multiple fracture mandibula

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma penyebab fraktur dapat berupa trauma langsung atau tidak langsung. Penderita trauma yang datang ke rumah sakit tak jarang dijumpai dengan trauma wajah dan sebagian besar melibatkan mandibula. Trauma yang melibatkan mandibula disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, olahragawan dan penganiayaan yang menyebabkan gangguan fungsi bicara, gangguan mengunyah dan deformitas wajah. Penanganan trauma wajah serius sering terlambat oleh karena menunggu stabilnya jalan napas dan hemodinamik, penanganan trauma serius lainnya seperti trauma kepala, dada dan skeletal. Hal-hal tersebut masih merupakan masalah dalam penanganan trauma wajah tepat waktu. Mandibula merupakan bagian tulang yang paling rentan mengalami fraktur pada trauma facialis. Hal ini dapat disebabkan karena posisinya yang menonjol dan merupakana sasaran pukulan dan benturan. Trauma pada 1

Upload: sirtha-noor-suci

Post on 14-Aug-2015

120 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

multiple fracture mandibula

TRANSCRIPT

Page 1: multiple fracture mandibula

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan

sendi, tulang rawan epifisis, baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa. Trauma penyebab fraktur dapat berupa trauma

langsung atau tidak langsung.

Penderita trauma yang datang ke rumah sakit tak jarang dijumpai dengan

trauma wajah dan sebagian besar melibatkan mandibula. Trauma yang melibatkan

mandibula disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, olahragawan

dan penganiayaan yang menyebabkan gangguan fungsi bicara, gangguan

mengunyah dan deformitas wajah.

Penanganan trauma wajah serius sering terlambat oleh karena menunggu

stabilnya jalan napas dan hemodinamik, penanganan trauma serius lainnya seperti

trauma kepala, dada dan skeletal. Hal-hal tersebut masih merupakan masalah

dalam penanganan trauma wajah tepat waktu.

Mandibula merupakan bagian tulang yang paling rentan mengalami fraktur

pada trauma facialis. Hal ini dapat disebabkan karena posisinya yang menonjol

dan merupakana sasaran pukulan dan benturan. Trauma pada umumnya diderita

pada laki-laki dibandingkan perempuan pada usia 20-30 tahun. Di luar negeri ke-

banyakan kejadian trauma facialis meningkat pada musim panas.

Mandibula tersusun dari dua bagian keping yaitu keping luar yang tebal dan

keping dalam yang dipisahkan oleh tulang medulla trabekularis. Dari keseluruhan

struktur mandibula, bagian yang terlemah adalah daerah sub kondilar, angulus

mandibula dan region mentalis. Fraktur subkondilar banyak dijumpai pada anak-

anak sedangkan fraktur angulus sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda.

Klinis fraktur mandibula berupa maloklusi gigi atau pergerakan abnormal dari

bagian-bagian mandibula pada saat buka mulut. Fraktur mandibula dua kali lebih

banyak pada kecelakaan lalu lintas.

1

Page 2: multiple fracture mandibula

Pada prinsipnya ada dua cara penatalaksanaan fraktur mandibula, yaitu cara

tertutup atau disebut juga perawatan konservatif dan cara terbuka yang ditempuh

dengan cara pembedahan. Pada teknik tertutup imobilisasi dan reduksi fraktur di-

capai dengan penempatan peralatan fiksasi maksilomandibular. Pada prosedur ter-

buka bagian yang mengalami fraktur di buka dengan pembedahan dan segmen

fraktur direduksi serta difiksasi secara langsung dengan menggunakan kawat/plat

yang disebut dengan wire atau plate osteosynthesis. Kedua teknik ini tidak selalu

dilakukan tersendiri tetapi kadang-kadang diaplikasikan bersama atau disebut

dengan prosedur kombinasi. Pada penatalaksanaan fraktur mandibula selalu diper-

hatikan prinsip-prinsip dental dan ortopedik sehingga daerah yang mengalami

fraktur akan kembali / mendekati posisi anatomis sebenarnya dan fungsi mastikasi

yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah apa definisi dari frakur multiple

mandibula, bagaimana klasifikasi dari fraktur mulitiple mandibula, dan

bagaimana perawatan dari fraktur multiple mandibula.

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, klasifikasi, dan perawatan dari

fraktur multiple mandibula.

2

Page 3: multiple fracture mandibula

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Fraktur adalah suatu keadaan dimana terjadi diskontinuitas atau putusnya tulang

yang umumnya melibatkan jaringan lain seperti jaringan lunak, pembuluh darah

dan saraf.1 Multiple Fraktur : garis fraktur dua atau lebih pada tulang yang sama

tetapi tidak berhubungan antara satu sama lain.1,2

B. Anatomi Mandibula1

Mandibula biasanya berbentuk seperti huruf U atau V, bagian utama

dari mandibula adalah corpus. Bagian posterior dari corpus disebut ramus.

Ramus ini memiliki dua prosesus, prosesus condylar berartikulasi dengan

fossa glenoid pada tulang temporal yang membentuk sendi fungsional.

Sedangkan prosesus coronoideus pada arah anterosuperior dari ramus

mandibula, melengkung ke zygomatic arch dan berfungsi sebagai tempat

insersi muskulus temporalis.

Bagian bukal dan lingual terdiri dari kortikal plate yang mengapit

tulang kanselus, dan kortikal plate anterior lebih tebal dari posterior.

Trabekula berbentuk lintasan horizontal pada corpus dan vertikal pada ramus.

Kedua lintasan tersebut berfungsi mengirimkan kekuatan dalam proses

pengunyahan dari mandibula ke dasar tengkorak melalui TMJ. Pada

mandibula yang berbentuk huruf V, daerah simfisis merupakan bagian yang

terkuat pada rahang bawah.

C. Etiologi1

Trauma langsung

jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, olahraga, dan kecelakaan kerja serta

operasi dentoalveolar.

Trauma tidak langsung

3

Page 4: multiple fracture mandibula

D. Lokasi Fraktur Mandibula

Fridrich dkk menyatakan bahwa kebanyakan fraktur mandibula terjadi

di corpus (29%), condilus (26%), angulus (25%) dan simphysis (17%).

Tingkat fraktur yang terendah adalah fraktur ramus (4%) dan processus

coronoid (1%).2

E. Klasifikasi Fraktur Mandibula

Fraktur mandibula tergantung pada tipe injuri dan arah dan kekuatan

dari trauma. Berdasarkan tipe fraktur fraktur mandibula di bagi menjadi

fraktur greenstick, comminuted, compound. Fraktur mandibula juga dibagi

menjadi 2 yakni favorable dan unfavorable.3

Simple atau closed : fraktur yang tidak disertai luka terbuka terhadap

fraktur yang lingkungan eksternal ada melalui kulit, mukosa atau

membran. Fraktur ini sering terjadi pada ramus dan kondilus.2

Compound atau open: fraktur yang melibatkan luka eksternal termasuk

kulit, mukosa atau membran periodontal melewati socket gigi, terjadi

Hubungan dengan fraktur tulang.1,2

Comminuted: fraktur dimana tulang hancur atau menjadi 2 fragmen

kecil-kecil atau lebih (remuk).1,2

Greenstick: fraktur dimana satu sisi tulang korteks rusak dan sisi

tulang korteks lain melengkung.1,2

Pathologic: fraktur yang terjadi akibat luka sedang disebabkan

penyakit tulang yang sedia ada seperti osteomyelitis, kista atau

ameloblastoma.1,2

Multiple : garis fraktur dua atau lebih pada tulang yang sama tetapi

tidak berhubungan antara satu sama lain.1,2

Impacted: fraktur yang terbenam dimana 1 fragmen dari tulang masuk

kedalam bagian tulang yang lain.1,2

Atrophic: fraktur disebabkan atropi parah dari tulang misalnya pada

edentulous mandibula.1,2

Indirect: fraktur yang tidak didaerah trauma.2

4

Page 5: multiple fracture mandibula

Complicated atau complex: fraktur disertai luka pada jaringan lunak

atau daerah berdekatan lain, dapat simple atau compound, dapat

langsung maupun tidak langsung menghasilkan cedera pada sekeliling

saraf, pembuluh darah atau sendi. Complicated fraktur dapat terjadi

pada seluruh bagian. Dapat juga mengenai neurovaskular alveolaris

inferior, namun jarang terjadi pada rahang bawah, tapi lebih sering

terlihat pada fraktur tengah wajah.1,2

F. Klasifikasi Fraktur Berdasarkan Regio Anatomi2

5

Simfisis fraktur pada regio insisivus sentral dari processus

alveolaris sampai batas inferior mandibula.

Parasymphyseal fraktur yang terjadi antara batas distal garis

vertikal adari kaninus kiri dan kanan.

Fraktur parasimphisis pada mandibula kanan

5

Page 6: multiple fracture mandibula

Body dari distal simfisis hingga garis batas alveolar dari otot

masseter biasanya termasuk gigi molar 3.

Fraktur corpus mandibula sagital kanan dan fraktur prasimphisis kiri

Angulus regio triangular yang dibatasi oleh batas anterior dari otot

masseter sampai perlekatan posterosuperior otot masseter biasanya

distal gigi molar 3.

Fraktur corpus mandibula kanan dan fraktur mandibula kiri sampai gig 17

Ramus dibatasi oleh angulus superior dari garis yang membentuk

apeks pada sigmoid

Fraktur parasimphisis mandibula kiri dan ramus mandibula kanan

6

Page 7: multiple fracture mandibula

Processus condylus daerah processus superior dari regio ramus.

Fraktur condylus mandibula kanan

Prosessus coronoid termasuk prosessus coronoid dari regio ramus

mandibula superior.

Processus alveolaris regio tempat tertanamnya gigi.

Fraktur symphisis sagital mandibula dan fraktur dentoalveolar.

G. Luka Terkait dengan Fraktur Mandibula

Fridrich dkk melaporkan bahwa pasien dengan fraktur mandibula

menunjukkan 43% pasien adanya keterlibatan luka lain. Dari jumlah tersebut,

39% mengalami luka di kepala, 30% laserasi di kepala dan leher, 28% fraktur

tengah wajah, 16% luka di mata, 12% fraktur hidung, dan 11% fraktur servikal

spinal. Luka lain termasuk trauma ekstremitas 51%, trauma thoraks 29% dan

trauma abdomen 14%. Dari 1067 pasien yang dilakukan penelitian, 12 (2,6%)

meninggal akibat keterlibatan luka lain selain fraktur mandibula dapat dirawat.2

Presentase pasien dengan fraktur mandibula, 53% pasien mengalami

fraktur unilateral, 37% pasien mengalami 2 fraktur, dan 9% mengalami 3 atau

lebih fraktur.2

7

Page 8: multiple fracture mandibula

H. Fraktur Condyle 4

H.1 Komplikasi trauma didaerah sendi Tempo Mandibular termasuk Fraktur

Kondiler Mandibula mempunyai efek : 4

- Kerusakan fungsi oklusi

- Kerusakan sendi

- Ankilosis sendi sehingga ada gangguan rahang

- Kerusakan pertumbuhan rahang bawah.

H.2 Etiologi : 4

1. Kecelakaan, seperti : pukulan,olahraga,dll

2. Jatuh, dimana wajah terkena lantai tanpa adanya proteksi wajah

3. Kombinasi antara keduanya

H.3 Klasifikasi 4

1. Fraktur unilateral dan bilateral

2. Fraktur intrakapsular (high condylar) dan ekstrakapsular (low condylar

3. Fraktur condylus simple, compound atau communited

4. Menurut Wassmund :

Type 1 : Fraktur pada leher condylar dengan sedikit displacement pada

kepala condylar. Sudut antara kepala dan ramus yaitu 10o-45 o

Type 2 : Fraktur menghasilkan sudut 45o – 90o. Menyebebkan

terpisahnya bagian media dari kapsul sendi

Type 3 : Fragmen fraktur tidak berkontak dan kepala codylus bergerak

ke mesial dan ke anterior

Type 4 : Kepala kondilar berartikulasi atau ke depan dari eminensia

artikular

Type 5 : terdiri dari fraktur vertikal atau oblique melalui kepala

condyle

5. Klasifikasi Lindhal :

a. berdasarkan lokasi anatomis dari fraktur :

Condylar head

Condylar neck

8

Page 9: multiple fracture mandibula

Subcondylar

b. berdasarkan hubungan segmen condylar dengan fragmen mandibula :

Non-displaced

Deviated

Displacement with medial or lateral overlap

Displacement with anterior or posterior overlap

Tidak ada kontak antara segmen fraktur

c. berdasarkan hungan antara kepala kondilus dengan fosa glenoid :

Non-displaced

Displacement

Dislocation

9

Page 10: multiple fracture mandibula

d. MacLenna system

Non-displaced

Fraktur deviasi

Fraktur displacement

Fraktur dislokasi

H.4 Tanda-tanda dan Gejala Klinis4

Pada umumnya : Maloclussion atau Open Bite Oclussion

Pembengkakan pada kedua sisi fraktur

Pergerakan mandibula secara keseluruhan biasanya terbatas

dibandingkan dengan fraktur unilateral.

Jika terdapat pergeseran pada condyle dari fosa glenoid dpat

menghasilkan open bite

Rasa sakit dan keterbatasan dalam membuka mulut.

Wajah terlihat memanjang pada fraktur subcondylar bilateral

Fraktur condylar bilateral biasanya sering berhubungan dengan fraktur

symphisis atau para symphisis

I. Fraktur Angulus 4

I.1. Definisi

Fraktur angulus mandibula adalah fraktur yang terjadi pada daerah

10

Page 11: multiple fracture mandibula

distal molar 3, yaitu pada titik pertemuan dari ramus dan korpus mandibula

pada batas inferior dari korpus mandibula dan batas posterior dari ramus

mandibula. 4

I.2. Etiologi

Pada dasarnya penyebab fraktur angulus mandibula sama seperti

penyebab fraktur mandibula pada umumnya. Dapat disebabkan oleh

kecelakan dalam bekerja, olahraga, dan lain-lain. 4

I.3. Gejala klinis

Anterior open bite sering terlihat pada kasus fraktur angulus

mandibula bilateral, sedangkan pada kasus fraktur angulus mandibula

unilateral ssering terlihat open bite pada sisi yang sama dengan fraktur.

ketidakmamuan menutup mulut akan menyebabkan prematur kontak. 4

Wajah terlihat lebih panjang pada kasus fraktur angulus mandibula

bilateral sehingga menyebabkan mandibula anterior bergeser ke bawah.

Pembengkakan dan deformitas pada sudut rahang akan terlihat jelas. Parastesi

pada bibir bawah dapat timbul pada sisi yang terkena fraktur. 4

Pergerakan mandibula akan terasa sakit dan terdapat trimus. Pada

palpasi, pergerakan dan krepitasi pada daerah fraktur akan terasa. 4

J. Fraktur Dentoalveolar

J.1 Definisi

Frakur dentoalveolar adalah teputusnya kontinuitas atau terjadinya

pergeseran fragmen gigi atau tulang alveolar yang biasanya disebabkan oleh

trauma. Fraktur dentoalveolar bisa terjadi pada segala kelompok umur.5

J2. Etiologi

Penyebab fraktur dentoalveolar dapat terjadi pada setiap kelompok

umur. Pada orang dewasa fraktur dentoalveolar disebabkan oleh kecelakaan

kendaraan bermotor, sepeda motor, sepeda, terjatuh, pada saat olahraga,

tindakan kekerasan, dan kecelakan di tempat kerja. Dapat juga disebabkan

11

Page 12: multiple fracture mandibula

oleh iatrogenik prosedur perawatan dokter. 5

Pada anak-anak dan balita, fraktur dentoalveolar lebih sering

disebabkan karena jatuh, terutama pada tahun pertama. Penyebab lainya

adalah kekerasan terhadap anak. Kira-kira lebih 50% luka fisik yang

berhubungan dengan kekerasan terhadap anak ditemukan di daerah kepala dan

leher. Pada anak-anak sekolah, fraktur dentoalveolar kebanyakan disebabkann

oleh kecelakaan saat bermain sepeda. Pada masa remaja, fraktur disebabkan

oleh olahraga, kecelakaan kendaraan bermotor, dan perkelahian. 5

Penyebab fraktur dentoalveolar dapat dikelompokan menjadi : 5

1. Trauma langsung.

Mekanisme trauma langsung dapat mengenai bibir atas dan bawah,

kadang-kadang mengakibatkan laserasi pada bibir dan juga fraktur dental

dan tulang alveolar. Gigi yang paling sering mengalami fraktur baik pada

gigi susu maupun gigi permanen adalah gigi insisif terutama pada pasien

dengan gigi yang protusif seperti pasien dengan maloklusi kelas II devisi I

atau dengan overjet >5mm atau pasien dengan bibir pendek. Insidensi

yang paling sering berikutnya adalah I2 atas bawah dan C atas.

2. Trauma tidak langsung.

Trauma tidak langsung disebabkan adanya trauma keras pada dagu

sehingga memaksa gigi-gigi mandibula bertemu dengan gigi-gigi maxila.

Dampak dari hal tersebut sering mengakibatkan fraktur mahkota atau

mahkota-akar serta fraktur condilar atau simpisis mandibula dan laserasi

jaringan lunak mulut bagian depan dan submental.

Jenis fraktur dentoalveolar bervariasi dalam setiap usia, kemungkinan

dikarenakan perbedaan anatomi gigi dan jaringan pendukung pada orang

dewasa dan anak-anak. Trauma pada gigi susu sering mengenai jaringan

pendukung sedangkan trauma pada orang dewasa sering mengenai gigi itu

sendiri (seperti fraktur mahkota).

J. III Klasifikasi

12

Page 13: multiple fracture mandibula

Sistem klasifikasi fraktur dentoalveolar ini didasarkan pada berbagai

macam faktor seperti etiologi, anatomi fraktur, patologi, dan terapi. Semua

klasifikasi fraktur dentoalveolar memiliki keuntungan dan kerugian.

Klasifikasi yang paling sering dipakai untuk klasifikasi fraktur dentoalveolar

yang sederhana dan lengkap adalah yang diajukan oleh Ellis dan Davey, dan

Andersen. 5

II.C.1 Klasifikasi menurut Ellis dan Davey.

Pada awalnya klasifikasi ini dikembangkan dan direncanakan untuk

klasifikasi fraktur gigi anterior dengan mengklasifikasikan fraktur

dentoalveolar dalam 4 kelas. Kelas I fraktur yang mengenai enamel saja, kelas

II fraktur yang mengenai enamel dan dentin, kelas III fraktur yang mengenai

pulpa, dan kelas IV fraktur yang mengenai akar. Fraktur dapat dibagi lagi

menjadi diagonal, horizontal, dan vertikal. Kerugian dari klasifikasi ini adalah

bergantung pada penghafalan gigi tertentu dalam setiap kelas. 5

Gambar1. Diagram klasifikasi Ellis dan Davey. 5

Klasifikasi fraktur menurut Ellis. 5

13

Page 14: multiple fracture mandibula

Gambar 2. Kiri atas : kelas II fraktur mesioangular 11 dan 12. Kanan atas :

kelas III fraktur horizontal gigi 11. Kiri bawah : kelas IV fraktur vertikal gigi

21. Kanan bawah : kelas IV fraktur vertikal gigi 21. 5

Pada tahun 1970 Ellis dan Davey memperbaharui klasifikasinya

menjadi sembilan kelas. Kelas I frsktur sederhana pada mahkota mengenai

sedikit atau tidak sama sekali dentin, kelas II fraktur mahkota luas mengenai

dentin tapi belim mengenai pulpa, kelas III fraktur mahkota luas mengenai

dentin dan pulpa terbuka, kelas IV gigi non vital setelah mengalami trauma

dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota, kelas V kehilangan gigi, kelas

VI fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur gigi, kelas VII

displacement gigi tanpa fraktur mahkota atau akar, kelas VIII fraktur mahkota

yang banyak, dan kelas IX luka traumatik pada gigi susu.6

II.C.2 Klasifikasi menurut Andersen

Klasifikasi ini secara resmi digunakan oleh WHO dan paling sering

digunakan diliteratur. Pada klasifikasi ini terpaparkan gambaran dari fraktur

gigi, jaringan pendukung, gingiva, dan oral mukosa serta dapat digunakan

pada gigi susu maupun permanen. Pada klasifikasi ini, fraktur dentoalveolar

dibagi menjadi 4 katagori besar yaitu: 5

14

Page 15: multiple fracture mandibula

a. Luka pada jaringan gigi dan pulpa

Gambar 3. Yang mengenai jaringan gigi dan pulpa. A. Mahkota infraction dan

fraktur mahkota uncomplicated yang belum mengenai dentin. B. Fraktur

mahkota uncomplicated dan telah mengani dentin. C. Fraktur mahkota

complicated. D. Fraktur mahkota-akar uncomplicated. E. Fraktur mahkota-

akar complicated. F. Fraktur akar.7

b. Luka pada jaringan periodontal

Gambar 4. Yang mengenai jaringan periodontal. A. Concussion. B.

15

Page 16: multiple fracture mandibula

Subluxation. C. Extrusive luxation. D. Lateral luxation. E. Intrusive luxation.

F. Exarticulation (Avulsion). 7

c. Luka pada tulang pendukung gigi

Gambar 5. Yang mengenai tulang pendukung. A. Comminution soket alveolar.

B fraktur lingual atau facial dinding soket alveolar. C. dan D. Fraktur prosecus

alveolar dengan dan tanpa keterlibatan soket gigi. E. dan F. Fraktur mandibula

atau maxila dengan atau tanpa keterlibatan soket gigi. 7

d. Luka yang mengenai pada gingiva atau mukosa oral

Gambar 6. Yang mengenai gingiva dan mukosa oral. A. Laserasi pada gingiva.

16

Page 17: multiple fracture mandibula

B. Contusion pada gingiva. C. Abrasi pada gingiva. 7

K. Penatalaksanaan Fraktur Mandibula

Penatalaksanaan keseluruhan :

1. Soft tissue 4

- Istirahat

- Diet cair / lunak

- Fisio therapi (Short Wave Diathermy)

- Hyalyronidase / steroid injection periarticular

2. Dislokasi4

- Reposisi Manual

Tehnik Hippocratic

- Bila gagal serclation (IV Diazepam) atau

general anesthesi (Muscle Relaxan)

Immobilsasi 10-14 hari

3. Terapi Konservatif 4

- Intermaxillaris Fixation (Arc Bar)

7-10 hari (unilateral)

3-4 minggu (bilateral)

4. Therapi Operasi (Fixation) 4

- Pre auricular Approach

- Sub Mandibula Approach

- Intracranial Approach

5. Methode Fixation 4

- Trans Osseous wiring

- Bone Pins

- Platting

- Gut Suture

- Kinchner Wire

17

Page 18: multiple fracture mandibula

- Tempatkan kembali segment fraktur, cek hubungan rahang dan hubungan

oklusi dengan MMF (maxillomandibular fixation) atau IMF (intermaxillar

fixation close reduction).4

- Gunakan arch bar dan wire/acid etch bonded/ bone plates/ bone

screw/kombinasi untuk fiksasi yang diikat mengelilingi gigi atau dengan

menggunakan ivy loops atau continuous loop. Gunakan heavy elastic traction

dapat digunakan untuk menarik segmen tulang ke posisi yang seharusnya

secara perlahan-lahan (jam-hari).3

1). Closed technique 4

Closed treatment dilakukan saat letak fraktur tidak menggangu keadaan

oklusi, dimana segment dari fraktur masih menempel. Penyembuhan tulang

terjadi secara sekunder dengan terbentuknya callus.

Traksi intraoral atau ekstraoral4

Digunakan pada kasus reduksi yang tertunda. Traksi intraoral melibatkan

fiksasi arch bar pada lengkung maksila dan mandibula dan traksi elastik segmen-

segmen ke oklusi yang normal menggunakan elastik. Sedangkan traksi ekstraoral

melibatkan penjangkaran pada kepala untuk traksi. Proses traksi adalah sangat

perlahan dan pasien dinasehatkan untuk membuka dan menutup mulut untuk

membantu traksi elastik tadi. Apabila oklusi yang memuaskan tercapai, elastik

dibuka dan fiksasi intermaksilla dilakukan dengan menggunakan kawat.

Closed Fixation (Fiksasi Tidak Langsung)4

Fiksasi intermaksilla merupakan immobilisasi rahang dengan menyatukan

RA dan RB pada posisi tertutup. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan

kawat, arch bars dan splints.

Keuntungan:

- Relatif sederhana, biaya murah, menghemat waktu, tindakan non invasif

- Tidak terlalu memerlukan keterampilan dari operator

- Penyatuan dari kerusakan tulang yang kecil mungkin terjadi jika adanya

penyembuhan dengan terbentuknya kalus.

18

Page 19: multiple fracture mandibula

Kerugian:

- Kebersihan rongga mulut, tidak mungkin untuk mencapai stabilitas yang

mutlak, tidak dapat dilakukan pada pasien yang tidak kooperatif

- Atrofi otot dan kehilangan kekuatan menggigit, dapat mempengaruhi TMJ

Indikasi:

- Fraktur yang minimal

- Apabila pasien tidak mampu untuk dilakukan perawatan lain yang lebih baik

(faktor biaya)

- Apabila pasien tidak dapat dilakukan anestesi umum

Kontraindikasi:

- Asma yang akut, penyakti obstruksi paru yang kronis

- Kelainan gastrointestinal, masalah neurologikal dan psikiatrik, kekejangan

2) Open technique 4

Merupakan bedah intervensi untuk mereduksi fragmen dari fraktur.

Setelah diberikan antibiotik, memungkinkan untuk dilakukan bedah.

Penyembuhan primer terjadi tanpa disertai pembentukan callus selama proses

penyembuhan.

Internal fixation.

Alat yang digunakan pada intraoral :

Plates dan screw

Fiksasi rigid tanpa IMF (intermaxillary fixation) dapat dicapai dengan bone

plates. Tujuan dari plates dan screw adalah sebagai reduksi anatomis dari

fragmen tulang, fiksasi stabil dari fragmen tulang, memelihara suplai darah ke

bagian fragmen yang dapat dicapai dengan prosedur bedah yang atraumatik,

serta mobilisasi awal secara aktif tanpa nyeri. Penyembuhan secara primer

dapat dicapai hanya dengan anatomic approximation dari fragmen fraktur.

Keuntungan: Stabilitas baik, OH lebih baik, pasien lebih patuh terhadap

proses perawatan, tidak terjadi malnutrisi

Kerugian: Anestesi umum, lebih mahal

19

Page 20: multiple fracture mandibula

Kiri: plates dan screw pada fraktur symphysis dengan pendekatan intra oral.

Kanan: plates dan screw pada fraktur corpus mandibula dengan pendekatan

ekstra oral.

Transosseus / intraosseus wiring

Metode yang efektif untuk fiksasi dan immobilisasi corpus dan angulus

mandibula.

Keuntungan: Menggunakan peralatan khusus secara minimum saja.

Digunakan apabila pasien tidak dapat membayar perawatan dengan bone

plates. Dapat dilakukan secara intra oral dan ekstra oral.

Kerugian : Diperlukan operasi menggunakan anestesi umum, biaya mahal.

Transosseus / intraosseus wiring pada fraktur angulus mandibula.

External pin fixation

Suatu teknik yang penting dalam manajemen fraktur pada wajah dan

ekstremitas. Penatalaksanaan fraktur mandibula dengan external pin fixation

adalah menggunakan transcutaneous pins yang dimasukkan pada permukaan

lateral mandibula. Segmen pin kemudian dihubungkan dengan acrylic bar,

20

Page 21: multiple fracture mandibula

metal framework atau graphite rods. Namun, dengan adanya kemajuan dalam

sistem plating tulang mengurangi indikasi penggunaan alat eksternal. Alat

fiksasi eksternal seperti Hoffman pin dan Morris biphase apparatus

bermanfaat dalam beberapa kasus. External pin fixation untuk aplikasi

maksilofasial sangat sinonim dengan “the Joe-Hall-Morris appliance”.

Keuntungan: Dapat digunakan pada fraktur mandibula comminuted

dengan/tanpa displacement, luka tembak avulsif, fraktur edentulous

mandibula.

Kerugian: Perlu dikontrol beberapa kali, terganggu penampilan

External pin fixation.

Indikasi internal fixation:

Untuk keadaan fraktur yang tidak stabil

Ketika intermaxillary fixation (IMF) tidak mungkin dilakukan

Menghindari pemakaian intermaxillary fixation yang bertujuan untuk

memberi kenyamanan pada pasien

Memudahkan pasien untuk kembali bekerja atau melakukan aktivitas lainnya

Untuk kasus dengan fraktur yang multiple, displaced fraktur

Untuk fraktur dengan kerusakan tulang

Kontraindikasi internal fixation:

Ketika pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan perawatan dalam jangka

panjang yang melibatkan pemakaian anestesi umum.

Ketika terjadi diffuse infection pada area tulang yang fraktur

21

Page 22: multiple fracture mandibula

Ketika pasien menolak perawatan yang kompleks

Keuntungan internal fixation:

Keberhasilan terhadap stabilitas cukup besar

Pasien akan lebih patuh terhadap proses perawatan, pemeliharaan oral hygiene

yang baik, dapat dikerjakan pada pasien dengan gangguan pernapasan

Keadaan myoathropy minimum

Tidak terjadi malnutrisi, dan tidak kehilangan berat badan

Kerugian internal fixation:

Perawatan dilakukan dengan anestesi umum

Plates dan screw mahal, membutuhkan keahlian yang tinggi dari operator

Frekuensi meningkatnya maloklusi dan cedera pada nervus

Kerusakan tulang yang kecil tidak dapat dihubungkan

Jika tidak ada perubahan, dapat dilakukan prosedur yang lebih kompleks

Membutuhkan operasi kedua untuk mengambil plates dan screw jika

bahannya stainless steel, namun jika menggunakan titanium tidak perlu

dilakukan pengambilan.

22

Page 23: multiple fracture mandibula

L. Komplikasi 1

Faktor penyebab yaitu sifat cedera, keadaan sistemik compromise (diabetes

mellitus, imunocompromise), dan kesulitan dalam mengurangi komplikasi

trauma.

Meskipun jarang, delayed union dan/atau malunion atau nonunion biasanya

merupakan hasil dari inadekuat reduksi, stabilisasi dan fiksasi, infeksi paska

operasi, atau kombinasi faktor tersebut. Meskipun nonunion dan/atau malunion

terjadi akibat kurangnya osteogenesis, namun kadang-kadang terdapat produksi

yang berlebih dari tulang yang fraktur. Jika hal ini terjadi pada fraktur condylus

dan/atau subkondilus, dapat menyebabkan fibrosis atau ankilosis tulang kondilus

ke fossa glenoid dan zigoma. Potensi terjadinya ankilosis tergantung faktor lokasi

dan luas cedera kondilus, trauma terhadap struktur yang berdekatan, usia pasien,

dan periode imobilisasi paska perawatan. Kemajuan pencitraan diagnostik

memiliki dampak yang baik pada penilaian dan pengelolaan trauma maksilofasial.

23

Page 24: multiple fracture mandibula

DAFTAR PUSTAKA

1. Marciani, robert, et al. Oral and maxillofacial surgery. 2nd ed, Vol. II. 2009.

Diagnostic imaging of facial injuries : Chapter 8. United states : Elsevier.

Page 95-103.

2. Mandibular fractures. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/1283150-overview#showall. Accessed

on: April 1, 2012.

3. Hupp JR, III EE, Tucker MR, ed. Contemporary oral and maxillofacial

surgery. 5th edition. 2009. St. Louis : Mosby.

4. Balaji SM. Textbook of oral maxillofacial surgery. India: Elsevier. 2008. Page

559-602.

5. Marciani R.D, 2009. Oral and maxillofacial surgery. 2th ed, Missouri:

Saunders Elsevier, 104, 110-112.

6. Rao Arathi, 2008. Principles and practice of pedodontics. 2th ed, New Delhi:

Jaypee Brothers Medical Publisher, 304

7. Andreasen J.O, Andreasen F.M, Andersson L, 2007. Textbook and color atlas

of traumatic injuries to the teeth. 4th ed, UK: Blackwell Munksgaard, 220-

223, 280-282, 314-317, 337-339, 372-373, 404, 411, 428-430, 444, 489-494.

24