laporan kasus stroke non hemoragik

33
STATUS PASIEN I. ANAMNESA PRIBADI Nama : Nurmawati Br. Kemit Umur : 68 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Masuk : 22 Juni 2014 Status : ASKES Pekerjaan : IRT Suku : - Agama : Islam Alamat : Jl. Cendrawasih Binjai Timur II. ANAMNESA PENYAKIT Keluhan Utama : Sakit pada kepala dan kaki terasa kebas. Telaah : OS datang ke RSUD Dr RM Djoelham Binjai dengan keluhan luka di kepala setelah terjatuh di dapur,s ebelumnya OS mengatakan pernah mengalami kebas-kebas pada tangan kaki sebelah kiri. OS juga mengatakan sering mengalami sakit kepala dan berat pada daerah tengkuk/ RPT : Hipertensi RPO : - III. STATUS PRESENT 1

Upload: georgius-rudolf-alponso

Post on 07-Feb-2016

224 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

STATUS PASIEN

I. ANAMNESA PRIBADI

Nama : Nurmawati Br. Kemit

Umur : 68 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Masuk : 22 Juni 2014

Status : ASKES

Pekerjaan : IRT

Suku : -

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cendrawasih Binjai Timur

II. ANAMNESA PENYAKIT

Keluhan Utama : Sakit pada kepala dan kaki terasa kebas.

Telaah : OS datang ke RSUD Dr RM Djoelham Binjai dengan

keluhan luka di kepala setelah terjatuh di dapur,s

ebelumnya OS mengatakan pernah mengalami kebas-kebas

pada tangan kaki sebelah kiri. OS juga mengatakan sering

mengalami sakit kepala dan berat pada daerah tengkuk/

RPT : Hipertensi

RPO : -

III. STATUS PRESENT

Keadaan Umum : Compos Mentis

Tekanan Darah : 130/75 mmHg

Nadi : 115x/i

Pernafasan : 44x/i

Temperatur : 38,1 0C

1

Page 2: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

IV. STATUS NEUROLOGI

A. Rangsangan Meningeal (+/-)

1. Kaku Kuduk ( TDP )

2. Brundzinski ( TDP )

3. Kernig ( TDP )

B. Rangsangan Radikuler (+/-)

1. Laseque ( - )

2. Cross Laseque ( - )

3. Kernig ( - )

4. Lhermitte Test ( TDP )

C. Nervus Cranialis

1. Nervus I (Olfactorius)

Normosmia ( TDP )

Anosmia ( TDP )

Parosmia ( TDP )

Kakosmia ( TDP )

Uncinate Fit ( TDP )

2. Nervus II (Opticus)

A. Reflek Pupil

Langsung

Tidak Langsung

B. Test Konfrontasi ( TDP )

3. Nervus III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducens)

A. Gerakan Bola Mata ( + )

B. Ptosis ( TDP )

C. Dolls Eyes Phenomenom ( TDP )

Kanan Kiri

+ +

+ +

2

Page 3: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

4. Nervus V (Trigeminus)

A. Sensoris N – VI ( TDP )

N – V2 ( TDP )

N – V3 ( TDP )

B. Motorik ( TDP )

C. Reflek Kornea ( TDP )

D. Reflek Massetter ( TDP )

5. Nervus VII (Facialis)

A. Sensoris ( TDP )

B. Motorik

- Kerut Kening

- Menutup Mata

- Sudut Mulut

- Lagoftalmus

C. Reflek

- Stapedial Reflek ( TDP )

- Glabela Reflek ( TDP )

6. Nervus VIII (Vestibulococlearis)

A. Keseimbangan

- Nistagmus ( - )

- Test Romberg ( TDP )

B. Pendengaran ( TDP )

7. Nervus IX, X (Glossopharingeus, Vagus)

A. Reflek Menelan ( TDP )

B. Reflek Batuk ( TDP )

C. Reflek Muntah ( TDP )

D. Gerakan Palatum ( TDP )

E. Gerakan Uvula ( TDP )

Kanan Kiri

+ +

+ +

- -

- -

3

Page 4: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

8. Nervus XI (Accesorius)

A. Kekuatan M. Sternocleidomastoideus ( TDP )

B. Kekuatan M. Trapezeus ( TDP )

9. Nervus XII (Hypoglossus)

A. Menjulurkan Lidah ( TDP )

B. Menggerakan Pelateral ( TDP )

C. Fasikulasi ( TDP )

D. Atropi ( TDP )

D. Pemeriksaan Motorik

1. Reflek

a. Refleks Fisiologis

- Anggota Gerak Atas

Biceps ( +/+ )

Triceps ( +/+ )

- Anggota Gerak Bawah

APR ( +/+ )

KPR ( +/+ )

b. Refleks Patologis

- Babinski ( -/- )

- Oppenheim ( -/- )

- Chaddock ( -/- )

- Schaefer ( -/- )

- Hoffman Tromer ( -/- )

- Rossolimo ( -/- )

4

Page 5: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

2. Kekuatan Otot

a. Ekstremitas Superior Sinistra (3)

Ekstremitas Inferior Sinistra (3)

b. Ekstremitas Superior Dextra (3)

Ekstremitas Superior Dextra (3)

3. Tonus Otot

- Hipotonia (-)

- Hipertonia (-)

E. Sensibilitas

a. Nyeri (+)

b. Raba (+)

c. Getar (+)

d. Suhu (+)

e. Posisi (+)

F. Sistem Ekstrapiramidal

1. Tremor (-)

2. Chorea (-)

3. TICS (-)

4. Fasikulasi (+)

5. Myoclonic Jerk (-)

6. Atetosis (-)

7. Asterixis (-)

8. Balismus (-)

9. Tardive Dyskinesia (-)

5

Page 6: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

G. Sistem Koordinasi

1. Test Romberg ( TDP )

2. Tandem Walking ( TDP )

3. Finger to Finger Test ( TDP )

4. Finger to Nose Test ( TDP )

5. Nose Finger Nose Test ( TDP )

H. Fungsi Kortikal

1. Atensi/Konsentrasi ( TDP )

2. Disorientasi ( TDP )

3. Kecerdasan ( TDP )

4. Bahasa ( TDP )

5. Memory ( TDP )

6. Gnosia ( TDP )

7. Visuo-Contructive ( TDP )

V. KESIMPULAN PEMERIKSAAN

-

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM

WBC :

HGB :

PLT :

KGD Ad Random :

VII. DIAGNOSIS BANDING

a. Stroke Non Hemoragik

b. Stroke Hemoragik

6

Page 7: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

VIII. DIAGNOSIS KLINIS

Stroke Non-Hemoragik

IX. TERAPI

Tanggal 30 Juni 2014

RL 20 gtt/i

Citicolin 1 amp/ 8 jam

Aspilet 1x1

Tanggal 01 Juli 2014

Citicolin 1 amp/ 8 jam

Aspilet 1x1

Pada tanggal 02 juli 2014 pasien berobat jalan

7

Page 8: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

SIRIRAJ STROKE SCORE (S.S.S.)

SSS = (2.5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala) +

(0.1 x tekanan diastolik) - (3 x atheroma) - 12

Jenis Pemeriksaan Point Nilai

Kesadaran

- Compos Mentis

- Somnolen & Stupor

- Semi Koma & Koma

0

1

2

x 2.5 0

Muntah dlm wkt 2 jam- Tidak Ada

- Ada

0

1x 2 0

Nyeri Kepala dlm wktu 2

jam

- Tidak Ada

- Ada

0

1x 2 0

Atheroma- Tidak Ada

- Ada

0

1x 3 - 3

Tekanan Diastolik 75 x 0.1 7.5

Konstanta - 12 - 12 - 12

Jumlah

…………………………………………………………………………- 7.5

Keterangan :

Nilai S.S.S. Diagnosa

> 1 - Pendarahan Otak

< -1 - Infark Otak

-1 < S.S.S. < 1 - Meragukan (Gunakan kurva atau CT Scan)

8

Page 9: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

ALGORITMA STROKE GAJAHMADA

Penderita Stroke Akut

Dengan/ Tanpa

1. Penurunan Kesadaran2. Nyeri kepala3. Refleks Babinski

Ketiganya atau 2 dari ketiganya.

STROKE PISTidakYA

- Penurunan Kesadaran (+)- Nyeri Kepala (-)- Refleks Babinski (-)

STROKE PISTidakYA

- Penurunan Kesadaran (-)- Nyeri Kepala (+)- Refleks Babinski (-)

STROKE PISTidakYA

- Penurunan Kesadaran (-)- Nyeri Kepala (-)- Refleks Babinski (+)

STROKE INFARKTidakYA

- Penurunan Kesadaran (-)- Nyeri Kepala (-)- Refleks Babinski (-)

STROKE INFARKYA

Kesimpulan :

Stroke Infark

9

Page 10: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke didefenisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan peredaran

darah otak yang menyebabkan defisit neurologis. Defenisi lain lebih

mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah

sebagai berikut: suatu defisit neurologis mendadak akibat iskemia atau hemoragi

sirkulasi otak.

Stroke adalah penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian

nomor dua di dunia. Stroke juga merupakan penyakit paling umum yang

menyebabkan pasien masuk rumah sakit di bagian neurologi. Penyakit ini telah

menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua

pertiga penderita stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang.

10

Page 11: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI 1,2

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh

gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat

menimbulkan cacat atau kematian.

Stroke non-hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh oklusi pembuluh

darah otak yang kemudian menyebabkan terhentinya pasokan oksigen dan glukosa

ke otak.

2.2. ETIOLOGI 3

Stroke non-hemoragik sering diakibatkan oleh trombosis akibat plak

aterosklerosis arteri otak atau suatu emboli dari pembuluh darah di luar otak yang

tersangkut di arteri otak. Stroke non-hemoragik ini merupakan jenis stroke yang

tersering didapatkan, sekitar 80% dari semua stroke. Stroke jenis ini juga bisa

disebabkan oleh berbagai hal yang menyebabkan terhentinya aliran darah otak

antara lain, syok hipovolemia, dan berbagai penyakit lain. Ketika aliran darah

menurun, neuron juga berhenti berfungsi. Iskemik neuronal yang ireversibel dan

cedera umumnya dimulai ketika aliran darah dibawah 18 mL/ 100 g jaringan/

menit, dan kematian sel terjadi dengan cepat ketika aliran darah dibawah 10 mL/

100 g jaringan/ menit.

2.3. EPIDEMIOLOGI 2

1. Frekuensi

Di Amerika Serikat, diketahui 82-92% stroke adalah non-

hemoragik. Diketahui bahwa 15 juta orang menderita stroke setiap

tahunnya, 5 juta meninggal dan 5 juta lainnya mengalami kecacatan.

11

Page 12: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

2. Faktor Risiko

a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

- Umur

- Ras

- Sex

- Etnis

- Riwayat nyeri kepala migrain

- Displasia fibromuskular

- Hereditas: riwayat keluarga dengan stroke atau transient

ischemic attack (TIA).

b. Faktor yang dapat dimodifikasi.

- Hipertensi

- Diabetes mellitus

- Hyperhomocystinemia

- Gaya hidup: konsumsi alkohol berlebih, penggunaan

tembakau, penyalahgunaan obat terlarang, kurangnya aktivitas

fisik

- Obesitas

- Penggunaan kontrasepsi oral/ penggunaan hormon post-

menopause

- Penyakit sickle cell

2.4. PATOFISIOLOGI 3

Dalam keadaan fisiologis, jumlah darah yang mengalir ke otak adalah 50–

60 ml per 100 gram otak per menit. Jadi jumlah darah untuk seluruh otak, yang

kira-kira beratnya antara 1200-1400 gram adalah 700-840 ml per menit. Dari

jumlah darah itu, satu pertiganya disalurkan melalui tiap arteri karotis interna dan

satu pertiga sisanya disalurkan melalui susunan vertebrobasilar. Daerah otak tidak

berfungsi bisa karena secara tiba-tiba tidak menerima suplai darah lagi karena

12

Page 13: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

arteri yang memperdarahi daerah tersebut putus atau tersumbat. Penyumbatan itu

bisa terjadi secara mendadak atau secara berangsur-angsur (Mardjono, 2008).

Oklusi akut pembuluh darah intrakranial menyebabkan penurunan aliran

darah ke regio otak sesuai dengan kebutuhannya. Penurunan aliran ini akan

berpengaruh pada aliran darah kolateral dan ini sangat tergantung pada anatomi

vaskular individual dan lokasi oklusi. Apabila aliran darah serebral tidak ada sama

sekali, akan terjadi kematian pada jaringan otak dalam 4 hingga 10 menit. Apabila

aliran darah ke otak kurang dari 16-18 ml/ 100 gram jaringan otak per menit maka

akan menyebabkan infark dalam satu jam. Apabila kurang dari 20 ml/ 100 gram

jaringan otak per menit menyebabkan iskemik tanpa infark kecuali jika

berlangsung selama beberapa jam atau hari. Jika aliran darah dikembalikan

dengan cepat sesuai dengan kebutuhannya, sehingga jaringan otak dapat pulih

penuh dan simptom pada pasien hanya transien dan ini disebut transient ischemic

attack (TIA). Tanda dan gejala TIA biasanya berlangsung dalam 5-15 menit tetapi

secara defenisi harus kurang dari 24 jam.

Kematian sel pada otak terjadi melalui dua jalur yaitu: (1) jalur nekrosis di

mana pemecahan sitoskletal seluler berlangsung cepat yang berakibat pada

kegagalan energi sel, dan (2) jalur apoptosis di mana sel terprogram untuk mati.

Iskemik menyebabkan nekrosis karena sel-sel neuron mengalami kekurangan

glukosa yang berakibat pada kegagalan mitokondria dalam menghasilkan ATP.

Tanpa ATP, pompa ion pada membran akan berhenti berfungsi dan neuron

mengalami depolarisasi dan disertai dengan peningkatan kalsium intraselular.

Depolarisasi selular juga menyebabkan pelepasan glutamat dari terminal sinapsis

(Kasper, 2005). Di samping itu, penurunan ATP akan menyebabkan penumpukan

asam laktat dan menyebabkan terjadinya asidosis selular (Ropper, 2005). Radikal

bebas juga dihasilkan oleh degradasi membran lipid dan mitokondria yang

mengalami disfungsi. Radikal bebas ini menyebabkan kerusakan pada membran

dan fungsi vital lain sel. Di samping itu, demam akan memperparah iskemik

begitu juga dengan hiperglikemia, oleh karena itu demam dan hiperglikemia harus

diatasi dan jika bisa dicegah (Kasper, 2005). Penurunan suhu setidaknya 2 – 3 0C

dapat menurunkan kebutuhan metabolik neuron dan meningkatkan toleransi

terhadap hipoksia sebesar 25-30 % (Ropper, 2005).

13

Page 14: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

2.5. GEJALA KLINIS 1

Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah

di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi

tempat gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:

a. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.

- Buta mendadak (amaurosis fugaks).

- Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan

(disfasia)

- bila gangguan terletak pada sisi dominan.

- Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis

kontralateral)

- dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.

b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.

- Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih

menonjol.

- Gangguan mental.

- Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.

- Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.

- Bisa terjadi kejang-kejang.

c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.

- Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih

ringan. Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.

- Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.

- Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).

14

Page 15: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.

- Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.

- Meningkatnya refleks tendon.

- Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.

- Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala

berputar (vertigo).

- Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).

- Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga

pasien sulit bicara (disatria).

- Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara

lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan

daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi).

- Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan

arah bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan

kelopak mata (ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan

setengah lapang pandang pada belahan kanan atau kiri kedua mata

(hemianopia homonim).

- Gangguan pendengaran.

- Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.

e. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior

- Koma

- Hemiparesis kontra lateral.

- Ketidakmampuan membaca (aleksia).

- Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.

f. Gejala akibat gangguan fungsi luhur

- Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia

dibagi dua yaitu, Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk

berbicara, mengeluarkan isi pikiran melalui perkataannya sendiri,

sementara kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap

baik. Aphasia sensorik adalah ketidakmampuan untuk mengerti

15

Page 16: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

pembicaraan orang lain, namun masih mampu mengeluarkan

perkataan dengan lancar, walau sebagian diantaranya tidak memiliki

arti, tergantung dari luasnya kerusakan otak.

- Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan

otak. Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara

kongenital), yaitu Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca

kata, tetapi dapat membaca huruf. Lateral alexia adalah

ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca kata.

Jika terjadi ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia.

- Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya

kerusakan otak.

- Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal

angka setelah terjadinya kerusakan otak.

- Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah

sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti

penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah atau

menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering bersamaan

dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh menyebutkan nama

jari yang disentuh sementara penderita tidak boleh melihat jarinya).

- Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya

kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan

dengan ruang.

- Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku

akibat kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere

dominan yang menyebabkan terjadinya gangguan bicara.

- Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma

capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan

massa di otak.

- Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup

sejumlah kemampuan.

16

Page 17: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

2.6. DIAGNOSIS 1

Diagnosis didasarkan atas hasil:

a. Penemuan Klinis

- Anamnesis

Terutama terjadinya keluhan/ gejala defisit neurologik yang

mendadak. Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.

- Pemeriksaan Fisik

Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti

hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.

b. Pemeriksaan tambahan/ Laboratorium

- Pemeriksaan Neuro-Radiologik

Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu

diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada

fase akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk

mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang

terganggu, atau bila scan tak jelas. Pemeriksaan likuor

serebrospinalis, seringkali dapat membantu membedakan infark,

perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS) maupun

perdarahan subarakhnoid (PSA).

- Pemeriksaan lain-lain

Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan

darah rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila

perlu gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit,

Doppler, Elektrokardiografi (EKG).

17

Page 18: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

2.7. DIAGNOSIS BANDING 2

Diagnosis banding stroke non-hemoragik:

a. Bell’s Palsy

b. Brain Neoplasms

c. Conversion Disorder in Emergency Medicine

d. Hemorrhagic Stroke

e. Hypoglycemia

f. Migraine Headache

g. Seizure Assessment in the Emergency Department

h. Emergent Management of Subarachnoid Hemorrhage

i. Syncope

j. Transient Global Amnesia

2.8. PENATALAKSANAAN 4

a. Farmakologi

Terapi pada kasus gawat darurat harus dimulai dalam waktu 4,5 jam

melalui pembuluh vena, lebih cepat lebih baik. Penatalaksanaan yang

cepat tidak hanya meningkatkan keselamatan, tetapi juga mengurangi

komplikasi. Obat-bat yang diberikan:

- Aspirin, untuk mencegah clotting.

- Tissue Plasminogen Activator (TPA) IV.

b. Lain-lain

Untuk mengurangi risiko mengalami serangan stroke berulang atau TIA,

prosedur membuka jalur aliran darah arteri yang mengalami deposit

lemak (plak) sedang hingga berat dapat dilakukan.

- Carotid endarterectomy, menghilangkan plak yang memblok

arteri carotid.

- Angioplasty dan stent, menggunakan kateter untuk membuka

arteri yang terblok.

18

Page 19: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

2.9. PENCEGAHAN 1

Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia,

upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:

a. Pencegahan Primordial

Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor

risiko stroke bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko.

Pencegahan primordial dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi

kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke

dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian

masyarakat.

Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah

program pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan

informasi tentang penyakit stroke melalui ceramah, media cetak, media

elektronik dan billboard.

b. Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor

risiko stroke bagi individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara

melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:

- Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam

berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.

- Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.

- Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya

fibrilasi atrium, infark miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan

penyakit vascular aterosklerotik lainnya.

- Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak

sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna,

minimalkan junk food dan beralih pada makanan tradisional yang

rendah lemak dan gula, serealia dan susu rendah lemak serta

dianjurkan berolah raga secara teratur.

19

Page 20: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

c. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita

stroke. Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita

stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang

dilakukan adalah:

- Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat)

digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama

dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari, antikoagulan oral

diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung

(fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi

koagulopati yang lain.

- Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat

antiagregasi trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau

mempunyai kontra indikasi terhadap asetosal (aspirin).

- Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya

mengkonsumsi obat antihipertensi yang sesuai pada penderita

hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik pada penderita

diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat antidislipidemia

pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti

mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang

gerak.

d. Pencegahan Tertier

Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah

menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat

dan mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier dapat dilakukan

dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan

diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli

terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan peran

serta keluarga.

20

Page 21: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

- Rehabilitasi Fisik

Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat

membantu proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang

diberikan yaitu yang pertama adalah fisioterapi, diberikan untuk

mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita seperti masalah

kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan

serta mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua adalah terapi

okupasional (Occupational Therapist atau OT), diberikan untuk

melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari

seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang

ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih

kemampuan penderita dalam menelan makanan dan minuman

dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.

- Rehabilitasi Mental

Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang

dapat mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah

tersinggung, tidak bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional

yang mereka alami akan mengakibatkan penderita kehilangan

motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu,

penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan

konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi klinis.

- Rehabilitasi Sosial

Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu

penderita stroke menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi

perubahan gaya hidup, hubungan perorangan, pekerjaan, dan

aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan memberikan

informasi mengenai layanan komunitas lokal dan badan-badan

bantuan sosial.

2.10. KOMPLIKASI 4

21

Page 22: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

Komplikasi yang dapat terjadi pada stroke non-hemoragik:

a. Paralysis atau hilangnya pergerakan otot

b. Susah berbicara atau menelan

c. Hilang ingatan atau sulit berpikir

d. Gangguan emosi

e. Nyeri

f. Perubahan tingkah laku.

BAB III

22

Page 23: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

KESIMPULAN

Stroke non-hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh oklusi

pembuluh darah otak yang kemudian menyebabkan terhentinya pasokan oksigen

dan glukosa ke otak. Penyebab stroke non-hemoragik adalah trombosis akibat

plak aterosklerosis arteri otak atau suatu emboli dari pembuluh darah di luar otak

yang tersangkut di arteri otak.

Diagnosis stroke non-hemoragik dapat ditegakkan berdasarkan anamnese,

pemeriksaan fisik dan CT Scan. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan

pemberian aspirin maupun TPA.

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

1. Sinaga SA. 2010. Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap di Rumah Sakit

Haji Medan Tahun 2002 – 2006. USU Institutional Repository.

2. Jauch EC. Ischemic Stroke. Available from

http://emedicine.medscape.com/article/1916852-overview. Accessed 10 July

2014.

3. Samngunsong DK. 2011. Gambaran Profil Lipid pada Penderita Stroke di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2009. USU

Institutional Repository.

4. Mayo Clinic. Stroke: Treatments and drugs. Available from

http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/stroke/basics/treatment/con-

20042884. Accessed 10 July 2014.

24