laporan larutan

24
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II LARUTAN NAMA : Siti Sofiatul Jannah NPM : 260110140116 HARI,TANGGAL PRAKTIKUM : Kamis, 26 MARET 2015 ASISTEN : 1. Novia Eka Putri 2. Rimba T LABORATORIUM FARMASI FISIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015

Upload: sofie-potter-ami

Post on 21-Dec-2015

199 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

farmasi fisik II

TRANSCRIPT

Page 1: laporan Larutan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

LARUTAN

NAMA : Siti Sofiatul Jannah

NPM : 260110140116

HARI,TANGGAL PRAKTIKUM : Kamis, 26 MARET 2015

ASISTEN : 1. Novia Eka Putri

2. Rimba T

LABORATORIUM FARMASI FISIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

Page 2: laporan Larutan

Abstrak

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara

presentase pelarut campur dengan konsentrasinya dan bagaimana penambahan zat

pelarut dapat menaikkan kelarutan suatu zat. Larutan merupakan campuran dua zat

atau lebih yang bersifat homogen dan sulit dipisahkan dengan proses kimia fisika

biasa. Kelarutan merupakan kemampuan zat terlarut untuk dapat terlarut dalam

pelarutnya. Sampel berupa asam salisilat dan asam benzoate yang mempunyai

kelarutan yang rendah dalam pelarut air, sampel dilarutkan hingga jenuh dalam

perbandingan presentase pelarut campur etanol dan air atau ditambahkan surfaktan,

lalu dititrasi untuk diambil konsentrasinya dan dibuat grafik hubungan konsentrasi

dan kelarutannya. Dari percobaan ini didapat bahwa kelarutan umumnya dapat

meningkat seiring dengan penambahan pelarut campur yang sesuai dan penambahan

zat lain seperti surfaktan.

Abstract

The purpose of this experiment is to know how the connection between the percentage

of mixing solvent and the concentration of its solute, and to know how the adding

process of other compounds can level up dissolution of substrates. Solute is a mix of

two or more compounds which is homogeny and hard to be distracted by general

physical process. Dissolution is the power of solute to be solved in its solvent. The

samples are salicylic acid and benzoate acid which both have low dissolution trough

water. Samples were solved until saturated in the percentage of mixing solvent

ethanol and aquadest or be added by surfactant. Then, they were titrated to take its

concentration and make the graphic. From this experiment, it can be concluded that

generally, dissolution can be up straight trough the adding of right mixing solvent

and the adding of other compunds such as surfactant.

Page 3: laporan Larutan

I. Tujuan Percobaan

a. Membuat larutan natrium hidroksida (NaOH) yang dibakukan dengan

larutan asam oksalat (H2C2O4) dengan indicator fenolftalein

b. Membuat pelarut campur dari air, etanol, gliserin dan propilenglikol

c. Menentukan kelarutan asam benzoate dan asam salisilat dari berbagai pelart

campur

d. Membuat grafik hubungan konsentrasi dengan presentase pelarut campur

II. Prinsip Percobaan

1. Azas Le chatelier

Bila pada suatu system kesetimbangan diadakan aksi, maka system akan

mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-

kecilnya (Ratna, 2009).

2. Kelarutan

Kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal suatu zat yang dapat

larut dalam sejumlah tertentu larutan (Suyatno, 2006).

3. Titrasi Asam Basa

Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan

dengan cara mereaksikan seumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume

larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Titrasi yang melibatkan reaksi asam

basa diebut titrasi asam basa (Muchtaridi, 2009).

4. Like Dissolve Like

Suatu senyawa akan larut dalam senyawa yang mempunyai struktur kimia yang

sama, polar dengan polar dan nonpolar dengan nonpolar (Arsyad, 2001).

Page 4: laporan Larutan

5. Reaksi Netralisasi

Reaksi yang terjadi dengan pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7,0), hasil

reaksi antara H+

dari suatu asam dan OH- dari suatu basa (Sumardjo, 2006).

6. Pengenceran

Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang lebih

pekat disebut pengenceran. Dalam melakukan pengenceran, perlu diingat bahwa

penambahan lebih banyak pelarut ke dalam sejumlah tertentu larutan akan mengubah

konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam

larutan (Chang, 2005).

7. Stoikiometri

Stoikiometri adalah penentuan perbandigan masa unsur-unsur pada senyawa

dalam pembentukan senyawanya (Alfian, 2009).

III. Reaksi

(Harjadi, 1986)

IV. Teori Dasar

A. Larutan dan Kelarutan

Campuran homogen antara dua zat atau lebih dikenal sebagai larutan. Suatu

campuran dikatakan homogen karena susunannya seragam sehingga tidak teramati

adanya bagian-bagian yang berlalinan, bahkan dengan mikroskop optik.

Larutan (solution) terdiri atas zat pelarut (solvent) dan satu atau lebih zat

terlarut (solute). Pelarut adalah medium tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal

Page 5: laporan Larutan

sebagai zat pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat

terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut. Perbedaan antara pelarut dan zat

terlarut sebenarnya relatif. Suatu zat pada saat tertentu dapat berupa zat terlarut dan

pada saat yang lain berupa zat pelarut. Larutan jenuh adalah larutan yang

mengandung cukup banyak zat terlarut dengan jumlah maksimum. Pada larutan jenuh

terdapat kesetimbangan antara partikel yang melarut dan partikel yang tidak melarut.

Larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah yang lebih sedikit

dibandingkan dengan kemampuan pelarutnya disebut larutan tidak jenuh, sedangkan

larutan yang mengandung zat terlarut lebih banyak dari kemampuan pelarutnya

disebut larutan lewat jenuh (Sumarrdjo, 2009).

Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk

dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat

dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solute dan pelarut pada suhu,

tekanan, dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu

merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan

sedikit demi sedikit solute pada pelarut sampai solute tersebut mengendap (tidak

dapat larut lagi). Pengertian kelarutan sebaiknya tidak dikacaukan dengan

kemampuan melarutkan atau mencairkan suatu zat, karena larutan dapat dibuat

dengan mereaksikan suatu zat. Kelarutan tidak bergantung pada ukuran partikel atau

factor kinetic lainnya, maupun waktu pelarutan (Nidaurrohmah dan Aliyah, 2013).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan

Kelarutan ini juga dipengaruhi dengan jenis pelarut dan jenis zat terlarut yang

berdasarkan prinsip like dissolve like suatu campuran atau larutan yang memiliki

sruktur kimia yang sama akan meningkatkan kelarutannya oleh karena itu jenis

pelarut dan zat terlarut mempengaruhi tingkat kelarutan suatu zat. Kelarutan obat

sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh dipol momennya.

Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain. Sesuai dengan itu, air

Page 6: laporan Larutan

bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan

senyawa polihidroksi yang lain. Sedangkan pelarut non polar tidak dapat mengurangi

gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah,karena tetapan dielektrik

pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan

elektrolit yang berionisasi lemah karena oelarut non polar termasuk dalam golongan

pelarut aprotik. Dan bagian yang lain adalah pelarut semipolar, pelarut semipolar

seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam

molekul pelarut non polar sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol contohnya

benzena yang mudah dapat dipolarisasikan. Kenyataannya senyawa semipolar dapat

bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan

polar dan nonpolar.(martin,2009)

Pada pengujian kelarutan terkadang dibutuhkan penambahan zat lain sebagai

pembandingan, salah satu zat yang dijadikan pembanding yaitu kosolvent. Kosolven

adalah suatu jenis pelarut yang dapat meningkatkan suatu kelarutan zat atau obat

dalam sediaan cair,semi padat,dan sediaan transdermal. Contoh dari kosolvent adalah

gliserin dan propilenglikol dengan penambahan zat ini maka kelarutan dari suatu zat

akan meningkat. (widyaningsih,2009)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu :

1. suhu

suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat. Bayangkan dalam gedung

bioskop yang banyak penonton sedang asyik menonton film dan tiba-tiba

gedung tersbut terbakar,pasti keadaan tenang pasti akan saling

berdesakkan dan menyebar. Demikian pula pada suhu tinggi partikel-

partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah.

Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering

dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut

pada suhu tinggi (azizah,2010)

Page 7: laporan Larutan

2. pengadukan

3. semakin banyak jumlah yang pengadukan maka zat terlarut menjadi lebih

mudah larut

4. luas permukaan sentuh zat

luas permukaan sentuh zat dapat diperbesar melalui proses pengadukan

penggerusan secara mekanis

(azizah,2010)

Bila ada 2 atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur maka campuran

yang terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu :

1. campuran kasar : campuran tanah dan pasir.gula dan garam,dsb

2. dispersi koloid : larutan tanah liat dan air , Fe(OH)3

3. larutan sejati : larutan gula dalam air,garam dalam air dan sebagainya

tipe larutan dapat digunakan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut

dan pelarut dan karena aada 3 wujud zat maka ada 9 kemungkinan sifat

campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut (Martin,1990)

V. Alat dan Bahan

a. Alat dan Gambar Alat

1. buret 2. Gelas kimia 3. Gelas ukur 4. Kertas saring

5. labu ukur 6. Pipet ukur

Page 8: laporan Larutan

b. Bahan Percobaan

1. Air

2. Asam benzoate

3. Asam oksalat

4. Asam salisilat

5. Ethanol

6. Fenolftalein

7. Gliserin

8. NaOH

9. Propilenglikol

VI. Prosedur

Pertama dilakukan terlebih dahulu pembakuan NaOH 0,1 N menggunakan larutan

baku berupa asam oksalat 0,1 N dengan indicator PP. Setelah dilakukan pembakuan

dibuat pelarut campur yang terdiri dari etanol,air,gliserin,dan propilenglikol dengan

perbandingan yang berbeda-beda. Pelarut campur yang telah dibuat tadi dimasukkan

serbuk asam salisilat dan asam benzoate diaduk lalu disaring, bagian filtratnya dibagi 2

Page 9: laporan Larutan

menjadi 10 ml 10 ml lalu ditetesi PP dan dilakukan titrasi secara duplo. Lalu dihitung

volume NaOH yang dibutuhkan sampai titrasi mencapai titik akhir lalu volume NaOH

tersebut di masukkan kedalam perhitungan kelarutan dan didapatkan kelarutan dari

asam salisilat dan benzoate.

VII. Data Pengamatan

a. Tabel Pembakuan NaOH

Perlakuan Hasil Gambar

Asam oksalat 0.1 N yang

telah ditetesi PP dititrasi

dengan NaOH secara

triplo

Didapat

konsentrasi

NaOH 0.0983 N

Volume asam oksalat Volume NaOH

10 ml 10.3 ml

10 ml 10.5 ml

10 ml 9.8 ml

Rata-rata = 10 ml 10.1667 ml

b. Pembuatan pelarut campur

Page 10: laporan Larutan

Perlakuan Hasil Gambar

Timbang zat asam

benzoat dan asam salisilat

Didapat asam

benzoat dan

salisilat untuk

dibuat larutan

jenuh dalam

pelarut campur

Campurkan sampel

pelarut campur yang

terdiri dari etanol,air,

gliserin, dan

propilenglikol dengan

rasio yang telah

ditentukan, kemudian

larutan dijenuhkan

Pelarut campur

dengan sampel

asam benzoat dan

asam salisilat

Tabel 2 : perhitungan pearut campuran

Bahan Uji No Pelarut

Kosolven

Pelarut Kosolven

Etanol Air Gliserin Propilenglikol

Asam

Salisilat

dan Asam

Benzoat

1. - 30 mL - -

2. - 28,5 mL - -

3. 1,5 mL 27 mL 3 mL -

4. - 27 mL - 3 mL

Bahan Uji No Pelarut

Kosolven

Pelarut Kosolven

Etanol Air Gliserin Propilenglikol

Asam

Salisilat

1. 3 mL 27 mL - -

2. 4,5mL 25,5 mL - -

Page 11: laporan Larutan

dan Asam

Benzoat

3. 3 mL 24 mL 3 mL -

4. 3 mL 24 mL - 3 mL

Bahan Uji No Pelarut

Kosolven

Pelarut Kosolven

Etanol Air Gliserin Propilenglikol

Asam

Salisilat

dan Asam

Benzoat

1. 6 mL 24 mL - -

2. 7,5 mL 22,5 mL - -

3. 6 mL 21 mL 3 mL -

4. 6 mL 21 mL - 3 mL

Bahan Uji No Pelarut

Kosolven

Pelarut Kosolven

Etanol Air Gliserin Propilenglikol

Asam

Salisilat

dan Asam

Benzoat

1. 9 mL 21 mL - -

2. 10,5 mL 19,5 mL - -

3. 9 mL 18 mL 3 mL -

4. 9 mL 18 mL - 3 mL

c. Perhitungan kelarutan

Perlakuan Hasil Gambar

10 ml larutan dipipet

untuk dilakukan

titrasi diplo pada

setiap pelarut campur,

dan ditambahkan PP

10 ml zat dalam

pelarut campur dalam

erlenmeyer

Page 12: laporan Larutan

Zat dalam perlarut

campur dititrasi

dengan NaOH untuk

mengetahui kelarutan

zat dalam pelarut

campur

Didapatkan warna

rosa pada larutan zat

yang menunjukkan

titik ekuivalen dan

kelarutannya dapat

dihitung

Kelompok 1

Pelarut

Campur

Volume Larutan

Asam

Benzoat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 0,5 mL 0,6

2. 10 mL 0,075 mL 0,09

3. 10 mL 0,15 mL 0,18

4. 10 mL 1,5 mL 1,8

Kelarutan Rata-Rata 0,6675

Pelarut

Campur

Volume Larutan

Asam Salisilat

(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 0,3 mL 0,4

2. 10 mL 0,05 mL 0,679

3. 10 mL 0,15 mL 0,204

4. 10 mL 0,25 mL 0,339

Kelarutan Rata-Rata 0,4055

Kelompok 2

Page 13: laporan Larutan

Pelarut

Campur

Volume Larutan

Asam

Benzoat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 0,5 mL 0,6

2. 10 mL 0,75 mL 0,9

3. 10 mL 1,15 mL 1,38

4. 10 mL 1,35 mL 1,62

Kelarutan Rata-Rata 1,125

Pelarut

Campur

Volume Larutan

Asam Salisilat

(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 1,35 mL 1,83

2. 10 mL 1,6 mL 2,17

3. 10 mL 0,7 mL 0,95

4. 10 mL 1,25 mL 1,69

Kelarutan Rata-Rata 1,66

Kelompok 3

Pelarut

Campur

Volume Larutan

Asam

Benzoat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 0,3 mL 0,36

2. 10 mL 0,45 mL 0,54

3. 10 mL 3,3 mL 3,96

4. 10 mL 2 mL 2,4

Kelarutan Rata-Rata 1,815

Page 14: laporan Larutan

Pelarut

Campur

Volume Larutan

Asam Salisilat

(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 1,3 mL 1,7

2. 10 mL 0,45 mL 0,54

3. 10 mL 0,3 mL 0,4

4. 10 mL 2 mL 2,4

Kelarutan Rata-Rata 1,26

Kelompok 4

Pelarut

Campur

Volume Larutan

Asam

Benzoat(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 4,55 mL 5,46

2. 10 mL 2,7 mL 3,24

3. 10 mL 3,5 mL 4,2

4. 10 mL 1,75 mL 2,1

Kelarutan Rata-Rata 3,75

Perhitungan Kelarutan Asam Benzoat

Kelarutan = (Volume NaOH x N NaOH) x BE As. Benzoat

10 L

1. Kelarutan = 4,55 mL x 0,0983 N x 122,12

10 mL

= 5,46 gram/mL

2. Kelarutan = 2,7 mL x 0,0983 N x 122,12

10 mL

= 3,24 gram/mL

Page 15: laporan Larutan

3. Kelarutan = 3,5 mL x 0,0983 N x 122,12

10 mL

= 4,2 gram/mL

4. Kelarutan = 1,75 mL x 0,0983 N x 122,12

10 mL

= 2,1 gram/mL

Pelarut

Campur

Volume Larutan

Asam Salisilat

(Duplo)

Volume

NaOH Kelarutan (gram/mL)

1. 10 mL 5,75 mL 7,8

2. 10 mL 2,35 mL 3,2

3. 10 mL 5,05 mL 6,9

4. 10 mL 3,75 mL 5,1

Kelarutan Rata-Rata 5,75

Perhitungan kelarutan asam salisilat

Kelarutan = (Volume NaOH x N NaOH) x BE As. Salisilat

10 L

1. Kelarutan = 5,75 mL x 0,0983 N x 138,12

10 mL

= 7,8 gram/mL

2. Kelarutan = 2,35 mL x 0,0983 N x 138,12

10 mL

= 3,2 gram/mL

3. Kelarutan = 5,05 mL x 0,0983 N x 138,12

10 mL

Page 16: laporan Larutan

= 6,9 gram/mL

4. Kelarutan = 3,75 mL x 0,0983 N x 138,12

10 mL

= 5,1 gram/mL

VIII. Pembahasan

Percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara

konsentrasi dengan presentase pelarut campurnya. Zat-zat yang digunakan untuk

membuat pelarut campur dalam praktikum ini di antaranya, air, etanol, gliseirn, dan

propilenglikol. Secara teoritis, Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan

mudah larut dalam senyawa polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam

merupakan senyawa polar. Senyawa non polar akan mudah larut dalam senyawa non

polar (Sudarmo, 2004). Pada farmakope Indonesia IV dijelaskan bahwa asam salisilat

merupakan serbuk hablur putih, sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut

dalam etanol dan eter, larut dalam air mendidih dan agak sukar larut (Depkes RI,

1995). Sedangkan untuk asam benzoat, Asam benzoate memiliki bentuk serbuk kristal

padat, tidak berwarna, tidak berbau, sedikit terlarut didalam air, tetapi larut dalam

etanol dan sangat mudah larut dalam benzena dan aseton (WHO, 2000).

Grafik 1. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat dan Asam

Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut Etanol : Air

Page 17: laporan Larutan

Dari grafik di atas, terlihat bahwa kelarutan baik asam salisilat dan asam

benzoate naik dengan adanya pelarut campuran air dan etanol, lebih larut dalam

pelarut tersebut dibandingkan pelarut air saja. Hal ini disebabkan karena struktur

asam salisilat dan asam benzoat yang bersifat semipolar akan lebih larut dalam

pelarut semipolar seperti etanol, hal ini sesuai dengan teori Like Dissolve Like.

Namun, penurunan kelarutan terjadi pada perbandingan pelarut etanol dan air (1 : 4)

yang seharusnya tetap naik karena presntase etanolnya lebih banyak dari

perbandingan yang pertama. Hal seperti ini dapat terjadi terlihat dari rentang yang

jauh dari data ketiga menuju ke data empat yang menunjukan bahwa standar

deviasinya cukup besar nilainya, standar deviasi dapat terjadi karena beberapa hal, di

antaranya kesalahan dalam proses pelarutan, kesalahan titrasi dan kesalahan teknis

seperti alat yang tidak disiapkan dengan baik.

Grafik 2. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat dan Asam

Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut Etanol : Air

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Air Etanol : Air(1:9)

Etanol : Air(1:4)

Etanol : Air(3:7)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 18: laporan Larutan

Pada data kedua, perbandingan pelarut antara etanol dan air lebih diperbesar,

namun terlihat bahwa kedua data sampel sama-sama mengalami kenaikan kelarutan

kecuali pada perbandingan 1:3, meskipun kenaikannya lebih sedikit daripada

perbandingan yang pertama. Dari grafik 1 dan 2, dapat disimpulkan bahwa pada

perbandingan pelarut etanol dan air tertentu, kelarutan zat asam salisilat dan asam

benzoate turun jika presentase air lebih besar atau mempunyai perbandingan yang

terlalu berdekatan dengan presentase etanolnya, meskipun campuran tersebut tetap

dapat menaikkan kelarutan daripada pelarut air saja.

Grafik 3. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat dan Asam

Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut

Etanol : Air : Gliserin

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Etanol : Air(1:19)

Etanol : Air(3:17)

Etanol : Air(1:3)

Etanol : Air(3:7)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 19: laporan Larutan

Pada perlakuan ketiga, data ditunjukkan oleh grafik 3 di atas. Presentase

pelarut yang digunakan tetap etanol dan air, namun dengan ada penambahan gliserin

di dalamnya. Terlihat dari data di atas, kelarutan zat meningkat cukup tinggi dengan

penambahan gliserin ke dalam pelarut. Hal ini sesuai dengan fungsi gliserin sebagai

kosolven ataupun surfaktan yang dapat menaikkan kelarutan. Namun, terdapat

perbedaan data pada perbandingan ketiga, dimana asam benzoate tetap naik

kelarutannya dan asam salisilat turun, perbedaan data ini bisa dipastikan terjadi

karena kesalahan-kesalahan dalam percobaan seperti kesalahan dalam prosedur,

kesalahan titrasi, ataupun saat kalibrasi alat yang baik.

Grafik 4. Perbandingan Hubungan antara Kelarutan Asam Salisilat dan Asam

Benzoat dengan Presentase Campuran Pelarut

Etanol : Air : Propilenglikol

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

Air : Gliserin(9:1)

Etanol : Air :Gliserin(1:8:1)

Etanol : Air :Gliserin(2:7:1)

Etanol : Air :Gliserin(3:6:1)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 20: laporan Larutan

Kesulitan pengamatan data terjadi pada data keempat ini. Pada perlakuan ini,

zat sampel dilarutkan ke dalam pelarut dengan perbandingan yang hamper sama

namun dengan penambahan propilenglikol. Propilenglikol ini berfungsi sama halnya

dengan gliserin, yaitu sebagai kosolven atau sebagai surfaktan untuk meningkatkan

kelarutan. Fluktuasi yang terjadi dari hasil data di atas terjadi karena kesalahan pada

saat melakukan prosedur seperti pelarutan yang tidak sampai jenuh, kurang ketelitian

angka dalam membuat presentase pelarut, dan kesalahan teknis seperti alat-alat ang

disiapkan dengan kurang baik. Namun pada dasarnya, propilenglikol, etanol dan air

bersifat dapat menaikkan kelarutan zat.

0

1

2

3

4

5

6

Air :Propilenglikol

(9:1)

Etanol : Air :Propilenglikol

(1:8:1)

Etanol : Air :Propilenglikol

(2:7:1)

Etanol : Air :Propilenglikol

(3:6:1)

Asam Salisilat

Asam Benzoat

Page 21: laporan Larutan

IX. Kesimpulan

1. Larutan NaOH dapat dibuat dengan melarutkan padatan NaOH dalam

aquades bebas CO2 yang kemudian dibakukan oleh asam oksalat dengan

proses titrasi.

2. Pelarut campuran dapat dibuat jika masing-masing pelarut dapat tercampur

dengan rata dan satu fase (homogen) sepert air, etanol, gliserin, dan

propilenglikol.

3. Pelarut campuran pada umumnya dapat menaikkan kelarutan zat jika pelarut

yang ditambahkan mempunyai struktur atau sifat yang sama dengan zat, dan

juga dengan penambahan kosolven atau surfaktan.

Page 22: laporan Larutan

DAFTAR PUSTAKA

Alfian,Zul.2009.Kimia Dasar.Medan:USU Press

Arsyad,N.2001.Kamus Kimia Anti dan Penjelasan Istilah.Jakarta:Gramedia

Azizah,Utiya.2010.faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan.Available online at

www.chem-is-try.org/materi-kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/faktor-faktor-yang-

mempengaruhi-kelarutan (diakses pada 29 Mret 2015)

Chang,Raymond.2005.Kimia Dasar.Jakarta:Erlangga

Martin,A.1990. Dasar-dasar Kimia Fisik dan Ilmu Farmasetika.Jakarta:UI Press

Martin,alfred.2009.farmasi fisik I.jakarta:UI Press

Muchtaridi.2007.Kimia 2.Jakarta:Yudhistira

Nidaurrohmah, N. dan Aliyah. 2013. Kelarutan. Available at

http://www.ilmukimia.org/2013/04/kelarutan.html [diakses 01 April 2015]

Ratna.2009.Azas Le Chatelier. Available at http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/azas-le-chatelier/. [Diakses pada

tanggal 15 Maret 2015]

Sumardjo.2006.Pengantar Kimia.Jakarta:EGC

Suyatno.2006.Kimia.Jakarta:Grasindo

WHO. 2000. Benzoic Acid and Sodium Benzoate. World Healt Organization. USA.

Page 23: laporan Larutan

LAMPIRAN

Page 24: laporan Larutan