laporan kimia pangan
DESCRIPTION
pembahasanTRANSCRIPT
![Page 1: Laporan Kimia Pangan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012320/55cf9179550346f57b8daef3/html5/thumbnails/1.jpg)
Laporan Kimia Pangan Tgl Praktik : 02 Maret 2015
Tgl pengumpulan : 16 Maret 2015
Asisten Lab : Riska Puspita S, S.si
PJP : Rita Kharisma, S.si
Nama : M Fahmi Dermawan
NIM : 1127040042
Smt/Kls : 6B
ANALISIS KADAR LEMAK, ASAM LEMAK BEBAS, BILANGAN ASAM, DAN
BILANGAN IODIN
Pembahasan
Lemak dan minyak yang termasuk golongan lipida merupakan trigliserida lipida adalah
semua bahan organic yang dapat larut dalam pelarut organic yang memiliki kecendrungan non
polar.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar asam dan angka pada sampel minyak
goreng. Asam lemak bebas merupakan hasil degradasi dari trigliserida sebagai akibat dari
kerusakan minyak , selain itu asam lemak bebas juga merupakan asam yang dibebaskan dari
proses hidrolisis dari lemak. Penentuan asam lemak dapat dipergunakan untuk mengukur dan
mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam sampel minyak yang digunakan, semakin besar
angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas pada sampel semakin tinggi.
Besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dapat diakibatkan dari proses
hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik.
Setelah kami lakukan percobaan dan perhitungan didapatkan kadar asam lemak bebas (%
FFA) pada sampel minyak baru sebesar 5,8443 % sedangkan pada sampel minyak bekas sebesar
15,0923%.
Pada percobaan analisis kadar asam lemak ini juga dilakukan standarisasi NaOH yang
bertujuan karena NaOH bersifat higroskopis sehingga konsentrasinya dapat berubah dengan
mudah, maka dari itu perlu dilakukannya standarisasi NaOH dengan asam oksalat, dan diperoleh
Normalitas NaOH sebesar 0,0943 N.
Juga dilakukan pula perhitungan angka asam, yang dimana angka asam dinyatakan
sebagai jumlah milligram KOH/NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas
yang terdapat dalam 1 gram minyak/lemak. Setalah dilakukan perhitungan didapatkan hasil
sebesar, pada minyak baru : 8,2898 % sedangkan pada sampel minyak bekas 21,4075 %.
![Page 2: Laporan Kimia Pangan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012320/55cf9179550346f57b8daef3/html5/thumbnails/2.jpg)
Selanjutnya dilakukan analisis angka iodin, yaitu dengan cara menambahkan kloroform
pada sampel minyak yang berfungsi sebagai pelarut karena minyak dan lemak tidak larut dalam
air dan hanya larut dalam pelarut organic sehingga menhasilkan larutan berwarna putih,
kemudian ditambahkan CH3COOH 60% yang berfungsi sebagai reagen yang mempercepat
reaksi, campuran kemudian ditambahkan KI 15% sebanyak 10 ml dan diletakan ditempat gelap.
Penambahan KI ini bertujuan sebagai indicator titrasi sedangkan penempatan ditempat gelap
untuk memudahkan reaksi antara KI dengan larutan minyak. Selanjutnya ditambahkan air
mendidih sebanyak 50 ml karena suhu dapat memperbesar kelarutan, kemudian campuran
dititrasi dengan Na-Thiosulfat sehingga halogen Na akan memutuskan sejumlah ikatan rangkap
pada asam lemak yang tak jenuh dan kemudian kelebihan hydrogen akan menunjukan titik akhir
titrasi.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan :
N NaOH yang didapat sebesar 0,0943
Kadar asam lemak bebas minyak baru sebesar 5,8443%, Minyak bekas penggorengan sebesar
15,092%. Kadar angka asam minyak baru 8,2898%, sedangkan minyak bekas 21,4075%
Angka iodin pada minyak baru sebesar 21,5747% sedangkan pada minyak bekas 19,7920%
Daftar Pustaka
Anwar, R. W. 2012. Studi Pengaruh Suhu Dan Jenis Bahan Pangan Terhadap Stabilitas Minyak
Kelapa Selama Proses Penggorengan. Under Graduate, Universitas Hasanuddin.
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H. & Wootton, M. 2010. Ilmu Pangan, Jakarta,
Universitas Indonesia (UI-Press).
Cahanar, P. & Suhanda, I. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat, Jakarta, Kompas Media Utama.
Dewandari, K. T. 2001. Studi Tingkat Kerusakan Minyak Goreng Belas dari Perbedaan Jenis
Bahan Pangan yang Digoreng. Undergraduate, Universitas Brawijaya.
Dewi, M. T. I. & Hidajati , N. 2012. Peningkatan Mutu Minyak Goreng Curah Menggunakan
Adsorben Bentonit Teraktivasi. UNESA Journal of Chemistry, 1, 47-53.
![Page 3: Laporan Kimia Pangan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012320/55cf9179550346f57b8daef3/html5/thumbnails/3.jpg)
ANALISIS KADAR ABU
Pembahasan
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.Pengabuan
merupakan suatu proses pemanasan bahan dengan suhu sangat tinggi selama beberapa waktu
sehingga bahan akan habis terbakar dan hanya tersisa zat anorganik berwarna putih keabu-abuan
yang disebut abu. Kandungan abu dan komposisinya bergantung pada macam bahan dan cara
pengabuan yang digunakan.Kandungan abu dari suatu bahan menunjukkan kadar mineral dalam
bahan tersebut.(Muchtadi ,1989)
Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung dalam bahan.
Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit sehingga perlu dilakukan dengan
menentukan sisa hasil pembakaran atas garam mineral bahan tersebut. Pengabuan dapat
menyebabkan hilangnya bahan-bahan organik dan anorganik sehingga terjadi perubahan radikal
organik dan segera terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa dengan ion-
ion negatif.
Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik tidaknya suatu
proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, serta dijadikan parameter nilai gizi
bahan makanan. (Krisno.dkk , 2001).
Pada percobaan analisa kadar abu ini digunakan sampel beras merah yang ditempatkan pada
cawan kemudian dimasukan kedalam tanur dengan suhu mencapai 500⁰C hingga diperoleh berat
konstan. Besarnya berat abu dihitung dengan cara mengurangi selisih berat akhir dikurang berat
awal cawan kemudian dibagi dengan berat awal bahan kemudian dikali seratus persen.
Setelah 5 jam proses tanur, kemudian menunggu suhu tanur sampai dingin, karena suhu
sebelumnya sangat panas juga supaya sampel mudah diambil ketika hendak dimasukan kedalam
desikator. Tujuan dimasukan kedesikator adalahkarena dalam desikator terdapat silica gel yang
dapat menyerap air sehingga berat sampel tetap stabil.
Dari literature, diketahui bahwa saat pengabuan ada komponen volatile yang hilang yaitu
unsur-unsur Na, S, Cl dan P. kadar abu yang didapatkan adalah kadar abu total yang terdapat
dalam suatu bahan, akan tetapi kita tidak dapat mengetahui senyawa apa saja yang terkandung
dalam bahan tersebut.
![Page 4: Laporan Kimia Pangan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012320/55cf9179550346f57b8daef3/html5/thumbnails/4.jpg)
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa baik tidaknya suatu proses pengolahan pangan dilihat dari kadar abu
total dengan cara pengabuan atau cara kering. Berat abu total yang diperoleh sebesar 0,9531% ,
sedangkan % abu dalam sampel beras merah sebesar 1,7655%.
Daftar Pustaka
Apriyantono , Anton.1988. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB : Bogor
Fauzi, M. 2006. Analisa Pangan dan Hasil Pertanian. Handout.Jember: FTP UNEJ.
Irawati.2008.MODUL PENGUJIAN MUTU 1.Diploma IV PDPPTK VEDCA.Cianjur.
Krisno , Budiyanto, Agus. 2001. Dasar Dasar Ilmu Gizi. UMM Press ; Malang.
Muchtadi ,D. 1989. Petunjuk Laboratorium : Evaluasi Nilai Gizi Pangan.