laporan pendahuluan asma

61
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA A. PENGERTIAN ASMA Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012) Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011) Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau

Upload: yogi-adi-wayne

Post on 20-Feb-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penyakit keturunan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Asma

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

A.   PENGERTIAN ASMA   Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas.

Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif

sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas

menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,

sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)

   Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma

dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi

umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun

dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)

   Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang

melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan

peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala

episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk

terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan

dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali

bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005;

Bousquet, 2008)

   Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-

engah” dan berarti serangan nafas pendek (Price, 1995 cit Purnomo

2008). Nelson (1996) dalam Purnomo (2008) mendefinisikan asma

sebagai kumpulan tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk

dengan karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodik dan atau

kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal), musiman, adanya

Page 2: Laporan Pendahuluan Asma

faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik

secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya riwayat

asma atau atopi lain pada pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab lain

sudah disingkirkan

   Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global

Initiative for Asthma (GINA) (2006) didefinisikan sebagai gangguan

inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan,

khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan

inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada

tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini

biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun

bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun

dengan pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan dengan

hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan.

   Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan

saluran nafas yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari

dalam maupun luar tubuh. Akibat dari kepekaan yang berlebihan ini

terjadilah penyempitan saluran nafas secara menyeluruh (Abidin, 2002).

       B.   KLASIFIKASI ASMA1.  Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :

a.      Asma bronkhiale

Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan

adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai

macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas

yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara

sepontan atau setelah mendapat pengobatan

Page 3: Laporan Pendahuluan Asma

b.      Status asmatikus

Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional

(Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan

tidak langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator

(Depkes RI, 2007).

Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan

wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas),

kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan

ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis,

respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea.

Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat

hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner

& Suddarth, 2001).

c.      Asthmatic Emergency

Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian

2.  Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)

a.      Asma ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan

karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa

pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.

b.      Asma intrinsik

Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang

berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi

lingkungan yang buruk seperti klembaban, suhu, polusi udara dan

aktivitas olahraga yang berlebihan.

Page 4: Laporan Pendahuluan Asma

3.  Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma

berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:

1)     Asma Intermiten (asma jarang)

   gejala kurang dari seminggu

   serangan singkat

   gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan

   FEV 1 atau PEV > 80%

   PEF atau FEV 1 variabilitas 20% – 30%

2)     Asma mild persistent (asma persisten ringan)

   gejala lebih dari sekali seminggu

   serangan mengganggu aktivitas dan tidur

   gejala pada malam hari > 2 kali sebulan

   FEV 1 atau PEV > 80%

   PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%

3)     Asma moderate persistent (asma persisten sedang)

   gejala setiap hari

   serangan mengganggu aktivitas dan tidur

   gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu

   FEV 1 tau PEV 60% – 80%

   PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%

4)     Asma severe persistent (asma persisten berat)

   gejala setiap hari

   serangan terus menerus

   gejala pada malam hari setiap hari

   terjadi pembatasan aktivitas fisik

   FEV 1 atau PEF = 60%

   PEF atau FEV variabilitas > 30%

Page 5: Laporan Pendahuluan Asma

4.  Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan

berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006)

a.      Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara

satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya

pada akhir ekspirasi,

b.      Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara

memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring

sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi,

c.      Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi

duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan

mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop,

d.      Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan,

sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.

Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan

asma. Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami

serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat mengalami

serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam

terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan kematian

C.   ETIOLOGI ASMASampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui.

Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena

hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap

rangsangan imunologi maupun non imunologi.

Page 6: Laporan Pendahuluan Asma

1.      Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan

Asma adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).

a.     Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh

alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu

binatang.

b.     Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,

seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan

polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.

c.      Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari

bentuk alergik dan non-alergik     

2.      Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang

menjadi pencetus asma :

a.     Pemicu Asma (Trigger) 

Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran

pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan.

Trigger dianggap menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum

berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik.

Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu

cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif

mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran pernapasan akan

bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah

terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan

bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara, asap

rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang

berlebihan.

Page 7: Laporan Pendahuluan Asma

b.     Penyebab Asma (Inducer)

Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan

sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran

pernapasan. Inducer dianggap sebagai penyebab asma yang

sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat

menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama

(kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah alergen ,

yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk  ke tubuh melalui

mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau

mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit ( VitaHealth,

2006).

3.      Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara

spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:

a.     Faktor predisposisi

Genetik

Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui

bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit

alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.

Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit

Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu

hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.

b.     Faktor presipitasi

1)     Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a)     Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu

binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

b)     Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-

Page 8: Laporan Pendahuluan Asma

buahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-

obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).

c)      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh :

perhiasan, logam dan jam tangan

Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas

merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau

bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast

sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat

mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti

histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.

2)     Olahraga

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan

aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena

aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat

diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai

Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi  beberapa saat

setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik

tangga dan dikarakteristikkan  oleh adanya bronkospasme, nafas pendek,

batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan

selama 2-3 menit sebelum latihan.

3)     Infeksi bakteri pada saluran napas

Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan

eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi

pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh

karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.

4)     Stres

Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain

itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita

Page 9: Laporan Pendahuluan Asma

diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika

stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

5)     Gangguan pada sinus

Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya

rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan

inflamasi membran mukus.

6)     Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi

Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu

terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan berhubungan

dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.

D.   ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI ASMA1.      Anatomi Organ Pernapasana.     Hidung

Hidung atau naso atau  nasal merupakan saluran udara  yang pertama,

mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung

(septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk 

menyaring  udara,  debu,  dan  kotoran  yang  masuk  ke  dalam lubang

hidung.

b.     Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di

belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan

dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana,

ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini

Page 10: Laporan Pendahuluan Asma

bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang

laring dan ke belakang lubang esofagus).

c.      Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak

sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai

ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.

Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan

yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang  rawan 

yang  berfungsi  pada  waktu  kita  menelan  makanan menutupi laring.

d.     Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang

dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan

yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi  oleh 

selaput  lendir  yang  berbulu  getar    yang  disebut  sel bersilia, hanya

bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang

terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.

e.     Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2

buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V,

mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang

sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk

paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus

kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang

dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2

cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut

bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak   terdapat   cincin   lagi,   dan  

pada   ujung   bronkioli   terdapat gelembung paru atau gelembung hawa

atau alveoli.

Page 11: Laporan Pendahuluan Asma

f.       Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri

dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya

kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2  masuk

ke dalam darah dan CO2  dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung

paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan)

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan

paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap

lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus

superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil

bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah

segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru

kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior,

2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus

inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan

yang bernama lobulus.

Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat

yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus

terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini   bercabang-

cabang   banyak   sekali,   cabang   ini   disebut   duktus alveolus.   Tiap  

duktus   alveolus   berakhir   pada   alveolus   yang diameternya antara

0,2-0,3 mm.

Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga

dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk

paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.  Paru-

paru  dibungkus  oleh  selaput  yang  bernama  pleura. Pleura dibagi

menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada 

Page 12: Laporan Pendahuluan Asma

pembungkus)  yaitu  selaput  paru  yang  langsung  membungkus paru-

paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada

sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa)

sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit

cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura),

menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada

gerakan bernapas.

2.      Fisiologi AsmaProses terjadi pernapasan

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar

yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak

mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.

Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut

ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen

yang ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2  dikeluarkan dari

darah secara osmosis. Kemudian CO2  dikeluarkan melalui traktus

respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui

kapiler-kapiler vena pulmonalis  kemudian  massuk  ke serambi  kiri 

jantung  (atrium  sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh

(jaringan-jaringan dan sel- sel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran).

Sebagai sisa dari pembakaran adalah  CO2   dan  dikeluarkan  melalui 

peredaran  darah  vena  masuk  ke jantung (serambi kanan atau atrium

dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel  dekstra)  dan  dari  sini  keluar 

melalui  arteri  pulmonalis  ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan

menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah

sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya

akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.

Page 13: Laporan Pendahuluan Asma

Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi

perjalanan  panjang  menuju  paru-paru  (sampai  alveoli).  Pada  laring

terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan,

sehingga makanan tidak  masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas

epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring,

maka  akan  mendapat  serangan  batuk,  hal  tersebut  untuk  mencoba

mengeluarkan makanan tersebt dari laring.

Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan

ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi

dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus.

Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot

pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang

terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena

seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya,

ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri.

Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2  dalam

darah dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus

diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut

datar.

Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat

rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar.

Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra

semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan

tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya

berkurang dan masuklah udara dari luar.

Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma

akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan

demikian  rongga  dan  dengan  demikian  rongga  dada  menjadi  kecil

Page 14: Laporan Pendahuluan Asma

kembali,   maka   udara   didorong   keluar.   Jadi   proses  

respirasi   atau pernapasan  ini  terjadi  karena  adanya  perbedaan 

tekanan  antara  rongga pleura dan paru-paru.

Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada

terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini

terdapat pada rangka dada  yang lunak,  yaitu pada orang-orang muda

dan pada perempuan.

Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik,

maka  ini  dinamakan  pernapasan  perut.  Kebanyakan  pada  orang  tua,

Karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang

disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan

banyak ditemukan pada laki-laki.

3.      Patofisiologi AsmaTiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita

asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa

jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris

selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang

merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan

prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,

perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara

bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan

bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat

ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan

pCO2  akibat hiperventilasi.

Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan

dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi

tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos

Page 15: Laporan Pendahuluan Asma

bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul

spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan

mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi

kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.

Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang

sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu

mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon

peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan

mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

         

E. Pathway Asma

Page 16: Laporan Pendahuluan Asma

PathwayAsma           

Pathway Asma

F.   MANIFESTASI KLINIS ASMAGambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan

mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui.

Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan

demikian pula rasa sesak dan berat didada.

Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan

menjadi :

Page 17: Laporan Pendahuluan Asma

1.      Asma tingkat I

Yaitu penderita asma yang secara klinis normal  tanpa tanda dan gejala

asma  atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi

paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat

dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.

2.      Asma tingkat II

Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak

ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi

saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.

3.      Asma tingkat III

Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada

pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi.

Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan

asma akan kambuh.

4.      Asma tingkat IV

Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit

yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.

Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala

yang makin banyak antara lain :

a.     Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo

mastoideus

b.     Sianosis

c.      Silent Chest

d.     Gangguan kesadaran

e.     Tampak lelah

f.       Hiperinflasi thoraks dan takhikardi

Page 18: Laporan Pendahuluan Asma

5.      Asma tingkat V

Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis

beberapa serangan asma yang  berat bersifat refrakter sementara

terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma

bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk

mengembalikan nafas ke kondisi normal

G.     KOMPLIKASI ASMA1.         Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa  dan gagal

nafas

2.         Chronic persisten bronhitis

3.         Bronchitis

4.         Pneumonia

5.         Emphysema

6.         Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi

kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini

mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).

H.   PEMERIKSAAN PENUNJANG ASMA1.      Pemeriksaan sputum

Pada pemeriksaan sputum ditemukan :

   Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinofil.

   Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder

sel-sel cabang-cabang bronkus

   Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

   Terdapatnya neutrofil eosinofil

Page 19: Laporan Pendahuluan Asma

2.      Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,

sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat

komplikasi asma

   Gas analisa darah

Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat

peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang

buruk

   Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi

   Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi

   Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu

seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.

   Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai

alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.

3.      Foto rontgen

Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada 

serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa

rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta

diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan

yang terjadi adalah:

   Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah

   Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran

yang bertambah.

   Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat

pada paru.

Page 20: Laporan Pendahuluan Asma

4.      Pemeriksaan faal paru

   Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan

tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien

menunjukkan penurunan tekanan sistolik.

   Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada

seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering

terjadi pada asma yang berat.

5.      Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi

atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru,

yakni :

   Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan

dan rotasi searah jarum jam

   Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB

   Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES

atau terjadinya relatif ST depresi.

I.    PENATALAKSANAAN MEDIS ASMAPengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan

non farmakologik dan pengobatan farmakologik.

1.      Penobatan non farmakologik

a.     Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang

penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor

pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada

tim kesehatan.

Page 21: Laporan Pendahuluan Asma

b.     Menghindari faktor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada

pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi

faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.

c.      Fisioterapi

Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini

dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

2.      Pengobatan farmakologik

a)     Agonis beta

Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak

antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk

obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).

b)     Metil Xantin

Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan

bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada

orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.

c)     Kortikosteroid

Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik,

harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol

( beclometason dipropinate ) dengan disis 800  empat kali semprot tiap

hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka

yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.

d)     Kromolin

Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak .

Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

Page 22: Laporan Pendahuluan Asma

e)     Ketotifen

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.

Keuntunganya dapat diberikan secara oral.

f)      Iprutropioum bromide (Atroven)

Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan

bersifat bronkodilator.

3.      Pengobatan selama serangan status asthmatikus    

a.     Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam

b.     Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

c.      Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit

dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20

mg/kg bb/24 jam.

d.     Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.

e.     Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.

f.       Antibiotik spektrum luas.

Page 23: Laporan Pendahuluan Asma

PROSES KEPERAWATAN ASMAA.     PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASMA1.      Pengkajian Primer Asmaa.     Airway

   Peningkatan sekresi pernafasan

   Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing

b.     Breathing

   Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,

retraksi.

   Menggunakan otot aksesoris pernafasan

   Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis

c.      Circulation

   Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi

   Sakit kepala

   Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah

   Papiledema

   Urin output meurun

d.     Dissability

Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan

neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.

2.      Pengkajian Sekunder Asmaa.     Anamnesis

Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk

mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun

strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu

maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada

gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai

gangguan kesadaran.

Page 24: Laporan Pendahuluan Asma

Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan.

Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi,

keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah :

Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat

hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada

yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.

b.     Pemeriksaan Fisik

Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung

diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga

berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma,

meliputi pemeriksaan :

1)     Status kesehatan umum

Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan

suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang

meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk

dengan lendir dan posisi istirahat klien.

2)     Integumen

Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor

kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim,

serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di

kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.

3)     Thorak

a)     Inspeksi

Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya

peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat

dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.

b)     Palpasi.

Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.

Page 25: Laporan Pendahuluan Asma

c)      Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan

diafragma menjadi datar dan rendah.

d)     Auskultasi.

Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih

dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan

Wheezing.

c.      Sistem pernafasan

1)     Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan

seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi

kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau

kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.

2)     Frekuensi pernapasan meningkat

3)     Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.

4)     Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang

memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.

5)     Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada

inspirasi bahkan mungkin lebih.

6)     Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:

   Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter

anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.

   Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-

otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak

retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping

hidung.

7)     Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat

dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak

terdengar(silent chest), sianosis.

Page 26: Laporan Pendahuluan Asma

d.     Sistem kardiovaskuler

1)     Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat

2)     Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:

   takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.

   Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah

sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih

daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau

lebih.

3)     Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan

irama jantung.

B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN  ASMA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar

3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..

4. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.5. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut

sufokasi.6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan

7.  Kurang  pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.

8.  Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh

9.  Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.10.   Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif .

Page 27: Laporan Pendahuluan Asma
Page 28: Laporan Pendahuluan Asma

C. RENCANA KEPERAWATAN  ASMA 

RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL  (NOC) INTERVENSI  (NIC)

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :

  Respiratory status : Ventilation  Respiratory status : Airway patency  Aspiration Control,

Dengan kriteria hasil :  Mendemonstrasikan batuk efektif dan

suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

NIC :Airway Management

       Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

       Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan        Pasang mayo bila perlu       Lakukan fisioterapi dada jika perlu       Keluarkan sekret dengan batuk atau suction       Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan       Lakukan suction pada mayo       Berikan bronkodilator bila perlu       Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl

Lembab       Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan.

Page 29: Laporan Pendahuluan Asma

  Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas

       Monitor respirasi dan status O2

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :

  Respiratory Status : Gas exchange  Respiratory Status : ventilation  Vital Sign Status

Dengan kriteria hasil :   Mendemonstrasikan peningkatan

ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

  Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

  Tanda tanda vital dalam rentang

NIC :

Airway Management       Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw

thrust bila perlu       Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan        Pasang mayo bila perlu       Lakukan fisioterapi dada jika perlu       Keluarkan sekret dengan batuk atau suction       Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan       Lakukan suction pada mayo       Berika bronkodilator bial perlu       Barikan pelembab udara       Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan.       Monitor respirasi dan status O2

Page 30: Laporan Pendahuluan Asma

normal

Respiratory Monitoring       Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha

respirasi       Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,

penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

       Monitor suara nafas, seperti dengkur       Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,

kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot       Catat lokasi trakea       Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan

paradoksis)       Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /

tidak adanya ventilasi dan suara tambahan       Tentukan kebutuhan suction dengan

mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama

       Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

3 Pola Nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan NIC :

Page 31: Laporan Pendahuluan Asma

berhubungan dengan penyempitan bronkus

keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :

Respiratory status : Ventilation  Respiratory status : Airway patency  Vital sign Status

Dengan Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan

suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

Airway Management       Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau

jaw thrust bila perlu       Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan        Pasang mayo bila perlu       Lakukan fisioterapi dada jika perlu       Keluarkan sekret dengan batuk atau suction       Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan       Lakukan suction pada mayo       Berikan bronkodilator bila perlu       Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl

Lembab       Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan.       Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea  Pertahankan jalan nafas yang paten

Page 32: Laporan Pendahuluan Asma

  Atur peralatan oksigenasi  Monitor aliran oksigen  Pertahankan posisi pasien  Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap

oksigenasi

Vital sign Monitoring  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau

berdiri  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan

setelah aktivitas  Monitor kualitas dari nadi  Monitor frekuensi dan irama pernapasan  Monitor suara paru  Monitor pola pernapasan abnormal  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit  Monitor sianosis perifer  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang

melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Page 33: Laporan Pendahuluan Asma

4 Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :

  Pain Level,  Pain control,  Comfort level

Dengan Kriteria Hasil :  Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

  Tanda vital dalam rentang normal

NIC :

Pain Management  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri pasien  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain

tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

  Kurangi faktor presipitasi nyeri  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,

Page 34: Laporan Pendahuluan Asma

non farmakologi dan inter personal)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

intervensi  Ajarkan tentang teknik non farmakologi  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri  Tingkatkan istirahat  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak berhasil  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen

nyeri

Analgesic Administration  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat

nyeri sebelum pemberian obat  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan

frekuensi  Cek riwayat alergi  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari

analgesik ketika pemberian lebih dari satu   Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan

beratnya nyeri  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan

dosis optimal

Page 35: Laporan Pendahuluan Asma

  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

5 Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :

  Anxiety control  Coping  Impulse control

Dengan Kriteria Hasil :  Klien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala cemas  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas

  Vital sign dalam batas normal  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa

tubuh dan tingkat aktivitas

NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

       Gunakan pendekatan yang menenangkan        Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku

pasien       Jelaskan semua prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur       Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres       Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

mengurangi takut       Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,

tindakan prognosis        Dorong keluarga untuk menemani anak       Lakukan back / neck rub       Dengarkan dengan penuh perhatian

Page 36: Laporan Pendahuluan Asma

menunjukkan berkurangnya kecemasan

       Identifikasi tingkat kecemasan        Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan       Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi       Instruksikan pasien menggunakan teknik

relaksasi       Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

6 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :

  Nutritional Status : food and Fluid Intake

  Nutritional Status : nutrient Intake  Weight control

Dengan Kriteria Hasil :  Adanya peningkatan berat badan

sesuai dengan tujuan  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi

badan  Mampu mengidentifikasi kebutuhan

nutrisi  Tidk ada tanda tanda malnutrisi

NIC :Nutrition Management

  Kaji adanya alergi makanan  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan

vitamin C  Berikan substansi gula  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi

serat untuk mencegah konstipasi  Berikan makanan yang terpilih ( sudah

dikonsultasikan dengan ahli gizi)  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan

makanan harian.

Page 37: Laporan Pendahuluan Asma

  Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi

yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring  BB pasien dalam batas normal  Monitor adanya penurunan berat badan  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa

dilakukan  Monitor interaksi anak atau orangtua selama

makan  Monitor lingkungan selama makan  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama

jam makan  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi  Monitor turgor kulit  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah

patah  Monitor mual dan muntah  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar

Ht  Monitor makanan kesukaan  Monitor pertumbuhan dan perkembangan

Page 38: Laporan Pendahuluan Asma

  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

  Monitor kalori dan intake nuntrisi  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila

lidah dan cavitas oral.  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

7 Kurang  pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :

  Kowlwdge : disease process  Kowledge : health Behavior

Dengan Kriteria Hasil :  Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

NIC :Teaching : disease Process

  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

  Hindari harapan yang kosong   Sediakan bagi keluarga atau pasien informasi

Page 39: Laporan Pendahuluan Asma

tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat   Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin

diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau

mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

  Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat

  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

8 Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :

  Energy conservation  Activity tolerance  Self Care : ADLs

Dengan Kriteria Hasil :

NIC :Activity Therapy

  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.

  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang

Page 40: Laporan Pendahuluan Asma

  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social

  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

  Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas disukai  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu

luang  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam beraktivitas  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif

beraktivitas  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri

dan penguatan  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

9 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :

  Self care : Activity of Daily Living (ADLs)Dengan Kriteria Hasil :

NIC :Self Care assistane : ADLs

  Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

  Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan

Page 41: Laporan Pendahuluan Asma

  Klien terbebas dari bau badan  Menyatakan kenyamanan terhadap

kemampuan untuk melakukan ADLs  Dapat melakukan ADLS dengan

bantuan

makan.  Sediakan bantuan sampai klien mampu secara

utuh untuk melakukan self-care.  Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari

yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.  Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri

bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.  Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong

kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.

  Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.

  Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari. 

10 Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :

  Immune Status  Risk control

Dengan Kriteria Hasil :  Klien bebas dari tanda dan gejala

infeksi  Menunjukkan kemampuan untuk

mencegah timbulnya infeksi

NIC :Infection Control (Kontrol infeksi)

       Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain       Pertahankan teknik isolasi       Batasi pengunjung bila perlu       Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci

tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

       Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan       Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah

Page 42: Laporan Pendahuluan Asma

  Jumlah leukosit dalam batas normal  Menunjukkan perilaku hidup sehat

tindakan kperawtan       Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat

pelindung       Pertahankan lingkungan aseptik selama

pemasangan alat       Ganti letak IV perifer dan line central dan

dressing sesuai dengan petunjuk umum       Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan

infeksi kandung kencing        Tingkatkan intake nutrisi       Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)       Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

lokal       Monitor hitung granulosit, WBC       Monitor kerentanan terhadap infeksi       Batasi pengunjung       Saring pengunjung terhadap penyakit menular       Partahankan teknik aseptic pada pasien yang

beresiko       Pertahankan teknik isolasi k/p       Berikan perawatan kulit pada area epidema       Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

Page 43: Laporan Pendahuluan Asma

kemerahan, panas, drainase       Inspeksi kondisi luka / insisi bedah       Dorong masukkan nutrisi yang cukup       Dorong masukan cairan       Dorong istirahat       Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai

resep       Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala

infeksi       Ajarkan cara menghindari infeksi       Laporkan kecurigaan infeksi       Laporkan kultur positif

Page 44: Laporan Pendahuluan Asma

DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma

Management and Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA

2005-2006. Jakarta: Prima Medika Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma,

JakartaDepartemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I.  Jakarta:

Sagung Seto