neglected fx femur d

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Femur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan terberat di tubuh dan memiliki fungsi yang sangat penting untuk pergerakan normal. Tulang ini terdiri atas tiga bagian, yaitu femoral shaft atau diafisis, metafisis proximal, dan metafisis distal. Femoral shaft adalah bagian tubular dengan slight anterior bow, yang terletak antara trochanter minor hingga condylus femoralis. Ujung atas femur memiliki caput, collum, dan trochanter major dan minor. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis dan atau tulang rawan sendi baik yang bersifat total maupun yang parsial. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik). Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila 1

Upload: ayumanik11

Post on 26-Nov-2015

388 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Neglected Fx Femur D

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Femur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan terberat di tubuh dan

memiliki fungsi yang sangat penting untuk pergerakan normal. Tulang ini

terdiri atas tiga bagian, yaitu femoral shaft atau diafisis, metafisis proximal,

dan metafisis distal. Femoral shaft adalah bagian tubular dengan slight

anterior bow, yang terletak antara trochanter minor hingga condylus

femoralis. Ujung atas femur memiliki caput, collum, dan trochanter major

dan minor.

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan

epifisis dan atau tulang rawan sendi baik yang bersifat total maupun yang

parsial. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang

berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik).

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,

pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau

tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan

mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu

benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

Neglected fraktur adalah yang penanganannya lebih dari 72 jam. sering

terjadi akibat penanganan fraktur pada extremitas yang salah oleh bone setter.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan

penatalaksanaan neglected fractur femur?

1.3 TUJUAN

Mengetahui etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan

penatalaksanaan neglected fractur femur.

1

Page 2: Neglected Fx Femur D

1.4 MANFAAT

1.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya

neglected fractur femur.

1.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang

mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah

orthopedi.

2

Page 3: Neglected Fx Femur D

BAB II

STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Sdr.S

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

Alamat : Desa Gunung Sari, Tajinan

Status perkawinan : Belum Menikah

Suku : Jawa

Tanggal MRS : 23 Desember 2013

No. Reg : 338334

B. ANAMNESA

1. Keluhan utama : Nyeri pada paha kanan sejak satu tahun yang lalu

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke Poli Orthopedi RSUD kanjuruhan kepanjen

dengan keluhan nyeri pada paha kanan dan sakit bila digerakkan. Keluhan

tersebut dirasakan pasien sejak ± 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku

sekitar ± 1 tahun yang lalu pernah jatuh dari sepeda motor dengan posisi

jatuh paha kanan pasien terbentur tugu dan pasien jatuh kearah samping,

tidak ada benturan pada kepala pasien, mual (-), muntah (-). Pada saat

jatuh pasien mengaku masih dalam keadaan sadar, namun pasien kesulitan

menggerakkan paha kanannya karena paha terasa nyeri dan pasien merasa

paha kanannya agak menonjol. Pasien mengobati keluhannya tersebut di

pengobatan sangkal putung sebanyak 2 kali dan dilakukan tarikan pada

paha kanan, namun keluhan tersebut tidak berkurang atau sembuh.

3

Page 4: Neglected Fx Femur D

3. Riwayat penyakit dahulu

- Trauma disangkal

- Operasi disangkal

- DM disangkal

- Hipertensi disangkal

4. Riwayat pengobatan

– Riwayat terapi sangkal putung

– Penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama

disangkal

5. Riwayat Keluarga

- DM disangkal

- Hipertensi disangkal

C. STATUS GENERALIS

1) Keadaan Umum

Kesadaran compos mentis (GCS 456).

2) Tanda Vital

Tensi : 110/60 mmHg

Nadi : 76 x / menit, reguler, isi cukup

Pernafasan : 20 x /menit

Suhu : 37 oC

Kepala

Bentuk mesocephal, simetris, rambut tidak mudah dicabut,

Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-). Hematom palpebra (-/-).

Telinga

Bentuk normotia, sekret (-), pendengaran berkurang (-).

Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fraktur os nasal (-)

Mulut dan tenggorokan

Bibir luka (-), perdarahan (-),

4

Page 5: Neglected Fx Femur D

Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),

jejas (-)

Paru

Suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-).

Jantung

Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

Inspeksi : perut tampak mendatar, tidak tampak adanya

massa, jejas (-)

Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

D. STATUS LOKALIS

Regio femoris dextra

• Look : Scar (-),   oedem (-), sianosis pada bagian distal lesi (-), deformitas

(+), tampak pemendekan femoris dextra dibandingkan dengan

femoris sinistra, penonjolan femur proximal dekstra abnormal (-),

angulasi (-), sinus (-).

• Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi sulit dievaluasi, sensibilitas (+),

terasa lebih tebal dibandingkan dengan femoris sinistra (-), suhu

rabaan hangat (+), NVD (neurovaskuler disturbance) (-), kapiler

refil (+) normal, arteri dorsalis pedis teraba, panjang kaki kanan 87

cm, panjang kaki kiri 96 cm, LLD 9 cm,.

• Move: Gerakan aktif dan pasif regio femoralis abduksi terhambat, adduksi

terhambat, fleksi terhambat dan ekstensi terhambat karena terasa

nyeri saat digerakkan.

5

Page 6: Neglected Fx Femur D

E. RESUME

Pasien laki-laki umur 27 tahun datang ke Poli Orthopedi RSUD

kanjuruhan kepanjen dengan keluhan paha kanan terasa nyeri dan sakit bila

digerakkan. Keluhan tersebut dirasakan pasien sejak ± 1 tahun yang lalu.

Pasien mengaku sekitar ± 1 tahun yang lalu pernah jatuh dari sepeda motor

dengan posisi jatuh paha kanan pasien terbentur tugu dan pasien jatuh kearah

samping.

Dari status lokalis regio femoris dextra deformitas (+), tampak

pemendekan femoris dextra dibandingkan dengan femoris sinistral, Nyeri

tekan setempat (+), krepitasi sulit dievaluasi, sensibilitas (+),kapiler refil (+)

normal, arteri dorsalis pedis teraba, panjang kaki kanan 87 cm, panjang kaki

kiri 96 cm, LLD 9 cm, Gerakan aktif dan pasif regio femoralis abduksi

terhambat, adduksi terhambat, fleksi terhambat dan ekstensi terhambat karena

terasa nyeri saat digerakkan.

F. DIAGNOSIS KERJA

Neglectecd non union fraktur femur dextra

G. PLANNING

1. Planning diagnosa

– Foto Rontgen Regio Femoris dextra AP-lateral

6

Page 7: Neglected Fx Femur D

– Lab : DL, CT, BT, HBsAg

2. Planning Terapi

a. Non operatif

- Medikamentosa

Analgesik

- Non medikamentosa

Istirahat

Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang

penyakit yang diderita pasien

b. Operatif: 1. Traksi

2. Reposisi terbuka dan fiksasi interna (ORIF)

7

Page 8: Neglected Fx Femur D

BAB III

PEMBAHASAN PENYAKIT

A. ANATOMI FEMUR

Femur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan terberat di tubuh dan

amat penting untuk pergerakan normal. Tulang ini terdiri atas tiga bagian,

yaitu femoral shaft atau diafisis, metafisis proximal, dan metafisis distal.

Femoral shaft adalah bagian tubular dengan slight anterior bow, yang terletak

antara trochanter minor hingga condylus femoralis. Ujung atas femur memiliki

caput, collum, dan trochanter major dan minor.

Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan

berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae.

Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu

tempat perlekatan ligamen dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput

femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan

kebawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat

(pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur.

Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit.

Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas

leher dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea

intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di

bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum. Bagian batang

femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat

pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat

rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.

Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis

menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis. Tepian lateral

menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan

posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas

glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang

8

Page 9: Neglected Fx Femur D

melebar ke arah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada

permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.

Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di

bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior

condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus

ikut membentuk articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus

lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung

dengan epicondylus medialis.

B. FISIOLOGI TULANG

Tulang dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein

yang diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Tulang

terdiri atas tiga jenis sel dasar yaitu osteoblas, osteosit dan osteocklas.

Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang atau disebut juga sel tulang

muda yang akan membentuk osteosit. Osteosit merupakan sel tulang dewasa

yang terlibat dalam pemeliharahan fungsi tulang dan terletak ostion. 8

Osteoklas adalah sel tulang yang berperan dalam panghancuran,

reabsorpsi dan remodeling tulang. Terdapat 206 tulang di tubuh yang

diklasifikasikan menurut panjang, pendek, datar dan tak beraturan, sesuai

dengan bentuknya. Permukaan tulang yang keras disebut periosteum,

terbentuk dari jaringan pengikat fibrosa. Periosteum mengandung pembuluh

darah yang memberikan suplai oksigen dan nutrisi ke sel tulang. Rongga

tulang bagian dalam diisi dengan sumsum kuning dan sumsum merah.

Sumsum merah adalah tempat hematopolesis yang memproduksi sel darah

putih dan merah (RBCs / red blood cells, WBCs / white blood cells) serta

platelet.

C. DEFINISI DAN INSIDENSI

Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang

dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot , kondisi-kondisi

tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Batang Femur dapat

9

Page 10: Neglected Fx Femur D

mengalami fraktur akibat trauma langsung, puntiran, atau pukulan pada bagian

depan yang berada dalam posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas.

Dimana kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya trauma rata-rata setiap penduduk 60 juga penduduk Amerika

Serikat mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis, 3,6 juta

(12%) membutuhkan perawatan di rumah sakit didapatkan 300 juta orang

diantaranya menderita kecacatan yang menetap (1%) dan 8,7 juta orang

menderita kecacatan sementara (30%). Sedang di Indonesia tercatat kurang

lebih lebih 12 ribu orang pertahunnya mengalami kecelakaan lalu lintas,

dilihat dari banyaknya kecelakaan sebagai akibatnya selain kematian adalah

kondisi patah tulang atau fraktur.

D. ETIOLOGI

Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana

trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur

akibat kecelakaan lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian,

kecelakaan kerja, cidera olah raga. Trauma bisa terjadi secara langsung dan

tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan pada tulang dan

mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak langsung apabila titik

tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. Menurut Sachdeva

(1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Cedera traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

i. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga

tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur

melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.

ii. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi

benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan

fraktur klavikula.

iii. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang

kuat.

10

Page 11: Neglected Fx Femur D

b. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma

minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan

berikut :

i. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang

tidak terkendali dan progresif.

ii. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut

atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan

sakit nyeri.

iii. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi

Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya

disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan

kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau

fosfat yang rendah.

c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya

pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

E. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR

Ada 2 tipe fraktur femur, yaitu :

Fraktur intrakapsuler, fraktur femur yang terjadi di dalam tulang sendi,

panggul dan kapsula. (melalui kepala femur, hanya dibawah kepala femur,

melalui leher dari femur).

Fraktur ekstrakapsuler, terjadi diluar sendi dan kapsul, melalui trochanter

mayor/minor/pada daerah intertrochanter. Terjadi dibagian distal menuju

ke leher femur tetapi tidak lebih 2 inchi dibawah trochanter minor.

11

Page 12: Neglected Fx Femur D

F. MEKANISME FRAKTUR

Mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi akibat: 1) peristiwa trauma

tunggal, 2) tekanan yang berulang ulang, 3) kelemahan abnormal pada tulang,

dalam kasus fraktur femur sepertiga dextra kemungkinan mekanisme

terjadinya fraktur ada dua cara, yaitu karena trauma maupun kecelakaan

langsung yang mengenai tungkai atas pada batang femur, sehingga

mengakibatkan perubahan posisi pada fragmen tulang.

Tulang merupakan jaringan dinamis, dimana secara kontinyu bereaksis

terhadap suatu tekanan. Berdasarkan data dari Maitra dan Johnson, fraktur

stress atau tekanan merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara resorbsi

tulang dan deposit tulang selama tulang menerima tekanan yang berulang.

Sebagian besar tekanan pada kortek termasuk tension atau torsi;

bagaimanapun, tulang lemah dalam tension dan cenderung patah sepanjang

garis semen. Maitra dan Johnson melaporkan bahwa paksaan tension memicu

resorbsi osteoklas, sementara paksaan kompresi memicu respon osteoblas.

Dengan tekanan yang berulang, pembentukan tulang baru tidak dapat

seimbang dengan resorbsi tulang. Ketidakmampuan ini menyebabkan

penipisan dan kelemahan kortek tulang, dengan propragasi retakan melalui

garis semen, dan bahkan berkembang menjadi mikrofraktur. Tanpa istirahat

untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini, mikrofraktur dapat berkembang

menjadi fraktur klinis.

Tulang bersifat terlalu rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan

daya tahan pegas untuk menahan tekanan, tulang yang mengalami fraktur,

biasanya diikuti kerusakan jaringan sekitarnya. Fraktur ini suatu permasalahan

yang kompleks karena pada fraktur tersebut tidak dilukai luka terbuka,

sehingga dalam mereposisi fraktur tersebut perlu pertimbangan dengan fiksasi

yang baik agar tidak timbul komplikasi selama reposisi. Penggunaan fiksasi

yang tepat yaitu dengan internal fiksasi jenis plate and screw. Dilakukan

operasi terhadap tulang ini bertujuan mengembalikan posisi tulang yang patah

ke normal atau posisi tulang sudah dalam keadaan sejajar sehingga akan

terjadi proses penyambungan tulang.

12

Page 13: Neglected Fx Femur D

G. PEMERIKSAAN KLINIS

Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur),

baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan

untuk menggunakan anggota gerak. Penderita biasanya datang karena adanya

nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan

gerak, krepitasi atau datang dengan gejala lain.

Pada pemeriksaan awal penderita perlu diperhatikan:

Syok, anemia atau perdarahan

Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum

tulang belakang atau organ-organ dalam rongga thoraks,

panggul dan abdomen

Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.

Pemeriksaan lokal

a. Inspeksi (look)

Bandingkan dengan bagian yang sehat

Perhatikan posisi anggota gerak secara keseluruhan

Ekspresi wajah karena nyeri

Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan

Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk

membedakan fraktur tertutup atau terbuka

Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai

beberapa hari

Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan

kependekan

Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada

organ-organ lain

Perhatikan kondisi mental penderita

Keadaan vaskularisasi

b. Palpasi (feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita

biasanya mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Temperatur setempat yang meningkat

13

Page 14: Neglected Fx Femur D

Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya

disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam

akibat fraktur pada tulang

Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus

dilakukan secara hati-hati

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa

palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis

posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena.

Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada

bagian distal daerah trauma, temperatur kulit

Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk

mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai.

c. Pergerakan (move)

Periksa pergerakan dengan mengajak penderita untuk

menggerakkan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal

dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita dengan

fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji

pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga

dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti

pembuluh darah dan saraf.

H. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi

serta ekstensi fraktur.

Tujuan pemeriksaan radiologis:

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

Untuk konfirmasi adanya fraktur

Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen

serta pergerakannya

Untuk menentukan teknik pegobatan

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak

14

Page 15: Neglected Fx Femur D

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-

artikuler

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

Dua posisi proyeksi: dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada

antero-posterior dan lateral

Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan

di bawah sendi yang mengalami fraktur

Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada

ke dua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis

Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur

pada dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau

femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang

belakang

Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur

tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya

diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.

I. INDIKASI OPERASI

Indikasi operasi antara lain:

1) Penanggulangan non-operatif gagal

2) Fraktur multipel

3) Robeknya arteri femoralis

4) Fraktur patologik

5) Fraktur pada orang yang tua

Indikasi terapi operatif ORIF :

Fraktur intra-artikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus, olekranon,

patella

Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius

dan ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur yang tidak stabil

Bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen

15

Page 16: Neglected Fx Femur D

Bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur

Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik

sebaiknya dengan reduksi tertutup misalnya fraktur Monteggia dan

fraktur Bennett

Fraktur terbuka

Bila terdapat kontraindikasi pada imobilisasi eksterna sedangkan

diperlukan mobilisasi yang cepat, misalnya fraktur pada orang tua

Eksisi fragmen yang kecil

Eksisi fragmen tulang yang kemungkinan mengalami nekrosis

avaskuler misalnya fraktur leher femur pada orang tua

Fraktur avulsi misalnya pada kondilus humeri

Fraktur multiple

Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi.

Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Fraktur yang

berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan

operasi, misalnya fraktur femur.

J. KOMPLIKASI FRAKTUR

1. Komplikasi Dini

Syok: dapat terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur

bersifat tertutup.

Emboli lemak.

Trauma Pembuluh darah.

Trauma Saraf.

Infeksi.

2. Komplikasi Lanjut

2.1. Non-Union

Dimana secara klinis dan radiologis tidak terdapat penyambungan.

Tipe I ( hypertophic non union ) tidak terjadi proses penyembuhan

fraktur, tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk

union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.

16

Page 17: Neglected Fx Femur D

Tipe II ( atrophic non union ) disebut juga sendi palsu

( pseudoarthritis ) terdapat jaringan synovial sebagai kapsul sendi beserta

rongga synovial yang berisi cairan, proses union tidak akan tercapai

meskipun dilakukan imobilisasi dalam waktu yang lama.

Beberapa factor yang menyebabkan non union seperti disrupsi

periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur,

waktu imobilisasi yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak

memadai, infeksi dan penyakit tulang..

2.2. Avascular Nekrosis

Nekrosis Avascular kepala femur adalah komplikasi yang tak

terduga setelah dilakukan semua jenis fiksasi internal. Pasien

mengeluhkan rasa sakit di pinggul dan pincang. Ada pembatasan semua

gerakan dari pinggul dengan kejang otot. Pada radiografi tampak densitas

meningkat di kepala femur. Perawatan pada tahap awal adalah dengan

beristirahat, traksi. Ketika diindikasikan, osteotomy atau arthroplasty dapat

dilakukan. Nekrosis avaskular terjadi sekitar 30% pasien dengan

pergeseran fraktur dan 10% pasien fraktur tanpa pergeseran. Tidak ada

cara untuk mendiagnosis hal ini pada saat terjadi fraktur. Beberapa minggu

kemudian, scan nanokoloid dapat memperlihatkan berkurangnya

vaskularitas. Perubahan pada sinar-X yaitu meningkatnya kepadatan kaput

femoris mungkin tidak nyata selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Baik fraktur itu menyatu atau tidak, kolapnya kaput femoris akan

menyebabkan nyeri dan semakin hilangnya fungsi. Terapinya adalah

dengan penggantian sendi total.

17

Page 18: Neglected Fx Femur D

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham and Solomon, Louis. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur

Sistem Apley. Jakarta : Widya Medika.

De Jong, Wim. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC

Netter, Frank. 2002. Netter’s Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy. USA :

ICON learning system

Reksoprodjo, Soelarto, dkk. 2002. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ke-3. Jakarta: Yarsif Watampone; 2007.

18