herbal sebagai anti inflamasi
DESCRIPTION
herbalTRANSCRIPT
HERBAL SEBAGAI ANTI INFLAMASI
I KETUT MULIARTHA2012
Seseorang harus melindungi dirinya terhadap berbagai patogen termasuk di antaranya virus, bakteri, jamus, protozoa dan non-patogen seperti jaringan atau sel yang rusak, tumor atau kanker.
Untuk melakukan perlindungan ini banyak mekanisme efektor yang mampu melindungi tubuh terhadap antigen-antigen yang berasal dari patogen dan non-patogen tersebut dan ini dapat diperankan oleh berbagai sel mapun molekul terlarut.
Respons awal dari tubuh terhadap infeksi maupun kerusakan tersebut disebut respons inflamasi akut.
Respons ini non spesifik dan merupakan lini pertahanan tubuh sistemik pertama terhadap "bahaya", terdiri atas mobilisasi mediator-mediator imunologis, endokrin dan neurologis secara terkoordinasi., misalnya komplemen, amine, molekul-molekul adhesi, sitokin, khemokin, hormone, steroid dan lain-lain.
Pada respons yang sehat, respons inflamasi menjadi teraktivasi, menyingkirkan patogen (kalau peristiwa itu adalah infeksi), dan memulai proses perbaikan lalu mereda (sembuh).
Inflamasi itu sendiri dapat merusak sel yang sehat akibat diproduksinya reactive oxygen species (ROS) dan enzim lisizom oleh neutrofil dan makrofag, yang pada gilirannya dapat merangsang inflamasi lebih lanjut.
Inflamasi sistemik yang disertai infeksi, berdasarkan manifestasi klinis disebut sepsis.
Inflamasi dapat didefinisikan sebagai : reaksi kompleks jaringan tervaskularisasi terhadap infeksi, paparan toksin atau kerusakan sel, yang melibatkan akumulasi ekstravaskuler dari protein plasma dan leukosit.
Inflamasi akut merupakan akibat umum dari respons imun bawaan sedangkan respons lokal sistem imun didapat juga dapat meningkatkan inflamasi Selama respons imun berlangsung sel-sel tubuh dapat menjadi rusak oleh sel efektor dan molekul-molekul yang berperan dalam mekanisme imunologis, karena itu dari sudut pandang ini inflamasi dapat disebut sebagai respons imunopatologis.
Pada inflamasi terjadi peningkatan aliran darah karena adanya vasodilatasi pada tempat terjadinya infeksi atau kerusakan jaringan Pembuluh kapiler menjadi lebih permeabel sehingga cairan, molekul-molekul besar dan leukosit dapat keluar dari pembuluh darah dan masuk ke jaringan.
Leukosit, terutama neutrofil dan monosit, bergerak menuju sasaran akibat khemotaksis.
Selain itu juga terjadi penglepasan protease dan radikal bebas. Akibat proses di atas maka ciri fisik dari inflamasi adalah : kemerahan (rubor), panas (kalor ), pembengkakan (tumor) dan rasa sakit (dolor).
Pentingnya inflamasi sebagai penyebab keadaan patologis tidak terbatas pada penyakit infeksi, alergi dan autoimun.
Inflamasi makin lama makin dikaitkan dengan berbagai penyakit kronik seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan kanker.
Pendapat baru yang dianut pada saat ini tentang inflamasi pada keadaan non-patogenik adalah bahwa sel-sel "sentinel" yang terdapat pada semua jaringan dapat membangkitkan maupun berpartisipasi pada respons inflamasi bersama-sama dengan leukosit dan sel-sel organ limfoid.
Secara klasik, istilah sel "sentinel" digunakan untuk menamai dendritik berdasarkan keberadaanya sepanjang jalur masuk utama mikroorganisme dan kemampuannya untuk menghubungkan respons imun bawaan dan didapat.
Akhir-akhir ini sel-sel "sentinel" dianggap mencakup juga berbagai jenis yang secara terus menerus melakukan surveillance terhadap lingkungan dan memproduksi mediator-mediator yang berfungsi untuk mengaktifkan atau menekan fungsi imun tertentu, sehingga saat ini yang dianggap sel-sel "sentinel" mencakup sel-sel endotel, fibroblast, makrofag, sel dendritik, mastosit dan kardiomiosit.'° Gambar 1 menunjukkan bagan kaskade inflamasi secara umum
INFLAMASI AKUT Respons imun bawaan dan inflamasi terkait erat
satu dengan yang lain Pecan sitokin dalam inflamasi juga telah diterima secara luas.
Produksi sitokin berlebihan dan berkelanjutan sebagai respons terhadap lipopoliskharadida (LPS) bakteri atau superantigen merupakan ciri dari respons inflamasi sistemik yang dapat mematikan.
Penyebaran produk bakteri ini menginduksi gelombang produksi sitokin pro-inflamasi misalnya tumor necrosis factor-a (INF-a), IL-1, IL-6, IL-8, yang mengaktifkan lebih banyak sel-sel imun dan merekrutnya ke daerah infeksi.
Sitokin pro-inflamasi ini dalam jumlah berlebihan dapat merusak dinding vaskuler dan mengakibatkan disfungsi organ.
Baik LPS maupun superantigen menginduksi transduksi sinyal ke nukleus sel fagosit mononuklear dan sel T.
Jalur sinyal ini diperantarai oleh NFkB yang memegang peran penting dalam memprogram ekspresi dan Iranskripsi gen sitokin.
Untuk mengimbangi penglepasan sitokin pro-inflamasi di lepaskan mediator anti-inflamasi misalnya IL-10 dan transforming growth factor-b (TGF-b) yang menghambat penglepasan sitokin pro-inflamasi.
Pada awal infeksi, sel-sel fagosit teraktivasi membunuh bakteri secara langsung dengan menelannya dan mensekresi berbagai substansi toksik seperti radikal bebas.
Tetapi substansi toksik ini di lain fihak dapat merusak sel-sel yang sehat, kemudian sel-sel yang menjadi rusak ini dapat menginduksi inflamasi lebih lanjut.
Secara disederhanakan, respons inflamasi akut diawali dengan patogen merangsang responder inflamasi dini dengan tujuan untuk membunuh patogen.
Mediator inflamasi dini ini kemudian mengaktifkan mediator inflamasi lambat yang dapat memicu mediator awal lebih lanjut. Secara ideal, respons inflamasi harus dapat menyingkirkan patogen kemudian mereda.
Pada beberapa keadaan, respons imun yang terjadi tidak cukup kuat untuk menyingkirkan patogen. Pada keadaan lain dapat terjadi umpan balik positif antara gelombang pro-inflamasi dini dan lambat yang mengakibatkan respons imun yang tidak mereda.
Secara klinis, respons inflamasi yang menetap bermanifestasi sebagai renjatan septik dan kegagalan organ.
Walaupun hal ini merupakan mekanisme yang disederhanakan, pada kenyataannya ide ini didukung oleh adanya kadar sitokin pro-inflamasi yang tinggi dan persisten pada sepsis
Sitokin pro-inflamasi dan anti-inflamasi memegang peran penting pada inflamasi. Dalam golongan sitokin pro-inflamasi yang sangat poten termasuk di antaranya TNF-a, IL-1β, IL-6, IL-8 dan IL-18.
Kadar sitokin-sitokin ini yang tinggilah yang menyebabkan demam tinggi, hipotensi, kerusakan sel endotel vaskuler, dan NC, blood capillary leak syndrome dan kegagalan organ." TNF-a merupakan sitokin yang paling penting.
Pada satu percobaan terbukti bahwa TN F-a meningkat dalam waktu 30 menit dan mencapai kadar puncaknya 60 menit setelah injeksi LPS kemudian menurun
Puncak pertama ini dapat ditingkatkan dengan diinduksi oleh sitokin lain misalnya IFN-g dan IL-18. Sumber utama dari TNF-a adalah sel mononuklear darah perifer (PBMC).
Sumber lain dari TNF-a adalah sel Kupfer di hat i dan sel limpa Sitokin anti-inflamasi yang paling penting adalah IL-10 yang diproduksi oleh Thl, Treg , dan monosit-makrofag.
Kadar IL-10 meningkat dan mencapai puncaknya 1-5 jam setelah injeksi LPS kemudian menurun. Pada renjatan septik, kadar puncak 1L-10 tidak cukup untuk menekan produksi sitokin pro-inflamasi.
Ada sejenis sitokin lain yang akhir-akhir ini banyak menarik perhatian dalam kaitannya dengan inflamasi sistemik yaitu macrophage migration inhibitory factor (MIF).MIF merupakan sitokin yang disekresikan oleh sel-sel imun dan kelenjar hipofisis anterior.
Sel T merupakan sumber utama dari MIF, walaupun demikian MIF dapat juga diproduksi oleh sel-sel sistem imun yang lain yang terlibat dalam respons inflamasi.
Di samping itu ACTH yang diproduksi sebagai respons terhadap stres pembedahan (surgical stress) pada gilirannya menginduksi hormon glukokortiod yang kemudian merangsang sel-sel sistem imun untuk melepaskan MIF. MIF pada gilirannya menginduksi produksi sitokin pro-inflamasi seperti IFN-y, IL-1b, 1L-6, IL-8 di samping substansi lain seperti COX-2, NO dan produk jalur asam arachinoid. Ekspresi berlebihan dari MIF berakibat produksi sitokin Th1 berlebihan.
Pentingnya MIF dalam menimbulkan respons inflamasi sistemik dibuktikan dengan percobaan bahwa delesi gen MIF atau netralisasi protein MIF dapat mencegah terjadinya renjatan yang diinduksi oleh LPS.
Respons neutrofil terhadap inflamasi tidak terlepas dari pengaruh khemokin.
Sejak IL-8 diketahui merupakan faktor khemotaktik hingga saat ini telah diketahui ada lebih dari 40 jenis khemokin pada manusia yang menunjukkan homologi sebanyak 70% dalam susunan asam amino.
Khemokin memegang peran penting dalam migrasi neutrofil dengan eara meningkatkan konsentrasi dan mengaktifkan molekul adhesi pada permukaan neutrofil.
Khemokin diproduksi pada tempat inflamasi kemudian di-imobilisasi secara lokal pada matriks dan permukaan endotel sehingga mengakibatkan konsentrasi khemokin yang mengelilingi rangsangan inflamasi.
Bila khemokin ini terikat pada reseptornya ia akan mengaktifkan integrin pada permukaan neutrofil, sehingga neutral dapat melekat pada permukaan endotel dan melakukan transmigrasi, dengan demikian mem-fasilitasi respons neutrofil terhadap inflamasi.
Respons imun pada infeksi, respons imun pada inflamasi juga tidak terlepas dari pengaruh fungsi reseptor pada permukaan sel-sel imun yang dikenal sebagai toll-like receptor (TLR), khususnya TLR4.
Stimulasi dari TLR mengakibatkan sekresi sitokin yang bersifat "early response" seperti TNF-a, dan pada gilirannya sitokin ini menyebabkan perubahan sistemik seperti terlihat pada inflamasi yang diuraikan di atas.
TLR4 bukan hanya berinteraksi dengan LPS atau produk patogen, tetapi juga berinteraksi dengan substansi-substansi endogen yang dikeluarkan oleh matriks ekstraseluler atau cairan sinovial seperti produk proteoglikan, fragmen hialuronat, glikosaminoglikan, sehingga produk-produk ini juga dapat mengakibatkan inflamasi sistemik.
Respons terhadap inflamasi setiap individu berbeda-beda. Suatu penelitian telah mengungkapkan bahwa polimorfisme (single nucleotide polymorphism, SNP) dalam gen TLR4 dapat merupakan penyebab perbedaan ini.
INFLAMASI KRONIK Inflamasi kronik dapat bermula dari inflamasi akut bila
agen perusak menetap, tetapi yang lebih sering terjadi adalah bahwa respons inflamasi merupakan respons inflamasi kronik sejak awal.
Berbeda dengan perubahan atau kerusakan vaskuler luas dan infiltrasi neutrofil yang tampak pada inflamasi akut, inflamasi kronik menunjukkan ciri-ciri infiltrasi jaringan dengan sel sel mononuklear seperti makrofag, limfosit dan sel plasma disertai dengan destruksi jaringan.
Makrofag merupakan pemain kunci dari respons inflamasi kronik Hal ini disebabkan oleh banyaknya produk bioaktif atau mediator yang dilepaskannya Mediator-mediator ini merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh yang sangat kuat terhadap invasi benda asing dan kerusakan jaringan.
Yang merugikan adalah bahwa aktivasi makrofag secara terus menerus dapat berakibat kerusakan jaringan berkelanjutan.
Mekanisme yang mengatur transisi rekrutmen neutrofil ke rekrutmen monosit selama transformasi dari inflamasi akut ke inflamasi kronik belum diketahui. Ada kemungkinan bahwa IL-6 dan reseptor IL-6 terlarut (sIL-6R) memegang peran penting pada transisi
Pada suatu penelitian dapat dibuktikan bahwa konsekuensi inflamasi kronik berbeda-beda dalam berbagai organ sistem imun sekunder. Dalam limpa, pembuluh darah perifer dan sumsum tulang terjadi lingkungan imunospresif yang menginduksi penekanan ekspresi rantai α dari reseptor sel T yang berakibat disfungsi sel T.
Tetapi dalam kelenjar getah bening ekspresi rantai z dan fungsi sel T tetap normal, sehingga disimpulkan bahwa dampak lingkungan imunosupresif pada sel T sangat bergantung pada organ di mana sel itu berada.
Proses inflamasi yang berkelanjutan mengakibatkan destruksi sel secara bertahap, diikuti dengan penglepasan asam arakhidonik yang kemudian dikonversikan oleh cyclooxigenase (COX-2) menjadi prostaglandin. Prostaglandin merupakan senyawa vasokonstriktif yang potent.
Di samping itu COX-2 dan prostaglandin merupakan mediator proses inflamasi kronik yang penting, dan dalam suatu penelitian telah dibuktikan bahwa inflamasi kronik yang dimediasi oleh COX-2 merupakan fenomena sentral pada pasien diabetes tipe-1.
Selain ada keterlibatan inflamasi kronik (sering disebut sebagai chronic low grade inflammation) pada diabetes tipe-1, telah dibuktikan bahwa inflamasi kronik juga terlibat dalam patogenesis diabetes tipe-2.
Pada kedua kelompok penyakit terjadi respons face akut yang diinduksi oleh sitokin secara terus menerus, yang merupakan aktivasi sistem imun bawaan yang meluas, dan seringkali juga terkait dengan komplikasi seperti dislipidemia dan aterosklerosis.
Pada kedua kelompok penyakit memang dapat dijumpai peningkatan petanda-petanda inflamasi seperti CRP, IL-6 dan TNF-a, di samping bukti-bukti adanya disfungsi endotel.
Tentang hipersensitivitas dan autoimun, kedua kelompok penyakit nu merupakan kelainan pada respons imun yang berkibat inflamasi, karena itu kedua kelompok penyakit ini sering disebut sebagai penyakit inflamasi yang dimediasi oleh respons imun (immune mediated inflammatory disease) yang umumnya bersifat kronik
Hubungan antara inflamasi dengan kanker pertama kali dikemukakan oleh Virchow pada tahun 1863 dengan memperlihatkan banyaknya leukosit dalam jaringan tumor.
Dasar dari hipotesisnya adalah bahwa iritan yang menyebabkan inflamasi juga dapat meningkatkan proliferasi sel.
Bila jaringan rusak akibat atau terpapar pada iritan
kimiawi, sel yang rusak disingkirkan melalui jalur apoptosis, dan proliferasi sel ditingkatkan untuk memfasilitasi regenerasi jaringan dengan tujuan mengembalikan homeostasis.
Prolilerasi dan inflamasi mereda setelah agen penyebabnya disingkirkan atau perbaikan jaringan sudah selesai. Bila agen penyebab menetap, maka siklus proliferasi dan kematian set dalam lingkungan yang penuh dengan sel-sel inflamatorik dengan produk bioaktifnya dapat meningkatkan kemungkinan risiko kanker.
Sementara mutasi, baik yang sporadik maupun yang diwariskan pada gen pengatur siklus set, apoptosis, diferensiasi dan adhesi merupakan inisiasi dari tumorigenesis, inflamasi kronik mempermudah (promosi) sel-sel yang ter-inisiasi tersebut untuk transformasi ganas.
Data epidemiologik yang ada juga menunjukkan bahwa ada kaitan yang erat antara inflamasi kronik dan transformasi ganas pada jaringan yang terkena inflamasi.
Etiologi dari inflamasi pada keadaan ini bisa macam-macam, dapat berupa infeksi seperti virus, bakteri atau parasit, tetapi bisa juga non-infektif seperti iritan, baik iritan fisika maupun kimiawi. Banyak bukti yang mengkaitkan infeksi, iritan dan inflamasi dengan perkembangan tumor, misalnya infeksi human papilloma virus (HPV) dengan kanker serviks, infeksi virus hepatitis B dengan karsinoma hepatoseluluer, infeksi helicobacter pylori dengan kanker adenokarsinoma lambung , asbes dengan karsinoma bronkus, dan lain-lain.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa sel-sel inflamatorik erat kaitannya dengan tumor?
Lingkungan inflamasi dalam berbagai penelitian terbukti mendukung perkembangan tumor dan ini konsisten dengan lingkungan yang terdapat sekitar tumor.
Lingkungan sekitar tumor yang mencakup keberadaan sitok in, khemokin, leukosit, limfosit dan makro fag memberikan kontribusi pada terjadinya dilatasi vaskuler, neovaskularisasi, imunosupresi yang meningkatkan pertumbuhan tumor dan menghindarkannya dari sistem imun.
Di dalam lingkungan mikro tumor ada imunitas anti-tumor dari pejamu disertai aktivitas pro-inflamatorik yang berasal dari tumor yang melemahkan aktivitas anti-tumor.
Aktivitas ini bergantung pada mediator- mediator yang dilepaskan oleh sel-sel inflamatorik dari pejamu dan sel-sel tumor. Bila aktivitas anti-tumor dari pejamu lebih lemah dibanding aktivitas imunosupresi yang dilanearkan oleh tumor, maka sel-sel tumor terhindar dal serangan respons imun (escape) dan tumbuh cepat.
Sebaliknya bila aktivitas anti-tumor lebih kuat dibanding aktivitas imunosupresi dari sel-sel tumor, maka set tumor dapat dieliminasi.
Hasil dari lingkungan mikro inflamatorik yang menetap adalah terjadinya promosi pertumbuhan tumor, progresi yang, dipercepat, invasi, angiogenesis dan seringkali metastasis.
Diketahui bahwa sel-sel kanker mampu menarik berbagai jenis sel ke dalam lingkungan mikro kanker melalui sekresi protease ekstraseluler, faktor pro-angiogenik dan sitokin.
Sitokin IL-10 dapat disekresi oleh sel tumor maupun oleh makrofag, dan di antara efek yang dihasilkannya adalah: IL-10 menghambat sel-T sitotoksik dan dengan demikian menghambat respons imun terhadap tumor.
Gambaran penting dari jaringan yang mengalami inflamasi adalah terbentuknya radikal bebas.selain COX-2 seperti telah disebutkan di atas Radikal bebas ini dapat menginduksi efek onkogenik melalui berbagai mekanisme termasuk kerusakan DNA.
Radikal bebas, COX-2 dan sitokin berinteraksi untuk menghasilkan lingkungan inflamasi.
Salah satu mediator dalam interaksi ini adalah NFkB, suatu faktor transkripsi yang terlibat dalam pengaturan transkripsi berbagai gen yang terlibat dalam inflamasi. Ia juga merupakan mediator sentral dari respons imun.
Aktivasi NFkB mengakibatkan ekspresi sitokinpro-inflamasi dan aktivasi terus menerus dari NFkB menyebabkan inflamasi kronik yang mem-fasilitasi transformasi ganas Salah satu peran NFkB dalam tumorigenesis, selain yang disebut di atas adalah menghambat apoptosis dari sel yang terinisiasi,
Sedangkan rangsangan sitokin proinflamasi secara terus menerus akan memberikan umpan balik pada N B untuk lebih meningkatkan proliferasi, anti-apoptosis dan proses pro-inflamatorik. Dengan demikian, inflamasi kronik dan pembentukan radikal bebas serta pembentukan COX-2 mengakibatkan kaskade yang mempermudah terjadinya transformasi ganas.
HERBAL WARISAN DUNIA
Peranan Herbal untuk Pengobatan
Keberadaan tanaman sebagai obat sudah dikenal sejak ribuan tahun lampau. Bukti sejarah ini terukir di helaian lontar, dinding-dinding candi, dan kitab masa lalu.
Resep diwariskan turun-temurun, yang tadinya hanya dikenal kalangan tertentu kemudian menyebar hingga masyarakat luas.
Dunia mencatat tradisi herbal berkembang pesat di dunia timur. Modernisasi mentautkan tanaman obat dengan dunia farmasi.
Perlahan-lahan keampuhannya diakui kalangan ilmiah. Walaupun begitu pemakaian tradisional tetap mendapat tempat. Dengan langkah dan cara pengolahan yang benar khasiat tanaman obat tidak akan berubah.
Munculnya berita bahwa sejumlah kasus penyakit kanker, kolesterol, tumor, jantung dan hipertensi sembuh setelah mengkonsumsi buah merah Pandanus conoideus dan sarang semut Myrmecodia pendans
HERBAL TERSTANDART
- bahan-bahan jamu yang telah diuji secara
ilmiah (penelitian praklinik dengan hewan uji)
meliputi uji khasiat dan manfaat.
FITOFARMAKA
- dengan persyaratan aman, klaim khasiat
berdasarkan uji klinik (diterapkan pada
manusia), telah dilakukan standarisasi terhadap
bahan baku yang dipergunakan, dan memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku.
Senyawa ??????Dalam tubuh tanaman ada dua macam
metabolisme: primer dan sekunder.
Karbohidrat Alkaloid Lemak terpenoid Asam nukleat flavonoid Protein steroid
PRIMER SEKUNDER
Fungsi metabolit sekunder :- melindungi tanaman dari serangan mikroba,
contohnya tanaman akan membentuk fitoaleksin, senyawa khusus yang disintesis di sekitar sel yang terinfeksi.
- mempertahankan diri dari gangguan predator- untuk melawan gangguan herbivora yaitu dengan
membentuk senyawa toksik yang menyebabkan ia menjadi beracun.
- perlindungan terhadap lingkungan, misalnya antosianin diproduksi untuk melindungi tanaman dari terpaan sinar UV.
- memenangkan persaingan caranya dengan menghasilkan senyawa yang bersifat alelopati, beracun terhadap tanaman lain di sekitarnya
Berdasarkan asal mula biosentesisnya, metabolit sekunder
dibagi menjadi :
1. Terpenoid dan steroid
Berdasar jumlah atom karbonnya, terpenoid bisa digolongkan
ke dalam kelompok: hemiterpenoid (C5), monoterpenoid
(C10), seskuiterpenoid (C15), diterpenoid (C20),
sesterterpenoid (C25), triterpenoid (C30), tetraterpenoid
(C40), dan politerpenoid (C>40). Triterpenoid (C30) sendiri
terdiri dari steroid, saponin, dan glikosida jantung.
Monoterpene (C10) berperan aktif dalam mekanisme pertahanan tumbuhan, contohnya resin pada keluarga coniferae.
Sesquiterpen (C-15) bertekstur rasa pahit, berperan besar dalam mekanisme pertahanan tumbuhan. Contoh sesquiterpen adalah artemisinin.
Sterol atau steroid adalah senyawa yang banyak ditemukan di hewan dan tumbuhan, merupakan triterpena yang memiliki cincin siklopentana perhidrofenantrena sebagai kerangka dasarnya.
Saponin merupakan perpaduan glikosida triterpene dan sterol yang ada di kurang lebih 90 marga tanaman.
2. Alkaloid
Ini adalah golongan senyawa organik yang paling
banyak ditemukan dalam tumbuhan. Alkaloid
merupakan senyawa yang menyerupai basa, terbukti
dari asal namanya Alkali (basa) dan oid (menyerupai).
Alkaloid memiliki aktifitas yang menonjol dalam dunia
pengobatan. Beberapa senyawanya yang kondang
adalah nikotin, kafein, kokain, morfin, opium, kolkisin
(Colchicum autumnale) dan codein.
3. Senyawa FenolatHasil metabolisme sekunder yang termasuk dalam senyawa fenolat terdiri dari beragam senyawa dengan struktur molekul yang heterogen. Yang terkenal dalam dunia pengobatan dan farmasi adalah kelompok flavonoid dan tanin. Flavonoid bertanggung jawab melindungi tanaman dari pengaruh buruk sinar ultra violet dan berperan sebagai pemberi warna pada tanaman. Contoh flavonoid antosianin dan isoflavon.Tanin, senyawa ini kerap digunakan sebagai obat diare, penawar racun, antivirus, antikanker, dan antiHlV.
Peranan HerbalPada Proses Inflamasi
Salah satu contoh herbal untuk menekan proses inflamasi adalah :
1. Teh 2. Mengkudu
TEH
Teh Teh nama latinnya adalah Camellia Sinensis
berasal dari dataran Cina Merupakan salah satu bahan minuman alami
yang sangat populer di masyarakat. Kandungan flavonoid dalam teh merupakan
antioksidan yang bersifat antikarsigenik, kariostik serta hipokolesterolemik.
Beberapa peneliti lain juga menyebutkan bahwa teh dapat bekerja sebagai hipoglikemik dan menghambat atherosklerosis.
Jenis-jenis tehBerdasarkan penanganan pasca panen, teh dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :1. Teh hijau Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi, daun
teh diperlakukan dengan panas sehingga terjadi inaktivasi enzim
Pemanasan ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan udara kering dan pemanasan basah dengan uap panas (steam).
Pada pemanasan dengan suhu 85°C selama 3 menit, aktivitas enzim polifenol oksidase tinggal 5,49%.
Pemanggangan (pan firing) secara tradisional dilakukan pada suhu 100-300°C sedangkan pemanggangan dengan mesin suhunya sekitar 220-300°C.
Pemanggangan dauh teh akan memberikan aroma dan flavor yang lebih kuat dibandingkan dengan pemberian uap panas.
Keuntungan dengan cara pemberian uap panas, adalah warna teh dan seduhannya akan lebih hijau terang.
Teh hijau memiliki antioksidan alami yang disebut polyphenol, yang dapat membantu menghalangi pertumbuhan sel kanker kulit.
Selain itu, pengaruh antioksidan tersebut membantu liver berfungsi lebih efektif, sehingga teh hijau juga membantu mempercepat tingkat metabolisme.
2. Teh hitam Teh hitam adalah jenis teh yang dalam
pengolahannya melalui proses fermentasi secara penuh.
Dalam hal ini fermentasi tidak menggunakan mikrobia sebagai sumber enzim, melainkan dilakukan oleh enzim polifenol oksidase yang terdapat di dalam daun teh itu sendiri.
Pada proses ini, katekin (flavanol) mengalami oksidasi dan akan menghasilkan thearubigin.
3. Teh oolong Teh oolong diproses secara semi
fermentasi dan dibuat dengan bahan baku khusus, yaitu varietas tertentu yang memberikan aroma khusus.
Komponen dan zat bioaktif teh Komponen dari dua macam teh yang
paling banyak digunakan (teh hitam dan teh hijau) adalah sebagai berikut:
Tabel 1 : Komposisi teh hitamNo Komponen % Berat
Kering1 Kafein 7,562 Theobromin 0,693 Theofilin 0,254 (Katekin) Epicatechin 1,215 (Katekin) Epicatechin gallat 3,866 (Katekin) Epigallocatechin 1,097 (Katekin) Epigellocatechin gallet 4,63
8 Glikosida flavonol Trace9 Bisflavanol Trace10 Asam thaflavat Trace11 Theaflavin 2,6212 Thearubigin 35,9013 Asam gallat 1,1514 Asam klorogenat 0,21
Katekin teh Katekin teh merupakan flavonoid yang
termasuk dalam kelas flavanol. Katekin teh yang utama adalah
epicatechin (EC), epicatechin gallat (ECG), epigallocatechin (EGC), dan epigallocatechin gallate (EGCG).
Katekin teh memiliki sifat tidak berwarna, larut air, serta membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh.
Hampir semua sifat produk teh termasuk di dalamnya rasa, warna dan aroma, secara langsung maupun tidak, dihubungkan dengan modifikasi pada katekin.
Misalnya degallosasi dari katekin ester menjadi katekin non-ester dapat menurunkan rasa pahit dan sepat dari teh.
Flavonol Flavonol utama yang ada di dalam daun teh
adalah quercetin, kaempferol, dan myricetin.
Flavonol ini, terutama terdapat dalam bentuk glikosidanya (berikatan dengan molekul gula) dan sedikit dalam bentuk aglikonnya.
Jumlah flavonol teh bervariasi, tergantung pada beberapa hal, misalnya suhu dan cara ekstraksi yang digunakan.
Theaflavin dan Thearubigin Dalam proses pembuatan teh hitam,
katekin dioksidasi secara enzimatis membentuk pigmen tah hitam yaitu theaflavin dan thearubigin.
Secara garis besar, terdapat empat jenis theaflavin yaitu theaflavin, theaflavin 3-gallate, theaflavin 3’-gallate, dan theaflavin 2, 3-digallate, yang terbentuk karena adanya reaksi yang terjadi antara quinon (turunan katekin) dengan fallokatekin.
L-Theanin Selain senyawa flavonoid, terdapat satu
senyawa bioaktirf dalam teh yang memiliki manfaat bagi tubuh, yaitu yang disebut L-theanin.
L-theanin adalah sebuah asam amino yang unik pada tanaman teh dan merupakan komponen utama yang bertanggung jawab terhadap exotic taste (disebut umami)
Senyawa ini unik karena hanya ditemukan pada tanaman teh serta pada jamur Xeromonas badius dan spesies tertentu dari genus Camelia.
Jumlah L-theanin dalam daun teh adalah berkisar antara 1% - 2% (berat kering).
L-theanin ini terdapat dalam bentuk bebas (non-protein) dan merupakan komponen asam amino utama dalam teh, dengan jumlah yang lebih dari 50% dari total asam amino bebas.
Manfaat teh Manfaat yang sampai dengan sekarang adalah
kaitannya dengan mencegah penyakit jantung (kardiovaskuler).
Pengaruh antioksidan pada teh dapat membantu mencegah oksidasi kolesterol LDL dalam arteri sehingga menurunkan kadar kolesterol darah.
Salah satu zat antioksidan non nutrien yang terkandung dalam teh, yaitu catechin (katekin) dapat menyimpan atau meningkatkan asam askorbat pada beberapa proses metabolisme.
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi teh berbanding terbalik dengan kadar serum kolesterol total (TC) dan low density lipoprotein (LDL-C), tetapi tidak terhadap trigliserida (TG) dan high density lipoprotein (HDL-C).
Pada suatu studi jangka panjang di Belanda, konsumsi teh berhubungan dengan risiko kematian yang tendah akibat penyakit jantung koroner dan insidensi stroke yang rendah.
Pada studi di Rotterdam, suatu hubungan terbaik konsumsi teh dengan keparahan aterosklerosis aortik telah diobservasi.
Studi kesehatan di Boston menemukan bahwa subyek yang minum satu cangkir (200-250ml) atau lebih teh hitam per hari memiliki kira-kiran setengah risiko dari suatu serangan jangung dibanding dengan orang yang tidak minum teh (Tuminah S, dkk. 2004).
Efek flavonoid sebagai inflammatory cell modulator
Efek immunopharmakological dari flavonoid mulai banyak dideskripsikan pada berbagai jurnal.
Flavonoid sebagai inflammatory cell modulator meliputi efek flavonoid pada Limfosit T, Limfosit B, NK sel, macrophage, monosit, netrofil, eusinofil, dan platelet.
Dengan adanya inhibisi dari enzim PTK p56 (Protein Tyrosine Kinases) mengakibatkan PTK tidak aktif yang selanjutnya menyebabkan faktor transkripsi nuclear factor-kB (NF-kB) tetap berikatan dengan inhibitor NF-kB sehingga NF-kB tidak dapat menduduki NF-kB respon elemen yang seharusnya dapat memicu transkripsi dan translasi dari sitokin.
Melalui mekanisme inilah flavonoid mengakibatkan penurunan jumlah limfosit T helper (sebagai efek autocrine dari IL-2) dan penurunan sekresi IL-2 (Abbas, 2004).
MENGKUDU
Kandungan zat aktif mengkudu Dr. Heinicke (1972) telah menemukan suatu
alkaloid yang diberi nama xeronine Xeronine adalah alkaloid kecil yang secara
fisiologis sangat aktif dan berguna untuk mengatur fungsi sel-sel di dalam tubuh.
Berdasarkan penelitiannya, Dr. Heinicke menemukan bahwa jus mengkudu (Morinda citrifolia) terdiri dari sejumlah besar prekursor xeronine, yaitu proxeronine.
Proxeronine di dalam tubuh di ubah menjadi zat yang aktif yaitu xeronine, dan bekerja pada tingkat molekuler untuk memperbaiki kerusakan sel.
Fungsi utama xeronine adalah untuk regulasi rigiditas dan bentuk dari spesifik protein.
Penelitian menunjukkan akar mengkudu
yang telah diekstrak dapat menurunkan gejala nyeri, meningkatkan hitung sel lekosit, dan menstimulasi sistem endokrin.
Mengkudu (Morinda cirtrifolia ) berberan sepagai adaptogen yang menyeimbangkan fungsi sel-sel tubuh, merupakan tempat pengendalian rasa sakit sehingga tanaman ini di Amerika Tengah disebut “pain killer tree”
Ekstrak Morinda cirtrifolia oleh Zulkifli (1991)
diuji secara mikrobiologi menghambat beberapa infeksi bakteri pada tenggorokan seperti Streptococcus α Hemolitikus, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus Aureus dan Staphylococcus citreus.
Dr. R.M. Heinicke (1972) mengungkapkan hasil risetnya, The pharmacologically Active Ingridient of Noni, bahwa di dalam ekstrak Morinda cirtrifolia terkandung komponen-komponen :
1. Anthraquinone Sebagai astringent, pencahar, anti
inflamasi, anti tumor dan anti bakteri. Anthraquinone berperan dalam proses
metabolisme, respirasi, pembelahan sel dan phosporilasi oksidasi, sebagai antiseptik alami dan anti bakteri seperi Eschrichia coli penyebab diare pada anak-anak (dalam keadaan tertentu), Salmonella penyebab keracunan makanan, Staphycoccus aureus sebagai penyebab bisul. Bersama-sama dengan skopoletin dapat mengatasi radang dan alergi.
2. Bioflavonoid Potensial sebagai anti alergi, anti inflamasi
dan anti virus.3. Carotenoids Sebagai anti oksidan 4. Asam folat : vitamin B9 Berperan pada sintesa DNA dan RNA yang
penting untuk pertumbuhan dan reproduksi sel, pembentukan sel darah merah dan membantu metabolisme asam amino.
5. Lysin Efektif melawan herpes dengan
memperbaiki keseimbangan nutrisi yang menghambat pertumbuhan virus
6. Niacin Memperbaiki sirkulasi dan mengurangi
kadar kolesterol darah, membantu metabolisme glukosa protein dan lemak, mengurangi tekanan darah tinggi
7. Proxeronine Proxeronine adalah senyawa biokimia tubuh
yang pada saat terjadi peradangan akan keluar melalui pembuluh darah kapiler seraya melepaskan xeronine bebas. Xeronine yang dihasilkan proxeronine akan bekerja melawan peradangan yang terjadi di dalam tubuh, mendukung pertumbuhan jaringan tubuh, memperlancar pencernaan dan penyerapan gizi, mengobati radang usus, untuk diabetik, meningkatkan ingatan, untuk encok, diare, tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol, migrain.
8. Vitamin A Penting untuk perbaikan dan
pertumbuhan jaringan tubuh, pembentukan tulang, kulit dan rambut.
9. Vitamin C : Asam Askorbat Penting untuk kesehatan gigi, gusi dan
tulang, membentu penyembuhan luka, jaringan scar dan fraktur, mencegah penyakit kudis, meningkat ketahanan tubuh terhadap infeksi.
10. Scopoletin Mencegah penyumbatan pembuluh darah
(atherosklerosis) sehingga peredaran darah tetap lancar, mepunyai efe, analgesik, bersama-sama dengan xeronine mengurangi nyeri dan membantu penyembuhan luka.
Scopoletin mempunyai aktivitas sebagai anti hipertensi, anti inflamasi, dan anti histamin. Selain itu juga mengatur regulasi tidur, lapar, suhu tubuh dan mencegah kecemasan dan depresi.
Mengkudu sebagai anti inflamasi Penggunaan Morinda cirtrifolia yang
memiliki khasiat empiris sebagai obat alternatif telah digunakan oleh masyarakat pada berbagai daerah untuk berbagai macam penyakit, yang salahs atunya mempunyai kemampuan sebagai anti inflamasi.
Ekstrak akar mengkudu dapat memperbaiki gejala nyeri, meningkatkan hitung leukosit, dan menstimulasi sistem endokrin.
Mengkudu berperan sebagai adaptogen yang menyeimbangkan fungsi sel-sel tubuh dan menormalkan fungsi otak, tempat pengendalian rasa sakit sehingga tanaman ini di Amerika Tengah disebut “pain killer tree”
Kandungan mengkudu yang berberan sebagai anti inflamasi adalah scapoletin, selain melalui mekanisme menghambat kerja COX2.
Scopoletin mampu mengikat serotonin yang dihasilkan melalui mekanisme agregasi trombosit sehingga mampu menurunkan permeabilitas vaskuler adhesi neutrofil dan fagositosis neutrofil.
Serta scopoletin bersama-sama dengan xeronine mengurangi nyeri dan membantu penyembuhan luka.
BENALU MANGGA YANGMENGANDUNG KUERSETIN UNTUK MENEKAN PERTUMBUHAN KANKER SERVIKS MELALUI PROSES APOPTOSIS
I KETUT MULIARTHA
Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman benalu secara umum baik yang berasal dari genus Dendrophthoe, maupun yang berasal dari genus Macrosolen, Loranthus, maupun Scurulla antara lain adalah lektin, 2-galaktosida, senyawa siklik monoterpene glukosida, syiringin, coniferin, katekin, epikatekin, kuersitrin, tannin, kuersitrin (darmawan dan Artanti, 2006)
Sedangkan pada penelitian Saifillah (2010) menyebutkan bahwa kuersetin merupakan golongan flavonoid yang paling banyak terisolasi dari benalu manga (Dendrophthoe pentandra) sebesar 39,8 mg/g (Saifillah, 2010).
Kuersetin dalam daun benalu manga memodulasi sejumlah target kunci pada jalur transduksi sinyal seluler yang berhubungan dengan apoptosis dan proliferasi sel.
Kuersetin menginduksi apoptosis melalui jalur intrinsik, yakni melalui jalur mitokondria.
Kuersetin menekan ekspresi Bcl-2.
Namun Kuersetin meningkatkan translokasi Bax dari sitosol menuju membran mitokondria luar, dimana kemudian Bax membentuk pori pada membran.
Hal tersebut mengakibatkan dilepaskannya sitokrom C dari mitokondria menuju sitoplasma yang kemudian berikatan dengan Apaf-1.
Ikatan sitokrom C dengan Apaf-1 mengaktifasi caspase 9 dari procaspase 9.
Caspase-9 yang teraktivasi memicu caspase signaling cascade. Pada akhirnya caspase 3 juga teraktivasi dan proses apoptosis terjadi.