laporan praktikum sifat koligatif larutan

35

Click here to load reader

Upload: khoirilliana12

Post on 15-Aug-2015

400 views

Category:

Science


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM FARMASI FISIK I

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

DOSEN PENGAMPU :

Dewi Ekowati, M.Si., Apt

Kelompok : V.7.I

Tanggal Praktikum : 05 Oktober 2012

Nama : Khoiril Liana

NIM : 18123657A

LABORATORIUM FARMASI FISIK I

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2012

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK I

Page 2: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

“SIFAT KOLIGATIF LARUTAN”

I. JUDUL :

“SIFAT KOLIGATIF LARUTAN”

II. TUJUAN :

Memahami sifat koligatif.

Menentukan kenaikan titik didih suatu pelarut sebagai salah satu sifat koligatif.

III. LANDASAN TEORI :

Gambaran umum sifat koligatif

Sifat  koligatif  larutan  adalah  sifat  larutan  yang  tidak tergantung pada

macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut

(konsentrasi zat terlarut). Sekarang kita kembali lagi dari reaksi kimia larutan ke sifat

fisiknya, yaitu tekanan uap dan diagram fasa nya. Pertama – tama, kita lihat larutan

yang dibuat dengan melarutkan zat terlarut tak-atsiri dalam suatu pelarut. Dengan

“takatsiri” dimaksudkan bahwa tekanan uap zat terlarut diatas lautannya tak diabaikan.

Contohnya ialah larutan sukrosa (gula tebu) dalam air, dengan tekanan uap sukrosa di

atas larutannya ialah nol.

Page 3: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Tekanan uap pelarut tidak nol dan berubah menurut komposisi larutan pada suhu

tertentu. Jika fraksi mol pelarut (X1 adalah 1, maka tekanan uap nya adalah P1o, yaitu

tekanan uap pelarut murni), maka tekanan uap P1 pelarut harus nol juga, sebab pelarut

sudah tidak ada lagi. Jika fraksi mol X1 berubah dari 1 menjadi 0, maka P1 merosot dari

P1o menjadi 0.

Kimiawan Prancis Francois. Marie Raoult menemukan bahwa untuk beberapa

larutan. Plot dari tekanan uap pelarut versus fraksi mol pelarut dapat sangat tepat

dengan garis lurus. larutan yang mengikuti hubungan garis lurus ini sesuai dengan

persamaan sederhana

P1=X1 P1O

Yang dikenal sebagai hukum Raoult. Larutan seperti ini disebut larutan ideal.

Larutan lain menyimpang dari perilaku garis lurus dan disebut non ideal. Larutan non

ideal dapat menunjukan penyimpangan positif (dengan tekanan uap lebih tinggi dari

pada yang diprediksi oleh hukum Raoult) atau penyimpangan negatif (dengan tekanan

uap lebih rendah). Pada tingkat molekul, penyimpangan negatif muncul bila zat terlarut

menarik molekul pelarut dengan sangat kuat, sehingga mengurangi kecenderungannya

untuk lari ke fase uap. Penyimpangan positif muncul pada kasus kebalikannya, yaitu

bila mol pelarut dan zat terlarut tidak saling tertarik satu sama lain. Bahkan larutan non

ideal dengan zat terlarut yang tidak berdisosiasi mendekati g hukum Raoult jika X1

mendekati 1; bagaimanapun, ini sama seperti gas nyata mematuhi gas ideal pada rapatan

yang cukup rendah.

Hukum Raoult merupakan dasar bagi empat sifat larutan encer yang disebut sifat

koligatif (dari bahasa latin colligare, “mengumpul bersama”) sebab sifat – sifat itu

bergantung pada efek kolektif jumlah partikel terlarut, bukannya pada sifat partikel yang

terlibat. Keempat sifat itu ialah Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat

terlarut, maka akan didapat suatu larutan yang mengalami:

1. Penurunan tekanan uap jenuh

2. Kenaikan titik didih

3. Penurunan titik beku

4. Tekanan osmosis

Page 4: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat

larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan

jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini

dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non

elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan

dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

1. PENURUNAN TEKANAN UAP

Karena X1 = 1 – X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum

Raoult daopat ditulis ulang sebagai

∆ P1=P1−P°=X1 P °−P1°=−X2 P1 °

Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding klurus dengan fraksi mol zat terlarut.

Tanda negatif menyiaratkan penurunan tekanan uap: tekanan uap selalu lebih rendah di

atas larutan encer dibandingkan di atas murninya.

2. PENURUNAN TEKANAN UAP JENUH

Pada setiap suhu, zat cair  selalu  mempunyai  tekanan tertentu. Tekanan ini

adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat

cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu

mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang.

Gambaran penurunan tekanan uap

Page 5: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Menurut Roult :

p = po . XB

keterangan:

p     : tekanan uap jenuh larutan

po  : tekanan uap jenuh pelarut murni

XB  : fraksi mol pelarut

Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi :

P = Po (1 – XA)

P = Po – Po . XA

Po – P = Po . XA

Sehingga :

ΔP = po . XA

keterangan:

ΔP   : penuruman tekanan uap jenuh pelarut

po    : tekanan uap pelarut murni

XA   : fraksi mol zat terlarut

3. PENINGKATAN TITIK DIDIH

Titik didih normal cairan murni atau laarutan ialah suhu pada tekanan uap

mencapai 1 atm. Karena zat terlarut tekanan uap, maka suhu larutan harus dinaikkan

agar ia mendidih. Artinya, titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut

Page 6: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

murni Gejala ini, yang disebut sebagai peningkatan titik didih, merupakan metode

alternatif untuk menentukan massa molar.

Kurva tekanan uap untuk larutan encer sedikit di bawah kurva pelarut murninya.

∆ P1 adalah penurunan tekanan uap pada T b, dan ∆ T b adalah perubahan suhu yang

diperlukan untuk mempertahankan agar tekanan uap tetap 1 atm (dengan kata lain,

∆ T b=T b−Tbadalah peningkatan titik didih yang disebabkan oleh penambahan zat

terlarut padapelarut murn). Untuk konsentrasi zat terlarut tak – berdisosiasi yang

rendah, kedua kurva sejajar, sehingga

−∆ P1

∆ T B

=lerengkurva=S

∆ T b=−∆ P1

S=

X2 P1

S

¿ 1S ( n2

n1+n2)(dari hukum Raoult , denganP1°=atm.)

Tetapan S hanya merupakan sifat pelarut murni saja, sebab ini merupakan lereng

kurva tekanan uap −∆ P1/ ∆T b di deket 1 atm. Dengan kata lain, S tidak bergantung

pada spesies zat terlarut yang digunakan.

Untuk larutan yang encer,n1 ≫>n2, dan ini dapat di sederhanakan menjadi

∆ T b=1S

n2

n1

=1s (m1

m2

/M 1

M 2)

Dengan m1 dan m2 adalah massa pelarut dan massa zat terlarut (dalam gram) dan

M 1, seperti S1, merupakan sifat pelarut saja, maka keduanya dapat digabungkan dan kita

dapat mendefinisikan tetapan baru Kb melalui

Kb=M1

(1000 g kg−1 ) S

Maka

Page 7: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

∆ T b=K b( m2/ M 2

m1/1000 g kg−1 )Oleh karena m1diukur dalam gram, m1/1000 g kg−1 merupakan angka kilogram

pelarut. Demikian juga, m2/ M 2 adalah jumlah mol zat terlarut. Dengan demikian, rumus

dalam tanda kurung adalah molalitas (m) larutan.

∆ T b=K bm

Untuk pelarut tertentu, Kb di peroleh dengan mengukur kenaikan titik didih dari

larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya, mengandung zat terlarut yang

diketahui).

4. KENAIKAN TITIK DIDIH

Titik didih normal cairan murni atau laarutan ialah suhu pada tekanan uap

mencapai 1 atm. Karena zat terlarut tekanan uap, maka suhu larutan harus dinaikkan

agar ia mendidih. Artinya, titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut

murni Gejala ini, yang disebut sebagai peningkatan titik didih, merupakan metode

alternatif untuk menentukan massa molar.

Kurva tekanan uap untuk larutan encer sedikit di bawah kurva pelarut murninya.

∆ P1 adalah penurunan tekanan uap pada T b, dan ∆ T b adalah perubahan suhu yang

diperlukan untuk mempertahankan agar tekanan uap tetap 1 atm (dengan kata lain,

∆ T b=T b−Tbadalah peningkatan titik didih yang disebabkan oleh penambahan zat

terlarut padapelarut murn). Untuk konsentrasi zat terlarut tak – berdisosiasi yang

rendah, kedua kurva sejajar, sehingga

−∆ P1

∆ T B

=lerengkurva=S

∆ T b=−∆ P1

S=

X2 P1

S

¿ 1S ( n2

n1+n2)(dari hukum Raoult , denganP1°=atm.)

Page 8: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Tetapan S hanya merupakan sifat pelarut murni saja, sebab ini merupakan lereng

kurva tekanan uap −∆ P1/ ∆T b di deket 1 atm. Dengan kata lain, S tidak bergantung

pada spesies zat terlarut yang digunakan.

Untuk larutan yang encer,n1 ≫>n2, dan ini dapat di sederhanakan menjadi

∆ T b=1S

n2

n1

=1s (m1

m2

/M 1

M 2)

Dengan m1 dan m2 adalah massa pelarut dan massa zat terlarut (dalam gram) dan

M 1, seperti S1, merupakan sifat pelarut saja, maka keduanya dapat digabungkan dan kita

dapat mendefinisikan tetapan baru Kb melalui

Kb=M1

(1000 g kg−1 ) S

Maka

∆ T b=K b( m2/ M 2

m1/1000 g kg−1 )Oleh karena m1diukur dalam gram, m1/1000 g kg−1 merupakan angka kilogram

pelarut. Demikian juga, m2/ M 2 adalah jumlah mol zat terlarut. Dengan demikian, rumus

dalam tanda kurung adalah molalitas (m) larutan.

∆ T b=K bm

Untuk pelarut tertentu, Kb di peroleh dengan mengukur kenaikan titik didih dari

larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya, mengandung zat terlarut yang

diketahui) .

Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih

tinggi dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih

dinyatakan dengan:

ΔTb = m . Kb

Page 9: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

keterangan:

ΔTb = kenaikan titik didih (oC)

m      = molalitas larutan

Kb = tetapan kenaikan titik didihmolal

(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat dinayatakan

sebagai:

∆ T b=( WMr )( 1000

p )Kb

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan

dinyatakan sebagai :

Keterangan :

Tb = kenaikan titik didih

kb = tetapan kenaikan titik didih molal

Page 10: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

m = massa zat terlarut

Mr = massa molekul relatif

Tabel Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut

Pelarut Titik Didih Tetapan (Kb)

Aseton 56,2 1,71

Benzena 80,1 02,53

Kamfer 204,0 05,61

Karbon tetraklorida 76,5 04,95

Sikloheksana 80,7 02,79

Naftalena 217,7 05,80

Fenol 182 03,04

Air 100,0 00,52

5. PENURUNAN TITIK BEKU

Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai:

Page 11: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Keterangan :

Tf = penurunan titik beku

kf = penurunan titik beku molal

m = molal larutan

Mr = massa molekul relatif

Tabel Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut

Pelarut Titik Beku Tetapan (Kf)

Aseton -95,35 2,40

Benzena 5,45 5,12

Kamfer 179,8 39,7

Karbon tetraklorida -23 29,8

Sikloheksana 6,5 20,1

Naftalena 80,5 6,94

Fenol 43 7,27

Air 0 1,86

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan

sebagai:

Tf = (O – ΔTf)oC

Page 12: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Apabila zat terlarut yang tidak menguap di campurkan dengan pelarut yang

mudah menguap, uap di atas larutan hanya akan diberikan oleh pelarut saja. Zat terlarut

mengurangi kecenderungan melepaskan diri dari pelarut berdasarkan hukum

Raolt,tekanan uap larutan yang terisi zat terlarut tidak menguap akan mengalami

penurunan sebanding dengan bilangan relatif dari molekul zat yang terlarut. Penurunan

tekanan uap, penurunan titik beku, tekanan osmosis dan kenaikan titik didih merupakan

sifat – sifat koligatif larutan. Semua sifat tersebut hannya tergantung pada jumlah

molekul zat terlarut yang ada dan tidak bergantung pada ukuran atau pun berat molekul

zat terlarut. Kata koligatif berarti dikumpulkan bersama – sama dan menunjukkan pada

sekumpulan sifat – sifat umum yang dimiliki larutan encer. Sifat koligatif adalah sifat

larutan yang hannya di tentukan oleh jumlah partikel dalam larutan yang tidak

tergantung jenis partikelnya.

Titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap cairan menjadi sama dengan

tekanan luar yaitu 760 mm Hg. Titik didih larutan yang mengandung zat terlarut yang

tidak menguap adalah lebih tinggi daripada pelarut murninya, dengan melihat kenyataan

bahwa zat terlarut menurunkan tekanan uap pelarut. Seperti terlihat dalam kurva

dibawah ini :

Page 13: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Kurva tekanan uap terletak di bawah pelarut murni dan temperatur larutan harus

dinaikkan pada temperatur di atas temperatur pelarut murni dengan maksud untuk

mencapai titik didih normal. Kenaikan titik didih terlihat pada gambar sebagai

persamaan T−T o=∆T b. Perbandingan kenaikan titik didih ∆ T b. Terhadap penurunan

tekanan uap ∆ P=Po−P, pada 100oC kira – kira konstan pada temperatur ini dan ditulis

sebagai :

∆ T b

∆ P=k atau ∆ Tb=k' ∆ P ………….(1)

Karena po konstan kenaikan titik didih dapat dianggap sebanding dengan ∆ P /P°,

yaitu penurunan tekanan uap relatif sama dengan fraksi mol zart terlarut sehingga

∆ T b=k . x2… … …… … … …… ... (2)

Karena kenaikan titik didih hannya tergantung pada fraksi mol zat terlarut maka

ini adalah sifat koligatif. Dalam kondisi encer X2 kira – kira sama dengan m /( 1000Ml

)

sehingga persmaan (2) dapat ditulis :

∆ Tb=

kM1

1000m… … …… …… ..(3)

atau ∆ T b=kbm…………. (4 )

k b=BM b W A ∆ Tb

1000W b

………(5)

Dimana ∆ T b=¿¿ kenaikan titik didih, Kb = tetapan kenaikan titik didih molal

(tetapan ebulioskopi), m=¿molalitas zat terlarut, W A=¿¿ massa pelarut (gram) dan B M B = berat molekul zat terlarut.

Kalau dibuat grafik titik didih sebagai fungsi dari berat zat yang di larutkan akan

didapatkan suatu garis lurus dan gradien sehingga ∆ T /W Bdapat diketahui

Kb=B M B W A

1000X gradien ………… ..(6)

Page 14: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Harga Kb dapat diketahui jika massa molar dari zat terlarut diketahui. Jadi dari

penentuan titik didih pelarut murni dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui

konsentrasinya, dapatlah ditentukan berat molekul dari zat terlarut dengan

menggunakan persamaan :

B M B=1000 Kb

W A x (gradien)………….(7)

6. TEKANAN OSMOSIS

Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat

menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran

semi permeabel (proses osmosis) seperti ditunjukkan pada.

Menurut Van’t hoff tekanan osmosis mengikuti hukum gas ideal:

PV = nRT

Karena tekanan osmosis = Π , maka :

π°= tekanan osmosis (atmosfir)

C  = konsentrasi larutan (M)

R  = tetapan gas universal.  = 0,082 L.atm/mol K

T   = suhu mutlak (K)

Page 15: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut

larutan Hipotonis.

Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan

Hipertonis.

Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit  di  dalam

pelarutnya  mempunyai  kemampuan  untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan

elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit

pada konsentrasi yang sama.

Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion

adalah derajat ionisasi. Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai :

α° = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula

Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan

untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α < 1). Atas dasar

kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan

sifat koligatifnya.

7. PENGGUNAAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Sifat koligatif larutan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, ilmu

pengetahuan, dan industri. Yakni :

Page 16: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Membuat Campuran Pendingin

Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah 0

derajat Celcius. Cairan pendingin digunakan pada -pabrik Es, juga digunakan untuk

membuat es putar.Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke

dalam air.

Pada pembuatan Es Putar, Cairan pendingan dibuat dengan mencampurkan garam

dapur dengan kepingan Es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu, Oada pencampuran

itu, es batu akan mencair sementara suhu turun . Selanjutnya, campuran bahan pembuat

es putar dimasukan ke dalam cairan pendingin, sambil terus-menerusdiaduk sehingga

campuran membeku.

Antibeku

Antibeku adalah zat yang ditambahkan kedalam suatu cairan untuk menurunkan

titik bekunya. Antibeku mencegah pembekuan cairan yang digunakan sebagai

pendingin, misalnya dalam pesawat terbang dan kendaraan bermotor. Zat anti beku

yang ideal adalah zat yang dapat larut dalam cairan pendingin sendiri, mempunyai

viskositas dan konduktivitas listrik yang rendah, titik didih tingggi, tidak korosif, dan

mempunyai daya hantar panas yang baik. Antibeku yang banyak digunakan dalam

kendaraan bermotor berupa etinglikol. Selain menurunkan titik beku, antibeku juga

menaikan titik didih, sehingga mengurangi penguapan.

Pencairan Salju di Jalan Raya

Lapisan salju di jalan raya dapat membuat kendaraan tergelincir atau selip,

sehingga perlu disingkirkan. Lapisan salju tersebut sebagian besar dapat disingkirkan

dengan buldoser, namun untuk membersihkana digunakan garam dapur atau urea.

Prinsip dasar dari proses ini juga berdasarkan penurunan titik beku.

Penentuan Massa Molekul Relatif

Page 17: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Pengukuran sifat koligatif dapat digunakan untuk menentukan massa molekul

relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan karena sifat koligatif bergantung pada

konsentrasi zat terlarut (jumlah zat).

Contohnya dengan mengetahui massa zat terlarut serta nilai penurunan titik

bekunya, maka massa molekul relatif zat terlarut dapat ditentukan.

Membuat cairan fisiologi

Cairan infus dan berbagai cairan fisiologilainya, seperti obat tetes mata, harus

isotonik dengan cairan tubuh kita. Oleh karena itu , konsentrasinya perlu disesuaikan.

Anda tentu mengetahui bahwa salah satu masalah yang dihadapi korban kecelakaan

ditengah laut yang terpaksa harus terapung-apung berhari-hari yaitu rasa haus.

Meminum air laut tidak akan menghilangkan rasa haus, malah sebaliknya akan

menambah rasa haus. Hal itu terjadi karena air laut hipertonik terhadap cairan tubuh

kita. Akibatnya air laut justru akan menarik air dari jaringan tubuh.

Desalinasi air larut melalui osmosis balik

Telah disebutkan bahwa osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke

pelarut, atau dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer. Osmosis balik

terjadi jika kepada larutan diberikan tekanan yang lebih besar  dari tekanan osmotiknya

Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut. Dengan memberi

tekanan osmotiknya, air dipaksa untuk merembes dari air asin ke dalam air murni

melalui selaput yang permeabel untuk air tetapi tidak untuk ion-ion dalam air.

Penggunaan lain dari osmotik balik, yaitu untuk memisahkan zat-zat beracun

dalam air limbah sebelum dilepas ke lingkungan bebas.

IV. ALAT :

1. Labu alas bulat berleher dua

2. Kondensator Liebigh

3. Termometer

4. Erlnmeyer (100 ml)

Page 18: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

5. Neraca elektrik

6. Gelas ukur 100 ml

7. Batu didih

8. Corong glasss

9. Waterbath

10. Alumunium foil

11. Alat pres pelet

V. BAHAN :

1. Kloroform

2. Naftalena

VI. CARA KERJA :

1. Rangkaikan alat terdiri labu alas batu berleher dua, kondensor dan termometer

2. Masukkan kloroform sebanyak kira – kira 50 ml ke dalam erlenmeyer bertutup

alumunium foil kemudian timbang dengan teliti.

3. Tuang kloroform ke dalam labu alas bulat dan masukkan 3 butir batu didih.

4. Timbang kembali erlenmeyer beserta tutupnya sehingga diketahui berat

kloroform.

5. Didihkan pelarut dengan hati – hati hingga tercapai titik didih nya (pelarut akan

stabil mendidih setelah ± 10 menit).

6. Kalau titik didih sudah tercapai baca suhunya pada termometer setiap 2 menit.

7. Timbang 8 buah naftalena, buat pelet dengan alat press lalu timbang dengan

saksama berat tiap pelet (± 0,002 gram).

8. Lepaskan hubungan labu alas bulat dengan kondensor secara cepat, masukkan

satu pelet naftalena kedalam labu dan tutup kembali kondensor, teruskan

pembacaan suhu, catat setelah 2 kali pembacaan nilainya tetap.

9. Ulangi langkah tersebut sampai pelet terlarutkan.

10. Buat grafik hubungan antara titik didih dengan berat naftalena yang

ditambahkan.

11. Kalau yang dicari adalah berat molekul suatu zat X, ulangi langkah 1 – 10

dengan pelarut murni dan zat yang tidak diketahui berat molekulnya.

Page 19: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

VII. HASIL PRAKTIKUM :

Tabel Data Perhitungan

Nama sampel Suhu oC Suhu rata – rata (oC)

menjadi (° K ¿

Berat neftalena

(gram)

Kloroform 1 61oC = 333°K 67,96

2 61oC = 334°K

Palet I 1 62oC = 335°K 1,82

2 62oC = 335°K

Palet II 1 63oC = 335°K 1,72

2 63oC = 335°K

Palet III 1 64oC = 336°K 2,03

2 64oC = 336°K

Palet IV 1 65oC = 337°K 2,00

2 65oC = 337°K

Palet V 1 65oC = 337°K 2,04

2 65oC = 337°K

Data Perhitungan

1. Berat E + K + t = 133,95

E + t = 65,99

Berat kloroform = 67,96

Kb 1

Kb ¿B M B W A ∆ T B

1000. W B

¿128,17.67,96 .(335−334 )° K

1000.1,82

¿8710,43

1820

¿4,78 gr /mol° K

Page 20: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Kb 2

Kb ¿MBB .W A . ∆ T b

1000. W B

¿128,17.67,96 .336−334¿° K ¿1000.1,27+1,82

¿ 172120,861721,82

¿4,921 gr /mol ° K Kb 3

Kb ¿B M B W A ∆ Tb

1000. W B

¿128,17 .67,96 .(338−334 )° K

1000.2,03+1,82+1,72

¿26.131,292033,54

¿4,691 gr /mol ° K

Kb 4

Kb ¿B M B W A ∆ T B

1000. W B

¿128,17 .67,96 .(338−334)° K

1000.2,00+1,82+1,72+2,03+2,00

¿ 34 .841,732.005,57

¿4,602 gr / Mol ° K

Kb 5Kb ¿ BM B W A ∆ T B

1000 . W B

Page 21: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

¿

128,17 .67,96 .(338−334)° K1000. 2,04+1,82+1,72+2,03+2,00

¿ 34.841,732.047,57

¿3,625 gr /mol ° K

Grafik

1,82 gram 1,72 gram 2,03 gram 2 gram 2,04 gram0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

Berat Neftalen (gram) KB

VIII. PEMBAHASAN

Sifat  koligatif  larutan  adalah  sifat  larutan  yang  tidak tergantung pada

macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut

(konsentrasi zat terlarut). Sekarang kita kembali lagi dari reaksi kimia larutan ke sifat

fisiknya, yaitu tekanan uap dan diagram fasa nya. Pertama – tama, kita lihat larutan

yang dibuat dengan melarutkan zat terlarut tak-atsiri dalam suatu pelarut.

Kimiawan Prancis Francois. Marie Raoult menemukan bahwa untuk beberapa

larutan. Plot dari tekanan uap pelarut versus fraksi mol pelarut dapat sangat tepat

dengan garis lurus. larutan yang mengikuti hubungan garis lurus ini sesuai dengan

persamaan sederhana

Page 22: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

P1=X1 P1O

Yang dikenal sebagai hukum Raoult. Larutan seperti ini disebut larutan ideal.

Larutan lain menyimpang dari perilaku garis lurus dan disebut non ideal

Rangkaikan alat terdiri labu alas batu berleher dua, kondensor dan termometer.

Masukkan kloroform sebanyak kira – kira 50 ml ke dalam Serlenmeyer bertutup

alumunium foil kemudian timbang dengan teliti. Tuang kloroform ke dalam labu alas

bulat dan masukkan 2 – 3 butir batu didih. Timbang kembali erlenmeyer beserta

tutupnya sehingga diketahui berat kloroform. Didihkan pelarut dengan hati – hati

hingga tercapai titik didih nya (pelarut akan stabil mendidih setelah ± 10 menit). Kalau

titik didih sudah tercapai baca suhunya pada termometer setiap 2 menit. Timbang 8

buah naftalena dengan berat masing – masing ±0,5 gram, buat pelet dengan alat press

lalu timbang dengan saksama berat tiap pelet (± 0,002 gram). Lepaskan hubungan labu

alas bulat dengan kondensor secara cepat, masukkan satu pelet naftalena kedalam labu

dan tutup kembali kondensor, teruskan pembacaan suhu, catat setelah 2 kali pembacaan

nilainya tetap. Ulangi langkah 7 sampai kedelapan pelet terlarutkan. Buat grafik

hubungan antara titik didih dengan berat naftalena yang ditambahkan. Kalau yang dicari

adalah berat molekul suatu zat X, ulangi langkah 1 – 10 dengan pelarut murni dan zat

yang tidak diketahui berat molekulnya.

IX. KESIMPULAN

X. DAFTAR PUSTAKA

Purba, michel.2007. Kimia untuk SMA kelas XII. Jakarta : Erlangga

Page 23: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan
Page 24: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan
Page 25: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan

Titik beku

Kondensor spiral

Page 26: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan
Page 27: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan
Page 28: Laporan praktikum Sifat koligatif larutan