laporan kasus neglected close fracture right …

21
Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT SUPRACONDYLAR HUMERUS Oleh : dr. Nyoman Siska Ananda Pembimbing : dr. Kadek Ayu Candra Dewi, Sp.OT BAB I PENDAHULUAN Penanganan fraktur humerus distal masih menjadi tantangan hingga saat ini terutama dalam kelompok umur tertentu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan fraktur humerus distal meliputi artikulasi yang baik, fiksasi tulang yang kokoh, penyembuhan tulang, gerakan fungsional yang normal, dan menghindari terjadinya komplikasi. Perlunya pemahaman mengenai anatomi, morfologi fraktur, pendekatan operatif, hingga implan yang akan digunakan, sebagai dasar untuk mengobati fraktur jenis ini sehingga akurasi penatalaksanaan menjadi lebih baik. Fraktur suprakondiler humerus terjadi di siku, di bagian distal humerus, tepat diatas dari epikondilus humerus. Fraktur ini sering terjadi pada anak-anak usia kurang dari 7 tahun, sering terjadi pada tangan kiri atau tangan yang non dominan. Terdapat 2 macam berdasarkan mekanisme cidera, yakni fraktur jenis ekstensi dan fleksi, dimana fraktur jenis ekstensi lebih sering terjadi. Tata laksana fraktur suprakondiler pada kelompok anak-anak adalah hal yang cukup menantang. Reduksi dan pemeliharaan yang tepat penting untuk proses pemulihan. Tujuan tatalaksana adalah untuk reduksi anatomis dengan aman dan menghindari terjadinya varus. Malunion berat dapat terjadi, disebut gunstock deformity, yang terdiri dari varus, rotasi medial dan ekstensi. Deformitas tulang ini menyebabkan terbatasnya ruang gerak yang tidak bisa dikoreksi. Neglected fracture adalah fraktur yang tidak ditangani atau ditangani tidak semestinya, sehingga menghasilkan keadaan keterlambatan penanganan atau kondisi lebih buruk, bahkan kecacatan. Pasien-pasien trauma patah tulang di Indonesia kebanyakan masih mempercayakan pengobatannya pada pengobatan

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

Laporan Kasus

NEGLECTED CLOSE FRACTURE

RIGHT SUPRACONDYLAR HUMERUS

Oleh : dr. Nyoman Siska Ananda

Pembimbing : dr. Kadek Ayu Candra Dewi, Sp.OT

BAB I

PENDAHULUAN

Penanganan fraktur humerus distal masih menjadi tantangan hingga saat

ini terutama dalam kelompok umur tertentu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam penatalaksanaan fraktur humerus distal meliputi artikulasi yang baik,

fiksasi tulang yang kokoh, penyembuhan tulang, gerakan fungsional yang normal,

dan menghindari terjadinya komplikasi. Perlunya pemahaman mengenai anatomi,

morfologi fraktur, pendekatan operatif, hingga implan yang akan digunakan,

sebagai dasar untuk mengobati fraktur jenis ini sehingga akurasi penatalaksanaan

menjadi lebih baik.

Fraktur suprakondiler humerus terjadi di siku, di bagian distal humerus,

tepat diatas dari epikondilus humerus. Fraktur ini sering terjadi pada anak-anak

usia kurang dari 7 tahun, sering terjadi pada tangan kiri atau tangan yang non

dominan. Terdapat 2 macam berdasarkan mekanisme cidera, yakni fraktur jenis

ekstensi dan fleksi, dimana fraktur jenis ekstensi lebih sering terjadi.

Tata laksana fraktur suprakondiler pada kelompok anak-anak adalah hal

yang cukup menantang. Reduksi dan pemeliharaan yang tepat penting untuk

proses pemulihan. Tujuan tatalaksana adalah untuk reduksi anatomis dengan aman

dan menghindari terjadinya varus. Malunion berat dapat terjadi, disebut gunstock

deformity, yang terdiri dari varus, rotasi medial dan ekstensi. Deformitas tulang

ini menyebabkan terbatasnya ruang gerak yang tidak bisa dikoreksi.

Neglected fracture adalah fraktur yang tidak ditangani atau ditangani tidak

semestinya, sehingga menghasilkan keadaan keterlambatan penanganan atau

kondisi lebih buruk, bahkan kecacatan. Pasien-pasien trauma patah tulang di

Indonesia kebanyakan masih mempercayakan pengobatannya pada pengobatan

Page 2: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

2

patah tulang tradisional. Pada laporan ini akan dibahas mengenai sebuah kasus

neglected closed fracture suprakondiler humerus pada anak-anak.

Page 3: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

3

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

Nama : I Dewa Gede Davino Naradayana

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 31 Desember 2014

Umur : 4 tahun

CM : 18048951

Alamat : Br Anggarkasih Medahan Blahbatuh Gianyar

MRS : 02/12/2018

Ruangan : Anggrek

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama:

Tidak bisa menekuk siku kanan karena nyeri

Riwayat Sekarang:

Pasien datang ke poliklinik Orthopaedi RSUP Sanglah dengan keluhan tidak bisa

menekuk siku kanannya karena nyeri sejak 4 minggu yang lalu (4/11/2018).

Awalnya pasien sedang bermain di rumah, tiba-tiba terpeleset dan jatuh ke tanah

dengan tumpuan siku kanannya. Setelah itu pasien dibawa ke tukang pijat

sebanyak dua kali, hari itu dan tiga hari setelahnya. Pasien kemudian dibawa ke

RS Family Husada dan dirujuk ke RSUP Sanglah dengan diagnosis neglected

closed fracture supracondylar humerus.

2.3 Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital

TD : 120/80 mmHg

N : 90x/ menit

Tx : 36 C

RR : 20 x / menit

Page 4: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

4

BB : 14 kg

Status Generalis

Kepala : Cephal hematom (-)

Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)

THT : Kesan tenang

Maksillofacial : Dalam batas normal

Thorax : Insp : simetris,

Palp : nyeri,krepitasi (-/-)

Perc : Sonor/sonor

Aus : S1S2 single reguler murmur (-), Po: Ves +/+, rh -/-, wh -/-

Abdomen: Insp : distensi (-)

Aus : BU (+)

Palp : defans (-)

Per : timpani

Ekstremitas : hangat ~ sesuai status lokalis

Anogenital : Anus +, Genital + normal

Status Lokalis

Regio elbow dextra

L : Deformitas (+) shortening, angulasi

F : Nyeri tekan (+), CRT <2 detik, SaO2 98%

M : Active ROM Elbow 0/70

Active ROM Wrist 80/90

Active ROM MCP IP 0/90

Page 5: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

5

Gambar 1. Foto ekstremitas atas kanan dan kiri saat pertama kali kontrol ke poli

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Gambar 2. Foto polos siku kanan tampak AP/Lateral, RS Family Husada Gianyar

(27/11/2018)

2.5 Diagnosis

Neglected CF Right Supracondylar Humerus

Page 6: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

6

2.6 Penatalaksanaan

Osteoclasis + ORIF CCW (4/12/2018)

Laporan Operasi

a. Tanggal : 4 Desember 2018, pukul 09.15 -10.15 WIB

b. Sifat : Elektif

c. Anestesi : General Anasthesia

d. Tindakan : ORIF-CCW

e. Langkah operasi:

a) Pasien terbaring lateral dalam pengaruh GA

b) Prosedur desinfektan dan drapping, persempit lapangan operasi dengan

doek steril

c) Insisi posterior approach ke arah lateral kemudian perdalam lapis demi

lapis, sisihkan nervus ulnaris

d) Insisi otot triceps perdalam hingga terlihat fraktur neglected

e) Melakukan Osteoclasis hingga kalus tidak menutupi fracture site

f) Tulang direduksi. Dipasang K- wire masing masing 1.8 mm sebanyak 2

buah secara menyilang

g) Kontrol perdarahan

h) Cuci luka dengan NaCl 0,9%

i) Dilakukan penjahitan lapis demi lapis

j) Tutup luka dengan kassa steril

k) Pasang gips dorsal slab

l) Pasang armsling

m) Operasi selesai

Page 7: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

7

Gambar 3. Foto klinis post op (4/12/2018)

POST OP

Gambar 4. Foto polos siku kanan tampak AP/Lateral, RSUP Sanglah

(04/12/2018)

Page 8: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

8

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Fraktur suprakondiler humerus distal adalah fraktur elbow yang paling

sering pada pasien anak. Mekanisme yang biasa terjadi adalah karena dampak

tidak langsung dari pergeseran posterior dengan garis fraktur ekstrartikuler

melalui kedua condylus humerus. 1 Fraktur suprakondiler biasanya disebabkan

karena hiperekstensi elbow paksa. 2

Gambar 1. A. Fraktur suprakondiler yang tampak jelas mengalami displaced.

B. Tampakan sugestif adanya kerusakan neurovaskuler pada fraktur3

3.2 Epidemiologi dan Etiologi

Fraktur suprakondiler humerus adalah salah satu fraktur yang sering terjadi

pada anak-anak usia kurang dari 7 tahun. Usia puncak terjadinya fraktur ini adalah

5 – 6 tahun, dimana pada usia ini anak-anak memiliki kerentanan ligamen dan

hipereketensi yang lebih besar dibandingkan usia lain.3,4

Fraktur ini lebih sering

terjadi pada anak-anak dengan persendian hiperekstensi alami, kemungkinan

karena hiperekstensi normal 10-20° membuat pergerakan lengan lebih efisien.

Selain karena keadaan hiperekstensi, kelemahan ligamen juga meningkatkan

Page 9: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

9

risiko terjadinya fraktur ini. 2,3

Terdapat tipe ekstensi dan fleksi, namun tipe

ekstensi lebih sering 4

Fraktur suprakondiler humerus paling sering karena jatuh dari ketinggian.

Biasanya pada lengan yang tidak dominan (dan biasanya lengan kiri karena hanya

8% - 15% populasi yang dominan tangan kiri) yang menghantam tanah terlebih

dahulu dan terjadi sangat keras. Untungnya, sebagian besar fraktur suprakondiler

adalah isolated injury. 3

Banyak dilaporkan anak laki-laki memiliki risiko lebih tinggi untuk

mengalami fraktur suprakondiler, tetapi laporan kami menunjukkan lebih

dominan perempuan untuk mengalami cedera ini. Perempuan lebih sering

mengalami hiperekstensibilitas sendi alami dibandingkan dengan pria, sehingga

dapat meningkatkan risiko mereka.2

Mekanisme cedera secara anatomi adalah olecranon bertemu dengan fossa

olecranon, dan kapsul anterior secara bersamaan memberikan ketegangan anterior.

Kombinasi kedua kekuatan traumatis ini memicu fraktur ekstensi melalui tulang

suprakondiler tipis yang berada di distal humerus. Hanya sekitar 1% dari cedera

ini adalah fraktur terbuka, tetapi fraktur terbuka rentan dengan terjepitnya otot

brachialis, periosteum, struktur neurovaskular, dan kulit dan jaringan subkutan

pada lokasi fraktur.3

Sekitar 8% fraktur terbuka mengalami cedera saraf. Semakin besar

pergeseran yang tejadi, semakin besar risiko kerusakan neurovaskulernya. Fraktur

displaced berisiko 20-40% mengalami cedera neurovaskuler. Fraktur

suprakondiler selain fraktur yang tersering, juga merupakan fraktur elbow yang

paling berisiko pada anak-anak.3

3.3 Klasifikasi

Klasifikasi standar untuk fraktur suprakondiler humerus adalah tipe

ekstensi dan tipe fleksi. Fraktur tipe fleksi lebih jarang dan tampak adanya

fragmen distal di anterior corpus humerus pada rontgen lateral. Sedangkan untuk

tipe ekstensi terbagi menjadi beberapa tipe yaitu tipe I, II, dan III. 2

Page 10: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

10

Fraktur ekstensi

Tipe IA Displacement : (-)

Varus, valgus : (-)

Garis humerus anterior pada rontgen

lateral

Tipe IB Displacement : minimal dengan

medial cortex buckle

Capitellum terpotong oleh garis

humerus anterior

Tipe IIA Displacement: lebih besar dengan

korteks posterior maish intak

Capitellum terpotong oleh garis

humerus anterior dan posterior

Rotasi (-)

Tipe IIB Displacement : lurus atau rotatoar

Dengan beberapa fraktur masih

kontak satu sama lain

Tipe IIIA Displacement: posterior komplit tanpa

kontak kortikal, paling sering

posteromedial

Tipe IIIB Displacement: besar dengan adanya

celah jaringan lunak di antara ujung

tulang, overlap signifikan dan atau

displacement rotatoar

Kontak fraktur (-)

Fraktur fleksi

Page 11: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

11

Displacement: anterior (jarang)

3.4 Evaluasi Klinis

Pemeriksaan fisik yang teliti pada kasus akut adalah hal yang wajib.

Manifestasi klinisnya dapat berupa bengkak dan nyeri minimal hingga adanya

deformitas. Palpasi dair clavicula sampai manus perlu dilakukan. Lakukan

pengawasan suhu tubuh, pemeriksaan fisik umum untuk melihat adanya efusi

sendi atau bercak kulit, serta pemeriksaan laboratorium untuk infeksi atau

inflamasi juga bisa dilakukan. Adanya posterior pad sign pada rontgen lateral

mengarah ke fraktur yang nondisplaced. Sedangkan fraktur displaced tampak

sebagai deformitas dan perlu dilakukan pemeriksaan yang sangat hati-hati

mengenai ada tidaknya kerusakan neurovaskuler. Inspeksi pada fossa cubiti

anterior adakah fraktur terbuka, terutama bila ada tarikan kulit atau ekimosis.

Lihat apakah ada kerutan kulit yang menunjukkan adanya tonjolan metafisis dari

fragmen proksimal yang terjebak dalam jaringan subkutan. Pucker sign

menunjukkan adanya kerusakan otot brachialis, jaringan lunak, dan risiko

rusaknya neurovaskuler. Pada fraktur displaced lakukan pemeriksaan saraf mayor

(medianus, radialis, dan ulnaris) dan pemeriksaan vaskuler (perabaan nadi, waktu

pengisian kapiler, dan warna kulit). 3

3.5 Diagnosis Banding

1. Infeksi

a. Arthritis septik

b. Osteomyelitis

2. Arthritis inflamasi

a. Lyme

b. Arthritis rheumatoid juvenil

3. Nursemaid’s atau pulled elbow3

Page 12: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

12

3.6 Penatalaksanaan

1. Umum

Tata laksana fraktur suprakondiler pada kelompok anak-anak adalah hal

yang cukup menantang. Reduksi dan pemeliharaan yang tepat penting

untuk proses pemulihan.5

Sebelum dilakukan manajemen definitif, elbow sebaiknya dibidai padai

posisi 300. Memflesikan fraktur suprakondiler yang displaced dalam bidai

cenderung menekan struktur neurovaskuler. Selain itu, membidai dalam

posisi ekstensi penuh dapat meningkatkan tekanan dalam struktur

neurovaskular (karena spikula dari fraktur distal humerus). Tidak

bijaksana membuat anak dengan iskemia ekstremitas menunggu hasil

radiografi. Pasang bidai pada sebelum radiografi diambil untuk mencegah

teknisi memutar lengan fraktur.

Perawatan spesifik dari cedera ini memiliki dua tujuan:

a. Menghindari masalah neurologis dan vaskular

b. Mencegah deformitas angular (biasanya cubitus varus) dan ekstensi

jangka panjang

Cubitus varus dulu dianggap sebagai "kelainan kosmetik" tetapi

sekarang diakui sebagai suatu kondisi yang menempatkan anak pada

risiko untuk mengalami patah tulang di kemudian hari. 2

2. Khusus

a. Berdasarkan tipe fraktur

1) Fraktur ekstensi tipe I

Sebagian besar fraktur suprakondiler tipe I dapat diobati dengan

imobilisasi gips(sekitar 3 minggu). Sebelum memutuskan

manajemen konservatif, elbow kontralateral harus diperiksa untuk

hiperekstensinya. Jika pasien secara alami memiliki kelemahan

ligament dan hiperekstensi yang signifikan, sedikit peningkatan

pada ekstensi karena fraktur suprakondiler dapat menyebabkan

deformitas yang signifikan. Dengan demikian, semakin rentan

ligament anak tersebuk, semakin besar indikasi untuk dilakukan

reduksi. Selama periode imobilisasi, penting untuk memantau hasil

Page 13: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

13

rotgen untuk memastikan bahwa fraktur tidak displace menjadi

ekstensi lebih lanjut atau varus.

Tipe IA biasanya merupakan fraktur yang sangat stabil,

tetapi tipe IB lambat laun bisa menjadi varus karena buckle korteks

medial. Kegagalan untuk mengenali fraktur IB dapat menyebabkan

hasil yang buruk dan terjadi cubitus varus jika manajemen

konservatif dipilih dan pasien tidak diikuti dengan seksama. Gips

harus dibentuk dengan tepat untuk melawan kolaps varus dan

thumb-print lembut pada fossa olecranon dapat membantu

mencegah perluasan fraktur suprakondiler. 2

2) Fraktur ekstensi tipe II

Fraktur tipe II ini perlu dilakukan reduksi untuk mencegah

hiperekstensi dan deformitas anguler dan perlu dilakukan evaluasi

mengenai adanya rotasi atau tidak. Reduksi tertutup dapat

dipertahankan dengan gips atau bida tetapi meningkatkan risiko

kerusakan neruovaskuler dan sudah tidak direkomendasikan pada

center yang mampu melakukan percutaneous pinning. Tipe IIA

masih dapat dimanajemen dengan gips, tetapi lebih

driekomendasikan dilakukan redukais dan pemasangan pin pada

seluruh fraktur tipe II. Percutaneous pinning mempertahankan

redukasi fraktur dan juga memberikan posisi gips yang aman

(fleksi <900).

2

3) Fraktur ekstensi tipe III

Seluruh fraktur tipe III memerlukan reduksi dan fiksasi internal.

Pada area dimana teknik percutaneous pinning tidak tersedia,

metode traksi bisa digunakan walau tidak efektif. Sebagian besar

reduksi dapat dilakukan secara tertutup dengan disertai

percutaneous pinning. Pada beberapa keadaan, seperti bila posisi

jaringan lunak mencegah redukasi anatomis atau bila ada cedera

arteri brachialis, reduksi harus dilakukan secara terbuka 2,3

b. Pilihan prosedur

1) Prosedur nonpembedahan

Page 14: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

14

Reduksi tertutup dan imobilisasi (gips, collar, dan cuff), serta traksi

bisa jadi berhasil. Namun semuanya itu meingkatkan risiko

terjadinya malunion dan lebih ditinggalkan sekarang.3

Manajemen

dengan traksi juga menambah waktu rawat inap dan sulit

diterapkan pada populasi pediatri. 5

2) Prosedur pembedahan

Keputusan untuk menatalaksana fraktur suprakondiler dengan

pembedahan tergantung pada kualitis reduksi, kemampuan

mempertahankan reduksi, derajat displacement, dan stabilitas

fraktur. 6 Standar tata laksana sekarang untuk fraktur suprakondiler

displaced adalah reduksi tertutup dengan percutaneous pinning

(CRPP). Variasi pembedahan terletak pada berapa banyak pin yang

digunakan (dua, tiga, atau lebih), lokasi masuk (hanya lateral atau

medial dan lateral), dan sudut peletakan pin (paralel atau divergen),

distal ke proksimal (paling sering) atau proksimal ke distal.

Sedangkan pendekatan untuk ORIF diindikasikan bila terjadi

avascular limb, fraktur yang tidak bisa direduksi atau fraktur

terbuka. 3

Berdasarkan hasil meta-analisis yang dilakukan, metode pinning

lateral lebih dipilih dibandingkan dengan cross pinning pada

fraktur suprakondiler anak-anak karena lebih rendahnya risiko

cedera saraf ulnaris.6

Walaupun sebenarnya cross pinning

memberikan stabilisasi fiksasi yang lebih baik pada kasus fraktur

suprakondiler displaced. Cedera saraf ulnaris dapat dihindari

dengan insersi hati-hati dan palpasi saraf ulnaris saat pemasangan

pin atau saat melakukan insisi kecil pada condylus medialis. 4

Page 15: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

15

Diagram 1. Manajemen Fraktur Suprakondiler pada Neurovaskuler Intak 2

Diagram 2. Manajemen Fraktur Suprakondiler pada Neurovaskuler Abnormal 2

Page 16: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

16

3. Perawatan pascaoperatif

Setelah dilakukan CRPP, tipe imobilisasi tergantung dari jumlah jaringan

lunak yang rusak dan risiko bengkak. Fraktur tipe II dengan bengkak sedan

dan manuver reduksi tungga dapat digips secara fleksi 800, dengan gips

terpisah. Gips dapat dikencangkan atau ditambah dalam 1 minggu. Pada

fraktur tipe III secara umum sbeaiknya tidak segera digips kecuali gips

bivalvuler (dua katup). Pilihan lebih baik adalah dengan bidai posterior pada

minggu pertama, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan gips.

Direkomendasikan melakukan pengawasan pada pasien yang menjalani CRPP

untuk memastikan ada tidaknya kerusakan neurovaskuler sehingga bisa

tertangani segera.

Tiga minggu setelah pembedahan, gips dapat dilepas dan percutaneous

pinning juga bisa dilepas. Pin yang tidak dilepas lebih dari 3 minggu memicu

terjadinya infeksi. Perlu dicatat bahwa fraktur suprakondiler jarang terjadi

displace setelah 3 minggu dan risiko kekakuan meningkat jika siku

diimobilisasi pada keadaaan fleksi lebih dari 3 minggu. 2

3.7 Prognosis dan Komplikasi

Fraktur suprakondiler berhubungan dengan beberapa komplikasi, seperti

malunion, cedera saraf mayor, cedera pembuluh darah besar, kontraktur iskemik

Volkmann, miositis ossificans, deformitas cubitus varus, sindrom kompartemen,

osteonekrosis, keterbatasan fungsi tangan dan lengan. 3,5

Refraktur, fraktur

condylus lateral dan ketidakstabilan sendi bahu jarang terjadi karena cubitus

varus. Komplikasi minor seperti pergeseran pin atau infeksi (<1%-3%) jarang

terjadi dan mudah diatasi. Infeksi pada jaringan dalam lebih rumit dan

membutuhkan terapi antibiotik jangka panjang.3

Tujuan manajemen adalah untuk reduksi anatomis dengan aman dan

menghindari terjadinya varus. Malunion parah dapat terjadi, disebut gunstock

deformity, yang terdiri dari varus, rotasi medial dan ekstensi. Deformitas tulang

Page 17: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

17

ini menyebabkan terbatasnya ruang gerak yang tidak bisa diperbaiki sekalipun

dengan fisioterapi. 2

3.8 Neglected Fracture

Neglected fracture dengan atau tanpa dislokasi adalah fraktur dengan atau tanpa

dislokasi yang tidak ditangani atau ditangani tidak semestinya, sehingga

menghasilkan keadaan keterlambatan penanganan atau kondisi lebih buruk,

bahkan kecacatan. Pasien-pasien trauma patah tulang di Indonesia kebanyakan

masih mempercayakan pengobatannya pada pengobatan patah tulang tradisional,

karena dianggap lebih terjangkau dalam hal biaya dan jarak, dan menghindari

tindakan bedah yang invasif. Pasien sering datang ke dokter bedah tulang setelah

gagal di pengobatan patah tulang tradisional dengan keadaan patah tulang yang

mengalami komplikasi. Pada penelitian di RSCM dan RS Fatmawati, Jakarta,

Februari – April 1975, neglected fracture adalah penanganan patah tulang pada

ekstremitas (anggota gerak) yang salah oleh bone setter (dukun patah tulang).

Lebih dari 50% komplikasi pada pengobatan fraktur oleh traditional bone setter

(pengobat patah tulang tradisional) adalah malunion, 25% nonunion, sisanya

delayed union, gangren, kekakuan sendi, Volksman’s ischaemic contracture, dan

tetanus. Hanya satu di antara 36 orang (2,8%) yang tidak memiliki keluhan dan

puas dengan pengobatan patah tulang tradisional. Hasil pengobatan patah tulang

tradisional sering kali buruk, bahkan disertai kecacatan.7

Page 18: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

18

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Aspek Diagnosis

Pasien ini berusia 4 tahun merupakan rujukan dari RS Family Husada

Gianyar dengan diagnosis Neglected Closed Fracture Supracondylar Humerus.

Pasien datang ke poliklinik Orthopaedi RSUP Sanglah dengan keluhan tidak bisa

menekuk siku kanannya karena nyeri sejak 4 minggu yang lalu (4/11/2018).

Awalnya pasien sedang bermain di rumahnya, tiba-tiba terpeleset dan jatuh ke

tanah dengan tumpuan siku kanannya. Pasien tidak mendapatkan penanganan

medis yang baik selama 4 minggu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan deformitas

pada regio elbow dekstra berupa shortening dan angulasi, nyeri tekan dan active

ROM siku yang terbatas karena nyeri. Dari pemeriksaan foto polos regio elbow

dekstra didapatkan fraktur displaced suprakondiler humerus dextra, mulai tampak

proses healing. Pasien didiagnosis dengan neglected closed fracture

suprakondylar humerus tipe ekstensi ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan

penunjang tersebut diatas.

Berdasarkan mekanisme cedera pada pasien yakni dengan posisi tangan

kanan menopang tubuh saat terjatuh, terjadi hiperekstensi sendi siku. Jatuh dalam

keadaan tangan terlentang membentuk hiperekstensi siku dengan olecranon

bertindak sebagai titik tumpu. Kasus ini merupakan fraktur suprakondiler

humerus tipe ekstensi. Bagian anterior dari kapsul secara simultan memberikan

gaya regang pada humerus bagian distal terhadap insersinya. Tekanan ekstensi

yang kontinyu akan mengakibatkan segmen posterior humerus terdesak ke distal

dan terpeluntir ke anterior yang dapat mengakibatkan kerusakan segmen anterior

neurovaskular. Jika patahan mengarah ke sisi medial, saraf radialis akan berisiko

sedangkan jika mengarah ke sisi lateral akan menjepit arteri brakialis dan saraf

medianus.

Fraktur suprakondiler humerus merupakan fraktur yang sering terjadi pada

anak karena kolum bagian medial dan lateral dari humerus distal dihubungkan

oleh segmen tipis dari tulang antara olecranon pada bagian posterior dan coronoid

pada fosa anterior, yang menyebabkan tingginya resiko terjadinya fraktur pada

Page 19: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

19

daerah tersebut. Fraktur tersebut telah dibiarkan selama 4 minggu dan telah

terbentuk kalus pada daerah patahan yang dapat dikategorikan sebagai

neglected fracture.

4.2 Aspek Penatalaksanaan

Tatalaksana yang diberikan berupa membersihkan kalus (osteoclasis)

untuk membentuk fraktur site dan ORIF dengan pemasangan K-wire

sebanyak dua buah pada epikondilus medialis dan epikondilus lateralis

kemudian dilakukan pejahitan lapis demi lapis hingga kulit. Setelah itu

dilakukan pemasangan splinting pada bagian dorsal pada arm dan forearm.

Kemudian dilakukan pemasangan elastis verban dan armsling pada posisi

200- 40

0 yang bertujuan untuk imobilisasi. Penggunaan splinting

dipertahankan selama 3 minggu.

Page 20: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

20

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pasien datang dengan keluhan tangan kiri sulit ditekuk. Keluhan

dirasakan sejak 5 minggu SMRS akibat terjatuh dari pohon jambu setinggi ± 2,5

m dengan posisi tangan kiri menopang tubuh pasien. Setelah kejadian tersebut

pasien dibawa berobat ke dukun patah namun tidak ada perubahan yang berarti.

Pada pemeriksaan generalis dalam batas normal. Pemeriksaan lokalis regio brachii

sinistra didapatkan deformitas, nyeri tekan, neurovaskular distal dalam batas

normal dan range of movement terbatas fleksi. Pemeriksaan penunjang berupa

rontgen brachii AP/Lateral sinistra didapatkan adanya fraktur 1/3 proximal

humerus sinistra. Diagnosis pasien adalah neglected fraktur suprakondiler

humerus derajat II. Tatalaksana yang diberikan berupa membersihkan kalus

untuk membentuk fraktur site dan ORIF dengan pemasangan K-wire

sebanyak dua buah pada epikondilus medialis dan epikondilus lateralis serta

juga dilakukan pemasangan drainase didalam luka operasi kemudian dijahit.

Kemudian dilakukan pemasangan elastis verban dan armsling pada posisi

200- 40

0 yang bertujuan untuk imobilisasi. splinting dipertahankan selama 3

minggu.

Page 21: Laporan Kasus NEGLECTED CLOSE FRACTURE RIGHT …

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Muccioli C, ElBatti S, Oborocianu I, Rosello O, Solla F, Chau E, Clement JL,

Rampal V (2017). Outcomes of Gartland Type III Supracondylar Fractures

Treated Using Blount’s Method. Orthopaedics and Traumatology: Surgery

and Research.

2. Rang M, Pring ME, Wenger DR (2005). Rang's Children Fractures.Edisi ke-

3. Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

3. Waters P, Bae DS (2012). Pediatric Hand and Upper Limb Surgery: A

Practical Guide. Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

4. Younus S, Peracha A, Shah SKA, Iqbal F, Memon N, Najjad MR (2018).

Percutaneous Pinning for Displaced Supracondylar Humerus Fractures in

Pediatric Age Group: Comparison between Lateral Pinning Versus Crossed

Pinning Techniques. Ortho & Rheum Open Access J 11(3):

OROAJ.MS.ID.555817

5. Basha MI, Srinivasan, Reddy VN (2008). Displaced supracondylar fractures

of the humerus treated by closed reduction with percutaneous pin fixation.

International Journal od Orthopaedics Sciences,4(2): 169-171.

6. Woratanarat P, Angsanuntsukh C, Rattanasiri S, Attia J, Woratanarat T,

Thakkinstian A (2012). Meta-Analysis of Pinning in Supracondylar Fracture

of the Humerus in Children. J Orthop Trauma, 26:48–53

7. Wahyudiputra AG, Khoirur HD, Hakim RA, Narendra MR (2015). Spektrum Penderita Neglected Fracture di RSUD dr. Abdoer Rahem – Januari 2012 s/d

Desember 2013. CDK-225, 42(2):97-100