laporan pendahuluan preeklamasi berat
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN PREEKLAMPSIA BERAT
DIRUANG VK BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN
OLEH :
RESTY YUNI ANTIKA
NPM.712002 S11059R
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2013/2014
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai protenuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklamsia adalah preeklamsi
yang disertai kejang dan atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi.
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan protenuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/100 mmHg atau lebih disertai edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Preeklamsi dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat apabila
satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih.
2) Protenuria 5 atau lebih dalam 24 jam 3 atau 4 + pada pemerikasaan kualitatif.
3) Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
4) Keluhan selebral, ganguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
5) Edem paru dan sianosis.
2. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori
dikemukakan para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut
“penyakit teori”, namun belum ada yang memberkan jawaban yang memuaskan. Walaupun
vasospasme mungkin bukan merupakan penyebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklapipsia.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai penyebab preeklamsia ialah iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat menerangkan semua hal yang bertalian
dengan penyakit ini rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktoor yang
menyebabkan preeklamsia dan eklamsia. Diantara faktor-faktor yang dikemukakan sering
sekali sukar ditemukan mana yang sebab mana yang akibat.
3. PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada
biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, iomen
arteriloa sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi
jika semua arteriloa dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai
usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan
kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan estersititial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus.
4. TANDA DAN GEJALA
1) Edema
2) Hipertensi
3) Proteinuria
4) Sakit kepala
5) Penglihatan kabur
5. KOMPLIKASI
1) Stroke
2) Hipoxia janin
3) Gagal ginjal
4) Kebutaan
5) Gagal jantung
6) Kejang
7) Hipertensi permanen
8) Distress fetal
9) Infark plasenta
10) Abruptio plasenta
11) Kematian janin
6. PENATALAKSANAAN
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
A. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau determinasi ditambah pengobatan
medisinal.
1. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perwatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan
fetal assesment (NST dan USG), indikasi
a) Ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih.
Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsia.
b) Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
Adanya tanda luar (janin terhambat)
c) Laboratorium
Adanya “HELP SYINDROME” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia).
2. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklamsia berat adalah :
a) Segera masuk rumah sakit.
b) Tiran baring miring ke satu sisi, TTV/30 menit.
c) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 lt diselingi dengan infus RL.
d) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e) Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (Mg SO4).
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi urine.
2) Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (Untuk menilai
kerusakan pada ginjal) dan kada hemoglobin.
3) Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina.
4) Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol didalam plasma serta urine
untuk menilai faal unit fetoplasenta.
5) Elektro kardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan kardiomegali.
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Pola nafas inefektif b.d. peningkatan kebutuhan O2.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x60 menit pola nafas kembali
normal.
Kriteria hasil : Bebas dari sianosis, pola nafas normal, RR : 24/xM
Intervensi :
a) Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
Rasional : Untuk mengetahui pola nafas pasien.
b) Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Mengetahui pola nafas pasien dan mengetahui ada tidaknya nafas tambahan.
c) Atur posisi pasien semi fololer.
Rasional : Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru.
d) Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen keparu.
2. Intoleransi akibat b.d. ketidakseimbangan suplai O2 keluhan fisik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam aktifitas pasien
dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil : Pasien berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.
Intervensi :
a) Periksa TTV sebelum dan sesudah aktifitas.
Rasional : Mengetahui tingkat kelemahan.
b) Intruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi.
Rasional : Membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
c) Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional : Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktifitas.
3. Bantuan rasa nyaman b.d. peningkatan vaskuler otak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang/
menghilang.
Kriteria hasil : Wajah tidak menyeringai, tidak pusing.
Intervensi :
a) Kaji skala nyeri.
Rasional : Mengetahui intensitas nyeri.
b) Pertahankan tirah baring.
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
c) Minimalkan aktifitas vasokentriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya,
mengejan, batuk panjang.
Rasional : Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi beratkan penyakit.
d) Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Membantu menghilangkan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta
Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran. EGC :
Jakarta
Sudiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuna Medika. : Jogjakarta
Wikjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawironanggo :
Jakarta Pusat
Obstetri Patologi. 1984. Elstar Offset : Bandung
PATHWAY
MALADIFTIF SYINDROME
Preeklampsia Berat
Perburukan patolisis organ dan sistem Spasme hebat
Retensi garam dan air Biopsi ginjal
Peningkatan reabsorpsi Na Iumen arteriola menyempit
Kelebihan volume cairan Spasme pembuluh darah
Edema Hipertensi
Cemas Peningkatan vaskuler otak Ketidak seimbangan o2
Nyeri Intoleransi aktifitas
Tekanan inkranial
Peningkatan tekanan vaskuler retina
Resiko injuri