laporan pendahuluan isolasi sosial_2

40
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL A. KONSEP TEORI 1. PENGERTIAN Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu kebutuhan atau mengharupakan untuk melibatakan orang lain, akan tetapi tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995). Menarik diri adalah suatu usaha seseorang untuk menghindari interaksi dengan lingkungan sosial atau orang lain, merasa kehilangan kedekatan dengan orang lain dan tidak bisa berbagi pikirannya dan perasaannya (Rawlins,1993). Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam dirinya (Townsend, M.C, 1998 : 52). Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta mengalami kesulitan berinteraksi secara spontan dengan orang lain. Individu yang demikian berusaha untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman dengan berbagai respon. Respon yang terjadi dapat

Upload: rina

Post on 07-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

111

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. KONSEP TEORI

1. PENGERTIAN

Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu

kebutuhan atau mengharupakan untuk melibatakan orang lain, akan tetapi tidak dapat

membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995).

Menarik diri adalah suatu usaha seseorang untuk menghindari interaksi dengan

lingkungan sosial atau orang lain, merasa kehilangan kedekatan dengan orang lain

dan tidak bisa berbagi pikirannya dan perasaannya (Rawlins,1993).

Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan

kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Isolasi sosial

merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain

dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam dirinya (Townsend, M.C, 1998 :

52).

Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan untuk

membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta mengalami kesulitan berinteraksi

secara spontan dengan orang lain. Individu yang demikian berusaha untuk mengatasi

ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa

bersalah dan merasa tidak aman dengan berbagai respon. Respon yang terjadi dapat

berada dalam rentang adaptif sampai maladaptif (Stuart and Sundeen, alih bahasa

Hamid,1998).

2. RENTANG RESPON SOSIAL

Rentang Respon Sosial

Respon adaptif Respon maladafitf

Solitut Kesepian manipulasi

Otonomi Menarik diri impulsif

Kebersamaan Ketergantungan narkisme

Saling ketergantungan

Gambar.1.1 Rentang respon sosial, (Stuart and Sundeen, 1998).

Page 2: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

Keterangan dari rentang respon sosial :

a. Solitut (Menyendiri)

Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang untuk

merenung apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara untuk

menentukan langkahnya.

b. Otonomi

Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,

perasaan dalam hubungan sosial.

c. Kebersamaan (Mutualisme)

Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.

d. Saling ketergantungan (Interdependent)

Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut mampu

untuk saling memberi dan menerima.

e. Kesepian

Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian dengan

orang lain atau lingkungannya.

f. Menarik diri

Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan orang

lain atau lingkungannya.

g. Ketergantungan (Dependent)

Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain.

h. Manipulasi

Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan berorientasi

pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.

i. Impulsive

Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu. Mempunyai

penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.

j. Narkisme

Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian. Individu

akan marah jika orang lain tidak mendukungnya. (Townsend M.C,1998)

Page 3: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

3. PENYEBAB

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative

terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang

ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap

diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang

dan juga dapat mencederai diri, (Carpenito,L.J, 1998)

1. Faktor predisposisi

Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik diri

a. Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi

sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai

masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat

mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja

sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih

tepat tentang hubungan 5 antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan

kolaboratif sewajarnya dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.

b. Faktor Biologik

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive.

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan

struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan

volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

c. Faktor Sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini

merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap

orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,

seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena

mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki

budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan

faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Stuart and Sundeen, 1998).

2. Faktor persipitasi

Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang

menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara

lain:

Page 4: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

a. Stressor Sosiokultural

Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam

membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas unit

keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya

karena dirawat di rumah sakit.

b. Stressor psikologik

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan

kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang

terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya hal ini

dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang

mengalami gangguan hubungan (menarik diri) (Stuart & Sundeen, 1998)

c. Stressor intelektual

1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai

pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan

orang lain.

2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan

dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan

orang lain.

3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain

akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan

berhubungan dengan orang lain

d) Stressor fisik

1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik

diri dari orang lain.

2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu

sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain.

(Rawlins, Heacock,1993).

4. TANDA DAN GEJALA

Menurut Towsend M.C (1998:192-193) dan Carpenito,L.J. (1998:381) Isolasi

sosial : menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut :

b. kurang spontanapatis

c. ekspresi wajah tidak berseri

d. tidak memperhatikan kebersihan diri

Page 5: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

e. komunikasi verbal kurang

f. menyendiri

g. tidak peduli lingkungan

h. asupan makanan terganggu

i. retensi urine dan feses

j. aktivitas menurun

k. posisi baring seperti fetus

l. menolak berhubungan dengan orang lain.

5. MEKANISME KOPING

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang

merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping yang

sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan contoh sumber koping

yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam

keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas

untuk mengekspresikan stress 8 interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan

(Stuart and Sundeen, 1998:349)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar

utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data

biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat

dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap

stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).

Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan

formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam

pengkajian.

Isi pengkajian meliputi :

a. Identitas klien

b. Keluhan utama atau alasan masuk

c. Faktor predisposisi

Page 6: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

d. Aspek fisik atau biologis

e. Aspek psikososial

f. Status mental

g. Kebutuhan persiapan pulang

h. Mekanisme koping

i. Masalah psikososial dan lingkungan

j. Pengetahuan

k. Aspek medik

Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam

sebagai berikut :

a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan

melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

b. Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan

keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan

keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data

primer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai

data sekunder.

Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari

kelompok data yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah sebagai

berikut :

a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan

1) Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya memerlukan

pemeliharaan kesehatan dan memerlukan tindak lanjut secara periodik

karena tidak ada masalah serta klien telah mempunyai pengetahuan untuk

antisipasi masalah.

2) Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan

promosi, sebagai program antisipasi terhadap masalah.

a. Ada masalah dengan kemungkinan

1) Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan

masalah.

2) Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.

Page 7: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung

merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut FASID

pada tahun 1983 dan INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah masalah klien

saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat,

2005).

Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat.

Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang

dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan

masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah

klien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula

disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat

adalah adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek

atau akibat dari masalah utama

2. MASALAH KEPERAWATAN

a. Isolasi sosial : menarik diri

b. Defisit perawatan diri

c. Perubahan sensori persepsi : halusinasi

d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

e. Kekerasan, resiko tinggi

POHON MASALAH

(Keliat,B.A,2005:201)

Resiko Mencederai DiriGangguan Pemeliharaan

Kesehatan

Gangguan Sensori/Persepsi : Halusinasi

Defisit Perawatan Diri : Mandi Dan Berhias

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Page 8: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

3. RENCANA KEPERAWATAN

NODIAGNOSA

KEPERAWATAN

PERENCANAAN

INTERVENSITUJUAN

KRITERIA

EVALUASI

1 2 3 4 5

Isolasi sosial :

menarik diri

TUM

1. Klien dapat

berinteraksi

dengan orang

lain sehingga

tidak terjadi

halusinasi

TUK

1. Klien dapat

membina

hubungan saling

percaya diri

1.1. pasien

menunjukkan

ekspresi wajah

bersahabat,

memperlihatkan

rasa senang, ada

kontak mata, mau

berjabat tangan,

mau

menyebutkan

namanya, mau

menjawab salam,

pasien mau duduk

berdampingan

dengan perawat,

mau

mengutarakan

masalah

yang dihadapi

1.1.1. Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik :

a. Sapa pasien dengan

ramah, baik verbal

maupun non verbal

b. Perkenalkan diri

dengan sopan

c. Tanyakan nama

lengkap dan nama

panggilan yang

disukai klien

d. Jelaskan tujuan

pertemuan

e. Jujur dan menepati

janji

f. Tunjukkan empati dan

menerima pasien apa

adanya

g. Beri perhatian dan

perhatikan kebutuhan

dasar pasien.

Page 9: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

2. Klien dapat

menyebutkan

penyebab

menarik diri

3. Klien dapat

menyebutkan

keuntungan

berinteraksi

dengan orang

lain dan

kerugian tidak

berinteraksi

dengan orang

lain

2.1. klien dapat

menyebutkan

penyebab

menarik diri yang

berasal dari :

a. Diri sendiri

b. Orang lain

c. Lingkungan

3.1. klien dapat

menyebutkan

keuntungan

berinteraksi

dengan orang

lain misalnya :

a. banyak teman

b. tidak sendiri

c. bisa diskusi,

dll.

2.1.1. Kaji pengetahuan klien

tentang perilaku menarik

diri dan tandanya

1. “di rumah, ibu

tinggal dengan siapa”

2. “siapa yang paling

dekat dengan ibu?”

3. “ apa yang membuat

ibu dekat

dengannya?”

4. “Dengan siapa ibu

tidak dekat ?”

5. “apa yang membuat

ibu tidak dekat?”

2.1.2. Beri kesempatan kepada

klien untuk

mengungkapkan

perasaan yang

menyebabkan klien tidak

bergaul.

2.1.3. Berikan pujian terhadap

kemampuan klien

mengungkapkan

perasaannya.

3.1.1. Kaji pengetahuan klien

tentang keuntungan

memiliki teman

3.1.2. Beri kesempatan kepada

klien untuk berinteraksi

dengan orang lain

3.1.3. Diskusikan bersama klien

tentang keuntungan

berinteraksi dengan orang

lain

3.1.4. Beri penguatan posistif

terhadap kemampuan

Page 10: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

4. Klien dapat

melaksanakan

interaksi sosial

secara bertahap

3.2. Klien dapat

menyebutkan

kerugian bila

tidak berinteraksi

dengan orang

lain misalnya :

a. Diri sendiri

b. Tidak

memiliki

teman

c. Sepi, dll.

4.1. Klien dapat

mendemonstrasik

an interaksi sosial

secara bertahap

antara :

a. Klien-perawat

b. Klien-

perawat-

perawat

mengungkapkan Perasaan

tentang keuntungan

berinteraksi dengan orang

lain

3.2.1. Kaji pengetahuan klien

tentang kerugian bila

tidak berinteraksi dengan

orang lain.

3.2.2. Beri kesempatan kepada

klien untuk

mengungkapkan

perasaan tentang

kerugian bila tidak

berinteraksi dengan

orang lain.

3.2.3. Diskusikan bersama

klien tentang kerugian

tidak berinteraksi dengan

orang lain.

3.2.4. Beri penguatan positif

terhadap kemampuan

mengungkapkan

perasaan tentang

kerugian tidak

berinteraksi dengan orang

lain.

4.1.1. Kaji kemampuan klien

membina hubungan

dengan orang lain.

4.1.2. Bermain peran tentang

cara berhubungan

/berinteraksi dengan

orang lain.

4.1.3. Dorong dan bantu klien

untuk berinteraksi dengan

orang lain :

a. Klien-perawat

Page 11: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

5. Klien dapat

mengungkapka

n perasaannya

setelah

berinteraksi

dengan orang

lain.

c. Klien-

perawat-

perawat-klien

lain

d. Klien-

keluarga/

kelompok

masyarakt.

5.1. Klien dapat

mengungkapkan

perasaannya

setelah

berinteraksi

dengan orang lain

untuk :

d. Diri sendiri

e. Orang lain

b. Klien-perawat-

perawat

c. Klien-perawat-

perawat-klien lain

d. Klien-keluarga/

kelompok

masyarakat

4.1.4. Beri penguatan positif

terhadap keberhasilan

yang telah di capai

4.1.5. Bantu klien untuk

mengevaluasi

Keuntungan menjalin

hubungan social

4.1.6. Diskusikan jadwal harian

yang dapat di lakukan

bersama klien dalam

mengisi waktu yaitu :

berinteraksi dengan orang

lain.

4.1.7. Mtotivasi klien untuk

mengikuti kegiatan

ruangan

4.1.8. Beri penguatan positif

atas kegiatan klien dalam

kegiatan ruangan.

5.1.1. Dorong klien untuk

mengungkapkan

perasaannya bila

berinteraksi dengan orang

lain.

5.1.2. Diskusikan dengan klien

tentang perasaan

keuntungan berinteraksi

dengan orang lain.

5.1.3. Beri penguatan positif

atas kemampuan klien

mengungkapkan perasaan

Page 12: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

6. Klien dapat

memberdayakan

sistem

pendukung atau

keluarga.

6.1. keluarga dapat :

a. menjelaskan

perasaannya

b. menjelaskan

cara merawat

klien menarik

diri

c. mendemonstra

sikan cara

perawatan

klien menarik

diri

d. berpartisipasi

dalam

perawatan

klien menarik

diri

keuntungan berinteraksi

dengan orang lain.

6.1.1 bina hubungan saling

percaya dengan

keluarga :

a. salam, perkenalan diri

b. jelaskan tujuan

c. buat kontrak

d. eksplorasi perasaan

klien

6.1.2. diskusikan dengan

anggota keluarga

tentang :

a. Perilaku menarik diri

b. Penyebab perilaku

menarik diri

Akibat yang akan

terjadi jika perilaku

Menarik diri tidak di

tanggapi

c. Cara keluarga

menghadapi klien

menarik diri

6.1.3. Dorong anggota keluarga

untuk memberi dukungan

kepada klien dalam

berkomunikasi dengan

orang lain.

6.1.4. Anjurkan anggota

keluarga untuk secara

rutin bergantian

menjenguk klien minimal

satu kali seminggu

6.1.5. Beri penguatan positif

atas hal-hal yang telah di

capai oleh keluarga.

Page 13: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

Gangguan konsep

diri : harga diri

rendah

TUM

1. Klien dapat

berhubungan

dengan orang

lain secara

optimal.

TUK

1. Klien membina

hubungan saling

percaya.

2. Klien dapat

mengidentifikasi

kemampuan dan

aspek positif

yang di miliki.

1.1. pasien

menunjukkan

ekspresi wajah

bersahabat,

memperlihatkan

rasa senang, ada

kontak mata, mau

berjabat tangan,

mau

menyebutkan

namanya, mau

menjawab salam,

pasien mau duduk

berdampingan

dengan perawat,

mau

mengutarakan

masalah yang

dihadapi

2.1. daftar

kemampuan yang

di miliki klien di

rumah sakit,

rumah, sekolah

dan tempat kerja.

1.1.1. Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik :

a. Sapa pasien dengan

ramah, baik verbal

maupun non verbal

b. Perkenalkan diri

dengan sopan

c. Tanyakan nama

lengkap dan nama

panggilan yang

disukai klien

d. Jelaskan tujuan

pertemuan

e. Jujur dan menepati

janji

f. Tunjukkan empati

dan menerima pasien

apa adanya

g. Beri perhatian dan

perhatikan kebutuhan

dasar pasien.

2.1.1. diskusikan

kemampuan dan

aspek positif yang di

miliki klien, buat

daftarnya.

2.1.2. setiap bertemu klien

di hindarkan dari

Page 14: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

3. klien dapat

menilai

kemampuan

yang di

gunakan.

4. klien dapat

menetapkan dan

merencanakan

kegiatan sesuai

dengan

kemampuan

yang di miliki.

2.2. daftar positif

keluarga klien.

2.3. Daftar positif

lingkungan

klien.

3.1. Klien menilai

kemampuan

yang dapat di

gunakan di

rumah sakit.

3.2. Klien menilai

kemampuan

yang dapat di

gunakan di

rumah.

4.1. Klien memiliki

kemampuan

yang akan di

latih.

memberi penilaian negatif.

2.1.3. utamakan memberi

pujian yang realistik

pada kemampuan dan

aspek positif klien.

3.1.1. diskusikan dengan klien

kemampuan yang

masih dapat di gunakan

selama sakit.

3.1.2. Diskusiakn kemampuan

yang dapat di lanjutkan

penggunaan di rumah

sakit.

3.1.3. Berikan pujian

4.1.1. Meminta klien untuk

memilih satu kegiatan

yang mau di lakukan di

rumah sakit.

4.1.2. Bantu klien melakukan

jika perlu di beri

contoh.

4.1.3. Beri pujian atas

keberhasilan

4.1.4. Diskusikan jadwal

kegiatan harian atas

Page 15: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

5. Klien dapat

melakukan

kegiatan sesuai

kondisi sakit dan

kemampuannya.

6. Klien dapat

memanfaatkan

sistem

pendukung yang

ada.

4.2. Klien mencoba

membuat

kegiatan jadwal

harian

5.1. Klien

melakukan

kegiatan yang

telah di latih

(mandiri,

dengan bantuan

atau tergantung)

5.2. Klien mampu

melakukan

beberapa

kegiatan secara

mandiri.

6.1. Keluarga

memberi

dukungan dan

pujian.

6.2. Keluarga

memahami

jadwal kegiatan

harian klien.

kegiatan yang telah di latih.

5.1.1. Beri kesempatan

kepada klien untuk

mencoba kegiatan yang

telah di rencanankan.

5.1.2. Beri pujian atas

keberhasilan klien

5.1.3. Diskusikan

kemungkinan

pelaksanaan di ruangan.

6.1.1. Beri pendidikan

kesehatan pada

keluarga tentang

merawat klien dengan

harga diri rendah.

6.1.2. Bantu keluarga

memberikan dukungan

selama klien di rawat.

6.2.1. Bantu keluarga

menyiapkan dukungan

selama klien di rawat

6.2.2. Jelaskan cara

pelaksanaan jadwal

kegiatan di rumah.

6.2.3. Anjurkan memberi

pujian kepada klien

setiap berhasil.

Page 16: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

Gangguan Persepsi

Sensori : Halusinasi

TUM

1. Klien tidak

mencederai diri,

orang lain, dan

lingkungan.

TUK

1. Klien dapat

membina

hubungan saling

percaya diri.

2. Klien dapat

mengenal

halusinasinya

1.1. pasien

menunjukkan

ekspresi wajah

bersahabat,

memperlihatkan

rasa senang, ada

kontak mata,

mau berjabat

tangan, mau

menyebutkan

namanya, mau

menjawab

salam, pasien

mau duduk

berdampingan

dengan perawat,

mau

mengutarakan

masalah

yang dihadapi

2.1. klien dapat

menyebutkan

waktu, isi, dan

frekuensi

timbulnya

halusinasi

1.1.1. Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik

a. Sapa pasien dengan

ramah, baik verbal

maupun non verbal

b. Perkenalkan diri

dengan sopan

c. Tanyakan nama

lengkap dan nama

panggilan yang

disukai klien

d. Jelaskan tujuan

pertemuan.

e. Jujur dan menepati

janji

f. Tunjukkan empati dan

menerima pasien apa

adanya

g. Beri perhatian dan

perhatikan kebutuhan

dasar pasien.

2.1.1. adakan kontak sering

dan singkat secara

bertahap.

2.1.2. Observasi tingkah laku

klien yang terkait dengan

halusinasinya : bicara dan

memandang kiri/kanan ke

depan

Page 17: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

seolah-olah ada teman

bicara.

2.1.3. Bantu klien mengenal

halusinasinya :

a. Jika menemukan

klien sedang

berhalusinasi :

tanyakan apakah

ada suara yang di

dengarnya.

b. Jika klien menjawab

ada, lanjutkan : apa

yang di katakan

suara itu.

c. Katakan bahwa

perawat percaya

klien mendengar

suara itu, namun

perawat sendiri

tidak mendengarnya

( dengan nada-nada

bersahabat tanpa

menuduh atau

menghakimi)

d. Katakan bahwa

perawat akan

membantu klien

2.1.4. Diskusikan dengan

klien:

a. Situasi yang

menimbulkan/tidak

menimbulkan.

halusinasi (jika

sendiri, atau sedih ).

b. Waktu dan

frekuensi terjadinya

halusinasi ( pagi,

Page 18: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

3. Klien dapat

mengontrol

halusinasinya

2.2. Klien dapat

mengungkapkan

bagaimana

perasaannya

terhadap

halusinasi

tersebut.

3.1. Klien dapat

menyebutkan

tindakan yang

biasanya

dilakukan untuk

mengendalikan

halusinasinya.

3.2. Klien dapat

menyebutkan

cara baru

mengontrol

halusinasi.

siang, sore, Dan

malam, terus

menerus atau

sewaktu-waktu).

2.2.1. Diskusikan dengan klien

tentang apa yang di

rasakannya jika terjadi

halusinasi (marah/takut,

sedih, dan senang), beri

kesempatan kepada klien

untuk

mengungkapkannya.

3.2.1. Identifikasi bersama

klien tindakan yang di

lakukan jika terjadi

halusinasi ( tidur, marah,

menyibukkan diri, dll)

3.2.2. Diskusikan manfaat dan

cara yang di gunakan

klien, jika bermanfaat

beri pujian kepada klien.

3.2.1Diskusikan dengan klien

tentang cara baru

mengontrol halusinasinya :

a. Menghardik/

mengusir/tidak

memedulikan

halusinasinya.

b. Bercakap-cakap

dengan orang lain

jika halusinasinya

muncul

c. Melakukan kegiatan

sehari-hari.

Page 19: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

3.3. Klien dapat

mendemonstrasi

kan cara

menghardik/me

ngusir/tidak

memedulikan

halusinasinya.

3.4. Klien

mendemonstrasi

kan bercakap-

cakap dengan

orang lain.

3.4.1. Beri contoh cara

menghardik

halusinasinya : “pergi,

saya tidak mau

mendengar kamu, saya

mau mencuci

piring/bercakap-cakap

dengan suster.

3.3.2. Minta klien mengikuti

contoh yang di berikan

dan minta klien

mengulanginya

3.3.3. Beri pujian atas

keberhasilannya

3.3.4. Susun jadwal latihan

klien dan minta klien

untuk mengisi jadwal

kegiatan (self-valuation)

3.3.5. Tanyakan kepada klien “

bagaimana perasaannya

setelah menghardik?

apakah halusinasinya

berkurang? “ berikan

pujian.

3.4.1. Beri contoh percakapan

dengan orang lain ; “

suster, saya dengar

suara-suara. Temani saya

bercakap-cakap”

3.4.2. Minta klien mengikuti

contoh percakapan dan

mengulanginya.

3.4.2. Beri pujian atas

keberhasilannya

3.4.3. Susun jadwal klien untuk

melatih diri, mengisis

kegiatan dengan

Page 20: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

3.5. Klien dapat

mendemonstrasi

kan pelaksaan

kegiatan sehari-

hari.

3.6. Klien dapat

mengikuti terapi

aktivitas

kelompok

bercakap-cakap, dan

Mengisi jadwal

kegiatan )self-

evaluation)

3.4.5. Tanyakan kepada klien:

“bagaimana perasaannya

setelah latihan bercakap-

cakap? Apakah

halusinasinya

berkurang?” berikan

pujian.

3.5.1. Diskusikan dengan klien

tentang kegiatan harian

yang dapat di lakukan di

rumah dan rumah sakit

( untuk klien halusinasi

dengan perilaku

kekerasan, sesuaikan

dnegan kontrol perilaku

kekerasan).

3.5.2. Latih klien untuk

melakukan kegiatan yang

di sepakati dan masukkan

ke dalam jadwal

kegiatan. Minta klien

mengisi jadwal kegiatan (

self-evaluation)

3.5.3. Tanyakan kepada klien :

“bagaimana perasaannya

setelah melakukan

kegiatan seharian?

Apakah halusinasinya

berkurang? Beri pujian.

3.6.1. Anjurkan klien untuk

mengikuti terapi aktivitas

kelompok, orientasi

realita, stimulasi persepsi.

Page 21: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

1 2 3 4 5

3.7. Klien dapat

mendemonstrasi

kan kepatuhan

minum obat

untuk mencegah

halusinasi.

3.7.1. Klien dapat menyebutkan

jenis, dosis, dan waktu

minum obat serta manfaat

obat tersebut ( prinsip 5

benar: benar orang, obat,

dosis, waktu, dan cara)

3.7.1.1. Diskusikan dengan

klien tentang jenis

obat yang di minum

( nama, warna, dan

besarnya) : waktu

minum obat ( jika 3

x ; pukul 07.00,

13.00 dan 19.00),

dosis dan cara.

3.7.1.2. Diskusikan

dengan klien

tentang manfaat

minum obat

secara teratur :

a. Beda perasaan

sebelum dan

sesudah

minum obat

b. Jelaskan

bahwa dosis

hanya boleh di

ubah oleh

dokter

c. Jelaskan

tentang akibat

minum obat

tidak teratur

misalnya

penyakit

kambuh.

3.7.2. Klien

mendemonstrasikan

Page 22: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

kepatuhan minum obat

1 2 3 4 5

4. Klien mendapat

dukungan dari

keluarga dalam

mengontrol

4.1. Keluarga dapat

menyebutkan

pengertian,

tanda, dan

sesuai jadwal yang di

tetapkan.

3.7.2.1. Diskusikan proses

minum obat :

a. Klien meminta obat

kepada perawat

( jika di rumah

sakit), kepada

keluarga jika di

rumah

b. Klien memeriksa

obat sesuai dosisnya

c. Klien meminum

obat pada waktu

yang tepat.

3.7.2.2. Susun jadwal minum

obat bersama klien.

3.7.3. Klien mengevaluasi

pelaksanaan minum obat

dengan mengisi jadwal

kegiatan harian (self-

evaluation).

3.7.3.1. Validasi

pelaksanaan minum

obat klien

3.7.3.2. Beri pujian atas

keberhasilan klien

3.7.3.3. Tanyakan kepada

klien : “bagaimana

perasaanya dengan

minum obat secara

teratur?apakah

keinginan marahnya

berkurang?

4.1.1. Diskusikan dengan

keluarga (pada saat

keluarga

Page 23: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

halusinasinya tindakan untuk berkunjung.pada saat

kunjungan rumah

1 2 3 4 5

mengendalikan

halusinasi.

4.2. Keluarga dapat

menyebutkan

jenis, dosis,

waktu pemberian,

manfaat serta efek

samping obat.

a. Gejala halusinasi

yang di alami klien.

Cara yang dapat di

lakukan klien dan

keluarga untuk

memutuskan

halusinasi ( sama

seperti yang di

ajarkan kepada

klien).

b. Cara merawat

anggota keluarga

yang halusinasi di

rumah : beri

kegiatan. Jangan

biarkan sendiri,

makan bersama,

bepergian bersama,

jika klien sedang

sendirian di rumah,

lakukan kontak

dengan sering via

telpon.

c. Beri informasi

tentang waktu tidak

lanjut (follo-up) atau

kapan perlu mendpat

bantuan : halusinasi

tidak terkontrol, dan

risiko mencederai

orang lain.

4.2.1. Disuksikan dengan

keluarga tentang jenis,

dosis, waktu pemberian,

manfaat dan efek

samping obat

4.2.2. Anjurkan keluarga untuk

Page 24: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

berdiskusi dengan dokter

tentang manfaat dan efek

1 2 3 4 5

samping obat

4.2.3. Diskusikan akibat dari

berhenti minum obat

tanpa berkosnultasi

terlebih dahulu.

Page 25: Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial_2

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 1995. Nursing care plans and documentation , nursing diagnosisi and

collaborative problem. Second edition. USA lippincot-rawen

Keliat, Budi anna. ( 2005 ). Proses keperawatan jiwa. Jakarta : EGC

Rawlin, R.P. and Heacock, P.E.(1993). Clinical Manual of Psychiatic Nursing. First

Edition. ST. Louis. Mosby Year Book

Stuart and sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa. alih bahasa hamid

AYS. Jakarata : EGC

Townsend M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman

untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta : EGC.