laporan kasus mata

Upload: radi-tri-hadrian

Post on 08-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

qwer

TRANSCRIPT

9

BAB ILAPORAN KASUS1.1. Identitas PasienNama: Tn. JUmur : 46 tahunJenis kelamin: Laki-lakiAgama: IslamTempat/tanggal lahir: Serang, 28 Maret 1969Suku/Bangsa: -Pendidikan: SDPekerjaan: Pekerja LepasAlamat: SerangTanggal pemeriksaan: 23 - 06 - 20151.2. AnamnesaKeluhan utama: Muncul bercak putih pada mata kanan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu.Keluhan tambahan: BuramRiwayat penyakit sekarang: Pasien datang dengan keluhan muncul bercak putih pada mata kanan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu yang disertai dengan buram. Keluhan buram muncul jauh sebelum timbulnya bercak putih pada mata. Terdapat riwayat mata merah berulang, namun pasien tidak berobat ke dokter. Pasien pernah bekerja sebagai tukang ojek selama kurang lebih 15 tahun, saat ini pasien pekerja lepas. Tidak ada riwayat diabetes pada pasien maupun keluarga. Riwayat hipertensi juga disangkal.Riwayat penyakit dahulu: Riwayat mata merah berulangRiwayat penyakit keluarga: -1.3. Pemeriksaan FisikStatus Generalis Keadaan umum: Baik Kesadaran: Composmentis Tanda vital Tekanan darah: 110/70 mmHg Nadi : 60 x/menit Suhu: 36.5 C Frekuensi nafas: 20x/menit Berat badan: - Kepala: Normochephal Mata: (Lihat status oftalmologi) Telinga,hidung,tenggorok: dbn Leher: dbn Toraks dan abdomen: dbn Ekstremitas: dbn1.4. Status Oftalmologis Tabel 1.1. Status OftalmologisODOS

Posisi HirscberghOrtotrofia

Gerakan bola mata

Visus1/6/6

TIO17,314,6

SupraciliaTumbuh teraturTumbuh teratur

Palpebra superiorNormalNormal

Palpebra inferiorNormalNormal

Konjungtiva tarsal superiorTenangTenang

Konjungtiva tarsal inferiorTenangTenang

Konjungtiva bulbiTenangTenang

KorneaJernihJernih

COANormalNormal

PupilBulatRC MenurunBulatRC +

IrisSinekia (-), Atrofi (-)Sinekia (-), Atrofi (-)

LensaKeruhJernih

Refleks FundusSamar(+)

1.5. Diagnosa Kerja Katarak Komplikata 1.6. Pemeriksaan Penunjang Funduskopi

1.7. Penatalaksanaan Phakoemulsifikasi OD + IOL OD1.8. Prognosis Ad vitam: Bonam Ad functionam: Dubia ad malam Ad sanasionam: Bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Definisi Katarak adalah segala keadaan berupa kekeruhan pada lensa mata yang dapat terjadi akibat gangguan hidrasi lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat kedua-duanya.1,22.2. Epidemiologi Pada suatu studi cross-sectional 50% prevalensi katarak terjadi pada pasien yang telah berusia 65 tahun dan meningkat sekitar 70% pada mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.1 Prevalensi katarak di Indonesia sebesar 1,8% dan tertinggi di Sulawesi Utara sebesar 3,7% diikuti oleh Jambi 2,8 % dan Bali 2,7%. Sedangkan prevalensi terkecil terdapat di DKI Jakarta sebesar 0,9% dan diikuti Sulawesi Barat sebesar 1,1%.32.3. Etiologi Penuaan merupakan penyebab tersering dalam kejadian katarak, tetapi banyak faktor lain yang berperan dalam katarak, seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), penyakit lain pada bola mata merokok dan faktor keturunan.1,22.4. Patofisiologi Perjalanan penyakit dari katarak belum sepenuhnya dipahami. Bagaimanapun juga, proses katarak pada lensa ditandai dengan agregasi protein yang menghalangi jaras cahaya dan mengurangi kejernihan.1 Alterasi protein lainnya mengakibatkan warna kuning ataupun coklat.12.5. Klasifikasi Klasifikasi katarak dapat dibagi berdasarkan keadaan lensa dan etiologinya. Berdasarkan tingkat kematangannya, katarak diabagi ats katarak matur, imatur, intumesen dan hipermatur serta terdapat juga katarak morgagnian. Pada katarak matur semua bagian protein lensa atau keseluruhan lensa menjadi putih. Sedangkan katarak imatur adalah keadaan dimana bagian putih hanya menutupi sebagian atau tidak penuh pada lensa. Katarak imatur akan mudah menyerap air, sehingga lensa akan menjadi bengkak yang dikenal dengan katarak intumesen. Katarak hipermatur adalah keadaan dimana kortek lensa mencair atau meleleh. Pada keadaan ini dapat berlanjut dengan lensa yang mengambang bebas atau jatuh didalam kapsul yang dikenal dengan katarak morgagnian.1 Katarak dapat juga dibagi berdasarkan usia yang terdiri atas katarak kongenital, katarak juvenil, dan katarak senilis. Selain itu katarak juga dibagi atas katarak komplikata dan katarak sekunder.2 Katarak kongenital adalah katarak yang muncul sebelum atau segera setelah bayi lahir dan kurang dari usia 1 tahun yang dapat muncul pada ibu dengan riwayat galaktosemia, riwayat pemakaian obat, infeksi rubela, diabetes dan idiopatik. Katarak juvenil adalah katarak yang muncul pada anak usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Sedangkan katarak senilis dalah katarak yang muncul pada usia diatas 50 tahun.2 Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra okular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin seperti diabetes melitus hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrofi. Selain itu dapat juga disebabkan oleh keracunan obat.2 Katarak sekunder adalah katarak yang muncul sebagai bentuk komplikasi dari tindakan pembedahan katarak sebelumnya, berupa pembentukan jaringan fibrosis pada sisa lensa yang masih tertinggal.22.6. Manifestasi Klinis Pasien dengan katarak mengeluh penglihatannya buram seperti tertutup asap atau kabut dan tajam penglihatan yang turun secara bertahap sebanding dengan tingkat kekeruhan pada lensa.2,4 Selain itu pasien akan mengeluhkan rasa sialu atau sulit melihat di tempat terang.2,4 Dapat pula dijumpai diplopia monokular karena adanya perbedaan indeks refraksi antara satu bagian lensa yang mengalami kekeruhan dengan bagian lensa lainnya.42.7. Diagnosis Diagnosis katarak ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan oftalmologis dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis yang perlu digali adalah manifestasi klinis, progresifitasnya, onset dan faktor risiko. Pasien akan mengeluh penglihatannya buram yang semakin lama semakin bertambah. Keluhan seperti ada asap atau kabut yang menghalangi penglihatannya.2 Penting digali apakah keluhan yang muncul terlebih dahulu, penurunan tajam penglihatan (buram) ataukah muncul putih pada mata. Adakah perasaan sialau di tempat terang? Apakah pasien merasa lebih nyaman ditempat teduh? Apakah pasien melihat ganda? Apakah pasien melihat halo di sekitar sinar? Apakah pasien pernah mengalami trauma langsung pada bola mata? Apakah sering mengalami mata merah yang berulang atau kronis?.2 Faktor risiko yang perlu digali meliputi riwayat penyakit dahulu pasien, riwayat penyakit keluarga, riwayat pembedahan pada mata, terpapar cahaya matahari dalam waktu yang lama.2 Pemerisaan visus pada pasien katarak sangat perlu, untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Pemeriksaan dengan slitlamp dilakukan untuk dapat melihat tingkat kekeruhan lensa. Pemeriksaan funduskopi dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya penyakit penyerta, bila katarak belum matur.22.8. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pasien katarak dilakukan dengan tindakan bedah berupa pengangkatan katarak. Ada bermacam teknik pembedahan pada katarak meliputi ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK), fakoemulsifikasi, ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK), dan fakofragmentasi atau pars plana lensektomi.1,2 EKEK dilakukan dengan mengeluarkan isi lensa dengan cara merobek kapsul lensa anterior dan meninggalkan kapsul lensa posterior. Tindakan ini memerlukan insisi sebesar 9-10 mm pada daerah limbus.1,2 EKIK dilakukan dengan mengeluarkan lensa beserta kapsulnya dari bola mata. Tindakan ini dilakukan pada keadaan zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus.1,2 Fakoemulsifikasi merupakan tindakan pengeluaran lensa dengan cara diaspirasi, namun sebelunya lensa dihancurkan dengan vibartor ultrasonik. Tindakan ini hanya membutuhkan insisi yang kecil sekitar 2.5 mm 3 mm dan lensa intraokular yang dimasukkan pun dapat dilipat.1,22.9. Prognosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan Eva-P, Whitcher John P. Vaughan & Abusrys General Ophthalmology. 17th Edition. Los Altos: Lange Medical Publications; 2007. h. 330-3422. Ilyas S, Yulianti S.R. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2013. h. 204-2163. Rifati Lutfah, Hasanah Nur, Indrawati Lely. Kesehatan Indera. Dalam: Riskesdas 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. 2013 (diunduh 23 Juli 2015). h. 240-2424. Pambudi Indra M, Irawati Yunia. Katarak. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Media Aesculapius. Jakarta; 2014. h. 388-389