larutan dapar dan larutan isotonis

18
RESUME FARMASI FISIK “LARUTAN DAPAR DAN LARUTAN ISOTONIS” JUM’AT, 22 FEBRUARI 2013 oleh : Fracilia Arinda R. (112210101015) Binta R. Dikara (112210101023) Yeni N. Cahyani (112210101033) Awalia Annisafira (112210101065) BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI

Upload: yeni-nur-cahyani

Post on 16-Feb-2015

1.251 views

Category:

Documents


36 download

TRANSCRIPT

RESUME FARMASI FISIK

“LARUTAN DAPAR DAN LARUTAN ISOTONIS”

JUM’AT, 22 FEBRUARI 2013

oleh :

Fracilia Arinda R. (112210101015)

Binta R. Dikara (112210101023)

Yeni N. Cahyani (112210101033)

Awalia Annisafira (112210101065)

BAGIAN FARMASETIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2013

LARUTAN DAPAR

Pengaruh pH dengan stabilitas

Pada grafik chemical stability, sumbu y-nya adalah ln K. semakin meningkat ln K maka laju

degradasinya semakin cepat. Sebenarnya pH 1 tak dianjurkan untuk obat acetazolamid tapi

menggunakan pH 4 yang laju degradasinya paling kecil.

Pada grafik selanjutnya obat acetazolamid ternyata kelarutannya tak baik pada pH 4 tetapi

yang memiliki kelarutan baik pada pH 8 yakni pada suasana basa, hal ini ditunjukkan dengan

adanya kurva yang menanjak.

Pengaruh Kapasitas Dapar dan pH pada Iritasi Jaringan

Larutan yang dipakai untuk jaringan atau yang dipakai secara parenteral dapat menyebabkan

iritasi bila pH larutan itu berbeda jauh dari pH tubuh yang bersangkutan. Untuk itu kapasitas

dapar dari cairan tubuh harus dipertimbangkan. Iritasi jaringan akan minimal jika :

1. Kapasitas Dapar larutan makin kecil.

Jika cairan yang dimasukkan ke dalam tubuh memiliki kapasitas yang lebih rendah

dari kapasitas dapar tubuh, maka iritasi yang terjadi akan minimal, karena tubuh bisa

dengan mudah menyesuaikan diri dengan cairan yang dimasukkan tersebut.

Sebaliknya jika cairan yang dimasukkan ke dalam tubuh memiliki kapasitas yang lebih

tinggi dari kapasitas dapar tubuh, maka iritasi yang terjadi akan lebih besar, karena

tubuh kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan cairan yang dimasukkan tersebut.

2. Volume dengan jumlah atau konsentrasi tertentu makin kecil.

Hal ini bisa dilihat, makin sedikit jumlah cairan yang dimasukkan maka iritasi jaringan

juga makin kecil. Jika cairan yang dimasukkan makin banyak, tentu saja iritasi

jaringan nya juga semakin besar

3. Volume dan kapasitas dapar fisiologis makin besar.

kita bisa meminimalkan iritasi jaringan jika cairan fisiologis dalam tubuh kita yang ditambah atau cairan yang dimasukkan dalam tubuh kita diperkecil.

Untuk itu perlu pertimbangan seorang farmasis mengenai hal tersebut dalam

pembuatan sediaan, agar keseimbangan pH larutan tidak jauh berbeda dengan pH cairan

tubuh, sehingga iritasi dapat seminimal mungkin terjadi.

Friedenwald, Hughes, dan Herrman menyatakan bahwa pH larutan yang di gunakan

untuk mata antara 4,5 – 11,5. Dan pada tiap manusia / individu berbeda-beda.

Martin dan Mims menyatakan dapar fosfat Sorensen aman pada trayek pH 6,5 – 8.

Sementara untuk larutan asam borat pada pH = 5. Diluar trayek tersebut akan menyebabkan

iritasi jaringan. Mungkin karena rendahnya kapasitas dapar asam borat dibandingkan fosfat,

maka banyak sediaan yang menggunakan dapar fosfat.

Tahapan Disosiasi Dapar Fosfat

H3PO4+ NaOH NaH2PO4+ H2O

NaH2PO4+ NaOH Na2HPO4+ H2O

Na2HPO4+ NaOH Na3PO4+ H2O

Tahapan Disosiasi Sitrat

H3sitrat + NaOH NaH2sitrat + H2O

NaH2sitrat + NaOH Na2Hsitrat + H2O

Na2Hsitrat + NaOH Na3sitrat + H2O

pKa dapar sitrat dan fosfat

Berdasarkan literature, asam sitrat memiliki : 3,14 : 4,77 dan : 5,40.

Sedangkan asam pospat memiliki : 2,1 : 7,2 dan : 12,7.

Dari hasil literatur di atas, range nilai pKa dapar fosfat lebih besar disbanding dapar sitrat,

Sehingga di dalam tubuh lebih digunakan dapar pospat.

Soal

Jawab:

a) pKa yang dipakai adalah karena (6,40) merupakan pKa yang mendekati harga

pH (8)

Mencari perbandingan [garam] dan [asam] :

=

Mencari nilai Ka :

pKa = -log Ka

6,4 = -log Ka

Ka = 3,98

Mencari harga :

pH = -log

=

Mencari nilai C dari persamaan Van Slyke :

Mencari konsentrasi [asam] dan [garam] :

[asam]= . C

= . 0,18

= = 0,004 M

[garam] = . C

= . 0,18

= M

Persamaan :

Persamaan III

Na2Hsitrat + NaOH Na3sitrat + H2O

m : 0,18 0,176 (d)r : 0,176 0,176 0,176

s : 0,004 - 0,176

Persamaan II

NaH2sitrat + NaOH Na2Hsitrat + H2O

m : 0,18 0,18 (c)r : 0,18 0,18 0,18

s : - - 0,18

Persamaan I

H3sitrat + NaOH NaH2sitrat + H2O

m : 0,18 (a) 0,18 (b)r : 0,18 0,18 0,18

s : - - 0,18

Jadi yang ditimbang adalah H3sitrat = (a) M = 0,18 M dan NaOH = (b) + (c) + (d) M

= 0,536 M

Mencari massa H3sitrat dan NaOH

M H3sitrat =

0,18 =

Massa H3sitrat = 7,56504 gram

M NaOH =

0,536 =

Massa NaOH = 4,288 gram

b) pKa yang dipakai adalah karena (6,40) merupakan pKa yang mendekati harga

pH (8)

Mencari perbandingan [garam] dan [asam] :

=

Mencari nilai Ka :

pKa = -log Ka

6,4 = -log Ka

Ka = 3,98

Mencari harga :

pH = -log

=

Mencari nilai C dari persamaan Van Slyke :

Mencari konsentrasi [asam] dan [garam] :

[asam]= . C

= . 0,18

= M

[garam] = . C

= . 0,18

= M

Na2Hsitrat + NaOH Na3sitrat + H2O

Mencari massa Na2Hsitrat dan Na3sitrat

M Na2Hsitrat =

=

Massa Na2Hsitrat = 0,22 gram

M Na3sitrat =

0,17 =

Massa Na3sitrat = 9,384 gram

c) pKa yang dipakai adalah karena (6,40) merupakan pKa yang mendekati harga

pH (8)

Mencari perbandingan [garam] dan [asam] :

=

Mencari nilai Ka :

pKa = -log Ka

6,4 = -log Ka

Ka = 3,98

Mencari harga :

pH = -log

=

Mencari nilai C dari persamaan Van Slyke :

Mencari konsentrasi [asam] dan [garam] :

[asam]= . C

= . 0,18

= = 0,004 M

[garam] = . C

= . 0,18

= M

Persamaan :

Persamaan III

Na2Hsitrat + NaOH Na3sitrat + H2O

m : 0,18 0,176 (c) r : 0,176 0,176 0,176

s : 0,004 - 0,176

Persamaan II

NaH2sitrat + NaOH Na2Hsitrat + H2O

m : 0,18 (a) 0,18 (b)r : 0,18 0,18 0,18

s : - - 0,18

Jadi yang ditimbang adalah NaH2sitrat = (a) M = 0,18 M dan NaOH = (b) + (c) M =

0,356 M

Mencari massa H3sitrat dan NaOH

M NaH2sitrat =

0,18 =

Massa NaH2sitrat = 8,352 gram

M NaOH =

0,356 =

Massa NaOH = 2,848 gram

Penimbangan bahan di lab

Misalkan dalam pembuatan larutan dapar diketahui Na3sitrat 0,176 M dan Na2Hsitrat 0,004 M maka :

Persamaan III

Na2Hsitrat + NaOH Na3sitrat + H2O

m : 0,18 (a) 0,176 (b)

r : 0,176 0,176 0,176

s : 0,004 (c) - 0,176 (d)

Jika di lab hanya diketahui Na2Hsitrat dan NaOH saja, maka untuk membuat larutan

dapar yang ditimbang adalah massa (gram) dari (a) dan (b)

Jika di lab hanya diketahui Na2Hsitrat dan Na3sitrat saja, maka untuk membuat larutan

dapar yang ditimbang adalah massa (gram) dari (c) dan (d)

Persamaan II

NaH2sitrat + NaOH Na2Hsitrat + H2O

m : 0,18 (e) 0,18 (f)

r : 0,18 0,18 0,18

s : - - 0,18

Jika di lab hanya diketahui NaH2sitrat dan NaOH saja, maka untuk membuat larutan

dapar pada persamaan III yang ditimbang adalah massa (gram) dari (e) dan (f) + (b)

Persamaan I

H3sitrat + NaOH NaH2sitrat + H2O

m : 0,18 (g) 0,18 (h)

r : 0,18 0,18 0,18

s : - - 0,18 (i)

Jika di lab hanya diketahui H3sitrat dan NaOH saja, maka untuk membuat larutan

dapar pada persamaan III yang ditimbang adalah massa (gram) dari (g) dan (h) + (f) +

(b) agar menghasilkan (d). Karena jika hanya massa (gram) dari (g) dan (h) saja yang

ditimbang maka akan menghasilkan (i) yang bukan merupakan larutan dapar.

LARUTAN DAPAR ISOTONIS

Perlunya kondisi isotonis bagi sebuah larutan yang dipakai untuk membrane halus

dapat digambarkan denganmencampur sedikit darah dengan NaCl encer yang tonisitasnya

berbeda-beda. Misalnya bila sedikit darah difebrinasi untuk mencegah terjadinya pembekuan

darah dengan memberinya larutan yang mengandung 0,9 NaCl per 100 ml, sel itu akan tetap

berrada pada kondisi normalnya. Larutan dikatakan mempunyai konsentrasi yang sama dan

tekanan osmotic yang sama dengan konsentrasi garam dan tekanan osmotic sel darah merah,

laruta itu dikatakan isotonis dengan darah.

Pengukuran Tonisitas

1. Metode Hemolytic

Pengarh berbagai macam obat diperiksa berdasarkan efek yang timbul ketika

disuspensikan dengan darah.

2. Metode yang menentukan sifat koligatif

Metode ini didasarkan atas pengukuran perubahan temperature yang naik dari

perbedaan tekanan uap sampel terisolasi yang ditempatkan dalam sebuah ruang

dengan kelembapan yang tetap (penentuan penurunan titik beku).

Titik beku untuk sel darah merah adalah -0,52

Jika ada larutan obat ditambah ke sel darah merah, maka bisa terjadi tiga kemungkinan.

Darah merah akan menjadi hipotonis, isotonis, atau hipertonis. Ketiga peristiwa tersebut

terjadi pada prinsipnya karena adanya perbedaan di dalam sel darah merah dan diluar sel

darah merah.

Larutan isotonis adalah larutan yang memiliki tonisitas yang sama dengan tubuh. Pada

larutan isotonis tidak mengalami perubahan pada sel (cairan sitoplasma seimbang dengan

kondisi lingkungannya) . Kondisi ini merupakan kondisi yang paling ideal.

Larutan hipotonis adalah keadaan dimana sel memiliki kerapatan air rendah (sitoplasma

pekat), jika berada pada kondisi ini akan kemasukan air hingga tekanan osmosis tinggi. Hal

ini akan memecahkan sel tersebut. Hancurnya sel karena rusaknya membrane plasma

disebut lisis

Hipertonis adalah keadaan dimana sel memiliki kerapatan air tinggi (sitoplasma encer),

jika berada pada kondisi ini akan mengeluarkan air hingga tekanan osmosis rendah, maka

sel akan mengalami osmosis ke luar. Sehingga akan menyebabkan sel keriput karena

kekurangan air (krenasi).

Dalam obat, lebih baik hipertonis daripada hipotonis. Karena jika sedikit hipotonis

dikhawatirkan akan terjadi lisis. Sedangkan jika hipertonis hanya mengkerut karena air

keluar dari dalam sel. Sehingga dalam pembuatan obat dibuat sedikit hipertonis.

Perhitungan tonisitas

Harga L merupakan penurunan titik beku larutan suatu senyawa dengan macam ionik tertentu

pada suatu konsentrasi C yang isotonik dengan cairan tubuh. Nilai spesifik L disimbolkan

dengan .

Harga LISO 0,9% (0,154 M) larutan NaCl yang memiliki penurunan titik beku 0,52 dan

isotonis dengan cairan tubuh:Type equation here.Rumus :

Ket:

: Penurunan titik beku larutan per molar (

: Penurunan titik beku larutan (

C : Molaritas (M)

Ket:

: Penurunan titik beku larutan per molar (

: Penurunan titik beku larutan (

C : Molaritas (M)

w : Massa (gram)

Mr : Massa relative (gram/mol)

V : Volume (ml)

Penyesuaian Tonisitas dan pH

Metode Golongan I yaitu dengan penambahan NaCl sehingga t.b menjadi -0,52. Metode

golongan ini dibedakan lagi menjadi 2 yaitu Metode Cryoscopic dan Metode NaCl

Ekivalen.

Metode Golongan II yaitu dengan penambahan air dalam jumlah tertentu sehingga

membentuk larutan isotonis. Metode golongan ini dibedakan lagi menjadi 2 yaitu Metode

White Vincent (sering digunakan) dan Metode Sprowls (jarang digunakan)

DAFTAR PUSTAKA

Hanrahan, Grady, Tina M Salmassi, Crist S Khachikian, and Krishna L Foster. 2005.

“Reduced Inorganic Phosphorus in the Natural Environment: Significance, Speciation

and Determination.” 15 April 2005 Volume 66 (Issue 2) (April 15): Pages 435–444.

Hugenholtz, Jeroen. 1993. “Citrate Metabolism in Lactic Acid Bacteria.” 17 JAN 2006

Volume 12 (FEMS Microbiology Reviews) (September): pages 165–178. doi:DOI:

10.1111/j.1574-6976.1993.tb00017.x.

Martin,A.,Swatbrick,J.,Cammarata,A. 2009. Farmasi Fisik Jilid 1. Jakarta: Universitas

Indonesia-Press

Syamsuri, Istamar. 2006. Biologi untuk SMA kelas XI jilid 2A. Malang: Erlangga