Download - Laporan Lengkap Anti Inflamasi
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
1/19
LAPORAN LENGKAP ANTI INFLAMASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar orang memiliki pendapat tertentu mengenai normal dan
mendefinisikan penyakit atau keadaan sakit sebagai suatu penyimpangan dari keadaan
normal atau tidak adanya keadaan normal. Akan tetapi, jika dilihat dengan lebih cermat,
konsep kenormalan terlihat kompleks dan tidak dapat didefinisikan secara singkat dan
jelas. (Price dan wilson. 2005).
Tubuh kita terus diancam oleh penyakit dari sumber eksternal (mis: invasi bakteri
dan virus) dan sumber internal (mis : sel yang bermutasi, seperti sel kanker). Jika
ancaman dari luar dapat menerobos baris pertama pertahanan tubuh, mereka akan
menghadapi baris pertahanan kedua dalam bentuk sel fagosit dan mati karena
serangan kimiawi yang toksik. Hal ini merupakan bagian dari respon inflamasi yang
akan terjadi setiap kali terdapat kerusakan jaringan dengan sebab apapun. (Chang dan
Dally. 2009).
Selama hidup seseorang, jaringan maupun organ tubuh pasti pernah cedera.
Agar semua dapat berjalan dengan baik, maka terjadi perbaikan dan pemulihan pada
jaringan dan organ tersebut. Banyak faktor lingkungan dan perorangan yang dapat
memodifikasi dan mempengaruhi proses pemulihan. Pemulihan atau penyembuhan
biasanya didahului dan diawali suatu proses peradangan. (Tembayong, 2000).
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
2/19
Bila sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama
pejamu masih bertahan hidup, jaringan hidup disekitarnya membuat suatu respon
mencolok yang disebut peradangan. Yang lebih khusus, peradangan adalah reaksi
vaskuler yang menimbulkan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial di daerah cedera atau nekrosis. (Price
dan wilson, 2005).
B. Maksud Percobaan
Untuk mengetahui efek antiinflamasi dari suatu sediaan obat terhadap hewan uji
mencit (Mus musculus)
C. Tujuan percobaan
Untuk mengetahui efek antiinflamasi suatu sediaan obat yang diberikan secara
oral pada hewan uji mencit (Mus musculus) denagn menghitung volume udem telapak
kaki mencit dengan alat pletisnometer setelah pemberian karagen.
D. Prinsip percobaan
Penentuan efek antiinflamasi suatu sediaan obat yaitu caflam, dexametason, dan
Na. Diklofenak dengan zat pembanding Na. CMC 1 % dengan mengukur volume udem
kaki mencit pada alat pletisnometer selama interval waktu 10, 20, dan 30 menit setelah
pemberian obat awal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
3/19
Peradangan dapat didefinisikan sebagai reaksi jaringan terhadap cedera, yang
secara khas terdiri atas respon vascular dan selular, yang bersama-sama berusaha
menghancurkan substansi yang dikenali sebagai asing untuk tubuh. Jaringan itu
kemudian dipulihkan sediakala atau diperbaiki sedemikian rupa agar jaringan atau
organ itu dapat tetap bertahan. (Tamanyong, 2000).
Penyebab-penyebab peradangan banyak dan berfariasi, dan penting untuk
memahami bahwa peradangan dan infeksi tidak sinonim dengan demikian infeksi
(adanya mikroorganisme hidup di dalam jaringan) hanya merupakan salah satu
penyebab peradangan. Perdangan dapat terjadi dengan mudah dalam keadaan yang
benar-benar steril. Karena banyaknya keadaan yang mengakibatkan peradangan (Price
dan Wilson, 2005).
Radang dapat dibagi 3 yaitu :
a. Radang akut
b. Radang sub akut
c. Radang kronik
Gambaran makroskopik peradangan akut, tanda-tanda pokok peradangan
mencakup kemerahan (Rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), bengkak (tumor), dan
gangguan fungsi (fungsio laesa).
a. Rubor (kemerahan)
Biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan.
Sering dengan munculnya reaksi peradangan, arterior yang memasok darah tersebut
berdilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir kedalam
mikrosirkulasi darah lokal.
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
4/19
b. Kolor (panas)
Kolor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan pad reaki peradangan akut.
Daerah peradangan dikulit menjadi lebih hangat dibanding dengan sekelilingnya karena
lebih banyak darah (pada suhu 370C) dialirkan dari dalam tubuh kepermukaan daerah
yang terkena dibandingkan dengan daerah yang normal.
c. Dolor (nyeri)
Pada suatu nyeri peradangan tampaknya ditimbulkan dalam berbagai cara. Perubahan
pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf.
Hal yang sama, pelepasan zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf. Selain
itu, pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan lokal
yang tidak diragukan lagi dapat menimbulkan nyeri.
d. Tumor (pembengkakan)
Pembengkakan lokal yang dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari aliran
darah kejaringan intestisial. Campuran cairan dan sel-sel ini yang tertimbun didaerah
peradangan disebit eksudat.
e. Fungsio laesa (perubahan fungsi)
Perubahn fungsi merupaka bagian yang lazim pada reaksi peradangan. Sepintas
mudah dimengerti, bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dan
lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, seharusnya berfugsi secara abnormal.
Penyebab-penyebab peradangan meliputi agen-agen fisik, kimia, reaksi
imunologik, dan infeksi oleh organism-organisme patogenik. Infeksi tidak sama dengan
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
5/19
peradangan dan infeksi hanya merupakan salah satu penyebab peradangan. (Price dan
Wilson, 2005).
Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu :
a. Glukokortikoid (golongan steroidal) yaitu antiinflamasi steroid.
Anti inflamasi steroid memiliki efek pada konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit
perifer serta penghambatan aktivitas fosfolipase. Contohnya golongan predinison.
b. NSAIDs (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs ) juga dikenal dengan AINS (Anti Inflamasi
Non Steroid). NSAIDs bekerja dengan menhhambat enzim siklooksigenase tetapi tidak
Lipoksigenase.
Secar kimiawi, obat-obat ini biasanya dibagidalam beberapa kelompok, yaitu
: asetosal, benorilat dan diflunisal. Dosis anti radangnya terletak 2-3 kali lebih
tinggi daripada dosis analgesiknya. Berhubung resiko efek sampingnya, maka jarang
digunakan pada rematik.
: diklofenak, indometasin, dan sulindak (Clinoril). Indometsin termasuk obat yang
terkuat efek anti radangnya, tetapi lebih sering menyebabkan keluhan lambung dan
usus.
: ibuprofen, ketoprofen, flubirprofen, naproksen dan tiaprofenat.
: piroxicam, tenosikam dan meloksikam.
: (oksi) fenbutazon dan azapropazon (Prolixan)
: mefenaminat, nabumeton, benzidamin dan befexamac (Parfenac). Benzidamin
berkhasiat anti radang agak kuat, tetapi kurang efektif pada gangguan rematik. (Tjay
dan Raharja, 2007).
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
6/19
NSAIDs bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX), dan
dengan melakukan hal ini, NSAIDs juga bekerja untuk menurunkan produksi
prostaglandin dan Leukotriena. Prostaglandin COX-1 merangsang fungsi fisiologis
tubuh, seperti produksi mukus lambung yang bersifat protektif dan maturasi trombosit.
Sebaliknya, lintasan COX-2 diinduksi oleh kerusakan jaringan/ inflamasi, dan
prostaglandin yang dihasilkan merupakan substansi proinflamasi, inhibisi lintasan COX-
2 akan mengurangi respon inflamasi, mengurangi udema dan meredahkan nyeri.
Obat kortikosteroid anti-inflamasi, seperti kortisol dan prednisone menghambat
pengaktifan fosfolipase A2dengan menyebabkan sintesis protein inhibitor yang disebut
lipokortin. Lipokortin menghambat aktifitas fosfolipase sehingga membatasi produksi
PG. Preparat steroid juga mengganggu fungsi limfosit sehingga produksi IL menjadi
lebih sedikit. Keadaan ini mengurangi komunikasi antar limfosit dan proliferasi limfosit.
Oleh karena itu, pasien uang menggunakan steroid dalam jangka pnjang lebih rentang
terkena infeksi. (Chang dan Daly, 2009).
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
7/19
B. Uraian bahan
1. Aquades (FI Edisi III, hal 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling, aquadest
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau
an : dalam wadah tertutp baik
2. Na CMC (FI Edisi III, hal 401)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain : Natrium karboksimetilselulosa
: Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak
berbau, higroskopik.
: Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol
(95%) P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain
an : Dalam wadah tertutup rapat
: Zat tambahan
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
8/19
C. Uraian Obat
1. Deksametason ( FI Edisi III, hal 195)
Nama resmi : DEXAMETHASONUM
Nama lain : Dexametason
Rumus kimia : C22H29FO5
Berat molekul : 392,47
: Hablur atau serbuk hablur, putih atau hampir, tidak berbau, rasa agak pahit
: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 42 bagian etanol (95%)P dan dalam 165
bagian kloroform
n :Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat : Adrenoglukortikoidum
bat : Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi
mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan
menekan respon imun
: Antialergi dan obat untuk anafilaksis
: Kardiovaskular : Aritmia, bradikardia, henti jantung, kardiomiopati, hipertensi, syncope
: Depresi, euforia, sakit kepala, kejang, vartigo, malaise
gi : Akne, dermatitis alergi,kulit kering, kulit pecah-pecah, hipopigmentasi, hypertrichosis,
perianal prutitus (Pemberian IV), urticaria
kasi :Pemberian kortikosteroid sistemik dapat memperparah sindrom cushing, dapat
menekan hypothalamic pituitary adrenal (HPA) dan kematian dapat terjadi apabila
pengobatan sistemik dihentikan mendadak.
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
9/19
3. Na. Diklofenak
:nyeri pasca bedah, nyeri dan radang pada penyakit artritis dan gangguan otot rangka
lainnya, nyeri pada gout dan dismenoria.
asi : Pasien dengan hipersensitivitas, asma, urtikaria, rinitis parah, angioudema, tukak
lambung aktif.
: Pencernaan : gabgguan saluran cerna bagian atas (20 %), tukak
lambung, perdsarahan saluran cerna.
Saraf : Sakit kepala (3-9 %), depresi, insomia, cemas
Ginjal : (kurang dari 1 %), terganggu fungsi ginjal
Kardiofaskuler : retensi cairan, hipertensi (3-9 %)
Pernapasan : asma (kurang dari 1 %)
Darah : Lekopenia, trombosipetomia, hemolitik anemia (kurang dari
1%).
Hati :Hepatitis, sakit kuning (jarang), peningkatan SGOT terjadi pada 2% pasien.
Lain-lain :Ruam, Pruritus, tinnitus, reaksi sensivitas
erja : Menghambat sintesis prostaglandin dengan menghambat COX-1 dan COX-2.
4. Kaflam
i : Tiap tablet salut selaput mengandung kaluim diklofenak 25 mg dan 50 mg
: sebagai pengobatan jangka pendek untuk kondisi akut seperti nyeri inflamasi setelah
trauma seperti terkilir, nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi gigi dan
tulang.
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
10/19
ikasi : hipersensitif terhadap zat aktif dan tukak lambung, juga dikontraindikasikan pada
pasien dengan riwayat tercetusnya serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut akibat
obat-obat antiinflamasi non-steroid lainnya.
ping :
dang : nyeri epigastrium, gangguan saluran pencernaan seperti mual, disre, kejang perut.
: perdarahan saluran pencernaan
jarang : gangguan usus bawah, stomatis aphthosa.
D. Uraian Hewan Uji
1.
Klasifikasi mencit (Mus musculus)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus musculus
2. Morfologi
Mencit (Mus musculus) adalah anggota muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil.
Mencit mudah dijumpai dirumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena
kebiasaannya menggigit barang-barang kecil lainnya, serta bersarang disudut lemari.
Hewan ini diduga sebagai mamalia terbesar kedua di dunia setelah manusia, bahkan
jumlahnya yang hidup liar di hutan lebih sedikit dibanding yang hidup diperkotaan.
3.
Karakteristik
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
11/19
Berat badan dewasa : 25-40 g betina
20-40 g jantan
Lama hidup : 1,5-3 tahun
Laju pernapasan : 94-163 napas/menit
Denyut jantung : 325-780 denyut/menit
Perkembang biakan : sepanjang tahun
Siklus estus : 4-5 hari
Masa hamil : 20 hari
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
12/19
BAB III
METODE KERJA
A. Alat Dan Bahan Yang Digunakan
1. Alat yang digunakan
a.Aluminium foil
b.Batang pengaduk
c.
Gelas kimia
d.Gelas kimia
e.Kompor
f. Labu ukur
g.Pipet tetes
h.Plestysnometer
i. Sendok tanduk
j. Spoit injeksi
k.Spoit oral
l.
Timbangan analitik
m. Wadah/botol
2. Bahan Yang Digunakan
a.Aquadest
b.Hewan uji mencit (Mus musculus)
c.Karagen 1% b/v
d.Kertas perkamen
e.Suspensi Na. CMC 1% b/v
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
13/19
f. Suspensi obat Caflam
g.Suspensi obat dexametasone
h.Suspensi obat Na. Diklofenak
B. Cara Kerja
1. Pembuatan suspensi Na. CMC 1% b/v
a.Disiapkan alat dan bahan
b.Ditimbang Na. CMC sebanyak 2,5 gram
c.Diukur sebanyak 250 ml aquadest dan dipanaskan hingga mendidih
d.Dimasukkan Na.CMC sedikit demi sedikit dan diaduk hingga membentuk suspensi yang
homogen
e.Didinginkan dan dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket
2. Pembuatan karagen 1% v/v
a.Disiapkan alat dan bahan
b.Dipisahkan kuning telur dan putih telur
c.Dipipet sebanyak 1 ml putih telur dan dimasukkan kedalam labu ukur
d.Ditambahkan aquadest hingga volumenya mencapai 100 ml
e.Dikocok homogen dan dimasukkan kedalam wadah/botol dan diberi etiket
3. Pembuatan Suspensi Obat Cataflam
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang serbuk cataflam sebanyak 43,48 mg
c. Diukur sebanyak 50 ml suspensi Na. CMC 1% b/v dan dimasukkan kedalam labu ukur
d. Dimasukkan sedikit demi sedikit obat yang telah ditimbang dan dikocok homogen
e.
Dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
14/19
4. Pembuatan Suspensi Obat Dexametazone
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang serbuk Dexametazone sebanyak 34,9 mg
c. Diukur sebanyak 50 ml suspensi Na. CMC 1% b/v dan dimasukkan kedalam labu ukur
d. Dimasukkan sedikit demi sedikit obat yang telah ditimbang dan dikocok homogen
e. Dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket
5. Pembuatan Suspensi Obat Na. Diklofenak
a. Disiapkan alat dan bahan
b.
Ditimbang serbuk cataflam sebanyak 43,97 mg
c. Diukur sebanyak 50 ml suspensi Na. CMC 1% b/v dan dimasukkan kedalam labu ukur
d. Dimasukkan sedikit demi sedikit obat yang telah ditimbang dan dikocok homogen
e. Dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket
6. Perlakuan Hewan Uji
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Hewan uji mencit (Mus musculus) dipuasakan, didiamkan selama 15 menit dan
ditimbang kemudian dikelompokan
c. Diukur volume telapak kaki awal dengan menggunakan pletysnometer
d. Disuntikkan karagen 1% v/v sebanyak 0,1 ml dan diamkan selama 15 menit, lalu diukur
volume udemnya
e. Diberikan suspensi obat Dexametazone, Na. Diklofenak, Cataflam, dan Na. CMC 1%
b/v (kontrol) pada masing-masing hewan uji
f. Diukur kembali volume udem telapak kaki pada menit ke 10, 20, dan 30, dikumpul data
dan dibahas
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
15/19
C. Teknik Pengambilan Data
Adpun teknik pengambilan data pada percobaan ini, dilakukkan percobaan yaitu
dengan mengukur volume udem telapak kaki hewan uji mencit (Mus musculus) dengan
menggunakan alat pletysnometer sebelum dan sesudah pemberian obat secara oral
yaitu Dexametazone, Na. Diklofenak, dan Kaflam serta Na. CMC 1% b/v sebagai
kontrol negatif. Sebelum pemberian obat disuntikan karagen sebagai penginduksi udem
pada telapak kaki hewan uji mencit (Mus musculus).
Prinsip dasar dari alat pletysnometer berdasarkan hukum Archimedes dengan
melihat skala yang ditujukan dan diperoleh data kemudian dilanjutkan dengan analisis
rancangan acak rangkar (RAL), Analisi varians (ANAVA) dan Newman-Keuls
dilanjutkan dengan penentuan signifikan atau nonsignifikan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Tabel pengamatan
No PerlakuanBB Hewan
uji (gram)
Volume
awal
(ml)
Volume
udem
(ml)
Volume
perlakuan
10 20 30
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
16/19
1.
2.
3.
4.
Na. CMC 1%
Dexametazon
e
Na.
Diklofenak
Cataflam
25
23
24
21
23
26
26
27
24
27
25
23
0,3
0,2
0,2
0,2
0,3
0,3
0,1
0,1
0,2
0,2
0,2
0,3
0,5
0,4
0,5
0,4
0,5
0,5
0,3
0,4
0,5
0,4
0,5
0,4
0,5
0,4
0,4
0,4
0,3
0,5
0,3
0,3
0,3
0,4
0,3
0,4
0,5
0,3
0,4
0,3
0,3
0,4
0,2
0,3
0,3
0,2
0,3
0,3
0,4
0,3
0,3
0,2
0,2
0,3
0,1
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
BAB V
PEMBAHASAN
Radang atau inflamasi adalah suatu respon utama sistem kekebalan terhadap
infeksi atau iritasi. Untuk pengobatan inflamasi ada dua golongan besar obat yang
digunakan yaitu golongan steroid dan non steroid (AINS).
Golongan obat steroid bekerja dengan menghambat sintesis enzim fosfolipase
sehingga asam arakidonat tidak terhambat. Sedangkan golongan obat AINS bekerja
dengan menghambat pembentukan prostaglandin (PG) melalui penghambatan enzim
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
17/19
siklooksigenase (cox). Pada pasien yang telah mengalami bengkak/udem sebaiknya
diberikan obat golongan AINS, sedangkan pasien yang belum mengalami udem diberi
obat antiinflamasi golongan steroid untuk mencegah pembengkakan.
Pada percobaan ini digunakan plethysnometer untuk mengukur volume udem
telapak kaki hewan uji mencit (Mus musculus) yang bekerja sesuai hukum Archimedes,
dimana volume udem telapak kaki yang di celupkan pada air raksa adalah sama
banyaknya dengan skala yang ditunjukan.
Pada rangkaian modifikasi alat plethysnometer digunakan air raksa dengan
tujuan untuk menghindari berkurangnya volume cairan pada alat tersebut ketika telapak
kaki dicelupkan oleh karena untuk mencegah hal demikian air tidak digunakan untuk
serangkian alat tersebut.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh % rata-rata penurunan
udem untuk Caflam adalah 83,33%, untuk Na. Diklofenak 65,56 %, sedangkan untuk
Dexametason 56,67 %, Na CMC 1 % b/v memperlihatkan penurunan volume udem
yang paling kecil, hal ini di sebabkan karena Na CMC 1% b/v bukan merupakan obat,
melainkan hanya sebagai kontrol negatif. Oleh karena itu terbukti bahwa kerja obat
AINS dalam menurunkan volume udem lebih baik dibandingkan dengan golongan
steroid. Hal ini sesuai literatur bahwa caflam yang mengandung kalium diklofenak
tergolong obat AINS lebih efektif menurunkan volume udem dengan 83,33%.
Berdasarkan statistik data yang telah di lakukan, diperoleh data sebagai berikut.
Na CMC 1 % b/v berbeda nyata efeknya dengan dexametason dan caflam. Na CMC
1% b/v tidak berbeda nyata dengan na diklofenak efeknya, begitupun dengan
dexametason terhadap Na diklofenak dan caflam,serta Na CMC 1% b/v.
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
18/19
Hal ini karena adanya kesalahan kesalahan dalam praktikum antara lain :
1. Kesalahan dalam membaca skala
2. Bagian kaki yang tercelup pada saat pengukuran pertama dan selanjutnya tidak sama
3. Tidak semua obat diberikan
4. Kurang mahir dalam melakukan praktikum
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh % rata-rata penurunan
volume udem dari obat antiinflamasi dari 83,3 untuk Cataflam, 65,56% untuk Na.
Diklofenak, dexametazone 56,67% dan Na. CMC 1% b/v sebagai kontrol dengan rata-
rata 36,67%. Didapatkan juga bahwa :
1.
Na. CMC 1% b/v berbeda nyata efeknya dengan Dexametazone
2. Na. CMC 1% b/c berbeda nyata dengan Cataflam
3. Na. CMC 1% b/v tidak berbeda nyata efeknya dengan Na. Diklofenak
4. Dexametazone tidak berbeda nyata efeknya dengan Na. Diklofenak dan Cataflam.
5. Na. Diklofenak tidak berbeda nyata efeknya dengan cataflam
-
8/11/2019 Laporan Lengkap Anti Inflamasi
19/19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Mencit (Online). (http: //id.m.wikipedia.org/wiki/mencit). Diakses 20 September
2010.
Chan, E dan Daly J. 2009. Patofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. EGC : Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Dirjen POM. 2007. Pelayanan Informasi Obat. Depkes : Jakarta.
Price, S. A dan Wilson. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses penyakit. EGC :
Jakarta.
Tambayong J. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.
Tjay. T. H dan Raharja. K. 2007. Obat-Obat Penting. Gramedia : Jakarta.