laporan praktikum isolasi mikroba
DESCRIPTION
laporan pratikum mikroba mikrobiologi tentang isolasi mikroba yang dilakukan di laboratorium fakultas pertanian universitas riau .. berisi tentang tatacara mengisolasi mikroba lactobacillus casei pada susu fermentasiTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI MIKROBA
LAPORAN PRAKTIKUMAPLIKASI BIOTEKNOLOGI PANGAN
ISOLASI MIKROBA
NAMA : HASRAH HARIS
N I M : G311 13 005
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : SHEEKHAN DINI PUTRI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI PANGAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang populasinya sangat besar dan kompleks.
Spesiesnya yang berjumlah ratusan terdapat di bagian-bagian tubuh manusia, makanan,
hewan dan lain-lain. Bukan hanya terdapat pada mahluk hidup, mikroorganisme juga terdapat
ditanah, air dan udara. Dalam kehidupan terkadang kita membutuhkan suatu mikroorganisme
tertentu untuk diisolasi atau dibiakkan. Misalnya, bila hendak mengisolasi bakteri dari tanah/
benda padat yang mudah tersuspensi atau terlarut, atau zat cair lain, maka dilakukan serangkaian
pengenceran (dilution series) terhadap zat tersebut. Sumber isolat dari bakteri benda yang liat
atau padat, misatnya daging maka zat tersebut dihancurkan terlebih dahulu. Tehadap bakteri
yang hanya terdapat dipermukaan maka pengenceran dilakukan terhadap air tempat zat tersebut
dicelupkan/ direndam. Dan jika bakteri hendak diisolasi dari udara, cukup dengan membuka
cawan petri yang berisi media agar steril beberapa saat. Di dalam laboratorium mikrobiologi,
populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat
dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya.
Isolasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentu dari suatu lingkungan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakkan murni.
Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal.
Beberapa cara yang dilakukan untuk mengisolasi mikrooraganisme antara cara goresan (streak
plate), cara taburan/tuang (pour plate), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution
plate) serta micromanipulator. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah praktikum
mengenai Isolasi Mikroba ini.
I.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum isolasi mikroba ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahu cara pembuatan media tumbuh mikroba.
2. Untuk mengetahui cara isolasi mikroba dari berbagai jenis bahan yang berbeda.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar kita dapat mengetahui cara membuat media
serta isolasi mikroorganisme dari bahan-bahan tertentu dengan baik dan benar serta dapat
membedakan mikroorganisme sesuai dengan pertumbuhan pada tiap-tiap media yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Nira
Komposisi nira dari suatu jenis tanaman dipengaruhi beberapa faktor yaitu antara lain
varietas tanaman, umur tanaman, kesehatan tanaman, keadaan tanah, iklim, pemupukan,
dan pengairan. Demikian pula setiap jenis tanaman mempunyai komposisi nira yang
berlainan dan umumnya terdiri dari air, sukrosa, gula reduksi, bahan organik lain, dan bahan
anorganik. Air dalam nira merupakan bagian yang terbesar yaitu antara 75 – 90 %.
Sukrosa merupakan bagian zat padat yang terbesar berkisar antara 12,30 – 17,40 %. Gula reduksi
antara 0,50 – 1,00 % dan sisanya merupakan senyawa organik serta anorganik. Gula reduksi
dapat terdiri dari heksosa, glukosa, dan fruktosa, serta mannosa dalam jumlah
yang rendah sekali. Bahan organik terdiri dari karbohidrat (tidak termasuk gula), protein, asam
organik, asam amino, zat warna, dan lemak. Bahan anorganik terdiri dari garam
mineral (Gautara dan Soesarsono W, 1981).
Kerusakan Nira ditandai oleh penurunan pH disebabkan adanya perombakan gula
menjadi asam organik oleh mikroba seperti khamir (Saccharomyces sp.) serta bakteriAcetobacter
sp. Nira sangat mudah terkontaminasi karena mengandung nutrisi yang lengkap seperti gula,
protein, lemak dan mineral yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan khamir
optimal pada pH 4,0-4,5 (Fardiaz, 1992). Khamir tumbuh dengan
baik pada suasana aerob namun untuk khamir fermentatif dapat tumbuh pada suasana anaerob
(Jutono dkk, 1972). Menurut Said (1987) kadar gula yang optimal untuk pertumbuhan khamir
adalah 10%, tapi kadar gula yang optimal untuk permulaan fermentasi adalah 16% .
Nira kelapa ini mudah mengalami fermentasi, karena mengandung ragi liar yang amat
aktif. Bila nira terlambat dimasak, biasanya warna nira berubah menjadi keruh dan kekuning-
kuningan, rasanya masam, dan baunya menyengat. Hal ini disebabkan terjadi pemecahan sukrosa
menjadigula reduksi (Hieronymus. B. S, 1993). Adapun proses perubahan itu adalah sebagai
berikut :
Sukrosa Glukosa & Fruktosa Alkohol Asam Asetat
(cuka) Karbondioksida &air
A B C D E
Untuk perubahan dari A sampai C terlibat kegiatan ragi, dari C ke D terlibat kegiatan bakteri dan
hasilnya berupa cuka berasa asam. Karena proses inimembutuhkan alkohol, sehingga alkohol
yang diperoleh menjadi berkurang. Untuk memperoleh gula yang baik maka harus dilakukan
proses penghambatan terhadap kegiatan mikroorganisme (Suhardiyono, 1988).
II.2. Saccharomyces cereviceae
Saccharomyces cereviceae merupakan khamir sejati tergolong eukariot yang secara
morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang
dipengaruhi oleh strainnya. Dapat membelah diri melalui “budding cell”. Reproduksinya dapat
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel.
Penampilan makroskopik mempunyai koloni berbentuk bulat, warna kuning muda, permukaan
berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat dengan askospora 1-8 buah (Nikon,
2004;Landecker, 1972;Lodder, 1970).
Saccharomyces cerevisiae memiliki sel berbentuk ellipsoid atau silindris. Ukuran sel
antara 5 - 20 mikron, biasanya 5 - 10 kali lebih besar dari ukuran bakteri dan merupakan
mikroorganisme bersel tunggal, Saccharomyces cerevisiae termasuk khamir uniseluler. Khamir
ini bersifat nonpatogenik dan nontoksik, sehingga sejak dahulu banyak digunakan dalam
berbagai proses fermentasi seperti pada pembuatan roti dan alkohol. Saccharomyces
cerevisiae` tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan aktivitasnya
pada suhu 4-32 °C. Saccharomyces cerevisiae memerlukan kondisi lingkungan yang
cocok untuk pertumbuhannya, yaitu nutrisi sebagai sumber energi terutama gula,
pH optimum 4-5, temperatur optimum 28-30ºC serta kebutuhan akan oksigen terutama
pada awal pertumbuhan (Hidayat et.al, 2006).
Klasifikasi Sacharomyces cerevisiae menurut Yarow (1984) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Spesies : Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces merupakan khamir fermentatif kuat. Apabila ada oksigen S.
cerevisiae juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbon dioksida dan
air. Oleh karena itu tergantung dari kondisi pertumbuhan, S. cerevisiae dapat mengubah
sistem metabolismenya dari fermentatif menjadi oksidatif (respirasi). S. cerevisiae adalah khamir
yang bersifat anaerob yang mampu mengubah asam piruvat menjadi alkohol melalui proses
fermentasi. S. cerevisiae juga merupakan khamir yang paling sering digunakan dalam produksi
alkohol karena memenuhi syarat sebagai khamir untuk fermentasi alkohol.
S. cerevisiae mampu menghasilkan enzim yang diperlukan dalam proses fermentasi. Khamir
selain dapat menghasilkan alkohol dan karbon dioksida juga memproduksi metabolit-metabolit
lain dalam jumlah kecil yaitu, gliserol, asam suksinat, alkohol rantai panjang,
2,3-butana-diol, dan sedikit aldehid, asam asetat dan asam laktat (Fardiaz, 1992).
II.3. Laruran Fisiologis
Larutan garam fisiologi merupakan larutan isotonis yang memiliki banyak kegunaan
dalam bidang medis dan laboratorium, dan umumnya larutan garam fisiologi memiliki kisaran
konsentrasi 0.9% (b/v) NaCl. Dalam menghitung jumlah mikrob seperti bakteri, perlu dilakukan
pengenceran. Sesuai dengan perhitungan CFU (Colony Forming Unit) yaitu 30 ≤ jumlah bakteri
≤300. Bila jumlah bakteri < 30 maka tidak dapat dihitung secara statistik, bila >300 akan sangat
sulit untuk dihitung secara manual (Lay Bw, 1994).
NaCl fisologis digunakan sebagai pengencer agar suspense sampel tetap steril dan
menghindari adanya kontaminan pada sampel. Selain itu, NaCl fisiologis juga dapat
mempertahankan kondisi pH. Sebagaimana kita ketahui bahwa pertumbuhan mikroorganisme
sangat peka terhadap perubahan pH, sehingga diperlukan suatu larutan pengencer yang tidak
mempengaruhi kondisi pH (Trigiantoro, 2014)
II.4. Media Yeast Extract Agar
Media yeast extract agar merupakan media yang digunakan untuk kultivasi
kapang dan khamir yang berasal dari berbagai macam material, khususnya dari susu atau
produk susu. Media ini merupakan quality control bagi keberadaan S. aereus, E. coli,
Candida albicans, Geotrichum candidum, Aspergillus niger, Penicilium commune, Rhodotoruls
mucilaginosa. Penimbangan media yaitu dengan perbandingan 35 gram media dalam 1000 ml
H2O (Anonim, 2015).
II.5. Pengenceran
Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air
sehingga lebih mudah penanganannya. Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan
bakteri yang ditanam (Fais, 2009). Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk
menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam
larutan sehingga volume larutan menjadi berubah (Nurohaianah et al, 2007).
Di dalam keadaan yang sebenarnya dikatakan bahwa tidak ada bakteri yang hidup secara
tersendiri terlepas dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri patogen kedapatan bersama-
sama dengan bakteri saprob. Untuk menyendirikan suatu spesies dikenal beberapa cara, salah
satunya yaitu dengan pengenceran. Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865.
Ia berhasil memelihara Streptococcus lactis dalam piaraan murni yang diisolasi dari sampel susu
Yang sudah masam. Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam
spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di
ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut.
Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu
medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan
tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh
satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika
kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang
murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel
(Dwidjoseputro, 1990).
II.6. Sterilisasi
Sterilisasi adalah kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk
kehidupan semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang sangat resisten (Ratna 2008).
Menurut Ratna (2008) sterilisasi terdiri dari sebagai berikut :
a. Pemanasan kering
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai
kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya
mati. Digunakan pada benda/bahan yang tidak mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak
hangus atau tidak menguap pada suhu tinggi. Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa
yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak, minyak mineral,
gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan serbuk yang tidak stabil dengan
uap air. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah. Contohnya alat ukur dan
penutup karet atau plastik. Selain itu bahan/alat harus dibungkus, disumbat atau ditaruh dalam
wadah tertututp untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven. Waktu dan suhu
yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering adalah:
Tabel 01. waktu dan suhu untuk sterilisasi
Suhu (0C) Waktu (jam)
170 1,0
160 2,0
150 2,5
140 3,0
b. Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh
mikroba sehingga dapat membunuh mikroba. Sterilisasi Uap dilakukan menggunakan autoclave
dengan prinsipnya memakai uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi
biasanya 121 ℃, tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1
atm. Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1
jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari volume bahan yang disterilkan.
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
menggunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 1210C. Suhu dan tekanan tinggi yang
diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk
membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan
suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu
1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15
psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu
1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15
psi maka air akan mendidih pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level,
jika di laboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting
ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian
2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk
mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan
tekanan 15 psi selama 15 menit (Dwidjoseputro 2012).
II.7. Metode Isolasi
Metode cawan sebar (spread plate) Teknik spread plate (lempeng sebar) adalah suatu
teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan
stok kultur bakteri atau mengapuskannya di atas media agar yang telah memadat. Bedanya
dengan pour plate adalah, pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media agar
memadat sedangkan pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat).
Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian
permukaan media agar Hadioetomo (2013).
Isolasi mikroba dengan cara penggoresan (spred plate) Tujuan utama dari penggoresan
ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang terpisah dengan baik dari suspensi sel
yang pekat. Cara ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tapi
memerlukan keterampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan
menghasilkan koloni yang terpisah. Cara penggresan dapat dilakukan dengan cara ujung kawat
imokulasi yang membawa bakteri digesekkan atau digoreskan dengan bentuk zig-zag pada
permukaan agar-agar dalam cawan Petri sampai meliputi seluruh permukaan. Untuk memperoleh
hasil yang baik diperlukan keterampilan, yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode
cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan adalah
tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga
pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan
inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan
sel-sel yang digores (Suriawiria,2005).
II.8. Metode Agar Miring
Biakan Agar Miring dan Agar Tegak Dapat dilakukan dengan cara menggoreskan secaa
zig-zag pada permukaan agar miring menggunakan jarum ose yang bagian atasnya
dilengkungkan. Cara ini juga dilakukan pada agar tegak untuk meminimalisir pertumbuhan
mikroba dalam keadaan kekurangan oksigen. Usah mencegah masuknya mikroorganisme yang
tidak diinginkan dan untuk menanam suatu spesies terdapat baberapa cara, yaitu: Penanaman
dengan penggoresan Penanaman lapangan Biakan agar tabung (Rusdimin, 2003).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Aplikasi Bioteknologi Pangan yang berjudul Isolasai Mikroorganisme
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 dan 8 September 2015 di laboratorium Mikrobiologi dan
Keamanan Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet volum, erlemeyer,
bulb,autoclave,cawan petri, tabung reaksi, jarum ose, hocky steak, shaker, laminar flow, Bunsen,
incubator, hotplate, magnetic stirrer, botol semprot, rak tabung dan timbangan analitik.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kapas, aluminium foil, label,
kertas, tempe, nenas, yoghurt, yakult, nira, kulit jeruk, kubis, biang nata, ragi tape, NA (Nutrient
Agar), PDA (Potato Dextrose Agar), YEG (Yeast Extract Granuliet), glukosa, kalipton, NaCl,
GPB (Glucose Peptone Broth), aquades dan alkohol.
III.3. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum yang dilakukan dalam praktikum isolasi mikroba terdiri dari tujuh
tahap yaitu preparasi, sterilisasi, pembuatan media, isolasi mikroorganisme, inkubasi, pembuatan
agar miring dan penggoresan mikroorganisme.
III.3.1. Preparasi
Preparasi dilakukan dengan dua tahap yaitu pembuatan larutan fisiologis dan preparasi
bahan.
III.3.1.1 Pembuatan larutan fisiologis
Pembuatan larutan fisiologis dilakukan dengan cara menimbang NaCl sebanyak
0,98 gram dengan menggunakan timbangan analitik. NaCl yang telah ditimbang dimasukkan ke
dalam erlemeyer dan ditambahkan aquades sebanyak 1 liter. Larutan dihomogenkan. Sebanyak 1
erlemeyer dan 4 tabung reaksi disiapkan. Larutan fisiologis dipipet sebanyak 45 ml kedalam
erlemeyer dan masing-masing tabung reaksi diisi dengan larutan fisiologis sebanyak 9,9 ml dan
ditutup dengan menggunakan kapas dan aluminium foil. Setelah itu, disterilisasi
dalam autoclave dengan suhu 121oC selama 15 menit.
III.3.1.2 Pengenceran
Pengenceran dilakukan sesuai dengan jenis bahan. Bahan padat seperti tempe dan jeruk
dipreparasi dengan cara memisahkan bagian bahan yang diduga merupakan tempat tumbuhnya
mikroorganisme contohnya bagian hitam pada jeruk dan kubis atau hifa pada tempe kemudian
ditimbang sebanyak 5 gram dan dilarutkan dalam larutan fisiologis 45 ml dan dihomogenkan.
Sedangkan pada sampel cair seperti yoghurt dan yakult preparasi dilakukan dengan langsung
dipipet sebanyak 5 ml dengan pipet volume dan dilarutkan dalam larutan fisiologis 45 ml dan
dihomogenkan. Larutan fisiologis dipipet sebanyak
0,1 ml ke dalam tabung reaksi berisi 9,9 ml larutan fisiologis dan dihomogenkan. Pipet sebanyak
0,1 ml sampel dari tabung reaksi pertama ke tabung reaksi kedua yang berisi
9,9 ml larutan fisiologis dan homogenkan. Lakukan prosedur tersebut sampai mendapatkan
pengenceran 10-9.
III.3.2. Strerilisasi
Sterilisasi alat dilakukan dengan cara ujung pada pipet volum ditutupi dengan kapas serta
aluminium foil. Pipet volum kemudian dibungkus dengan menggunakan kertas. Cawan petri juga
dibungkus dengan kertas. Setelah semua alat telah dibungkus, autoclave diisi dengan
menggunakan air. Pipet volum, dan cawan petri dimasukkan ke dalam autoclavedan dilakukan
proses sterilisasi dengan suhu 121oC selama 15 menit.
III.3.3. Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam praktikum ada empat jenis yaitu NA, PDA, YEG, dan GPB.
Bembuatan media masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
1. Nutrient Agar
Sebanyak 50 gram Nutrient Agar (Na) ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
Hasil timbangan dimasukkan ke dalam erlemeyer dan ditambahkan aquades hingga 100 ml.
Larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas serta aluminium foil. Latutan yang telah
ditutup disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121oC.
2. Potato Dextrin Agar
Media PDA (Potato Dextrin Agar) dibuat dengan menimbang bubuk PDA sebanyak 5,35
gram. Larutan yang telah ditimbang dimasukkan kedalam erlemeyer dan ditambahkan aquades
sebanyak 150 ml. Larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan aluminium foil. Setelah
ditutup larutan disterilkan.
3. Yeast Extract Granuliet
Media YEG (Yeast Extract Granuliet) dibuat dengan menimbang yeast sebanyak 3,25
gram dan agar sebanyak 2 gram dengan menggunakan timbangan analitik. Bahan yang telah
ditimbang dimasukkan kedalam erlemeyer dan ditambahkan aquades sebanyak 250 ml. Larutan
dihomogenkan dan ditutup dengan menggunakan kapas dan aluminium foil. Larutan kemudian
disterilisasi.
4. Glucose Peptone Broth
Media GPB (Glucose Peptone Broth) dibuat dengan cara menimbang 1,25 gram kalipton
dan glukosa sebanyak 2,5 gram. Hasil timbangan dimasukkan ke dalam erlemeyer dan
ditambahkan aquades sebanyak 250 ml. Larutan dihomogenkan dan ditutup dengan
menggunakan kapas dan aluminium foil. Larutan kemudian disterilisasi.
III.3.4. Isolasi Mikroorganisme
Media yang telah disterilisasi dituang ke dalam cawan petri hingga 3/4. Media disimpan
hingga mengeras. Pipet sampel sebanyak 0,1 ml dari tabung reaksi hasil pengenceran dan
lakukan penyebaran ke media yang telah disiapkan. Semua kegiatan yang dilakukan dalam
isolasi mikroorganisme dilakukan dalam ruang isolasi.
III.3.5. Inkubasi
Mikroorganisme yang telah diisolasi dalam media tumbuh kemudian diinkubasi selama
dua hari dalam kondisi optimal. Seluruh hasil isolasi diinkubasi pada suhu ruang sedangkan
bakteri asam laktat yang diisolasi dari yoghurt diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37oC
selama tiga hari.
III.3.6. Pembuatan Agar Miring
Agar miring digunakan sebagai media dalam proses metode gores. Media yang telah
disterilkan dipepet sebanyak 12 ml ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi berisi media diberi
label sesuai dengan jenis media. Tabung reaksi ditutup dengan kapas dan aluminium foil.
Tabung reaksi disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121oC selama 15 menit. Tabung yang
telah disterilisasi diposisikan dengan posisi miring hingga mengeras.
III.3.7. Penggoresan Mikroorganisme
Mikroorganisme yang tumbuh dalam cawan petri yang telah diinkubasi dipilih sesuai
dengan kebutuhan. Mikroorganisme diambil dengan menggunakan jarum ose. Jarum ose yang
digunakan adalah jarum ose yang telah steril. Jarum ose disterilkan dengan cara memanaskan
ujung jarum dengan bunsen. Mikroorganisme digores kedalam agar miring yang telah mengeras
secara zig-zag dan hati-hati. Tabung reaksi yang telah digores dengan mikroorganisme ditutup
dengan kapas dan aluminium foil dan diinkubasi hingga tumbuh isolat murni.
III.4. Diagram Alir
Gambar 01. Diagram alir proses sterilisasi alat
Gambar 02. Diagram Alir Proses Pembuatan Media
Gambar 03. Diagram Alir Isolasi Mikroba
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Gambar 01. Hasil Isolasi Mikroba dari Nira Pengenceran 10-7
Gambar 02. Hasil Isolasi Mikroba dari Nira Pengenceran 10-9
IV.2. Pembahasan
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa pada cawan petri tumbuh mikroba yang
berkoloni. Pada pengenceran 10-7 terdapat dua koloni dan pada pengenceran 10-9hanya terdapat
satu koloni. Semua koloni yang tumbuh pada cawan petri ini bukan merupakan koloni mikroba
yang diinginkan. Tidak tumbuhnya mikroba yang ingin diisolasi disebabkan karena sampel
“nira” yang digunakan untuk mengisolasi mikroba telah rusak atau terkontaminasi. Nira yang
akan diisolasi ini berubah menjadi asam asetat (cuka)
karena adanya pemecahan sukrosa menjadi gula reduksi yang disebabkan oleh adanya kegiatan
bakteri yang mengkontaminasi nira. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hieronymus.B.S (1993)
yang menyatakan bahwa nira mudah mengalami fermentasi, karena mengandung ragi liar yang
amat aktif. Bila nira terlambat dimasak, rasanya masam dan baunya menyengat. Hal ini
disebabkan terjadi pemecahan sukrosa menjadi gula reduksi dan didukung oleh pernyataan L.
Suhardiyono (1998) bahwa untuk perubahan dari sukrosa sampai alkohol terlibat kegiatan ragi,
dari alkohol ke asam asetat (cuka) terlibat kegiatan bakteri dan hasilnya berupa cuka berasa
asam.
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir dengan karakter fisik yaitu selnya
berbentuk ellipsoid atau silindris, mempunyai koloni berbentuk bulat, berwarna kuning muda,
permukaan berkilau, licin, tekstur yang lunak dan sel bulat dengan askospora 1-8
buah.Saccharomyces cerevisiae mampu hidup pada pH optimum 4-5 dengan tempratur 28-30°C.
S. cerevisiae bersifat nonpatogenik dan berfungsi sebagai fermentatif kuat, karena jika khamir ini
mendapatkan oksigen maka Saccharomyces cerevisiae mampu mengoksidasi gula menjadi
karbondioksida dan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fardiaz (1992) yang menyatakan
bahwa Saccharomyces merupakan khamir fermentatif kuat. Apabila ada oksigen S.
cerevisiae juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbon dioksida dan
air dan didukung oleh pernyataan Hidayat et.al (2006) bahwa s. cerevisiae memerlukan kondisi
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhannya, yaitu nutrisi sebagai sumber energi terutama
gula, pH optimum 4-5, temperatur optimum 28-30ºC serta kebutuhan akan oksigen terutama
pada awal pertumbuhan
Bahan yang digunakan pada praktikum isolasi mikroba ini adalah Nira. Nira merupakan
cairan manis yang terdapat pada aren, kelapa dan lontar. Nira tergolong cairan yang sangat
mudah terkontaminasi oleh mikroba seperti khamir atau yang lebih spesifik
adalah Saccharomyces sp. Mudahnya nira terkontaminasi oleh khamir ini di sebabkan karena
nira mengandung nutrisi yang lengkap seperti sukrosa, gula reduksi, lemak, protein dan mineral.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Fardiaz (1992) yang menyatakan bahwa nira sangat mudah
terkontaminasi karena mengandung nutrisi yang lengkap seperti gula, protein, lemak dan mineral
yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba.
Berdasarkan metode praktikum yang dilakukan, larutan fisiologis dibuat dengan
menggunakan NaCl sebanyak 0,98 gram yang dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 liter.
Sebelum digunakan, larutan fisiologis dimasukkan ke dalam beberapa erlenmeyer
sebanyak 45 mL dan disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit. Larutan
fisiologis yang sudah jadi tersebut kemudian diisi dengan nira yang akan diisolasi. Larutan
fisiologis merupakan larutan yang terbuat dari garam NaCl yang umumnya memiliki kisaran
konsetrasi 0.9% b/v NaCl. Larutan fisiologis digunakan untuk pengenceran suatu sampel agar
sampel tetap berada dalam keadaan steril dan menghindari kontaminan. Karena pertumbuhan
mikroba peka terhadap kondisi pH, maka larutan fisiologis diperlukan karena larutan fisiologis
mampu mempertahankan kondisi pH pada sampel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Trigiantoro
(2014) yang menyatakan bahwa NaCl fisologis digunakan sebagai pengencer
agar suspense sampel tetap steril dan menghindari adanya kontaminan pada sampel. Selain itu,
NaCl fisiologis juga dapat mempertahankan kondisi pH
Beradasarkan metode praktikum yang dilakukan, nira sebanyak 5 ml yang menjadi
sampel untuk isolasi terlebih dulu diencerkan dengan menggunakan larutan fisiologis 45 ml yang
telah dibuat sebelumnya kemudian dipipet sebanyak 0,1 ml kedalam tabung reaksi yang telah
diisi dengan larutan fisiologis 9,9 ml, dan diencerkan lagi sebanyak empat kali dengan
pengenceran 10-3, 10-5, 10-7 dan 10-9. Pengenceran tersebut sebuah metode yang digunakan untuk
mengurangi konsentrasi suatu larutan. Didalam mengisolasi mikroba, pengenceran bertujuan
untuk mengurangi kepadatan mikroba yang di tanam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Faiz
(2009) yang menyatakan bahwa tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri
yang ditanam.
Sterilisasi merupakan salah satu proses pemusnahan mikroorganisme maupun spora
mikroba yang ada pada suatu benda, umumnya fungsi dari sterilisasi ini adalah memusnahkan
bakteri patogen. Dalam praktikum, sebelum melakukan isolasi mikroba, cawan petri, pipet dan
peralatan lain yang akan digunakan untuk isolasi mikroba terlebih dulu dibungkus dengan kertas
kemudian disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit dengan menggunakan autoklaf.
Sterilisasi menggunakan autoklaf ini pada prinsipnya menggunakan panas uap untuk mematikan
mikroorganisme pada peralatan laboratorium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Walton dan
Torabinejad (2008) yang menyatakan bahwa metode sterilisasi yang biasa dilakukan untuk
semua kirgi dan instrumen genggam adalah menggunakan autoklaf uap
atau kimia. Instrument yang telah dibungkus kasa diautoklafkan selama 20 menit pada
suhu 121ºC dan tekanan 15 psi. Ini akan membunuh semua bakteri, spora, dan virus.
Yeast extract agar merupakan salah satu media yang digunakan dalam menumbuhkan
khamir saccharomyces cereviceae yang dibuat dengan menggunakan yeast extract dan agar.
Selain untuk menumbuhkan khamir, media ini juga digunakan untuk menumbukan kapang yang
berasal dari berbagai material. Hal ini sesuai dengan pernyatan Anonim (2013) yang menyatakan
bahwa media yeast extract agar merupakan media yang digunakan untuk kultivasi kapang dan
khamir yang berasal dari berbagai macam material.
Isolasi mikroba dilakukan dengan dua tahapan. Tahapan pertama yaitu pengenceran dan
tahapan kedua yaitu penggoresan pada permukaan media. Isolasi mikroba dengan metode spread
plate atau penggoresan dilakukan untuk menghasilkan koloni bakteri yang terpisah dari suspensi
sel yang pekat. Metode gores atau spread plate dilakukan dengan cara ujung kawat inokulasi
yang membawa mikroba digoreskan dengan bentuk zigzag pada permukaan media dalam cawan
petri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (2005) yang menyatakan bahwa cara
penggresan dapat dilakukan dengan cara ujung kawat imokulasi yang membawa bakteri
digesekkan atau digoreskan dengan bentuk zig-zag pada permukaan agar-agar dalam cawan Petri
sampai meliputi seluruh permukaan.
Agar miring merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menumbuhkan
mikroba, pada praktikum ini, media yang sudah dibuat dipipet ke dalam tabung reaksi kemudian
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Setelah steril baru media
dimiringkan hingga media pada tabung reaksi mengeras. Setelah media pada agar miring jadi,
mikroba yang ingin diisolasi diambil dari cawan petri dengan jarum ose yang kemudian digores
pada permukaan agar miring dengan bentuk zig-zag, media yang telah digores ini baru kemudian
disimpan hingga menjadi isolat murni. Penggunaan agar miring ini bertujuan unuk
meminimalisir adanya pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rusdimin (2013) yang menyatakan bahwa biakan agar miring dapat dilakukan
dengan cara menggoreskan secara zig-zag pada permukaan agar miring menggunakan jarum ose
yang bagian atasnya dilekungkan. Cara ini juga dilakukan ada agar tegak guna meminimalsir
pertumbuan mikroba dalam keadaan kekurangan oksigen.
V. PENUTUPV.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk membuat media tumbuh mikroba, terlebih dulu perlu
diketahui jenis mikroba
apa yang akan ditumbuhkan misalnya saja untuk mengisolasi
khamir, maka salah
satu media yang dapat digunakan adalah YEG. Untuk membuat
media YEG dibutuhkan yeast sebanyak 3,35 gram dan bacto
agar sebanyak 2 gram dan kemudian dilarutkan dalam 250 ml
aquades. Selanjutnya media di sterilisasi menggunakan autoklaf
dengan suhu 121°C selama 30 menit.
2. Untuk mengisolasi mikroba tahap pertama sampel di larutkan dengan
larutan dengan larutan fisiologis kemudian dilakukan pengenceran lalu
dilakukan penggoresan pada permukaan media dan diinkubasi selama 2-
5 hari.V.2. Saran
Saran untuk praktikum ini adalah agar selalu berada
dalam keadaan yang steril dan lebih berhati-hati agar dalam
mengisolasi mikroba, mikroba lain yang tidak diinginkan tidak
tumbuh di dalam media pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Jutono. 1972. Dasar-dasar Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta.Gautara dan Soesarsono Wijardi, 1981. Dasar Pengolahan Gula I. Jurusan Teknologi Industri
FATEMETA IPB, Bogor.Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka
Utama
Landecker, E. M. 1982. Fundamentals of The Fungi. Prentice Hall Inc. New Jersey.Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. JakartaLodder, J., 1970 , The Yeast : A Taxonomic Study Second Revised and Enlarged Edition . The
Netherland,Northolland Publishing Co, AmsterdamHidayat. N. et al. 2006. Mikrobiologi Industri. Edisi Pertama. YogyakartaNikon. 2004. Saccharomyces Yeast Cell: Nikon Microscopy. Phease
ContrastImageGalerry.http://www.microscopyu.com/galleries/phasecontrast/saccharomycessmall.html
Nurohaianah et al, 2007. Media . UI Press. JakartaPelczar, Michael, J., E.C.S Chan. 1988. Dasar – Dasar Mikrobiologi.UI Press.Jakarta
Ratna, Sri. 2008. Sterilisasai dan cara Penggunanya. Jakarta : Gramedia.Rusdimin. 2003. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. JakartaSaid. 1987. Bioiindustri:Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. Melton Putra. Jakarta.Suhardiyono,L. 1988. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.Trigiantoro. 2014. Isolasi Bakteri, Kapang dan Khamir.http://www.scribd.com/doc/87162559/mikro-
4#scribd. Diakses pada tanggal 13 September 2015. MakassarYarrow, D. 1984. The Yeast. A Taxonomic Studi. 3rd ed. Elsevier Science Publishers B. V. Amsterdam.