dilihat  selama  tahun  2010  lonjakan  penumpang  yang 

datang  dan  berangkat  dari  Bandara  Dabo  Singkep  terjadi  pada  bulan  Januari.  Untuk 

bongkar muat bagasi, barang, dan pos paket perkembangannya juga bervariasi.  

 

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 

Dalam  mengembangkan  usahanya  koperasi  menghadapi  kendala  utama  yang 

bersifat  internal  yaitu  kelemahan  dalam  permodalan.  Sebagaimana  diketahui  modal 

secara  otonomi  adalah  sebagai  “darah”  yang  akan mendorong  sumber  daya  ekonomi 

lainnya dalam kegiatan usaha. Oleh karena  itu pengembangan permodalan bagi koperasi 

harus diprioritaskan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar koperasi. 

Jumlah koperasi  tahun 2010  sebanyak 67 unit, dengan  rincian11 KUD dan 56 Non 

KUD,  sedangkan  jumlah  anggota  koperasi  sebanyak  1.243  orang  untuk  KUD  dan  3.705 

orang untuk Non KUD. 

 

Gambar 2.6 JUMLAH KOPERASI MENURUT JENIS TAHUN 2010 

  

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011 

 

 

 

 

KUD16% Koperasi 

Perikanan3%

Koperasi Serba Usaha39%

Koperasi Lainnya42%

Page 45: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

44  

Otonomi  Daerah,  Pemerintahan  Umum,  Administrasi  Keuangan  Daerah,  Perangkat 

Daerah, Kepegawaian dan Persandian Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga dibentuk berdasarkan Undang‐Undang Nomor 

31  Tahun  2003  tentang  Pembentukan Daerah  Kabupaten  Lingga  di  Provinsi  Kepulauan 

Riau. Secara Administrasi, maka Kabupaten Lingga terdiri dari 5 kecamatan dengan rincian 

sebanyak  57  desa/kelurahan  dan  6  diantaranya  adalah  berstatus  kelurahan.  Dan 

kecamatan  yang  termasuk  wilayah  Kabupaten  Lingga  adalah  Singkep  Barat,  Singkep, 

Lingga,  Lingga  Utara,  dan  Senayang.  Dengan  dijadikannnya  Kabupaten  Lingga  sebagai 

daerah  otonom,  maka  kewenangan  Pemerintah  Daerah  Kabupaten  Lingga  adalah 

mencakup  seluruh bidang pemerintahan  kecuali  kewenangan dalam bidang Politik  Luar 

Negeri,  Pertahanan  Keamanan,  Yuridis,  Moneter  dan  Fiskal  Nasional,  Agama,  serta 

kewenangan  di  bidang  lain  seperti  kebijakan  perencanaan  nasional  dan  pengendalian 

pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi 

negara dan  lembaga perekonomian negara, pembinaan di bidang Sumber Daya Manusia 

(SDM),  pendayagunaan  SDM  dan  Sumber Daya  Alam  (SDA)  serta  teknologi  tinggi  yang 

strategis, konservasi dan standarisasi nasional. 

   

2.3.1. Perkebunan 

Urusan  pilihan  merupakan  urusan  pemerintah  yang  secara  nyata  ada  dan 

berpotensi  untuk  meningkatkan  kesejahteraan  masyarakat  sesuai  dengan  kondisi, 

kekhasan,  dan  potensi  unggulan  yang  ada  di  Kabupaten  Lingga  salah  satunya  adlah 

perkebunan. 

Produksi  perkebunan  pada  tahun  2010 mencapai  16.160,96  ton.  Produksi  tertinggi 

didominasi oleh sagu sebesar 10.812,98 ton, kemudian diikuti karet sebesar 4.071,40 ton. 

Data perkebunan Kabupaten Lingga dapat pada 0 berikut ini: 

 

 

 

 

 

 

ASUS
Highlight
Page 46: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

45  

25%

8%

0%67%

Karet 

Kelapa 

Lada 

Sagu 

Gambar 2.8 JUMLAH PRODUKSI PERKEBUNANAN MENURUT KOMODITI 

DI KABUPATEN LINGGA, 2010 (TON) 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011 

 

Perindustrian 

Pembangunan  di  sektor  industri  adalah merupakan  upaya  dalam meningkatkan 

nilai tambah, menciptakan lapangan usaha, memperoleh kesempatan kerja, menyediakan 

barang  dan  jasa  yang  bermutu  dengan  harga  yang  bersaing  di  dalam  negeri  dan  luar 

negeri, meningkatkan ekspor  guna menunjang pembangunan daerah dan  sektor‐sektor 

pembangunan lainnya serta mengembangkan kemampuan teknologi 

Industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industri besar, industri 

sedang,  industri  kecil  dan  industri  kerajinan  rumah  tangga.  Pada  tahun  2009  jumlah 

industri  rumah  tangga  sebanyak  53  usaha,  bertambah  dibandingkan  tahun  2008  yang 

hanya 51 usaha. Hal yang sama juga terlihat pada industri kecil yang semula terdapat 79 

usaha pada  tahun 2008 naik menjadi 81 usaha pada  tahun 2009. Untuk  industri besar 

sedang  juga mengalami peningkatan  yang  semula  sebanyak 6 usaha menjadi 10 usaha 

pada  tahun  2009.  Peningkatan  jumlah  usaha  di masing‐masing  kelompok  ini  tentunya 

akan  berpengaruh  positif  terhadap  peningkatan  keterserapan  tenaga  kerja. 

Pembangunan  industri  diharapkan  dapat  berperan  dalam  pembangunan  selama  lima 

tahun kedepan dengan memaksimalkan sumber daya alam yang ada di Kabupaten Lingga 

diolah dengan sistem industrilisasi. 

 

 

Page 47: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

46  

0 10 20 30 40

Singkep BaratSingkepLingga

Lingga UtaraSenayang

Singkep Barat

Singkep Lingga Lingga Utara Senayang

Industri Besar Sedang 3 5 3 1 1

Industri Kecil 15 36 18 11 7

Industri Rumah Tangga 10 18 13 8 7

Chart Title

 

Gambar 2.13 JUMLAH INDUSTRI MENURUT KATEGORI DAN KECAMATAN  

KABUPATEN LINGGA 2010 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011 

 

2.4. Aspek Ekonomi Daerah 

Daya  saing  daerah  merupakan  salah  satu  aspek  tujuan  penyelenggaraan 

otonomi  daerah  sesuai  dengan  potensi,  kekhasan,  dan  unggulan  daerah.  Suatu 

daya  saing  (competitiveness)  merupakan  salah  satu  faktor  kunci  keberhasilan 

pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan  tujuan pembangunan daerah 

dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. 

a. Kemampuan Ekonomi Daerah 

Tinjauan  terhadap  kemampuan  ekonomi  daerah  bertujuan  untuk 

mengetahui  kualitas  pertumbuhan  ekonomi  daerah.  Semakin  baik  kualitas 

pertumbuhan maka semakin tinggi pula daya saing daerah tersebut. 

Data‐data perkembangan PDRB, khususnya sektor pertanian dan sektor 

perdagangan,  hotel,  dan  restoran menunjukkan  daya  saing  daerah  ini  pada 

kedua  sektor  tersebut.  Daya  saing  ini  semakin  diperkuat  dengan  telah 

mapannya peran  industri pengolahan untuk selanjutnya terus dikembangkan 

guna membangun keterkaitan antar sektor yang lebih kokoh. 

 

Page 48: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

47  

 

 

PDRB Perkapita dan Pendapatan Perkapita  

Peningkatan PDRB dan pendapatan per kapita menjadi  salah  satu ukuran dalam 

pencapaian tingkat kemakmuran masyarakat disuatu wilayah  jika data tersebut disajikan 

secara berkala. PDRB Perkapita dan pendapatan perkapita Kabupaten Lingga dari  tahun 

ke  tahun mengalami peningkatan, baik  itu atas dasar harga berlaku maupun atas dasar 

harga konstan tahun 2000. 

 

Pada  tahun  2005  PDRB  perkapita  atas  dasar  harga  berlaku  sebesar  Rp 

7.396.861,14 meningkat menjadi  Rp.  10.268.877,17  pada  tahun  2009,  sedangkan  atas 

dasar harga konstan, dari Rp. 5.213.480,29 meningkat menjadi Rp. 6.283.218,39 (20,52%). 

Begitu juga dengan Pendapatan perkapita dari Rp.6.762.210,45 menjadi Rp. 9.387.807,51 

atau meningkat  sebesar  38.83%.  Sedangkan  atas  dasar  harga  konstan  2000,  dari  Rp. 

4.766.163,68 meningkat menjadi Rp. 5.744.118,25.  

 

Tabel 2.24 PDRB Dan Pendapatan Perkapita Tahun 2005‐2009 (Juta Rupiah) 

Rincian  Harga Berlaku Harga Konstan Thn 

2000 

I . PDRB per Kapita 

2005  7.396.861,14 5.213.480,29

2006  7.869.963,35 5.393.411,38

2007  8.534.184,24 5,705.821,76

2008*  9.491.060,69 5.985.995,59

2009*  10.268.877,17 6.283.218,39

II. Pendapatan per Kapita    

2005  6.762.210,45 4.766.163,68

2006  7.194.720,49 4.930.656,68

2007  7.801.951,23 5.216.262,25

2008*  8.676.727,68 5.472.397,17

2009*  9.387.807,51 5.744.118,25

Sumber: LKPJ‐AMJ Tahun Anggaran 2005‐2010 

 Keterangan:*) Angka Estimasi  

Page 49: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

48  

0

2,500,000

5,000,000

7,500,000

10,000,000

12,500,000

15,000,000

17,500,000

20,000,000

22,500,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

b. Fasilitas Wilayah/Infrastuktur 

Sarana  dan  prasarana  merupakan  aspek  yang  sangat  penting  dalam  mengelola 

suatu  kawasan  perkotaan.  Ketersediaan  sarana  dan  prasarana  perkotaan  sangat 

menentukan  dalam  pengembangan  suatu  kota.  Sarana  perkotaan meliputi  infrastuktur 

jalan,  jaringan  listrik,  air  bersih,  serta  jaringan  utilitas  lainnya.  Kondisi  sarana  dan 

prasarana  di  Kabupaten  Lingga  saat  ini masih  perlu  ditingkatkan  untuk meningkatkan 

daya saing Kabupaten Lingga. 

Infrastuktur Jalan  

Jalan  merupakan  salah  satu  prasarana  pengangkutan  darat  yang  penting  untuk 

memperlancar  kegiatan  sektor  perekonomian.  Dengan  semakin  meningkatnya  usaha 

pembangunan,  maka  akan  pula  menuntut  peningkatan  pembangunan  jalan  untuk 

memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah 

ke daerah lain. Panjang jalan di Kabupaten Lingga pada tahun 2010 mencapai 504,65 km. 

Pada tahun tersebut jalan yang diaspal sebesar 46,7% dari total panjang jalan yang ada. 

Listrik 

Sebagian besar kebutuhan listrik di Kabupaten Lingga dipenuhi oleh PT. Perusahaan 

Listrik  Negara  (PLN).  Pada  tahun  2010  jumlah  mesin  ada  23  unit  dengan  daya 

terpasangnya  sebesar  7.560  kwh  dengan  produksi  listrik  yang  dihasilkan  sebesar 

19.675.380  kwh.  Kebutuhan  listrik  Kabupaten  Lingga  dipenuhi  oleh  PT.  PLN  Cabang 

Tanjungpinang. 

Gambar 2.16 JUMLAH PRODUKSI LISTRIK PADA PT.PLN TAHUN 2001‐2010 (KWH) 

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011 

Page 50: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

49  

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Daik

Dabo

Air Minum 

Ketersediaan  air minum  yang  sehat  sangat  dibutuhkan masyarakat.  Seperti  pada 

tahun sebelumnya, pada tahun 2010  jumlah perusahaan air minum di Kabupaten Lingga 

mencapai dua perusahaan. Untuk jumlah tenaga kerja yang berkerja di kedua perusahaan 

tersebut ada  sebanyak 20 orang. Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air 

minum yang bersih dan sehat,  jumlah air minum yang telah di distribusikan tahun 2010 

sebanyak 248.640 meter kubik dengan pelanggan sebanyak 994 orang di PDAM Cabang 

Daik  sementara  di  PDAM  cabang  Dabo  didistribusikan  sebanyak  458.168 meter  kubik 

dngan pelanggan sebanyak 2.236 orang. 

 

Gambar 2.17 

KAPASITAS PRODUKSI AIR MINUM DI PERUSAHAAN AIR MINUM 

MENURUT BULAN TAHUN 2010(M3) 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011 

 

Dalam memenuhi kebutuhan air minum yang  sehat yang dibutuhkan masyarakat. 

Kabupaten Lingga memiliki dua perusahaan daerah air minum, yaitu Perusahaan Daerah 

Air Minum Cabang Dabo Singkep, dengan kapasitas produksi  sebanyak 320.591 M3 dan 

Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga dengan kapasitas produksi sebanyak 

196.380 M3. 

 

 

Page 51: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

50  

Tabel 2.25 Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum Dan Tenaga Kerja  

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga Tahun 2008‐2009  

Uraian  Jumlah 

2008 2009 

01.  Kapasitas Produksi (M3)  178.668 M3 196.380 M3

02.  Jumlah Tenaga Kerja  12 12 

  ‐ Pekerja Teknis  6 6 

  ‐ Pekerja Administrasi  3 3 

  ‐ Tenaga Keamanan  3 3 

 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009  

 

 

Tabel 2.26 Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum Dan Tenaga Kerja 

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep Tahun 2009 

Uraian   Jumlah 

01.  Kapasitas Produksi (M3)   320.591 

02.  Jumlah Tenaga Kerja  13 

  ‐ Pekerja Teknis  6 

  ‐ Pekerja Administrasi  7 

  ‐ Tenaga Keamanan  ‐ 

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009  

 

Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat atas air minum yang bersih dan sehat, 

jumlah air minum yang telah di distribusikan tahun 2009 sebanyak 194.240 meter kubik 

dengan pelanggan sebanyak 780 orang di PDAM Cabang Daik sementara di PDAM Cabang 

Dabo  didistribusikan  sebanyak  429.933 meter  kubik  dngan  pelanggan  sebanyak  2.046 

orang. 

 

 

 

 

 

 

 

Page 52: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

51  

Tabel 2.27 Banyaknya Air Minum Yang disalurkan Menurut Kategori Pelanggan  

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga Tahun 2008‐2009  

Kategori Pelanggan Jumlah (M3) 

2008  2009

01.  Rumah Tangga (Tempat Tinggal), Instansi/Kantor Pemerintah  152.208  159.140

02.  Hotel/Objek Wisata, Toko, Industri, Perusahaan 24.960  30.600

03.  Badan Sosial, Rumah Sakit, Rumah Ibadah   1.500  4.500

04.  Sarana Umum  ‐ 

05.  Hydran Pelabuhan  ‐ 

10.  Lainnya   ‐ 

Jumlah 178.668  194.240

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009 

 

Tabel 2.28 Banyaknya Air Minum Yang Disalurkan Menurut Kategori Pelanggan 

 Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep Tahun 2009 

Kategori Pelanggan  Jumlah (M3)  

Rumah Tangga (Tempat Tinggal), Instansi/Kantor Pemerintah 318.585  354.118

Hotel/Objek Wisata, Toko, Industri, Perusahaan 40.982  41.703

Badan Sosial, Rumah Sakit, Rumah Ibadah   27.560  34.112

Sarana Umum   ‐ 

Hydran Pelabuhan  ‐ 

Lainnya   ‐ 

Jumlah  387.127  429.933 

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009 

 

Pos dan Telekomunikasi 

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa kegiatan pengiriman dan 

penerimaan  benda‐benda  pos,  seperti  surat  menyurat,  paket  pos,  wesel,  giro,  dan 

tabungan, telah didukung dengan keberadaan Kantor Pos. Pada tahun 2009 Surat tercatat 

yang  dikirim  sebanyak  487  surat.  Surat  kilat  khusus  yang  diterima  dan  dikirim masing‐

masing sebanyak 5.307 dan 5.771 surat. Sedangkan  jumlah paket pos diterima sebanyak 

343 paket dan dikirim sebanyak 230 paket. 

 

 

Page 53: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

52  

c. Sumber Daya Manusia 

Tinjauan  terhadap  tingkat  pendidikan  sumber  daya manusia  dalam  konteks  daya 

saing daerah menunjukkan bahwa pada saat ini kualitas sumber daya manusia Kabupaten 

Lingga masih perlu banyak peningkatan. Beban rasio tanggungan penduduk (Dependensy 

Ratio) dapat digunakan sebagai indikator daya saing suatu daerah. Tingginya angka beban 

tanggungan menyimpulkan  tingginya  juga  faktor  penghambat  pembangunan  ekonomi, 

karena penduduk yang produktif harus menopang kehidupan yang  tidak produktif. Usia 

tidak  produktif  adalah  usia  antara  0–14  dan  65  tahun  keatas,  jumlah  penduduk  tidak 

produktif Kabupaten Lingga adalah 35.134 orang. Sedaangkan usia produktif Kabupaten 

Lingga adalah 51.110  (15‐55 tahun. Rasio ketergantungan diketahui dari umur produktif 

dibagi dengan usia  tidak produktif. Rasio  ketergantungan Kabupaten  Lingga  adalah  1,5 

orang  atau  2  orang.  Rasio  tanggungan  Kabupaten  Lingga  yaitu  2  orang  produktif 

menanggung  1  orang  tidak  produktif.  Dengan  angka  beban  tanggungan  yang  cukup 

rendah  ini maka daya  saing daerah  sebenarnya  relatif  lebih baik. Penguatan daya  saing 

pada  sisi  sumber daya manusia adalah dengan mengoptimalkan kualitas penduduk usia 

produktif  melalui  program  pelatihan  dan  pendidikan  agar  lebih  siap  masuk  dalam 

lapangan kerja yang membutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 54: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

53  

 

BAB III 

METODOLOGI PENDEKATAN 

 

3.1. UMUM 

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan oleh BAPPEDA Kabupaten Lingga 

mengenai     potensi  sumberdaya  lahan dan perkebunan  karet  yang dimiliki oleh 

Kabupaten  Lingga  bahwa  jumlah  perkebunan  seluas  sebesar    10.216,95  Ha  , 

dengan  rata rata produksi 849,24 Kg/Ha adalah sangat potensial bagi peningkatan 

kesejahteraan masyarakat Kabupaten  Lingga, untuk menunjang hal  ini untuk  itu 

perlu  ada  kajian  studi    kelayakan  mengenai    pembangunan  Pabrik  Komoditi 

Perkebunan    Karet  .  Hal  ini  dilakukan  sebagai  salah  satu  langkah  dalam 

pengembangan  dan  untuk  menaikkan  nilai  karet  serta  untuk  menarik  minat 

investor untuk berinvestasi.  

 Feasibility  Study  (studi  kelayakan)    Pembangunan  Pabrik  Komoditi 

Perkebunan Karet  perlu perencanan matang. Nantinya diharapkan dapat memuat 

data  tentang  kelayakan  dari  pembangunan  pabrik  karet  terutama  dilihat  dari 

aspek  ekonomisnya,  dan  juga  melalui  hasilkajian  ini  diharapkan  dapat  diambil 

langkah  ataupun  kebijakan  bagi  pemerintah  dalam  pengembangan  perkebunan 

karet  di  Kabupaten  Lingga.  Adapun Metodologi  pendekatan  studi  kelayakan  ini 

dapat disusun dalam tahapaan kegiatan sebagai berikut 

•  Tahap I  :  Pendahuluan 

•  Tahap II  :  Survey dan Penyelidikan Lapangan 

•  Tahap III  :  Analisis dan Studi Kelayakan 

•  Tahap IV  :  Penyusunan Laporan Dan Diskusi 

 

Secara  garis  besar  Pendekatan  Metodologi  yang  disusun,  dapat  dilihat  pada 

Gambar 3‐1. 

 

 

 

 

PPPEEENNNDDDEEEKKKAAATTTAAANNN MMMEEETTTOOODDDOOOLLLOOOGGGIII

Page 55: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

54  

                           Gambar 3‐1  Bagan Alir Rencana Pelaksanaan Pekerjaan 

            BAGAN ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Persiapan

Program Kerja 

Mobilisasi SDM 

Penyiapan Bahan & Alat 

Penyiapan  Form Isian / Kuesioner 

Orientasi Lapangan 

Pengumpulan Data Sekunder dan Peta‐peta Penunjang 

Diskusi 

Pembahasan 

Survey Hidrologi/Banjir 

Survey Topografi lokasi 

Survey Sosial Ekonomi 

Survey Lingkungan 

Diskusi 

Pembahasan 

Analisa Data :Aspek Produk/Perkebunan Karet Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknis dan Teknologis 

Aspek Organisasi dan Manajemen Aspek Keuangan 

Aspek Sosial dan Ekonomi Aspek Dampak Lingkungan 

Aspek Hukum 

PenyusunanKonsep Studi Kelayakan

Finalisasi Laporan 

Diskusi 

Pembahasan 

Laporan 

Pendahuluan 

Laporan 

Antara 

Konsep 

Laporan Akhir 

Laporan  Akhir 

Page 56: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

55  

 

BAB IV 

 

 

   

 

4.1. Umum 

Tanaman  karet  berasal  dari  bahasa  latin  yang  bernama  Hevea  braziliensis. 

Tanaman karet mula‐mula ditemukan di  lembah‐lembah sungai Amazone (Brazil). 

Ketika Christophel Columbus menemukan  benua Amerika  pada  tahun  1476,  dia 

tercengang  melihat  penduduk  setempat  (suku  Indian)  bermain  bola  dengan 

menggunakan  suatu bahan yang dapat memantul bila dijatuhkan ke  tanah. Bola 

tersebut  terbuat  dari  campuran  akar,  kayu,  rumput,  dan  bahan  (lateks)  yang 

kemudian  dipanaskan  diatas  api  dan  dibulatkan  menjadi  bola.  Jauh  sebelum 

tanaman  karet  ini  populer,  penduduk  asli  diberbagai  tempat  seperti  Amerika 

Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan 

getah.  Getah  ini  dihasilkan  dari  tanaman  Castillaelastica  (family  moraceae). 

Tanaman  tersebut  tidak  dimanfaatkan  lagi  karena  kalah tenar  dibandingkan 

tanaman  karet. Di  Indonesia  sendiri  tanaman  karet  dicoba  dibudidayakan  pada 

tahun 1876 di ditanam pertama kali di Kebun Raya Bogor. 

                                                

                 Gambar 4.1    Pohon Tanaman Karet 

PPPRRROOODDDUUUKKKSSSIII PPPEEERRRKKKEEEBBBUUUNNNAAANNN KKKAAARRREEETTT

Page 57: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

56  

Tanaman  karet  dapat  tumbuh  tinggi  dan  berbatang  cukup  besar.  Tinggi  pohon 

dewasa  bisa  mencapai  15  ‐  25  meter.  Batangnya  biasanya  tumbuh  lurus  dan 

memiliki  percabangan  diatas.  Daun  karet  terdiri  dari  tangkai  daun  utama  dan 

tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun utama 3  ‐ 20 cm. Panjang tangkai 

anak daun 3 ‐ 10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Anak daun berbentuk 

eliptis, memanjang dengan ujung meruncing,  tepinya  rata dan gundul. Biji karet 

terdapat  dalam  setiap  ruang  buah.  Jumlah  biji  biasanya  ada  3  ‐  6  buah  sesuai 

dengan  jumlah ruang. Ukuran biji besar dan memiliki kulit yang keras. Warnanya 

coklat kehitaman dengan bercak‐bercak berpola yang khas. Tanaman karet adalah 

tanaman dengan sifat dikotil sehingga akar tanaman ini merupakan akar tunggang. 

Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. 

Secara lengkap, struktur botani tanaman karet tersusun sebagi berikut 

Divisi : Spermatophyta 

Sub Divisi : Angiospermae 

Kelas : Dicotyledonae 

Ordo : Euphorbiales 

Famili : Euphobiaceae 

Genus : Hevea 

Spesies : Hevea braziliensis 

Tanaman  karet memiliki  sifat  gugur  daun  sebagai  respon  terhadap  kondisi  lingkungan 

yang kurang menguntungkan  (kekurangan air/kemarau). Daun  ini akan  tumbuh kembali 

pada awal musim hujan. 

Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut: 

o Tinggi tempat 0 ‐ 200 meter diatas permukaan laut 

o Curah hujan 1.500 ‐ 3.000 mm/tahun 

o Bulan kering kurang dari 3 bulan 

o Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam 

o Kemiringan tanah kurang dari 10% 

Page 58: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

57  

o Tekstur tanah terdiri dari lempung berpasir dan liat berpasir 

o Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimum 15% 

o pH tanah berkisar 4,3 ‐ 5,0 (kondisi asam ya…) 

o Drainase tanah sedang 

Tanaman karet memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan komoditas lainnya, 

yaitu: 

o Dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan  jenis  lahan, serta masih mampu 

dipanen hasilnya meskipun tanah tidak subur 

o Mampu membentuk  ekologi  hutan,  yang  pada  umumnya  terdapat  pada 

daerah  lahan  kering  beriklim  basah,  sehingga  karet  cukup  baik  untuk 

menanggulangi lahan kritis. 

o Dapat memberikan  pendapatan  harian  bagi  petani  yang mengusahakan. 

Prospek harganya juga cukup baik walaupun sering berfluktuasi/tidak stabil. 

4.2. Produksi Perkebunan Karet 

Dari  perkembangan  karet  sebagai    komoditi  ekspor  yang menjanjikan    terlihat 

peningkatan produksi karet di Indonesia. Begitu juga Kapupaten Lingga yang terus 

mengikuti  perkembangan    bisnis  karet  Indonesia.  Potensi  yang  ada  untuk 

perkebunan karet cukup besar, dari  luas seluruh perkebunan Kabupaten Lingga  , 

sekitar 25 %  luas perkebunan karet yaitu 10.216.95 Ha  (data statistic Kabupaten 

Lingga  2012)  ,  dengan  rata‐rata  produksi  849.24  Kg  /ha  .  pengembangan 

perkebunan  karet  difokuskan  pada  beberapa  daerah  yaitu  Lingga  utara, 

Kecamatan Singkep, Singkep Barat dan Senayang. 

Produksi    karet dari perkebunan  yang dihasilkan berpengaruh pada   bagaimana 

pengolahan  yang  akan  dilakukan,  rencana  pengolahan  akan  dilakukan  dengan 

melakukan pengelolahan  sendiri dengan merencanakan pembanguna pabrik karet 

sendiri  di Kabupaten Lingga.  

Produksi Perkebunan Karet adalah berupa getah pohon karet  (Hevea brasiliensis)  

yang  disebut  lateks  kebun,  kemudian  lateks  tersebut  diolah  dengan  beberapa 

Page 59: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

58  

tahap  pengolahan  sehingga  akan  dihasilkan  lateks  kebun  yang  bersih  sebagai 

bahan baku barang‐barang seperti sol sepatu, material karet yang tahan banting. 

Kabupaten  Lingga  yang mempunyai  potensi  perkebunan  karet  yang  cukup  luas 

dengan  mempunyai  data  hasil  produksi    pohon  Karet    berdasarkan  daerah 

perkebunan karet di Kabupaten Lingga seperti di bawah ini :  

Tabe 4.1 Data hasil Produksi Karet Kabupaten Lingga  berdasarkan daerah Perkebunan tahun 2010 

 

Kecamatan  Singkep 

Barat 

Singkep  Lingga  Lingga Utara  Senayang 

Produksi 

Karet (ton) 

1439.22  1898.o1  481.45  147.58  105.14 

 

Dari  tabel  diatas  terlihat  daerah  produksi  karet  terbanyak  adalan  Kecamatan  

Singkep dengan jumlah prodiksi sebesar 1898.01 ton. Berdasarkan pengamatan di 

lapangan bahwa daerah  Singkep mempunya  luas  area perkebunan  karet    cukup 

besar yaitu…..., tersebar di Jagoh dan Marok Tua. 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.2  Perkebunan Karet di Jagoh Singkep 

 

Perkebunan  Karet  di  Marok  Tua  lebih  banyak    dari  pada  di  Dearah  Jagoh, 

berdasarkan  peta  tata  ruang Wilayah  Kabupaten  Lingga  , Marok  Tua memang 

diperuntukan untuk perkebunan Karet, sehingga masyarakat ini lebih banyak yang 

mempunya mata pencaharian sebagai petani Karet. 

ASUS
Highlight
ASUS
Highlight
Page 60: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

59  

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.3. Perkebunan Karet di Marok Tua 

4.3. Spesifikasi Hasil Perkebunan 

Sistem  produksi  karet  Kabupaten  Lingga  dilakukan  dengan  cara  pengumpulan 

lateks dikebun  (TPH)  oleh  para  petani  yang  kemudian  akan  dikumpulkan 

pada Tengkulak yang kemudian di  jual ke pabrik. Bahan baku  lateks akan 

tersed ia   set iap   har i   karena   penyadapan   se la lu   di lakukan   set iap  

har i .  Sumber  bahan  baku   industri karet berasal dari perkebunan karet 

baik  Perkebunan  Rakyat,  bahan  baku  yang  dihasilkan  (lateks)  biasanya 

langsung  diolah  di  pabrik  sendiri  atau  dikirim  ke  pabrik  yang  se induk ,  

sedangkan   untuk   prosesor   yang   t idak   memi l ik i   kebun   harus  

berusaha  untuk  mendapatkan bahan baku dari perkebunan karet rakyat, 

baik melalui pembelian  langsung ataupun melalui  lelang yang diadakan pada 

waktu‐waktu tertentu 

Pada  perkebunan  besar  hal  ini  tidak  begi tu   menjadi   masalah.   Bahan  

baku   yang   berasa l   dar i   perkebunan   karet   rakyat   yang  biasanya 

sangat bervariasi kualitasnya. 

Untuk  menjaga  kualitas  dan  kontinuitas  bahan  baku,  maka  harus 

dilakukan  pengawasan pada  tiap  penyadap.  Dari  hasil  penyadapan,  dapat 

ditentukan. 

1. Bobot atau isi lateks 

Penyadap  menuangkan  lateks  dari  ember‐ember  pengumpul  ke  dalam 

ember  embe r   t a k a r a n   me l a l u i   s e b u a h   s a r i n g a n   k a s a r  

d e n g a n   u k u r a n   l u b a n g   2   mm ,maksudnya  untuk  menahan  lump 

yang terjadi karena prakoagulasi. 

Page 61: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

60  

2. Kadar Karet Kering (KKK) 

Penentuan  kadar  karet  kering  (KKK)  sangat  penting  dalam  usaha 

mencegahterjadinya kecurangan para penyadap. 

 

Lateks  sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas 

yang  baik.  Ada  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  kualitas  lateks  di 

Kabupaten Lingga  , adalah sebagai berikut. 

- Faktor dari kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain‐lain). 

- Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim 

kemarau keadaan lateks tidak stabil). 

- Alat‐alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan 

(yang baik terbuatdari aluminium atau baja tahan karat). 

- Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu). 

- Kualitas air dalam pengolahan. 

- Bahan‐bahan kimia yang digunakan. 

- Komposisi lateks.Untuk mengetahui susunan bahan‐bahan yang terkandung 

dalam lateks dapat dilihat pada table 4.2. 

Tabel 4.2 Kandungan Lateks Segar yang dikeringkan 

Sumber:  Hasil Laboraorium tahun 2010 

 

Pada  saat mulai  keluar  dari  pohon  hingga  beberapa  jam  lateks masih  berupa 

cairan,tetapi  setelah  kira  kira  8  jam  lateks mulai mengental  dan  selanjutnya 

Bahan  Lateks segar (%)  Lateks yang dikeringkan 

Kandungan Karet  35.62  88.28 

Resin  1.65  4.10 

Protein  2.03  5.04 

Abu  0.70  0.84 

Zat gula  0.34  0.84 

Air  59.62  1.00 

Page 62: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

61  

membentuk  gumpalan  karet  atau  yang  lebih  dikenal  dengan  istilah  prakoagulasi. 

Penyebab terjadinya prakoagulasiantara lain sebagai berikut: 

1. Penambahan asam 

Penambahan  asam  organik  ataupun  anorganik  mengakibatkan  turunya 

pHlateks sehingga lateks kebun membeku. 

2. Mikroorganisme 

Lateks  segar  merupakan  media  yang  baik  bagi  pertumbuhan 

mikroorganisme,mikroorganisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet, 

mikroorganisme  ini  menghas i lkan   asam   asam   yang   menurunkan   pH,  

serta  menimbulkan   bau   karena   t e r b e n t u k n y a   a s am   a s am   y a n g  

mud a h   men g u a p .   B i l a   b a n y a k   o r g a n i sme   mak a senyawa  asam 

yang  dihasilkan  akan  banyak  pula.  Suhu  udara  yang  tinggi  akan 

lebihmengaktifkan kegiatan bakteri sehingga dalam pemyadapan ataupun 

pengangkutandiusahakan pada suhu rendah atau pagi. 

3. Iklim 

Air  hujan  akan  membawa  zat  kotoran  dan  garam  yang  larut  dari  kulit 

batang.Zat  zat  ini  akan mengkatalisis  terjadinya prakoagulasi.  Lateks  yang baru 

disadap  jugamudah menggumpal  jika  terkena  sinar matahari  yang  terik  karena 

kestbilan koloidnyarusak oleh panas yang terjadi. 

4. Pengangkutan 

Pengangkutan  yang  terlambat  ataupun  jarak  yang  jauh  menyebabkan 

lateks baru  tiba  ditempat  pengolahan  pada  siang  hari  dan  sempat  terkena 

matahari  sehinggamengganggu   kestabi lan   l a teks .   Ja lan   yang   buruk  

atau   angkutan   yang   terguncangguncang  mengakibatkan  lateks  yang 

terangkut terkocok kocok secara kuat sehinggamerusak kestabilan koloid. 

5. Kotoran atau bahan‐bahan lain yang ikut tercampur.   

Lateks akan mengalami prakoagulasi bila dicampur dengan air kotor, terutamaair 

yang mengandung  logam atau elektrolit. Prakoagulasi  juga sering  terjadi 

karenatercampurnya kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam. 

 

 

Page 63: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

62  

BAB V 

HASIL SURVEY PENDAHULUAN 

 

 

 

 

5.1.  Umum 

Dengan  memperhatikan  adanya  peningkatan  permintaan    terhadap 

komoditi  karet  ini dimasa  yang  akan datang, maka upaya untuk meningkatakan 

pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa 

merupakan  langkah  yang  efektif  untuk  dilaksanakan.  Guna mendukung  hal  ini, 

perlu  diadakan  bantuan  yang  bisa  memberikan  modal  bagi  petani  atau 

perkebunan  swasta  untuk  membiayai  pembangunan  kebun  karet  dan 

pemeliharaan  tanaman  secara  intensif.  Secara umum  dalam  perindustrian  karet 

dalam aspek pemasaran perlu ditinjau : 

(i) perkembangan  pasar  komoditi  karet  alam  dilihat  dari  permintaan  dan 

penawaran karet alam ., dan  

(ii) (prospek agribisnis karet dilihat dari klon‐klon karet  rekomendasi dengan 

potensi  produksinya,  kebutuhan  investasi  dan  kelayakan  finansial 

pengusahaan  kebun  karet,  serta  hal‐hal  yang  perlu  dipersiapkan  dalam 

rangka pengembangan agribisnis karet di Indonesia. 

Data  statistik  tahun  2012  di  Kabupaten  Lingga menunjukan  bahwa  luas 

total area perkebunan karet di Kapupaten  Lingga adalah  sebesar   10.216,95 Ha. 

Dengan  ini  terlihat  potensi  unggulannya  yakni    produksi  karet  dengan  tujuan 

menghasilkan  produk  olahan  yang  efisien,  bernilai  tambah  tinggi,  ramah 

lingkungan, sesuai potensi sumberdaya yang ada dan sesuai kondisi sosial ekonomi 

dan budaya daerah. Dan  juga Berdasarkan hasil kajian yang  telah dilakukan oleh 

BAPPEDA Kabupaten  Lingga mengenai Potensi Perkebunan Karet menyimpulkan 

bahwa  potensi  sumberdaya  lahan  dan  perkebunan  karet  yang  dimiliki  oleh 

Kabupaten  Lingga  sangat  potensial  untuk  dilakukan  pengembangan.  Untuk 

mencapai  pengembangan  perkebunan  karet  yang  efektif  dan  efisien,  selaras, 

serasi seimbang dan berkelanjutan, maka perlu perencanaan yang matang. 

PPPEEEMMMAAASSSAAARRRAAANNN PPPRRROOODDDUUUKKKSSSIII KKKOOOMMMOOODDDIIITTTIII KKKAAARRREEETTT

Page 64: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

63  

 Lahan  yang  terbesar  untuk  perkebunan  Karet  di  Kabupaten  Lingga  terdapat  di 

kecamatan Singkep Barat,  Lahan perkebunan  ini di  tanam  sejak  tahun 1980 dan 

seiring perkembangan potensi yang menguntungkan maka  jumlah petani Karet di 

Kabupaten Lingga hingga  saat  ini di perkirakan berjumlah 5000 orang, petani  ini 

berasal  dari  kecamatan  Singkep  Barat,  yang merupakan  daerah  dengan  jumlah 

lahan  perkebunan  karet  di  perkirakan mencapai  400  ha,  dengan  jenis  tanaman 

karet unggul. 

Selain  itu  potensi  karet  yang  dihasilkan  di  Kabupaten  Lingga  sebaiknya 

dilakukan  pengembangan  sampai  ke  tingkat  pengelolaan  dan  pemasaran  yang 

direncanakan  dapat  meningkatkan  perekonomian  masyarakat  dan  pendapatan 

Kabupaten Lingga itu sendiri. 

 

5.2. Perkembangan Permintaan Komoditi Karet 

 

Karet merupakan  kebutuhan  yang  vital  bagi  kehidupan manusia  sehari‐

hari,  hal  ini  terkait  dengan  mobilitas  manusia  dan  barang  yang  memerlukan 

komponen  yang  terbuat  dari  karet  seperti  ban  kendaraan,  conveyor belt,  sabuk 

transmisi, dock  fender,  sepatu dan  sandal  karet. Kebutuhan  karet  alam maupun 

karet  sintetik  terus  meningkat  sejalan  dengan  meningkatnya  standar  hidup 

manusia.  Kebutuhan  karet  sintetik  relatif  lebih mudah  dipenuhi  karena  sumber 

bahan  baku  relatif  tersedia  walaupun  harganya mahal,  akan  tetapi  karet  alam 

dikonsumsi  sebagai  bahan  baku  industri  tetapi  diproduksi  sebagai  komoditi 

perkebunan.  

Di Kabupaten Lingga dari 1 ha terdapat 500‐600 batang pohon karet, untuk 

masa panen tergantung usia tanaman karet, pohon karet dengan usia di bawah 30 

tahun,  dari  300‐400  batang  pohon  karet  dapat menghasilkan  7‐10  kg  per  hari, 

sementara untuk pohon karet dengan usia di atas 30  tahun dapat memproduksi 

karet 30 hari x 10 bulan efektif yaitu 300 hari panen dalam setahun maka jumlah 

produksinya  hanya  5‐6  kg  per  hari  untuk  300‐400  batang  dalam  1  ha  tanah, 

dengan    rata  rata  produksi  849,24  Kg/Ha    .  Degan  jumlah  Petani  Karet  cukup 

signifikan yakni  perkirakan berjumlah 5000 orang bahkan akan bertambah terkait 

Page 65: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

64  

rencana  pembangunan  pabrik  karet  di  lokasi  ,  dan    dengan  jumlah  lahan  di 

perkirakan mencapai  400  ha  dengan  jenis  tanaman  karet  unggul, menunjukan 

prospek kebutuhan karet yang terus meningkat. 

Dengan   perkirakan kebutuhan karet  Indonesia   2,40  juta ton pada tahun 

2012 dan total area perkebunan karet di Kapupaten Lingga adalah  saat ini sebesar  

10.216,95  Ha,  dengan  rata  rata  produksi  perkebunan  Kabupaten  Lingga  dari 

849,24 Kg/ha,   Kabupaten Lingga dapat memberikan kontribusi untuk memenuhi 

kebutuhan Karet Indonesia sebanyak 0,36 % per tahunnya dan dimungkinkan akan 

terjadi  perkembangan  setiap  tahunnya  seiring  dengen  rencana  pembangunan 

pabrik Karet di Kabupaten Lingga. 

 

5.3. Perkiraan jumlah permintaan Komoditi Karet  

 

Bedasarkan  data  IRSG  (2004a),  ketakseimbangan  (imbalance)  penawaran 

dan permintaan karet alam mulai terlihat sejak tahun 1900‐an (surplus/defisit dari 

penawaran karet alam), dan berpengaruh  terhadap  cadangan  (stock) karet alam 

dunia. Secara  teoritis, harga diharapkan akan bereaksi dengan ketakseimbangan 

penawaran  dan  permintaan.  Dimana  kenaikan  harga  terjadi  karena  defisit 

penawaran dan turunnya harga karena surplus penawaran, Hal tersebut tentunya 

akan menyulitkan  bagi  pelaku  pasar  dalam mengambil  keputusan.  Ekspor  karet 

Indonesia  selama  20  tahun  terakhir  terus menunjukan  adanya peningkatan dari 

1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 2,25  juta ton pada tahun  2010. 

Beberapa  faktor  Fundamental  yang  Mempengaruhi  Harga  Karet  Alam 

Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada  sepuluh  tahun  terakhir,  terutama 

China dan beberapa negara kawasan Asia‐Pasifik dan Amerika Latin seperti  India, 

Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam 

yang  cukup  tinggi,  walaupun  pertumbuhan  permintaan  karet  di  negara‐negara 

industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang relatif stagnan. Menurut 

International  Rubber  Study  Group  (IRSG),  diperkirakan  akan  terjadi  kekurangan 

pasokan karet alam pada periode dua dekade ke depan. Hal ini menjadi kekuatiran 

pihak konsumen,  terutama pabrik‐pabrik ban seperti Bridgestone, Goodyear dan 

Page 66: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

65  

Michelin.  Sehingga  pada  tahun  2004,  IRSG membentuk  Task  Force  Rubber  Eco 

Project  (REP)  untuk melakukan  studi  tentang  permintaan  dan  penawaran  karet 

sampai dengan  tahun 2035. Hasil  studi REP meyatakan bahwa permintaan karet 

alam  dan  sintetik  dunia  pada  tahun  2035  adalah  sebesar  31.3  juta  ton  untuk 

industri ban dan non ban, dan 15  juta ton diantaranya adalah karet alam. Untuk 

jumlah konsumsi karet dunia dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan, 

jika pada  tahun 2009 konsumsi karet dunia  sebesar 9,277  juta  ton, untuk  tahun 

2010 naik menjadi 10,664 juta ton. Sementara produksi karet mentah dunia hanya 

mampu  memberikan  sebanyak  10,219  juta  ton  pada  tahun  2010  naik 

dibandingkan  dengan  tahun  2009  yang  sebesar  9,702  juta  ton  karet  alam  atau 

minus sekitar 445.000  ton. Harga karet di pasar dunia  tersebut dipengaruhi oleh 

tingginya  permintaan  terhadap  komoditas  tersebut  dari  negara‐negara  yang 

mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti China, India, dan Asia Pasifik. 

Berdasarkan  data  Biro  Pusat  Statistik  bahwa  untuk  luas  areal  karet  Indonesia 

sebagai yang terbesar di dunia dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti Thailand seluas 

2,6  juta  hektar  dan  Malaysia  1,02  juta  hektar.  Meski  memiliki  lahan  terluas, 

produksi  karet  Indonesia  tercatat  sebesar  2,4  juta  ton  atau  di  bawah  produksi 

Thailand yang mencapai 3,1 juta ton, sedangkan produksi karet Malaysia mencapai 

951 ribu ton. 

Dengan   perkirakan kebutuhan karet  Indonesia   2,40  juta ton pada tahun 

2012 dan  total area perkebunan karet   saat di Kapupaten Lingga adalah sebesar  

10.216,95  Ha,  dengan  rata  rata  produksi  perkebunan  Kabupaten  Lingga  dari 

849,24  Kg/ha.  Diharapkan  dengan  adanya  Pabrik  Karet  Sendiri  diharapkan  bisa 

mengalami peningkatan sebesar 100 % Untuk setiap harinya karet yang di hasilkan 

para petani karet Lingga mencapai 1500 kg  per ha jadi untuk setiap bulannya bisa 

mencapai 200 ton. Hal ini menjadikan komoditi karet di Kabupaten Lingga menjadi 

perioritas  seiring  peningkatan  kebutuhan  karet  Indonesia  maupun  Negara 

tetangga 

 

 

 

Page 67: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

66  

5.4. Kebijakan Pemasaran dan Saluran Distribusi 

Dari permintaan kebutuhan karet  Indonesia 1.0  juta ton pada tahun 1985 

menjadi 2.25    juta  ton pada  tahun   2010  ini menggambarkan bahwa kebutuhan 

akan  Karet  semakin  meningkat,  Khususnya  Kabupaten  Lingga  sudah  saatnya 

mencermati  akan  potensi  ini.  Pertanyaannya  apakah  Kabupaten  Lingga  Dengan 

luas  total area perkebunan karet di Kapupaten Lingga adalah sebesar   10.216,95 

Ha  , dengan   rata rata produksi 849,24 Kg/Ha  Ini semua perlu peran Pemerintah 

Daerah dan kerjasama dari semua pihak terkait. 

Dari tahun 1980 pemasaran karet kabupaten Lingga masih   menggunakan 

jalur tengkulak, petani menjual hasil karetnya ke tengkulak, atau bahkan tengkulak 

yang  mendatangi  petani  karet,  dengan  menggnakan  truk  lalu  tengkulak 

menjualnya  lagi  kepada  pengumpul,  kemudian  pengumpul  menjual  langsung  

kepada  pengusaha  yang  ada  di  Jambi melalui  Kapal Nuzdalifah  dan  Kapal Wilis 

setiap minggu.  

Pelabuhan  yang  di  pergunakan  untuk mangkal  kapal  untuk mengangkut 

kapal  ke  jambi  addalah  pelabuhan Dabo,  pelabuhan Marok  Tua  dan  Pelabuhan 

Sungai  Daek.  Sebagian  besar  melalui  Pelabuhan  Dabo  berkisar  sebanyak  60%, 

Perkiraan setiap bulan karet di angkut dari pelabuhan Dabo saja sekitar 600  ton 

karet  ke  Jambi,  tim  survey  mengalami  kesulitan  mendapatkan  data  secara 

transparan  dari  pemilik  kapal  karena  pemilik  kapal  khawatir  terlalu  banyak 

pungutan yang di sesuaikan dengan jumlah anggkutan mereka. Ada kalanya petani 

perkebunan karet Kabupaten Lingga menjual langsung ke Jambi melalui Pelabuhan 

Sungai Daek.   Untuk  Pabrik  Karet  selain  ke  jambi  Para  petani  karet  Kabupaten 

Lingga  pun  ada  yang menjualnya  ke  pabrik  karet  yang  ada    di  Tanjung  Pinang. 

Untuk  data  pengumpul  sulit  didapatkan,  namun  biasanya  setiap  desa memiliki 

seorang  pengumpul. Harga  Jual  karet  dari  petani  ke  tengkulk  terbilang  rendah, 

saat tim studi melakukan riset mendapat harga 8.000 – 9.000 per kg.. Harga  jual 

karet peteni kabupaten Lingga bisa mencapai titik tertinggi di angka 15.000 untuk 

per  kg  nya,  tergantung  cuaca  dan  masa  panen  dan  permintaan  pabrik  akan 

komoditi karet. Yang di khawatirkan para spekulan dapat mempermainkan harga 

karet. 

Page 68: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

67  

 

 

 

 

 

 

6.2. Umum 

Tanaman  karet  ini  apabila  digores/disayat  pada  kulit  batangnya  akan 

mengeluarkan cairan pekat berwarna putih yang disebut lateks. Lateks ini akan 

kering dan menggumpal apabila dibiarkan lebih dari 2 jam. Pohon karet ini baru 

boleh dipanen  (untuk diambil  lateksnya) setelah berusia 5 tahun dan memiliki 

usia produktif 25 sampai 30  tahun. Lateks  inilah yang selanjutnya akan diolah 

menjadi  bentuk  baru  (produk  barang  jadi).  Lateks  yang masih  dalam  bentuk 

cairan menjadi bahan baku produk balon karet mainan, permen karet, sarung 

tangan  karet,  kondom  dan  lain‐lain.  Sedangkan  lateks  yang  sudah  kering 

(membeku,  sering  disebut  kompo) menjadi  bahan  baku  ban mobil,  conveyor 

belt, karet pelindung pada bodi mobil, dan lain‐lain. 

 

6.3. Pengeloaan Karet 

6.3.1. Teknologi Umum Pengelolaan Karet dan Peralatannya 

Bahan  baku  yang  digunakan  dalam  proses  pengolahan  karet  Crumb  Rubber 

adalah  bahan  baku  karet  dalam  bentuk  padatan.  Proses  pengolahan  karet 

Crumb  Rubber  sendiri  adalah  proses  pengolahan  bahan  baku  karet  (dalam 

bentuk  padatan)  dengan  cara  peremahan,  pemblendingan,  dan  pengeringan 

yang  bertujuan  untuk  mendapatkan  karet  kering  dalam  bentuk  kemasan 

tertentu sesuai permintaan konsumen.   

Lateks  berbentuk  cair  di  3  jam  pertama,  setelah  itu  lateks  akan  membeku 

secara  alami  dan  berubah  bentuk menjadi  padatan.  Diperusahaan  tempatku 

bekerja,  lateks  (dalam  bentuk  cair)  diolah  di  2  jenis  pabrik  pengolahan  yaitu 

Pabrik Pengolahan Sheet (Getah Asap) dan Pabrik Pengolahan Lateks Pusingan. 

Sementara untuk  lateks yang sudah menggumpal  (sering disebut  juga Kompo) 

diolah di Pabrik Pengolahan Crumb Rubber.  

 

PPPEEEMMMIIILLLIIIHHHAAANNN TTTEEEKKKNNNOOOLLLOOOGGGIII PPPEEENNNGGGOOOLLLAAAHHHAAANNN

Page 69: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

68  

Untuk mempercepat  pembekuan  lateks maka  dilakukan  penambahan  koagulan 

(biasanya  Formic  Acid)  kedalam  lateks.  Detailnya,  2  jenis  bahan  baku  yang 

diterima di Pabrik Pengolahan Karet Crumb Rubber adalah: 

1. Cup Lump (Lump Mangkok)  Cup  Lump  atau  populer  juga  dengan  sebutan  "Lump  Mangkok"  adalah 

bekuan lateks yang menggumpal secara alami didalam mangkok pengumpul 

lateks. Lateks akan membeku secara alami dalam waktu kurang lebih 3 jam.  

 

Gambar 6.1  Cup Lump 

 

Cup  lump  ini  memiliki  Kadar  Karet  Kering  (KKK)  sebesar  60%  ‐  90% 

tergantung  dari  kekeringannya.  Semakin  kering maka  Kadar  Karet  Kering 

juga akan semakin tinggi. Kadar Karet Kering ini menggambarkan kandungan 

partikel  karet  yang  terdapat  dalam  Cup  Lump.  Secara  visual  Cup  Lump 

berwarna putih dan akan menjadi kuning kecoklatan seiring bertambahnya 

umur penyimpanan. 

2. Slab  Slab  adalah  bekuan  lateks  yang  digumpalkan  dengan  sengaja  dengan  cara 

menambah  zat  koagulan/penggumpal.  Koagulan  yang  biasa  digunakan  (dan 

disarankan)  adalah  asam  semut  (Formic  Acid).  Namun masih  banyak  pemasok 

yang menggunakan  bahan  lain  sebagai  koagulan  seperti:  air  kotor,  air  baterai, 

pupuk, dan lain‐lain yang dapat menurunkan parameter mutu yang dipersyaratkan.  

Page 70: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

69  

  

 

Gamabr 6.2.  Slab 

 Slab ini biasanya berbentuk bantalan dengan ukuran 40 x 30 x 10 cm. Kadar Karet 

Kering yang terdapat dalam slab bervariasi antara 30% ‐ 60%. Nilai ini lebih rendah 

bila  dibandingkan  dengan  Kadar  Karet  Kering  Cup  Lump  (60%  ‐  90%).  Slab  ini 

dibuat  dengan  cara mengumpulkan  lateks  cair  kedalam  wadah‐wadah  cetakan 

(untuk membentuk bantalan) dan diberi  koagulan/penggumpal  (biasanya  formic 

acid) yang mempercepat proses penggumpalan.  

Slab memiliki karakter mutu yang kurang baik bila dibandingkan dengan Cup Lump. 

Untuk itu dalam proses pengolahan nantinya perlu dibuat perbandingan campuran 

antara  Slab  dan  Cup  Lump.  Perbandingan  1  Slab  dan  3  Cup  Lump memberikan 

hasil yang baik bagi produk. Semakin banyak komposisi Cup Lump maka semakin 

baik juga karakter mutu yang akan dihasilkan. 

Sebelum memasuki pabrik bahan baku (Slab dan Cup Lump) ini ditimbang terlebih 

dahulu. Tujuan penimbangan  ini  tentunya untuk mengetahui berat basah bahan 

baku yang masuk kedalam pabrik. Laboratorium kemudian akan memeriksa Kadar 

Karet Kering bahan baku karet tersebut untuk dapat mengetahui berat kering yang 

diterima oleh pabrik.  

Di Pabrik Karet  menggunakan timbangan digital Apabila sistem digital mengalami 

kerusakan dapat diganti dengan sistem manual. Setiap 1  tahun sekali  timbangan 

ini akan dikalibrasi oleh Badan Meterologi untuk memastikan keakuratannya.  

 

Page 71: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

70  

 

Gamabr 6.3.  Proses Penimbangan di Stasiun Timbangan Bahan Baku 

 

Truk yang masuk dicatat dulu nomor polisinya kemudian  ditimbang dan beratnya 

menjadi berat bruto. Truk kemudian masuk kedalam loading ramp dan melakukan 

unloading  muatannya.  Setelah  unloading,  truk  pengangkut  ditimbang  lagi  dan 

beratnya menjadi  berat  netto.  Berat muatan  didalam  truk  adalah  Berat  Bruto 

dikurangi dengan Berat Netto dan disebut dengan Berat Tarra. Berat Tarra  inilah 

yang menjadi  berat  bahan  baku  yang  diterima  oleh  pabrik.  Hasil  penimbangan 

selanjutnya dicetak dan dan 1 kopiannya diberikan kepada si pengirim.  

   

 

Gambar 6.4. Loading Ramp tempat Bahan Baku di unloading dari Truk Pengangkut

 

Penimbangan  bahan  baku  dilakukan  terpisah  menurut  jenis  bahan  baku  yang 

diterima dan dibedakan menurut  si pengirim bahan baku. Tidak dibenarkan Cup 

Page 72: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

71  

Lump dan Slab ditimbang bersamaan. Ini dibuat karena kedua jenis bahan baku ini 

memiliki  karakter  yang  berbeda.  Kadar  Karet  Kering  kedua  bahan  baku  ini  juga 

berbeda. Akan lebih mudah nantinya memeriksa Kadar Karet Kering apabila bahan 

baku yang diterima sudah dipisahkan dari awal penerimaan.  

Proses unloading muatan dilakukan dengan memperhatikan  kaidah  First  In  First 

Out  (FIFO)  sehingga perlu mengatur  letak dari muatan  yang  akan dionload  agar 

kaidah  FIFO  tadi  terlaksana.  Bahan  yang  pertama  datang  adalah  bahan  yang 

pertama  diolah  dan  selanjutnya  bahan  yang  datang  kemudian  akan  diolah 

kemudian.  Peletakan  bahan  baku  yang  sembarangan  akan  memberi  kesulitan 

dalam melaksanakan kaidah FIFO ini. 

 

Gambar 6.5. Proses Unloading Bahan Baku dari Truk Pengangkut 

 Biasanya proses unloading bahan baku dari truk ke  lantai  loading ramp dilakukan 

oleh  tenaga  yang dibawa oleh pengangkutan  itu  sendiri  atau  tenaga pihak  ke‐3 

dari  sekitar  lingkungan pabrik. Pihak  ke‐3 biasanya  juga  adalah warga  setempat 

yang bergabung dalam suatu serikat/organisasi .  

Pada proses unloading juga harus diusahakan agar slab dan cup lumb benar benar 

diletakkan terpisah agar pada proses selanjutnya perbandingan 1 Slab dan 3 Cup 

Lump dapat dengan mudah dilaksanakan. 

Bahan baku yang turun dari Truk selanjutnya ditimbun sementara di lantai Loading 

Ramp  sebelum  masuk  ke  proses  pengolahan.  Penimbunan  dilakukan  dengan 

membagi  bahan  baku  kedalam  kelompok  menurut  umurnya  untuk  menjamin 

sistem  FIFO  berjalan.  Bahan  baku  yang  diterima  juga  akan  disortir  dari  benda‐

Page 73: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

72  

benda non karet (kontaminasi). Contoh benda‐benda kontaminasi  ini antara  lain: 

tali plastik, pecahan mangkok  lateks,  tali rafia, scrap/getah  tarik, potongan kayu, 

daun‐daun,  sobekan  goni  plastik,  dan  lain‐lain.  Benda‐benda  (kontaminasi)  ini 

akan dikumpulkan dan dikembalikan kepengirim.  

Proses pengelolaan yaitu   mulai dari Bak Blending  I, Prebreaker, Bak Blending  II, 

Hammer Mill  dan  diakhiri  Bak  Blending  III.  Seluruh  proses  ini  bertujuan  untuk 

mengurangi  kontaminasi  dan menghomogenkan  dengan  cara meremahkannya, 

mixering (pengadukan) dan pencucian. 

 

Gambar 6.6. Layout proses Pengolahan Karet

 

Proses  transportasi  material  yang  diolah  dari  satu  peralatan  ke  peralatan 

berikutnya dilakukan oleh Bucket Conveyor.  

   1. Proses Bak Blending I 

 

Bahan baku yang ditimbun dilantai Loading Ramp selanjutnya dimasukkan 

ke dalam Bak Blending I. Bak blending I ini merupakan proses pengolahan pertama 

yang bertujuan untuk mempermudah pencampuran antara Slab dan Cup Lump.  

 

Page 74: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

73  

Gambar 6.7 . Bak Blending I 

 

Bak blending diisi air  yang  fungsinya mencuci bahan baku. Pencucian  ini bertujuan 

untuk mengurangi kontaminasi. Air akan diganti secara berkala  (biasanya seminggu 

sekali) untuk menjamin efektifitas pencucian bahan baku.  

 2. Proses Prebreaker 

 Dengan  Bucket  Conveyor,  bahan  baku  dipindahkan  dari  Bak  Blending  I  ke mesin 

Prebreaker. Di Prebreaker bahan baku tadi akan diremahkan menjadi ukuran‐ukuran 

yang lebih kecil. Apabila ukuran sebelumnya berukuran sebesar 50 x 50 maka setelah 

lewat dari Prebreaker ukurannya akan menjadi  seukuran  lebih kecil kisaran ukuran 

2x2 cm.  

   

Page 75: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

74  

Gambar 6.8 Mesin Prebreaker 

 

Sesuai dengan  sebutannya  yaitu Pabrik Crumb Rubber maka proses  yang dominan 

terjadi di pabrik adalah proses peremahan. Peremahan bertujuan untuk memperluas 

bidang  permukaan  sehingga  pencucian  menjadi  lebih  efektif.  Pada  saat  proses 

peremahan ini juga akan terjadi " tekanan" terhadap bahan baku yang akan memaksa 

kontaminasi memisahkan diri dari bahan baku. 

Spesifikasi  mesin  Prebreaker  yang  ada  di  Pabrik  (Pabrik  Crumb  Rubber  dengan 

kapasitas 30 Ton Karet Kering/hari) adalah sebagai berikut : 

Tabel 6.1 Spesifikasi Mesin Prebreaker 

Kapasitas mesin Prebreaker 

= 4.000 ‐ 5.000 Kg/Jam 

Daya motor   = 37 KW 

Putaran motor   = 1.500 Rpm 

Tenaga motor  = 50 HP 

 3. Bak Blending II 

 

Remahan‐remahan  yang  keluar  dari  Prebreaker  selanjutnya masuk  ke  dalam  Bak 

Blending  II. Mirip dengan  fungsi Bak Blending  I maka Bak Blending  II  juga berfungsi 

sebagai  pencampur.  Seluruh  remahan‐remahan  akan  diaduk  sehingga  diharapkan 

bahan baku menjadi homogen.  

Page 76: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

75  

 

Gambar 6.9 . Bak Blending II 

 

Air yang ada dalam bak blending yang menjadi media pencampur. Agar produk akhir 

homogen  (sama  karakter  mutunya  disetiap  bagian  produk),  maka  bahan  yang 

sebelumnya  memiliki  karakter  berbeda  akibat  adanya  Cup  Lump  dan  Slab,  jenis 

tanaman,  proses  pertumbuhan,  perawatan  tanaman  harus melewati  proses‐proses 

tertentu. Salah satu proses menghomogenkan tadi terjadi di Bak Blending. 

 4. Hammer mill  

 

Bucket Conveyor kemudian akan memindahkan remahan di Bak Blending II ke mesin 

Hammer Mill. Mirip  dengan  fungsi  Prebreaker maka  Hammer Mill  juga  berfungsi 

untuk  meremahkan  bahan  baku  yang  ada  di  Bak  Blending  II.  Remahan  yang 

sebelumnya berukuran sebesar 2x2 cm akan diperkecil lagi ukurannya menjadi 0,5 ‐ 1 

cm.  Ternyata  untuk  mempermudah  proses  selanjutnya  ukuran  remahan  yang 

dihasilkan  Prebreaker  masih  terlalu  besar  sehingga  perlu  diperkecil  lagi  dengan 

Hammer Mill. Hammer Mill juga memiliki tujuan yang sama dengan Prebreaker yaitu 

memperluas bidang permukaan bahan baku.  

 

Page 77: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

76  

Gambar 6.10. Mesin Hammer Mill 

 

Semakin  luas  permukaan  bahan  baku maka  bidang  kontak  air  dengan  bahan  baku 

juga akan semakin besar sehingga proses pecucian menjadi lebih optimal. Di Hammer 

Mill bahan baku diremahkan dengan mekanisme  "pemukulan". Pemukulan  ini  juga 

akan memaksa kontaminasi memisahkan diri dari bahan baku. 

Spesifikasi Harmmer Mill pada Pabrik Crumb Rubber dengan kapasitas 30 Ton Karet 

Kering/hari adalah sebagai berikut : 

Tabel 6.2. Spesifikasi  Mesin Harmmer Mill 

Kapasitas mesin Hammer Mill 

= 3.000 Kg/Jam 

Daya motor   = 100 KW 

Putaran motor   = 1475 Rpm 

Tenaga motor  = 135 HP 

 5. Bak Blending III 

 

Bak blending III selanjutnya menerima hasil remahan yang keluar dari mesin Hammer 

Mill.  Fungsinya  hampir  sama  dengan  fungsi  Bak  Blending  yang  sebelumnya  yaitu 

sebagai pencampur dan pencuci untuk mengurangi kontaminasi yang masih ada.  

   

Page 78: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

77  

Gambar 6.11. Bak Blending III 

 

Bak Blending III juga berfungsi sebagai media transportasi dari Hammer Mill ke mesin 

proses selanjutnya. 

Proses selanjutnya adalah   seperti yang diperlihatkan dalam gambar  layout dibawah 

ini 

Gambar 6.12. Lay Out proses       

Page 79: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

78  

6. Penggilingan Remahan 

Tujuan utama penggilingan remahan adalah untuk mendapatkan keseragaman bahan 

baku  dengan  proses mikro  dan menjadikannya  dalam  bentuk  lembaran.  Proses  ini 

sering juga disebut proses Mikro Blending. Makro Blending dan Mikro Blending sama‐

sama  bertujuan  untuk mendapatkan  keseragaman/homogenitas  bahan  baku.  Pada 

proses  Makro  Blending  proses  pencampuran  dilakukan  dengan  cara 

mengaduk/mixering remahan/bahan baku. Proses  ini mirip dengan proses membuat 

adonan  campuran  beton,  yakni  dengan  mengaduk  semen,  pasir,  kerikil  sehingga 

didapatkan  campuran  yang  homogen.   Sedangkan  pada  Proses  Mikro  Blending 

kegiatan  menghomogenkan  terjadi  dengan  cara  menggiling  remahan  yang  diatur 

sedemikian  rupa  sehingga  remahan  saling  "tindih"  satu  sama  lain  didalam 

penggilingan.  Proses  "saling  tindih"  ini  memaksa  remahan‐remahan  karet  untuk 

menjadi satu bagian yang akhirnya akan menjadi bentuk lembaran.  

Penggilingan  dilakukan  dengan  menggunakan  mesin  giling  Crepper.  Roll  Gilingan 

Crepper dibuat berulir/motif bunga agar efek pemerasan  terjadi pada bahan baku. 

Agar  didapatkan  jaminan  bahwa  setiap  remahan  karet  sudah  menjadi  sebuah 

kesatuan maka perlu dilakukan penggilingan berulang‐ulang. Dari hasil studi lapangan 

Pabrik Karet menggunakan  6 mesin Crepper  (di  pabrik  lain mungkin  saja  berbeda) 

sehingga diperlukan 6 kali penggilingan yang dilakukan berurut dari Crepper yang ke‐

1 hingga Crepper yang ke‐6. Dengan 5 mesin Crepper  jumbo yang memiliki tekanan 

dan luas kontak yang lebih besar memungkinkan penggilingan hanya dilakukan 6 kali. 

Dulu  ketika  pabrik  kami  hanya menggunakan  2  buah mesin  Crepper  jumbo,  kami 

harus menggiling sampai 8 kali (ada 6 buah Crepper Non Jumbo) untuk mendapatkan 

hasil yang homogen. 

Page 80: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

79  

Gambar 6.13 Bucket Conveyor memindahkan remahan dari Bak Blending 3 ke Crepper no. 1

 Penggilingan dilakukan sambil menyemprotkan air sehingga kotoran‐kotoran yang keluar 

oleh proses penggilingan terbuang oleh proses pencucian. Proses perpindahan bahan dari 

1 gilingan ke gilingan berikutnya dilakukan secara manual oleh Operator Gilingan . Setiap 

mesin Crepper dijaga oleh 1 orang Operator Crepper. Operator Crepper ini juga bertugas 

untuk melipat  lembaran sebelum masuk kedalam Crepper. Lembaran yang terlipat  inilah 

yang  akan membuat  remahan‐remahan  karet  saling  "tindih" pada  saat digiling. Namun 

lembaran yang terlipat hanya bisa digiling di Crepper Jumbo (yang 5 buah). Pada Crepper 

terakhir sering juga disebut Crepper Finisher proses pelipatan  lembaran tidak diperlukan 

lagi. 

Gambar 6.14. Remahan sudah mulai berbentuk lembaran setelah digiling 

Page 81: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

80  

Gambar 6.15.  Lembaran yang sudah terbentuk setelah melewati Crepper Finisher 

Gambar 6.16 Lembaran yang sudah digulung dan menjadi Blangket 

Gambar 6.17. Blangket akan dipindahkan ke Gudang Maturasi 

 

Page 82: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

81  

Hasil  akhir  dari  penggilingan  remahan‐remahan  tadi  akan  diperoleh  lembaran  selebar 

kurang lebih 60 cm dengan ketebalan 6 ‐ 7 mm. Karet yang sebelumnya berupa remahan 

kini  telah berubah menjadi  lembaran  yang homogen.  Selanjutnya  lembaran  yang mirip 

selendang ini digulung kemudian dikirim ke Gudang Maturasi untuk proses "Pemeraman". 

1 buah gulungan memiliki berat kurang  lebih 24 kg  (Berat  sebelum maturasi). Biasanya 

dinamakan  blangket.  Kadar  Karet  Kering  dalam  Blangket  yang  baru  dihasilkan  adalah 

sekitar 70% (nilai sebelum maturasi).  

   7. Proses Maturasi (Pemeraman) 

 Blangket  yang  dihasilkan  oleh mesin  Crepper  selanjutnya  dibawa  ke Gudang Maturasi 

untuk  proses  "Pemeraman".  Dipabrik  lain  proses  pemeraman  ini  dilakukan  dengan 

menggantungkan  lembaran  namun  di  Pabrik  tempat  saya  bekerja  proses  pemeraman 

dilakukan dengan menyusun blangket‐blangket dalam Gudang Maturasi. Proses Maturasi 

berlangsung selamat 6  ‐ 8 hari. Biasanya hasil  terbaik didapatkan ketika blangket sudah 

dimaturasi selama 8 hari. Maturasi yang lebih dari 8 hari juga akan memberikan hasil yang 

lebih  baik. Bahan  baku  karet  akan menjadi  lebih  cepat  kering  dalam  proses Dryer  dan 

kemungkinan  terjadinya  cacat  (white  spot)  lebih  sedikit.  Penambahan  umur maturasi 

tentunya  akan  berpengaruh  kepada  kebutuhan  luas  Gudang Maturasi.  Kami memiliki 

Gudang Maturasi yang didisain untuk waktu maturasi 8 hari. 

Gambar 6.18 Blangket disusun dalam Gudang Maturasi 

 

Page 83: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

82  

Penyusunan  blangket  di  Gudang Maturasi  diatur  sedemikian  rupa  sehingga  setiap 

blanket  dapat  diidetifikasi  menurut  umurnya.  Untuk  itu  perlu  dibuatkan  papan 

identifikasi yang diletakkan disetiap kelompok blangket. Gudang maturasi juga harus 

dilengkapi dengan drainase yang baik. Blangket baru masih dalam keadaan basah dan 

bisa menimbulkan  genangan  air.  Kondisi  yang  basah  akan membuat  kelembaban 

gudang  maturasi  menjadi  tinggi.  Semangkin  tinggi  kelembaban  akan  menambah 

kebutuhan  waktu  untuk  maturasi.  Blangket  memerlukan  suhu  normal  untuk 

kebutuhan maturasi (tidak boleh terlalu tinggi dan tidak boleh terlalu rendah. 

Tujuan  dari maturasi  ini  untuk mempertahankan  nilai  PRI  dan  turut  serta  dalam 

mengurangi Kadar Air dalam Blangket. Biasanya Kadar Karet Kering setelah maturasi 

selama 8 hari adalah 80 ‐ 90%. Nilai PRI adalah ukuran dari besarnya sifat plastisitas 

(keliatan/kekenyalan)  karet  yang  masih  tersimpan  bila  karet  tersebut  dipanaskan 

selama  30  menit  pada  suhu  140  derajat  Celcius.  Pengujian  PRI  dilakukan  untuk 

mengukur  degradasi  (penurunan)  ketahanan  karet mentah  terhadap  oksidasi  pada 

suhu  tinggi.  Nilai  lebih  dari  80%  menunjukkan  bahwa  ketahanan  karet  mentah 

terhadap  oksidasi  adalah  besar.  Dengan  mengetahui  nilai  PRI  dapat  diperkirakan 

mudah  tidaknya  karet menjadi  lunak  dan  lengket‐lengket  jika  lama  disimpan  atau 

dipanaskan. Hal ini penting nantinya pada proses vulkanisasi karet pembuatan barang 

jadi,  agar  diperoleh  sifat  karet  yang  lebih  kuat  dan  teguh.  Nantinya  saya  akan 

mencoba  membuat  postingan  khusus  untuk  membahas  parameter‐parameter 

kualitas yang harus dipenuhi oleh produk akhir pabrik Crumb Rubber  (dalam hal  ini 

parameter kualitas SIR 10) dan bagiamana cara pengujiannya. 

 

8. Schreding (Peremahan)  

Sebelum  memasuki  proses  pengeringan,  blangket  akan  diremahkan  dulu  dengan 

mesin Schreder. Tujuan peremahan ini adalah untuk mendapatkan luasan permukaan 

yang cukup bagi bahan baku untuk kontak dengan udara panas di mesin Dryer.  

Page 84: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

83  

 

Gambar 6.19. Mesin Schreder sedang meremahkan blangket 

Bentuk  remahan  juga memungkinkan bahan baku dapat dicetak didalam Box Dryer 

(sering  juga  disebut  dengan  trolley),  sehingga  memudahkan  dalam  proses 

Pengepakan. 

 9. Proses Drying (Pengeringan)   

Remahan‐remahan  yang  dihasilkan  oleh  Schreder  selanjutnya  akan masuk  ke  bak 

panjang berisi air bersih  (berfungsi sebagian pencuci dan media  transport) didepan 

Schreder.  Dari  bak  tersebut  remahan  kemudian  dipindahkan melalui  pipa  dengan 

pompa Hidro  Cyclon  ke  Box Dryer. Ada  2  orang  yang  bertugas  untuk memastikan 

remahan  masuk  kedalam  Box  Dryer  dengan  baik  dan  benar  (posisinya  disebelah 

kanan dan kiri dari box dryer).  

Page 85: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

84  

 

Gambar 6.20 

 Proses pemindahan remahan dari Bak Schreder ke Box Dryer dengan Hidro Cyclone 

Sebuah Box Dryer memiliki kapasitas 120 Kg Kering. Remahan harus masuk kedalam 

box dengan cara yang alami dan tidak boleh ada penekanan terhadap remahan. Hal 

ini  untuk  menghidari  terjadi  pemadatan  didalam  remahan.  Remahan  yang  padat 

menyulitkan udara panas untuk menyentuh seluruh permukaan remahan. Akibatnya 

pengeringan menjadi tidak sempurna. Kepadatan remahan  didalam box dryrer harus 

diatur  sedemikian  rupa  sehingga masih dapat  terjadi  sirkulasi udara panas diantara 

celah‐celah remahan pada saat pengeringan didalam dryer.  

Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan produk SIR 10 yang bebas dari kadar air. 

Kadar  air  yang  lebih  tinggi  akan  menurunkan  ketahanan  produk  terhadap 

pembusukan.  Kandungan  air  memungkinkan  produk  ditumbuhi  oleh  jamur. 

Menghilangkan  kandungan  air  akan  meningkatkan  keawetan  dari  produk  dan 

menjadi  syarat  agar  dapat  diolah  pada  proses  selanjutnya.  Produk  SIR  10  sendiri 

adalah  produk  yang  setengah  jadi  dan  akan  diproses  lebih  lanjut menjadi  produk 

bahan jadi seperti ban mobil, belt conveyor, dock fender dan lain sebagainya. 

Page 86: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

85  

 

Gambar 6.21  Mesin Dryer 

 

Suhu  pengeringan  diatur  pada  suhu  110  ‐  126  derajat  celcius.  Total  waktu 

pengeringan  yang  dilakukan  adalah  selama  kurang  lebih  4  jam.  Operator  dryer 

bertugas menjaga agar remahan benar‐benar kering optimal. Kondisi remahan yang 

kurang  kering biasanya memberikan  akibat white  spot  ataupun  virgin  rubber pada 

produk akhir  (bandela). Sedangkan bila  suhu pengeringan  terlalu  tinggi atau waktu 

pengeringan  terlalu  lama maka  hasil  yang  keluar  dari  dryer menjadi  berlendir  dan 

lengket‐lengket. Kondisi  karet berlendir dan  lengket  ini merupakan gambaran awal 

bahwa parameter mutu PRI (Plasticity Retention Index) gagal didapatkan.  

Proses  pengeringan  di  dalam  Dryer  menggunakan  udara  panas.  Udara  panas  ini 

dihasilkan  oleh  Heat  Echanger.  Komponen  pemanas  yang  terdapat  pada  Heat 

Exchager adalah susunan pipa yang berisi oli panas. Udara yang melewati pipa berisi 

oli  panas  inilah  kemudian  yang  berubah  menjadi  udara  panas  dan  kemudian 

diteruskan  ke dalam dryer untuk mengeringkan  remahan  karet didalam box dryer. 

Udara  tersebut  selanjutnya  disirkulasikan  lagi  ke Heat  Exchanger  sehingga  dengan 

proses sirkulasi ini didapatkan suhu dryer yang stabil. 

Oil panas yang ada didalam pipa merupakan oli panas yang mengalir dan bersirkulasi 

dari  Thermal  Oil  Heater  dan  Heat  Exchanger.  Thermal  Oil  Heater  berfungsi 

memanaskan oli yang terdapat didalam pipa. Oli panas ini selanjutnya dipompakan ke 

Page 87: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

86  

Heat  Exchanger.  Dari  Heat  Exchanger  oli  panas  tersebut  kembali  lagi  untuk 

dipanaskan di  Thermal Oil Heater  (TOH)  dan  begitu  seterusnya. Bahan  bakar  yang 

digunakan oleh TOH adalah berupa Cangkang Sawit.  

 

Gambar 6.22  Mesin Thermal Oil Heater (TOH) 

   

Sebelum  ada  TOH  ini,  pabrik  tempat  saya  bekerja  menggunakan  Burner  untuk 

menghasilkan udara panas. Burner ini menggunakan bahan bakar minyak solar. Harga 

minyak solar untuk industri yang semangkin tinggi membuat perusahaan mengambil 

langkah  mencari  alternatif  sumber  energi  baru.  Hitachi  kemudian  menawarkan 

konsep Thermal Oil Heater yang menggunakan bahan bakar berupa cangkang sawit. 

Harga cangkang sawit jelas jauh lebih murah bila dibandingkan dengan minyak solar . 

Investasi  awal  untuk membangun  TOH  ini memang  cukup  besar,  tapi  keuntungan 

yang didapatkan dari perbedaan antara harga cangkang dan solar menjadikan TOH ini 

sangat layak dalam penilaian ekonomis. 

 

 

Page 88: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

87  

10. Proses Packing (Pengepakan)    

Setelah Box yang berisi remahan keluar dari mesin Dryer, maka selanjutnya box dryer 

akan didinginkan isinya sampai 40 derajat Celcius. Pendinginan ini dibutuhkan untuk 

menghindari: 

1. Tumbuhnya  jamur pada hasil akhir. Hasil akhir akan dibungkus dengan plastik. 

Suhu yang panas akan berakibat mengembunnya udara yang ada didalam plastik. 

Embun ini dapat memicu timbulnya penjamuran.  

2. Plastik pembukus produk dapat meleleh sehingga produk akan menjadi  lengket 

satu sama lain.  

3. Nilai  Plasticity  Retention  Index  (PRI)  akan  turun  akibat  panas  yang  tertahan 

dalam kemasan.  

Sebelum  dibawa  ke  proses  packing,  Box  Dryer  terlebih  dahulu  dikeluarkan  isinya 

(berupa  remahan  berbentuk  bantalan  yang  telah  kering)  dan  diletakkan  ke meja 

sortasi. Hasil yang keluar dari Dryer akan dipisahkan secara visual antara hasil yang 

memenuhi spesifikasi dan hasil yang keluar dari spesifikasi/out spek. Hasil yang out 

spek  biasanya  adalah  hasil  yang  masih  mengandung  karet  mentah/virgin 

rubber/white  spot  (ditandai  bintik putih  dan  bau  yang menyengat),  atau  bisa  juga 

hasil  yang  terlalu  matang  (lembek  dan  lengket).  Di  meja  sortasi  dilakukan  juga 

pemeriksan terhadap kontaminasi (mis: serpihan kayu, plastik atau logam). 

 

Page 89: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

88  

Gambar 6.23.  Pekerja sedang memindahkan isi box dryer ke meja sortasi 

Pabrik karet umumnya   menerima order SIR 10 dalam bentuk kemasan Shrink Wrapped 

Jumbo Pallet (SW/JP). Hasil yang telah lewat sortasi selanjutnya ditimbang sebanyak 35 kg 

dan  selanjutnya  dilewatkan  ke  Metal  Detector.  Metal  Detector  akan  memeriksa 

kandungan logam pada produk. Kontaminasi logam harus dihindari. 

Hasil keluaran dryer selanjutnya akan dicetak menjadi bentuk kotak memanjang dengan 

berat 35 kg. Pencetakannya dilakukan dengan mesin Press Bale. Remahan‐remahan akan 

di tekan dalam sebuah cetakan hingga didapatkan ukuran 17 cm x 36 cm x 72 cm. Hasil 

cetakan  ini  disebut  dengan  Bandela  atau  sering  juga  disebut  Bale.  Bandela  tersebut 

selanjutnya  akan  dibelah  dalam  arah  memanjang  (tidak  sampai  terbelah  2)  untuk 

memeriksa  apakah  bandela  bebas  dari  kondisi  bintik  putih  (Whitespot).  Karet mentah 

dalam  bandela  biasanya  akan  menimbulkan  bekas  bintik  putih  (White  spot).  Apabila 

ditemukan bintik putih  (white spot) maka Bandela harus segera disingkirkan  (out spek). 

Setelah bandela diyakini bebas dari white spot maka bandela sudah siap untuk dibungkus 

dengan pembungkus plasitk. 

                                  

Gambar 6.24. Penimbangan untuk mendapatkan berat 1 bandela (35 kg) 

Page 90: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

89  

 

Gambar 6.25. 

 Bandela dilewatkan ke Metal Detector untuk memeriksa kandungan logam. 

 

 

Gbr. Remahan selanjutnya dicetak pada mesin Press Bale 

Page 91: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

90  

 

 Bandela dibelah untuk memeriksa kontaminasi yang ada didalam bandela 

 

Gambar 2.26  Bandela dibungkus dengan plastic 

Page 92: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

91  

 

Gambar 2.27. Bandela disusun ke dalam Forming Box 

 

Bandela yang  sudah dibungkus dengan plastik  selanjutnya akan disusun ke dalam 

Forming  Box. Mula‐mula  alas  Forming  Box  dilapisi  dengan  plastik  polietilen  yang 

memiliki  ketebalan  0,10  ‐  0,15 mm,  kemudian  bandela  disusun  diatas  alas  peti. 

Bandela disusun sebanyak enam lapis dengan 6 buah bandela untuk tiap lapisannya. 

Artinya akan ada 36 bandela dalam 1 Forming Box. Antara setiap lapisnya diberi alas 

plastik interlayer yang merupakan satu potong (utuh) dalam setiap kemasan. 

Kemasan Shrink Wrapped Jumbo Pallet (SW/JP) beralaskan Tapak Kayu. Syarat kayu 

yang digunakan sebagai tapak SW/JP adalah kayu Meranti  II atau kayu sembarang 

no.  1  atau  kayu  karet  yang  memenuhi  persyaratan  dengan  warna  merah  atau 

kuning  dengan  berat  jenis  >  0,6  dan  tidak  berjamur/lapuk.  Kayu  yang  digunakan 

harus difumigasi. Kadar air kayu diharapkan dibawah 20%  sehingga fumigasi  lebih 

efektif. Kayu harus diketam bagian luar dan dalam, bebas dari serpihan atau serbuk 

kayu. Arah paku harus menuju arah  luar dengan pengertian kepala paku dan mata 

paku tidak boleh menonjol. 

Page 93: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

92  

Sesudah  seluruh  bandela  tersusun  dalam  Forming  Box,  maka  diatas  susunan 

bandela  diletakkan  tutup  papan  yang  ukurannya  persis  sama  dengan  ukuran 

Forming Box sehingga apabila ditekan dapat masuk ke dalam Forming Box. Diatas 

tutup papan tersebut diletakkan beban seberat 2 Ton selama 36 ‐ 48 jam sehingga 

apabila beban tersebut diangkat maka diperoleh suatu susunan bandela yang padat 

dan rapi. 

Selanjutnya plastik pengemas dalam bentuk kantung diselubungkan pada susunan 

Bandela yang telah padat dan rapi tersebut dan dipanaskan dengan shrink fast gun 

yang bahan bakarnya elpiji sampai plastik pembungkus menyusut dengan rapat.  

Susunan Bandela yang padat dan  rapi  tersebut selanjutnya disebut dengan Pallet. 

Setiap palet  terdiri dari 36 bandela  sehingga berat untuk 1 palet adalah 1260 kg. 

Palet‐palet  inilah yang menjadi produk akhir di pabrik kami. Palet‐palet kemudian 

disimpan di dalam gudang penyimpanan menunggu Order Pengiriman dari Bagian 

Penjualan.  

 

6.3.2. Teknologi Pengolahan Karet Siklo dan Peralatannya 

Karet  alam merupakan  suatu  senyawa hidrokarbon dan merupakan polimer 

alam  yang  telah  dikenal  lebih  dari  seratus  tahun.  Karet  alam  merupakan  hasil 

penggumpalan dari  getah  karet  atau  lateks  kebun,  yaitu  cairan  seperti  susu hasil 

sadapan dari pohon karet  (Hevea brasiliensis). Teknologi  siklisasi atau pembuatan 

karet siklo dari karet alam sudah  lama dikenal, Bentuk karet alam yang digunakan 

sebagai  bahan  baku  pada  proses  pembuatan  karet  siklo  adalah  karet  padat  atau 

lateks pekat. 

Metode siklisasi karet alam yang pertama kali ditemukan adalah siklisasi pada karet 

alam  padat,  diikuti  pada  larutan  karet  dan  terakhir  siklisasi  pada  lateks  pekat. 

Penampakan  dan  sifat  karet  siklo  dari  karet  alam  tidak  tergantung  pada metode 

siklisasi dan  jenis katalis asamnya, melainkan kepada derajat siklisasi yang dicapai. 

Metode  siklisasi  yang  dapat  dipilih  sebagai  alternatif  proses  pembuatan  karet 

adalah sebagai berikut : 

 

 

Page 94: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

93  

1. Siklisasi karet alam padat 

Siklisasi karet alam padat dilakukan dengan cara mencampur karet alam padat 

dengan 10 bagian asam pada gilingan rol ganda atau pada mesin mencampur 

banbury; kemudian lembaran karet yang diperoleh dipanaskan pada suhu 125o 

c  –  145o c  selama  1‐4  jam,  jika  asam  yang  digunakan  berbentuk  cair, maka 

sebelum ditambahkan pada karet terlebih dahulu dicampur dengan bahan inert. 

Karet  siklo  yang  dihasilakan  berdasarkan  metode  ini  umumnya  sukar  larut 

dalam  pelarut  karet,  atau  sedikit  larut  dengan  viskositas  larutan  yang  relatif 

tinggi    (Coomarasamy  et  al  ,  1981).Karet  siklo  tersebut  biasanya  digunakan 

sebagai  bahan  pengisi  barang  jadi  karet,  dengan  tujuan  meningkatkan 

ketahanan  kritis  barang  jadinya.    Selain  itu,  kaet  siklo  yang  diperoleh  darI 

siklisasi karet alam dalam keadaan padat  juga dapat digunakan sebagai bahan 

baku bahan perekat, penempel karet pada logam atau permukaan halus lainnya. 

2. Siklisasi Larutan Karet 

Karet  Siklo  yag  diperoleh  dengan metode  ini,  biasanya  berupa  bubuk  putih 

hingga kuning kemereahan, mempunyai viskositas  larutan yang  relatif  rendah 

dan  sangat memuaskan  jika dipakai  sebagai bahan baku perekat,  tinta  cetak, 

cat  tahan  bahan  kimia  dan  pelapis  tahan  air.  Katalis  yang  banyak  digunakan 

pada metode ini adalah asam trikloroasetat, asam anhidrida, asam flouroborat, 

baron  triklorida, senyaea  fluorin dari boron atau  fosforus dan senyawa halide  

dari  logam‐logam amfoter. Pabrik karet siklo  lokal  terdapat di   Sumatra Utara 

telah menerapkan metode siklisasi karet alam pada keadaan larutan seperti ini. 

Pelarut  yang  biasa  digunakan  untuk  melarutkan  karet  yang  akan  disiklisasi 

sempurna, akan diperoleh karet siklo yang mempunyai berat molekul rendah, 

sehingga  mudah  larut  dalam  berbagai  pelarut  karet  menghasilkan  larutan 

dengan  viskositas  rendah dan  kandungan  resin  yang  tinggi. Oleh  karena  itu  , 

karet siklo yang diperoleh dengan cara siklisasi  larutan karet alam snagat baik 

untuk  digunakan  sebagai  bahan  tinta  cetak  dan  pelapis  atau  cat  yang  tahan 

tehadap panas dan bahan kimia. 

 

 

Page 95: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

94  

3. Siklisasi Keadaan Lateks 

Metode siklisasi  ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1947 oleh Rubber 

stichting Belanda dan Dunlop Rubber Co. Pada  saat bersamaan  tanpa adanya 

kerjasama  (Janssen,  1956).  Pada metode  siklisasi  ini  asam  sulfat  pekat  atau 

asam  sulfonat  ditambahkan  pada  lateks  alam  yang  sebelumnya  telah 

dipekatkan dan telah dibubuhi bahan penstabil (stabilizer). Bahan penstabil dari 

golongan  kationik  atau  non  ionic  diambahkan  pada  lates  pekat,  agar  lateks 

tidak menggumpal ketika kontk dengan asam. Bahan penstabil yang disarankan 

adalah  penstabil  kationik  lunak  yang  dibuat  dengan  cara  kondensasi  etilen 

oksida pada   alkilamin rantai panjang, atau penstabil non  ionic yang diperoleh  

dengan  cara mengkondensasi etilen oksida pada alcohol  rantai panjang.  Sifat 

dan mutu karet siklo yang dihasilkan tergantung pada konsentrasi katalis asam 

dan lamanya pemanasan. 

Asam  sulfat  merupakan  katalis  asam  yang  paling  efektif  digunakan  pada 

metode siklisasi pada  lateks. Pada 100oC siklisasi  lateks pekat dengan minimal 

70% (w/w) asam  sulfat pekat akan sempurna telah berlandsung selama 2 jam . 

Setelah  siklisasi  selesai  lateks  dituangkan  ke  dalam  alcohol  berair  atau  yang 

lebih  ekonomis.  Tuangkan  ke  dalam  air mendidih  hingga  terbentuk  flokulat 

yang halus. Setelah disaring, dicuci, dan dikeringkan akan diperoleh karet siklo 

berupa  serbuk  yang  sangat halus,  yang  akan melunak pada 130oC dan dapat 

dicetak kempa pada  suhu 140o C. karet  siklo  ini mudah didispersikan dlam ar 

sehingga dapat digunakan untuk memperkeras bahan  jadi celup atau busa dai 

lateks pekat. 

Salah satu produk yang spesifik dari siklisasi lateks pekat ini adlah master batch 

karet siklo, yaitu cmpuran karet siklo, yaitu campuran karet siklo dan karet alam 

dengan  perbandingan  50/50  (w/w).  Produk  ini  dihasilkan  dengan  cara 

menambahkan  lateks  alam  yang  sudah  distabilkan  dengan  bahan  penstabil, 

pada  lateks pekat  yang  sudah dol  sepatu,  isiklisasi,  lalu di  tuangkan pada  air 

mendidih  untuk memisahkan  hasilnya. Master  batch  karet  siklo  ini  biasanya 

digunakan  dalam  industry  sol  sepatu,  industry  rol  karet,  industry  cetakan 

barang jadi karet yang tahan benturan. 

Page 96: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

95  

Berdasarkan  metode  siklisasi  yang  telah  dijelaskan  di  atas  maka  pemilihan 

teknologi  proses  karet  siklo  harus  disesuaikan  dengan  potensi  yang  dimiliki. 

Teknologi proses karet siklo dengan bahan baku lateks dapat dikembangkan di 

Kabupaten Lingga, mengingat kabupaten Lingga     sebagai produsen karet yang 

berpotensi  dan    sebagian  besar  merupakan  karet  alam  yang  dihasilkan  di 

perkebunan  rakyat. Maka  dipilih  teknologi  pengolahan  karet  siklo  dari  lateks 

pekat. 

Pengolahan pada keadaan lateks juga terbagi ke dalam beberapa bagian yaitu : 

a. Lateks pekat 

Lateks  pekat  dibuat  dengan  cara  memekatkan  lateks  kebun  dengan  alat 

sentrifugasi  . Lateks kebun yang dipekatkan adalah  lateks kebun yang telah 

dilakukan  penambahan  surfaktan  emulgen  sebanyak  2  bsk  (bobot  per 

seratus  karet).  Lateks  hasil  sentrifugasi  diuji  kadar  karet  kering  (KKK). 

Diagram alir pembuatan lateks pekat dapat dilihat dibawah ini : 

 

 

Gambar 6.28 Diagram alir pembuatan lateks pekat 

 

 

 

Page 97: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

96  

b. Lateks deproteinasi (DPNR) 

Sebelum  pembuatan  lateks  pekat  DPNR,  lateks  kebun  diuji  kadar  karet 

kering  (KKK)  kemudian  ditambahkan  surfaktan  sebanyak  2  bsk  untuk 

mencegah penggumpalan lateks kemudian diencerkan sampai mencapai KKK 

10 %  lalu ditambahkan enzim papain sebanyak 0.6 bsk, penambahan enzim 

digunakan  untuk  hidrolisa  protein  dalam  lateks.  Kemudian  lateks  diperam 

selama  24  jam  dlam  kondisi  suhu  ruang  agar  enzim  papin  dapat  bekerja 

maksimal untuk menghidrolisa protein pada lateks. 

Selanjutnya  lateks  tersebut  di  sentrifugsi  untuk memekatkan  lateks DPNR 

sampai  KKKnya mencapai  60 %.  Lateks DPNR  hasil  sentrifugasi  ditentukan 

karakteristiknya  dengan  pengujian  KKK.  Diagram  alir  pembuatan  dapat 

dilihat dibawah ini : 

 

Gambar 6.29 Diagram Alir Pembuatan Lateks Diproteinisasi 

 

c. Lateks dipolimerisasi 

Setelah didapatkan lateks pekat mka selanjutnya dilakukan penambahan 

emulgen 1 bsk dan toluene sebanyak 10 % diaduk selama 15 menit pada suhu 

Page 98: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

97  

ruang. Kemudian ditambah dengan H2O2 sebanyak 2 bsk dan NAOCl sebanyak 1 

bsk sambil diaduk hingga homogeny. Lateks tersebut diperam dalam oven 

dengan suhu 70o C selama 16 jam. Lateks hasil pemanasan inilah yang disebut 

sebagai lateks depolimerisasi. Diagram alir pembuatan lateks depolimerisasi 

adalah sebagai berikut :  

 

Gambar 6.30. Diagram alir pembuatan lateks Depolimerisasi 

 

Proses Pengelolaan Lateks 

Proses pengelolaan lateks dari bahan baku kebun dibagi menjadi 5 (lima) tahap 

yaitu  pencampurn,  pengenceran,  pemeraman,  penggumpalan.  Penjelasan 

mengenai tahapan‐tahapan prosestesebut adalah sebagai berikut : 

1. Pencampuran 

 

Gamba 6.31  Neraca  massa Pencampuran 

Page 99: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

98  

Tahap pertama untk membuat  lateks deproteinisasi  (DPNR) dari  lateks kebun 

adalah pencampuran. Tahap  ini melakukan homogenisasi antara  lateks kebun 

dengan  penambahan  surfaktan  non‐ionik.  Penambahan  surfaktan  non‐ionik 

sebanyak 24.6  L, guna penambahan  surfaktan  ini  adalah untuk menjaga  agar 

lateks tidak menggumpal ketika kontak dengan enzim papain. 

2. Proses Pengenceran 

Proses selanjutnya setelah pencampuran adalah pengenceran  .Pada proses  ini 

disperse  lateks  yang  masuk  adalah  sebanyak  15395.6  L  dan  disperse  yang 

keluar  adalah  sebanyak  92373.6  L.  Pengenceran  dilakukan  agar  menjaga 

keadaan  dan  mempersiapkan  kondisi  lateks  saat  reaksi  deprotenisasi 

berlangsung. 

 

 

Gambar 6.32. Neraca Massa Pengenceran Lateks 

3. Proses pemeraman 

Lateks yang telah diencerkan selanjutnya diperam selama 20 jam. Dipersi lateks 

yang akan diperam adlah sebanyak 92373.6 l. Bahan yang digunakan untuk 

proses pemeraman adalah enzim papain 0.07 bsk. Enzim papain yang 

digunakan sebanyak 3.44 L dan akan menghasilkan disperse lateks 15395.6 L. 

Pemeraman adalah proses penting dalam pembuatan lateks diproteninisasi 

dilakukan. 

 

 

Page 100: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

99  

 

Gambar 6.33. Neraca Massa Pemeraman 

4. Penggumpalan 

Lateks  yang  telah  diperam  selama  20  jam  dalam  enzim  papain,  selanjutnya 

digumpalkan dengan menggunakan asam  formiat 0.2 bsk. Asam  formiat yang 

dimasukan adalah sebanyak 9.84 L. Asam fromiat atu biasa disebut juga dengan 

asam semut merupakan larutan yang digunakan untuk menggumpalkan lateks. 

Penggumpalan  dilakukan  selama  4‐5  jam  dalam  bak  penggumpalan  akan 

menghasilkan disperse lateks sebanyak 92386.88 L. 

 

Gambar 6.34 Neraca Massa Penggumpalan 

5. Pengeringan 

Tahap  terakhir  dalam  proses  pembuatan  lateks  Diproteinisasi  adalah 

pengeringan. Proses  ini akan dilakukan dengan menggunakan oven pengering. 

Banyak lateks diproteinisasi yang dihasilkan sebanyak 166672.83 kg. 

 

 

 

Page 101: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

100  

 

Gambar 6.35 Neraca Pengeringan 

Peralatan untuk Pabrik Karet Siklo 

Peralatan    utama  yang  akan  diperlukan  untuk  pengoperasian  pabrik  karet  Siklo  di  kabupaten 

Lingga dlam mengolah bahan baku karet yang dihasilakn oleh petani karet an, bak penggumpalan 

dan pengering. 

Alat  dalah  reactor  pencampur  utama  yang  akan  digunakan  dalam  proses  produksi  karet  siklo 

adalah    reactor  siklisasi, bak pencucian  , bak netralisasi dan oven pengering. Bahan baku karet 

akan  masuk  ke  dalam  reactor  siklisasi.  Proses  yang  terjadi  pada  reactor  siklisasi  adalah 

pengedukan  dan    pemanasan.  Dispersi  karet  kemudian  dimasukan  ke  bak  pencucian  untuk 

dibersihkan  dari  sisa  pereaksi  asam  sulfat,  selama  4  kali  pencucian.  Sebelum masuk  ke  oven 

pengering  dispersi  karet    dinetralisasi  dengan  menambahkan  NH3  sampai  ph  karet  7.  Tahap 

terakhir  pada  proses  produksi  ini    adalah  pengeringan  dengan  oven  dan menghasilkan  karet 

dalam bentuk bubuk.  

Reaktor pencampuran yang dirancang  , karet hasil kebun dimasukan ke dalam lubang pemasukan 

bahan dan kemudian ditambahkan surfaktan non ionic. Bahan akan diaduk dengan kecepatan 200 

rpm selama 30 menit untuk membuat reaksi yan baik. Kpasitas reactor ini adalah sebesar 16.000 

liter. Setelah proses selesai bahan akan dikeluarkan melalui lubang pengeluaan. 

 

Bak Penggumpalan 

Karet  yang  telah  tercampur  dengan  asam  format  tersebut  didiamkan  selama  4‐5  jam  agar 

menggumpal dengan sempurna. Bak penggumpal  terdapat 5 unit dengan ukuran 15x0.5x0.5 m3 

dan memiliki kapasita 2500‐3000 L per bak . 

Oven Pengering 

Tahap  terakhir dari proses produksi karet adalah pengeringan. Tidak perlu desain khusus untuk 

alat pendukung proses ini. Mesin pengering yang digunakan adalah oven dengan 12 rak‐rak kecil . 

Kapasitas  dari  oven  ini  adalah  90.000  ‐95.000  kg  bahan  (karet  kebun)  yang  akan  dikeringkan. 

Dimensi alat ini yaitu 475 x 450 x 465 cm. Oven ini terbuat dari bahan baja stainless stell dengan 

Page 102: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

101  

rak  besi  yang  anti  karat.  Energi  panas  yang  digunakan  yaitu  dari  bahan  bakar  untuk 

memanaskannya, missal  kompor LPG. Kontol suhu pemanasan otomatis sampai 125o c. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 103: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

102  

 

 

   

7.1. Umum 

7.1.1. Pengertian Dan Definisi Pabrik 

Pabrik adalah setiap tempat dimana faktor‐faktor manusia, mesin dan 

peralatan, material,  energi, modal,  informasi  sumber daya  alam dan  lain 

lain  dikelola  secara  bersama  dalam  suatu  sistem  produksi  guna 

menghasilkan suatu produk secara efektif, efisien dan aman. 

Lokasi pabrik yang ideal adalah lokasi yang terletak pada suatu tempat 

yang  mampu  memberikan  total  biaya  produksi  yang  rendah  dan 

keuntungan  yang maksimal  yang  artinya  lokasi  terbaik  dari  suatu  pabrik 

adalah  lokasi  dimana  unit  cost  dari  proses  produksi  dan  distribusi  akan 

rendah,  sedangkan  harga  dan  volume  penjualan  produk  akan  mampu 

menghasilkan keuntungan yang sebesar‐besarnya bagi perusahaan. 

 

7.1.2. Faktor pertimbangan pemilihan lokasi pabrik 

Penentuan  lokasi  pabrik  sangat  menentukan  kelangsungan  hidup 

perusahaan  yang menginvestasikan  dana  pada  bidang  usaha  tertentu  di 

masa  yang  akan  datang.  Ketepatan  pemilihan  lokasi  berarti menghindari 

sebanyak  mungkin  seluruh  segi‐segi  negatif  dan  mendapatkan  lokasi 

dengan  paling  banyak  faktor‐faktor  positif.  Penentuan  lokasi  yang  tepat 

akan  meminimumkan  beban  biaya  (investasi  dan  operasional)  jangka 

pendek  ataupun  jangka  panjang  guna  meningkatkan  daya  saing 

perusahaan.  Secara  geografis  letak  geografis  suatu  pabrik  mempunyai 

pengaruh terhadap sistem produksi yang ekonomis, karena banyak faktor‐

faktor  yang memengaruhi  letak  fasilitas/mesin‐mesin  dalam  pabrik,  dan 

yang lebih penting lagi karena lokasi tersebut akan memengaruhi besarnya 

biaya operasi ataupun biaya kapital. 

AAALLLTTTEEERRRNNNAAATTTIIIFFF LLLOOOKKKAAASSSIII PPPAAABBBRRRIIIKKK

Page 104: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

103  

Di dalam menentukan  lokasi  suatu pabrik dalam  suatu  investasi, di 

mana pabrik  itu akan dibangun dan di bagian mana dari daerah  itu akan 

didirikan pabrik, pemilihan  letak pabrik pada umumnya dipengaruhi oleh 

beberapa factor yaitu : 

1. Lokasi Pasar 

Pasar atau lokasi dimana konsumen berdomisili merupakan salah satu 

faktor  yang  harus  dipertimbangkan  dalam  penentuan  lokasi  pabrik. 

Pasar  yang  akan  dituju  dapat  dibedakan  dalam  pasar  internasional 

(global), nasional, regional dan lokal. Jika pasar terpusatkan pada lokasi 

tertentu, maka  pabrik  yang  akan  didirikan  sebaiknya  berada    dekat 

dengan  lokasi  pasar  tersebut,  tetapi  apabila  pasar  menyebar 

diberbagai  lokasi  maka  dapat  ditempatkan  pada  titik  yang  dapat 

menghemat biaya distribusi. 

2. Sumber Bahan Baku 

Perusahaan  yang  karena  sifat dan  keadaan proses manufakturingnya 

maupun  sifat  bahan  bakunya  yang  mudah  rusak,  memaksa  untuk 

menempatkan pabrik yang berada dekat dengan  lokasi sumber bahan 

baku. Industri makanan dalam kaleng, pabrik pengepakan daging perlu 

sekali  untuk  berada  pada  lokasi  yang  dekat  dengan  sumber  bahan 

baku.  Seperti  juga  pada  industry  pabrik  Karet  yang memaksa  harus 

dekat dengan perkebunan karet. 

3. Transportasi 

Tersedia  tidaknya  fasilitas  transportasi  sangat  menentukan  dalam 

proses pemilihan  lokasi pabrik. Suatu perusahaan harus ditempatkan 

di suatu daerah karena  tersedia  tipe  fasilitas  transportasi yang sesuai 

dengan yang diinginkan. Biaya pengiriman produk maupun biaya untuk 

memasukkan bahan baku bagi banyak perusahaan adalah faktor yang 

penting dan  tarif angkutan yang  lebih  rendah harus diperbandingkan 

dengan biaya lain dalam menentukan lokasi pabrik. 

 

 

Page 105: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

104  

4. Sumber Energi atau Tenaga Listrik 

Hampir  dapat  dipastikan  bahwa  semua  industri memerlukan  energi 

atau tenaga listrik untuk kebutuhan proses produksinya. Secara umum 

sebagian besar perusahaan akan lebih suka membeli energi listrik dari 

perusahaan  listrik  daripada  harus  membuat  sendiri  instalasi 

pembangkit listrik.  

5. Iklim 

Iklim  secara  nyata  akan  banyak mempengaruhi  efektivitas,  efisiensi, 

produktivitas dan perilaku tenaga kerja dalam melaksanakan aktivitas 

sehari‐harinya. Berdasarkan penelitian, manusia dapat bekerja dengan 

nyaman dalam iklim yang temperaturnya dapat dijaga sekitar 20‐22°C.  

6. Buruh dan Tingkat Upah 

Sebuah  perusahaan  tidak  dapat  beroperasi  tanpa  karyawan,  dan 

pendirian  pabrik  pada  lokasi  tertentu  akan mempertimbangkan  pula 

apakah  tenaga  kerja  tersedia  dengan  cukup  baik  dari  segi  jumlah 

maupun dari segi keahlian dan kemampuan yang diperlukan. Selain itu 

tingkat  upah  tentu  saja  merupakan  salah  satu  faktor  yang  perlu 

dipertimbangkan.  

7. Undang‐undang dan Sistem Perpajakan 

Undang‐undang  yang  dikeluarkan  oleh  suatu  negara  baik  di  tingkat 

pusat  maupun  tingkat  daerah  akan  mempengaruhi  mempengaruhi 

proses pemilihan lokasi pabrik. Beberapa aspek yang umum diatur oleh 

undang‐undang  adalah  berupa  jam  kerja maksimal,  upah minimum, 

usia  kerja  minimum,  dan  kondisi‐kondisi  lingkungan  kerja  harus 

dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pabrik. 

8. Sikap Masyarakat  

Masyarakat  merupakan  aspek  penting  dalam  penyelesaian  masalh 

perburuhan,  perselisihan  dan  apakah  masyarakat  dapat  menerima 

kehadiran  indistri  di  daerahnya  merupakan  faktor  yang  perlu 

dipertimbangkan dalam penentuan lokasi pabrik. 

 

Page 106: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

105  

9. Sekolah, tempat peribadatan, dan Daerah Pemukiman  

Mendapatkan kota yang terbaik untuk sebuah pabrik baru tidak melulu 

merupakan  penyelidikan  utama  mendapatkn  biaya  transpor  yang 

terendah, tarif pajak rendah, dan suatu suplai air yang memadai, tetapi 

juga  merupakan  suatu  penyelidikan  untuk  suatu  lingkungan 

masyarakat di mana para karyawan akan mempunyai sekolah‐sekolah 

ysng baik, gereja,  taman‐taman dan daerah‐daerah pemukiman yang 

tersedia untuk mereka.  

10. Suplai air 

Untuk perusahaan‐perusahaan yang memerlukan jumlah air yangbesar 

dalam  pemrosesan  produk  mereka,  suplaia  air  harus  mendapat 

perhatian yang serius dalam memilih lokasi pabrik. 

11. Pengendalian Polusi 

Selama  tahun‐tahun  terakhir,  telah  terjadi gelombang emosionalisme 

umum mengenai pengendalian polusi. Kombinasi undang‐undang baru 

dan  tekanan  sosial  telah  memberikan  dampak  besar  pada  banyak 

perusahaan terutama  industri‐industri yang polusinya berat  (misalnya 

baja,  minyak  ,kertas  dan  karet).  Pada  industry  karetb  iasanya 

mempunya pengelolaan limbah dan polusi yang khusus. 

 

7.2. Alternatif Lokasi 

Pentingnya  pemilihan  lokasi  pabrik  adalah  untuk  menentukan 

keberhasilan  perusahaan  hubungannya  dengan  biaya  operasi,  harga  jual, 

serta kemampuan perusahaan untuk. bersaing di pasar. Alternatif pemilihan 

lokasi  adalah  pertimbangan  biaya  yang  dikeiuarkan  dibandingkan  dengan 

tingkat  keuntungan  yang  diperoleh.  Alternatif  pemilihan  lokasi  tersebut 

apakah  didirikan  pabrik  baru,  ekspansi,  ataukah  relokasi  bagi  pabrik  yang 

sudah ada.  

Alternatif pemilihan pabrik baru adalah apabila bagi pengusaha baru atau 

pendatang baru.  

ASUS
Highlight
Page 107: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

106  

Alternatif  pemilihan  ekspansi  didasarkan  alasan  bahwa  fasilitas  produksi 

dirasa  sudah  ketinggalan,  permintaan  pasar  tumbuh  dan  berkembang 

lebih besar daripada kapasitas produksi yang dimiliki, serta apabila  fasilitas 

pendukung (faktor‐faktor produksi) tak lagi mencukupi.  

Alternatif  pemilihan  relokasi  apabila  pabrik  lama  sudah  tidak  memenuhi 

standard yang diharapkan. 

Dalam Kegiatan Penyusunan Feasibility Study (studi kelayakan)  Pembangunan 

Pabrik Komoditi Perkebunan Karet ini adalah meninjau sejauh mana kelayakan 

proyek pembangunan pabrik komoditi perkebunan karet dapat dilaksanakan 

dilihat dari aspek manajemen operasional, pemasaran, teknis, ekonomis dan 

finansial  untuk  mempertajam  arah  dan  strategi  pengembangan  Komoditi 

Perkebunan  Karet  Kabupaten  Lingga  dikaitkan dengan  visi, misi,  tujuan  dan 

sasaran pembangunan Kabupaten Lingga dalam jangka menengah dan jangka 

panjang dan  juga untuk meningkatkan nilai  jual dari komoditi karet  tersebut 

yang  semula  dari  bahan mentah  dikembangkan menjadi  bahan  baku  atau 

mungkin  ditingkatkan  lagi  menjadi  bahan  jadi  Selain  itu  juga  digunakan 

sebagai  dokumen  untuk  acuan  bagi  dinas  atau  instansi  terkait  dan  investor 

sehingga dapat menarik minat calon investor dalam berinvestasi.    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 108: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

107  

7.2.1. Hasil Tinjauan Lokasi Pembangunan Pabrik Perkebunan Karet 

1. Desa Resun (Sungai Tenam)  Kecamatan Lingga Utara. 

Nama lokasi    : Resun – Sungai Tenam. 

Kepemilikan lahan  : Perseorangan. 

Gambar 7.1. Alternatif lokasi pabrik Karet – Sei Tenam 

Potensi :  

Jarak dari kantor pemerintahan Kabupaten Lingga 34 Km 

Kondisi jalan dalam masa pengaspalan yang di perkirakan selesai di tahun 

2014 

Terdapat pelabuhan  besar berjarak 13,7 Km dari perkiraan  lahan  lokasi 

pabrik 

Pelabuhan tersebut rencana akan menjadi pelabuhan transportasi 

penumpang Lingga‐Batam dengan jarak tempuh perjalanan laut di 

perkirakan 1 Jam 

Sumber air berasal dari air terjun Resun yang mengalir menjadi aliran 

sungai 

Jarak kebun karet terdekat ke lokasi pabrik 7,3 km 

Kekurangan : 

Dekat   dengan  pemukiman warga 

Belum terdapat banyak kebun karet 

SDM belum banyak  tersedia, karena masyarakat  setempat  jarak  terdekat 

dengan  lokasi,  mayoritas  bekerja  berdagang,    wiraswasta,  dan  buruh 

perikanan serta sebagai PNS. 

Page 109: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

108  

2. Desa Jagoh ‐ Kecamatan Singkep Barat. 

Nama daerah     : Pipa 2, Durian bangsal – PT DI (daerah industri) – Jagoh 

Kepemilikan Lahan  : Perseorangan 

Gambar 7.2. Alternatif Lokasi Pabrik Karet – Desa Jagoh Singkep Barat 

 

Potensi : 

Terdapat pelabuhan transportasi penumpang tujuan : Batam‐ Lingga, Dabo‐

Lingga dan pulau2 kecil sekitarnya. 

Lokasi lahan pabrik karet berjarak sekitar 12,2 Km dari pelabuhan Jagoh. 

Akses jalan aspal baik namun terdapat jalan tanah 4 Km ke lokasi lahan.  

Terdapat perkebunan karet, namun tak sebanyak di Kecamatan Singkep Barat. 

Akses jalan ke lokasi lahan dari pelabuhan jagoh merupakan akses jalan 

tembus ke daerah Cilatif dan Pangga Betung berjarak 8 Km. 

Kekurangan : 

Sumber air berasal dari kolong yang tidak begitu besar di perkirakan debit 

airnya Tidak Begitu Beasr 

Terdapat 2 Kolong ukuran kecil dan satu kolong ukuran sedang dengan jarak 

kolong satu sama lain berjarak 500 M dan 1 Km. 

SDM  belum banyak tersedia,karena masyarakat setempat jarak terdekat 

dengan lokasi, mayoritas bekerja berdagang,  wiraswasta, dan buruh 

perikanan serta PNS. 

Berjarak 6‐9 km ke arah pemukiman warga. 

 

Page 110: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

109  

3. Desa Marok Tua – Kecamatan Singkep Barat 

Nama daerah   : Siluman – Badung ( lokasi bekas PT Timah jaman Belanda) 

Kepemilikan lahan : Pemerintah Kabupaten Lingga 

Gambar 7.3 Alternatif Lokasi Pabrik – Marok Tuo Singkep Barat 

Potensi : 

Bekas lahan tambang PT Timah. 

Berjarak 16,5 Km dari pelabuhan marok tua. 

Ketersediaan air yang sangat cukup, terdapat  3 kolong  yang besar.  

Akses jalan aspal, dari jalan aspal  menuju lokasi terdapat jalan tanah 

sepanjang sekitar 5 Km. 

Di  sepanjang  jalan menuju Marok  Tua  dari  desa  Raya  sepanjang  22  Km 

terdapat  perkebunan  karet,  baik  yang  berumur  lama  atapun  baru 

penanaman. 

Terdapat PT ERMINA JAYA  yang bergeak di pertambangan bauksit ekspor 

cina. 

Menurut  informasi  dari  lurah  setempat  akan  di  bangun  pelabuhan  baru 

untuk menyuplai    kebutuhan  PT  ERMINA  JAYA  tersebut.  Yang  jaraknya  

berkisar 2,2 Km  dari lokasi. 

SDM untuk perkebunan karet  cukup tersedia. 

Jauh dari pemukiman warga. 

Kekurangan :  

Jauh dari pusat kota berjarak  17,8 Km 

Page 111: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

110  

4. Desa Raya  ‐ Singkep Barat (alternatif) 

Nama daerah   :  Bukiit Tumang, Singkep Barat. 

Kepemilikan Lahan   :  sebuah perusahaan setempat. 

Gambar 7.4 Alternatif Lokasi Pabrik – Desa Raya – singkep Barat 

Potensi :  

Berjarak  500 M dari pelabuhan bongkar muat  Raya. 

Terdapat 5 kolong ukuran sedang dan 4 kolong dengan ukuran besar. 

Akses jalan aspal baik namun terdapat jalan tanah 2 Km ke lokasi.  

Kekurangan :  

Berjarak 6 KM dari pemukiman warga. 

Tidak terlalu  banyak perkebunan karet di sekitar lokasi. 

SDM   belum banyak  tersedia,karena masyarakat  setempat  jarak  terdekat 

dengan  lokasi,  mayoritas  bekerja  berdagang,    wiraswasta,  dan  buruh 

perikanan serta sebagai PNS. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 112: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

111  

  

 

 

ALTERNATIF LOKASI PABRIK KARET

Page 113: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

112  

 

 

 

 

 

8.1. Umum. 

   

Dalam  memenuhi    tujuan  akhir  dan  sasaran  yang  dicapai  pada  proyek  Fesibility 

Pembangunan Pabrik Karet di Kabupaten Lingga  sesuai yang dimnta dalam Kerangka 

acuan Kerja    yaitu  : PenyusunanFeasibility  Study  (studi  kelayakan)    Pembangunan 

Pabrik Komoditi Perkebunan   Karet dimaksudkan agar  tersusunnya  suatu dokumen 

yang berisi  informasi  yang  komprehensif namun disajikan  secara  ringkas dan padat 

mengenai kelayakan pembangunan pabrik komoditi karet di Kabupaten Lingga yang 

nantinya  dapat  dijadikan  acuan  bagi  dinas  atau  instansi  terkait  dan  jugainvestor 

sehingga dapat menarik minat calon investor untuk menanamkan modalnya. 

     Dan Tujuan utama yang  ingin dicapai dari PenyusunanFeasibility Study  (studi 

kelayakan)    Pembangunan  Pabrik  Komoditi  Perkebunan    Karet  ini  adalah  untuk 

mempertajam  arah  dan  strategi  pengembangan  Komoditi  Perkebunan  Karet 

Kabupaten  Lingga  dikaitkan  dengan  visi,  misi,  tujuan  dan  sasaran  pembangunan 

Kabupaten  Lingga  dalam  jangka  menengah  dan  jangka  panjang  dan  juga  untuk 

meningkatkan nilai jual dari komoditi karet tersebut yang semula dari bahan mentah 

dikembangkan menjadi  bahan  baku  atau mungkin  ditingkatkan  lagi menjadi  bahan 

jadi yang kesemuanya  itu harus  terintegrasi dengan RTRW Kabupaten Lingga. Selain 

itu  juga digunakan sebagai dokumen untukacuan bagi dinas atau  instansi terkait dan 

investor  sehingga  dapat  menarik  minat  calon  investor  dalam  berinvestasi. Maka 

Konsultan akan menyusun  rencana untuk outline  laporan akhir dimana diharapakan 

lporaran  akhir  ini  lebih  konferenship,  jelas  dan  dapat  dimanfaatkan  oleh  pihak 

Pemerintah dan Pihak terkait lainnya. 

 

 

 

 

 

RRREEENNNCCCAAANNNAAA OOOUUUTTTLLLIIINNNEEE LLLAAAPPPOOORRRAAANNN AAAKKKHHHIIIRRR

ASUS
Highlight
ASUS
Highlight
Page 114: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

113  

8.2.  Rencana Outline Laporan Akhr  

Kami  coba memberikan  usulan  untuk  penyusunan  laporan  akhir  selanjutnya  yang 

akan di perlihatkan dalam outline berikut. 

1. Pendahuluan , 

Dalam    bagian  ini  akan menjelaskan  latar  belakang  studi,  tujuan, maksud  dan 

sasaran Yang dijabarkan secara rinci, sesuai kerangka dan Acuan Kerja  serta lokasi 

kegiatan  studi yang   dilakukan. Dalam bagian  ini  juga di  sebutkan hasil keluaran 

dari studi ini.

2. Gambaran  Umum Lokasi Kegiatan

Bagian  ini menjelaskan  lokasi  secara  detail,  dan  data  –data  secara  detail  yang 

diperlukan  dalam  kajian  studi  ini  diambil  dari  data  statistik  tahun  2010  sampai 

tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Badan Statistik Kabupaten Lingga Tahun 2012. 

Hanya data‐data yang terkait dalam studi  ini yang disajikan seperti  : data kondisi 

umum;  karakteristik  loksi  dan  wilayah,  geografis  dan  topografi,  administrasi 

kabupaten, RTRW,  demografi,  iklim  dan  hidrologi. Data  Perkebunan Karet,  data 

petani karet, data sosial dan ekonomi dan data infastuktur. 

3. Pendekatan Metologi  

Bagian  ini memaparkan metode  yang  akan dipakai dalam  studi  ini,  tahap‐tahap 

penyelesaian studi disajikan dengan flowchart penyelesaian studi. 

4. Gambaran umum Perkebunan Karet 

Bagian ini akan mejelaskan secara umum perkebunan karet, spesies pohon karet, 

hasil  produksi  perkebunan  karet,  aspek  produk  karet  di  Kabupaten  Lingga, 

spesifikasi  produksi getah karet (lateks) dan perubahannya akibat proses produksi 

dan penangannannya. 

5. Aspek Pemasaran  Hasil Produksi Karet 

Bagian  ini  akan menjelaskan  bagaimana  secara  umum  di  Indonesia  dalam  hal 

pemasaran  hasil  produksi  tanaman  karet  dan  perkembangannya,  hasil  produksi 

karet  dan  permintaan  komoditi  karet,  penjelasan  kondisi  sekarang  tentang 

pemasaran  karet  di  Kabupaten  Lingga  dan  rencana  pengembangan. Di  jelaskan 

juga Kebijakan Pemerintah Lokal serat peran sertanya dalam hal Otonomi Daerah , 

dan kerjasama dengan phak swasta. 

ASUS
Highlight
Page 115: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

114  

6. Pemilihan Teknologi Pengolahan 

Bagian  ini dijelaskan alternatif pengolaan hasil getah karet (lateks) di Pabik karet, 

ada  dua  yang  akan  di  bahas  yaitu  pengolaan  dengan  teknologi  umum  dan 

pengolaan dengan teknologi pembuat karet siklo. Dalam bagian ini dijelaskan juga 

peralatan yang akan digunakan. Didapat  juga hasil analisa dan rekomendai untuk 

pengolahan   karet pada rencana pabrik di Kabupaten Lingga.  Juga akan disajikan 

rencana  Kapasitas  produksi  komoditi  karet  untuk  rencana  pembangunan  pabrik 

karet. 

7. Rekomendasi Lokasi Pabrik karet 

Bagian  ini  akan menyajikan  alternatif  lokasi  pabrik  karet  di  Kabupaten  Lingga, 

analisa dari alternatif alternatifnya , kemudian dari hasil analisa akan dipilih lokasi 

pabrik . 

8. Desain awal Konstruksi Pabrik 

Bagian  ini akan memeberikan hasil analisa perencanaan awal dari pembangunan 

pabrik  karet  yang  terdiri  dari  :  rencana  layout  Pabrik,  perencanaan  konstruksi 

pabrik dan kelayakan teknis, Rencana anggaran Biaya dan schedule penyelesaian 

pembangunan  pabrik Karet . 

9. Organisasi dan Manajemen Pabrik 

Bagian  ini menjelaskan bagimana pengelolaan pabrik, tenaga  inti yang harus ada 

dalam  hal manajemen  pabrik,  dan  tenaga  kerja  yang  dibutuhkan,  pemanfaatan 

tenaga kerja lokal dan sumber pengadaan tenaga kerja, Blas jasa tenaga kerja dan 

rekomendasinya. 

10. Anaiisa biaya Investasi. 

Bagian ini akan menjelasakan analisa biaya investasi yang akan dikeluarkan yaitu : 

Modal  investasi  yang  diperlukan,  struktur  pemodalan,  estimasi  biaya  produksi 

tahun pertama, estimasi biaya penjualan, cash flow dan perkiraan rugi‐laba. 

11. Analisa Kelayakan Ekonomi 

Bagian ini akan menjelasan analisa kelayakan ekonomi dari pembangunan proyek 

yang terdiri dari Benefit cost ratio, Net Present Value (NPV) dan IRR. 

12. Analisa Sosial Ekonomi Masyarakat 

Page 116: 12.10.24 Laporan Antara FS Pembangunan Pabrik Komoditi Karet

Laporan Antara Feasibility Studi (studi kelayakan)

Pembangunan Pabrik Komoditi Perkebunan Karet Kab linnga   

115  

Bagian  ini  akan membahas pengaruh pembangunan pabrik  terhadap perubahan 

budaya masyarakat setempat, perubahan tingkat ekonomi masyarakat, sarana da 

prasarana . 

13. Analisa Dampak Lingkungan 

Bagian  ini  akan  membahas  analisa  dampak  lingkungan  yang  terdiri  dari  dari 

dampak pra  konstruksi,  konstruksi dan paska  konstruksi,  serta matrik damapak. 

Juga akan di kaji bagaimanrencana a pengelolaan limbahnya 

14. Kebijakan dan Analisa Hukum 

Bagian  ini   akan membahas  : perijinan dan regulasi  , undang‐undang dan hukum  

terkait serta pengaturan kerjasama dan shareholder. 

15. Kesimpulan dan Saran 

Berisi Kesimpulan da Saran