laporan lengkap anti inflamasi

Upload: asselaiga

Post on 02-Jun-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    1/19

    LAPORAN LENGKAP ANTI INFLAMASI

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sebagian besar orang memiliki pendapat tertentu mengenai normal dan

    mendefinisikan penyakit atau keadaan sakit sebagai suatu penyimpangan dari keadaan

    normal atau tidak adanya keadaan normal. Akan tetapi, jika dilihat dengan lebih cermat,

    konsep kenormalan terlihat kompleks dan tidak dapat didefinisikan secara singkat dan

    jelas. (Price dan wilson. 2005).

    Tubuh kita terus diancam oleh penyakit dari sumber eksternal (mis: invasi bakteri

    dan virus) dan sumber internal (mis : sel yang bermutasi, seperti sel kanker). Jika

    ancaman dari luar dapat menerobos baris pertama pertahanan tubuh, mereka akan

    menghadapi baris pertahanan kedua dalam bentuk sel fagosit dan mati karena

    serangan kimiawi yang toksik. Hal ini merupakan bagian dari respon inflamasi yang

    akan terjadi setiap kali terdapat kerusakan jaringan dengan sebab apapun. (Chang dan

    Dally. 2009).

    Selama hidup seseorang, jaringan maupun organ tubuh pasti pernah cedera.

    Agar semua dapat berjalan dengan baik, maka terjadi perbaikan dan pemulihan pada

    jaringan dan organ tersebut. Banyak faktor lingkungan dan perorangan yang dapat

    memodifikasi dan mempengaruhi proses pemulihan. Pemulihan atau penyembuhan

    biasanya didahului dan diawali suatu proses peradangan. (Tembayong, 2000).

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    2/19

    Bila sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama

    pejamu masih bertahan hidup, jaringan hidup disekitarnya membuat suatu respon

    mencolok yang disebut peradangan. Yang lebih khusus, peradangan adalah reaksi

    vaskuler yang menimbulkan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari

    sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial di daerah cedera atau nekrosis. (Price

    dan wilson, 2005).

    B. Maksud Percobaan

    Untuk mengetahui efek antiinflamasi dari suatu sediaan obat terhadap hewan uji

    mencit (Mus musculus)

    C. Tujuan percobaan

    Untuk mengetahui efek antiinflamasi suatu sediaan obat yang diberikan secara

    oral pada hewan uji mencit (Mus musculus) denagn menghitung volume udem telapak

    kaki mencit dengan alat pletisnometer setelah pemberian karagen.

    D. Prinsip percobaan

    Penentuan efek antiinflamasi suatu sediaan obat yaitu caflam, dexametason, dan

    Na. Diklofenak dengan zat pembanding Na. CMC 1 % dengan mengukur volume udem

    kaki mencit pada alat pletisnometer selama interval waktu 10, 20, dan 30 menit setelah

    pemberian obat awal.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Teori umum

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    3/19

    Peradangan dapat didefinisikan sebagai reaksi jaringan terhadap cedera, yang

    secara khas terdiri atas respon vascular dan selular, yang bersama-sama berusaha

    menghancurkan substansi yang dikenali sebagai asing untuk tubuh. Jaringan itu

    kemudian dipulihkan sediakala atau diperbaiki sedemikian rupa agar jaringan atau

    organ itu dapat tetap bertahan. (Tamanyong, 2000).

    Penyebab-penyebab peradangan banyak dan berfariasi, dan penting untuk

    memahami bahwa peradangan dan infeksi tidak sinonim dengan demikian infeksi

    (adanya mikroorganisme hidup di dalam jaringan) hanya merupakan salah satu

    penyebab peradangan. Perdangan dapat terjadi dengan mudah dalam keadaan yang

    benar-benar steril. Karena banyaknya keadaan yang mengakibatkan peradangan (Price

    dan Wilson, 2005).

    Radang dapat dibagi 3 yaitu :

    a. Radang akut

    b. Radang sub akut

    c. Radang kronik

    Gambaran makroskopik peradangan akut, tanda-tanda pokok peradangan

    mencakup kemerahan (Rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), bengkak (tumor), dan

    gangguan fungsi (fungsio laesa).

    a. Rubor (kemerahan)

    Biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan.

    Sering dengan munculnya reaksi peradangan, arterior yang memasok darah tersebut

    berdilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir kedalam

    mikrosirkulasi darah lokal.

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    4/19

    b. Kolor (panas)

    Kolor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan pad reaki peradangan akut.

    Daerah peradangan dikulit menjadi lebih hangat dibanding dengan sekelilingnya karena

    lebih banyak darah (pada suhu 370C) dialirkan dari dalam tubuh kepermukaan daerah

    yang terkena dibandingkan dengan daerah yang normal.

    c. Dolor (nyeri)

    Pada suatu nyeri peradangan tampaknya ditimbulkan dalam berbagai cara. Perubahan

    pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf.

    Hal yang sama, pelepasan zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf. Selain

    itu, pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan lokal

    yang tidak diragukan lagi dapat menimbulkan nyeri.

    d. Tumor (pembengkakan)

    Pembengkakan lokal yang dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari aliran

    darah kejaringan intestisial. Campuran cairan dan sel-sel ini yang tertimbun didaerah

    peradangan disebit eksudat.

    e. Fungsio laesa (perubahan fungsi)

    Perubahn fungsi merupaka bagian yang lazim pada reaksi peradangan. Sepintas

    mudah dimengerti, bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dan

    lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, seharusnya berfugsi secara abnormal.

    Penyebab-penyebab peradangan meliputi agen-agen fisik, kimia, reaksi

    imunologik, dan infeksi oleh organism-organisme patogenik. Infeksi tidak sama dengan

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    5/19

    peradangan dan infeksi hanya merupakan salah satu penyebab peradangan. (Price dan

    Wilson, 2005).

    Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu :

    a. Glukokortikoid (golongan steroidal) yaitu antiinflamasi steroid.

    Anti inflamasi steroid memiliki efek pada konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit

    perifer serta penghambatan aktivitas fosfolipase. Contohnya golongan predinison.

    b. NSAIDs (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs ) juga dikenal dengan AINS (Anti Inflamasi

    Non Steroid). NSAIDs bekerja dengan menhhambat enzim siklooksigenase tetapi tidak

    Lipoksigenase.

    Secar kimiawi, obat-obat ini biasanya dibagidalam beberapa kelompok, yaitu

    : asetosal, benorilat dan diflunisal. Dosis anti radangnya terletak 2-3 kali lebih

    tinggi daripada dosis analgesiknya. Berhubung resiko efek sampingnya, maka jarang

    digunakan pada rematik.

    : diklofenak, indometasin, dan sulindak (Clinoril). Indometsin termasuk obat yang

    terkuat efek anti radangnya, tetapi lebih sering menyebabkan keluhan lambung dan

    usus.

    : ibuprofen, ketoprofen, flubirprofen, naproksen dan tiaprofenat.

    : piroxicam, tenosikam dan meloksikam.

    : (oksi) fenbutazon dan azapropazon (Prolixan)

    : mefenaminat, nabumeton, benzidamin dan befexamac (Parfenac). Benzidamin

    berkhasiat anti radang agak kuat, tetapi kurang efektif pada gangguan rematik. (Tjay

    dan Raharja, 2007).

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    6/19

    NSAIDs bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX), dan

    dengan melakukan hal ini, NSAIDs juga bekerja untuk menurunkan produksi

    prostaglandin dan Leukotriena. Prostaglandin COX-1 merangsang fungsi fisiologis

    tubuh, seperti produksi mukus lambung yang bersifat protektif dan maturasi trombosit.

    Sebaliknya, lintasan COX-2 diinduksi oleh kerusakan jaringan/ inflamasi, dan

    prostaglandin yang dihasilkan merupakan substansi proinflamasi, inhibisi lintasan COX-

    2 akan mengurangi respon inflamasi, mengurangi udema dan meredahkan nyeri.

    Obat kortikosteroid anti-inflamasi, seperti kortisol dan prednisone menghambat

    pengaktifan fosfolipase A2dengan menyebabkan sintesis protein inhibitor yang disebut

    lipokortin. Lipokortin menghambat aktifitas fosfolipase sehingga membatasi produksi

    PG. Preparat steroid juga mengganggu fungsi limfosit sehingga produksi IL menjadi

    lebih sedikit. Keadaan ini mengurangi komunikasi antar limfosit dan proliferasi limfosit.

    Oleh karena itu, pasien uang menggunakan steroid dalam jangka pnjang lebih rentang

    terkena infeksi. (Chang dan Daly, 2009).

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    7/19

    B. Uraian bahan

    1. Aquades (FI Edisi III, hal 96)

    Nama resmi : AQUA DESTILLATA

    Nama lain : Air suling, aquadest

    Rumus molekul : H2O

    Berat molekul : 18,02

    : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau

    an : dalam wadah tertutp baik

    2. Na CMC (FI Edisi III, hal 401)

    Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

    Nama lain : Natrium karboksimetilselulosa

    : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak

    berbau, higroskopik.

    : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol

    (95%) P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain

    an : Dalam wadah tertutup rapat

    : Zat tambahan

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    8/19

    C. Uraian Obat

    1. Deksametason ( FI Edisi III, hal 195)

    Nama resmi : DEXAMETHASONUM

    Nama lain : Dexametason

    Rumus kimia : C22H29FO5

    Berat molekul : 392,47

    : Hablur atau serbuk hablur, putih atau hampir, tidak berbau, rasa agak pahit

    : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 42 bagian etanol (95%)P dan dalam 165

    bagian kloroform

    n :Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

    Khasiat : Adrenoglukortikoidum

    bat : Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi

    mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan

    menekan respon imun

    : Antialergi dan obat untuk anafilaksis

    : Kardiovaskular : Aritmia, bradikardia, henti jantung, kardiomiopati, hipertensi, syncope

    : Depresi, euforia, sakit kepala, kejang, vartigo, malaise

    gi : Akne, dermatitis alergi,kulit kering, kulit pecah-pecah, hipopigmentasi, hypertrichosis,

    perianal prutitus (Pemberian IV), urticaria

    kasi :Pemberian kortikosteroid sistemik dapat memperparah sindrom cushing, dapat

    menekan hypothalamic pituitary adrenal (HPA) dan kematian dapat terjadi apabila

    pengobatan sistemik dihentikan mendadak.

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    9/19

    3. Na. Diklofenak

    :nyeri pasca bedah, nyeri dan radang pada penyakit artritis dan gangguan otot rangka

    lainnya, nyeri pada gout dan dismenoria.

    asi : Pasien dengan hipersensitivitas, asma, urtikaria, rinitis parah, angioudema, tukak

    lambung aktif.

    : Pencernaan : gabgguan saluran cerna bagian atas (20 %), tukak

    lambung, perdsarahan saluran cerna.

    Saraf : Sakit kepala (3-9 %), depresi, insomia, cemas

    Ginjal : (kurang dari 1 %), terganggu fungsi ginjal

    Kardiofaskuler : retensi cairan, hipertensi (3-9 %)

    Pernapasan : asma (kurang dari 1 %)

    Darah : Lekopenia, trombosipetomia, hemolitik anemia (kurang dari

    1%).

    Hati :Hepatitis, sakit kuning (jarang), peningkatan SGOT terjadi pada 2% pasien.

    Lain-lain :Ruam, Pruritus, tinnitus, reaksi sensivitas

    erja : Menghambat sintesis prostaglandin dengan menghambat COX-1 dan COX-2.

    4. Kaflam

    i : Tiap tablet salut selaput mengandung kaluim diklofenak 25 mg dan 50 mg

    : sebagai pengobatan jangka pendek untuk kondisi akut seperti nyeri inflamasi setelah

    trauma seperti terkilir, nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi gigi dan

    tulang.

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    10/19

    ikasi : hipersensitif terhadap zat aktif dan tukak lambung, juga dikontraindikasikan pada

    pasien dengan riwayat tercetusnya serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut akibat

    obat-obat antiinflamasi non-steroid lainnya.

    ping :

    dang : nyeri epigastrium, gangguan saluran pencernaan seperti mual, disre, kejang perut.

    : perdarahan saluran pencernaan

    jarang : gangguan usus bawah, stomatis aphthosa.

    D. Uraian Hewan Uji

    1.

    Klasifikasi mencit (Mus musculus)

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Chordata

    Class : Mamalia

    Ordo : Rodentia

    Family : Muridae

    Genus : Mus

    Species : Mus musculus

    2. Morfologi

    Mencit (Mus musculus) adalah anggota muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil.

    Mencit mudah dijumpai dirumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena

    kebiasaannya menggigit barang-barang kecil lainnya, serta bersarang disudut lemari.

    Hewan ini diduga sebagai mamalia terbesar kedua di dunia setelah manusia, bahkan

    jumlahnya yang hidup liar di hutan lebih sedikit dibanding yang hidup diperkotaan.

    3.

    Karakteristik

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    11/19

    Berat badan dewasa : 25-40 g betina

    20-40 g jantan

    Lama hidup : 1,5-3 tahun

    Laju pernapasan : 94-163 napas/menit

    Denyut jantung : 325-780 denyut/menit

    Perkembang biakan : sepanjang tahun

    Siklus estus : 4-5 hari

    Masa hamil : 20 hari

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    12/19

    BAB III

    METODE KERJA

    A. Alat Dan Bahan Yang Digunakan

    1. Alat yang digunakan

    a.Aluminium foil

    b.Batang pengaduk

    c.

    Gelas kimia

    d.Gelas kimia

    e.Kompor

    f. Labu ukur

    g.Pipet tetes

    h.Plestysnometer

    i. Sendok tanduk

    j. Spoit injeksi

    k.Spoit oral

    l.

    Timbangan analitik

    m. Wadah/botol

    2. Bahan Yang Digunakan

    a.Aquadest

    b.Hewan uji mencit (Mus musculus)

    c.Karagen 1% b/v

    d.Kertas perkamen

    e.Suspensi Na. CMC 1% b/v

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    13/19

    f. Suspensi obat Caflam

    g.Suspensi obat dexametasone

    h.Suspensi obat Na. Diklofenak

    B. Cara Kerja

    1. Pembuatan suspensi Na. CMC 1% b/v

    a.Disiapkan alat dan bahan

    b.Ditimbang Na. CMC sebanyak 2,5 gram

    c.Diukur sebanyak 250 ml aquadest dan dipanaskan hingga mendidih

    d.Dimasukkan Na.CMC sedikit demi sedikit dan diaduk hingga membentuk suspensi yang

    homogen

    e.Didinginkan dan dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket

    2. Pembuatan karagen 1% v/v

    a.Disiapkan alat dan bahan

    b.Dipisahkan kuning telur dan putih telur

    c.Dipipet sebanyak 1 ml putih telur dan dimasukkan kedalam labu ukur

    d.Ditambahkan aquadest hingga volumenya mencapai 100 ml

    e.Dikocok homogen dan dimasukkan kedalam wadah/botol dan diberi etiket

    3. Pembuatan Suspensi Obat Cataflam

    a. Disiapkan alat dan bahan

    b. Ditimbang serbuk cataflam sebanyak 43,48 mg

    c. Diukur sebanyak 50 ml suspensi Na. CMC 1% b/v dan dimasukkan kedalam labu ukur

    d. Dimasukkan sedikit demi sedikit obat yang telah ditimbang dan dikocok homogen

    e.

    Dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    14/19

    4. Pembuatan Suspensi Obat Dexametazone

    a. Disiapkan alat dan bahan

    b. Ditimbang serbuk Dexametazone sebanyak 34,9 mg

    c. Diukur sebanyak 50 ml suspensi Na. CMC 1% b/v dan dimasukkan kedalam labu ukur

    d. Dimasukkan sedikit demi sedikit obat yang telah ditimbang dan dikocok homogen

    e. Dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket

    5. Pembuatan Suspensi Obat Na. Diklofenak

    a. Disiapkan alat dan bahan

    b.

    Ditimbang serbuk cataflam sebanyak 43,97 mg

    c. Diukur sebanyak 50 ml suspensi Na. CMC 1% b/v dan dimasukkan kedalam labu ukur

    d. Dimasukkan sedikit demi sedikit obat yang telah ditimbang dan dikocok homogen

    e. Dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket

    6. Perlakuan Hewan Uji

    a. Disiapkan alat dan bahan

    b. Hewan uji mencit (Mus musculus) dipuasakan, didiamkan selama 15 menit dan

    ditimbang kemudian dikelompokan

    c. Diukur volume telapak kaki awal dengan menggunakan pletysnometer

    d. Disuntikkan karagen 1% v/v sebanyak 0,1 ml dan diamkan selama 15 menit, lalu diukur

    volume udemnya

    e. Diberikan suspensi obat Dexametazone, Na. Diklofenak, Cataflam, dan Na. CMC 1%

    b/v (kontrol) pada masing-masing hewan uji

    f. Diukur kembali volume udem telapak kaki pada menit ke 10, 20, dan 30, dikumpul data

    dan dibahas

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    15/19

    C. Teknik Pengambilan Data

    Adpun teknik pengambilan data pada percobaan ini, dilakukkan percobaan yaitu

    dengan mengukur volume udem telapak kaki hewan uji mencit (Mus musculus) dengan

    menggunakan alat pletysnometer sebelum dan sesudah pemberian obat secara oral

    yaitu Dexametazone, Na. Diklofenak, dan Kaflam serta Na. CMC 1% b/v sebagai

    kontrol negatif. Sebelum pemberian obat disuntikan karagen sebagai penginduksi udem

    pada telapak kaki hewan uji mencit (Mus musculus).

    Prinsip dasar dari alat pletysnometer berdasarkan hukum Archimedes dengan

    melihat skala yang ditujukan dan diperoleh data kemudian dilanjutkan dengan analisis

    rancangan acak rangkar (RAL), Analisi varians (ANAVA) dan Newman-Keuls

    dilanjutkan dengan penentuan signifikan atau nonsignifikan.

    BAB IV

    HASIL PENGAMATAN

    Tabel pengamatan

    No PerlakuanBB Hewan

    uji (gram)

    Volume

    awal

    (ml)

    Volume

    udem

    (ml)

    Volume

    perlakuan

    10 20 30

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    16/19

    1.

    2.

    3.

    4.

    Na. CMC 1%

    Dexametazon

    e

    Na.

    Diklofenak

    Cataflam

    25

    23

    24

    21

    23

    26

    26

    27

    24

    27

    25

    23

    0,3

    0,2

    0,2

    0,2

    0,3

    0,3

    0,1

    0,1

    0,2

    0,2

    0,2

    0,3

    0,5

    0,4

    0,5

    0,4

    0,5

    0,5

    0,3

    0,4

    0,5

    0,4

    0,5

    0,4

    0,5

    0,4

    0,4

    0,4

    0,3

    0,5

    0,3

    0,3

    0,3

    0,4

    0,3

    0,4

    0,5

    0,3

    0,4

    0,3

    0,3

    0,4

    0,2

    0,3

    0,3

    0,2

    0,3

    0,3

    0,4

    0,3

    0,3

    0,2

    0,2

    0,3

    0,1

    0,2

    0,2

    0,2

    0,2

    0,2

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Radang atau inflamasi adalah suatu respon utama sistem kekebalan terhadap

    infeksi atau iritasi. Untuk pengobatan inflamasi ada dua golongan besar obat yang

    digunakan yaitu golongan steroid dan non steroid (AINS).

    Golongan obat steroid bekerja dengan menghambat sintesis enzim fosfolipase

    sehingga asam arakidonat tidak terhambat. Sedangkan golongan obat AINS bekerja

    dengan menghambat pembentukan prostaglandin (PG) melalui penghambatan enzim

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    17/19

    siklooksigenase (cox). Pada pasien yang telah mengalami bengkak/udem sebaiknya

    diberikan obat golongan AINS, sedangkan pasien yang belum mengalami udem diberi

    obat antiinflamasi golongan steroid untuk mencegah pembengkakan.

    Pada percobaan ini digunakan plethysnometer untuk mengukur volume udem

    telapak kaki hewan uji mencit (Mus musculus) yang bekerja sesuai hukum Archimedes,

    dimana volume udem telapak kaki yang di celupkan pada air raksa adalah sama

    banyaknya dengan skala yang ditunjukan.

    Pada rangkaian modifikasi alat plethysnometer digunakan air raksa dengan

    tujuan untuk menghindari berkurangnya volume cairan pada alat tersebut ketika telapak

    kaki dicelupkan oleh karena untuk mencegah hal demikian air tidak digunakan untuk

    serangkian alat tersebut.

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh % rata-rata penurunan

    udem untuk Caflam adalah 83,33%, untuk Na. Diklofenak 65,56 %, sedangkan untuk

    Dexametason 56,67 %, Na CMC 1 % b/v memperlihatkan penurunan volume udem

    yang paling kecil, hal ini di sebabkan karena Na CMC 1% b/v bukan merupakan obat,

    melainkan hanya sebagai kontrol negatif. Oleh karena itu terbukti bahwa kerja obat

    AINS dalam menurunkan volume udem lebih baik dibandingkan dengan golongan

    steroid. Hal ini sesuai literatur bahwa caflam yang mengandung kalium diklofenak

    tergolong obat AINS lebih efektif menurunkan volume udem dengan 83,33%.

    Berdasarkan statistik data yang telah di lakukan, diperoleh data sebagai berikut.

    Na CMC 1 % b/v berbeda nyata efeknya dengan dexametason dan caflam. Na CMC

    1% b/v tidak berbeda nyata dengan na diklofenak efeknya, begitupun dengan

    dexametason terhadap Na diklofenak dan caflam,serta Na CMC 1% b/v.

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    18/19

    Hal ini karena adanya kesalahan kesalahan dalam praktikum antara lain :

    1. Kesalahan dalam membaca skala

    2. Bagian kaki yang tercelup pada saat pengukuran pertama dan selanjutnya tidak sama

    3. Tidak semua obat diberikan

    4. Kurang mahir dalam melakukan praktikum

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh % rata-rata penurunan

    volume udem dari obat antiinflamasi dari 83,3 untuk Cataflam, 65,56% untuk Na.

    Diklofenak, dexametazone 56,67% dan Na. CMC 1% b/v sebagai kontrol dengan rata-

    rata 36,67%. Didapatkan juga bahwa :

    1.

    Na. CMC 1% b/v berbeda nyata efeknya dengan Dexametazone

    2. Na. CMC 1% b/c berbeda nyata dengan Cataflam

    3. Na. CMC 1% b/v tidak berbeda nyata efeknya dengan Na. Diklofenak

    4. Dexametazone tidak berbeda nyata efeknya dengan Na. Diklofenak dan Cataflam.

    5. Na. Diklofenak tidak berbeda nyata efeknya dengan cataflam

  • 8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2007. Mencit (Online). (http: //id.m.wikipedia.org/wiki/mencit). Diakses 20 September

    2010.

    Chan, E dan Daly J. 2009. Patofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. EGC : Jakarta.

    Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI : Jakarta.

    Dirjen POM. 2007. Pelayanan Informasi Obat. Depkes : Jakarta.

    Price, S. A dan Wilson. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses penyakit. EGC :

    Jakarta.

    Tambayong J. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.

    Tjay. T. H dan Raharja. K. 2007. Obat-Obat Penting. Gramedia : Jakarta.