laporan pendahuluan demam
DESCRIPTION
hTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM (Febris)27 NOVEMBER 2013 | RIEZKHYAMALIA
A. DEFINISI
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu
tubuh secara abnormal.
Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang
normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C
atau lebih.Adajuga yang yang mengambil batasan lebih dari
37,80C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi
(hiperpireksia)(Julia, 2000).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat
termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami
demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau
suhu rektal (Donna L. Wong, 2003).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan
demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para
pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus
sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada
terhadap infeksi bakterial.
B. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000).Menurut Guyton
(1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau
zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit
bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan
holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang
menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan
diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya
walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan
menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
C. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point,
tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas
berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point(Julia, 2000).Demam
adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada
infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat
pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan
dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan
suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun,
terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.Inilah
yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akanmerangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit
T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis
yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan
antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003).
Sedangkan sifat-sifat demam dapatberupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil.Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari
tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari
kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya
memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu
baru.Krisis/flush.Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan
mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada
pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal.(Guyton,
1999).
D. MANIFESTASI KLINIS
tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi
dari 37,5 ºC-40ºC, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan
karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan
kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin,
nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo),
keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito.
2000).
F. PENATALAKSANAAN
1. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap
4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas
atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang
yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak
akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat
seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen
ke otak yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan),
air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap
akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena
justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat
keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi
(keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar
terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar
cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur
suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di
samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah
tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat
pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas
dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga
set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi
pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh
sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the
sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan
dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali
sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap
sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko,
yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-
obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang
bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi
mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya
menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase.
Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan
pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat.
Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali
sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d
itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan
intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral
maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja
meneka n pembentukanprostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik,
analgetik dan antiinflamasi.Efek samping yang timbul berupa mual, perut
kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang
dibandingkan aspirin.Efek samping hematologis yang berat meliputi
agranulositosis dan anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal
ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis
terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole
(antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek
antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya
berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna.
Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt
uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular
atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat
analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek sampingnya
berupa dispepsia dan anemiahemolitik.Dosis pemberiannya 20
mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak
boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
G. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayan otak
H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala
lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn,
eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan : kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integumen
g. Sistem perkemihan
3. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. foto rontgent
c. USG
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi
2. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan intake tidak
adekuat dan diaporesis
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan keinginan untuk makan (anoreksia).
4. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
(Carpenito, 2000 & Doengoes, 2000)
A. Intervensi
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi
Tujuan :
Suhu tubuh dalam batas normal (36.5 º ).
Kriteria hasil:
a. Suhu dalam batas normal
b. Bebas dari kedinginan
c. Tidak mengalami komplikasi
Intervensi :
a. Pantau suhu pasien (derajad dan pola),perhatian menggigil/ diaforesis
b. Berikan kompres air hangat untuk merangsang penurunan panas atau
demam
c. Kolaborasi memberikan antipiretik
2. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan intake tidak
adekuat dan diaporesis (Doenges, 2000).
Tujuan :
Defisit volume cairan dapat diatasi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Intervensi :
a. kaji masukan dan haluaran cairan,
b. kaji tanda- tanda vital pasien,
c. ajarkan pasien pentingnya mempertahankan masukan yang adekuat
(sedikitnya 2000 ml / hari, kecualiterdapat kontra indikasi penyakit
jantung atau ginjal),
d. kaji tanda dan gejala dini defisit volume cairan (mukosa bibir kering,
penurunan berat badan).
e. Timbang berat badan setiap hari.
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia (Carpenito, 1999).
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Berat badan normal, nafsu makan ada / bertambah.
Intervensi :
a. timbang berat badan pasien setiap hari
b. jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat beri diet lunak,
c. ajarkan pasien untuk makan sedikit tapi sering,
d. pertahankam kebersihan mulut dengan baik,
e. sajikan makanan dalam bentuk yang menarik
4. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
Tujuan :
cemas hilang
Kriteria hasil :
a. klien dapat mengidentifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan dan
menurunkan suhu tubuh
b. klien mau berpartisipasi dalam setiap tidakan yang dilakukan
c. klien mengungkapkan penurunan cemas yang berhubungan dengan
hipertermi, proses penyakit
Intervensi :
a. Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang dimiliki klien
mengenai hipertermi
b. Berikan informasi yang akurat tentang penyebab hipertermi
c. Validasi perasaan klien dan yakinkan klien bahwa kecemasam
merupakan respon yang normal
d. Diskusikan rencana tindakan yang dilakukan berhubungan dengan
hipertermi dan keadaan penyakit
DAFTAR PPUSTAKA
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang
Lazim Terjadi Pada Anak.PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika :
Jakarta
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa
Luis: Mosby Inc.
Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda
juall Carpenito, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8),
Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika
Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak dengan Febris
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN FEBRIS/DEMAM
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2000). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2004).
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8⁰C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40⁰C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal (Donna L. Wong, 2003).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
Jenis Demam Ciri-ciri
Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari turun hingga diatas normal, sering disertai menggigil dan berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah mencapai normal. Perbedaan suhu mungkin mencapai 2 derajat namun perbedaannya tidak sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam terjadi dua hari sekali disebut tertiana dan apabila terjadi 2 hari bebas demam diantara 2 serangan demam
disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
2. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000), demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).
4. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
5. Pathway
6. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi
7. Penatalaksanaan
a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknyaMinuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
5. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek
antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
8. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan: kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integument
g. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
6. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaforesis.
d. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
7. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
Batasan karakeristik :
Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
Serangan atau konvulsi (kejang)
Kulit kemerahan
Pertambahan RR
Takikardi
Saat disentuh tangan terasa hangat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24jam klien menunjukkan temperatur dalam batas normal dengan kriteria hasil:
Suhu Tubuh dalam batas normal
Bebas dari kedinginan
Suhu tubuh stabil 36,50-37,50c
Termoregulasi dbn
Nadi dbn
<1 bln : 90-170
Fever treatment
Monitir suhu sesering mungkin
Monitor IWL
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC, HB dan HCT
Monitor intake dan output
Kolaborasikan pemberian antipiretik
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
<1 thn : 80-160
2 thn : 80-120
6 thn : 75-115
10 thn : 70-110
14 thn : 65-100
>14thn : 60-100
Respirasi dbn
BBL : 30-50 x/m
Anak-anak : 15-30 x/m
Dewasa : 12-20 x/m
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan
Berikan antipiretik bila perlu
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS pada saat pasien berbaring, duduk atau berdiri
Monitor TD , nadi, RR, sebelum, selama dan sesudah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama dari pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernafasan abnormal
Monitor warna, suhu dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24jam anak
Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik dan
mikroorganisme. bebas dari cidera dengan kriteria hasil:
Menunjukan homeostatis
Tidak ada perdarahan mukosa dan bebas dari komplikasi lain
fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
Menghindari lingkungan yang berbahaya misalnya memindahkan perabotan
Memasang side rail tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaphoresis, faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24jam volume cairan adekuat dengan kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
Fluid management:
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status dehidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
Monitor vital sign
(hipermetabolik). dan BB, BJ urine normal, HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
Lakukan terapi IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing perhari
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
Atur kemungkinan transfusi
4. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam ansietas klien/keluarga hilang dengan kriteria hasil:
Klien/keluarga dapat mengidentifikasi hal-hal
Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi yang dimiliki klien/keluarga mengenai hipertermi
Berikan informasi pada klien/keluarga yang akurat tentang penyebab hipertermi
Validasi perasaan klien/keluarga dan yakinkan klien/keluarga bahwa kecemasan merupakan respon yang normal
yang dapat meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh
Klien/keluarga mau berpartisipasi dalam setiap tidakan yang dilakukan
Klien/keluarga mengungkapkan penurunan cemas yang berhubungan dengan hipertermi, proses penyakit
Diskusikan dengan klien/keluarga rencana tindakan yang dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan keadaan penyakit
8. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
9. Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
10. Discharge Planning
a. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter/perawat
b. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d. Instruksikan untuk control ulang
e. Jelaskan factor penyebab demand an menghindari factor pencetus
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta, EGC.
Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.
http://khakarangga.blogspot.com/2013/01/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-febris.html diakses pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/11/febris-demam.html diakses pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
http://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/11/27/laporan-pendahuluan-demam-febris.html diakses pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. Dalam http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-demam.html diakses pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA. Yogyakarta: Media Hardy
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc