laporan kasus thorax

31
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Thorak adalah sebuah rongga yang berbentuk kerucut dengan bagian belakang lebih panjang dari bagian depan. Pemeriksaan radiografi thorak sangat penting karena penyakit paru belum bisa dilakukan penyembuhan secara pasti tanpa pemeriksaan radiografi thorak terlebih dahulu. Kelainan – kelainan dini pada paru juga dapat diketahui dalam pemeriksaan radiografi thorak sebelum gejala klinis muncul. Sehingga pemeriksaan rutin radiografi thorak pada orang yang sehat sudah menjadi prosedur yang lazim pada pemeriksaan kesehatan secara masal , contohnya seperti yang dilakukan pada calon pegawai negeri , calon tentara , mahasiswa , dll. Pada pemeriksaan radiografi thorak proyeksi yang biasa digunakan ialah Postero Anterior ( PA ) erect jika pasien kooperatip atau Antero Posterior ( AP ) semi erect jika pasien non kooperatip dan proyeksi lateral, kadang digunakan juga proyeksi tambahan RLD jika dibutuhkan. Untuk pemeriksaan radiologi thorak dengan kasus Efusi Pleura di Rumah sakit Dr. Kariadi Semarang, proyeksi yang biasa digunakan adalah proyeksi PA erect atau AP semi erect dan lateral serta proyeksi RLD tergantung kondisi pasien. 1

Upload: ririt-dika

Post on 07-Jul-2016

980 views

Category:

Documents


121 download

DESCRIPTION

thorax efusi pleura

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus thorax

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Thorak adalah sebuah rongga yang berbentuk kerucut dengan bagian

belakang lebih panjang dari bagian depan. Pemeriksaan radiografi thorak sangat

penting karena penyakit paru belum bisa dilakukan penyembuhan secara pasti tanpa

pemeriksaan radiografi thorak terlebih dahulu. Kelainan – kelainan dini pada paru

juga dapat diketahui dalam pemeriksaan radiografi thorak sebelum gejala klinis

muncul. Sehingga pemeriksaan rutin radiografi thorak pada orang yang sehat sudah

menjadi prosedur yang lazim pada pemeriksaan kesehatan secara masal , contohnya

seperti yang dilakukan pada calon pegawai negeri , calon tentara , mahasiswa , dll.

Pada pemeriksaan radiografi thorak proyeksi yang biasa digunakan ialah Postero

Anterior ( PA ) erect jika pasien kooperatip atau Antero Posterior ( AP ) semi erect

jika pasien non kooperatip dan proyeksi lateral, kadang digunakan juga proyeksi

tambahan RLD jika dibutuhkan.

Untuk pemeriksaan radiologi thorak dengan kasus Efusi Pleura di Rumah

sakit Dr. Kariadi Semarang, proyeksi yang biasa digunakan adalah proyeksi PA

erect atau AP semi erect dan lateral serta proyeksi RLD tergantung kondisi pasien.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengangkat hal tersebut ke dalam

sebuah Laporan Kasus yang berjudul ”Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorak Pada

Kasus Efusi Pleura di Instalasi Radiologi RS Dr. Kariadi Semarang“.

1. 2. Rumusan Masalah.

Agar dalam penyusunan tugas ini penulis dapat lebih terarah serta karena

keterbatasan waktu dan terbatasnya kemampuan penulis, maka penulis hanya

membahas masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiologi thorak pada kasus Efusi pleura di

Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang?

1

Page 2: Laporan Kasus thorax

2. Apakah pemeriksaan radiologi thorak dengan menggunakan proyeksi PA erect

atau AP semi erect saja , telah cukup efektif dalam menegakkan diagnosa pada

kasus Efusi pleura?

1. 3. Tujuan Penulisan.

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiologi thorak pada kasus Efusi pleura

di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang

2. Untuk mengetahui apakah teknik pemeriksaan radiologi thorak dengan proyeksi

PA erect atau AP semi erect saja telah cukup efektif dalam menegakkan

diagnosa pada kasus Efusi pleura di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang.

1. 4. Manfaat Penulisan.

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang teknik

pemeriksaan radiologi thorak pada kasus Efusi pleura.

2. Sebagai bekal bagi penulis dalam penerapan dalam dunia kerja nanti.

1.1 Sistematika Penulisan.

BAB I PENDAHULUAN.

Berisi tentang latas belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan dan sistimatika penulisan.

BAB II DASAR DAN TEORI.

Berisi tentang anatomi Thorak, pato fisiologi Efusi pleura, teknik pemeriksaan

Thorak dan Proteksi Radiasi.

BAB III PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN.

Paparan kasus berisi tentang data pasien, riwayat patologi pasien, dan teknik

pemeriksaan Radiologi thorak pada kasus Efusi pleura.

BAB IV PENUTUP.

Berisi tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

2

Page 3: Laporan Kasus thorax

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Anatomi rangka dada

Rangka dada atau thorak tersusun dari tulang dan tulang rawan. Thorak

berupa sebuah rongga berbentuk kerucut , di bawah lebih besar dari pada di atas

dan di belakang lebih panajang dari pada bagian depan. Dibagian belakang , thorak

dibentuk oleh kedua belas vertebrae thorakalis , di depan dibentuk oleh

sternum ,dibagian atas oleh klavikula , dibagian bawah oleh diafragma , dan di

samping kiri dan kanan dibentuk oleh kedua belas pasang iga yang melingkari

badan mulai dari belakang dari tulang belakang sampai ke sternum di depan

( Pearce , 1999 ).

Gambar 2.1

Rangka dada ( Snell, 1995 )

2.1.1. Sternum

Sternum atau tulang dada adalah sebuah tulang pipih yang terbagi

atas tiga bagian yaitu :

3

Page 4: Laporan Kasus thorax

a. Manubrium Sterni. Yaitu bagian tulang dada sebelah atas yang

membentuk persendian dengan tulang klavikula dan tulang iga.

b. Korpus Sterni. Yaitu bagian yang terbesar dari tulang dada dan

membentuk persendian dengan tulang iga.

c. Procesus Xypoideus. Yaitu bagian ujung dari tulang dada dan pada masih

bayi berbentuk tulang rawan.

2.1.2. Tulang iga ( costae )

Tulang iga banyaknya 12 pasang ( 24 buah ), kiri dan kanan,

bagian depan berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang

rawan. Bagian belakang berhubungan dengan columna vertebrae

thorakalis. Perhubungan ini memungkinkan costae bergerak kembang

kempis sesuai dengan irama pernafasan. Tulang – tulang iga dapat

dibedakan menjadi tiga bagian :

a. Tulang iga sejati ( Os. Costavera ). Jumlahnya 7 pasang , berhubungan

dengan tulang dada melalui persendian.

b. Tulang iga tak sejati (Os. Costaspuria). Jumlahnya 3 pasang ,

berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan dari

tulang iga sejati ke 7.

c. Tulang iga melayang (Os. Costae fluitantes). Jumlahnya 2 pasang ,

tidak mempunyai hubungan dengan tulang dada.

2.1.3. Columna vertebrae thorakalis

Dinding posterior rongga thorak terbentuk dari columna vertebrae

thorakalis dengan bagian posterior costae. Columna vertebrae thorakalis

membentuk dinding posterior thorak melalui persendian dengan bagian

posterior costae. Masing –masing costae membentuk persendian dengan

collumna vertebrae thorakalis dari 1 sampai 12.

2.1.4. Os. Klavikula

Klavikula adalah tulang yang melengkung yang membentuk bagian

anterior dari shoulder joint. Untuk keperluan pemeriksaan os. klavikula

dibagi menjadi dua ujung : ujung medial disebut sternoklavikular joint

membentuk persendian dengan sternum dan ujung lateral disebut

4

Page 5: Laporan Kasus thorax

acromioclavikular joint yang membentuk persendian dengan acromion dari

scapula.

2.1.5. Diafragma

Diafragma adalah struktur muskulo-tendineus berbentuk kubah

yang memisahkan rongga thorak dengan abdomen , serta membentuk lantai

dasar dari rongga thorak dan atap dari rongga abdomen. Pada saat inspirasi

otot diafragma berkontraksi sehingga menyebabkan kubah diafragma turun

sehingga ukuran thorak menjadi lebih besar. Turunnya diafragma

menyebabkan udara ditarik masuk oleh paru – paru dan meluas untuk

mengisi rongga thorak yang membesar. Pada saat ekspirasi otot diafragma

mengendor , diafragma naik sehingga ukuran thorak menjadi kecil dan

udara didorong keluar. Tinggi diafragma berubah sesuai dengan sikap

seperti bila duduk tegak atau berdiri. Pada diafragma terdapat tiga hiatus

yaitu : hiatus aorta , hiatus esophageal , dan hiatus kava.

2.2. Anatomi Saluran Pernafasan

Empat bagian penting saluran pernafasan dalam radiologi thorak adalah

sebagai berikut :

2.2.1 Laring

Laring ( tenggorok ) terletak didepan bagian terendah faring yang

memisahkannya dari columna vertebrae , berjalan dari faring sampai

ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam dibawahnya . Laring

terdiri dari kepingan tulang rawan yang diikat oleh ligamen membrane. Yang

terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid dan dibagian depannya terdapat

benjolan yang dikenal sebagai jakun. Laring terdiri dari lima tulang rawan

antara lain : 1 buah kartilago tiroid, 2 buah kartilago aritenoid , 1 buah

kartilago krikoid , dan 1 buah kartilago epiglotis. Pada puncak tulang rawan

tiroid terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring sewaktu orang

menelan. Laring dilapisi oleh selaput lendir kecuali pita suara dan bagian

epiglotis dilapisi oleh epitelium berlapis.

2.2.2 Trakea

5

Page 6: Laporan Kasus thorax

Merupakan lanjutan dari laring , dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin

yang terdiri dari tulang rawan yang membentuk hurup C. Berjalan dari laring

sampai ketinggian vertebrae thorakalis ke 5 dan ditempat ini bercabang

menjadi dua bronkus. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan dilapisi oleh selaput

lendir.

2.2.3 Bronkus kanan dan kiri

Merupakan lanjutan dari trakea , terdiri dari 2 bagian : bronkus kanan

dan kiri. Bronkus tersebut berjalan kebawah dan kesamping menuju ke paru –

paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari bronkus kiri. , sedikit

lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan memiliki 3 cabang. Bronkus kiri lebih

panjang dan lebih langsing dari bronkus kanan dan berjalan di bawah arteri

pulmonalis serta memiliki 2 cabang. Bronkus memiliki cabang yang disebut

bronkiolus dan pada ujungnya terdapat gelembung paru atau alveoli.

Gambar 2.2

Trakea, bronkus, bronkiolus ( Snell, 1995 )

2.2.4. Paru – Paru

Merupakan alat pernafasan utama , berbentuk kerucut dengan apeks

diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula. Sebagian besar paru

terdiri dari alveoli yang terbantuk dari sel endotel dan epitel, dibagian inilah

6

Page 7: Laporan Kasus thorax

terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 keluar dari

darah. Paru dibagi menjadi dua bagian yaitu paru kanan dan kiri. Paru kanan

dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri menjadi dua lobus. Antara lobus

kanan dan kiri dipisahkan oleh suatu fisura. Paru – paru dilapisi oleh suatu

selaput yang disebut pleura, dimana pleura dibagi menjadi 2 bagian :

a. Pleura Viseralis : selaput paru yang langsung membungkus paru.

b. Pleura Parietalis : selaput paru yang melapisi rongga dada sebelah luar.

Antara kedua pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut

kavum pleura. Kavum pleura ini hampa udara dan terdapat sedikit cairan

yang meminyaki permukaannya untuk menghindarkan gesekan antara

paru dengan dinding dada pada saat bernafas.

Gambar 2.3

Paru – paru ( Snell, 1995 )

2.3. Fisiologi Pernafasan

Fisiologi pernafasan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : pernafasan

paru-paru ( pernafasan eksterna ) dan pernafasan jaringan ( pernafasan interna )

2.3.1. Pernafasan Paru – paru ( Pernafasan Eksterna )

Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada

paru-paru. Oksigen diambil melalui mulut dan hidung waktu bernafas,

oksigen masuk melalui trakea dan sampai ke alveoli berhubungan dengan

7

Page 8: Laporan Kasus thorax

darah dalam kapiler pulmonary. Alveoli memisahkan oksigen dari darah ,

oksigen menembus membran , diambil oleh sel darah merah , dibawa ke

jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh. 4 proses yang berhubungan

dengan pernafasan pulmoner :

a. Ventilasi Pulmoner , gerakan pernafasan yang menukar udara dalam

alveoli dengan udara luar.

b. Arus darah melalui paru mengandung O2, masuk ke seluruh tubuh dan

CO2 dari tubuh masuk ke paru

c. Distribusi arus uadara dan arus darah sedemikisn rupa dengan jumlah

yang tepat bias mencapai seluruh bagian.

d. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida

lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

2.3.2. Pernafasan Jaringan ( Pernafasan Interna )

Darah merah yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh

masuk ke jaringan akhirnya mencapai kapiler darah mengeluarkan oksigen

ke dalam jaringan , mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru

dan di paru terjadi pernafasan internal.

2.4. Patologi Efusi Pleura

Pembentukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh banyak keadaan

yang dapat berasal dari dalam paru sendiri, misalnya infeksi, baik oleh bakteri

maupun virus atau jamur, tumor paru, tumor mediastinum, metastasis, atau

disebabkan oleh keadaan kelainan sistemik, antara lain penyakit-penyakit yang

mengakibatkan terhambatnya aliran getah bening, hipoproteinemia pada penyakit

ginjal, hati, dan kegagalan jantung. Tidak jarang disebabkan juga oleh trauma

akibat kecelakaan atau tindakan pembedahan.

Cairan (pleural effusion) dapat berupa :

1. Cairan Transudat, terdiri atas cairan yang bening, biasanya ditemukan dalam

kegagalan jantung, kegagalan ginjal yang akut atau kronik, keadaan

hipoproteinemia pada kegagalan fungsi hati, pemberian cairan infuse yang

berlebihan, dan fibroma ovarii (Meig’s syndrome).

8

Page 9: Laporan Kasus thorax

2. Cairan eksudat, berisi cairan kekeruh-keruhan, paling sering ditemukan pada

infeksi tuberculosis, atau nanah (empiema) dan penyakit-penyakit kolagen

(lupus eritematosus, rheumatoid arthritis).

3. Cairan darah, dapat disebabkan trauma terbuka atau tertutup, infark paru, dan

karsinoma paru.

4. Cairan getah bening; meskipun jarang terjadi, tetapi dapat diakibatkan oleh

sumbatan aliran getah bening thoraks, misalnya pada filiariasis atau metastasis

pada kelenjar getah bening dari suatu keganasan (Radiologi Diagnostik,1992).

2.5. Gambaran Radiologik

Pada pemeriksaan foto thoraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa

perselubungan homogen yang menutupi struktur paru bawah yang biasanya relative

radiopak dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke medial bawah.

Karena cairan mengisi ruangan hemithoraks sehingga jaringan paru akan terdorong

kearah sentral/hilus, dan kadang-kadang mendorong mediastinum kearah

kontralateral.

Jumlah cairan yang dapat terlihat padafoto thoraks tegak adalah 250-300 ml. Bila

cairan kurang dari 250 ml. (100-200 ml.), dapat ditemukan pengisian cairan di sinus

costofrenikus posterior pada foto thoraks tegak. Cairan yang kurang dari 100 ml.

(50-100 ml.), dapat diperlihatkan dengan posisi decubitus dan arah horizontal di

mana cairan akan berkumpul di sisi samping bawah.

Gambaran radiologist tidak dapat membedakan jenis cairan, mungkin dengan

tambahan keterangan-keterangan klinis atau kelainan lain yang ikut serta terlihat

dapat diperkirakan jenis cairan tersebut.

Kadang-kadang sejumlah cairan terkumpul setempat di daerah pleura atau fissure

interlobar (loculated/encapsulated) yang disebabkan oleh empiema dengan

perlekatan pleura (radiology Diagnostik,1992).

9

Page 10: Laporan Kasus thorax

2.6. Teknik Pemeriksaan Radiografi thorak ( Ballinger , 1995 ).

2.6.1. Persiapan Pasien

Pada pemeriksaan radiografi thorak tidak ada persiapan khusus bagi pasien.

Hanya saja, semua benda yang dapat mengganggu radiograf dilepas terlebih

dahulu, seperti : kalung , pakian dalam (BH) , kancing baju , peniti , dll. Selain

itu komunikasi dengan pasien merupakan hal penting yang harus diperhatikan.

Penting untuk menjelaskan mengenai prosedur pemeriksaan yang akan

dilakukan serta alasan melepas pakaian bagian atas dan benda-benda yang dapat

mengganggu radiograf serta diganti dengan pakaian yang bebas dari benda

asing.

2.6.2 Persiapan Alat

Adapun alat-alat yang perlu dipersiapkan pada pemeriksaan radiografi

thorak adalah :

- Pesawat sinar-x

- Kaset dan film

- Marker R atau L

- Plester

- Baju pasien

2.6.3 Teknik Pemotretan ( Ballinger , 1995 ).

Proyeksi dasar yang digunakan pada pemeriksaan radiologi thorak adalah

proyeksi Postero Anterior ( PA ) atau Antero Posterior (AP), proyeksi Lateral, dan

proyeksi tambahan yaitu : proyeksi Right Lateral Decubitus (RLD) yang khusus

digunakan untuk melihat kelainan Efusi Pleura.

A. Proyeksi Postero Anterior ( PA )

Posisi Pasien : Pasien berdiri menghadap ke standar kaset. Dagu

diletakan pada penopang dagu yang terletak di tengah batas atas

kaset. Kedua telapak tangan endorotasi maksimum dan diletakan

diatas crista illiaka. Siku didorong ke depan hingga menempel

kaset agar scapula tidak menutupi lapangan paru. Pundak agak

diturunkan agar klavikula terletak di bawah paru.

10

Page 11: Laporan Kasus thorax

Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane ( MSP ) tepat ditengah

kaset. Pastikan tidak ada rotasi pada thorak. Batas atas kaset 4 – 5

cm diatas pundak.

Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan

arah horizontal. Central Point pada vertebrae thorakal ke 7 atau

diantara kedua angulus inferior scapula. Source Image Distance

(SID) adalah 180 cm.

Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas lapangan obyek

( thorak ).

Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas

dengan tujuan untuk memperluas lapngan paru.

Kriteria Radiograf : Tampak kedua lapangan paru dari apeks

sampai sinus costoprenicus , tampak bayangan udara pada trakea ,

tampak hilus jantung , tampak, costae, klavikula, vertebrae

thorakalis 1 – 12. Pada saat inspirasi penuh tampak gambaran

costae belakang 9 – 10.

Gambar 2.4

Proyeksi PA ( Ballinger, 1995 )

11

Page 12: Laporan Kasus thorax

B. Proyeksi Lateral

Posisi Pasien : Pasien berdiri dengan sisi kiri tubuh menempel

kaset. Atur kedua tangan fleksi dan diletakan diatas kepala.

Posisi Obyek : Atur Mid Coronal Plane ( MCP ) pasien tegak

lurus / tepat ditengah kaset dan Mid Sagital Plane ( MSP ) pasien

sejajar kaset.

Pengaturan Sinar : Central ray tegak lurus terhadap kaset dengan

arah sinar horizontal. Central Point setinggi vertebrae thorakal ke

7. Source Image Distance (SID) 180 cm.

Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas

atas sinar pada vertebrae prominens.

Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas.

Kriteria Radiograf : Tampak apeks pulmo dan sinus costoprenicus.

Tampak sternum di bagian anterior. Batas jantung dan diafragma

tampak dengan jelas.

Gambar 2.5

Proyeksi Lateral ( Ballinger, 1995 )

12

Page 13: Laporan Kasus thorax

C. Proyeksi Right Lateral Decubitus (RLD) (AP Projection)

Posisi Pasien : Pasien tidur lateral recumbent dengan sisi kana

menempel meja pemeriksaan. Atur kedua tangan fleksi dan

diletakan diatas kepala.

Posisi Obyek : Letakkan kaset menempel pada punggung

pasien,kemudian atur Mid Sagital Plane (MSP) pasien tegak lurus

kaset.

Pengaturan Sinar : Central ray tegak lurus terhadap kaset dengan

arah sinar horizontal. Central Point setinggi vertebrae thorakal ke

7. Source Image Distance (SID) 180 cm.

Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas

atas sinar pada vertebrae prominens.

Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas.

Kriteria Radiograf : Tampak jantung, kedua sinus costoprenikus

Gambar 2.6

Proyeksi RLD ( Ballinger, 1995 )

13

Page 14: Laporan Kasus thorax

2.7. Proteksi Radiasi

2.7.1 Proteksi pasien.

Kolimasi secukupnya dengan memperkecil luas lapangan penyinaran.

Menggunakan factor eksposi yang tepat.

Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan.

Waktu penyinaran sesingkat mungkin.

Pasien menggunakan apron.

Pasien hamil pada triwulan pertama sebaiknya di tangguhkan.

2.7.2. Proteksi bagi petugas.

Tidak menggunakan berkas sinar – X yang mengarah ke petugas.

Berlindung pada tabir / tirai, saat melakukan eksposi.

2.7.3. Proteksi bagi masyarakat.

Pintu pemeriksaan tertutup rapat.

Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum.

14

Page 15: Laporan Kasus thorax

BAB III

PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Identitas Pasien

Adapun identitas pasien yang menjalani pemeriksaan Radiologi thorak

dengan kasus Efusi Pleura di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang adalah sebagai

berikut :

Nama : Tn. SB

Umur : 47 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Banyumanik,Semarang

No. Rontgen : 7730

Pemeriksaan : Foto Thorak

Dr. Pengirim : Dr. Arwedy

3.2. Riwayat Klinis

CKD stadium V.

Diagnosa : Edema paru,Efusi Pleura.

3.3. Tata Laksana Pemeriksaan

3.3.1. Persiapan pesawat , alat , dan bahan.

a) Pesawat sinar-x yang digunakan pada pemeriksaan thorak Tn. SB :

- Merek Pesawat : SIEMENS

- Type : POLYMOBILE PLUS

- No. Seri Tabung : 135B546

- Tegangan maksimum : 125 KV

- Arus Maksimum : 250 mAs

b) Imaging Plate ukuran 35 X 43 cm

c) CR (Computer Radiografi)

d) DRYVIEW

15

Page 16: Laporan Kasus thorax

3.3.2. Persiapan Pasien.

Pada pemeriksaan foto thorak tidak ada persiapan khusus pada

pasien , hanya saja pasien harus dibebaskan dari benda-benda disekitar dada

seperti : kalung , jalinan rambut pada wanita , kancing baju yang dapat

mengganggu gambaran radiograf.

3.3.3. Prosedur Pemeriksaan.

Untuk kepentingan pemeriksaan Radiologi pada kasus efusi pleura

di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang , hanya dilakukan pembuatan foto

thorak dengan proyeksi PA erect dan lateral , namun karena pasien tidak

kooperatif maka dibuat dengan proyeksi AP Semi erec sajat, tanpa

dilengkapi dengan proyeksi tambahan RLD

A. Posisi Pasien : Pasien setengah duduk di atas meja pemeriksaan.

B. Posisi Obyek: Atur Mid Sagital Plane ( MSP ) pasien tepat

dipertengahan kaset. Atur kedua pundak agar sama

tinggi. Usahakan vertebrae prominens ( cervical 7 )

masuk dalam lapangan penyinaran. Kedua sisi tubuh

diatur agar mempunyai jarak yang sama dari sisi

lateral kaset.

C. Pengaturan sinar : Central Ray ( CR ) tegak lurus terhadap

kaset dengan arah sinar horizontal , central point

( CP ) pada pertengahan kedua angulus inferior

scapula atau setinggi vertebrae thorakal ke 7 , dengan

Source Image Distance (SID) sejauh 180 cm.

D. Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek ,

dengan batas atas vertebrae prominens , batas bawah

pada batas bawah kaset , dan batas kanan dan kiri.

E. Eksposi : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan

nafas , dengan tujuan agar lapangan paru tampak lebih

mengembang.

16

Page 17: Laporan Kasus thorax

F. Kriteria Radiograf :

Tampak kedua paru,

Tampak jantung,

Tampak hilus dan bronkus ,

Tampak kedua sinus costoprenicus tumpul,

Tampak diafragma

Tampak tulang thorak yaitu : klavikula, vertebrae thorakal,

dan costae 10 , kecuali sternum yang superposisi dengan

vertebrae thorakal.

Tampak adanya Efusi Pleura.

G. Gambaran Radiograf

Berdasarkan pemeriksaan radiology di atas di dapatkan gambaran

radiologi seperti di bawah ini :

Gambar 2.6

Gambaran hasil pemeriksaan Radiologi Tn. SB.

17

Page 18: Laporan Kasus thorax

3.4. Hasil Pembacaan Radiograf

Adapun hasil pembacaan radiograf oleh Dr. Spesialis Radiologi adalah

sebagi berikut :

- COR : CTR tidak dinilai,.

Batas kiri bergeser ke lateral, apeks bergeser ke laterocaudal.

- Pulmo : corakan bronkovaskular pada pericardial kanan dan perihiler

kanan dan kiri.

- Tampak perselubungan pada lateral hemithorak kiri dan kanan.

- Diafragma kanan setinggi costa X posterior, sudut costofrenikus

kanan dan kiri tumpul.

Kesan : KARDIOMEGALI (SUSPEK LV)

GAMBARAN EDEMA PARU EFUSI PLEURA DUPLEKS

Tanggal pembuatan dan pembacaan radiograf 23 November 2006.

18

Page 19: Laporan Kasus thorax

3.5. Pembahasan.

Pada pemeriksaan Radiologi thorak dengan kasus Efusi pleura di Rumah Sakit

Dr. Kariadi Semarang Pada pemeriksaan radiology thorak proyeksi yang biasa

digunakan ialah Postero Anterior ( PA ) erect jika pasien kooperatip atau Antero

Posterior ( AP ) semi erect jika pasien non kooperatip dan proyeksi lateral, apabila

dilakukan dalam posisi supine, dikhawatirkan cairan akan menyebar pada

paru,sehingga sulit untuk dilakukan diagnosa. Kadang digunakan juga proyeksi

RLD jika dibutuhkan. Namun khusus pada kasus yang penulis angkat di atas, hanya

digunakan proyeksi AP semi erect saja. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah

memang benar terjadi efusi pleura atau tidak. Apabila memang terjadi efusi pleura

maka kemungkinan akan dilakukan pemeriksaan tambahan.

Pada proyeksi AP semi erect, MSP pasien tepat ditengah – tengah kaset,

Central Point ( CP ) pada vertebrae thorakal ke 7 atau diantara kedua angulus

inferior scapula dengan arah sinar horizontal. Batas – batas lapngan penyinaran,

pada bagian atas setinggi vertebrae prominens ( cervical ke 7 ), pada bagian bawah

sepanjang batas bawah kaset, dan batas kanan dan kiri pada bagian kanan dan kiri

sisi lateral tubuh. Dengan batas – batas seperti diatas maka apeks paru akan tampak

pada radiograf dan sinuscostoprenicus akan masuk pada radiograf. Eksposi pada

saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan maksud agar lapangan paru tampak

lebih mengembang / lebih luas, karena diafragma menjadi turun serta kapasitas

udara yang masuk lebih banyak. Dengan syarat diatas maka radiograf yang

dihasilkan dapat dibaca dengan baik oleh dokter Spesialis Radiologi. Proteksi

radiasi yang diberikan kepada pasien dapat dilakukan dengan cara mengatur luas

lapangan penyinaran seluas obyek thorak saja, serta diusahakan agar tidak terjadi

pengulangan pembuatan foto.

19

Page 20: Laporan Kasus thorax

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari uraian diatas penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pemeriksaan Radiologi thorak dengan kasus Efusi pleura di Rumah

Sakit Dr. Kariadi Semarang proyeksi yang biasa digunakan ialah Postero

Anterior ( PA ) erect jika pasien kooperatip atau Antero Posterior ( AP )

semi erect jika pasien non kooperatip dan proyeksi lateral, kadang

digunakan juga proyeksi RLD jika dibutuhkan.

2. Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diketahui bahwa proyeksi PA

erect atau AP semi erect saja tidak cukup efektif untuk menegakkan

diagnosa pada kasus Efusi pleura.

4.2. Saran

Saran yang ingin disampaikan penulis terhadap pemeriksaan Radiologi

thorak di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang pada kasus Efusi pleura adalah:

Pemeriksaan Radiologi thorak pada kasus Efusi pleura yang dilakukan dengan

proyeksi AP semi erect atau PA erect dan proyeksi lateral, sebaiknya ditambah

dengan pembuatan proyeksi RLD guna memberi informasi diagnostic yang lebih

lengkap.

20

Page 21: Laporan Kasus thorax

DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, P.W., 1995, Atlas of Radiographic Positioning and Radiologic Prosedures,

Volume One, Ninth Edition, The VC Mosby co London

Bontrager, Kenneth L. Textbook of Radiographic Positioning and Related anatomy.

United States of America : Mosby, 2001.

Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama, 1999.

Rosad Sjahrir , Sukanto Kertoleksono, Iwan Ekayuda, Radiologi Diagnostik. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI , 1992.

Snell, R., 1975, Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, alih bahasa Drs. Adji

Dharma, penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

Syariffudin, H. B. Ac. Drs. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC, 1997.

21