laporan pendahuluan kebutuhan eliminasi

17
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI(BAK) A. ANATOMI Pengertian Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Susunan Sistem Perkemihan Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria. Ginjal (Ren) Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Fungsi ginjal Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, b) mempertahankan

Upload: raden-maz-eka

Post on 29-Dec-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI(BAK)

A. ANATOMI

Pengertian

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan

darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh

dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak

dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Susunan Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua

ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu

vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan

dari vesika urinaria.

Ginjal (Ren)

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua

sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji

kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis

dexter yang besar.

Fungsi ginjal

Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis

atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan

keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d) mengeluarkan sisa-

sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

Page 2: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Fascia Renalis terdiri dari:

Fascia renalis terdiri dari a) fascia (fascia renalis), b) Jaringan lemak peri renal, dan

c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat

pada permukaan luar ginjal

Struktur Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat

cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di

bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian

medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi

menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya

pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong

yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices

renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices

renalis minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.

Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus,

tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

Pendarahan

Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan

arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi

arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang

berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke

gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen

gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.

Page 3: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Persarafan Ginjal

Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi

untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan

bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.

Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada

rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

2. Lapisan tengah lapisan otot polos

3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong

urin masuk ke dalam kandung kemih.

Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah

pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika

urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).

2. Tunika muskularis (lapisan berotot).

3. Tunika submukosa.

Page 4: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi

menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:

1. Urethra pars Prostatica

2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)

3. Urethra pars spongiosa.

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).

Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan

urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:

1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.

Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra

tetap tertutup.

2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.

3. Lapisan mukosa.

Urin (Air Kemih)

Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)

cairan dan faktor lainnya.

2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

Page 5: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.

4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

5. Berat jenis 1,015-1,020.

6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur

menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:

1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan

kreatinin.

3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.

4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).

5. Toksin.

6. Hormon.

Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.

Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya

meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230

ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.

2. adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung

kemih.

Page 6: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian

besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”.

Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter

interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf

parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter

relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

.

Ciri-Ciri Urin Normal

1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan

yang masuk.

2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.

3. Baunya tajam.

4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

B. FISIOLOGI

Proses pembentukan urin

Tahap pembentukan urin

1. Proses Filtrasi ,di glomerulus

terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.

Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air,

sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di

saring disebut filtrate gromerulus.

Page 7: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

2. Proses Reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium,

klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator

reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali

penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi

secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

3. Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis

selanjutnya diteruskan ke luar.

C. NILAI – NILAI NORMAL

Warna urin

Nilai normal: kekuningan jernih

Dalam keadaan normal, warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun

pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Perubahan warna urin

dapat terjadi karena beberapa hal.

Hitam: baru mengkonsumsi tablet besi (ferri sulfat), sedang minum obat

parkinson (levodopa), methemoglobunuria.

Biru: mengkonsumsi obat antidepresi (amitriptilin), antibiotik saluran kemih

(nitrofurantoin), atau karena infeksi Pseudomonas pada saluran kemih.

Coklat: gangguan fungsi ginjal, mengkonsumsi antibiotik (sulfonamid atau

metronidazol), dan konsumsi obat parkinson (levodopa).

Kuning gelap (seperti teh): hepatitis fase akut, ikterus obstruktif, kelebihan

vitamin B2 / riboflavin, antibiotika (nitrofurantoin dan kuinakrin).

Oranye-merah: dehidrasi sedang, demam, konsumsi antikoagulan oral, trauma

ginjal, konsumsi deferoksamin mesilat, rifampisin, sulfasalazin, laksatif

(fenolftalein).

Hijau: infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, konsumsi vitamin tertentu.

Bening (tidak berwarna sama sekali): terlalu banyak minum, sedang minum obat

Page 8: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

diuretik, minum alkohol, atau diabetes insipidus.

Seperti susu (disebut juga chyluria): filariasis atau tumor jaringan limfatik.

Berat jenis

Nilai normal: 1.003 s/d 1.030 g/mL

Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, antara lain umur. Berat jenis urin dewasa

berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan

bayi antara 1.002 sampai 1.006.

Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar

1.026.

Abnormalitas:

Berat jenis urin yang lebih dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal,

infeksi saluran kemih, kelebihan hormon antidiuretik, demam, diabetes melitus,

diare / dehidrasi.

Berat jenis urin yang kurang dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal

berat, diabetes insipidus, atau konsumsi antibiotika (aminoglikosida).

pH

Nilai normal: 5.0-6.0 (urin pagi), 4.5-8.0 (urin sewaktu)

pH lebih basa: habis muntah-muntah, infeksi atau batu saluran kemih, dan

penurunan fungsi ginjal. Dari faktor obat-obatan: natrium bikarbonat, dan

amfoterisin B.

pH lebih asam: diet tinggi protein atau diet tanpa kalori, diabetes melitus,

asidosis tuberkulosis ginjal, dan fenilketonuria. Dari faktor obat-obatan: diazoksid

dan vitamin C.

Glukosa

Nilai normal: negatif

Di Indonesia, glukosa urin biasanya diuji secara semikuantitatif dengan uji

reduktor (Benedict).

Page 9: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Pemeriksaan Benedict ini sebenarnya ditujukan untuk mendeteksi adanya

glukosa, asam homogentisat, dan substansi reduktor lainnya (misalnya vitamin

C) dalam urin; sesuai dengan mekanisme reaksi yaitu reduksi tembaga sulfat.

Asam homogentisat bisa ada dalam urin dalam jumlah besar pada individu

dengan gangguan metabolisme asam amino alkohol (fenilalanin dan tirosin).

Karena faktor ini pemeriksaan glukosuria di negara maju telah diganti dengan

Clinistix.

Glukosa urin positif tidak selalu berarti diabetes melitus, walaupun memang

penyakit ini yang paling sering memberi hasil positif pada uji glukosa urin. Makna

lain yang mungkin:

-Penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefritis tubular, sindroma Fanconi).

-Penyakit hepar dan keracunan logam berat.

-Faktor farmakologis (indometasin, isoniazid, asam nikotinat, diuretik tiazid,

karbamazepin).

-Nutrisi parenteral total yang berlebihan (hiperalimentasi) dengan infus glukosa.

Protein

Nilai normal: negatif (uji semikuantitatif), 0.03-0.15 mg/24 jam (uji kuantitatif)

Protein dapat diuji dengan asam sulfosalisilat 20%, asam sulfat 6%, atau dengan

reagen strip. Pemeriksaan dengan reagen strip lebih banyak digunakan saat ini.

Untuk anak-anak di bawah 10 tahun nilai kuantitatif normal protein dalam urin

sedikit lebih rendah daripada dewasa, yaitu <100>

Hasil abnormal (positif) dalam uji proteinuria dapat berarti:

Masalah nonginjal (gagal jantung kongestif, asites, infeksi bakteri, keracunan).

Keganasan (leukemia dan keganasan tulang yang bermetastasis).

Proteinuria sementara (pada dehidrasi, diet tinggi protein, stres, demam, post-

pendarahan). Penyakit ginjal (lupus, infeksi saluran kemih, nekrosis tubular

ginjal).

Page 10: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Pada anak-anak sering karena sindroma nefrotik atau penyakit bawaan (ginjal

polikistik). Faktor farmakologis (amfoterisin B, semua aminoglikosida,

fenilbutazon, sulfonamid).

Keton

Nilai normal: negatif

Uji ketonuria dimaksudkan untuk mendeteksi adanya produk sampingan

penguraian karbohidrat dalam urin. Ketonuria dulu diperiksa dengan metode

Rothera, dan sekarang digunakan dipstik. Hasil positif dapat ditemukan pada

ketoasidosis diabetik, alkoholisme, diet tinggi lemak, penyakit glikogen, dan

konsumsi obat-obatan tertentu (levodopa dan obat-obat anestetik).

Urobilinogen

Nilai normal: 0.1-1 Ehrlich U/dL (dipstik), atau positif s/d pengenceran 1/20

(Wallace-Diamond) Urobilinogen klasik diperiksa dengan uji pengenceran

Wallace-Diamond. Cara ini sudah banyak digantikan oleh uji dipstik modern

yang bersifat kualitatif. 

Urobilinogenuria dapat disebabkan oleh

Penyakit hepar dan empedu (hepatitis akut, sirosis, kolangitis)

Infeksi tertentu (malaria, mononukleosis)

Polisitemia vera ataupun anemia

Keracunan timah hitam

Tidak ada urobilinogen sama sekali dalam urin bermakna ada obstruksi komplit

pada saluran empedu (kolelitiasis atau karsinoma pankreas). Dari faktor

farmakologis: kloramfenikol dan vitamin C menyebabkan urobilinogen urin

berkurang.

Bilirubin

Nilai normal: negatif, maksimal 0.34 μmol/L. Bilirubinuria dapat disebabkan oleh:

Penyakit hepar (sirosis, hepatitis alkoholik), termasuk efek hepatotoksisitas.

Infeksi atau sepsis.

Keganasan (terutama hepatoma dan karsinoma saluran empedu).

Nitrit

Nilai normal: negatif (kurang dari 0.1 mg/dL, atau kurang dari 100.000

mikroorganisme/mL) Nitrit urin digunakan untuk skrining infeksi saluran kemih.

Page 11: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

Eritrosit

Nilai normal: 0-3 sel per lapang pandang besar Eritrosit dalam urin yang

berlebihan (mikrohematuria) dapat ditemukan pada urin wanita menstruasi dan

perlukaan pada saluran kemih; baik oleh batu, infeksi, faktor trauma, maupun

karena kebocoran glomerulus.

Leukosit

Nilai normal: 2-4 sel per lapang pandang besar Leukosit yang berlebihan dalam

urin (piuria) biasanya menandakan adanya infeksi saluran kemih atau kondisi

inflamasi lainnya, misalnya penolakan transplantasi ginjal. Sel epitel Nilai normal:

sekitar 10 sel per lapang pandang besar, berbentuk skuamosa. Sel epitel yang

lebih daripada jumlah normal berkaitan dengan infeksi saluran kemih dan

glomerulonefritis. Sedangkan bentuk sel epitel abnormal dikaitkan dengan

keganasan setempat.

Cast / inklusi

Nilai normal: ditemukan cast hialin dalam jumlah sedang, tanpa adanya inklusi.

Cast merupakan kumpulan sel-sel yang dikelilingi suatu membran. Biasanya

cast selain hialin (misalnya cast eritrosit atau cast leukosit) menunjukkan

kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis kronik). Inklusi sitomegalik

menunjukkan infeksi sitomegalovirus (CMV) atau campak.

Kristal

Nilai normal: ditemukan kristal dalam jumlah kecil Kristal yang ditemukan dalam

urin tergantung pada pH urin yang diperiksa. Pada urin asam dapat ditemukan

kristal asam urat. Pada urin netral ditemukan kristal kalsium oksalat. Pada urin

basa mungkin terlihat kristal kalsium karbonat dan kalsium fosfat. Ada juga

sejumlah kristal yang dalam keadaan normal tidak ada; antara lain kristal tirosin,

sistin, kolesterol, dan bilirubin.

Bakteri, jamur, dan parasit

Nilai normal bakteri: negatif. Kecuali untuk urin midstream: <>

Nilai normal jamur dan parasit: negatif Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi

saluran kemih mungkin ditemukan dalam urinalisa, antara lain E.coli, Proteus

vulgaris, Neisseria gonorrhoea dan Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan

parasit yang mungkin ditemukan dalam urin adalah Schistosoma haematobium

dan mikrofilaria spesies tertentu.

Page 12: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

D. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Penkajian keperawatan tentang fungsi Vesika Urinaria Klien harus mencakup data yang di kumpulkan dari sumber – sumber berikut : a. Riwayat keperawatan fungsi Vesika Urinaria Klien dan Vesika Urinaria saat

ini, kerusakan fungsi pencernaan dan perkemihan pada masa lalu, serta tindakan Klien yang digunakan untukmengoptimalkan kebutuhan eliminasi

b. Pemeriksaan fisik status Vesika Urinaria Klien, termasuk inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

c. Peninjauan kembali hasil pemeriksaan hasil laboratorium dan hasil pemeriksaan diagnostik, termasuk Berat jenis, PH urin, Glukosa urin, Protein Urin.

2. Diagnosa keperawatanKlien yang mengalami perubahan tingkat kebutuhan eliminasi dapat memiliki diagnosa keperawatan yang awalnya dari Vesika Urinaria. Setiap diagnosa keperawatan harus di dasarkan pada batasan karakteristik dan melibatkan etiologi terkait, misalnya : a. Kelancaran jalan perkemihan terganggu.b. Nyeri akutc. Gangguan Vesika Urinaria d. dll

3. Intervensi keperawatanKlien yang mengalami kerusakan eliminasi membutuhkan rencara asuhan keperawatan yang di tujukan untuk memenuhi kebutuhan eliminasi aktual dan potensial Klien. Sasaran individual berasal dari kebutuhan yang berpusat pada Klien. Perawat mengidentifikasi hasil akhir khusus dari asuhan keperawatan yang diberikan. Rencara tersebut meliputi satu atau lebih sasaran yang berpusat pada Klien berikut ini :Diagnosa : Kelancaran jalan perkemihan terganggua. Klien mengeuarkan urine melalui pemasangan alat bantu(kateter)b. Klien berlatih mengeluarkan urin secara normal

Diagnosa : nyeri akut pada Klien mencapai peningkatan toleransi aktivitas.

Page 13: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

E. DAFTAR PUSTAKA

- http://totonrofiunsri.wordpress.com/2009/01/28/anatomi-dan-fisiologi-sistem- perkemihan/

- http://analislaboratoriumkesehatan.blogspot.com/2010/06/membaca-hasil-lab- urin.html

, Juni 2011

PEMBIMBING LAHAN

(.....................................)

PRAKTIKAN

(.......................................)

PEMBIMBING AKADEMIK

(..................................................)

Page 14: Laporan Pendahuluan Kebutuhan Eliminasi

LAPORANPENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI (BAK)

DISUSUN OLEH :Neyni Fitriyani (1310131)

DIII KEBIDANANSTIKES JENDERAL A.YANI YOGYAKARTA

2011