laporan pendahuluan isolasi sosial_2
DESCRIPTION
111TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu
kebutuhan atau mengharupakan untuk melibatakan orang lain, akan tetapi tidak dapat
membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995).
Menarik diri adalah suatu usaha seseorang untuk menghindari interaksi dengan
lingkungan sosial atau orang lain, merasa kehilangan kedekatan dengan orang lain
dan tidak bisa berbagi pikirannya dan perasaannya (Rawlins,1993).
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Isolasi sosial
merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam dirinya (Townsend, M.C, 1998 :
52).
Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta mengalami kesulitan berinteraksi
secara spontan dengan orang lain. Individu yang demikian berusaha untuk mengatasi
ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa
bersalah dan merasa tidak aman dengan berbagai respon. Respon yang terjadi dapat
berada dalam rentang adaptif sampai maladaptif (Stuart and Sundeen, alih bahasa
Hamid,1998).
2. RENTANG RESPON SOSIAL
Rentang Respon Sosial
Respon adaptif Respon maladafitf
Solitut Kesepian manipulasi
Otonomi Menarik diri impulsif
Kebersamaan Ketergantungan narkisme
Saling ketergantungan
Gambar.1.1 Rentang respon sosial, (Stuart and Sundeen, 1998).
Keterangan dari rentang respon sosial :
a. Solitut (Menyendiri)
Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang untuk
merenung apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara untuk
menentukan langkahnya.
b. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.
d. Saling ketergantungan (Interdependent)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut mampu
untuk saling memberi dan menerima.
e. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian dengan
orang lain atau lingkungannya.
f. Menarik diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan orang
lain atau lingkungannya.
g. Ketergantungan (Dependent)
Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain.
h. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan berorientasi
pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.
i. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu. Mempunyai
penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
j. Narkisme
Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian. Individu
akan marah jika orang lain tidak mendukungnya. (Townsend M.C,1998)
3. PENYEBAB
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang
dan juga dapat mencederai diri, (Carpenito,L.J, 1998)
1. Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik diri
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai
masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja
sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih
tepat tentang hubungan 5 antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan
kolaboratif sewajarnya dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan
struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki
budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Stuart and Sundeen, 1998).
2. Faktor persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara
lain:
a. Stressor Sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas unit
keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya
karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya hal ini
dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang
mengalami gangguan hubungan (menarik diri) (Stuart & Sundeen, 1998)
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai
pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan
orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan
dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan
orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain
akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan
berhubungan dengan orang lain
d) Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik
diri dari orang lain.
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
(Rawlins, Heacock,1993).
4. TANDA DAN GEJALA
Menurut Towsend M.C (1998:192-193) dan Carpenito,L.J. (1998:381) Isolasi
sosial : menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut :
b. kurang spontanapatis
c. ekspresi wajah tidak berseri
d. tidak memperhatikan kebersihan diri
e. komunikasi verbal kurang
f. menyendiri
g. tidak peduli lingkungan
h. asupan makanan terganggu
i. retensi urine dan feses
j. aktivitas menurun
k. posisi baring seperti fetus
l. menolak berhubungan dengan orang lain.
5. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping yang
sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan contoh sumber koping
yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam
keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas
untuk mengekspresikan stress 8 interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan
(Stuart and Sundeen, 1998:349)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar
utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat
dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap
stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam
pengkajian.
Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medik
Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam
sebagai berikut :
a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
b. Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data
primer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai
data sekunder.
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari
kelompok data yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah sebagai
berikut :
a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
1) Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya memerlukan
pemeliharaan kesehatan dan memerlukan tindak lanjut secara periodik
karena tidak ada masalah serta klien telah mempunyai pengetahuan untuk
antisipasi masalah.
2) Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan
promosi, sebagai program antisipasi terhadap masalah.
a. Ada masalah dengan kemungkinan
1) Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan
masalah.
2) Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung
merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut FASID
pada tahun 1983 dan INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah masalah klien
saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat,
2005).
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat.
Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang
dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan
masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah
klien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula
disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat
adalah adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek
atau akibat dari masalah utama
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Defisit perawatan diri
c. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
e. Kekerasan, resiko tinggi
POHON MASALAH
(Keliat,B.A,2005:201)
Resiko Mencederai DiriGangguan Pemeliharaan
Kesehatan
Gangguan Sensori/Persepsi : Halusinasi
Defisit Perawatan Diri : Mandi Dan Berhias
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. RENCANA KEPERAWATAN
NODIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
INTERVENSITUJUAN
KRITERIA
EVALUASI
1 2 3 4 5
Isolasi sosial :
menarik diri
TUM
1. Klien dapat
berinteraksi
dengan orang
lain sehingga
tidak terjadi
halusinasi
TUK
1. Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya diri
1.1. pasien
menunjukkan
ekspresi wajah
bersahabat,
memperlihatkan
rasa senang, ada
kontak mata, mau
berjabat tangan,
mau
menyebutkan
namanya, mau
menjawab salam,
pasien mau duduk
berdampingan
dengan perawat,
mau
mengutarakan
masalah
yang dihadapi
1.1.1. Bina hubungan saling
percaya dengan
menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik :
a. Sapa pasien dengan
ramah, baik verbal
maupun non verbal
b. Perkenalkan diri
dengan sopan
c. Tanyakan nama
lengkap dan nama
panggilan yang
disukai klien
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati
janji
f. Tunjukkan empati dan
menerima pasien apa
adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar pasien.
1 2 3 4 5
2. Klien dapat
menyebutkan
penyebab
menarik diri
3. Klien dapat
menyebutkan
keuntungan
berinteraksi
dengan orang
lain dan
kerugian tidak
berinteraksi
dengan orang
lain
2.1. klien dapat
menyebutkan
penyebab
menarik diri yang
berasal dari :
a. Diri sendiri
b. Orang lain
c. Lingkungan
3.1. klien dapat
menyebutkan
keuntungan
berinteraksi
dengan orang
lain misalnya :
a. banyak teman
b. tidak sendiri
c. bisa diskusi,
dll.
2.1.1. Kaji pengetahuan klien
tentang perilaku menarik
diri dan tandanya
1. “di rumah, ibu
tinggal dengan siapa”
2. “siapa yang paling
dekat dengan ibu?”
3. “ apa yang membuat
ibu dekat
dengannya?”
4. “Dengan siapa ibu
tidak dekat ?”
5. “apa yang membuat
ibu tidak dekat?”
2.1.2. Beri kesempatan kepada
klien untuk
mengungkapkan
perasaan yang
menyebabkan klien tidak
bergaul.
2.1.3. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
3.1.1. Kaji pengetahuan klien
tentang keuntungan
memiliki teman
3.1.2. Beri kesempatan kepada
klien untuk berinteraksi
dengan orang lain
3.1.3. Diskusikan bersama klien
tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang
lain
3.1.4. Beri penguatan posistif
terhadap kemampuan
1 2 3 4 5
4. Klien dapat
melaksanakan
interaksi sosial
secara bertahap
3.2. Klien dapat
menyebutkan
kerugian bila
tidak berinteraksi
dengan orang
lain misalnya :
a. Diri sendiri
b. Tidak
memiliki
teman
c. Sepi, dll.
4.1. Klien dapat
mendemonstrasik
an interaksi sosial
secara bertahap
antara :
a. Klien-perawat
b. Klien-
perawat-
perawat
mengungkapkan Perasaan
tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang
lain
3.2.1. Kaji pengetahuan klien
tentang kerugian bila
tidak berinteraksi dengan
orang lain.
3.2.2. Beri kesempatan kepada
klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berinteraksi dengan
orang lain.
3.2.3. Diskusikan bersama
klien tentang kerugian
tidak berinteraksi dengan
orang lain.
3.2.4. Beri penguatan positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berinteraksi dengan orang
lain.
4.1.1. Kaji kemampuan klien
membina hubungan
dengan orang lain.
4.1.2. Bermain peran tentang
cara berhubungan
/berinteraksi dengan
orang lain.
4.1.3. Dorong dan bantu klien
untuk berinteraksi dengan
orang lain :
a. Klien-perawat
1 2 3 4 5
5. Klien dapat
mengungkapka
n perasaannya
setelah
berinteraksi
dengan orang
lain.
c. Klien-
perawat-
perawat-klien
lain
d. Klien-
keluarga/
kelompok
masyarakt.
5.1. Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya
setelah
berinteraksi
dengan orang lain
untuk :
d. Diri sendiri
e. Orang lain
b. Klien-perawat-
perawat
c. Klien-perawat-
perawat-klien lain
d. Klien-keluarga/
kelompok
masyarakat
4.1.4. Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
yang telah di capai
4.1.5. Bantu klien untuk
mengevaluasi
Keuntungan menjalin
hubungan social
4.1.6. Diskusikan jadwal harian
yang dapat di lakukan
bersama klien dalam
mengisi waktu yaitu :
berinteraksi dengan orang
lain.
4.1.7. Mtotivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
ruangan
4.1.8. Beri penguatan positif
atas kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan.
5.1.1. Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaannya bila
berinteraksi dengan orang
lain.
5.1.2. Diskusikan dengan klien
tentang perasaan
keuntungan berinteraksi
dengan orang lain.
5.1.3. Beri penguatan positif
atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
1 2 3 4 5
6. Klien dapat
memberdayakan
sistem
pendukung atau
keluarga.
6.1. keluarga dapat :
a. menjelaskan
perasaannya
b. menjelaskan
cara merawat
klien menarik
diri
c. mendemonstra
sikan cara
perawatan
klien menarik
diri
d. berpartisipasi
dalam
perawatan
klien menarik
diri
keuntungan berinteraksi
dengan orang lain.
6.1.1 bina hubungan saling
percaya dengan
keluarga :
a. salam, perkenalan diri
b. jelaskan tujuan
c. buat kontrak
d. eksplorasi perasaan
klien
6.1.2. diskusikan dengan
anggota keluarga
tentang :
a. Perilaku menarik diri
b. Penyebab perilaku
menarik diri
Akibat yang akan
terjadi jika perilaku
Menarik diri tidak di
tanggapi
c. Cara keluarga
menghadapi klien
menarik diri
6.1.3. Dorong anggota keluarga
untuk memberi dukungan
kepada klien dalam
berkomunikasi dengan
orang lain.
6.1.4. Anjurkan anggota
keluarga untuk secara
rutin bergantian
menjenguk klien minimal
satu kali seminggu
6.1.5. Beri penguatan positif
atas hal-hal yang telah di
capai oleh keluarga.
1 2 3 4 5
Gangguan konsep
diri : harga diri
rendah
TUM
1. Klien dapat
berhubungan
dengan orang
lain secara
optimal.
TUK
1. Klien membina
hubungan saling
percaya.
2. Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif
yang di miliki.
1.1. pasien
menunjukkan
ekspresi wajah
bersahabat,
memperlihatkan
rasa senang, ada
kontak mata, mau
berjabat tangan,
mau
menyebutkan
namanya, mau
menjawab salam,
pasien mau duduk
berdampingan
dengan perawat,
mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi
2.1. daftar
kemampuan yang
di miliki klien di
rumah sakit,
rumah, sekolah
dan tempat kerja.
1.1.1. Bina hubungan saling
percaya dengan
menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik :
a. Sapa pasien dengan
ramah, baik verbal
maupun non verbal
b. Perkenalkan diri
dengan sopan
c. Tanyakan nama
lengkap dan nama
panggilan yang
disukai klien
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati
janji
f. Tunjukkan empati
dan menerima pasien
apa adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar pasien.
2.1.1. diskusikan
kemampuan dan
aspek positif yang di
miliki klien, buat
daftarnya.
2.1.2. setiap bertemu klien
di hindarkan dari
1 2 3 4 5
3. klien dapat
menilai
kemampuan
yang di
gunakan.
4. klien dapat
menetapkan dan
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan
yang di miliki.
2.2. daftar positif
keluarga klien.
2.3. Daftar positif
lingkungan
klien.
3.1. Klien menilai
kemampuan
yang dapat di
gunakan di
rumah sakit.
3.2. Klien menilai
kemampuan
yang dapat di
gunakan di
rumah.
4.1. Klien memiliki
kemampuan
yang akan di
latih.
memberi penilaian negatif.
2.1.3. utamakan memberi
pujian yang realistik
pada kemampuan dan
aspek positif klien.
3.1.1. diskusikan dengan klien
kemampuan yang
masih dapat di gunakan
selama sakit.
3.1.2. Diskusiakn kemampuan
yang dapat di lanjutkan
penggunaan di rumah
sakit.
3.1.3. Berikan pujian
4.1.1. Meminta klien untuk
memilih satu kegiatan
yang mau di lakukan di
rumah sakit.
4.1.2. Bantu klien melakukan
jika perlu di beri
contoh.
4.1.3. Beri pujian atas
keberhasilan
4.1.4. Diskusikan jadwal
kegiatan harian atas
1 2 3 4 5
5. Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit dan
kemampuannya.
6. Klien dapat
memanfaatkan
sistem
pendukung yang
ada.
4.2. Klien mencoba
membuat
kegiatan jadwal
harian
5.1. Klien
melakukan
kegiatan yang
telah di latih
(mandiri,
dengan bantuan
atau tergantung)
5.2. Klien mampu
melakukan
beberapa
kegiatan secara
mandiri.
6.1. Keluarga
memberi
dukungan dan
pujian.
6.2. Keluarga
memahami
jadwal kegiatan
harian klien.
kegiatan yang telah di latih.
5.1.1. Beri kesempatan
kepada klien untuk
mencoba kegiatan yang
telah di rencanankan.
5.1.2. Beri pujian atas
keberhasilan klien
5.1.3. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di ruangan.
6.1.1. Beri pendidikan
kesehatan pada
keluarga tentang
merawat klien dengan
harga diri rendah.
6.1.2. Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien di rawat.
6.2.1. Bantu keluarga
menyiapkan dukungan
selama klien di rawat
6.2.2. Jelaskan cara
pelaksanaan jadwal
kegiatan di rumah.
6.2.3. Anjurkan memberi
pujian kepada klien
setiap berhasil.
1 2 3 4 5
Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi
TUM
1. Klien tidak
mencederai diri,
orang lain, dan
lingkungan.
TUK
1. Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya diri.
2. Klien dapat
mengenal
halusinasinya
1.1. pasien
menunjukkan
ekspresi wajah
bersahabat,
memperlihatkan
rasa senang, ada
kontak mata,
mau berjabat
tangan, mau
menyebutkan
namanya, mau
menjawab
salam, pasien
mau duduk
berdampingan
dengan perawat,
mau
mengutarakan
masalah
yang dihadapi
2.1. klien dapat
menyebutkan
waktu, isi, dan
frekuensi
timbulnya
halusinasi
1.1.1. Bina hubungan saling
percaya dengan
menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
a. Sapa pasien dengan
ramah, baik verbal
maupun non verbal
b. Perkenalkan diri
dengan sopan
c. Tanyakan nama
lengkap dan nama
panggilan yang
disukai klien
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Jujur dan menepati
janji
f. Tunjukkan empati dan
menerima pasien apa
adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar pasien.
2.1.1. adakan kontak sering
dan singkat secara
bertahap.
2.1.2. Observasi tingkah laku
klien yang terkait dengan
halusinasinya : bicara dan
memandang kiri/kanan ke
depan
1 2 3 4 5
seolah-olah ada teman
bicara.
2.1.3. Bantu klien mengenal
halusinasinya :
a. Jika menemukan
klien sedang
berhalusinasi :
tanyakan apakah
ada suara yang di
dengarnya.
b. Jika klien menjawab
ada, lanjutkan : apa
yang di katakan
suara itu.
c. Katakan bahwa
perawat percaya
klien mendengar
suara itu, namun
perawat sendiri
tidak mendengarnya
( dengan nada-nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
2.1.4. Diskusikan dengan
klien:
a. Situasi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan.
halusinasi (jika
sendiri, atau sedih ).
b. Waktu dan
frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi,
1 2 3 4 5
3. Klien dapat
mengontrol
halusinasinya
2.2. Klien dapat
mengungkapkan
bagaimana
perasaannya
terhadap
halusinasi
tersebut.
3.1. Klien dapat
menyebutkan
tindakan yang
biasanya
dilakukan untuk
mengendalikan
halusinasinya.
3.2. Klien dapat
menyebutkan
cara baru
mengontrol
halusinasi.
siang, sore, Dan
malam, terus
menerus atau
sewaktu-waktu).
2.2.1. Diskusikan dengan klien
tentang apa yang di
rasakannya jika terjadi
halusinasi (marah/takut,
sedih, dan senang), beri
kesempatan kepada klien
untuk
mengungkapkannya.
3.2.1. Identifikasi bersama
klien tindakan yang di
lakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah,
menyibukkan diri, dll)
3.2.2. Diskusikan manfaat dan
cara yang di gunakan
klien, jika bermanfaat
beri pujian kepada klien.
3.2.1Diskusikan dengan klien
tentang cara baru
mengontrol halusinasinya :
a. Menghardik/
mengusir/tidak
memedulikan
halusinasinya.
b. Bercakap-cakap
dengan orang lain
jika halusinasinya
muncul
c. Melakukan kegiatan
sehari-hari.
1 2 3 4 5
3.3. Klien dapat
mendemonstrasi
kan cara
menghardik/me
ngusir/tidak
memedulikan
halusinasinya.
3.4. Klien
mendemonstrasi
kan bercakap-
cakap dengan
orang lain.
3.4.1. Beri contoh cara
menghardik
halusinasinya : “pergi,
saya tidak mau
mendengar kamu, saya
mau mencuci
piring/bercakap-cakap
dengan suster.
3.3.2. Minta klien mengikuti
contoh yang di berikan
dan minta klien
mengulanginya
3.3.3. Beri pujian atas
keberhasilannya
3.3.4. Susun jadwal latihan
klien dan minta klien
untuk mengisi jadwal
kegiatan (self-valuation)
3.3.5. Tanyakan kepada klien “
bagaimana perasaannya
setelah menghardik?
apakah halusinasinya
berkurang? “ berikan
pujian.
3.4.1. Beri contoh percakapan
dengan orang lain ; “
suster, saya dengar
suara-suara. Temani saya
bercakap-cakap”
3.4.2. Minta klien mengikuti
contoh percakapan dan
mengulanginya.
3.4.2. Beri pujian atas
keberhasilannya
3.4.3. Susun jadwal klien untuk
melatih diri, mengisis
kegiatan dengan
1 2 3 4 5
3.5. Klien dapat
mendemonstrasi
kan pelaksaan
kegiatan sehari-
hari.
3.6. Klien dapat
mengikuti terapi
aktivitas
kelompok
bercakap-cakap, dan
Mengisi jadwal
kegiatan )self-
evaluation)
3.4.5. Tanyakan kepada klien:
“bagaimana perasaannya
setelah latihan bercakap-
cakap? Apakah
halusinasinya
berkurang?” berikan
pujian.
3.5.1. Diskusikan dengan klien
tentang kegiatan harian
yang dapat di lakukan di
rumah dan rumah sakit
( untuk klien halusinasi
dengan perilaku
kekerasan, sesuaikan
dnegan kontrol perilaku
kekerasan).
3.5.2. Latih klien untuk
melakukan kegiatan yang
di sepakati dan masukkan
ke dalam jadwal
kegiatan. Minta klien
mengisi jadwal kegiatan (
self-evaluation)
3.5.3. Tanyakan kepada klien :
“bagaimana perasaannya
setelah melakukan
kegiatan seharian?
Apakah halusinasinya
berkurang? Beri pujian.
3.6.1. Anjurkan klien untuk
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi.
1 2 3 4 5
3.7. Klien dapat
mendemonstrasi
kan kepatuhan
minum obat
untuk mencegah
halusinasi.
3.7.1. Klien dapat menyebutkan
jenis, dosis, dan waktu
minum obat serta manfaat
obat tersebut ( prinsip 5
benar: benar orang, obat,
dosis, waktu, dan cara)
3.7.1.1. Diskusikan dengan
klien tentang jenis
obat yang di minum
( nama, warna, dan
besarnya) : waktu
minum obat ( jika 3
x ; pukul 07.00,
13.00 dan 19.00),
dosis dan cara.
3.7.1.2. Diskusikan
dengan klien
tentang manfaat
minum obat
secara teratur :
a. Beda perasaan
sebelum dan
sesudah
minum obat
b. Jelaskan
bahwa dosis
hanya boleh di
ubah oleh
dokter
c. Jelaskan
tentang akibat
minum obat
tidak teratur
misalnya
penyakit
kambuh.
3.7.2. Klien
mendemonstrasikan
kepatuhan minum obat
1 2 3 4 5
4. Klien mendapat
dukungan dari
keluarga dalam
mengontrol
4.1. Keluarga dapat
menyebutkan
pengertian,
tanda, dan
sesuai jadwal yang di
tetapkan.
3.7.2.1. Diskusikan proses
minum obat :
a. Klien meminta obat
kepada perawat
( jika di rumah
sakit), kepada
keluarga jika di
rumah
b. Klien memeriksa
obat sesuai dosisnya
c. Klien meminum
obat pada waktu
yang tepat.
3.7.2.2. Susun jadwal minum
obat bersama klien.
3.7.3. Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum obat
dengan mengisi jadwal
kegiatan harian (self-
evaluation).
3.7.3.1. Validasi
pelaksanaan minum
obat klien
3.7.3.2. Beri pujian atas
keberhasilan klien
3.7.3.3. Tanyakan kepada
klien : “bagaimana
perasaanya dengan
minum obat secara
teratur?apakah
keinginan marahnya
berkurang?
4.1.1. Diskusikan dengan
keluarga (pada saat
keluarga
halusinasinya tindakan untuk berkunjung.pada saat
kunjungan rumah
1 2 3 4 5
mengendalikan
halusinasi.
4.2. Keluarga dapat
menyebutkan
jenis, dosis,
waktu pemberian,
manfaat serta efek
samping obat.
a. Gejala halusinasi
yang di alami klien.
Cara yang dapat di
lakukan klien dan
keluarga untuk
memutuskan
halusinasi ( sama
seperti yang di
ajarkan kepada
klien).
b. Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi di
rumah : beri
kegiatan. Jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian bersama,
jika klien sedang
sendirian di rumah,
lakukan kontak
dengan sering via
telpon.
c. Beri informasi
tentang waktu tidak
lanjut (follo-up) atau
kapan perlu mendpat
bantuan : halusinasi
tidak terkontrol, dan
risiko mencederai
orang lain.
4.2.1. Disuksikan dengan
keluarga tentang jenis,
dosis, waktu pemberian,
manfaat dan efek
samping obat
4.2.2. Anjurkan keluarga untuk
berdiskusi dengan dokter
tentang manfaat dan efek
1 2 3 4 5
samping obat
4.2.3. Diskusikan akibat dari
berhenti minum obat
tanpa berkosnultasi
terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 1995. Nursing care plans and documentation , nursing diagnosisi and
collaborative problem. Second edition. USA lippincot-rawen
Keliat, Budi anna. ( 2005 ). Proses keperawatan jiwa. Jakarta : EGC
Rawlin, R.P. and Heacock, P.E.(1993). Clinical Manual of Psychiatic Nursing. First
Edition. ST. Louis. Mosby Year Book
Stuart and sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa. alih bahasa hamid
AYS. Jakarata : EGC
Townsend M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman
untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta : EGC.