laporan kasus oma

Upload: luthfita-rahmawati

Post on 01-Mar-2016

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Lapkas Oma

TRANSCRIPT

Status Pasien

A. IDENTITASNama : Ny. MUmur: 38 tahunAlamat: Ds.BalokangPekerjaan: IRTTanggal Pemeriksaan: 8 Januari 2015

B.ANAMNESISKeluhan Utama : Telinga kiri keluar cairan sejak 2 minggu SMRS

Keluhan Tambahan :Pendengaran berkurang, demam hilang timbul, nyeri kepala.

Riwayat Penyakit Sekarang:OS datang ke poli THT RSUD Banjar dengan keluhan telinga kiri keluar cairan sejak 2 minggu yang lalu.Cairan berwarna putih kekuningan, tidak ada darah. OS mengaku sebelumnya sebelum sakit telinga OS masuk air dan awalnya terasa nyeri tetapi sekarang sudah tidak. Keluhan disertai dengan demam yang hilang timbul dan terkadang terasa nyeri kepala dan tidak ada gangguan pada telinga kanan.Riwayat Penyakit Dahulu :Belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.OS juga mengaku tidak mengalami sakit flu ataupun batuk.OS menyangkal mempunyai penyakit darah tinggi maupun diabetesRiwayat Penyakit Keluarga :Di keluarga tidak ada yang menderita hal yang sama

Riwayat Pengobatan:Sebelumnya pasien sudah berobat di puskesmas dan diberi obat tetes telinga tetapi tidak ada perbaikan.

Riwayat Alergi:Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, dan cuaca.

Riwayat psikososial:Sering membersihkan telinga dengan cotton bud dan sempah pernah berdarah

C.PEMERIKSAAN FISIK1.Status Generalis Keadaan Umum : tampak sakit ringanKesadaran: Compos MentisTanda tanda vital: TD = 120/90mmHgP = 18x/mnt N = 92x/mntS = 36,5 0CKepala - normocephal,rambut hitam, distribusi merataMata Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek pupil +/+, isokor +/+, strabismus -/-Hidung Lihat status lokalisMulut Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor & tremor (-), faring hiperemis (-)

TelingaLihat status lokalis

LeherLihat status lokalisThoraks Paru - Inspeksi : Pergerakan dada simetris dextra-sinistra, retraksi dinding dada -/- Palpasi : fokal fremitus dextra-sinistra sama Perkusi : sonor diseluruh lapang paru Auskultasi : vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V sinistra, linea midclavicula sinistra Perkusi : batas jantung dalam batas normal Auskultasi : bunyi jantung III, murni, regular, Murmur (-), Gallop (-)Abdomen Inspeksi : datar, skar bekas operasi (-) Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan abdomen (-) Perkusi : timpani di 4 kuadran Auskultasi : bising usus (+) normal Ascites: negatif

Splen Splenomegali (-)Hepar Hepatomegali (-)Ekstremitas Atas : hangat +/+, udema -/-, RCT < 2 det, sianosis -/- Bawah : hangat +/+, udema -/-, RCT < 2 det, sianosis -/-

2.Status Lokalis THTa. ADS : Aurikula : Bentuk normotia +/+, hematom-/-, perikondritis -/-, pseudokista -/- Retro Aurikuler : peradangan -/-, sikatriks -/- CAE : Hiperemis -/-, udem -/-, jamur -/-, benda asing -/-, serumen +/+ lunak berwarna coklat, sekret -/++, furunkel -/- MT : Intak / perforasi (sentral pars tensa), hiperemis -/+ Garpu tala Tes Rinne tidak dilakukan, tes Weber tidak dilakukan, tes Schwabach tidak dilakukan

b. Hidung: Pemeriksaan luar : Normonasi (-), septum deviasi (-), depresi tulang hidung (-), pembengkakan hidung & sinus paranasal (-), krepitasi tulang hidung (-), nyeri tekan sinus paranasal (-/-) Rinoskopi anterior : Mukosa hieremis (-/-), epistaksis (-/-), sekret (-/-), polip (-/-) konka hiperemis (-/-), konka udem (-/-)c. Tenggorokan: NP : Rinoskopi posterior tidak dilakukan OP :Mukosa pharynx hiperemis (-), granule (-), lidah kotor & tremor (-) dinding belakang faring tenang (+), deviasi uvula (-), karies gigi (-) Tonsil T1/T1, tonsil hiperemis (-/-), perlegketan (-/-), pelebaran detritus (-/-) LP : Laringoskop indirek tidak dilakukan Dentin tidak ada kelainan, gingifitis (-)d. Leher: pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)D.Resume: Wanita 38 tahun, mengeluh telinga kiri keluar cairan sejak 2 minggu SMRS, keluhan disertai demam hilang timbul dan pusing, dan mengaku kemasukan air pada telinga. Pem. Fisik : Serumen pada CAE (+/+),sekret -/++, MT intake/perforasi sentral pars tensa, hiperemis (-/+)

E.Diagnosis kerja: Otitis Media Akut Stadium Perforasi ASF.Diagnosis banding : -G.Rencana diagnosis: -

H.Terapi: - Eritromisin 250 mg 1x2 selama 3 hari- Paracetamol 500mg(bila perlu)- H2O23%3 gtt 5

I.Saran: Istirahat yang cukup Jangan terlalu sering membersihkan telinga Telinga jangan kemasukan air Konsumsi makanan bergizi

TINJAUAN PUSTAKAi. AnatomiTelinga terdiri dari tiga bagian : telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

1. Telinga luarMerupakan struktur terluar telinga yang berfungsi dalam fokus gelombang (collecting sounds) dan melokalisasi sumber datangnya suara. Daun telinga terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 3 cm.Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

AuriculaMemiliki bentuk seperti corong yang ujung sempitnya menghadap kedalam kepala.Namun auriculus memiliki bentuk yang lebih unik dan kompleks.Bagian tepinya melengkung dari luar kedalam mendekati batang tubuh, lengkungan tersebut dinamakan heliks.Setengah potongan kearah superior, terdapat cembungan yang agak lancip melintang dari tengah ke atas, ini anti-heliks.Setengah potongan ke posterior terdapat cembungan lancip yang melintang dari tengah setengah melingkar ke arah posterior dan diujungnya terdapat tragus.Lempengan lancip di pintu masuk meatus auditorius eksterna adalah anti tragus. Jadi dapat disimpulkan auriculus berstruktur seperti barisan bukit dan ngarai yang melengkung kedalam dan berakhir dengan lubang dibagian tengah. Hamper semua struktur auriculus disusun oleh kartilago kecuali lobus yang hanya berupa jaringan adipose yang lentur.Meatus Auditorius EksternaMerupakan saluran masuknya gelombang suara ke bagian yang lebih dalam dari telinga.Sebagian distrukturi oleh kartilago dan sebagian lagi oleh ostium yaitu bagian lateral dan medial atau Pars Cartilagenous dan Pars Osseus.Pars Cartilagenous merupakan lanjutan dari auriculum sehingga berstrukturkan tulang rawan, memiliki kelenjar sebasea dan seruminosa yang mensekresikan serumen yang berguna menghalangi masuknya benda asing kedalam telinga, dan tentunya memiliki rambut halus yang membantu rintangan.Pars Osseus merupakan bagian yang lebih masuk ke dalam. Berstruktur ostium, tidak berambut, da nada isthmus yang berpa lekukan kecil yang diakhiri membrane timpani.Membran Timpani Membran timpani memisahkan kavum timpani dengan meatus akustikus eksterna. Bentuknya seperti kerucut dengan basis oval dan puncak kerucut cekung kearah medial. Tepi membran timpani disebut margo timpani. Membaran timpani terpasang miring dengan melekat pada suatu lekukan tulang yang disebut sulkus timpanikus dengan perantaraan jaringan ikat.Bagian atas membran timpani yang berbentuk bulan sabit di sebut pars flaksida atau membran shrapnelli.pars flaksida ini lebih tipis dan lebih lentur. Bagian bawah berbentuk oval dengan warna putih mutiara yang di sebut pars tensa. Pars tensa ini merupakan bagian terbesar dari membrane timpani terdiri atas lapisan berupa epitel kulit yang merupakan lanjutan epitel meatus akustikus eksterna, lapisan tengah (lamina propia) yang terdiri dari lapisan jaringan ikat tersusun sirkular dan radial dan lapisan dalam yang di bentuk oleh mukosa kavum timpani. Pars flaksida hanya terdiri dari lapisan luar dan lapisan dalam tanpa lamina propia.

2. TelingaTengah

Telinga tengah merupakan ruang kecil dalam tulang temporal, dipisahkan oleh membran timpani dari telinga bagian luar, dinding selanjutnya dibentuk oleh dinding bagian lateral telinga dalam. Rongga tersebut dikelilingi membran mukosa dan berisi udara yang masuk ke faring melalui saluran pendengaran. Hal ini membuat tekanan udara di kedua sisi membran timpani sama.Telinga tengah terdiri dari tiga tulang tipis, yang disebut osikel, yang menghantarkan getaran ke membran timpani melalui telinga dalam. Membran timpani tipis dan semi transparan dan tempat melekatnya maleus, osikel pertama, melekat dengan kuat ke permukaan dalam. Inkus berartikulasi dengan maleus dan stapes, bagian dasar osikel, yang menempel pada fenestra vestibule dan mengarah ke bagian dalam telinga. Dinding posterior telinga tengah terbuka tidak beraturan.

1. Kavum timpaniKavum timpani merupakan bagian terpenting dari auris media, mengingat banyaknya struktur yang ada di dalamnya yaitu tulang, otot, ligament, saraf dan pembuluh darah. Kavum timpani dapat dibayangkan sebagai kotak dengan dinding enam dan dindingnya berbatasan dengan organ-organ penting. Jarak anterior sampai posterior adalah 15 mm, jarak superior sampai inferior adalah 15 mm dan jarak lateral sampai medial adalah 6 mm, tempat ada bagian tersempit yang hanya berjarak 2 mm.Kavum timpani dibagi menjadi 3 bagian yaitu epitimpanum, mesotimpanum dan hipotimpanum. Pada kavum timpani terdapat :Osikula yang terdiri atas :1) Maleus dengan bagian-bagiannya yaitu kaput, kolum, prosesus brevis, prosesus longus, dan manubrium malei.kaput malei mengisis epitimpanum, sedangkan bagian yang lain mengisi mesotimpanum.Maleus adalah tulang sebelah luar berbentuk martil dengan gagang yang terkait pada membrane timpani, sedangkan kepalanya menjulur kedalam ruang timpani.2) Inkus terdiri atas kaput, prosesus brevis dan prosesus longus. Sebagian besar inkus mengisi epitimpanum dan hanya sebagian dari prosesus longus yang mengisi mesotimpanum.Tulang inkus atau landasan, sisi luarnya bersendi dengan maleus, sementara sisi dalamnya bersendi dengan sisi dalam sebuah tulang kecil, yaitu stapes.3) Stapes atau tulang sanggurdi terdiri atas kaput, kolum, krus anterior, krus posterior dan basis. Stapes dikaitkan pada inkus pada ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terkait pada membrane yang menutup fenestra vestibuli atau tingkap jorong.

2. Tuba EustachiusTuba Eustachius (auditori) menghubungkan telinga tengah dengan faring. Tuba yang biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap, menelan atau menguyah. Saluran ini berfungsi untuk menyimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani.Tuba Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring, berbetuk terompet, panjang 37 mm. Tuba eustachius dari kavum timpani menuju nasofaring terletak dengan posisi infero-antero-medial sehingga ada perbedaan ketinggian antara muara kavum timpani dengan muara pada nasofaring sekitar 15 mm.Pada bayi, tuba Eustachius terletak lebih horizontal, lebih pendek dan lumen lebih lebar sehingga mudah terjadi keradangan telinga tengah. Muara pada kavum timpani selalu terbuka, sedangkan muara pada nasofaring selalu tertutup dan baru terbuka bila ada kontraksi M. Levator dan M. Tensor veli palatine yaitu pada waktu menguap atau menelan.Fungsi tuba Eustachius antara lain adalah untuk menjaga agar tekanan di dalam kavum timpani sama dengan tekanan udara luar (1 atm) dan untuk menjamin ventilasi udara di dalam kavum timpani.

3. Telinga Dalam

Telinga dalam disebut juga labirin. Didalamya terdapat dua alat yang saling berdekatan yaitu organ status (alat imbang) dan organ auditus (alat dengar). Keduanya berbentuk labung yang masing - masing endolimf dan perilimf. Cairan endolimf keluar melalui duktus endolimfatikus sedangkan cairan perilimf berhubungan dengan likuor serebrospinalis melalui duktus perilimfatikus. Hal ini berakibat bahwa melalui jalur tersebut, keradangan dalam kavum timpani dapat menjalar ke dalam endokranium.

1. Organ statusTerdiri atas 3 kanalis semisirkular yaitu kanalis semisirkularis horizontal, kanalis semisrkularis vertical posterior (interior) dan kanalis semisirkularis vertical anterior (superior). Alat keseimbangan inilah yang membuat seseorang menjadi sadar akan posisi tubuhnya dalam suatu ruangan. Jika alat ini terganggu akan timbul keluhan pusing atau vertigo.2. Organ AuditusAlat pendengaran terdiri dari koklea yang berbentuk rumah siput dengan dua setengah lingkaran akan mengubah getaran suara dari sistem konduksi menjadi sistem saraf. Jika alat ini terganggu akan timbul keluhan kurang pendengaran atau tuli.

ii. Oitis Media

1.PengertianOtitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah., tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (= otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME). Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain disebut otitis media adhesive. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah. Harus dibedakan antara otitis media akut dan otitis media efusi. Otitis media efusi lebih umum daripada otitis media akut. Ketika otitis media efusi didiagnosis dengan otitis media akut, antibiotic yang diberikan bisa tidak sesuai. Otitis media efusi yaitu adanya cairan ditelinga tengah tanpa adanya gejala infeksi. Otitis media efusi biasanya disebabkan tertutupnya Tuba Eustachius dan cairan terperangkap di telinga tengah. Gejala dari otitis media akut datang bila cairan di telinga tengah terinfeksi.

a. Otitis Media AkutPeradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di daerah nasofaring dan faring. Secara fisiologik nterdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibody. Otitis media akut (OMA) biasanya terjadi karena factor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan factor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Selain itu, pencetus lain adalah infeksi saluran napas atas. Pada anak, makin sering anak terkena infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal, dan juga adenoid pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. 1.Epidemiologi Di Amerika Serikat,diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Sering terjadi pada usia 3-6 tahun. 2.Etiologi Faktor pasien Prematur dan bayi berat lahir rendah Umur muda Riwayat keluarga Ras Imunitas rendah Kelainan kraniofasial Penyakit neuromuscular AlergiFaktor lingkungan Tempat tinggal yang padat penduduk Status social-ekonomi rendah Terpapar polusi dan merokok Musin gugur atau dingin Tidak mendapatkan asi, menggunakan susu botol.

3.PatologiKuman utama penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang ditemukan juga Hemofilus influenza, Escherichia colli, Streptokokus unhemolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa. Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak dibawah 5 tahun1.

4.Stadium OMAPerubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium :1. Oklusi tuba Eustachius.2. Hiperemis (pre supurasi).3. Supurasi.4. Perforasi.5. Resolusi.

1. Stadium Oklusi Tuba EustachiusStadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah karena terjadinya absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi.Stadium oklusi tuba Eustachius dari otitis media supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan virus dan alergi.2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di membran timpani yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.3. Stadium SupurasiStadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah). Selain itu edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur. Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah liang telinga luar. Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak. Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil.Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani tidak utuh lagi.

4. Stadium PerforasiStadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidur nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).5. Stadium ResolusiStadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap perforasi dan sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul. Otitis media supuratif akut (OMA) dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani1.5.Gejala Klinik OMA2.6 GEJALA KLINIS1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanyasalah satu di antara tanda berikut:a. Menggembungnya gendang telingab. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telingac. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telingad. Cairan yang keluar dari telinga3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanyasalah satu diantara tanda berikut:a. Kemerahan pada gendang telingab. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta rewel. Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan gendang telinga dengan jelas).Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara).6Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga).Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi.

6.PENATALAKSANAANTerapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.1. Stadium OklusiTerapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.2. Stadium PresupurasiDiberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.3. Stadium SupurasiSelain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.4. Stadium PerforasiTerlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.5. Stadium ResolusiMembran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.

Kombinasi obat yang dipakai adalah :1. AntibiotikaOMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.4Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan. American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:UsiaDiagnosis pastiDiagnosis meragukan

< 6 blnAntibiotikAntibiotik

6 bln 2 thAntibiotikAntibiotik jika gejala berat; observasi jika gejala ringan

2 thnAntibiotik jika gejala berat; observasi jika gejala ringanObservasi

Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam