neglected fraktur dislokasi sendi bahu

37
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. M Umur : 49 tahun Alamat : Jakarta Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status pernikahan : Menikah Pendidikan terakhir : Sekolah Dasar Pekerjaan : Ibu rumah tangga II. ANAMNESA - Telah dilakukan autoanamnesa pada tanggal 6 Maret 2013. Keluhan utama : Nyeri pada sendi bahu kanan sejak 4 bulan yang lalu Keluhan tambahan : tangan kanan tidak bias digerakkan RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT :

Upload: mimi-suhaini-sudin

Post on 12-Aug-2015

309 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

neglected fraktur dislokasi sendi bahu kanan

TRANSCRIPT

Page 1: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. M

Umur : 49 tahun

Alamat : Jakarta

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Pendidikan terakhir : Sekolah Dasar

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

II. ANAMNESA

- Telah dilakukan autoanamnesa pada tanggal 6 Maret 2013.

Keluhan utama : Nyeri pada sendi bahu kanan sejak 4 bulan yang lalu

Keluhan tambahan : tangan kanan tidak bias digerakkan

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT :

Pasien datang ke Poli Ortopedik RSUD Koja dengan keluhan nyeri pada sendi bahu bahu

sejak 4 bulan yang lalu. Os mengaku keluhannya dimulai sejak terjadinya kejadian tasnya

diragut perampok 4 bulan yang lalu, Saat kejadian os sedang berjalan kaki di mana sewaktu

itu tasnya diragut dan tangan kanannya turut tertarik dan akhirnya os terjatuh terduduk. Os

mengaku ada mendengar bunyi “krek” pada sendi bahunya saat kejadian. Sejak kejadian itu,

os mengeluh tangannya nyeri dan tidak bisa digerakkan. Nyeri yang dirasakan berpindah dari

Page 2: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

punggung kanan ke bahu dan ke lengan bawah.Sendinya terasa kaku dan tidak bisa

digerakkan Pada awalnya Os menyangka bahawa tangannya cuma keseleo dan hanya ke

dukun urut. Os mengaku sudah banyak kali diurut di sendi bahu kanannya namun os tetap

merasa sakit malah sakitnya bertambah teruk. Os meyangkal adanya bengkak (-) pada sendi

bahunya, demam(-), mual (- ) muntah (-).

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- Pasien tidak pernah mempunyai gangguan kondisi kesehatan sebelumnya. Pasien tidak

pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Pasien tidak pernah di operasi sebelumnya.

Riwayat sakit maag (-), Riwayat sakit asma (-), hipertensi (-), DM (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

- Riwayat penyakit asma (-), hipertensi (-), DM (-)

RIWAYAT KEBIASAAN

- Pasien jarang olahraga

RIWAYAT LINGKUNGAN

(-)

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum              : baik,

Kesadaran : Compos mentis.

Kesan sakit : Tampak sakit sedang

Kesan gizi : BB = 58kg TB = 154cm BMI : (normal)

Tanda vital                     : TD = 140/80 mmHg

Suhu = 36,8ºC

Page 3: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

Nadi = 88 x/menit

Respirasi = 20x/menit.

Status generalis :

Kepala : Normocephali, tidak ada deformitas, luka (-), nyeri tekanoedem (-)

Mata                        : Konjunctiva anemis -/- , sklera ikterik -/-, reflek cahaya +/+

Leher                        : Tiroid dan kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Thorax                        : Jejas (-), luka (-), nyeri tekan (-)

Paru-paru

Inspeksi : pergerakan simetris antara kanan dan kiri

Palpasi : vocal fremitus sama antara kanan dan kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Suara nafas vesicular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis

Palpasi : Teraba ictus cordis pada sela iga V di linea midklavikularis kiri

Perkusi : Batas kanan: sela iga V linea parasternalis kanan. Batas kiri : sela iga V,

1 cm medial linea midklavikularis kiri. Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri

Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : simetris, datar, jejas (-),luka (-)

Palpasi : Dinding perut: supel, nyeri tekan epigastrium (-), nyeri lepas(-), Hepar :

tidak teraba membesar, Lien : tidak teraba membesar, Ginjal : Ballotement (-)

Page 4: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-)

Auskultasi : Bising usus (+) 3x/menit

Ekstremitas

Atas : Akral hangat +/+, oedem -/-, jejas -/-, memar -/-, luka -/-

Bawah : akral hangat +/+. Oedem -/-, jejas -/-, memar -/-, luka -/-

Status lokalis : Regio Glenohumeral dekstra

Look

- Tampak deformitas pada sendi bahu, bahu kanan terlihat lebih rendah dari bahu kiri

Feel

- Tenderness (+), hangat (-), CRT <2”, pulsasi arteri radialis ++/++

Move

- Terbatas akibat nyeri

- Kekuatan motorik : 33 55

55 55

- Range of Motion (ROM) : sendi glenohumeral

i. Abduksi : 20 ◦ menurun , normalnya : 180◦

ii. Adduksi : 60◦ menurun, normalnya : 75◦

iii. Fleksi : 20◦ menurun, normalnya : 160-180◦

iv. Ekstensi : 20◦ menurun, normalnya : 60◦

v. Rotasi lateral dan rotasi medial tidak dapat dilakukan karena nyeri

Page 5: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

- Pemeriksaan khusus seperti Drop Arm test dan Apprehension Test, tidak dapat dilakukan

karena pasien sangat nyeri

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hasil laboratorium tanggal 23 Febuari 2013

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hematologi

Hemoglobin 9,7 g/dL 13,5-17,5 g/dL

Leukosit 5,500/uL 4,100-10900/uL

Hematokrit 30 % 41-53 %

Eritrosit 4,38 4,5-5,5 juta/uL

Trombosit 502000/uL 140000-440000 /uL

MCV 68 80-100fL

MCH 22 26-34pg

MCHC 33 31-36 g/dL

Hitung jenis:

Basofil 1 0-2%

Eosinofil 6 0-5%

Batang 0 2-6%

Segmen 46 47-80%

Limfosit 29 13-40%

Monosit 8 2-11%

LED 40 <10

Hemostasis

APTT 42,2 27-42

PT 14,6 12-19

Kimia darah

GDS 79 <140

Page 6: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

Fungsi hati

SGOT 13 10-35 U/L

SGPT 6 9-43 U/L

Albumin 4,05 4,0-5,2

Fungsi ginjal

Kreatinin 0,7 0,5-1,5

Ureum 10 17-43

Elektrolit

Na 134 135-147mmol/L

K 3,3 3,5-5,0 mmol/L

Cl 106 96-108 mmol/L

2. Pemeriksaan Foto Rontgen regio glenohumeral dekstra

Hasil rontgen : Fraktur dan dislokasi dari sendi glenohumeral kanan

Page 7: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

V. RESUME

Pasien datang ke Poli Ortopedik RSUD Koja dengan keluhan nyeri pada sendi bahu bahu

sejak 4 bulan yang lalu. Os mengaku keluhannya dimulai sejak terjadinya kejadian tasnya

diragut perampok 4 bulan yang lalu, Saat kejadian os sedang berjalan kaki di mana sewaktu

itu tasnya diragut dan tangan kanannya turut tertarik dan akhirnya os terjatuh terduduk. Os

mengaku ada mendengar bunyi “krek” pada sendi bahunya saat kejadian. Sejak kejadian itu,

os mengeluh tangannya nyeri dan tidak bisa digerakkan. Nyeri yang dirasakan berpindah dari

punggung kanan ke bahu dan ke lengan bawah.Sendinya terasa kaku dan tidak bisa

digerakkan Pada awalnya Os menyangka bahawa tangannya cuma keseleo dan hanya ke

dukun urut. Os mengaku sudah banyak kali diurut di sendi bahu kanannya namun os tetap

merasa sakit malah sakitnya bertambah teruk. Os meyangkal adanya bengkak (-) pada sendi

bahunya, demam(-), mual (- ) muntah (-). Pada status lokalis : Regio Glenohumeral dekstra,

pada :Look, tampak deformitas pada sendi bahu, bahu kanan terlihat lebih rendah dari bahu

kiri , Feel :Tenderness (+), hangat (-), Nyeri tekan (+), CRT <2”, pulsasi arteri radialis ++/+

+, Move : Terbatas akibat nyeri , Kekuatan motorik : 33 55

55 55

Range of Motion (ROM) : sendi glenohumeral , Abduksi : 20 ◦ menurun , normalnya :

180◦, Adduksi : 60◦ menurun, normalnya : 75◦, Fleksi : 20◦ menurun, normalnya :

160-180◦, Ekstensi : 20◦ menurun, normalnya : 60◦, Rotasi lateral dan rotasi medial tidak

dapat dilakukan karena nyeri,.Pemeriksaan khusus seperti Drop Arm test, tidak dapat

dilakukan karena pasien sangat nyeri .

Pada pemeriksaan laboratorium, Hb (9,7g/dl), Ht (30%), trombosit (50200/uL), LED

(40). Pada pemeriksaan rontgen region sendi glenohumeral menunjukkan adanya fraktur

dan dislokasi dari sendi glenohumeral kanan.

VI. DIAGNOSIS KERJA

- Neglected Fracture Dislokasi Shoulder Dekstra

-

Page 8: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

VII. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

IVFD Ringer Laktat 20tpm/24 jam

Hypobac 2x 200mg

Ketorolac (analgetik) 3x 1amp

Ranitidin 2x1 amp

Operatif : Shoulder Herniatoplasty

VIII. PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam

Ad Fungsionam : Dubia ad bonam

Ad sanasionam : Dubia ad bonam

Page 9: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Fraktur

Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik

bersifat total maupun parsial.

Proses Terjadinya Fraktur

Untuk mengetahui dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui keadaan

fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal

mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing).

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan

membengkok, memutar dan tarikan. Fraktur dapat terjadi akibat (1) peristiwa trauma tunggal; (2)

tekanan yang berulang-ulang; atau (3) kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologis).

1. Fraktur akibat peristiwa trauma

Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena jaringan lunak juga

pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur melintang dan

kerusakan pada kulit di atasnya penghancuran kemungkin akan menyebabkan fraktur kominutif

disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat

mengalami fraktur pada tempat jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan

lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada. Kekuatan dapat berupa: (1) pemuntiran yang

menyebabkan fraktur spiral; (2) penekukan yang menyebabkan fraktur melintang; (3) penekukan

dan penekanan, yang mengakibatkan fraktur yang sebagian melintang tetapi disertai fragmen

kupu-kupu berbentuk segitiga yang terpisah; (4) kombinasi dari pemuntiran, penekukan, dan

penekanan yang menyebabkan fraktur oblik pendek; atau (5) penarikan dimana tendon atau

ligamen benar-benar menarik tulang sampai terpisah. Uraian di atas terutama berlaku pada tulang

panjang. Tulang bersepon, misalnya tulang vertebrae atau kalkaneus, bila terkena oleh kekuatan

yang cukup besar akan mengalami fraktur kominutif akibat penghancuran. Pada lutut atau siku,

ekstensi yang terhalang dapat menyebabkan fraktur avulsi pada patela atau olekranon dan dalam

beberapa keadaan,kerja otot yang dihalangi dapat melepaskan perlekatan otot tulang.

Page 10: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

2. Fraktur kelelahan atau tekanan

Retak yang terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan

berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal,

terutama pada atlet, penaridan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.

3. Fraktur patologik

Fraktur yang terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misal oleh tumor) atau

kalau tulang itu sangat rapuh (misal pada penyakit Pager).

Etiologi Fraktur

Fraktur dapat disebabkan karena oleh :

- Trauma

- Non Trauma

- Stress

Trauma

Trauma dapat dibagi menjadi trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung

berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, sedangkan trauma tidak

langsung bilamana titik tumpuan benturan dengan terjadinya fraktur bergantian.

Non Trauma

Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non trauma ini

bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.

Stress

Fraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.

Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi fraktur dapat dikelompokkan berdasarkan etiologis, klinis, dan radiologis,.

A. Klasifikasi Radiologi

- Fraktur traumatik :Terjadi karena trauma tiba-tiba.

- Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di

dalam tulang.

- Fraktur stress : terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

Page 11: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

B. Klasifikasi Klinis

- Fraktur tertutup (simple fracture)

Suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

- Fraktur terbuka (compound fracture)

Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan

lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar).

- Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi

tulang.

C. Klasifikasi Radiologis

- Lokalisasi

- Diafisial.

- Metafisial.

- Intra-artikuler.

- Fraktur dengan dislokasi

Konfigurasi

- Fraktur transversal.

- Fraktur oblik.

- Fraktur spiral.

Page 12: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

- Fraktur Z.

- Fraktur segmental.

- Fraktur kominutif, fraktur lebih dari dua fragmen.

- Fraktur baji biasanya pada vertebrae karena trauma kompresi.

- Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya

fraktur epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor, fraktur patela.

- Fraktur depresi karena trauma langsung misalnya pada tulang tengkorak.

- Fraktur impaksi .

- Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah

misalnya pada fraktur vertebrae, patela, talus, kalkaneus.

- Fraktur epifisis.

Diagnosa Fraktur

Diagnosis fraktur ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang yaitu radiologis. Pada pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah

waktu terjadinya, cara terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma. Bila tidak ada riwayat

trauma berarti merupakan fraktur patologis.

Page 13: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

Pada pemeriksaan fisik dilakukan :

Look (Inspeksi)

- Deformitas : angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi (rotasi, perpendekan

atau perpanjangan).

- Bengkak atau kebiruan.

- Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak)

Feel (Palpasi)

- Tenderness (nyeri tekan) pada derah fraktur.

- Krepitasi.

- Nyeri sumbu.

Move (Gerakan)

- Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.

- Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya. Pemeriksan trauma

di tempat lain seperti kepala, thorak, abdomen, tractus urinarius dan pelvis.

Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskular bagian distal fraktur yang berupa

pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit, pengembalian darah ke kapiler (Capillary refil test),

sensasi motorik dan sensorik. Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksan

Radiologi. Untuk melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Foto

rontgen minimal harus dua proyeksi yaitu AP dan lateral.

Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan fraktur adalah suatu proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap

fraktur. Setiap tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Proses

penyembuhan mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan bila lingkungannya

memadai maka bisa sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis seperti imobilisasi sangat penting

untuk penyembuhan, selain itu faktor biologis juga sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.

Proses penyembuhan fraktur berbeda-beda pada tulang kortikal (pada tulang panjang), tulang

kanselosa (pada metafisis tulang panjang dan tulang-tulang pendek) dan pada tulang rawan

persendian.

Page 14: neglected fraktur dislokasi sendi bahu
Page 15: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal

Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :

1. Fase hematoma

Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati

kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan membentuk

hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum.

Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi

sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak. Osteosit dengan lakunanya

yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan

menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah

trauma.

2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan.

Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari

periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus

interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat

pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak

berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi

pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada

jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler

tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa

minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada

pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah

radiolusen.

3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)

Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal

dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblast

diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlengketan polisakarida oleh garam-garam

kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone.

Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi

radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.

Page 16: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi tulang

yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus

akan diresorpsi secara bertahap.

5. Fase remodeling

Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang menyerupai

bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-

lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan

kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang

yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan

untuk membentuk ruang sumsum.

Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa

Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena beberapa faktor, yaitu :

1. Vaskularisasi yang cukup.

2. Terdapat permukaan yang lebih luas.

3. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat.

4. Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur.

Tulang kanselosa yang berlokalisasi pada metafisis pada tulang panjang, tulang pendek serta

tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Penyembuhan fraktur pada daerah tulang kanselosa

melalui proses pembentukan kalus interna dan endosteal. Pada anak-anak proses penyembuhan

pada daerah korteks juga memegang peranan penting. Proses osteogenik penyembuhan sel dari

bagian endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk woven bone primer

didalam daerah fraktur yang disertai hematoma. Pembentukan kalus interna mengisi ruangan

pada daerah fraktur. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi pada daerah dimana

terjadi kontak langsung diantara kedua permukaan fraktur yang berarti satu kalus endosteal.

Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur maka terjadi union secara klinis. Selanjutnya woven

bone diganti oleh tulang lamelar dan tulang mengalami konsolidasi.

Penyembuhan fraktur pada tulang rawan persendian

Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya untuk regenerasi. Pada

fraktur intraartikuler penyembuhan tidak terjadi melalui tulang rawan hialin, tetapi terbentuk

melalui fibrokartilago.

Page 17: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

Waktu penyembuhan fraktur

Waktu penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan berhubungan dengan beberapa

faktor penting pada penderita, antara lain :

1. Umur penderita

Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini

terutama disebabkan aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum dan juga

berhubungan dengan proses remodelling tulang yang pada bayi sangat aktif dan makin berkurang

apabila umur bertambah.

2. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur

Lokalisasi fraktur memegang peranan penting. Fraktur metafisis penyembuhannya lebih cepat

daripada diafisis. Disamping itu, konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal lebih lambat

penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur oblik karena kontaknya lebih banyak.

3. Pergeseran awal fraktur

Pada fraktur yang tidak bergeser dimana perisoteum intak, maka penyembuhannya dua kali lebih

cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser. Terjadi pergeseran fraktur yang lebih besar juga

akan menyebabkan kerusakan periost yang lebih hebat.

4. Vaskularisasi pada kedua fragmen

Apabila kedua fragmen mempunyai vaskularisasi yang baik, maka penyembuhan biasanya tanpa

komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian,

maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan mungkin terjadi nonunion.

5. Reduksi serta imobilisasi

Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam

bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh

darah yang akan mengganggu dalam penyembuhan fraktur.

6. Waktu imobilisasi

Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union, maka

kemungkinan terjadinya nonunion lebih besar.

7. Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak

Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periost maupun otot atau jaringan fibrosa

lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur tersebut.

Page 18: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

8. Adanya infeksi

Bila terjadi infeksi pada daerah fraktur, misal pada operasi terbuka fraktur tertutup atau fraktur

terbuka, maka akan mengganggu terjadinya penyembuhan.

9. Cairan sinovia

Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan dalam penyembuhan

fraktur.

10. Gerakan aktif dan pasif anggota gerak

Gerakan aktif dan pasif anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur tapi

gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu

vaskularisasi.

2.7. Komplikasi fraktur

2.7.1. Komplikasi Awal

a) Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis

bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan

emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

b) Kompartement Syndrom

Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot,

tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau

perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar

seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.

c) Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur

tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke

aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan

gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.

d) Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi

dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur

terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

Page 19: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

e) Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa

menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.

f) Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa

menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

2.7.2. Komplikasi Dalam Waktu Lama

a) Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang

dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan suplai darah ke

tulang.

b) Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang

lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang

berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan

karena aliran darah yang kurang.

c) Malunion

Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan

perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang

baik.

2.8 Penatalaksanaan Fraktur

Pilihan adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan pengobatan

fraktur, yaitu : mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin.

2.8.1.Terapi pada fraktur tertutup

Pertimbangan pertama dalam terapi umum ialah: mengobati pasien, tidak hanya sebagian

tubuhnya. Urutannya adalah : (1) pertolongan pertama, (2) pengangkutan, (3) terapi syok,

perdarahan, dan cedera yang berkaitan. Pada dasarnya terapi fraktur terdiri atas manipulasi untuk

memperbaiki posisi fragmen,diikuti dengan pembebatan untuk mempertahankannya bersama-

sama sebelum fragmen-fragmen itu menyatu; sementara itu, gerakan sendi dan fungsi harus

Page 20: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

dipertahankan. Penyembuhan fraktur dibantu oleh pembebatan fisiologis pada tulang, sehingga

dianjurkan untuk lakukan aktivitas otot dan penahanan beban secara lebih awal. Tujuan ini

tercakup dalam 3 keputusan yang sederhana : Reduksi, Mempertahankan, lakukan latihan.

Terapi bukan saja ditentukan oleh jenis fraktur tetapi oleh keadaan jaringan lunak di sekitarnya.

Klasifikasi cedera tertutup adalah :

1. Tingkat 0 adalah fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak;

2. Tingkat 1 adalah fraktur abrasi dangkal atau memar pada kulit dan jaringan subkutan;

3. Tingkat 2 adalah fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan

pembengkakan;

4. Tingkat 3 adalah adalah cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan

ancaman sindrom kompartemen; Tingkat cedera yang lebih berat mungkin akan lebih

membutuhkan bentuk fiksasi mekanik tertentu.

DISLOKASI

Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi beberapa

organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit

pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi

tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar

terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang dan atau

dislokasi tulang. Bentuk kaku (rigid) dan kokoh antar rangka yang membentuk tubuh

dihubungkan oleh berbagai jenis sendi. Adanya penghubung tersebut memungkinkan satu

pergerakan antar tulang yang demikian fleksibel dan nyaris tanpa gesekan. Tulang dan sendi

dipakai untuk melindungi berbagai organ vital di bawahnya disamping fungsi pergerakan

(locomotor) / perpindahan makhluk hidup. Sendi merupakan satu organ yang kompleks dan

tersusun atas berbagai komponen yang spesifik satu dengan lainnya.

Pada umumnya terdiri dari air dan tersusun atas serabut kolagen, proteoglikan, glikorptein

lain serta lubrikan asam hialuronat, struktur yang kompleks di atas memungkinkan suatu

pergerakan sendi yang luas (fungsi locomotor), frictionless dan tidak mengakibatkan kerusakan

besar dalam jangka panjang.

Page 21: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

Dislokasi terjadi saat ligarmen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah

dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh factor penyakit atau

trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). Dislokasi adalah keadaan

dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis, atau

Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan

yang membutuhkan pertolongan segera.

Klasifikasi :

1. Dislokasi kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misal¬nya tumor,

infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatik : Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan

mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami

pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan

disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular.

Kebanyakan terjadi pada orang dewasa, beberapa jenis dislokasi pada sendi yang sering terjadi

antara lain terdapat dibawah ini :

I. Pengertian

- Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian

yang bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.

II. Diagnosa umum dislokasi:

- Anamnesis:

· Persendiannya lepas/keluar dari tempatnya

· Nyeri

· Spasme otot

· Gangguan fungsi- Pemeriksaan Fisik:

· Swelling/pembengkakan

· Deformitas: angulasi, rotasi, kehilangan bentuk yang normal, pemendekan

· Gerakan yang abnormal

· Nyeri setempat

Page 22: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

A. Dislokasi Shoulder/Bahu

a. Definisi

Dislokasi shoulder adalah pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di

anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah

glenoid (dislokasi inferior). Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering

berdislokasi.Ini disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi

glenoid yang dangkal serta adanya longgarnya ligament.

1. Dislokasi Anterior

- Dislokasi preglenoid subkorakoid, subklavikuler

- Mekanisme trauma:

Paling sering ditemukan, jatuh dalam keadaan out stretched, trauma pada scapula gambaran

klinis nyeri hebat dengan gangguan pergerakan bahu, kontur sendi bahu jadi rata, kaput

humerus bergeser ke depan pemeriksaan radiologist:

Kaput humerus terlihat di depan dan medial glenoid

- Pengobatan:

1. dengan bius umum

· Metode hipocrates: dibaringkan, tank anggota gerak, tekan kaput humeri

· Metode kocher: dilakukan tahap-tahap reposisi kocher

2. tanpa pembiusan

· Teknik menggantung lengan

2. Dislokasi Posterior

Mekanisme trauma

Jarang ditemukan, trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna.

Gambaran klinis

· Nyeri, benjolan dibagian belakang sendi pemeriksaan radiologis

· Khas: light bulb karena rotasi internal humerus

- Pengobatan

Reduksi dengan menarik lengan, rotasi interna, Imobilisasi 3-6 minggu

Page 23: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

3. Dislokasi Inferior

Kaput humerus terjepit di bawah glenoid, dengan lengan arah ke atas pengobatan

dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior, jika gagal dilakukan reposisi terbuka

dengan operasi

4. Dislokasi dengan Fraktur

Biasanya adalah dislokasi tipe anterior dengan fraktur

- Pengobatan

Dilakukan reposisi pada dislokasi maka fraktur akan tereposisi dan kembali melekat pada

humerus

b. Patofisiologi

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan,

merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral

kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan

menimbulkan luksasio erekta [dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh

membawa kaput ke posisi da bawah karakoid

c. Indikasi Operasi

Dislokasi bahu yang tidak berhasil direduksi secara tertutup dan dislokasi yang sudah

neglected lebih dari 2 minggu.

d . Komplikasi reduksi tertutup pada dislokasi bahu akut

· Kerusakan nervus aksilaris

· Kerusakan pembuluh darah

· Tidak dapat tereposisi

· Kaku sendi

· Dislokasi rekuren, dilakukan tindakan operasi Putti-platt, Bristow dan bankart

- Perawatan Pasca reduksi tertutup

Imobilisasi dengan verban Velpeau atau collar cuff selama 3 minggu

- Follow up

Pengawasan posisi ekstremitas atas dalam posisi fleksi, adduksi dan internal rotasi untuk

dislokasi bahu anterior dan ekstensi, abduksi, dan eksternal rotasi untuk yang tipe posterior.

Daerah lipatan aksilla harus diperhatikan terjadinya mycosis, dan kondisi yang lembab harus

Page 24: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

dihindarkan dan diatasi. Latihan isometrik segera dilakukan dan latihan isotonik setelah 3

minggu.

e. Kontra indikasi operasi

Berhubung dengan kondisi medis/cedera penyerta yang tidak memungkinkan dilakukan

tindakan pembiusan

f. Diagnosis Banding

1. dislokasi akromioklavikula

2. fraktur klavikula

3. firaktur kolumna humeri

4. traktur humerus proksimal

g. Pemeriksaan penunjang

- Rontgen foto (X-ray)

Sinar –X pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah tindih antara

kaput humerus dan fossa Glenoid,Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap

terhadap mangkuk sendi.

h. Komplikasi

·Komplikasi Dini

- Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan

mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.

- Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.

·Komplikasi lanjut

- Kekakuan sendi bahu :Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan

sendi bahu ,terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi

lateral,yang secara otomatis membatasi Abduksi

- Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian

depan leher glenoid

- kelemahan otot

Page 25: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

Neglected

Neglected fraktur adalah yang penanganannya lebih dari 72 jam. sering terjadi akibat

penanganan fraktur pada extremitas yang salah oleh bone setter Umumnya terjadi pada yang

berpendidikan dan berstatus sosioekonomi yang rendahNeglected fraktur dibagi menjadi

beberapa derajat, yaitu:

a. Derajat 1 : fraktur yang telah terjadi antara 3 hari -3 minggu

b.Derajat 2 : fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu -3 bulan

c. Derajat 3 : fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan ± 1 tahun

d. Derajat 4 : fraktur yang telah terjadi lebih dari satu tahun (Anonimd, 2011).

Page 26: neglected fraktur dislokasi sendi bahu

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley and Solomon, Fracture and Joint Injuries in Apley’s System of Orthopaedics and

Fractures, Seventh Edition, Butterwordh-Heinemann, London, 1993, pp. 499-515.

2. Armis, Prinsip-prinsip Umur Fraktur dalam Trauma Sistema Muskuloskeletal, FKUGM,

Yogyakarta, hal : 1-32.

3. Berend ME, Harrelson JM, Feagin JA, Fractures and Dislocation in Sabiston Jr DC,

Texbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice, Fifteenth Edition,

W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1997, pp. 1398-1400.

4. Carter MA, Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam Price SA, Wilson LM,

Patofisiologi Konsep-konsep Klinis Proses- proses Penyakit, Buku II, edisi 4, EGC,

Jakarta, 1994, hal 1175-80.

5. Dorland, Kamus Kedokteran, edisi 26, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996,

hal 523,638,1119.

6. Rasjad C, Trauma dalam Pengantar Ilmu Bedah Orthopaedi, Bintang Lamumpatue

Ujung Pandang, 1998, hal : 343-525

7. Reksoprodjo, S, Pemeriksaan Orthopaedi dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI,

Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, hal : 453-471.

8. Sjamsuhidajat R, Sistem Muskuloskeletal dalam Syamsuhidajat R, de Jong W, Buku

Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997, hal : 1124-1286

9. Chairuddin, Rasjad Prof, MD, PhD.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 2003. Makasar

10. http://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/20/dislokasi-bahu-akut/

11. http://dislokasisendibahu.blogspot.com/2011/04/dislokasi-pada-sendi-bahu.html

12. http://herdinrusli.wordpress.com/2009/03/06/fisioterapi-pada-dislokasi-shoulder-

anterior/