laporan kasus iv nyeri perut anak

Upload: captaincandy11

Post on 14-Apr-2018

328 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    1/31

    1

    I. NYERI ABDOMEN PADA ANAKNyeri abdomen pada bayi dan anak merupakan gejala umum dan sering dijumpai dalam

    praktek dokter sehari-hari. Tidak semua nyeri abdomen berpangkal dari lesi yang ada di

    dalam abdomen, tetapi mungkin juga berasal dari daerah di luar abdomen (reffered pain).

    Hanya 10% dari keluhan nyeri abdomen ini yang membutuhkan tindakan bedah.1

    Nyeri abdomen pada anak dikelompokan menjadi 2 kelompok berdasarkan umurnya,

    yakni untuk neonatus 24 bulan (< 2 tahun) dan untuk anak > 2 tahun. Keduanya kembali

    dibagi menjadi 2 berdasarkan penanganannya, yakni yang memerlukan tindakan bedah dan

    yang tidak memerlukan tindakan bedah (non-bedah). Untuk selengkapnya akan dibahas pada

    subbab penyebab nyeri abdomen.2

    Saat seorang dokter dihadapkan pada anak dengan nyeri perut akut, hal yang harus

    dipikirkan adalah apakah rasa sakit menandakan gangguan yang memerlukan perawatan

    medis atau memerlukan operasi bedah. Penyakit perut yang memerlukan intervensi bedah

    mendesak sering dikenal sebagai nyeri perut akut. Anak-anak dengan gejala nyeri perut akut,

    sakit perut khususnya akut akan disertai muntah, mungkin memerlukan perawatan bedah

    mendesak, tapi mayoritas tidak memiliki gangguan seperti itu. Memang, sakit perut pada

    anak-anak jarang disebabkan oleh penyakit bedah. Namun demikian, karena konsekuensi

    mereka jika tidak diobati adalah mortalitas, kondisi bedah juga perlu untuk diperhatikan.

    Semua yang peduli dengan perawatan anak, terutama mereka yang tertarik dalam masalah

    gastroenterologi pediatri, harus sangat akrab dengan penyebab dan defferential diagnosis dari

    sindrom ini.

    Bayi dan anak-anak sampai umur 2 tahun belum dapat mengutarakan nyeri yang

    dialaminya, dan para ahli berpendapat bahwa menangis secara mendadak atau menjerit yang

    disertai muntah dapat dianggap merupakan manifestasi nyeri pada anak.1

    II. ANATOMI RONGGA ABDOMENAbdomen atau rongga perut terletak di antara rongga thorax dan rongga pelvis. Untuk

    memberikan gambaran tentang lokasi suatu organ ataupun letak dari nyeri perut, maka

    abdomen dapat dibagi menjadi sembilan region yang dibatasi oleh empat bidang(dua bidang

    horizontal dan dua bidang vertikal).

    Kedua bidang horizontal yang dimaksud ialah:

    1. Bidang subkostal : melalui tepi kaudal / pinggir bawah dari arkus kostae iga ke-10pada kedua sisi dan korpus vertebrae L3

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    2/31

    2

    2. Bidang transtrabekular : melalui spina iliaka anterior superior pada kedua sisi dan korpusvertebrae L5

    Kedua bidang vertikal yang dimaksud ialah bidang medioklavikular sinistra dan

    dekstra. Bidang medioklavikular merupakan garis

    yang menghubungkan titik tengah clavicula ke titik

    medioinguinal (titik tengah garis penghubung spina

    iliaka anterior superior dan simfisis pubis).

    Sembilan regio abdomen adalah regio

    hipokondrium dekstra, regio epigastrika, regio

    hipokondrium sinistra, regio lumbalis dekstra,

    region umbilikalis, regio lumbalis sinistra, regio

    iliaka dekstra, regio hipogastrika, regio iliaka

    sinistra.

    Sembilan regio ini mempunyai isi masing-

    masing, dapat dilihat pada tabel 1.

    III. PATOFISIOLOGI NYERI PERUTNyeri perut merupakan gejala dari berbagai penyakit gastrointestinal yang bisa bersifat

    akut maupun kronik. Nyeri perut biasanya timbul akibat kerusakan jaringan, namun nyeri

    perut juga bisa bersifat fungsional (tidak disebabkan oleh suatu penyakit organik). Nyeri

    perut yang fungsional akan disertai oleh pertumbuhan yang normal, serta pemeriksaan fisik

    yang normal pula. Nyeri perut bisa bersifat menyeluruh atau terlokalisasi pada kuadran

    tertentu dari abdomen. Nyeri bisa dirasakan sebagai perasaan tidak enak yang tajam, tumpul,

    maupun kolik (hilang-timbul).

    Nyeri pada abdomen bisa berupa nyeri somatik, nyeri viseral, maupun nyeri alih

    (referred pain).

    Nyeri somatikMerupakan nyeri yang timbul akibat rangsangan/stimulus pada peritoneum parietal.

    Nyeri somatik bersifat tajam, konstan/kontinu, dan mempunyai lokasi yang jelas dan

    gampang untuk ditentukan. Sensasi nyeri sesuai dengan dermatome T6-L1 pada kulit, dekat

    dengan sumber penyebab nyeri.

    Gambar 1. Regio abdomen

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    3/31

    3

    Regio hipokondrium dekstra Regio epigastrika Regio hipokondrium sinistra

    Pleura kananLobus bawah paru-paru kananDiafragma kananLobus kanan hatiKandung empeduFleksura koli dekstraPilorusBulbus duodenumAnak ginjal kananKutub atas ginjal kanan

    Lobus kiri hatiKorpus gasterAntrum pilorikumKorpus pankreasHiatus esofagusOstium kardiakumAorta

    Pleura kiriLobus bawah paru-paru kiriDiafragma kiriFundus gasterFleksura koli sinistraLimpaKauda pankreasAnak ginjal kiriKutub atas ginjal kiri

    Regio lumbalis dekstra Regio umbilikalis Regio lumbalis sinistra

    Kolon asendensDuodenum pars desendensKutub bawah ginjal kanan dan

    ureter

    Omentum mayusKolon transversumDoudenum pars asendensJejunumKaput dan korpuspankreas

    Bifurkartio aortae

    Kolon desendensKutub bawah ginjal kiri dan

    ureter

    Regio iliaka dekstra Regio hipogastrika Regio iliaka sinistra

    Kanalis inguinalis dekstraCaecumIleum terminalisApendiksOvarium kananAdneksa kananUreter kananArteria iliaka kanan

    Omentum mayusIleumFleksura rektosigmoidUterusKandung kemihKanalis inguinalis sinistra

    Usus halusKolon sigmoidOvarium kiriAdneksa kiriUreter kiriArteria iliaka kiri

    Tabel 1. Organ-organ yang terdapat pada masing-masing regio abdomen.

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    4/31

    4

    Nyeri viseralMerupakan nyeri yang timbul akibat suatu stimulus pada organ-organ viseral yang berada di

    dalam rongga abdomen. Sifat nyeri adalah tumpul dan sulit ditentukan lokasinya, namun

    biasa dirasakan di garis tengah abdomen sesuai dengan asal embriologis dari organ yang

    terlibat, yaitu:

    Epigastrium untuk organ-organ yang berasal dari foregut (hepar, pankreas, gaster,duodenum)

    Umbilikus untuk organ-organ yang berasal dari midgut (jejunum, ileum, apendiks,sekum, kolon asendens, 1/3 proksimal kolon transversum)

    Hipogastrium untuk organ-organ yang berasal dari hindgut (2/3 distal kolon, kolondesendens, kolon sigmoid, rektum, traktus urinarius, dan organ-organ rongga pelvis)

    Nyeri viseral bersifat difus dan sulit untuk ditentukan karena reseptor nyeri pada organ-

    organ rongga abdomen hanya sedikit dan multisegmen. Nyeri yang kolik merupakan nyeri

    viseral yang disebabkan oleh spasme otot polos organ yang berongga.

    Nyeri alih (referr ed pain)Merupakan nyeri viseral yang dirasakan jauh

    dari tempat organ yang merupakan penyebab nyeri.

    Nyeri alih mempunyai lokasi yang jelas, biasa

    dirasakan pada kulit atau jaringan yang mempunyai

    persarafan aferen sama seperti organ penyebab

    nyeri. Nyeri alih timbul bila intensitas nyeri viseral

    terus bertambah. Misalnya, pada kolesistitis akut,

    nyeri dirasakan di sekitar epigastrium dan beralih ke

    punggung di tengah kedua os.scapulae.

    Pada umumnya, nyeri perut bisa disebabkan oleh tiga hal, yaitu:

    Distensi organ

    Secara umum, organ-organ di dalam rongga abdomen tidak sensitif terhadap

    rangsang/stimulus mekanis (rabaan, pemotongan, sayantan, penjahitan), rangsang

    thermal, dan rangsang elektrik. Rangsang ini tidak menimbulkan nyeri abdomen.

    Namun, organ-organ di dalam rongga abdomen sangat sensitif terhadap regangan

    (tension) dan tarikan (stretching) yang terjadi bila suatu organ berada dalam keadaan

    Gambar 2. Area reffered pain dari rangsang organviseral

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    5/31

    5

    distensi. Kedua rangsang ini akan mengaktifkan reseptor nyeri yang terdapat pada

    organ padat dan juga organ berongga, sehingga timbul rasa nyeri. Distensi organ secara

    tiba-tiba dapat menyebabkan nyeri abdomen yang hebat, sedangkan distensi organ yang

    terjadi perlahan menyebabkan sedikit nyeri.

    Proses radang (inflammation)

    Proses radang di dalam rongga abdomen dapat menurunkan pain threshold pada

    seorang individu, sehingga individu tersebut lebih peka terhadap rangsang yang dapat

    menimbulkan nyeri. Selain itu, saat terjadi inflamasi, dilepaskan mediator inflamasi

    seperti histamin, bradikinin, dan serotonin yang mengaktifkan reseptor nyeri sehingga

    timbul nyeri perut.

    Iskemia

    Iskemia dapat menimbulkan nyeri yang sangat hebat, menetap, dan tidak menyurut.

    Nyeri iskemik merupakan tanda bahwa suatu jaringan terancam nekrosis. Iskemia

    terjadi karena adanya gangguan pada aliran darah, bisa karena obstruksi pada pembuluh

    darah (misalnya pada mesenteric vessel thrombosis terjadi penyumbatan aliran darah di

    mesenterium akibat adanya trombus). Akibat gangguan pada aliran darah, terjadi

    penumpukan metabolit jaringan di sekitar reseptor nyeri sehingga timbul nyeri perut.

    Ketiga stimulus yang telah disebutkan akan mengaktifkan reseptor nyeri yang terdapat

    pada organ-organ visera. Reseptor nyeri, yang disebut nociceptor, berupa ujung-ujung saraf

    sensoris yang bebas. Nociceptor mempunyai kemampuan untuk mengenal berbagai macam

    stimulus (stimulus akan menimbulkan eksitasi dari nociceptor sehingga timbul suatu

    potensial aksi). Potensial aksi akan diteruskan oleh akson ke medulla spinalis. Terdapat dua

    serabut saraf afferen yang dapat menghantarkan rangsang nyeri yaitu:

    1. Serabut saraf A (delta): Saraf ini berhubungan dengan nociceptor yang dapatmengenal rangsang mekanik dan rangsang termal. Selain itu, serabut saraf A mempunyai

    akson yang diliputi oleh myelin sehingga bertanggung jawab menimbulkan rasa nyeri yang

    cepat sebagai reaksi terhadap rangsang (fast pain). Rasa nyeri yang berhubungan dengan

    serabut saraf A bersifat tajam dan mempunyai lokasi yang jelas. Serabut saraf A banyak

    ditemukan di kulit dan otot.

    2. Serabut saraf C: Beda dengan serabut saraf A, serabut saraf C mempunyai aksontanpa myelin sehingga penghantaran rangsang nyeri melalui serabut saraf C lebih lambat.

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    6/31

    6

    Akibatnya, rasa nyeri yang ditimbulkan bersifat difus (slow pain), tumpul, dan sulit untuk

    ditentukan lokasinya. Serabut saraf C ditemukan di visera, peritoneum, dan juga otot.

    Kedua serabut saraf afferen ini mempunyai badan sel yang terletak di ganglion dorsalis

    (lateral dari medulla spinalis). Mereka disebut juga sebagiprimary-order neurons.

    Akson dariprimary-order neurons akan masuk ke cornu posterior dari medulla spinalis

    dan bersinaps dengan second-order neurons di substansia grisea (substansia grisea dari

    medulla spinalis dibagi menjadi 10 bagian yang disebut lamina). Sebagian besar serabut saraf

    afferen yang menghantarkan rangsang nyeri bersinaps di lamina II yang disebut sebagai

    substansia gelatinosa.

    Terdapat tiga kelassecond-order neurons yang terdapat di cornu posterior:

    1.Projection cell s : meneruskan rangsang nyeri ke otak2.Excitatory in terneurons: meneruskan rangsang nyeri ke projection cells,

    interneurons lain, atau sel-sel motorik untuk

    mencetuskan gerak refleks

    3. I nhibitory interneurons : menghambat hantaran rangsan nyeri sehingga tidaktimbul persepsi nyeri

    Sinaps antara first-order neurons dan second-order neurons berfungsi sebagai suatugerbang nyeri/ pain gate yang meregulasi transmisi dari impuls nyeri. Bila gerbang

    nyeri tersebut terbuka maka impuls nyeri akan diteruskan oleh akson dari second-order

    neurons ke otak. Akson dari second-order neurons melewati garis tengah dari medulla

    spinalis ke atas (yaitu ke otak) melalui

    jaras/tracts/funiculi yang terdapat di

    substansia alba dari medulla spinalis.

    Sebagian besar impuls nyeri diteruskan

    ke talamus melalui traktus

    spinothalamicus lateral yang disebut

    juga anterolateral funiculus (traktus

    neospinothalamicus untuk serabut saraf

    A dan traktus paleospinothalamicus

    untuk serabut saraf C). Talamus ventral

    posterior lateral dan medial membantu

    lokalisasi dari nyeri serta mengintegrasiGambar 3. Jaras nyeri abdomen

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    7/31

    7

    nyeri untuk menimbulkan respon neuroendokrin. Sebagian impuls nyeri yang lain diteruskan

    ke batang otak dan mesensefalon (midbrain).

    Di talamus, batang otak, dan mesensefalon, second-order neurons bersinaps dengan

    third-order neurons yang meneruskan rangsang nyeri ke bagian sistem saraf pusat yang

    berfungsi dalam pengelolaan serta interpretasi dari nyeri yaitu:

    1. Gyrus postsentralis di lobus parietal korteks serebri berhubungan dengan aspekkognitif dari nyeri (apa yang seseorang pikirkan tentang nyeri)

    2. Lobus frontalis korteks serebri berhubungan dengan ekspresi seseorang terhadap nyeri3. Sistem limbik berhubungan dengan respons emosional seseorang terhadap nyeri

    Di korteks serebri dan sistem limbik, rangsang nyeri diolah dan menimbulkan rasa

    nyeri yang berbeda-beda pada setiap individu. Bayi dan anak-anak juga bisa mengalami nyeri

    (termasuk nyeri perut) karena sistem untuk menghantarkan

    rangsang nyeri sudah berfungsi sejak 20-24 minggu sejak

    di dalam kandungan. Bayi yang tidak bisa mengutarakan

    perasaan nyerinya secara verbal seperti orang dewasa akan

    menunjukan ekspresi nyeri yang ia rasakan melalui:

    1.

    Ekspresi wajah yang kesakitan2. Menangis3. Banyak pergerakan tubuh4. Kegelisahan dan sulit untuk ditenangkanSelain itu, nyeri juga menimbulkan respons fisiologik pada anak yaitu meningkatkan

    nadi, tekanan darah, dan laju respirasi.3,4

    IV. ETIOLOGI NYERI PERUT PADA ANAKChamberlain and Reece (1978) membagi dua kelompok umur dengan segala

    kemungkinan yang dapat menjadi penyebab sakit perut (Tabel 2); sedangkan Walker-Smith

    dkk (1983) membagi menurut kelainan yang membutuhkan tindakan bedah dan yang tidak,

    berdasarkan kelompok umur (Tabel 3,4).2

    Gambar 4. Mimik kesakitan bayi

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    8/31

    8

    Abdomen Extra abdomen

    Bayi/ anak di bawah

    usia 2 tahun

    Infeksi intestinal oleh Salmonella, Shigella,

    Camphylobacyter, dll.

    a. Pneumoniab. Infeksi traktus urinarius

    Anak di atas usia 2

    tahun

    a. Intestinal Infeksi: Salmonella, Campylobacter,

    Yersinia enterocolitica

    Keracunan makanan : toksinStaphylococcus, dll.

    Penyakit Crohn Kolitis ulserativa Colitis amoeba Purpura Henoch Schonlein (purpura

    anafilaktoid)

    Faecal impaction Sickle cell anaemi Adenitis mesentrika Ileus meconium

    b. Hati dan percabangan bilier (biliary tree) Hepatitis A dan B Kolelitiasis

    c. PankreasPankreatitis akut: infeksi, trauma, akibat lesi

    bilier, idiopatik

    a. Pneumonia

    b. Limfadenitis inguinal

    c. Osteomielitis (vertebra,pelvis)

    d. Hematoma otot abdomen

    e. Herpes zosterf. Kompresi saraf spinal

    Bayi

    Sakit perut biasanya berasal dari

    obstruksi

    Anak yang lebih besar

    Sakit perut berasal dari infeksi

    Kolik

    Konstipasi

    Volvulus

    Intususepsi/invaginasi

    Hernia Strangulasi

    Stenosis Pilorik

    Perforasi GIT

    Apendisitis

    Acute hydrops of gallbladder

    Gastroenteritis

    Apendisitis

    Limfadenitis

    mesentrika

    Divertikulum Meckeli

    Ileitis regional

    Kolitis ulserativa

    Diabetik asidosis

    Torsion of spermatic

    cord

    Abdominal epilepsi

    Mononuckleosis

    Porphiria

    Koleistitis

    Kolelitiasis

    Pankreatitis

    Tabel 2. Kemungkinan yang dapat menjadi penyebab sakit perut menurut kelompok umur(Chamberlain and Reece, 1978)

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    9/31

    9

    Tabel 3. Penyebab utama nyeri perut akut menurut umur yang memerlukan tindakan bedah

    (Walker-Smith dkk., 1983)

    Anak di atas usia 2

    tahun

    d. Renal Infeksi traktus urinarius Batu Nefritis

    e. Metabolik Porfiria Hiperlipidemia Ketoasidosis diabetic Familial Mediterranean fever

    f. Ginekologis : Salpingitis

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    10/31

    10

    Abdomen Extra abdomen

    Bayi/anak

    dibawah usia 2 tahun

    a. Perforasi tukak lambung

    b. Obstruksi usus Intususepsi Volvulus dan malrotasi

    c. Apendisitis

    d. Enterokolitis Nekrotikan (NEC)

    Hernia inguinalis dengan

    strangulasi dan inkarserasi

    Anak diatas usia 2

    tahun

    a. ObstruksiObstruksi usus akibat pelekatan usus atau

    volvulus dan malrotasi, perforasi akibat

    obstruksi usus

    b. Peradangan Apendisitis Peritonitis primer Peritonitis akibat perforasi

    divertikulum Meckell

    Divertikulitis Meckell Kolesistitis dgn/tanpa batu empedu Toxic megacolon (akibat

    peradangan usus kronik) dengan

    perforasi

    c. Trauma Rupture limpa / organ visera lain Hematoma

    d. PerdarahanPerdarahan ke dalam krista ovarium

    e. Di daerah tropisPerforasi yg berhubungan dgn askariasis,

    strongiloidiasis, jejunitis nekrotikan di New

    Guinea, dan perforasi abses amoeba.

    a.Torsi testis

    b.Hernia inguinal denganstrangulasi dan inkarserasi

    Tabel 4. Penyebab non-bedah nyeri perut akut (Walker-Smith dkk., 1983)

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    11/31

    11

    Sakit perut di Indonesia belum banyak di teliti, Halimun dan Thayeb pada hasil

    pengamatannya menyusun diagnosis kemungkinan yang perlu dipikirkan sesuai dengan umur

    penderita. Neonatus3 bulan:

    a. alergi susub. hipertrofi pylorusc. torsio testisd. obstipasi/ dgn fissure anie. malrotasi usus

    V. KASUSSeorang bayi laki-laki berusia 2 bulan dibawa ke Poliklinik Anak dengan keluhan

    gelisah dan menjerit setiap sekali setelah diberi susu formula. Sebelumnya sejak bayi lahir

    diberi air susu ibu, tetapi sejak 3 hari sebelum dibawa ke RS, air susu ibu diganti dengan susu

    formula karena ibu demam dan batuk pilek. Karena bayi tetap gelisah setelah diberi minum,

    maka si ibu menganganggap bayi masih lapar, tetapi bayi justru tambah gelisah dan disertai

    muntah dan diare berlendir. Pada pemeriksaan, bayi compos mentis, suhu 37C, nadi

    100x/menit, respirasi 28x/menit, turgor kulit baik, dan ubun-ubun besar sedikit cekung.

    Interpretasi Hasil

    Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan

    Kesadaran Compos mentis Kesadaran baik

    Suhu 37C 36,5-37C Normal

    Nadi 100x/menit 100-250x/menit Normal

    Respirasi 28x/menit 30-60x/menit Sedikit di bawah nilai normal

    Turgor kulit Baik Baik Belum mengalami dehidrasi

    Ubun-ubun besar Sedikit cekungSedikit cekung

    atau rataNormal

    Identitas Pasien

    Nama : -

    Usia : 2 bulan

    Jenis kelamin : laki-laki

    Alamat : -

    Tabel 5. Interpretasi kasus

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    12/31

    12

    VI. ANALISA KASUSDari kasus di atas, didapatkan bahwa bayi mengalami masalah yaitu gelisah dan

    menjerit setelah meminum susu formula. Kemudian, menurut keterangan sang ibu, gejala

    diare berlendir dan muntah timbul setelah ibunya tetap memberikan susu formula karena

    mengira bayi tetap gelisah karena lapar. Berdasarkan keterangan dan gejala, kami

    memasukkan kepada penyebab nyeri perut non bedah, yaitu lactose intolerance dan cows

    milk protein allergy (alergi susu sapi). Namun untuk lebih mengarah kepada diagnosa kasus

    di atas, perlu anamnesis lebih lanjut.

    Anamnesis

    Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain :

    1. Jenis susu formula apa yang di berikan pada bayi? Apakah susu yang tinggi laktosaatau tinggi protein? (untuk menyingkirkan salah satu diagnose antara laktosa

    intolerance atau alergi susu sapi)

    2. Apakah ada riwayat keluarga yang alergi? (untuk mengetahui apakah ada riwayatalergi pada bayi)

    3. Apakah gejala pernah timbul saat bayi mengonsumsi ASI? (untuk mengetahui apakahbayi alergi terhadap ASI)

    4.

    Sejak kapan bayi menderita diare dan muntah? Berapa frekuensi diare dan muntahbayi sebelum di bawa ke klinik? (untuk mengetahui keparahan dehidrasi bayi)

    5. Muntahnya seperti apa? Apa yang di muntahkan bayi? (untuk menyingkirkandiagnose lain seperti hematemesis maupun necrotizing enterocolitis )

    6. Apakah diare di sertai darah? (untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi dari bakterienteroinvasif)

    Pemeriksaan Fisik, Laboratorium, dan Penunjang

    Setelah melakukan anamnesa, tindakan yang kemudian kita lakukan pemeriksaan fisik.

    Dari kasus, pemeriksaan fisik yang didapatkan adalah kesadaran umum bayi compos mentis,

    suhu 37oC, nadi 100x/menit, respirasi 28x/menit, turgor kulit baik, ubun-ubun besar sedikit

    cekung dengan interpretasi seperti yang telah disebutkan pada subbab sebelumnya. Adapun

    pemeriksaan tambahan lain yang perlu kita lakukan adalah pada inspeksi dilihat apakah ada

    ruam di sekitar kulit bayi yang menandakan bahwa bayi alergi susu sapi, apakah ada distensi ,

    pemeriksaan mata anemis atau ikterik, dengan tujuan untuk melihat apakah ada perdarahan

    dari organ pencernaan bayi. Setelah itu diperiksa palpasi, apakah ada massa di abdomen,

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    13/31

    13

    perkusi untuk mengetahui adanya cairan dan udara di sekitar abdomen, dan auskultasi untuk

    memeriksa bising usus.

    Setelah itu, kita perlu untuk memeriksa laboratorium dan juga pemeriksaan penunjang

    untuk menegakkan diagnosa kerja.

    - Pemeriksaan darah : untuk mengetahui apakah terjadi eosinofilia dan igE yang meninggi

    yang merupakan tanda bahwa bayi mengalami alergi,

    - Pemeriksaan urin : apakah ada laktosa di dalam urin

    - Pemeriksaan tinja : diperiksa pH dan tes reduksi tinja, untuk melihat adanya lactose

    intolerance, pada lactose intolerance pH menurun dan tes reduksi

    tinja positif.

    Sedangkan pemeriksaan penunjang yang bisa kita lakukan yaitu dengan tes provokatif,

    yaitu pemberian susu formula dihentikan, setelah gejala berhenti susu diberikan lagi, setelah

    itu dipantau apakah gejala-gejala kembali timbul setelah diberi susu formula. Tindakan ini

    diulang untuk mendapat kepastian maksimal sebanyak 2 kali. Untuk memastikan adanya

    alergi terhadap suatu zat, dapat dilakukan prick skin test. Pemeriksaan lain yang dapat

    dilakukan yaitu USG untuk melihat adanya kelainan di dalam rongga abdomen.

    Diagnosa kasus

    Diagnosa untuk kasus ini sebenarnya masih membutuhkan data-data yang lengkap,

    namun hipotesis kelompok kami mengarah kepada lactose intolerance dan cows milk protein

    allergy.

    Penatalaksanaan

    Diketahui hasil pemeriksaan fisik pada kasus, kesadaran umum bayi yang compos

    mentis dengan suhu 37oC, nadi 100x/menit, respirasi 28x/menit, turgor kulit baik, ubun-ubun

    besar sedikit cekung, berdasarkan skor Maurice King, kami menyimpulkan bahwa bayi

    menderita dehidrasi ringan. Tindakan pertama kali yang dilakukan adalah menghentikan

    konsumsi susu formula, kamudian kita atasi dehidrasinya. Penatalaksanaan dehidrasi ringan

    dapat langsung di lakukan yaitu dengan memberikan cairan oralit secara ad libitum, sampai

    bayi dehidrasinya teratasi. Obat-obatan antidiare yang bekerja sebagai anti motilitas, anti

    muntah dan adsorben tidak diberikan karena tidak memberikan efek yang nyata untuk diare

    akut dan malah memberikan efek yang berbahaya. Kemudian setelah didapatkan hasil

    pemeriksaan laboratorium, kita memberikan terapi kausatif berdasarkan penyebab apakah

    terjadi lactose intolerance atau alergi susu sapi.

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    14/31

    14

    VII. LACTOSE I NTOLERANCEDefinisi lactose intolerance

    Lactose intolerance merupakan salah satu gangguan absorbsi (malabsorbsi)

    karbohidrat. Karbohidrat dapat dibagi dalam monosakarida (glukosa, galaktosa, dan

    fruktosa), disakari (laktosa atau gula susu, sukrosa atau gula pasir, dan maltosa) serta

    polisakarida (glikogen, amilum, tepung). Di dalam klinis polisakarida tidak penting, karena

    sebelum masuk ke dalam usus harus sudah dipecah terlebih dahulu menjadi disakarida oleh

    amilase dari ludah dan pankreas. Laktosa merupakan karbohidrat utama pada susu (50 mg/l).

    Etiologi dan Patogenesis lactose intolerance

    Enzim laktase yang berfungsi memecah gula susu (laktosa) yang terdapat di mukosa

    usus bekerja memecah laktosa menjadi monosakarida yang siap untuk diserap oleh tubuh

    yaitu glukosa dan galaktosa. Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang

    terkandung dalam susu tidak akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh

    bakteri didalam usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang

    menyebabkan perut kembung dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak

    dicerna akan tetap berada dalam saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari feses

    sehingga penderita akan mengalami diare.

    5

    Lactose intolerance menurut penyebabnya digolongkan menjadi 3, yaitu :

    Primary lactose in toleranceEnzim sukrase dan maltase mulai dibentuk pada trimester pertama kehamilan dan

    mencapai maksimum pada kehamilan 28-32 minggu, sedangkan laktase baru terbentuk pada

    akhir masa gestasi dan baru mencapai maksimum pada saat aterm atau setelah bayi lahir.

    Dengan demikian dapat dimengerti pada neonatus kurang bulan kadar laktase rendah sekali

    sehingga dapat menyebabkan intoleransi laktosa sementara.6 Produksi laktase akan menurun

    seiring bervariasinya makanan yang kita makan. Penurunan ini secara bertahap dapat

    mengakibatkan gejala intoleransi laktosa.

    Secondary lactose intoleranceKelainan laktosa sekunder bisa terjadi pada seseorang dengan usus kecil sehat selama

    episode penyakit akut. Hal ini terjadi karena kerusakan mukosa atau dari obat. Beberapa

    penyebab kekurangan laktase sekunder adalah sebagai berikut:

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    15/31

    15

    - Infektif enteritis - Coeliac Disease- Giardiasis - Crohn Disease- Ascariasis - Whipple Syndrom- CMPA - Malnutrisi protein-kalori- Kwashiorkor - Bedah neonatal Congenitallactose intolerance

    Hal ini dapat terjadi apabila bayi terlahir dengan intoleransi laktosa dikarenakan pola

    pewarisan sifat resesif autosomal yang mengakibatkan tidak adanya aktivitas laktase Bayi

    dengan intoleransi laktosa bawaan tidak toleran laktosa dalam ASI ibu mereka dan diare

    sejak lahir. Oleh karena itu harus diberikan susu formula bebas laktosa.6

    Gejala Klinis lactose intolerance

    Gejala sakit perut, diare, mual, dan perut kembung (flatulance) merupakan gambaran

    umum yang terlihat pada penderita lactose intolerance. Namun, gejala ini dapat disebabkan

    oleh kondisi beberapa gastrointestinal atau penyakit lainnya, sehingga kehadiran gejala ini

    tidak terlalu baik untuk memprediksi apakah seseorang memiliki kekurangan laktase atau

    intoleran terhadap laktosa.

    Diagnosis lactose intolerance

    Secondary intolerance of disaccharides harus dicurigai setiap kali diare berkembang

    mengikuti perubahan atau peningkatan kekuatan kandungan karbohidrat dari makan bayi,

    atau dalam hubungan dengan salah satu gangguan yang menyebabkan secondary lactose

    intolerance yang sudah disebutkan di atas, terutama dalam kasus diare berair.

    Diagnosis berdasarkan temuan zat dalam tinja berair atau uji hidrogen laktosa abnormal

    napas diikuti dengan konfirmasi klinis pada diet bebas laktosa.2

    Elimination diet.Merupakan diagnosa dengan cara menghentikan konsumsi makanan yang mengandung

    laktosa untuk melihat perbaikan gejala. Jika gejala muncul kembali ketika makanan yang

    mengandung laktosa diberikan lagi, hampir bisa dipastikan penyebabnya adalah intoleransi

    terhadap laktosa

    Breathtest.Hydrogen breath test adalah tes yang paling nyaman dan dapat diandalkan untuk

    defisiensi laktase dan intoleransi laktosa. UntukBreath Test, laktosa murni, biasanya 25 gram

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    16/31

    16

    (setara dengan 16 oz susu), diberikan pada orang tidak toleransi terhadap laktosa setelah

    puasa semalaman, laktosa yang tidak dicerna dan diserap di usus kecil mencapai kolon di

    mana bakteri memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa dan menghasilkan gas

    hidrogen (dan atau metana) . Sejumlah kecil hidrogen dan metana diserap dari usus ke dalam

    darah dan kemudian perjalanan ke paru-paru di mana mereka akan dikeluarkan melalui nafas.

    Sampel nafas setiap menit 10 atau 15 selama 3-5 jam setelah konsumsi laktosa, dan sampel

    dianalisis kandungan hidrogen dan metana-nya. Jika hidrogen dan atau metana ditemukan

    dalam napas, itu berarti bahwa usus kecil orang itu tidak mampu mencerna dan menyerap

    laktosa. Jumlah hidrogen atau metana dikeluarkan dalam napas secara kasar sebanding

    dengan tingkat defisiensi laktase, namun tidak sebanding dengan keparahan gejala. Dengan

    kata lain, orang yang memproduksi hidrogen sedikit atau metana mungkin memiliki gejala

    yang lebih parah daripada orang yang menghasilkan hidrogen atau metana dalam jumlah

    yang lebih besar.

    Uji nafas memiliki beberapa kelemahan, yang pertama pemeriksaan membutuhkan

    waktu yang lama , uji napas dapat palsu abnormal bila ada penyebaran bakteri dari usus ke

    dalam usus kecil, kondisi yang disebut pertumbuhan bakteri yang berlebihan dari usus kecil.

    Ketika pertumbuhan berlebih terjadi, bakteri yang telah pindah ke dalam usus kecil sampai ke

    laktosa dalam usus sebelum ada cukup waktu untuk laktosa untuk dicerna dan diserap secara

    normal, dan bakteri ini menghasilkan hidrogen dan atau metana. Hal ini dapat menyebabkan

    salah diagnosis.

    Stool Acid Test.Stool acid test (uji keasaman feses) adalah tes untuk defisiensi laktase pada bayi dan

    anak-anak . Untuk tes keasaman tinja, bayi atau anak diberi sedikit laktosa secara oral.

    Beberapa sampel tinja berturut-turut kemudian diambil dan diuji tingkat keasamannya. Jika

    penderita kekurangan laktase, laktosa yang tidak diserap masuk usus besar dan dipecah

    menjadi glukosa dan galaktosa. Beberapa glukosa dan galaktosa dipecah oleh bakteri menjadi

    asam, misalnya, asam laktat. Asam laktat mengubah PH tinja menjadi asam. Keunggulan tes

    nafas telah menyebabkan modifikasi dalam peralatan untuk mengumpulkan sampel napas

    yang membuatnya lebih mudah untuk melakukan pengujian napas pada anak-anak dan

    bahkan bayi, sehinggastool acid testsudah tidak digunakan lagi.7

    Biopsi ususTes yang paling langsung untuk defisiensi laktase adalah biopsi dari lapisan usus

    dengan pengukuran kadar laktase dalam lapisan. Biopsi ini dapat diperoleh dengan endoskopi

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    17/31

    17

    atau dengan kapsul khusus yang dilewatkan melalui mulut atau hidung dan ke dalam usus

    kecil kemudian diperiksa gambaran histopatologinya. Analisis tingkat laktase dalam biopsi

    memerlukan prosedur khusus yang tidak sering tersedia, dan sebagai akibatnya, tingkat

    laktase tidak sering diukur kecuali untuk tujuan penelitian. Pemeriksaan histopatologi akan

    membantu menentukan apakah lactose intolerance yang diderita merupakan lactose

    intoleranceprimer atau lactose intolerance sekunder.

    Pada lactose intolerance yang primer, defisiensi enzim laktase terjadi karena produksi

    enzim laktase yang menurun secara fisiologis. Enzim laktase diproduksi dalam kadar yang

    rendah pada masa fetus, meningkat hingga mencapai puncak pada sekitar umur 3 tahun, dan

    menurun secara perlahan seiring dengan bertambahnya umur. Pada pemeriksaan histopatologi

    akan terdapat kadar disakaridase yang rendah, namun menunjukan gambaran histopatologi

    usus halus yang normal.

    Pada lactose intolerance yang sekunder, defisiensi enzim laktase terjadi setelah

    kerusakan pada mukosa usus (misalnya karena infeksi rotavirus atau celiac disease), di mana

    mukosa usus yang rusak tidak dapat

    memproduksi disakaridase. Maka dari

    itu, lactose intolerance yang sekunder

    bersifat transien / sementara di mana ia

    akan membaik seiring dengan

    penyembuhan mukosa usus.

    Pemeriksaan histopatologi akan

    menunjukan gambaran atrofi dari villi-

    villi usus. Atrofi pada villi usus bisa

    bersifat parsial maupun total.7

    Penatalaksanaan lactose intolerance

    Tata laksana utama dari lactose intolerance adalah diet dengan kebutuhan sementara

    diet bebas laktosa.2 Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai berikut :

    1. Mengkonsumsi produk susu fermentasi seperti keju matang (mature atau ripenedcheeses), mentega atau yoghurt, karena umumnya jenis makanan ini ditoleransi lebih

    baik dibanding susu.

    Gambar 5. a. villi usus normal; b. Villi atrofi akibat celiac disease

    a b

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    18/31

    18

    2. Minum susu yang mengandung banyak lemak susu, karena lemak dapat memperlambattransportasi susu dalam saluran perncernaan sehingga dapat menyediakan waktu yang

    cukup untuk enzim laktase memecah gula susu.

    3. Hindari mengkonsumi susu rendah atau bebas lemak oleh karena susu lebih cepatditransportasi dalam usus besar dan cenderung menimbulkan gejala pada penderita

    intoleransi laktosa. Di samping itu, beberapa produk susu rendah lemak juga

    mengandung serbuk susu skim yang mengandung laktosa dalam dosis tinggi.

    4. Mengkonsumsi susu dengan laktosa yang telah diuraikan (susu bebas laktosa).5. Minum susu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Banyak penderita intoleransi

    laktosa dapat meminum 240 ml susu per hari, tetapi perlu untuk mengamati/ seberapa

    besar tingkatan toleransi tubuh sendiri terhadap laktosa. Banyak penderita toleran

    terhadap sejumlah laktosa yang terdapat dalam setengah cangkir susu full cream, tiga

    perempat cangkir es krim, tiga perempat cangkir yoghurt, tiga perempat cangkir keju

    mentah(unripened cheeses).

    6. Konsumsi produk susu yang diolah dengan proses pemanasan (seperti susu bubuk),karena pada pemanasan, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga

    produk seperti ini akan ditoleransi lebih baik.

    7. Orang tua dan pengasuh anak dengan intoleransi laktosa harus mengikuti rencana giziyang direkomendasikan oleh dokter anak atau ahli gizi.

    8. Susu dan produk susu merupakan sumber utama kalsium dan nutrisi lainnya. Kalsiumsangat penting untuk pertumbuhan dan perbaikan tulang di segala usia. Kekurangan

    asupan kalsium pada anak-anak dan orang dewasa dapat menyebabkan tulang rapuh

    yang dapat dengan mudah fraktur di kemudian

    hari, suatu kondisi yang disebut osteoporosis.

    Asupan kalsium sesuai umur dapat dilihat pada

    tabel 6.7

    UmurKalsium per hari

    (mg)

    06 bulan 210

    712 bulan 270

    13 tahun 500

    48 tahun 800

    918 tahun 1300

    1950 tahun 1000

    5170+ tahun 1200

    Tabel 6. Jumlah konsumsi kalsium per hari

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    19/31

    19

    VIII. COWS MILK PROTEIN ALLERGYSumber nutrisi terbaik bagi bayi baru lahir adalah air susu ibu (ASI). Setelah melalui

    masa pemberian ASI secara ekslusif yang umumnya berlangsung 3-6 bulan, bayi mulai

    diberikan susu formula sebagai pengganti air susu ibu (PASI). PASI lazimnya dibuat dari

    susu sapi, karena susunan nutriennya dianggap memadai dan harganya terjangkau.

    Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada anak-anak yang paling

    sering dan paling awal dijumpai dalam kehidupan. Alergi susu sapi merupakan suatu

    penyakit berdasarkan reaksi imunologis yang timbul sebagai akibat dari susu sapi atau

    makanan yang mengandung susu sapi

    Alergi terhadap protein susu sapi / Cows milk protein allergy (CMPA) terjadi pada

    2-6% dari anak-anak, dengan prevalensi tertinggi pada usia tahun pertama. Sekitar 50% anak

    telah ditunjukkan sembuh dari CMPA pada usia tahun pertama, atau 80-90% dalam tahun

    kelimanya. Alergi pada susu sapi 85% akan menghilang atau menjadi toleran sebelum usia 3

    tahun. Penanganan alergi terhadap susu sapi adalah menghindari susu sapi dan makanan yang

    mengandung susu sapi, dengan memberikan susu kedelai sampai terjadi toleransi terhadap

    susu sapi. Perbedaan kontras antara penyakit alergi terhadap susu sapi dan makanan lain pada

    bayi adalah bahwa dapat terjadi toleransi secara spontan pada anak usia dini

    Alergi protein susu sapi dapat berkembang pada anak-anak yang diberi ASI ataupada anak-anak yang diberi susu formula. Namun, anak-anak yang diberi ASI biasanya

    memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk menjadi alergi terhadap makanan lainnya.

    Biasanya, anak yang diberi ASI dapat mengalami alergi terhadap susu sapi jika bayi tersebut

    bereaksi terhadap kadar protein susu sapi yang sedikit yang didapat dari diet ibu saat

    menyusui. Pada kasus lainnya, bayi-bayi tertentu dapat tersensitisasi terhadap protein susu

    sapi pada ASI ibunya, namun tidak mengalami reaksi alergi sampai mereka diberikan secara

    langsung susu sapi.

    Definisicows milk allergy

    Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan

    sistem tubuh yang disebabkan oleh alergi terhadap susu sapi dengan keterlibatan mekanisme

    sistem imun. Mekanisme reaksi terhadap susu yang dasarnya adalah reaksi hipersensitivitas

    tipe I dan hipersensitivitas terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitivitas

    tipe III dan IV. Alergi terhadap protein susu sapi atau alergi terhadap susu formula yang

    mengadung protein susu sapi merupakan keadaan dimana seseorang memiliki sistem reaksi

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    20/31

    20

    kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein yang terdapat pada susu sapi. Sistem

    kekebalan tubuh bayi akan melawan protein yang terdapat pada susu sapi sehingga gejala-

    gejala reaksi alergipun akan muncul.

    Patofisiologi dan Manifestasi Klinis cows milk allergy

    Protein susu sapi adalah salah satu dari alergen utama yang terlibat dalam kedua

    jenis alergi dan diagnosis yang tepat sangat penting untuk manajemen yang tepat. Susu sapi

    mengandung lebih dari 20 fraksi protein. Dalam dadih, dapat diidentifikasi 4 kasein (yaitu,

    S1, S2, S3, S4) yang jumlahnya sekitar 80% dari protein susu. 20% protein sisanya, pada

    dasarnya adalah protein glubular (misalnya, laktoalbumin, lactoglobulin, bovine serum

    albumin), yang terkandung dalam air dadih. Kasein sering dianggap kurang imunogenik

    karena strukturnya yang fleksibel, tidak padat. Secara historis, lactoglobulin merupakan

    alergen utama dalam intoleransi protein susu sapi. Namun, polisensitisasi beberapa protein

    terjadi pada sekitar 75% dari pasien dengan alergi terhadap protein susu sapi.4

    Komponen ProteinBerat

    Molekul (kD)

    Persentase

    protein totalAlerginitias

    Stabilitas

    pada 100oC

    - lactoglobulin 18.3 10 +++ ++

    Casein 20-30 82 ++ +++

    lactalbumin 14.2 4 ++ +

    Serum albumin 67 1 + +

    Immunoglobulins 160 2 + -

    Anak-anak adalah kelompok usia yang paling sering terkena penyakit ini dan harus

    diikuti dengan hati-hati karena adanya komplikasi yang parah dari pembatasan diet seperti

    keterlambatan pertumbuhan berat badan, kwashiokor, hipokalsemia, dan rakitis. Istilah

    intoleransi protein sapi sering digunakan dalam kasus-kasus gejala non spesifik yang

    dikaitkan dengan susu, apakah termasuk jenis reaksi imun mediasi IgE atau non-IgE,

    mekanisme patologi ini disebabkan oleh reaksi imun terhadap protein susu.

    Alergi terhadap makanan (atau dalam hal ini susu sapi) mengacu pada reaksi imun

    terhadap protein dalam makanan dan dapat dibagi menjadi 2 jenis mekanisme yaitu reaksi

    mediasi IgE dan non-IgE (kebanyakan adalah selular). Reaksi mediasi IgE dapat diketahuimelalui tes diagnostik yang telah disahkan, sedangkan reaksi imun mediasi non IgE yang

    Tabel 7. Karakteristik komponen protein pada susu sapi

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    21/31

    21

    dapat timbul dalam saluran gastrointestinal belum diketahui dan dijelaskan dengan baik dan

    lebih sulit untuk dikenali. Beberapa reaksi dapat juga melibatkan kedua jenis mekanisme

    tersebut atau berevolusi sekunder menuju alergi mediasi IgE.

    Alergi Susu Mediasi IgE

    A. Patofisiologi

    Alergi susu mediasi IgE terjadi ketika organisme gagal untuk mendapatkan daya

    tahan (toleransi) terhadap alergen makanan. Alergen makanan utama pada anak-anak

    ialah panas, asam, dan protease yang stabil, glikoprotein yang water soluble dengan

    ukuran 10-70 kd. Contohnya yaitu protein dalam susu (kasein), kacang (vicilin), dan

    telur (ovumucoid) dan protein transfer lemak yang tidak spesifik yang ditemukan pada

    buah apel (Mald 3).

    Ketika antigen makanan dicerna, makanan diproses dalam usus dimana terdapat

    banyak mekanisme fisik yang kompleks (lendir, asam, sel epitel dan asam) dan proteksi

    imunologis. Hilangnya pelindung seperti keadaan netralisasi pH lambung dapat membuat

    alergi. Serupa seperti pada bayi dimana pelindung-pelindung usus (aktivitas enzim dan

    produksi IgA) masih belum matang sehingga meningkatkan prevalensi alergi makanan

    pada masa bayi.

    Antigen presenting cells (APC), khususnya sel epitel usus dan sel dendritik, dan sel

    T memiliki peran utama pada daya tahan oral melalui ekspresi IL-10 dan IL-4. Bakteri

    komensal usus juga mempengaruhi respon imun mukosa. Daya tahan dibentuk dalam 24

    jam pertama setelah lahir dan memproduksi molekul imunomudulator yang memiliki

    efek bermanfaat dalam pembentukan imun respon.

    Alergi yang dimediasi IgE dimulai dari sensitisasi. Alergen dicerna, diinternalisasi

    dan diekspresikan pada permukaan APC. APC berinteraksi dengan limfosit T dan

    menghasilkan transformasi dari limfosit B menjadi sel sekretori antibodi. Setelah

    dibentuk dan dilepaskan ke sirkulasi, IgE mengikat, melalui bagian Fc, ke reseptor sel

    mast yang memiliki afinitas yang tinggi, meninggalkan reseptor spesifik alergen mereka

    yang ada untuk berinteraksi dengan alergen di masa depan suatu saat nanti.

    Proses alergi yang dibentuk tanpa dimediasi oleh IgE kurang begitu dimengerti

    namun fase pengenalan antigen awal kemungkinan adalah sama, dan merangsang reaksi

    inflamasi utama melalui mediasi sel T dan eosinofil, meliputi aktivasi sitokin-sitokin

    yang berbeda seperti IL-5.

    Hubungan yang terbentuk dari sejumlah sel mast/antibodi IgE yang berikatan

    dengan basophil yang cukup oleh alergen merangsang proses intra-seluler, hal ini

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    22/31

    22

    menyebabkan degranulasi sel, dengan pelepasan histamin dan mediator peradangan

    lainnya.

    B. Manifestasi klinis

    Alergi susu sapi ditandai oleh berbagai variasi manifestasi klinis yang terjadi

    setelah meminum susu. Manifestasi paling berbahaya dari reaksi mediasi IgE akibat

    alergi susu ialah anafilaksis. Setelah degranulasi sel mast, pelepasan mediator inflamasi

    mempengaruhi berbagai sistem organ. Gejala yang dapat timbul ialah pruritus, urtikaria,

    angio-edema, muntah, diare, nyeri perut, sulit bernapas, sesak, hipotensi, pingsan, dan

    syok. Gejala pada kulit merupakan gejala paling sering, meskipun, sampai 20% reaksi

    anafilaksis dapat muncul tanpa adanya manifestasi pada kulit khususnya pada anak-anak.

    Onset munculnya gejala dari reaksi anafilaksis yang diinduksi makanan bervariasi namun

    mayoritas reaksi muncul dalam hitungan detik sampai 1 jam pertama setelah terpapar.

    Diantara gejala-gejala akibat alergi makanan, seringkali terdapat dermatitis atopi.

    Memang, telah diketahui bahwa 30% anak-anak yang menderita dermatitis atopi yang

    sedang sampai berat memiliki hubungan dengan alergi makanan yang memperparah

    eksema. Makanan yang berpengaruh ialah susu sapi, dengan ditemukannya IgE spesifik

    pada kebanyakan pasien.

    Reaksi cepat Reaksi Lambat

    Anafilaksis

    Urtikaria akut

    Sesak

    Batuk kering

    Asma akut

    Akut angioedema

    Rhinitis

    Muntah

    Edema laryngeal

    Dermatitis atopi

    Diare kronis, diare berdarah, anemia defisiensi besi,

    konstipasi, muntah kronis, kolik

    Terganggunya pertumbuhan

    Enteropati dengan kehilangan protein dengan

    hipoalbuminemia

    sindrom enterokolitis

    Esofagogastroenteropati eosinofilik yang diketahui dari

    biopsi

    Diagnosis cows milk allergy

    Proses diagnosis alergi susu sapi pada dasarnya adalah sama dengan proses diagnosa

    alergi makanan. Seperti penyakit pada umumnya, proses diagnosa dimulai dari penelusuran

    dan evaluasi riwayat penyakit, dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis . Hal yang khusus

    Tabel 8. Onset reaksi cepat dan lambat alergi susu sapi pada anak-anak

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    23/31

    23

    dilakukan dalam investigasi alergi makanan adalah pembuatan catatan harian diet, uji

    eliminasi dan provokasi, uji kulit, dan pemeriksaan kadar IgE.

    Dalam anamnesis, perhatian difokuskan pada reaksi alergi yang terjadi, dan kaitannya

    dengan makanan yang dimakannya. Setelah berbagai bahan makanan yang dicurigai menjadi

    penyebab alergi diperoleh, diagnosa dikonfirmasi dengan pemeriksaan berupa uji eliminasi

    dan uji provokasi.

    Prinsip uji eliminasi adalah menghindarkan bahan makanan yang menjadi tersangka,

    dalam hal ini adalah protein susu sapi, selama 2 minggu. Dalam kurun waktu ini diobservasi

    apakah gejala alergi yang ada berkurang atau tidak. Bila gejala berkurang, dapat dilanjutkan

    uji provokasi untuk mengkonfirmasinya lagi, yaitu dengan pemberian kembali bahan

    makanan tersebut, dan dicatat reaksi yang terjadi. Jika makanan tersangka memang penyebab

    alergi, maka gejala akan berkurang saat makanan dieliminasi dan muncul kembali lagi saat

    diprovokasi.

    Di samping penggunaan cara tersebut, cara pemeriksaan yang dapat dipakai juga

    adalah dengan pemeriksaan kadar IgE dan uji kulit. Kadar IgE yang meninggi dalam darah

    dapat dipergunakan sebagai petunjuk status alergi pada pasien, dan memang kadar IgE ini

    seringkali didapatkan meninggi pada penderita alergi susu sapi.

    Uji kulit yang dilakukan, disebut skin prick tests. Namun demikian perlu diketahui

    bahwa uji kulit ini memiliki nilai prediktif positif yang rendah, karena tingginya hasil positif

    palsu. Interpretasi ini perlu diperhatikan, sebab bila tatalaksana dilakukan berdasarkan hasil

    positif ini, maka dapat saja terjadi penghindaran makanan yang sesungguhnya tidak perlu

    dilakukan. Di sisi lain, tes ini juga memiliki nilai prediktif negatif yang tinggi, dengan

    demikian bila didapatkan hasil yang negatif maka diagnosa alergi makanan dapat dianggap

    kecil kemungkinannya.

    Walau demikian dalam praktek klinisnya sehari-hari, diagnosa lebih sering ditegakkan

    berdasarkan gejala dan respons klinis dari uji eliminasi dan provokasi. Pemeriksaan secara

    laboratoris hanya bersifat pelengkap. Sedangkan penggunaan uji kulit pada anak, selain

    karena masalah akurasinya yang kurang, perlu juga dipertimbangkan faktor ketidaknyamanan

    yang akan timbul, mengingat penderita umumnya berusia di bawah 2-3 tahun. Walaupun

    tampaknya mudah, pada beberapa keadaan diagnosis dapat menjadi sulit dan

    membingungkan. Hal ini terjadi misalnya karena adanya reaktivasi dari makanan lain.

    Untuk kecurigaan allergi pada susu, biasanya tidak dilakukan pemeriksaan

    histopatologi melainkan prick skin test atau radioallergosorbent test untuk reaksi allergi yang

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    24/31

    24

    IgE-mediated. Gambaran histopatologi untuk reaksi allergi terhadap makanan adalah sebagai

    berikut:

    Hipersensitivitas campur (IgE and non-IgE mediated): akan didapatkan infiltrateosinofil pada tunika mukosa, tunika muskularis, atau tunika serosa. Infiltrasi

    eosinofil pada tunika muskularis akan menyebabkan penebalan dari dinding usus

    sehingga timbul gejala-gejala obstruksi seperti nyeri perut dan muntah. Infiltrasi

    eosinofil pada tunika serosa dapat menyebabkan asites.

    Hipersensitivitas cell-mediated: Biopsi usus halus menunjukan villi usus yanggepeng/ memendek, edema, serta terdapat serbukan sel-sel radang.9

    Pemeriksaan Penunjang cows milk allergySelain dari manifestasi klinis yang ada, untuk mendiagnosis adanya alergi susu sapi

    pada anak dapat dilakukan beberapa tes penunjang atau tes diagnostik. Berikut ini adalah tes

    untuk menilai alergi terhadap susu sapi, yaitu:

    Skin Prick Test (SPT)SPT merupakan tes yang cepat dan tidak mahal untuk mendeteksi sensitisasi mediasi

    kelainan IgE dan dapat dikerjakan pada bayi dengan baik. Nilai prediksi negatif adalah baik

    (>95%) dan dipastikan dengan tidak adanya reaksi mediasi IgE. Meskipun, hasil respon yang

    positif tidak pasti menunjukan bahwa makanan merupakan penyebabnya (kurang spesifik),

    dan hanya menunjukan sensitivitas terhadap makanan (atopi, pada keadaan tidak adanya

    gejala alergi).

    SPT kurang begitu berguna pada kelainan alergi usus yang sensitif terhadap makanan

    daripada alergi yang dimediasi oleh IgE. Pada alergi mediasi non IgE, seperti Food protein-

    induced enterocolitis atau colitis akibat susu menghasilkan hasil tes yang negatif. Meskipun

    begitu, SPT berguna dalam mengeluarkan diagnosis banding alergi mediasi IgE , dimana

    SPT dapat membantu mengetahui penyebab dari alergennya.

    Dosis Antibodi Serum IgEPemeriksaan kuantitif dari antibodi IgE spesifik terhadap makanan sering menjadi

    langkah yang berikutnya. Alergen yang diduga diikat ke matriks padat dan dipaparkan ke

    serum pasien. Antibodi IgE spesifik untuk alergen mengikat ke matriks protein dan dideteksi

    menggunakan antibodi spesifik sekunder pada bagian Fc dari IgE manusia. Hampir sama

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    25/31

    25

    denganskin test, sensitisasi dapat muncul tanpa reaksi klinis, dan tes tidak dapat digunakan

    untuk mendiagnosis alergi makanan tanpa adanya riwayat klinis alergi makanan. Meskipun

    begitu, meningkatnya konsentrasi dari spesifik IgE akibat makanan berhubungan dengan

    meningkatnya kemungkinan reaksi klinis.

    Meskipun memiliki sensitivitas yang baik, pada sebagian kecil pasien dengan reaksi

    gejala klinis alergi yang sesuai namun serum IgE spesifik akibat makanan tidak dapat

    dideteksi.

    Untuk kecurigaan allergi pada susu, biasanya tidak dilakukan pemeriksaan

    histopatologi. Namun, dari sumber yang kami peroleh gambaran histopatologi untuk reaksi

    allergi terhadap makanan adalah sebagai berikut :

    Hipersensitivitas campur (IgE and non-IgE mediated): akan didapatkan infiltrateosinofil pada tunika mukosa, tunika muskularis, atau tunika serosa. Infiltrasi

    eosinofil pada tunika muskularis akan menyebabkan penebalan dari dinding usus

    sehingga timbul gejala-gejala obstruksi seperti nyeri perut dan muntah. Infiltrasi

    eosinofil pada tunika serosa dapat menyebabkan asites.

    Hipersensitivitas cell-mediated: Biopsi usus halus menunjukan villi usus yanggepeng/ memendek, edema, serta terdapat serbukan sel-sel radang.

    Penatalaksanaan cows milk allergy

    RehidrasiPenatalaksanaan yang pertama yang diberikan kepada bayi dengan alergi susu sapi

    yang disertai dengan muntah dan diare adalah rehidrasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari

    terjadinya dehidrasi , dimana merupakan masalah utama pada bayi dengan diare dan muntah.

    Rehidrasi dilakukan dengan memperhatikan derajat dehidrasi. Untuk dehidrasi ringan ,

    rehidrasi dapat diberikan secara oral dengan oralit ( air rumah tangga ), air mateng dll.

    Sedangkan untuk dehidrasi derajat sedang dan berar , rehidrasi dapat dilakukan secara

    intravena dan biasanya terjadi keabnormalan pada keadaan umum, jadi selain rehidrasi ,harus

    juga tilakukan tindakan untuk memperbaiki keadaan umum. Khusus untuk kasus ini ,

    dehidrasi berada pada derajat ringan, jadi cukup diberikan oralit sampai mendapatkan hasil

    laboratorium yang lebih lengkap sehingga dapat melakukan penatalaksanaan sesuai causa

    atau penyebab.

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    26/31

    26

    Diet EliminasiPenatalaksanaan utama alergi makanan (dalam hal ini susu sapi) adalah diet eliminasi.

    Pasien dan keluarganya harus diajarkan untuk selalu membaca label makanan yang

    mengandung susu atau produknya (mentega, kasein, lactalbumin, lactoglobulin atau laktosa).

    Pada bayi dan anak, diet eliminasi harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan

    memerlukan tindak lanjut medis yang terus-menerus, karena diet eliminasi secara serius dapat

    mengganggu kualitas hidup dan membuat efek samping yang parah. Ketika alergi susu sapi

    didiagnosis pada bayi, dokter harus merekomendasikan kepada orangtua penggunaan

    makanan pengganti susu berdasarkan extensively hydrolysed susu sapi dan harus

    mengobservasi pasien untuk menentukan waktu yang paling tepat untuk diberikan kembali

    susu sapi tersebut.9

    Extensively hydrolysed formulas merupakan campuran peptida dan asam amino yang

    diproduksi dari kasein susu sapi atau air dadih dan dapat ditoleransi pada 95% anak yang

    alergi terhadap susu. Jika gejalanya tetap persisten, maka dapat digunakan formula asam

    amino, khususnya pada anak dengan alergi beberapa makanan dan gangguan pertumbuhan.

    Dibandingkan dengan eHF, Soy formula (SF) atau susu kedelai merangsang reaksi yang lebih

    sering pada anak-anak yang mengalami alergi protein susu sapi berusia kurang dari 6 bulan.

    Soy formula dapat menginduksi terjadinya gejela-gejala gastrointestinal. Susu kedelai, tidak

    sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak secara sempurna. Selain itu, meskipun tidak adanya

    protein homolog dan reaksi silang alergi, sekitar 10% dari reaksi mediasi IgE dan 60% dari

    anak-anak reaksi mediasi non IgE juga alergi terhadap kedelai.

    Penatalaksanaan Alergi Susu Sapi di Bawah 1 tahun

    Ketika alergi pada susu sapi diketahui, bayi harus diberikan diet bebas protein susu

    sapi selama 2-4 minggu. 4 minggu dimaksudkan untuk gejala gastrointestinal kronis.Jika gejalanya membaik pada diet yang ketat, pemberian tantangan makanan sasu sapi

    merupakan tindakan diagnostic wajib untuk menentukan diagnosis. Jika tes pemberian

    tantangan makanan positif, anak harus mengikuti diet eliminasi dan mengulangi tes

    pemberian tantangan makanan setelah 6 bulan dan pada beberapa kasus dilulang 9-12 bulan

    kemudian. Jika tes pemberian tantangan makanan negatif, diet yang bebas sudah dilakukan.

    Air susu ibu

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    27/31

    27

    ASI adalah pilihan terbaik untuk bayi dengan alergi protein susu sapi. Dan

    diperberat usia bayi pada kasus ini dengan usia 2 bulan yang harus mendapat ekslusif ASI.

    Pemberian ASI secara klinis telah terbukti mencegah kejadian alergi di kemudian hari.Hal

    ini terbukti bahwa protein ASI ternyata lebih mudah diserap daripada protein susu sapi.

    Kemampuan bayi menyerap protein ASI terbukti 2 kali lebih banyak daripada kemampuan

    menyerap protein susu sapi. Hal ini terjadi karena di dalam ASI terdapat enzim yang

    membantu penyerapan protein ASI , yaitu enzim alanin amino transferase, aspartat amino

    transferase dan protease. Meskipun dapat mencegah alergi, tetapi diet yang dikonsumsi ibu

    juga bisa menimbulkan alergi pada bayi. Sehingga sebaiknya ibu juga melakukan eliminasi

    diet tertentu yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. Ibu harus menghindari protein

    sususapi dan berbagai makanan yang mengandung protein susu sapi. Untuk kasus ini,

    walaupun si ibu dalam keadaan batuk pilek dan demam , sebaiknya ibu memperbaiki

    kesehatannya dan jika perlu menkonsumsi suplement vitamin dan istirahat dengan cukup,

    sehingga dapat memberikan ASI kepada bayinya , karena usia bayipun masih dalm usia ASI

    EKSLUSIF.

    Pencegahan cows milk allergy

    Pencegahan alergi dilakukan sedini mungkin. Hal ini dapat dilakukan sebelum anak

    tersensitisasi protein susu sapi, yaitu pada masa intrauterin. Pencegahan dapat dilakukan

    dengan mengkonsumsi susu sapi yang hipoalergi yaitu susu sapi partially hydrolyzed untuk

    merangsang pembentukan terjadinya toleransi di masa yang akan datang. Ketika reaksi alergi

    tetap terjadi setelah pemberian susu yang hipoalergi, maka pemberian susu harus digantikan

    oleh susu lain seperti susu kedelai.

    Pada bayi, berdasarkan rekomendasi Eropa dan Amerika sebenarnya bergantung pada

    pemberian ASI eksklusif selama 4-6 bulan, diikuti dengan penundaan pengenalan makanan

    padat pada anak dengan risiko atopik (seperti atopik orang tua atau saudara kandung, atau

    anak-anak dengan dermatitis atopik). Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa bayi yang

    terkena alergi makanan (dalam hal ini susu sapi) pada awal kehidupan bayi melalui rute oral

    cenderung kurang akan memiliki alergi terhadap makanan dari bayi tanpa eksposur tersebut.

    Alergi susu sapi seringkali terdapat pada anak yang memiliki alergi makanan lainhya pada

    usia yang lebih tua. Pencegahan dan pengobatan yang baik adalah penting dalam mencegah

    alergi terhadap makanan di masa yang akan datang. Secara umum terdapat 3 (tiga) fase

    pencegahan terhadap alergi susu, yaitu:

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    28/31

    28

    Pencegahan PrimerYang dilakukan sebelum tersensitisasi. Dilakukan sejak prenatal pada janin dengan

    keluarga yang memiliki bakat dermatitis atopi. Menghindari dengan cara memberikan

    susu sapi yang hipoalergi, seperti susu sapi partially hydrolyzed, dengan tujuan untuk

    merangsang toleransi dari alergi susu sapi pada masa yang akan datang, disebabkan

    masih mengandung sedikit partikel dari susu sapi, sebagai contoh dengan merangsang

    IgG blocking agent. Tindakan pencegahan ini juga dilakukan pada makanan alergi

    makanan lainnya, dan juga menghindari merokok.

    Pencegahan SekunderDilakukan setelah sensitisasi tetapi manifestasi penyakit alergi tidak muncul. Kondisi

    sensitisasi ditentukan oleh pemeriksaan IgE spesifik dalam serum atau darah tali

    pusat, atau dengan uji kulit. Saat tindakan yang optimal adalah usia 0-3 tahun.

    Penghindaran dilakukan dengan cara mengganti susu sapi menjadi susu sapi non

    alergenik, seperti susu sapi yang dihidrolisis sempurna atau pengganti susu sapi

    seperti susu kedelai yang tidak membuat terjadinya sensitisasi terjadinya manifestasi

    penyakit alergi. ASI eksklusif tampaknya juga dapat mengurangi risiko alergi.

    Pencegahan TertierDilakukan pada anak-anak yang telah mengalami manifestasi sensitisasi dan

    menunjukkan penyakit alergi awal seperti dermatitis atopik atau rinitis, tetapi belum

    menunjukkan gejala alergi yang lebih berat seperti asma. Saat tindakan yang optimal

    adalah pada usia 6 bulan sampai 4 tahun.

    Penghindaran juga dilakukan dengan memberikan susu sapi hidrolisat sempurna atau

    pengganti susu sapi. Penyediaan obat preventif seperti setirizin, imunoterapi,

    imunomodulator tidak direkomendasikan karena belum terbukti secara klinis bermanfaat.

    Prognosis cows milk allergy

    Antigenitas dan alergenitas protein susu sapi ini diketahui berkaitan dengan umur 8

    dan alergi yang terjadi kebanyakan berkurang atau menghilang di usia 2-3 tahun. Bahkan ada

    pula yang menyatakan alergi susu sapi hanya terjadi pada tahun pertama kehidupan.

    Berdasarkan inilah pada usia tersebut dapat dicoba diberikan lagi susu sapi sedikit-sedikit dan

    dilihat apakah alergi susu sapi masih ada atau tidak.

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    29/31

    29

    Bayi dengan alergi susu sapi memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami alergi

    terhadap bahan makanan lain. Mereka juga memiliki risiko yang lebih besar untuk

    mengalami asma atau bentuk alergi lainnya dalam usia selanjutnya. Untuk itu, bagi anak yang

    mengalami alergi susu sapi, dianjurkan untuk menghindari makanan yang juga memiliki sifat

    alergenitas tinggi, seperti kacang, ikan, atau makanan laut, sampai usia 3 tahun.4 Walaupun

    demikian anak yang memiliki alergi susu sapi tak selalu alergi terhadap daging sapi atau bulu

    sapi, bahkan penelitian yang telah dilakukan hanya mendapatkan angka kurang dari 10% dari

    penderita alergi susu sapi yang mengalami reaksi terhadap daging sapi. Di samping itu,

    proses pemanasan maupun pengolahan juga akan semakin menurunkan sifat alergenitas

    daging sapi ; karenanya daging sapi yang dimasak secara baik sangat jarang menimbulkan

    masalah pada penderita protein susu sapi.

    Dalam kaitannya dengan sifat alergi yang dimilikinya, berbagai penelitian telah

    memperlihatkan pola hubungan berkesinambungan proses sensitisasi alergen dengan

    perkembangan dan perjalanan alergi yang dikenal dengan nama allergic march, yaitu

    perjalanan alamiah penyakit alergi. Secara klinis, allergic march terlihat berawal sebagai

    alergi pada saluran cerna (umumnya berupa diare karena alergi susu sapi) yang akan

    berkembang menjadi alergi pada lapisan kulit (dermatitis atopi) dan kemudian alergi pada

    saluran napas (asma bronkial, rinitis alergi).

    Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan

    sistem tubuh yang disebabkan oleh alergi terhadap susu sapi dengan keterlibatan mekanisme

    sistem imun, yang disebabkan oleh kandungan protein di dalam susu sapi. Alergi susu sapi

    seringkali diduga terjadi pada pasien, disertai banyak gejala klnis. Sindrom klinis yang terjadi

    sebagai akibat alergi pada susu dapat bermacam-macam, meskipun demikian dapat diketahui

    dengan baik. Penatalaksanaan alergi dapat dilakukan kepada bayi maupun juga kepada ibu

    yang memberikan ASI-nya. Dan pencegahan saat ini sudah dapat dilakukan semenjak masih

    dalam kandungan.

  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    30/31

    30

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Wiryati AAM,Aryati IKN,Sudaryat S.Sakit perut akut pada anak. In:SuraatmajaS;editor.Gastroenterologi Anak. Jakarta:Sagung Seto;2010. p.189.

    2. Walker-Smith J,Hamilton JR,Walker WA. Practical paediatric gastroenterology. London:Butterworths; 1983. p.21-4.

    3. Huether SE. Pain, temperature regulation, sleep, and sensory function. In: McCance KL,Huether SE, Brashers VL, Rote NS; editors. Pathophysiology: The Biologic Basis for

    Disease in Adults and Children. 6th

    ed. Missouri: Mosby Elsevier; 2010. p.482-486; 495.

    4. Huether SE. Alterations of digestive function. In: McCance KL, Huether SE, BrashersVL, Rote NS; editors. Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults and

    Children. 6th ed. Missouri: Mosby Elsevier; 2010. p.1455-1456.

    5. Hassan R, Alatas H, Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali MV, et al. Ilmukesehatan anak. Jakarta : Infomedika. p.296

    6. Unknown. 2010. Lactose intolerance. Mayo Foundation for Medical Education andResearch. [Online]. Accesed 6

    th

    January 2011. Available from world Wide Web :

    7. Unknown. 2010. Lactose intolerance. Medlineplus. [Online]. Accesed 6th January 2011.Available from world Wide Web :

    8. Sood MR. Disorders of Malabsorption. In: Kleigman RM, Behrman RE, Jenson HB,Stanton BF; editors. Nelson Textbook of Pediatrics. 18 th ed. Philadelphia: Saunders

    Elsevier; 2007. p.1589, 1598.

    9. Tjokronegoro A,Utama H,Gunardi H. Gastroenterologi anak praktis. In:Suharyono,Boediarso A,Halimun EM,editors. 4th ed. Jakarta:Balai Penerbit FKUI; 2003.

    p.202.

    10.Hyams JS. Food allergy (food hypersensitivity). In: Kleigman RM, Behrman RE, JensonHB, Stanton BF; editors. Nelson Textbook of Pediatrics. 18 th ed. Philadelphia: Saunders

    Elsevier; 2007. p.1585-1587.

    http://www.mayoclinic.com/health/lactose-intolerance/DS00530http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/lactoseintolerance.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/lactoseintolerance.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/lactoseintolerance.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/lactoseintolerance.htmlhttp://www.mayoclinic.com/health/lactose-intolerance/DS00530
  • 7/29/2019 Laporan Kasus IV Nyeri Perut Anak

    31/31